bab iii analisis data konsep...

18
20 BAB III ANALISIS DATA A. Konsep Komposisi Dalam penyusunan komposisi musik program “Pewaris Kekuatan Dewa” penulis membuat komposisi baru dan cerita baru dengan didukung visual gambar dalam bentuk Parallax 2D sehingga menghasilkan rangkaian video. Tahap pertama deskripsi cerita dibuat terlebih dahulu, dilanjutkan dengan pemilihan cerita untuk setiap bagiannya, yakni : 1. Bagian pertama menceritakan tentang kelahiran seorang anak dalam keluarga sederhana. Anak tersebut mempunyai kekuatan tersembunyi tanpa disadari oleh anak tersebut dan kedua orang tuanya. Sehingga terjadi dampak negatif yang menghasilkan kehancuran desa dan kematian kedua orang tua. Untuk menciptakan suasana kelahiran dan bahagia penulis memulai dengan strings section kemudian diikuti dengan instrumen brass section untuk menggambarkan karunia dari Tuhan bersama dengan perkusi. Pada bagian ini penulis menggunakan tonalitas G mayor. Kemudian untuk menciptakan suasana kehancuran penulis menggunakan relatif minor dari G mayor yaitu E minor, tangga nada yang digunakan adalah E minor harmonis dan untuk menciptakan suasana kesedihan penulis menggunakan tonalitas E minor harmonis yang dimainkan solo piano dan diikuti dengan munculnya strings section sebagai pengiring. 2. Bagian kedua menceritakan tentang kepergian anak dengan rasa dendam, karena ia telah menghancurkan desanya. Anak tersebut melakukan perjalanan sampailah didalam hutan yang sangat tandus dan gelap. Kemudian setelah melanjutkan perjalanan di tengah hutan anak tersebut bertemu dengan monster jahat, ia melakukan perlawanan dengan kekuatan beladirinya. Ia pun hampir mengalami kekalahan. Kemudian anak tersebut kembali berubah menjadi wujud monster dan mengalahkan musuhnya, namun anak tersebut jatuh pingsan karena kekuatan yang digunakannya sangat tidak terkontrol. Untuk menciptakan suasana dendam dan

Upload: trankien

Post on 07-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

20

BAB III

ANALISIS DATA

A. Konsep Komposisi

Dalam penyusunan komposisi musik program “Pewaris Kekuatan Dewa”

penulis membuat komposisi baru dan cerita baru dengan didukung visual

gambar dalam bentuk Parallax 2D sehingga menghasilkan rangkaian video.

Tahap pertama deskripsi cerita dibuat terlebih dahulu, dilanjutkan dengan

pemilihan cerita untuk setiap bagiannya, yakni :

1. Bagian pertama menceritakan tentang kelahiran seorang anak dalam

keluarga sederhana. Anak tersebut mempunyai kekuatan tersembunyi

tanpa disadari oleh anak tersebut dan kedua orang tuanya. Sehingga terjadi

dampak negatif yang menghasilkan kehancuran desa dan kematian kedua

orang tua. Untuk menciptakan suasana kelahiran dan bahagia penulis

memulai dengan strings section kemudian diikuti dengan instrumen brass

section untuk menggambarkan karunia dari Tuhan bersama dengan

perkusi. Pada bagian ini penulis menggunakan tonalitas G mayor.

Kemudian untuk menciptakan suasana kehancuran penulis menggunakan

relatif minor dari G mayor yaitu E minor, tangga nada yang digunakan

adalah E minor harmonis dan untuk menciptakan suasana kesedihan

penulis menggunakan tonalitas E minor harmonis yang dimainkan solo

piano dan diikuti dengan munculnya strings section sebagai pengiring.

2. Bagian kedua menceritakan tentang kepergian anak dengan rasa dendam,

karena ia telah menghancurkan desanya. Anak tersebut melakukan

perjalanan sampailah didalam hutan yang sangat tandus dan gelap.

Kemudian setelah melanjutkan perjalanan di tengah hutan anak tersebut

bertemu dengan monster jahat, ia melakukan perlawanan dengan kekuatan

beladirinya. Ia pun hampir mengalami kekalahan. Kemudian anak tersebut

kembali berubah menjadi wujud monster dan mengalahkan musuhnya,

namun anak tersebut jatuh pingsan karena kekuatan yang digunakannya

sangat tidak terkontrol. Untuk menciptakan suasana dendam dan

21

mencekam penulis mengawali dengan instrument Floor drum kemudian

disusul dengan munculnya strings section dengan teknik spiccato1

menggunakan tonalitas G minor harmonis. Kemudian bertemu dengan

moster. Penulis menciptakan suasana menegangkan dengan menggunakan

instrumen trombone dan Horn bersamaan dengan perccusion. Kemudian

untuk menciptakan suasana pertarungan antara anak tersebut dengan

monster, penulis menggunakan leitmotife yang dimainkan oleh instrumen

Horn diimitasi oleh biola satu diikuti dengan bunyi pada semua section,

menandakan bahwa sama-sama melakukan perlawanan sangat sengit.

Kemudian terjadi kemenangan namun dengan keadaan tak sadarkan diri.

Penulis menciptakan suasana tegang dengan munculnya percussion

bersamaan dengan instrumen trombone dan horn. Pada bagian ini, pada

tengah komposisi terjadi modulasi dalam tonalitas Bes minor dan

dinamika fortissimo (sangat keras) untuk menandakan peperangan sangat

sengit dan kembali lagi dengan tonalitas G minor.

3. Bagian ketiga menceritakan tentang keberhasilan anak tersebut yang telah

menemukan cara untuk mengendalikan kekuatannya namun masih ragu.

Untuk menciptakan suasana berhasil penulis mengawali dengan strings

section, untuk menciptakan keraguan penulis menggunakan Half kadens2

yang menciptakan suasana ragu. Pada bagian ini penulis menggunakan

tonalitas G mayor. Kemudian Bertemu dengan monster jahat, untuk

menciptakan suasana mencekam penulis menggunakan tonalitas E minor

dengan tangga nada E minor harmonis. Kemudian anak itu berhasil

membunuh monster dan menemukan tujuan untuk melindungi dunia dari

kekuatan jahat. Penulis menggunakan tonalitas G mayor dengan diakhiri

dinamika fortissimo (sangat keras).

1 Spiccato adalah teknik menggesek pada instrumen gesek dengan memantulkan bow pada

senar. Suara yang dihasilkan pendek.

2 Half Kadens terletak di akhir kalimat atau frase dalam komposisi musik, diakhiri dengan

dominan dari tonalitas yang digunakan. Contoh tonalitas C mayor diakhiri dengan G mayor pada

akhir kalimat atau frase.

22

Kemudian dilanjutkan dengan pembuat gambar sekaligus editor video

parallax 2D, untuk mendukung komposisi musik agar dapat menjadi

komposisi yang utuh dalam musik program yang disusun.

B. Analisis Komposisi

Berikut adalah analisis bagian dari komposisi musik “Pewaris Kekuatan

Dewa” musik program untuk ansambel musik.

1. Bagian Pertama

Bagian pertama menggunakan sukat 4/4, ditulis dengan tonalitas G

mayor, dengan tempo 80 bpm dan didalamnya terdapat empat bagian yaitu

A, B, C dan D. Bagian pertama di buka dengan introduction.

Notasi 3.1 Bagian Pertama Birama 1-8 introduction

Pada bagian introduction birama 1-8 dibuka dengan strings section,

melodi utama dimainkan oleh biola satu. Pada birama ini, menggunakan

dinamika pianissimo (sangat lembut), diikuti dengan intensitas bunyi

meningkat (crescendo). Pada birama 8 terjadi kadensial yaitu half kadens

untuk menghantarkan ke Tema A.

23

Dilanjutkan pada birama 9-16 masuk ke Tema A, menceritakan

tentang kelahiran seorang anak dalam keluarga sederhana dan hidup

dengan bahagia.

Notasi 3.2 Bagian Pertama Birama 9 – 16

Notasi 3.3 Bagian Pertama Birama 9-16

Motif tanya jawab dimainkan pada biola satu 9-12 frase tanya dan 13-

16 frase jawab. Serta diiringi dengan semua sectional gesek, brass dan

percussion.

24

Notasi 3.4 Bagian Pertama Birama 17 – 20

Kemudian muncul transisi dari birama 17 – 20 untuk menghantarkan

ke tema B.

25

Notasi 3.5 Bagian Pertama Birama 21-30

Pada birama 21 – 29 masuk pada Tema B menceritakan tentang

seorang bayi mendapatkan anugerah kekuatan dari Dewa. Leitmotif

dimainkan pada biola satu dengan iringan semua sectional.

Notasi 3.6 Bagian Pertama Birama 29 – 36

Kamudian transisi pada birama 29 – 36. Pada transisi ini menceritakan

tentang tokoh ayah khawatir akan anaknya yang mempunyai kekuatan

besar sehingga mengakibatkan kehancuran. Penulis menciptakan suasana

mencekam penulis menggunakan tonalitas E minor dimainkan instrumen

horn dan trombone diiringi dengan strings section.

26

Notasi 3.7 Bagian Pertama Birama 37 – 48

Kemudian pada birama 37 – 48 masuk pada tema C yang

menceritakan tentang seorang anak yang telah tumbuh menjadi dewasa

sedang melakukan latihan di daerah pegunungan dan merasakan energi

jahat. Penulis mengolah motif dengan cara continuo yaitu pola iringan

pada seksi gesek yang diulang-ulang dari solo hingga penuh untuk

menghasilkan efek menegangkan.

Notasi 3.8 Bagian Pertama Birama 48-58

Kemudian pada birama 48 ketukan ke empat – birama 58

menceritakan tokoh utama berubah menjadi monster karena pengaruh

energi jahat. Untuk menggambarkan tokoh tersebut penulis menggunakan

leitmotif yang dimainkan oleh biola satu menggunakan tangga nada E

minor harmonis dengan iringan strings section.

Notasi 3.9 Bagian Pertama Birama 59-66

27

Pada birama 59-66 penulis menggunakan solo piano sebagai transisi

untuk menciptakan efek hening dalam keadaan pingsan pada tokoh utama

tersebut. Leitmotif pada piano diulang-ulang sepanjang 8 birama.

Notasi 3.10 Bagian Pertama Birama 66-74

Kemudian pada birama 67-74 masuk pada bagian D yang

menceritakan tentang tokoh utama terkejut melihat kehancuran desa.

Penulis menciptakan suasana tersebut dengan mengambil motif utama dari

bagian tansisi C solo piano dikembangkan namun diiringi dengan strings

section yaitu biola dua, biola alto, cello, dan contrabass.

Notasi 3.11 Bagian Pertama Birama 75-84

28

Kemudian pada bagian penutup birama 75-84 menceritakan tentang

tokoh utama sedih dan kaget melihat kedua orang tuanya meninggal.

Untuk menggambarkan hal tersebut penulis menggunakan motif yang

sama pada piano namun hanya sebagai pengiring bersamaan dengan

strings section dan motif baru muncul pada biola satu diakhiri dengan

deceptive kadens (pergerakan akord dari V-VI).

2. Bagian Kedua

Bagian kedua menggunakan sukat 4/4, ditulis dengan tonalitas G

minor, dengan tempo 130 bpm dan didalamnya hanya terdapat satu tema,

sub tema dan coda yaitu tema A, A’, A” dan Coda. Bagian kedua dimulai

dengan introduction yang dimainkan oleh instrumen perkusi yaitu floor

drum untuk menciptakan suasana tegang.

Notasi 3.12 Bagian Kedua Birama 1-4

29

Notasi 3.13 Bagian Kedua Birama 5-6

Kemudian diikuti dengan instrumen gesek dan pengolahan motif

menggunakan teknik continuo, yaitu pola iringan pada strings section yang

diulang-ulang dari solo hingga penuh, untuk menghasilkan efek dendam

sesuai dengan cerita tersebut yaitu tokoh utama diusir dari desa karena

telah menghancurkan desa dan meresahkan penduduk. Motif ini diolah

dari birama 5-20.

Gambar 3.1 VST Action Strikes

Pada birama 20-21 penulis menggunakan VST Action Strikes yang

didalamnya ada macam-macam bank. Penulis menggunakan SFX Mega

Saw Drop sebagai transisi. Kemudian diikuti dengan strings section dan

percussion pada birama 23-26.

30

Notasi 3.14 Bagian Kedua Birama 23-26

Kemudian masuk pada sub tema A’ dari birama 26 ketukan 4 – 30

menceritakan tentang tokoh utama bertemu dengan monster jahat dan

saling bertatap untuk melakukan perlawanan. Penulis menciptakan

leitmotif untuk monster jahat yang dimainkan oleh instrumen horn

Notasi 3.15 Bagian Kedua Birama 26-30

Kemudian ditirukan oleh biola satu untuk menggambarkan tokoh

utama sama-sama saling ingin menyerang dari birama 31-34 dengan

diiringi strings section.

31

Notasi 3.16 Bagian Kedua Birama 35-38

Pada birama 35-42 menceritakan tentang tokoh utama berperang

dengan monster jahat. Peperangan tersebut sangat sengit dan

menegangkan, untuk menggambarkan efek menegangkan penulis

menggunakan teknik unisono pada instrumen strings section. Kemudian

pada birama 39-42 penulis menggunakan teknik spiccato pada string

section dengan motif hampir sama dengan motif tema A.

Pada birama 43-46 menceritakan tentang kekalahan dalam

pertarungan dengan monster. Penulis menggunakan transisi dalam birama

tersebut dengan menggunakan VST Damage dan floor drum.

32

Gambar 3.2 Bagian Kedua VST Damage

Kemudian pada birama 47-78 masuk kebagian sub tema A” yang

menceritakan perubahan wujud tokoh utama menjadi monster yang tak

terkendalikan. Peperanganpun kembali berlangsung dengan sangat sengit.

Penulis menggunakan leitmotif pada instrumen piano diiringi dengan

strings section, brass section, dan percussion.

Notasi 3.17 Bagian Kedua Birama 47-54

Leitmotif tersebut muncul kembali dari birama 48-62 namun dengan

sedikit dikembangkan. Leitmotif diiringi dengan strings section, brass

section, dan percussion.

Kemudian pada birama 63-78 leitmotif muncul pada biola satu dan

biola dua secara unisone dengan jarak oktaf.

33

Notasi 3.18 Bagian Kedua Birama 63-70

Pada birama tersebut menceritakan tentang pembalasan dendam tokoh

utama terhadap monster jahat dengan perubahan monster yang sangat kuat

dan tidak terkendalikan. Pada birama 70-78 leitmotif sedikit berbeda

namun masih menggambil dari motif birama 63-70.

Kemudian bagian coda atau penutup birama 79-86 menceritakan

tentang kemenangan tokoh utama melawan monster jahat, akan tetapi

tokoh utama kehilangan kesadaran setelah mengeluarkan banyak energi.

Pada bagian coda atau penutup motif mirip dengan tema A hanya dengan

pengembangan pola ritme instrumentasi.

3. Bagian Ketiga

Bagian ketiga menggunakan sukat 4/4, ditulis dengan tonalitas G

mayor, dengan tempo 130 bpm dan didalamnya terdapat beberapa tema

yaitu tema A, A’, B, B’, dan C. Bagian ketika dimulai dengan strings

section pada periode pertama birama 1-8.

Notasi 3.19 Bagian Ketiga Birama 1-8

34

Periode ini menceritakan tentang tokoh utama mulai membuka mata

setelah tidak sadarkan diri, untuk menciptakan suasana dari hening

menjadi terang penulis menggunakan dinamika sangat pelan perlahan

meningkat hingga dinamika sedang.

Kemudian masuk pada periode kedua bagian A. Pada periode ini

menceritakan tentang tokoh utama berada pada pangkuan makhluk yang

telah menolong dirinya saat tidak sadarkan diri, untuk menciptakan efek

tersebut penulis menggunakan leitmotif pada instrumen biola satu diikuti

dengan brass section.

Notasi 3.20 Bagian Ketiga Birama 9-16

Kemudian pada periode ketiga secara motif sama hanya perbedaan

pada instrumentasi. Periode ketiga bagian A menceritakan tentang

perbincangan dan kebingungan tokoh utama mengapa dirinya bisa tertidur

dan berada ditempat itu, untuk menciptakan efek bingung penulis

menggunakan leitmotif yang dimainkan pada instrumen biola satu dengan

iringan strings section.

Notasi 3.21 Bagian Ketiga Birama 17-24

Kemudian diikuti transisi pada birama 25-26 untuk menghantarkan ke

bagian A’. Pada birama 27-34 potongan motif masih sama dengan birama

35

17-24, penulis mengakhiri frase tersebut dengan B mayor untuk

menghantarkan ke tonalitas E minor.

Kemudian pada birama 27-34 bagian tema A’ muncul motif baru yang

dimainkan oleh biola satu dengan iringan strings section dan trombone.

Pada birama tersebut menceritakan tentang setelah tokoh utama

menemukan cara pengendalian kekuatan besar yang berada didalam

dirinya, tokoh utama kembali menghampiri temannya didalam hutan,

namun tokoh utama melihat temannya terkapar dengan kondisi berlumuran

darah. Tokoh utama kaget melihat kondisi temannya dan datang sesosok

monster jahat yang ternyata telah membunuh teman sang tokoh utama.

Notasi 3.22 Bagian Ketiga Birama 35-42

Kemudian pada birama 43-50 motif sama dengan birama 35-42 untuk

menciptakan efek menegangkan penulis menggunakan tangga nada E

minor harmonis.

Pada birama 51-64 menceritakan tentang tokoh utama sangat marah

dan berubah wujud menjadi sosok monster sempurna dan tokoh utama

telah berhasil mengendalikan kekuatan tersebut. Kemudian tokoh utama

36

melawan dengan kekuatan yang telah ia kuasai, untuk menciptakan efek

tersebut penulis menggunakan instrumen gesek dengan pengolahan motif

dengan cara continuo yaitu pola iringan pada strings section yang diulang-

ulang dari solo hingga penuh untuk menghasilkan efek menegangkan.

Pada birama 61-64 reptisi dari birama 57-60 tanpa pengembangan dengan

akhir dari bagian B.

Notasi 3.23 Bagian Ketiga Birama 51-60

Kemudian pada birama 65-68 repetisi dari birama 57-60 namun terjadi

modulasi ke tonalitas G minor. Pada birama tersebut menceritakan tentang

pertarungan yang sangat sengit dari tokoh utama dengan moster jahat.

Pada birama 69-74 repetisi dari birama 57-60 dengan tonalitas E minor.

Pada birama 75-76 penulis menggunakan transisi untuk menuju ke bagian

C yang menceritakan tentang kemenangan tokoh utama dalam peperangan

yang sangat sengit.

Kemudian pada birama 77-88 menceritakan tentang tokoh utama

membawa mayat temannya untuk dimakamkan, untuk menciptakan efek

37

kemenangan penulis menggunakan tonalitas G mayor dengan leitmotif

pada biola satu.

Notasi 3.24 Bagian Ketiga Birama 77-88

Kemudian pada birama 89-102 repetisi dari birama 77-88 dengan

sedikit pengembangan, diakhiri dengan otentik kadens, yang menceritakan

tentang tokoh utama mengetahui tujuan hidup yaitu tokoh utama bertugas

untuk menyeimbangkan bumi dari energi jahat.

Notasi 3.25 Bagian Ketiga Birama 99-102