bab iii allah juga bergerak berbelok-belok€¦ · budaya asia di pacific school of religion,...

53
Gereja Lintas Agama 121 BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok Choan-seng Song Pengantar Dengan judul ini, kita akan mulai membahas pemikiran Choan-seng Song, teolog terkemuka Asia asal Taiwan yang bukunya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh BPK Gunung Mulia. Judul ini juga kami kutip dari pernyataan Song karena kami berpendapat bahwa judul ini bukan hanya mengejutkan, tetapi juga mengandung jawaban terhadap pertanyaan yang sedang kita gumuli: “Apakah menjadi murid berarti seseorang mesti menjadi anggota gereja institusional? Tidak dapatkah seseorang itu adalah murid, tetapi tetap berada dalam agamanya sendiri?” Biografi dan Karya-Karya Song Choan-seng Song adalah professor teologi dan budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology di Singapura dan Hong Kong. Ia pernah menjadi salah seorang Direktur Komisi Iman dan Tata Gereja Dewan Gereja-Gereja se- Dunia (DGD/WCC).

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 121

BAB III

Allah juga Bergerak Berbelok-Belok

Choan-seng Song

Pengantar

Dengan judul ini, kita akan mulai membahas

pemikiran Choan-seng Song, teolog terkemuka Asia

asal Taiwan yang bukunya banyak diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia oleh BPK Gunung Mulia.

Judul ini juga kami kutip dari pernyataan Song karena

kami berpendapat bahwa judul ini bukan hanya

mengejutkan, tetapi juga mengandung jawaban

terhadap pertanyaan yang sedang kita gumuli:

“Apakah menjadi murid berarti seseorang mesti

menjadi anggota gereja institusional? Tidak dapatkah

seseorang itu adalah murid, tetapi tetap berada dalam

agamanya sendiri?”

Biografi dan Karya-Karya Song

Choan-seng Song adalah professor teologi dan

budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley

dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology di Singapura dan Hong

Kong. Ia pernah menjadi salah seorang Direktur

Komisi Iman dan Tata Gereja Dewan Gereja-Gereja se-

Dunia (DGD/WCC).

Page 2: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

122 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Song adalah seorang penulis yang kreatif dan

produktif. Tulisan-tulisannya berupa artikel dimuat

dalam banyak jurnal, secara khusus Asia Journal

Theology dan East Asia Journal Theology. Selain itu ia

juga menerbitkan buku-buku dalam bahasa Inggris.

Beberapa buku itu sudah diterjemahkan ke dalam

bahsa Indonesia, yakni: Sebutkanlah Nama-Nama Kami. Allah Yang Turut Menderita. Yesus dan Pemerintahan Allah.

Ada tiga keprihatinan utama Choan-seng Song

yang mewarnai karya-karyanya. Kami mencatat ketiga

point ini di awal anjangsana kita ke dalam pemikiran

Song sebagai penegasan bahwa inilah konteks

pemikiran teologi.

Pertama, perhatiannya yang besar terhadap

agama-agama dunia yang semuanya berasal dari Rahim

Asia. Betapapun Song beragama Kristen, tetapi jauh

dari dirinya untuk mengklaim kekristenan sebagai

agama yang sempurna dan unggul. Seperti yang akan

Page 3: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 123

kita dalami nanti, Song melihat agama-agama sebagai

jalan-jalan yang berbeda, tetapi yang mengarah kepada

tujuan yang sama. Teologi atau refleksi Kristen tentang

Allah memang harus bertolak dari satu keyakinan

religius (agama) tertentu, tetapi ia akan jatuh dalam

bahaya mengkarikaturkan Allah jika Allah diklaim

hanya sebagai milik dari agama tersebut.

Kedua, dalam karya-karyanya kita justru

menemukan betapa besar kecintaan Song terhadap

budaya dan pengalaman-pengalaman spiritual

manusia. Song secara asal-usul adalah seorang Cina

kelahiran Taiwan. Sekarang ia tinggal dan bekerja di

Amerika. Pengalaman lintas budaya ini membuat dia

arif memahami tempat budaya dalam pemaknaan

kehidupan.

Berbeda dengan teologi tradisional selama

berabad-abad dalam kekristenan yang memandang

agama-agama non Kristen dan budaya masyarakat dari

dunia di luar Eropa dan Amerika Utara secara negatif,

Song justru mencurahkan seluruh energinya untuk

memperlihatkan bahwa penilaian negatif itu

sesungguhnya lebih merupakan arogansi filosofi dan

kebudayaan Barat. Penilaian negatif itu berseberangan

jalan dengan hakikat agama-agama non Kristen dan

kebudayaan masyarakat dunia ketiga dilihat dari

perspektif penyataan Allah di dalam Kristus

sebagaimana disaksikan dalam Alkitab: Perjanjian

Lama dan Perjanjian Baru.

Page 4: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

124 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Song karena itu termasuk dalam salah satu juru

bicara teologi yang menyuarakan kesetaraan dan

sepadanan agama-agama dan budaya manusia sebagai

sumber-sumber otentik bagi upaya menjajaki dan

mengalami makna Allah bagi penderitaan dan

pengharapan manusia. “Agama-agama dan budaya

manusia,” kata Song, “bukanlah sekedar faktor-faktor

kebetulan dalam sejarah sehingga dapat dibuang

semau-maunya.”1

Ketiga, situasi kemiskinan dan ketidakadilan

yang menjadi nasib tak terelakkan dari sebagian besar

penduduk dunia, dengan jumlah terbesar dari mereka

ada di Asia juga menjadi masalah yang tak henti-

hentinya digumuli Song dalam karya-karyanya.

Singkatnya: kepelbagaian agama, keberagaman budaya

dan situasi kemiskinan serta penderitaan umat

manusia merupakan darah dan daging dari

perenungan-perenungan Song akan Allah dan

maknaNya bagi kehidupan manusia.

Misi atau Pekabaran Injil

Perkenankan kami mulai membahas

pemahaman Song tentang pekerjaan misi atau

pekabaran Injil gereja dengan mengutip pendapat Song

ini: “Kita harus menolak cobaan untuk menjadikan

1 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. Jakarta:

BPK Gunung Mulia. 1995. hlm. 71.

Page 5: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 125

Kristen segala sesuatu yang kita lihat dan sentuh.”2

Pernyataan Song ini bukan sebuah spontanitas, keluar

begitu saja. Tidak! Pernyataan ini ada konteksnya, ada

sebabnya yakni paham dan praktek misi atau

pekabaran Injil yang pernah dan sedang berlangsung

dalam gereja.

Misi atau pekabaran Injil yang berlangsung

dalam gereja selama dua millennium yang sudah

berlalu, demikian ditunjukkan Song, adalah memaksa

orang-orang yang telah dimenangkan bagi Kristus dan

daerah-daerah yang telah ditaklukan oleh para

misionaris menjadi Kristen. “Misi Kristen pada

hakikatnya adalah suatu misi pengkristenan.3 Para

pekabar Injil datang kepada bangsa-bangsa dan

berusaha mengubah nama-nama pribumi dengan

nama-nama Kristen dan membuang nama-nama

pribumi mereka bersama dengan semua keyakinan dan

nilai-nilai kekudusan dan kemanusiaan yang mereka

miliki. Semua hal yang tidak bernuansa Kristen

dianggap tidak layak dan tidak pantas.

Tidak ada sama sekali keinginan, usaha apalagi

agenda dari para pekabar Injil untuk berkenalan

dengan agama bangsa-bangsa itu. Doa-doa dan

meditasi yang dinaikan kepada Allah dengan hati yang

murni dan penuh penyerahan diri, ritus dan ibadah

yang diselenggarakan secara tetap sebagai bentuk

2 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. Jakarta:

BPK Gunung Mulia. 1989. hlm. 64. 3 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm. 7.

Page 6: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

126 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

penyembahan akan keagungan dan kebesaran Allah

dianggap sebagai sampah. Nyanyian-nyanyian

pemujaan dari umat beragama non-kristen hanya

dilihat sebagai sumber kebisingan yang mengganggu.

Misi atau pekabaran Injil hanya memiliki satu agenda:

mentobatkan mereka ke dalam kekristenan.

Song mendeskripsikan paham dan praktek misi

yang dilakoni para misionaris selama ini dalam kalimat

berikut: “Kami minta kalian menerima Yesus sebagai

juruselamat kalian, sebagaimana kami mengerti dan

menghayatiNya dari Alkitab kami, dari sejarah Kristen

kami, dan dari budaya Kristen kami, dan bukan

sebagaimana kalian memahaminya dari sejarah kalian,

agama dan kebudayaan kalian… kami mempunyai

sesuatu yang lebih baik untuk kalian.”4

Ada dua permasalahan yang terkandung dalam

paham dan praktek misi seperti yang tergambar di atas.

Pertama, misi atau pekabaran Injil diartikan sebagai

penyebaran dan perluasan kekristenan serta budaya

dan peradaban dari si pewarta Injil, bukan lagi

pemberitaan firman Allah dan proklamasi nama Yesus.

Pembiasan ini sudah disadari. Pada bulan Mei 1980

orang Kristen dari pelbagai belahan bumi yang

bergabung dalam WCC bertemu di Melbourne. Di situ

mereka menegaskan hal berikut:5

4 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

11. 5 Dikutip dari Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm. 7.

Page 7: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 127

Misi kita adalah menyampaikan firman Allah,

menyebut nama Yesus Kristus, agar seluruh umat

manusia boleh menjawab panggilan Tuhan kita

di hadiratNya dan berpaling kepadaNya.

Hal serupa kembali ditegaskan beberapa

misionaris Jerman sebagai refleksi terhadap pekerjaan

pekabaran Injil mereka di Papua. “Tugas missioner

kami adalah untuk memberitahukan kepada manusia

akan adanya tawaran keselamatan melalui rahmat

Allah dalam Yesus Kristus. Tugas kami adalah

membagikan kartu undangan untuk beriman kepada

Yesus Kristus. Kami berbahagia jika ada yang ikut

dengan kami, dan kami juga tidak kecewa jika ada

orang yang dengan alasan tertentu tidak ikut

bergabung. Mereka semua anak-anak Allah. Kami

tidak memberitakan adanya Allah baru, karena kami

percaya bahwa hanya ada satu Allah.”6

Kedua, misi yang dipahami sebagai penyebaran

dan perluasan kekristenan mengandaikan bahwa

agama Kristen adalah agama yang benar, absolut dan

unggul. Agama-agama non Kristen adalah palsu dan

para pemeluknya bakal diusir dari rumah Sang Bapa.

Paling bagus mereka hanya akan dijadikan tukang cari

kayu dan tukang timba air dalam rumah sang Bapa.

6 Fidon R. Mwonbeki. Dalam: Joane Beuker, dkk. Identitas di dalam Krisis. West Papua Netzwerk. Tanpa Tahun. hlm.

16.

Page 8: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

128 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Pandangan seperti ini sungguh mengerikan.

Song lalu berkisah tentang Lin Yutang, seorang

perempuan Kristen Cina yang memutuskan untuk

menjadi seorang kafir karena tidak tahan mendengar

cap kafir yang dikenakan para misionaris kepada

tradisi rakyat dan mitologi-mitologi bangsanya. Lin

Yutang mengaku bahwa pemberontakannya itu bukan

terhadap Yesus, tetapi terhadap misi Kristen yang

bertujuan kristenisasi.7

Inilah konteks dari pernyataan Song yang kita

kutip tadi: “Kita harus menolak`cobaan untuk

menjadikan Kristen segala sesuatu yang kita lihat dan

sentuh.” Kalau begitu, apa sesungguhnya yang harus

kita lakukan dalam misi atau pekabaran Injil? Jawaban

Song untuk pertanyaan ini adalah sebagai berikut:8

Misi Kristen tidak perlu menjadi misi

pengkristenan. Tugas orang Kristen bukan untuk

membaptiskan setiap orang dan segala sesuatu

dengan nama Kristen. Memberitakan kabar baik

dalam Kristus tidak sama dengan mengkristenkan

dunia dengan sistem-sistem kepercayaan Kristen,

asumsi-asumsi doktriner Kristen atau nilai-nilai

kebudayaan Kristen. …. Misi Kristen yang

menuntut perubahan seperti itu, berlawanan

dengan Injil inkarnasi.

7 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

13. 8 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

18.

Page 9: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 129

Inti kabar baik, kata Song, adalah: “Allah

mengenal kita satu per satu dengan nama kita masing-

masing. Allah mengenal kita dengan baik sekali,

sehingga Ia menjadi salah seorang dari kita di dalam

Yesus Kristus. Bukankah ini inti Injil?” Misi atau

pewartaan Injil bukanlah untuk mentobatkan orang ke

dalam kekristenan, tetapi memberitahukan kepada

setiap orang bahwa Allah mengenal mereka satu per

satu dengan nama masing-masing, tentu saja dengan

tujuan supaya masing-masing mereka menjalani hidup

dalam pengucapan syukur kepada Allah menurut nilai-

nilai yang dikenal dalam agama dan budayanya.

Inti sari Injil ialah: Allah mengenal manusia

satu persatu dengan nama masing-masing, apapun juga

agama dan keyakinan religiusnya. Keselamatan yang

dikerjakan Allah di dalam Kristus diperuntukan bagi

setiap mereka. Song menulis: “Tidak ada bangsa yang

dikecualikan dari kasih Allah yang menyelamatkan,

tak satupun, bahkan tidak juga mereka yang jahat,

diabaikan di luar kasih yang ikut menderita.”9 Song

menyebut ini sebagai rahasia misi yang harus

dipelajari, diselidiki dan diungkapkan oleh misi

Kristen.

Rahasia yang Song maksudkan adalah

kenyataan bahwa bukan orang Kristen atau para

pewarta Injil yang membawa Allah kepada bangsa-

bangsa non-kristen di Asia dan Afrika. Allah

sendirilah yang memperkenalkan orang Kristen

9 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 71.

Page 10: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

130 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

kepada saudara-saudaranya di Asia dan Afrika.10 Ini

mengandaikan bahwa bukan gereja yang memulai misi

di dalam dunia, melainkan Allah. Dunia telah menjadi

ladang misi Allah sebelum gereja dipanggil melayani

pekerjaan misi. Dan dunia tidak pernah berhenti

sebagai ladang misi Allah setelah gereja turut ambil

bagian dalam misi tersebut. Dalam melakukan

pekerjaan misi atau pekabaran Injil, gereja tidak

menggantikan Allah atau membuat Allah beristrahat

apalagi pensiun.

Keikutsertaan gereja dalam pekerjaan misi

yang telah dimulai Allah justru membuat Allah

semakin sibuk. Allah harus meneruskan misi

penyelamatanNya di tempat-tempat di mana gereja

dilarang, pada saat yang sama Allah juga harus

menopang gereja untuk mengerjakan misi,

menguatkan gereja kalau semangatnya melemah dan

memulihkan situasi apabila misi dikerjakan gereja

dengan cara dan tujuan yang berlawanan dengan

kehendak Allah.11

10 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

18. 11 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

60.

Page 11: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 131

Pemaparan Song tentang rahasia misi yang

menjungkirbalikkan paham tradisional kita tentang

misi atau pewartaan Injil12 ia dasarkan atas keyakinan

yang tertanam kokoh dalam hatinya tentang Allah

yang disaksikan dalam Alkitab. Baiklah kita segera

mendalami pemikiran Song tentang Allah.

Allah Sejarah Tuhan Bangsa-Bangsa

Allah adalah Tuhan atas sejarah. Dia bukan

hanya Tuhan bagi Israel. Sejarah bangsa-bangsa di luar

umat perjanjian bukanlah suatu sejarah yang sama

sekali asing bagi Allah.13 Song menegaskan bahwa

Allah bukan monopoli bangsa manapun. Allah juga

bukan milik dari satu bangsa tertentu. Tidak ada satu

bangsa, betapapun salehnya yang dapat mengurung

Allah atau mengklaim Allah sebagai milik pribadinya.

Allah adalah Tuhan atas sejarah dan pemiliki seluruh

bumi dan isinya.

Dengan merujuk kepada Yesaya 49:15 Song

menggambarkan hubungan Allah sebagai pemilik dan

bangsa-bangsa miliknya dengan gambaran hubungan

seorang ibu dengan anaknya. Karena, sama seperti

sang nabi, Song juga bertanya: “Dapatkah seorang

perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak

menyayangi anak dari kandungnya? Sebagai ibu,

12 Widi Artanto. Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia. Yogya: Taman Pustaka Kristen. 2008. hlm. 4. 13 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 57.

Page 12: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

132 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

ingatan Allah kepada manusia miliknya adalah ingatan

yang kuat, suci dan tidak dapat dilanggar.”14

Memang Alkitab memberi lebih banyak

perhatian pada hubungan Allah dan Israel sebagai

hubungan ibu dan anak. Meskipun demikian, kata

Song, perhatian dan keprihatinan Allah terhadap Israel

tidak membuat perhatian dan keprihatinanNya

terhadap bangsa-bangsa kendor. Ingatan dan

kepedulian Allah terhadap Sion dan Yerusalem sama

kuat dengan ingatan dan kepedulian Allah terhadap

Babel dan Mesir. Perhatian dan keprihatinan, ingatan

dan kepedulian itu berhubungan dengan sebuah

rencana masa depan yang telah dipatri Allah kuat-kuat

dalam hatiNya sejak kekekalan, yakni keselamatan

mereka.

Paradigma hubungan Allah, Israel dan bangsa-

bangsa yang baru saja kita tunjukkan tadi juga

dikenakan Song dalam hubungan Allah, Gereja Kristen

dan orang-orang dalam agama non-kristen. Dia

menulis begini:15

Tak ada orang, betatapun salehnya, dapat

menyatakan klaim secara khusus atas Allah.

Memang Allah mengingat Israel, tetapi Ia pun

mengingat orang-orang Babel. Allah mempunyai

ingatan yang kuat akan gereja Kristen, memang,

tetapi kesejahteraan orang-orang yang

14 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 65. 15 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 66.

Page 13: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 133

berkeyakinan dan berbudaya lain pun tak pernah

lenyap dari kenangan Allah.

Berhadapan dengan realita diri Allah ini, yakni

Allah yang terbuka kepada semua manusia dan adalah

Tuhan yang mengerjakan keselamatan bagi semua

orang maka teologi Kristen, demikian kata Song, harus

bersifat terbuka.16 Artinya, teologi tidak boleh dibatasi

pada pekerjaan dengan data yang siap pakai dan

mengulang-ulangi penafsiran-penafsiran yang baku

terhadap data-data tersebut. Agama-agama

mempunyai data-data baru. Teologi dan misi atau

pekabaran Injil harus terbuka terhadap hal-hal asing

yang terjadi di sekeliling mereka.17

Allah yang adalah Tuhan atas sejarah dan

semua manusia terus bekerja bagi keselamatan mereka.

Gerakan yang diambil Allah untuk menanamkan

keselamatan itu, kata Song, tidak dapat lagi

diterangkan dalam pengertian sejarah yang bergerak

pada sebuah garis lurus. Tidak! Allah yang bekerja

dalam gerakan garis lurus adalah Allah yang tertutup

dan diskriminatif. Allah seperti ini melumpuhkan

bahkan menghilangkan makna keselamatan yang Dia

sendiri kerjakan. Ini bukanlah gerakan Allah yang

disaksikan Alkitab.

16 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

61. 17 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

66.

Page 14: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

134 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Manakala Alkitab bersaksi tentang Allah,

Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa Allah

bergerak maju untuk menanamkan keselamatan ke

dalam setiap manusia dan gerakan yang dilakukan

Allah itu adalah ke segala arah. “Allah bergerak maju,

bergerak ke samping dan bahkan ke belakang.

Barangkali Allah juga bergerak berbelok-belok….

Allah pergi ke mana saja yang membutuhkan

kehadiran yang menebus – di Asia, di Afrika, seperti

halnya di Israel dan di Barat.”18

Atas dasar pemikiran ini, Song dengan keras

menolak peranan Israel sebagai pengantara, wali bagi

bangsa-bangsa lain dengan siapa dan melaluinya Allah

memperlihatkan karya penebusanNya. Pandangan ini

mengandaikan bahwa warisan-warisan kebudayaan

dan agama di luar Israel tidak akan bermanfaat sama

sekali bagi penyataan Allah. Song memberontak

terhadap model berteologi seperti ini. Bagi dia perlu

ditemukan satu kerangka teologi baru untuk

memahami kehadiran Allah yang menyelamatkan di

antara bangsa-bangsa dan agama-agama di luar Israel.

Song juga menolak kebiasaan memilah-milah

sejarah dalam dua bagian: sejarah keselamatan dan

sejarah dunia. Bagi dia sejarah adalah satu totalitas.

Kalau Israel dipilih Allah untuk mewujudkan

kehadiranNya yang menyelamatkan, itu bukan dalam

arti Israel menjadi wali bagi bangsa-bangsa. Yang

18 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

64.

Page 15: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 135

benar ialah Israel ada sebagai simbol atau contoh dari

hal yang sama yang dikerjakan Allah di antara bangsa-

bangsa. Menegaskan ini Song menulis:19

Dalam terang pengalaman unik Israel, bangsa-

bangsa lain boleh belajar bahwa sejarah mereka

juga dikaruniai kuasa keselamatan.

Inilah kerangka teologi baru yang diusulkan

Song. Dia sendiri menamakan kerangka ini loncatan teologis Asia. Ungkapan ini sejajar dengan apa yang

disebut Pieres sebagai Asian sense dari teologi (teologi

yang memiliki cita-rasa Asia).20 Loncatan Asia ini

hanya bisa dibuat apabila kita melakukan rancang

bangun pemahaman teologis dalam satu kerangka

teologis yang baru.

Dalam hubungan dengan rancang bangun

kerangka teologis yang baru itu Song menyebut di sini

hal menarik untuk kita dalami lebih jauh, yakni

gerakan garis lurus dan gerakan berbelok-belok dari

Allah dalam menamkan keselamatan kepada manusia

milikNya. Seperti apakah gerakan garis lurus dan

19 Choan-seng Song. Third-Eye Theology. Maryknoll: Orbis

Book. 1979. hlm. 36. 20 Dikutip dari A.A. Yewangoe. “Pokok-Pokok Pikiran

Aloysius Pieris.” Dalam: Perhimpunan Sekolah-Sekolah

Theologia di Indonesia (PERSETIA): Bahan Study Institute

tentang Dogmatika tanggal 9-22 Juni 1989 di Kaliurang –

Yogyakarta. 1989. hlm. 37.

Page 16: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

136 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

gerakan berbelok-belok itu dan apa artinya itu bagi

keselamatan manusia?

Gerakan Garis Lurus & Gerakan Berbelok-Belok dari

Allah

Allah yang bergerak untuk menanamkan

keselamatan yang Dia kerjakan di dalam Kristus pada

sebuah garis lurus, kata Song, adalah teologi dari

tradisi deuteronomis yang menghiasi kitab-kitab

sejarah, yakni dari Yosua, Hakim-Hakim, I dan II

Samuel serta I dan II Raja-Raja. Allah bergerak maju

mengikuti sebuah garis lurus tidak dapat dan tidak

akan toleran terhadap klaim-klaim kebenaran yang

lain. Ia tidak menyesuaikan diri, apalagi

berkompromi.21 Ia datang untuk memisahkan antara

yang benar dan salah, hitam dan putih, yang dihukum

dan yang diselamatkan. Allah yang bergerak pada

sebuah garis lurus menarik batas jelas antara agama

yang benar dan agama yang sesat atau kafir.

Ini mengandaikan bahwa misi pewartaan

keselamatan mewajibkan orang-orang mengambil

keputusan untuk meninggalkan agama yang salah

untuk bergabung dengan agama yang benar. Dalam

kasus umat Allah dalam Perjanjian Lama itu berarti

orang-orang diminta menjauhkan agama-agama

Kanaan dengan semua ritus dan ibadahnya demi

21 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

27.

Page 17: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 137

mempertahankan kemurnian iman kepada Yahweh.

Siklus dosa-hukuman-pertobatan-kelepasan adalah

tema yang terus berulang dalam kitab-kitab yang

sudah kita catat di atas. Inilah salah satu arti dari garis

lurus yang dimaksudkan Song.

Inilah panorama berpikir yang mengisi setiap

detak nadi teologi deuteronomi. Ia menggantikan

perjanjian yang universal dari Allah dengan suatu

perjanjian yang partikularistis, yakni yang mengikat

Israel kepada Allah dengan menolak bangsa-bangsa

lain dan orang-orang lain. “Dalam Yosua,” demikian

kata Song, “kita melihat dengan amat jelas

perkembangan teologi deuteronomis tentang sejarah

menjadi suatu pemikiran yang eksklusif yang terutama

dipengaruhi oleh hubungan-hubungan kebencian

Israel dengan bangsa-bangsa.”22

Panorama ini bertolak dari pemahaman

tentang Allah sebagai yang tinggi, kuat dan tak

tertandingi kuasaNya. Konsepsi tentang Allah seperti

ini melahirkan gagasan mengenai Mesias dalam

pengertian keagamaan dan politis yang bercorak

militant, superior dan unggul. Jenis teologi ini

memang berguna memperkokoh identitas diri Israel

sebagai kaum minoritas di tengah-tengah agama-

agama Kanaan waktu itu, tetapi teologi ini berbahaya,

kata Song karena ia tidak mampu melihat tempat

positif dari bangsa-bangsa lain di dalam karya

penciptaan dan penebusan Allah. Teologi yang

22 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 67.

Page 18: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

138 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

bercorak Israel sentris ala tradisi deuteronomis “tidaklah memadai sebagai basis pemahaman tentang

kegiatan Allah dalam lingkaran-lingkaran yang lebih

luas.23

Bahaya ini, kata Song disadari secara penuh

oleh nabi-nabi klasik abad ke VIII dan VII Seb.

Masehi. Di bawah kepeloporan deutero Yesaya,

mereka mengambil langkah berani untuk melompat

dari sentrisme Israel ke pandangan yang jauh lebih

luas tentang bangsa-bangsa. Mereka ini berbicara

tentang Allah yang bergerak dalam segala arah:

bergerak maju, ke samping, ke belakang, berputar-

putar dan bahkan bergerak berbelok-belok dalam

menanamkan keselamatan.

Allah yang bergerak ke segala arah, bahkan

juga berbelok-belok, tidak lagi menaruh pemisahan

antara yang benar dan yang salah, yang fasik, kafir dan

yang ditebus dan diselamatkan. Yang Ia buat justru

merangkul dan mempersatukan sehingga tidak lagi ada

yang jauh dan dekat, orang dalam dan orang luar,

pendatang atau orang asing. Ia berjuang untuk

mempertemukan dan memadukan yang tidak

mungkin dipersatukan. Itu nampak, sebagaimana yang

diperlihatkan Song, dalam pemberitaan Yesaya tentang

Koresy, raja Persia yang diangkat Allah sebagai

gembala Tuhan, mesias Allah atau Nebukadnezar yang

disebut dalam pemberitaan Yeremia sebagai hamba

Tuhan (Yer. 27:5-6).

23 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 68.

Page 19: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 139

Tindakan Allah memilih tokoh-tokoh ini

dipakai Song untuk menunjukan bahwa bahwa

medan-medan teologi (pencaharian makna Allah)

adalah bidang yang tanpa batas. Dalam arti upaya

menjajaki dan mengalami makna Allah tidak

mempunyai batas-batas yang telah ditentukan lebih

dahulu.24 Asumsi bahwa hanya budaya yang sangat

dipengaruhi kekristenanlah yang dapat mempunyai

tempat yang sah dalam pencaharian makna Allah oleh

Song dianggap sebagai asumsi yang keliru.

Inilah panorama teologi yang mengisi tradisi

deutero Yesaya. Allah tidak lagi dipahami dalam

panorama berpikir deuteronomi sebagai tuan yang

berkuasa, tinggi dan militan, melainkan sebagai hamba

rendah hati, berbela rasa dan rela menderita. Teologi

Allah yang militan dari tradisi deuteronomi digantikan

oleh tradisi deutero Yesaya dengan teologi Allah yang

ikut menderita. Song menulis: “Iman yang selalu

berusaha mengukuhkan diri dan mendominasi orang

lain, menyingkir kepada iman yang menyangkali

dirinya agar yang lainnya boleh digenapi.25

Penggambaran Allah secara baru yang

diperkenalkan tradisi deutero Yesaya memang sulit

diterima, tetapi paham ini mendorong Israel untuk

meninggalkan klaim-klaim keunggulan diri mereka

24 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

57. 25 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 69-

70.

Page 20: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

140 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

sebagai satu bangsa untuk solider dengan mereka yang

lain, terutama mereka yang selama ini dalam tradisi

deuteronomi dianggap sebagai sampah umat manusia.

Panggilan kepada reorientasi ini bertolak dari faham

akan Hamba yang Menderita yang menyatakan hukum

kepadan bangsa-bangsa (Yes. 42:1), menjadi terang untuk bangsa-bangsa (Yes. 49:6), matinya di antara

penjahat-penjahat dan orang menempatkan kuburnya

di antara orang fasik (Yes. 53:9).

Allahnya tradisi deutero Yesaya adalah Allah

yang melakukan trasposisi dan cukup rendah hati

untuk menerima bangsa-bangsa pada ruang

pengadilan. Ia tidak memaksa keputusan kepada

mereka tetapi mengundang mereka mengungkapkan

pandangan-pandangan mereka. Mereka dipersilahkan

oleh Allah untuk ikut memutuskan bersama Allah

bagaimana keselamatan itu ditanamkan ke dalam

mereka.26

Rancang bangun teologi baru ini memiliki

fondasi kuat pada relasi tidak terpisahkan antara

penciptaan dan penebusan. Fondasi ini bukan hasil

rekayasa Song. Itu adalah bagian integral dari

konstruksi teologi tradisi deutero Yesaya yang

menghubungkan pengangkatan Koresy sebagai mesias

Allah dan Nebukadnezar sebagai Hamba Tuhan

dengan peristiwa penciptaan. Atas dasar ini Song dengan tegas mengatakan bahwa di mana ada ciptaan

di sana ada penebusan, sebab Allah yang menebus itu

26 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 71.

Page 21: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 141

tidak lain adalah Allah yang menciptakan. Cerita

penciptaan tidak lain adalah cerita keselamatan.27 Ini

berarti bahwa Kristus harus dipahami sebagai yang

sudah ada di dalam kebudayaan bangsa-bangsa lain

jauh hari sebelum kekristenan itu sendiri datang.28

Jelasnya Allah dalam tradisi deutero Yesaya adalah Allah yang terbuka. Ia tidak bergerak dalam

garis lurus saja. Ia juga bergerak melingkar dan

berbelok-belok. Kalau keterbukaan ini sekarang kita

pakai untuk memahami misi gereja yang menurut

Song haruslah berjalan mengikuti misi Allah,29 maka

konsekwensinya adalah misi gereja haruslah terbuka,

melingkar dan berbelok-belok, yakni melompat keluar

dari rasa superioritas iman dan keselamatan yang

selama ini diciptakan oleh agama Kristen untuk

melihat bahwa tak ada satu agama atau bangsa yang

dikecualikan dari kasih Allah yang menyelamatkan.30

Misi gereja atau pewartaan Injil yang terbuka

bukan berarti berkompromi dengan kebenaran yang

ada di pihak lain, tetapi mengakui bahwa kebenaran

yang selama ini kita pahami hanyalah satu bagiannya

saja, bahkan secercah saja. Kebenaran itu barulah

27 Choan-seng Song. Christian Mission in Reconstruction: An Asian Analysis. Maryknoll: Orbis Book. 1977. hlm. 52. 28 Dikutip dari A.A. Yewangoe. “Kecenderungan-

Kecenderungan…” hlm. 10. 29 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

60. 30 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 71.

Page 22: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

142 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

memperoleh wujudnya secara penuh apabila ia berada

di antara kumpulan orang dari segala segi kehidupan.31

Kristus Melintasi Batas-Batas Agama

Allah dalam tradisi deutero Yesaya yang

melakukan transposisi dari keberadaannya sebagai

tuan yang berkuasa, tinggi dan militan, menjadi

sebagai hamba rendah hati, berbela rasa dan rela

menderita, kita temukan makin jelas dan terang

benderang dalam diri dan karya Yesus Kristus. Allah

seperti yang nyata di dalam Kristus melintasi batas-

batas ras, agama dan budaya.32 Transposisi ini, menurut

Song tidak hanya terjadi pada Kristus di Betlehem dua

ribu tahun yang lalu, tetapi sedang terjadi sekarang di

Asia. Kristus menghadirkan diriNya dalam

pengungkapan diri yang berbeda-beda sebagai

cerminan kasihNya yang merangkul manusia untuk

masuk dalam lingkaran keselamatkan.

Transposisi itu diceritakan Song dengan

menunjuk kepada pengalaman seorang rahib Hindu,

Sri Ramakrishna yang beberapa kali dijumpai Yesus

dalam penglihatan. Yesus yang menampakan diri

kepadanya memiliki hidung pesek. Sri Ramakrishna

tidak bertobat ke dalam agama Kristen. Yesus juga

31 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

63. 32 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 4.

Page 23: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 143

tidak pernah meminta Sir Ramakrishna untuk

meninggalkan agamanya, Hindu.33

Kristus menjumpai Sri Ramakrishna sebagai

seorang berhidung pesek. Ia melakukan transposisi

dari hidung mancung ke hidung pesek karena orang

Asia yang adalah saudara dan saudari Sri Ramakrishna

umumnya berhidung pesek, hidung yang sering

dilecehkan orang Eropa. Yesus membuat hidungNya

pesek supaya kehadiranNya tidak mengganggu dan

membangkitkan kemarahan orang Asia, supaya Dia

tidak dianggap asing bagi orang Asia dan membuat

orang Asia minder untuk menerima Dia sebagai

saudara mereka.

Kristus melintasi batas-batas agama, yang

mentransposisikan diri supaya dapat menyapa orang-

orang yang ditemuinya sebagai saudara bukan hal yang

aneh. Dalam Perjanjian Baru sebagaimana ditegaskan

Paulus dalam I Korintus 9:22 Kristus “menjadi segala-

galanya untuk semua orang.” Kalau Kristus saja

melakukan transposisi (membuat diriNya sama dengan

orang-orang yang Dia temui) supaya mereka dapat

menerima Dia dan Dia juga dapat menyapa mereka,

mengapa gereja tidak melakukan hal yang sama dalam

karya misinya?

Kalau Kristus adalah isi dari Injil, maka injil

pun tentulah tidak anti perubahan (transposisi). Song

menunjukan hal ini secara eksplisit. Injil, menurut

Song, sejak awal pemberitaannya telah mengalami

33 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 3.

Page 24: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

144 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

transposisi bahkan juga mengakibatkan perubahan

yang dahsyat dalam hati masyarakat. Injil dengan

kemampuan berubah yang dahsyat itu ditegaskan

Paulus dalam I Korintus 9:20-23.

Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi

seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan

orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang

hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi

seperti orang yang hidup di bawah hukum

Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di

bawah hukum Taurat, supaya aku dapat

memenangkan mereka yang hidup di bawah

hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak

hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi

seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum

Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum

Allah, karena aku hidup di bawah hukum

Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka

yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi

orang-orang yang lemah aku menjadi seperti

orang yang lemah, supaya aku dapat

menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua

orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya

aku sedapat mungkin memenangkan beberapa

orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku

lakukan karena Injil, supaya aku mendapat

bagian dalamnya.

Mengomentari penegasan Paulus ini Song

mengatakan bahwa kekuatan Injil untuk mengubah

Page 25: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 145

hati manusia bukan berarti Injil anti perubahan. Yang

terjadi justru sebaliknya. Injil yang mengubah

lembaga-lembaga manusia dan menciptakan nilai-nilai

baru memiliki kemampuan berubah yang luar biasa.

Kemampuan berubah dari Injil itulah yang selama ini

diremehkan atau diabaikan gereja.34 Apa yang

dilakukan gereja selama ini adalah menampilkan Injil

sebagai yang anti perubahan, padahal injil yang anti

perubahan akan membuat injil menjadi sesuatu yang

aneh.

Peremehan gereja atas kemampuan berubah

yang luar biasa dari Injil nampak dalam upaya gereja

untuk menempatkan Injil dalam sebuah gerakan garis

lurus, yakni upaya memahami kabar keselamatan yang

dikerjakan Allah di dalam Kristus sebagai sebuah

gerakan yang logis dan tidak memungkinkan adanya

selaan. Gerakan logis itu bermula dari ciptaan,

kejatuhan, pemilihan Israel, Yesus Kristus, gereja

sebagai Israel baru dan akhirnya penggenapan

terakhir. Garis sejarah ini susul menyusul dan tidak

dapat dibelokkan atau diputuskan (Allah Turut

Menderita: 33).

Garis lurus seperti ini, kata Song,

menghasilkan penyederhanaan. Ia membuang segala

ketidakaturan dan meluruskan masalah-masalah kita

yang kusut. Injil sebagai kabar keselamatan yang

bergerak maju menurut garis lurus mengandaikan

34 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 16-

17.

Page 26: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

146 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

bahwa Injil menolak kerja sama, menghakimi,

menghukum, menghapuskan dan tidak mengenal

pengampunan. Injil yang dipahami sebagai sebuah

garis lurus membuat Allah menjadi sebuah karikatur

(Allah Turut Menderita: 34). Injil yang dijadikan

sebuah gerakan keselamatan garis lurus

memperkenalkan kepada kita Allah yang monoton dan

tidak menarik. Ia membuat wajah orang Kristen

muram dan murung. Ia membuat ibadah jemaat

menjadi seperti sebuah pertemuan ilmiah, orang-orang

yang hadir dalam ibadah itu diliputi ketegangan dan

memperlihatkan wajah yang serius. Injil garis lurus

menyingkirkan gelak tawa pada wajah Allah dan

wajah para penyembahNya. Agama tidak lagi menjadi

media pengungkapan sukacita dan kebahagiaan, tetapi

menjadi sesuatu yang berbahaya. Akhirnya. Injil garis

lurus tidak memberi ruang apapun untuk memahami

pekerjaan Allah di luar Israel dan gereja (Allah Turut Menderita: 35-37).

Israel, Gereja dan para pengikut Kristus

memahami Injil sebagai sebuah gerakan garis lurus,

sebagaimana yang sudah berlangsung selama berabad-

abad sesungguhnya berseberangan dengan Allah yang

bergerak ke segala arah: ke depan, ke belakang, ke atas,

ke bawah, ke dalam dan juga keluar, dan juga secara

menyilang. Allah tidak terikat hanya dalam satu garis

gerakan. Ia melakukan gerakan yang tidak dapat

dikungkung ke satu arah tertentu saja.35 Alasannya,

35 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 38.

Page 27: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 147

menurut Song, Allah adalah Kasih. Song menjelaskan

kasih sebagai hakikat Allah itu dalam kutipan

berikut:36

Kasih bukanlah sebuah konsep geometris. Ia tak

dapat diukur dengan mistar. Ia tak dapat

ditimbang pada timbangan. Ia tak dapat

diluruskan dengan garis. Dan yang paling tidak

mungkin ialah, kasih sebagai garis lurus. Kasih

itu bundar, tidak lurus. Ia tidak menembus

angkasa seperti sebuah garis lurus, melainkan

mengisinya dan menyapunya. Ia bukanlah suatu

gerakan linear melainkan gerakan konsentris. Ia

tidak analitis melainkan sintetis. Ia tidaklah

menghakimi melainkan merangkul. … Allah

bukanlah garis lurus, melainkan kasih. Allah

garis lurus dari heilsgeschichte adalah Allah yang

keras, ketat yang telah menentukan sebelumnya

siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang

akan dihukum.

Jelaslah bahwa injil yang dijadikan sebuah

gerakan garis lurus oleh gereja bertentangan dengan

hakikat Injil yang adalah kasih. Gereja tahu itu, tetapi

mengapa gereja toh melakukan kesalahan itu. Dalam

eksposisinya terhadap pembangunan menara Babel,

Song menunjukkan bahwa Injil dipahami sebagai garis

lurus karena ada ketakutan terhadap keterserakkan.

Berserak itu akan menyebabkan kehancuran

36 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 34.

Page 28: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

148 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

persekutuan dan merusakkan kesinambungan

identitas. Ketakutan itu sebenarnya tidak beralasan,

karena justru perserakkan akan membuat ikatan

persekutuan makin kokoh dan identitas diri justru

makin dipahami. Itu sebabnya, Allah bertindak. Ia

menggagalkan upaya membangun Menara Babel.37

Allah yang bergerak dalam segala arah, Yesus

Kristus yang mendemostrasikan secara utuh dan

sempurna gerakan yang mengagumkan dari Allah ini

dan Injil yang memiliki kemampuan berubah yang

dahsyat itu haruslah kita terjemahkan dalam

kehidupan bergereja. Upaya mewujudkan temuan

mengagumkan ini dalam kehidupan bergereja, kata

Song, hanya bisa dilakukan kalau kita memandang

sejarah Israel dan Gereja dari sudut pandang yang

berlainan (Allah Turut Menderita: 38). Pertanyaan

kita: seperti apakah cara pandang tentang Israel dan

Gereja dari sudut pandang yang baru itu?

Transposisi Pemahaman tentang Gereja

Jürgen Moltmann, salah satu teolog terkemuka

abad ke-20 mengatakan bahwa setiap statement

tentang Kristus selalu berkonsekwensi pada statement

tentang Gereja.38 Di atas kita tegaskan, setidak-

37 Choan-seng Song. Allah Yang Turut Menderita. hlm. 28-

30. 38 Jurgen Moltmann. The Church in the Power of the Spirit. A Contribution to Messianic Ecclesiology. London: SCM

Press LTD. 1977. hlm.6.

Page 29: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 149

tidaknya menurut Song, Kristus mewujudkan kepada

kita transposisi yang dilakukan Allah dalam rangka

mewujudkan karya keselamatannya kepada manusia.

Transposisi itu ditunjukkan Kristus bukan hanya

dengan bergerak menurut garis lurus, tetapi bergerak

ke segala arah: ke depan, ke belakang, ke atas, ke

bawah, ke dalam dan juga keluar, dan juga secara

menyilang.

Kristus yang bertransposisi ke segala arah ini

tentulah juga harus diikuti dengan transposisi gereja.

Belajar dari Oscar Cullman, Song menegaskan agar

gereja harus mengubah garis lurus menjadi garis

melingkar dalam pemahamannya akan injil dan karya

Allah dalam sejarah. Pertanyaan kita adalah transposisi

macam apakah yang perlu dilakukan gereja sebagai

wujud ketaatannya kepada Kristus sang kepala

sebagaimana yang dipahami oleh Song?

Dari antara tulisan-tulisan Song yang

memusatkan perhatian pada upaya transposisi

pemahaman tentang gereja ada satu tulisan yang akan

kita jadikan pijakan pembahasan, yakni tulisan dalam

buku Sebutkanlah Nama-Nama Kami, secara khusus

bab mengenai Pertobatan Dialogis Dalam Tujuh Tahap yang isinya adalah sebuah analisa naratif terhadap

cerita rakyat Alice dalam Rumah Kaca.39

Setiap agama, kata Song, memiliki ego-agama,

doktrinal, dogmatis dan konstitusional. Isi dari ego-

39 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

159-186.

Page 30: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

150 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

agama itu tentu saja eksklusif, bahkan superlatif:

agama A adalah yang terbaik, karena itu adalah agama

Allah. Doktrin dan dogma-dogma itu mendefinisikan

agama bersangkutan sebagai yang terbaik dan tak

terhindarkan dalam rangka memperoleh keselamatan

Allah. Setiap umat dari agama itu suka melihat dunia

melalui kacamata ego-agamanya. Bagi gereja, ego-

agamanya adalah kekristenan.

Ego-agama itu berguna bagi tiap agama untuk

merumuskan identitas serta mengatur perilaku religius

dan sosial para pemeluknya. Tetapi ego-agama itu

tidak harus diabsolutkan. Song dalam upayanya untuk

melakukan transposisi pemahaman tentang gereja

menegaskan bahwa tidak boleh terjebak dalam ego-agama, ego-doktrinal, dst.40

Artinya, gereja tidak harus menuntut umat

beragama lain untuk melihat dunia sebagaimana orang

Kristen melihatnya, memahami keindahan hidup

menurut cara-cara yang dipahami orang Kristen dan

melaksanakan ibadah sebagaimana yang dipraktekkan

dan dijalani orang Kristen. Gereja harus belajar

menerima kenyataan bahwa orang-orang dari agama

lain yang hidup berdampingan dengannya melihat

dunia, menjalani hidup dan memaknai kenyataan-

kenyataan dengan cara yang berbeda dan dari sudut

pandang yang lain.

40 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

165.

Page 31: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 151

Jelasnya, gereja harus membuka mata dan

hatinya untuk melihat bahwa ada orang yang tinggal

di rumah yang lain, yang sama dengan dirinya

sekaligus juga berbeda dengan dirinya. Untuk

memiliki pemahaman seperti itu gereja harus keluar

dari ego-agama dan serentak dengan itu melangkah

masuk ke ruang hidup agama-agama lain.41 Keluar dari

diri sendiri untuk bertemu dengan orang lain bukan

satu tanda kekalahan atau kelemahan. Justru

sebaliknya, itu adalah satu bukti kedewasaan dan

keperkasaan iman. Avery Dulles menulis: “Manusia

menemukan dirinya dengan keluar dari dirinya

sendiri.”42

Ini tentu satu keputusan yang harus dibuat,

meskipun penuh resiko dan menyakitkan. Gerakan

keluar itu dimaksud untuk memperdalam pengenalan

terhadap para penghuni rumah di samping kita,

sekaligus memperluas paham kita mengenai luas

medan-medan kerja Allah sebab anugerah Allah yang

menyelamatkan itu tidak terikat hanya pada orang-

orang yang menyandang simbol Kristen atau biblis.

Pendalaman dan perluasan pemahaman itu tentu

dimulai dengan proses perjumpaan dan dialog. Ini

yang harus dilakukan gereja, yakni keluar dari ego-

agama Kristen untuk masuk dalam ruang hidup

agama-agama non-kristen.

41 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

168. 42 Avery Dulles. Model-Model Gereja. hlm. 61.

Page 32: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

152 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Song mengakui bahwa dalam dialog tentulah

masing-masing pihak akan mulai dengan mencari hal-

hal dalam agama lain yang sama dengan yang dikenal

dalam agama sendiri. Ini sesuatu yang manusiawi dan

normal (Sebutkanlah Nama-Nama: 167). Semua orang

yang melakukan perjalanan ke negeri-negeri asing

terbiasa dengan hal itu. Manusia cenderung mencari

wajah yang dikenal di antara wajah-wajah yang asing.

Dalam petualangannya masuk ke dalam ruang

hidup agama-agama non Kristen, para pengikut Kristus

akan merasa gembira dan aman kalau menemukan

sesuatu yang sama dalam agama yang lain itu. Tetapi

gereja tidak boleh hanya berpuas diri dengan

pengenalan akan hal-hal yang sama itu. Melakukan hal

itu, kata Song, sama dengan menganggap hinduisme

sekedar sebagai perpanjangan kekristenan

(Sebutkanlah Nama-Nama: 164) dan juga tidak akan

mengerti perasaan otentik dari orang-orang dalam

agama itu.

Gereja harus berjalan lebih jauh lagi. Ia harus

memusatkan diri dalam pencaharian itu untuk

memahami dan mengerti hal-hal yang tidak sama,

yang lain dari yang biasa dia alami, yang wujud dan

rupanya benar-benar baru, bahkan mengejutkan. Ini

hanya bisa gereja temukan apabila ia tidak bergerak

menurut garis lurus, yakni melihat hinduisme sebagai

perpanjangan kekristenan (Sebutkanlah Nama-Nama:

164). Gereja harus berani bergerak dalam ruang hidup

agama-agama lain secara berbelok-belok, seperti yang

dilakukan Allah di dalam Kristus, yakni menemukan

Page 33: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 153

pemahaman dan penghayatan hindiusme akan Allah

dan keselamatan yang benar-benar baru.

Jadi upaya gereja menemukan dan memahami

hal-hal yang baru di rumah yang berbeda itu bukan

sebuah tanda penyangkalan kepada Kristus, sehingga

gereja menjadi kurang kristiani. Itu justru sebuah

upaya meniru Kristus. Song lalu menunjukkan

bagaimana Yesus masuk ke dalam ruang hidup agama

Yahudi bukan dengan melakukan gerakan garis lurus,

tetapi dengan gerakan berbelok-belok.

Perayaan Sabat agama Yahudi yang dilakukan

menurut gerakan garis lurus menegaskan bahwa orang

dilarang bekerja pada haris Sabat, termasuk

menyembuhkan orang sakit. Yesus bosan dengan

gerakan garis lurus itu. Ia membuat gerakan berbelok-

belok dengan cara menyembuhkan orang-orang sakit,

tak peduli pada hari-hari biasa maupun hari Sabat.

Kalau pendapat umum memposisikan si anak bungsu

yang menghambur-hamburkan uang ayahnya sebagai

yang tidak akan mendapat bagian dalam berkat sang

ayah, Yesus justru mengatakan sebaliknya (Lk. 15:11-

32).

Begitu juga dengan dugaan orang bahwa pesta

bakal ditunda karena para tamu undangan berhalangan

hadir, Yesus bercerita bahwa si tuan pesta menyuruh

hamba-hambanya, pergi ke kota, berjalan ke semua

lorong dan belokan untuk membawa semua orang

Page 34: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

154 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

yang ada di sana, yang jahat maupun yang baik, untuk

datang ke pestanya (Mt. 22:10).43

Gerakan berbelok-belok gereja dalam ruang

hidup agama-agama lain sebagai bagian dari

komitmennya untuk meniru Kristus, justru akan

membuat dia terpesona. Mata dan hati gereja pasti

akan melihat bahwa yang hadir dalam pesta

keselamatan itu bukan hanya orang dari agama

Kristen. Tata cara perayaan itu juga tidak pernah

seragam, monoton dan membosankan, yakni dengan

cara-cara Kristen saja. Tiap orang merayakan

keselamatan dengan cara yang dikenal dalam

agamanya. Pesta itu benar-benar hidup. Keselamatan

dikaruniakan untuk semua secara lintas agama dan

budaya.44

Perspektif baru ini harus membuat gereja

bertobat, kata Song. Jadi gereja tidak masuk ke ruang

hidup agama-agama lain untuk mentobatkan orang-

orang dari agama lain itu, tetapi gereja yang harus

lebih dahulu bertobat. Gereja bertobat dari kebiasaan

mengkafirkan agama lain, atau melihat mereka sebagai

monster.45 Sekarang gereja harus melihat mereka

sebagai sesama yang ikut mengumuli makna Allah

43 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

170, 171. 44 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

171. 45 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

179-180.

Page 35: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 155

tetapi dengan cara yang sama sekali berbeda dari yang

selama ini dibiasakan dalam kekristenan. Gereja harus

memandang orang-orang dalam agama lain sebagai

sesama saudara dari satu Allah yang adalah Bapa.

Dengan ini kita sampai pada paham bergereja

(eklesiologi) yang dikembangkan Song. Menurut Song

gereja adalah persekutuan persaudaraan dari orang-

orang yang menyebar dalam berbagai agama, yang

terus-menerus menjaga kebenaran iman yang telah

tertanam dalam hatinya sambil terus berkomunikasi

dengan saudara-saudaranya dalam agama lain supaya

kebenaran itu mempengaruhi pikiran, perkataan dan

perbuatannya sehingga hidup, perkataan dan

perbuatannya menjadi bisa dipercaya.

Gereja adalah persekutuan orang-orang yang

hatinya telah dipenuhi kebenaran Allah. Menegaskan

ini Song menulis: “Kebenaran agama adalah kebenaran

hati” (Sebutkanlah Nama-Nama: 183). Agama adalah

kebenaran hati, yakni hati yang dipenuhi cinta kasih

kepada Allah dan cinta kasih kepada sesama. Agama

bukan pertama-tama masalah organisasi, aturan-

aturan, tata ibadah, gaya meditasi dan dogma serta

prinsip.

Gereja adalah orang-orang yang menjaga

hatinya untuk tetap berpegang pada kebenaran

sehingga kata dan perbuatannya dapat dipercaya.

Orang-orang seperti ini tidak hanya ada dalam agama

Kristen. Ia juga ada dalam lingkungan Hindu, Budha,

Islam, Kong Hu Chu, dst. Orang-orang ini ada dalam

Page 36: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

156 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

agama masing-masing, tetapi dalam roh mereka satu

dan tidak terpisah. Si A yang Kristen hidup dalam hati,

pikiran, perkataan dan perbuatan si B yang bukan

Kristen, sedangkan si C yang Muslim hidup dalam

hati, pikiran, perkataan dan perbuatan si A yang

Kristen.46

Kami mendapat kesan kuat bahwa gereja

dalam pandangan Choan-seng Song tidak jatuh sama

dengan agama Kristen. Gereja mengatasi dan

melampaui agama Kristen. Kami bahkan sampai

kepada kesimpulan bahwa gerejanya Choan-seng Song

bercorak lintas agama. Gereja ada dalam agama

Kristen, tetapi tidak terikat hanya kepadanya. Gereja

juga ada dalam agama-agama non-kristen.

Membaca pernyataan Song yang dalam dan

sarat makna ini saya teringat nyanyian popular gereja

yang sering saya lantunkan dengan hati-hati dan

penuh penghayatan: “Kalau hatimu sperti hatiku,

kaulah saudara dan saudariku.” Kesamaan hati yang

dimaksudkan dalam lagu ini tentu tidak menunjuk

kepada sama dalam hal keputusan politik atau pilihan

agama. Kalimat tadi menunjuk kepada kesamaan

keputusan hati untuk menjadikan Firman Allah

sebagai landasan hidup dan karya. Jadi orang-orang

yang hatinya sama untuk hal ini, mereka itu adalah

gereja.

46 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

186.

Page 37: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 157

Pemahaman Song tentang gereja seperti ini

dengan sendirinya menafikan setiap bentuk

perpindahan agama, sebab kebenaran bukan lagi

masalah berada di agama A dan bukan di agama B,

melainkan kebenaran adalah di dalam hati, hati yang

dipenuhi oleh Firman Allah dan yang mencintai dan

menerima sesamanya.

Transposisi Misi Kristen di Asia

Choan-seng Song membahas pokok ini secara

mendalam dan mengesankan dalam analisanya

terhadap cerita rakyat orang-orang Maori dari Selandia

Baru tentang kisah cinta Mata-ora dan Niwa-reka.

Analisa itu dimuat dalam buku Sebutkanlah Nama-

Nama Kami di bab kedua dengan judul: Misi Kristen

Yang Dirajah. Baiklah kita melihat cerita itu dan

bagaimana Song menerangkannya.47

Mata-ora adalah seorang pemuda penghuni

alam atas. Niwa-reka adalah seorang perempuan ras

peri dari dunia bawah. Keduanya jatuh cinta dan

membangun kebahagiaan hidup bersama untuk

beberapa waktu. Suatu hari karena cemburu dan

marah, Mata-ora memukul istrinya yang tidak

bersalah. Kecewa diperlakukan tidak adil oleh

47 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

24-26. Keseluruhan uraian dalam bagian ini kami sarikan

dari buku tadi.

Page 38: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

158 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

suaminya, Niwa-reka pulang ke rumah orang tuanya

di alam bawah.

Mata-ora menyesali perbuatannya. Dia turun

ke alam bawah mencari istrinya. Di rumah orang tua

istrinya, ia melihat mertua laki-lakinya sedang

merajah (membuat tattoo) di tubuh seorang pemuda.

Pemuda itu menjerit kesakitan, tubuhnya berdarah

dan terdapat banyak sekali luka. Cara merajah seperti

itu yakni yang menimbulkan kesakitan tidak dikenal

di alam atas. Karena itu Mata-ora, berkata kepada

mertuanya: “Caramu merajah salah.”

Di tubuh Mata-ora juga ada tattoo. Mertua

laki-lakinya mengulurkan tangannya dan menghapus

tattoo-tattoo di tubuh Mata-ora. Tattoo di tubuh Mata-

ora terhapus dan menghilang hanya dengan sekali

sentuhan tangan mertuanya, suatu tanda bahwa cara

merajah yang dipraktekkan di dunia atas justru tidak

berkualitas. Mata-ora sedih karena ia kehilangan

tattoo. Ia meminta mertuanya membuatkan kembali

tattoo di tubuhnya menurut cara alam bawah. Karena

kesakitan akibat tubuhnya dirajah, Mata-ora

menyanyikan sebuah pantun untuk mengurangi

kehebatan penderitaannya.

Niwa-reka yang bersembunyi karena tidak

ingin bertemu suaminya mendengar nyanyian kasih-derita Mata-ora. Dalam suara dan lagu itu terkandung

ungkapan cinta, penyesalan dan pertobatan Mata-ora.

Ia tergugah dengan ungkapan isi hati Mata-ora. Niwa-

reka keluar dari persembunyiannya. Ia merawat luka-

Page 39: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 159

luka suaminya. Setelah luka-luka Mata-ora sembuh dia

mengajak Niwa-reka, istrinya kembali ke alam atas,

setelah sebelumnya ia berjanji kepada mertuanya dan

juga kepada istrinya bahwa tata cara hidup di alam

bawah akan dia bawa dan terapkan di alam atas.

Ini sebuah kisah cinta yang mengharukan

antara dua orang dari dua dunia yang berbeda. Bagi

Song cerita ini cocok untuk melakukan rekosntruksi

pemahaman tentang misi Kristen di dunia non-kristen.

Ada beberapa aspek dari cerita itu yang patut

diperhatikan dengan saksama. Pertama: Mata-ora dan

Niwa-reka. Mata-ora mewakili gereja (agama Kristen)

sedangkan Niwa-reka mengatasnamai agama-agama

non-kristen.

Kedua, gambaran di tubuh (tattoo). Tattoo

adalah cap diri seseorang atau satu komunitas. Itu

adalah tanda identitas diri sebagai bagian dari

komunitas yang memberikan kepadanya akar dan arti

kehidupan. Orang-orang dalam dunia Kristen maupun

dunia non-kristen sama-sama memiliki tattoo,

identitas diri dari komunitasnya.

Dalam arti ini tattoo, menurut Song, adalah

tanda keselamatan. “Ia memberikan perlindungan

magis terhadap kemalangan dan penyakit.” Tattoo juga

menunjukkan tingkatan, status atau keanggotaan

seseorang dalam satu kelompok. Tattoo juga berarti

keindahan (Sebutkanlah Nama-Nama: 23). Cara Song

menjelaskan makna tattoo ini memberi kesan yang

kuat bahwa tattoo yang benar, yakni tattoo yang

Page 40: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

160 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

didasari cinta sampai mengeluarkan darah (kasih-derita) adalah yang dialami di Salib dan berujung pada

kebangkitan.48 Jadi orang-orang non-Kristen pun

mengenal jalan salib.

Kehidupan bersama yang damai antara

manusia dari berbagai agama adalah asumsi utama dari

pelaksanaan misi. Mata-ora adalah representasi gereja

(baca juga agama Kristen) sedangkan Niwa-reka

mewakili orang-orang dari agama lain (non-kristen).

Kedua insan ini hidup dalam alam berpikir yang

berbeda dan memahami dunia dari cara pandang yang

berbeda juga. Tetapi dalam satu hal mereka sama,

yakni kebutuhan akan cinta kasih. Dan karena cinta

kasih itulah mereka bersepakat membangun

kehidupan bersama dalam sebuah ikatan perkawinan.

Ada yang hilang dari gereja (Mata-ora) jika ia

ditinggalkan atau tidak lagi ada bersama dengan agama

lain (Niwa-reka). Inilah kenyataan yang dialami setiap

agama. Hidup bersama dalam relasi cinta kasih adalah

kebutuhan tiap agama. Gereja harus membangun

hidup bersama yang damai dan penuh cinta kasih

dengan umat dari agama lain. Gereja akan kehilangan

arti apabila ia membuat orang dari agama lain

menjauhkan apalagi memusuhi dirinya, misalnya oleh

sebab kemarahan atau kesombongan dan kecemburuan

gereja terhadap sesamanya yang lain itu.

48 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

38.

Page 41: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 161

Misi gereja terhadap orang dari agama lain,

demikian ditegaskan Song haruslah pertama-tama dan

utama adalah masalah cinta kasih dan bukan masalah

kebenaran. Kebenaran membuat gereja

menyombongkan diri atas sesamanya dan tidak

mengenal toleransi, tidak mau menyesuaikan diri,

apalagi kompromi. Ia menghakimi dan tidak dapat

dihakimi. Perpaduan antara hal-hal yang berbeda,

penyatuan antara kontradiksi-kontradiksi dan

mengharmonisasikan polarisasi-polarisasi tidak ada

dalam kamus kebenaran.49 Kebenaran mengkotak-

kotakan manusia ke dalam yang terjangkau dan yang tidak terjangkau. Ini karena kebenaran adalah sebuah

gerakan garis lurus.

Kalau kebenaran hanya akan membuat orang-

orang yang berbeda agama akan menjauh dari gereja

bahkan menutup diri, maka misi gereja kata Song,

tidak boleh berkutat pada masalah kebenaran. Ia harus

lebih merupakan masalah cinta kasih gereja terhadap

orang dari agama lain yang dengannya Allah jatuh

cinta (Sebutkanlah Nama-Nama: 30). Kalau kebenaran

menolak penyatuan dan mentabukan perpaduan hal-

hal yang berbeda, cinta kasih berjuang untuk

mempertemukan perbedaan-perbedaan. Kasih

berjuang untuk mempersatukan dan

mempersekutukan karena kasih adalah budar, garis

melingkar. Itulah agenda utama gereja dalam

49 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

27.

Page 42: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

162 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

mengerjakan misinya, yang tidak lain adalah

mengikuti misi Allah, yakni bergerak ke segala arah,

bergerak dalam garis melingkar.

Kebenaran lebih memberi perhatian pada

prinsip-prinsip. Salah satu prinsip kebenaran yang

dipegang agama Kristen ialah bahwa penyataan Allah

yang penuh hanya ada dalam agama Kristen. Agama

lain tidak memiliki penyataan Allah dan tidak

mengenal kebenaran. Karena itu orang Kristen pergi

untuk mentobatkan orang dari agama lain dalam

kegiatan penginjilan dan mewajibkan mereka menjadi

pemeluk agama kristen. Ingat perkataan Mata-ora di

dunia bawah: “Caramu merajah salah.”

Sebaliknya, cinta kasih lebih berhubungan

dengan orang-orang. Cinta kasih tidak menafikan

kenyataan bahwa agama Kristen adalah agama

penyataan Allah. Tetapi ia datang kepada umat

beragama lain bukan untuk menghakimi mereka

dengan pernyataan bahwa apa yang ada dalam agama

yang lain itu salah. Tidak! Misi datang ke dunia lain

untuk menyatakan kasih Allah bukan untuk menuduh

dan menghakimi orang lain. Gereja pergi kepada

bangsa-bangsa untuk membangun persekutuan dan

persaudaraan dengan orang-orang lain itu dalam kuasa

kasih Allah (Sebutkanlah Nama-Nama: 30).

Mata-ora pergi ke alam bawah untuk mencari

istrinya yang pergi meninggalkan dia akibat mendapat

perlakuan kasar. Di alam bawah Mata-ora melihat

mertuanya sedang merajah atau membuat tattoo pada

Page 43: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 163

tubuh seorang pemuda. Mata-ora sudah memiliki

tattoo. Di alam bawah dia melihat orang-orang di sana

juga merajah tubuh mereka. Merajah atau mentattoo

tubuh yang dilakukan orang di alam bawah kelihatan

asing. Proses merajah itu menimbulkan luka,

perdarahan sehingga pelakuknya kesakitan.

Mata-ora menyapa mertuanya yang sedang

bekerja: “Caramu merajah salah!” Mata-ora merasa

bahwa tattoo yang ada padanya dan cara membuat

tattoo yang dikenalnya di alam atas lebih baik. Mata-

ora mencela cara orang-orang alam bawah mentattoo

diri mereka. Mata-ora masih memahami misi sebagai

masalah kebenaran. Ini sikap yang selalu ditunjukan

gereja dalam pertemuannya dengan orang-orang dari

agama lain. Gereja mencela semua yang dikenal di luar

kekristenan dan menganggap apa yang dimilikinya

lebih baik dan unggul. Gereja meminta orang-orang

lain itu mengukir tubuh mereka dengan cara-cara

yang dikenalnya.

Tetapi segera menjadi nyata bahwa tattoo yang

selama ini dijadikan gereja sebagai tanda identitas

gereja ternyata adalah tanda yang dangkal, hanya ada

di permukaan dan berguna sekedar sebagai hiasan.

Tattoo itu tidak tertanam dalam daging dan darah

gereja. Tattoo seperti ini menghasilkan iman, teologi

dan misi yang dangkal, yang Song namakan iman steno, teologi steno dan misi steno. Maksudnya, iman,

teologi dan misi itu tidak mengciptakan hubungan-

hubungan baru antar manusia. Ia hanya

melanggengkan kebiasaan dan tradisis yang sudah ada,

Page 44: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

164 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

yakni hubungan basa-basi dan sekedar ramah di

permukaan.50

Dari situ Song menegaskan bahwa misi steno

yang dipahami dan dipraktekkan dengan tujuan untuk

mentobatkan orang beragama lain ke dalam agama

Kristen adalah misi yang dangkal dan asal-asalan.51 Ia

lahir dari teologi atau pemahaman tentang Allah yang

bersifat prematur dan bergerak dalam garis lurus. Misi

dan teologi seperti itu tidak siap hidup dalam kasih-

derita terhadap Allah dan sesama, malah lebih suka

membuat orang yang kepadanya injil diberitakan

menderita, yakni meminta orang meninggalkan

agamanya untuk beralih ke dalam agama Kristen. Itu

sama dengan mencabut orang yang ditobatkan itu dari

akar budayanya dan mengasingkan dia dari

identitasnya.

Tattoo seperti ditegaskan Song adalah tanda

dari identitas diri seseorang. Tattoo bercerita tentang

asal-usul dan tempat seseorang dalam komunitasnya.

Betapa takutnya Mata-ora ketika tahu bahwa

tattoonya telah hilang. Tanpa tattoo artinya tidak

memiliki identitas diri, tanpa asal usul dan bakal

50 Pernyataan Song ini juga diakui secara eksplisit oleh para

misionaris Eropa yang bekerja di Papua di akhir abad ke-20

saat mereka menceritakan kembali pengalaman mereka.

Lihat Joane Beuker, dkk. Identitas di Dalam Krisis. Pertanyaan Pada Misi dan Gereja-Gereja di Papua Barat. WESTPAPUA: Netzwerk. 51 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

33.

Page 45: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 165

terusir dari komunitasnya. Inilah yang terjadi

manakala seseorang diminta meninggalkan agamanya.

Itu ibarat meniadakan tattoo dari tubuhnya. Ketakutan

ini tidak pernah diperhatikan gereja selama dua

milenium mengerjakan misi.

Beruntung Mata-ora yang adalah representasi

gereja mengalami hal itu. Kehilangan tattoo membuat

dia takut dan merasa hidupnya berada dalam ancam

yang berbahaya. Ia karena itu segera meminta agar

tattoonya dikembalikan, bukan lagi dengan cara asal-

asalan, tetapi dengan cara yang benar. Tattoo dirinya

dibuat kembali tetapi dengan cara yang benar, yakni

tidak sekedar dipermukaan, tidak lagi sekedar sebagai

hiasan tubuh.

Pertemuan dengan mertuanya yang berasal

dari alam bawah dan pengenalannya terhadap carar-

cara merajah di alam bawah membuat Mata-ora sadar

akan kualitas tattoo miliknya dan kekurangan dari cara

merajah yang selama ini diandalkannya. Ia juga sadar

bahwa orang-orang di lingkungan yang lain darinya

juga melakukan hal-hal yang sama tetapi dengan cara

yang berbeda dari apa yang dikenalnya. Kita dapat

katakan bahwa dalam pertemuan itu Mata-ora

mengalami pertobatan. Mata-ora tidak lagi meminta

orang lain bertobat. Mata-ora yang bertobat.

Inilah pemahaman misi hasil format ulang

yang harus dilakukan gereja dalam perjumpaan dengan

orang-orang dari agama lain. Gereja perlu bertobat

dari prinsip lama tentang misi, yakni memandang

Page 46: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

166 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

orang lain kafir, tidak memiliki kebenaran ilahi,

berada di luar jangkauan kasih penyelamatan Allah.

Format misi dari Barat yang tidak mau mendengarkan

orang lain, tidak ingin belajar dari umat beragama lain

serta mengkafirkan ibadah, spiritualitas dan pelayanan

mereka harus diubah menjadi sikap saling

mendengarkan untuk bersama-sama terbuka pada

suara Allah.52

Untuk tetap setia dengan gambaran yang

dipakai Song, misi bukan lagi upaya menghapuskan

tattoo milik seseorang dan menggantikannya dengan

tattoo yang baru, tetapi merajah ulang tatto miliknya

dengan cara yang baru sehingga menjadi jati dirinya.

Tatto milik umat beragama lain yang dipahami sebagai

identitas iman agama itu harus tetap dijaga, bahkan

diperdalam sekaligus diperluas makna dan

penghayatannya, supaya bukan sekedar iman teoritis,

iman steno tetapi iman yang berwujud dalam

perbuatan dan karya nyata dalam masyarakat.

Menjadi jelas dari anjangsana kita ke dalam

pemikiran Song mengenai misi yang ditransposisikan,

yakni bagi Song, misi dan penginjilan tidak harus

membuat seseorang meninggalkan agamanya dan

berpindah ke agama yang baru. Misi harus lebih

mengarah pada penegasan kembali identitas agama dan

iman yang bersangkutan dengan cara-cara yang baru

dan mendalam supaya ia benar-benar berakar dan

52 Widi Artanto. Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia. hlm. 123.

Page 47: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 167

bertumbuh identitas itu secara benar, bukan lagi secara

dangkal, hanya dipermukaan dan sekedar sebagai

hiasan, iman sebagai ungkapan verbalistis dan

penjabaran teoritis. Identitas yang ditegaskan secara

baru itu pada saat yang sama perlu diperluas untuk

ikut memahami identitas sesamanya yang lain supaya

kedua pihak bertumbuh bersama dalam pengetahuan

dan pengenalan akan karya Allah yang

menyelamatkan dunia.

Muncul pertanyaan, apakah menurut Song

kata pertobatan sudah menjadi istilah yang usang

sehingga harus dibuang dari perbendaharaan misi dan

pekabaran injil yang dilaksanakan gereja? Song tidak

berpikir seperti itu. Menurut dia pertobatan tetap

dibutuhkan dan wajib dilakukan. Pertobatan adalah

aturan dasar dalam perjumpaan umat dari berbagai

agama yang terlibat dalam dialog. Tetapi pertobatan

yang dimaksud bukan dalam arti perpindahan agama,

melainkan pembaharuan wawasan, cara pandang,

penghayatan dan pengalaman iman. Song menamakan

ini pertobatan dialogis. Dia menulis sebagai berikut:53

Tetapi ada jenis pertobatan lain: berbalik

(metanoia) dari memakai dialog sebagai alat

untuk mengubah iman kepercayaan lain dan

melangkah masuk ke dalam kehidupan mitra-

mitra berdialog. Memang pertobatan dialogis

53 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

186.

Page 48: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

168 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

benar-benar ada. Dialog antar-umat beragama

tanpa pertobatan dalam arti demikian, hanya

akan membuatnya tetap sebagai arena latihan

akademis yang tidak akan memperkaya dan

memperkembangkan serta memperdalam visi

masyarakat spiritual.

Jadi, bagi Song pertobatan itu bukan

pemutusan hubungan dengan persekutuan-

persekutuan religius dan kebudayaan masa lampau.

Karena percaya bahwa di kedalaman hidup agama-

agama dan kebudayaan manusia ada keterhubungan

yang kuat dengan hakekat universal dari kebenaran

dan kasih Allah, maka tugas misi Kristen adalah untuk

memperhadapmukakan manusia dari agama-agama

lain tadi dengan Yesus Kristus. Dalam pertemuan

dengan Yesus Kristus itu diharapkan bahwa perubahan

terjadi, artinya manusia menjadi sadar akan

kekurangan-kekurangan kepercayaan dan agama yang

lampau.54

Agama Kristen di antara Agama-Agama Dunia

Perjalanan gereja ke ruang hidup agama-agama

lain bukan untuk mentobatkan umat beragama lain

dalam arti mengubah iman kepercayaan mereka tetapi

mengkokohkan iman mereka sebagaimana yang

54 A.A. Yewangoe. “Kecenderungan-Kecenderungan Dalam. hlm. 15.

Page 49: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 169

dihayati dalam agamanya itu sehingga iman itu bukan

sesuatu yang dangkal, di permukaan, verbalisme,

sekedar teori dan hanya sebagai hiasan melainkan

iman itu menjadi kebenaran hati. Karena ini

masalahnya maka menjadi jelas bahwa dalam

pandangan Song bahwa agama-agama non-kristen

tidak berada di luar kuasa karya keselamatan Allah di

dalam Kristus.

Agama Kristen bukan agama yang unggul,

agama anak mas Allah, yang diberi hak monopoli

terhadap keselamatan. Agama Kristen berdiri dalam

satu ordo dengan agama-agama dunia lainnya. Song

karena itu dengan terang-terangan menolak pendapat

Karl Barth, raksasa teologi abad ke-20 yang menyebut

agama Budha sebagai ketidakpercayaan; menurut Song

ini sebuah pernyataan yang terlampau gegabah.55

Menempatkan agama Kristen dalam satu ordo

dengan agama-agama manusia lain tidak berarti bahwa

Song menyamakan begitu saja agama-agama manusia.

Tidak! Agama Kristen adalah agama yang unik, unik

dalam caranya memandang keselamatan, unik juga

dalam caranya menyambut dan merayakan

keselamatan. Tetapi agama-agama lain juga unik.

Mereka juga memiliki pandangan tentang keselamatan

yang satu dan sama tetapi dari sudut pandang yang

berbeda dari sudut pandang agama Kristen. Song

menulis begini (Sebutkanlah Nama-Nama: 164):

55 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

180.

Page 50: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

170 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Orang-orang Kristen bukanlah satu-satunya yang

mulai memandang dunia di luar kamar duduknya

sendiri. Hal yang sama dilakukan pula oleh

orang-orang Budhis, Hindu, Yahudi, Muslim dan

Kong Hu Cu. Dan sebagaimana halnya orang-

orang Kristen, mereka juga cenderung menduga,

berpikir, berspekulasi dan berkesimpulan seperti

Alice. Mengapa tidak?

Semua agama adalah unik. Masing-masing

agama memiliki bahasa dan pemaknaan yang berbeda

terhadap keselamatan. Dengan kata lain agama-agama

adalah alat atau jalan berbeda, tetapi menuju arah yang

sama. Song menegaskan itu saat mengatakan bahwa

Kristus bukan titik tolak agama-agama, tetapi titik

fokus agama-agama.56

Kepelbagaian sudut pandang terhadap

kebenaran yang menghasilkan pemahaman masing-

masing agama yang unik terhadap kebenaran bukan

sesuatu yang anomali dan tanda dari penyelewengan

dari jalan Allah yang benar. Tidak! Allah sendiri kata

Song, menghendaki kepelbagaian itu. Song menulis:

“Allah menciptakan kita tidak dengan warna kulit

yang sama, atau bahasa yang sama, atau pikiran yang

sama. Allah bukanlah Allah yang membosankan, yang

menciptakan dunia yang membosankan, dan

56 Choan-seng Song. Dalam: Douglas Elwood. Teologi

Kristen Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm 188.

Page 51: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 171

menakdirkan kita menjadi manusia yang

membosankan.”57

Agama Kristen berdiri sama tinggi dan duduk

sama rendah dengan agama-agama manusia lainya di

hadapan Allah. Hanya Allah saja yang mutlak dan

sempurna. Ini sejalan dengan pendapat Paul

Borthwick. Yang sempurna itu Injil bukan agama

Kristen.58 Tiap-tiap agama mengarahkan perhatian dan

hatinya kepada yang mutlak itu. Dalam kiblat itu

agama-agama tadi mengenal dan memahami

kemutlakan itu, tapi belum menggenggam kemutlakan

itu secara penuh. Mereka hanya berhasil menangkap

secercah kebenaran. Karena itu tidaklah sepatutnya

agama-agama saling melindungi kebenaran. Mereka

harus saling membuka diri untuk melihat cercahan

kebenaran di agama yang lain dan masuk dalam dialog

sebab tampaknya, kata Song, kebenaran lebih suka

berada di antara kumpulan orang dari segala segi

kehidupan.59

Singkat kata, paham tentang agama yang

diperjuangkan Song adalah agama yang memiliki sifat-

ibu, yakni yang kena mengena dengan kehidupan dan

57 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

168. 58 Paul Borthwick. Six Dangerous Questions… hlm. 48. 59 Choan-seng Song. Sebutkanlah Nama-Nama Kami. hlm.

63.

Page 52: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

172 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

yang habis-habisan membela kehidupan dan bukan

menghabisi kehidupan itu.60

Penutup

Dalam diskursus kristen tentang komunikasi

antar agama dalam rangka pemahaman akan

kebenaran dan kasih yang lebih dalam dan

komprehensif banyak kali orang selalu merujuk

kepada premis-premis teologi yang diajukan oleh Paul

F. Knitter atau Hans Kung. Orang jarang memberi

perhatian pada pemikir-pemikir Asia, seperti

Aloysious Pieris, Kosuke Koyama atau Choan-seng

Song. Hal ini berlaku juga di antara para pemikir di

Asia. Padahal pemikiran Song tentang komunikasi

antara agama tidak kalah segar dan mengejutkan.

Apalagi Song justru tidak berangkat dari konsep-

konsep metafisik dan filosofis yang berat sebagaimana

yang dikenal di dunia pertama (Eropa), tetapi ia

bertolak dari kekayaan kultural dan spirtualitas

masyarakat dunia ketiga, yakni Asia dan Afrika.

Apa yang ingin kami katakan adalah bahwa

Choan-seng Song haruslah ikut didaftarkan bersama

deretan nama mereka-mereka yang menjadi pelopor

sekaligus juga pejuang perdamaian dunia dan umat

manusia yang dimulai dengan perdamaian agama-

60 Choan-seng Song. “Oh, Yesus, Sini Bersama Kami.” Dalam: R.S. Sugirtharajah. Wajah Yesus di Asia. Jakarta:

BPK Gunung Mulia. 1996. hlm. 212.

Page 53: BAB III Allah juga Bergerak Berbelok-Belok€¦ · budaya Asia di Pacific School of Religion, Barkeley dan Regional Professor of Theology di South East Asia Graduate School of Theology

Gereja Lintas Agama 173

agama. Song tanpa ragu menunjukkan kepada kita

bahwa agama-agama manusia, apapun juga namanya,

Kristen dan bukan Kristen mengisyaratkan adanya

pencaharian akan Allah dalam seluruh derap

kehidupan urat nadi agama-agama itu. Mereka dilihat

Song sebagai jalan-jalan yang berbeda, tetapi yang

mengarah kepada tujuan yang sama.

Dialog antar umat beragama yang berlangsung

dalam bentuk dialog kehidupan merupakan suatu

keharusan teologis dan spiritual, bukan sekedar

keharusan religius, sosial, akademis atau intelektual.

Umat dari agama-agama yang berbeda harus selalu

menemukan dirinya berada dalam perjalanan menuju

ke dalam ruang kehidupan dan spiritualitas agama lain,

bukan pertama-tama untuk mentobatkan agama itu

melainkan untuk bertobat, dalam arti melakukan

format ulang terhadap bingkai pemahamannya akan

kehadiran dan karya Allah dalam agama lain itu.

Dari ruang kehidupan dan spiritualitas agama

lain itu umat beragama kembali harus menemukan diri

dalam perjalanan ke ruang terdalam dari

religiositasnya untuk memperluas warisan iman dan

wawasan kebenaran dalam ego-agamanya dengan

amunisi baru yang telah dia peroleh dalam dialog

kehidupan yang telah terjadi. Berada dalam ziarah

bolak-balik tadi menurut Song bukan suatu tanda

bahwa kita menjadi kurang kristiani, tetapi justru

karena kita telah menjadi lebih kristiani.