bab iii 28 april 2013
DESCRIPTION
jhjkjgfillTRANSCRIPT
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui sejauh mana pengaruh
Kualitas Layanan Reservasi Online yang diterapkan PT. Kereta Api Indonesia
terhadap loyalitas penumpang. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka jenis
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif
dan verifikatif. Penelitian Deskriptif yaitu “metode yang menggambarkan fakta-
fakta atau kejadian untuk diolah menjadi data-data untuk menghasilkan
kesimpulan dari fenomena yang diteliti” (Sugiyono, 2009:53). Sedangkan
verifikatif yaitu “suatu analisis yang digunakan untuk menguji hipotesa dengan
menggunakan perhitungan data statistik” (Sugiyono, 2009:64).
Metode penelitian adalah suatu teknik atau suatu cara untuk mencari,
memperoleh, mengumpulkan, atau mencatat data, baik berupa data primer
maupun data skunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya
ilmiah atau penelitian ini. Dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang
berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu
kebenaran atas data yang diperoleh. Dalam penelitian ini metode penelitian yang
digunakan adalah metode Survey Explanatory menurut Husein Umar (2002:76)
Survey Explanatory yaitu :
44
45
“Suatu survey yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kasual antara 2 variabel melalui pengujian hipotesis, survey dilakukan dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisa untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini.”
Sesuai dengan pengertian diatas penulis memiliki keputusan bahwa metode
penelitian yang paling cocok untuk penelitian ini adalah metode survey
explanatory karena hasil penelitian ini sangat bergantung pada tingkat respon dari
penumpang, sehingga penulis dapat memiliki gambaran kualitas layanan reservasi
yang diterapkan oleh PT. Kereta Api yang mempengaruhi loyalitas penumpang
KA Turangga.
B. Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat PT. Kereta Api (Persero) Bandung
Sejarah adalah kejadian dimasa lampau yang berkaitan dengan masa
sekarang, dimana kejadian tersebut diyakini kebenaranya. Begitu pula halnya
dengan sejarah perkembangan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung
melewati beberapa peristiwa yang penting sejalan dengan negara Republik
Indonesia.
Menurut perkembangannya perkeretaapian di Indonesia mengalami
berbagai tahap, antara lain :
1) Zaman Hindia Belanda
2) Zaman Pendudukan Jepang
3) Zaman Kemerdekaan Indonesia (1945-1950)
46
4) Zaman penyerahan kedaulatan (1950-Kini).
a) Zaman Hindia Belanda
Di Indonesia kereta api sudah dikenal sejak abad ke-19 dan dijalankan
pertama kali tanggal 17 Juni 1868 antara Kota Semarang (Kemijen) dan Tanjung
dengan jarak 26 Km, sebagai kelanjutan adanya perkeretaapian di Indonesia
dimulai dengan pemasangan lalu lintas Semarang-Surakarta oleh NISM
(Nedelands Indische Spoorweg Matschappy). Pencangkulan pertama untuk
memasang lalu lintas tersebut dilakukan oleh Gubernur Jendral Sloet Van Beele di
Semarang pada tanggal 12 Februari 1870, seluruhnya telah dibuka dan dipasang
untuk umum. Lintas Jakarta-Bogor dimulai pemasangan pada tanggal 10 April
1868 dan selesai pada tahun 1873, pemasangan lalu lintas kereta apinya dilakukan
oleh NISM kemudian diambil alih oleh SS (State Spoorwagon). Di Sumatra Barat
pada bulan Juli 1891 telah dibuka Palu-Aer-Padang. Di Sumatra Utara telah
dipasang lalu lintas Labuan-Medan pada tanggal 25 Juli 1886 oleh DSM (Deli
Spoorweg Matscchappy). Di Sumatra Selatan pada tanggal 1912 dimulai dengan
pemasangan Teluk Bentuk-Prabumulih, juga di Sulawesi pada tanggal 1 Juli 1923
telah dipasang lintas Kassar-Tekelar.
Peranan perkeretaapian swasta sebagai prasarana perekonomian pada waktu
itu menimbangi peranan usaha pemerintah dengan nama Staat Spoorweg (SS).
Pemerintah Belanda memasang jaringan-jaringan di Jawa yang diarahkan pada
tujuan penyempurnaan administrasi pemerintah dalam rangka menjamin Keamana
pertahanan dalam negri. Pemasangan jaringan kereta api di Aceh dilaksanakan
47
oleh Departemen Penerangan (Department Van Corleg). Pada tahun 1917
pengesahan beralih dari militer (Dept. Penerangan) kepada SS dengan tujuan
untuk mengamankan hasil usaha yang dinamakan ”PASIFIRATIS”.
b) Zaman Pendudukan Jepang
Dengan datangnya bala tentara Jepang, maka semua perkeretaapian di
Indonesia disatukan dalam satu pimpinan. Di Jawa berada dibawah Angkatan
Darat (Riyuku) dan disumatra dibawah Angkatan Laut (Kaigun). Di Jawa
dinamakan SIYUKU SOKYUKU dan kemudian TEKINDO KYUKU dibagi
menjadi tiga daerah bagian, yaitu :
1. Barat (Soibu Kyuku)
2. Tengah (Khubu Kyuku)
3. Timur (Tehu Kyuku)
Masing-masing daerah tersebut diatas dibagi lagi dalam inspeksi
(Zimusoho) yang masing-masing berdiri sendiri dengan nama Keto Sumatra
Tetsudo (Aceh dan DSM), Seibu Sumatra Tetsudo (Jawa Barat), dan Nanbu
Sumatra Tetsudo (Sumatra selatan). Secara resmi pimpinan pusat dipegang oleh
pejabat sipil atau militer Jepang, meskipun pada kenyataannya pegawai bangsa
Indonesia yang melaksanakan pekerjaanya.
c) Zaman Kemerdekaan Indonesia (1045 – 1950)
Di tahun 1945-1950 ini, seluruh rakyat Indonesia berjuang untuk
mempertahankan kemerdekaan tanah airnya. Perusahaan Kereta Api dengan nama
Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) yang lahirnya tanggal 28
48
September 1945 dari semula telah menunjukan dan membuktikan untuk
perjuangan kemerdekaan ini.
Perjuangan para karyawan telah berhasil pula menyumbangkan jasa yang
penting seperti :
1. Memudahkan anggota Republik Indonesia ke Yogyakarta
2. Angkutan Apsi
3. Angkutan beras untuk Indonesia
4. Angkutan rencana laskar ke Front
Pada masa itu juga berbagai kesulitan, hambatan, dan teknis operasional
para karyawan yang secara improvisasi menutup kekurangan atau kebutuhan yang
timbul.
d) Zaman Penyerahan Kedaulatan (1950-Kini)
Pada tanggal 25 Mei 1963 DKARI berubah menjadi PNKA (Perusahaan
Negara Kereta Api) dimana pembiayaan untuk kereta api dilakukan berdasarklan
Hit And Run Polliey dalam arti bilamana dapat dikemukakan dana – dana yang
belum ada tujuannya, maka dana ini dipergunakan untuk keperluan PNKA.
Pada tanggal 15 September 1971 terjadi perubahan status dari PNKA
menjadi PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api), dan status pegawainya menjadi
pegawai negeri, hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah No. 44 dan No. 45
tahun 1974 pasal 23, yaitu bahwa PJKA merupakan unit organisasi dalam
49
lingkungan Departemen Perhubungan, dimana kedudukan, tugas, fungsi, dan
susunan organisasi diatur sendiri. Namun Peraturan Pemerintah No. 61 tahun
1971 baru terealisasi setelah dikeluarkan Surat Keputusan bersama antara Menkeu
dan Menhub No.127/KMK/07/1979/KM.96/LD.302/PHB/79, juga dengan
dikeluarkannya Keputusan Mentri Perhubungan No.SK,33/01.002/PHB/1979
yaitu mengenai pembentukan panitia likuidasi PNKA, maka tanggal 1 April 1979
secara resmi PNKA berubah menjadi PJKA.
Pada tanggal 23 Februari 1991 secara remi berubah status menjadi
Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Perubahan ini berdasarkan Keputusan
Mentri Perhubungan No.8 tahun 1991. Menurut menteri perhubungan menimbang
bahwa perubahan status bentuk usaha, Perusahaan Jawatan Kereta Api menjadi
Perusahaan Umum Kereta Api (PERUM) berdasarklan peraturan pemerintah
No.57 tahun 1990 dipandang perlu merumuskan tugas, fungsi, dan susunan
organisasi perusahaan dan pelayanan kereta api. Sehubungan dengan alasan
pengalihan bentuk PERJAN menjadi PERUM, pemerintah memandang perlu
ditetapkannya Peraturan Pemerintah No.19/1998 tanggal 3 Februari 1998,
Keputusan Presiden No.38/1999 tanggal 17 Mei 1999 dan Akta Notaris Imas
Fatimah, Sh No.2 tanggal 1 Juni 1999, Perusahaan Umum Kereta Api berubah
manjadi PT. Kereta Api (Persero).
2. PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasi II Bandung
PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasi II Bandung atau disingkat
dengan DAOP 2 Bandung adalah salah satu daerah operasi perkereta-apian
50
Indonesia, di bawah lingkungan PT Kereta Api (Persero) yang berada di bawah
Direksi PT Kereta Api (Persero) dipimpin oleh seorang Kepala Daerah Operasi
(KADAOP) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT
Kereta Api (Persero).
Daerah Operasi II Bandung memiliki tiga stasiun besar, di antaranya
adalah stasiun Bandung, stasiun Kiaracondong dan stasiun Tasikmalaya,
sedangkan stasiun kereta api kelas menengah di antaranya adalah stasiun
Padalarang, stasiun Cipeundeuy, stasiun Ciamis, dan stasiun Banjar. Gudang
kereta api berada di stasiun Bandung, sedangkan dipo lokomotif berada tak jauh
dari stasiun Bandung.
Kereta api penumpang yang berada di bawah pengoperasian DAOP 2
Bandung di antaranya adalah:
1) Kereta api Argo Parahyangan, kereta campuran bisnis dan eksekutif tujuan
-stasiun Bandung-stasiun Gambir
2) Kereta api Argo Wilis, kereta eksekutif argo tujuan stasiun Bandung-
stasiun Surabaya Gubeng
3) Kereta api Malabar, kereta campuran bisnis dan eksekutif tujuan stasiun
Bandung-stasiun Malang
4) Kereta api Mutiara Selatan, kereta campuran bisnis tujuan stasiun
Bandung-stasiun Surabaya Gubeng
5) Kereta api Lodaya, kereta campuran bisnis dan eksekutif tujuan stasiun
Bandung-stasiun Yogyakarta-stasiun Solo Balapan
51
Kereta api yang melayani Daop II Bandung yang di bawah pengoperasian
Daop lain, di antaranya adalah:
1) Kereta api Turangga, eksekutif relasi Stasiun Surabaya Gubeng s.d.
Stasiun Bandung dengan nomor gapeka 10037 s.d. 10038 (Operator Daop
VIII SB)
2) Kereta api Kahuripan, ekonomi relasi Stasiun Kediri s.d. Stasiun
Padalarang dengan nomor gapeka 10151 s.d. 10152 (Operator Daop VII
MN)
3) Kereta api Pasundan, ekonomi relasi Stasiun Surabaya Gubeng s.d.
Stasiun Kiaracondong dengan nomor gapeka 10149 s.d. 10150 (Operator
Daop VIII SB)
Adapun yang menjadi objek penelitian ini ialah para penumpang yang
pergi menggunakan KA Turangga dengan Rute Bandung – Surabaya.
Kereta api Turangga adalah kereta api kelas Eksekutif Satwa yang
dioperasikan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) di Pulau Jawa dengan jurusan
Bandung (BD) - Surabaya Gubeng (SGU) dan sebaliknya.
KA Turangga pertama kali beroperasi pada tanggal 02 September 1995.
Perjalanan sejauh 699 km ditempuh dalam waktu kurang lebih 12 jam dan hanya
berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Tasikmalaya, Banjar, Kroya, Kutoarjo,
Yogyakarta, Solo Balapan, Madiun, Kertosono, Jombang, dan Mojokerto.
Pada awal pengoperasiannya, kereta ini diluncurkan dengan kelas Bisnis
dan Eksekutif. Namun, sejak 11 Oktober 1999 semua rangkaiannya diubah
menjadi kelas Eksekutif.
52
Kereta api dengan desain layanan kelas Eksekutif Satwa ini menawarkan
alternatif perjalanan pada malam hari, oleh karena itu pada pengumuman nama
kereta di stasiun pemberhentian, kereta dengan nomor perjalanan 37 dan 38 ini
sering ditambahkan istilah 'Ekspres Malam'. Kereta Api Ekspres Malam Turangga
berangkat dari Stasiun Bandung (BD) pada pukul 19:00 WIB dan dari Stasiun
Surabaya Gubeng (SGU) pada pukul 18:00 WIB. Rangkaian KA Turangga terdiri
dari 6-8 kereta penumpang kelas Eksekutif, ada yang memiliki kaca (seperti)
pesawat dan yang memiliki kaca lebar (K1), 1 kereta makan (KM1), 1 gerbong
pembangkit (P), dan 1 gerbong bagasi (B).
Sejak tanggal 19 Januari 2009, rangkaian KA Turangga diganti dengan
rangkaian kereta (seperti) pesawat yang memiliki interior hijau. Namun, dewasa
ini, KA Ekspres Malam Turangga tidak sepenuhnya lagi menggunakan kereta
(seperti) pesawat. Satu rangkaian kereta retrofit tersebut kini dibawa rangkaian
KA Sancaka relasi Surabaya Gubeng-Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek/subjek yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya dari proses penelitian
tersebut.Pengertian yang lebh spesifik dijelaskan oleh Sugiyono, (2006:54),
"Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang
mempunya kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya".
53
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan penumpang KA Turangga Rute
Bandung – Surabaya yang melakukan reservasi secara online pada website resmi
PT. Kereta Api Indonesia, data ini diambil berdasarkan rata-rata jumlah
penumpang KA Turangga pada periode tahun Agustus 2012 hingga Agustus
2013.
TABEL 4
JUMLAH PENUMPANG KERETA API TURANGGA YANG MELAKUKAN RESERVASI SECARA ONLINE PERIODE AGUSTUS
2012 – AGUSTUS 2013
NO BULAN JUMLAH PENUMPANG
1. Agustus 88
2. September 142
3. Oktober 225
4. November 236
5. Desember 322
6. Januari 364
7. Februari 325
8. Maret 267
9. April 226
10. Mei 331
11. Juni 302
12. Juli 416
13 Agustus 435
Jumlah 3679
Rata – Rata/ Bulan 283
Sumber : PT. Kereta Api (Persero)
54
Berdasarkan analisis tabel dari data jumlah penumpang Kereta Api
Turangga periode Agustus 2012 hingga Agustus 2013 populasi yang akan
dijadikan sample yaitu sebanyak 3679, dan rata-rata perbulan sebanyak 283 orang.
2. Sampel
Sampel memiliki pengertian, "bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut" , hal ini diambil dari pendapat (Sugiyono,
2001:77). Jadi dari teori tersebut dapat disimpulkan sampel merupakan jumlah
dan karakteristik atau wakil dari beberapa populasi yang ingin diteliti.
Sampel dari penelitian ini merupakan wakil dari beberapa populasi yang
yang menjadi penumpang KA Turangga pada periode Agustus tahun 2012 hingga
Agustus 2013. Penulis mengharapkan dari sebagian populasi tersebut dapat
menggambarkan bagaimana kualitas dari layanan reservasi yang diterapkan oleh
PT. KAI.
Dalam menentukan sampel dari populasi yang telah ditetapkan , perlu
dilakukan pengukuran untuk mengetahui seberapa besar jumlah n. Ada beberapa
cara untuk mengetahui jumlah n salah satunya rumus Slovin, seperti yang telah
dikemukakan oleh Husain Amir, (2003:141) yaitu sebagai berikut ini
n = (1)
55
Keterangan :
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
e : Kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan sampel yang ditolerir.
(tingkat kesalahan yang diambil dalam sampling ini adalah sebesar 10%)
Sebagai jaminan bahwa hasil perhitungan matematik akurat sebaiknya
jumlah sampel yang telah ditentukan dapat ditambah sedikit atau dibulatkan dari
hasil perhitungan. Adapun perhitungan jumlah sampel yang diperlukan untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut :
n = 283 1 + 283 (0,01)
= 73,4 ~ 80 orang
Dari perhitungan tersebut maka diketahui sampel yang diperlukan
sebanyak 73,4 orang dan digenapkan menjadi 80 orang .
Populasi dalam penelitian ini adalah populasi bergerak (mobile
population), maka peneliti menggunakan teknIk penarikan systematic random
sampling atau teknik pengambilan sampel acak sistematik untuk populasi
bergerak. Menurut Sugiyono (2008:62), “Metode pengambilan acak sistematis
dengan jarak atau interval tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah
diurutkan. Dengan demikian, tersedianya suatu populasi sasaran yang tersusun
56
(ordered population target) merupakan prasyarat penting bagi dimungkinkannya
pelaksanaan pengambilan sampel dengan metode acak sistematis. Adapun
langkah - langkah yang dilakukan untuk mendapatkan responden tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Menentukan populasi sasaran, dalam penelitian ini yang menjadi populasi
sasaran adalah penumpang yang membeli tiket KA Turangga rute
Bandung - Surabaya melalui website resmi PT. Kereta Api Indonesia di
Stasiun Bandung
2) Menentukan tempat sebagai checkpoint, dalam penelitian ini yang menjadi
tempat checkpoint adalah loket penukaran e-ticketing di Stasiun Bandung.
3) Menentukan waktu yang akan digunakan untuk menentukan sampling,
dalam penelitian waktu konkrit yang digunakan adalah pukul 09.00 –
17.00 rentang waktu kepadatan pelanggan di Stasiun Bandung.
4) Melaksanakan orientasi lapangan secara cermat terutama pada checkpoint
untuk menentukan interval pemilihan pertama. Berdasarkan data pra
penelitian diketahui rata – rata penelitian penumpang yang datang untuk
melakukan penukaran tiket dalam kurun waktu 7 hari adalah 105 orang.
5) Menentukan ukuran sampel, dalam penelitian ini berjumlah 80 orang.
57
6) Untuk mengetahui besarnya proporsi dari setiap kelas yang dipilih sebagai
sampel adalah dengan menggunakan rumus ni = berdasarkan
rumus tersebut, maka proporsi per hari dapat diketahui sebagai berikut :
TABEL 5
PENYEBARAN PROPORSI SAMPEL PENUMPANG PEMAKAI LAYANAN RESERVASI ONLINE KERETA API TURANGGA
RUTE BANDUNG-SURABAYA DI STASIUN BANDUNG
No Hari Jumlah Penumpang yang Menukarkan Tiket (Per Hari)
Sampel Jumlah
1 Senin 12 12/105 x 80 = 9,1 9 orang2 Selasa 16 16/105 x 80 = 12,1 12 orang3 Rabu 15 15/105 x 80 = 11,42 12 orang4 Kamis 12 12/105 x 80 = 9,14 9 orang5 Jumat 11 11/105 x 80 = 8,3 8 orang6 Sabtu 17 17/105 x 80 = 12,9 13 orang7 Minggu 22 22/105 x 80 = 16,7 17 orang
Jumlah 105 80 orangSumber : Hasil Olahan Peneliti 2013
D. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam cara pengumpulan data diperlukan teknik teknik tertentu sehingga
data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan. Pengumpulan data juga merupakan cara
yang ditempuh dalam penelitian untuk pengukuran dan pengujian hipotesis.
Subino (1987:162), mengemukakan bahwa " Teknik-teknik pengumpulan
data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti
58
dalam mengumpulkan datanya". Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik
pengumpulan data merupakan cara atau alat yang digunakan dalam
mengumpulkan informasi atau keterangan mengenai subjek penelitian.
Dalam memperoleh suatu data analisis mengenai pengaruh layanan reservasi
online terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen, maka peneliti memutuskan
untuk menggunakan teknik-teknik penelitian sebagai berikut :
a) Teknik Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan hal-
hal yang ingin diteliti melaui pembicaraan bersama nara sumber atau orang yang
bisa memberikan informasi terkait sehingga data yang diperoleh valid.
Seperti yang dijelaskan oleh Riduwan, (2006:74), "Wawancara adalah
suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi
langsung yang berasal dari sumbernya. Responden yang dijadikan narasumber
untuk teknik wawancara ini ialah meliputi :
1) Kepala Humas PT. Kereta Api Indonesia Daop II Bandung
2) Manajer Komunikasi dan Pemasaran PT. Kereta Api Indonesia Pusat
3) Kepala Sarana Angkutan Penumpang PT. Kereta Api Indonesia Daop II
Bandung
4) Kepala Sarana Angkutan Penumpang PT. Kereta Api Indonesia Pusat
b) Teknik Observasi
59
Teknik observasi merupakan teknik dimana peneliti secara langsung
mengamati objek penelitian secara sistematis sehingga mendapatkan data yang
ingin diteliti.
Pemikiran ini sejalan dengan yang telah dikemukakan oleh Somantri dan
Muhidid, (2006:32) ;
" Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadab objek yang diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan (laboratorium) maupun dalam situasi alamiah atau sebenarnya (lapangan). Alat pengumpulan data observasi diantaranya adalah catatan formal, daftar cek, skala penilaian, dan pencatat dengan alat."Objek observasi yang dilakukan ialah terhadap sistem layanan reservasi online tiket yang diterapkan pada website resmi PT. Kereta Api Indonesia yang telah berjalan saat ini.
c) Teknik angket/ Kuesioner
Angket salah satu teknik penelitian dimana penulis memberikan daftar
pertanyaan kepada responden terkait hal yang ingin diteliti sehingga didapatkan
informasi. Riduwan, (2006:71) mengemukakan bahwa " Angket adalah daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon
(responden) sesuai dengan permintaan pengguna" .
Adapun angket yang nanti akan disebarkan oleh peneliti merupakan
angket yang disajikan dalam bentuk sedimikian rupa sehingga responden diminta
untuk memilih salah satu jawaban yang dianggap sesuai dengan karakteristik
dirinya dengan memberikan tanda cheklist (√).
2. Alat Pengumpulan Data
60
Sugiyono, (2005:162) berpendapat bahwa dalam suatu penelitian,
instrumen penelitian akan menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan
kualitas penelitian . Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu melalui instrumen kuisioner atau angket yang dimana pengumpulan data
tersebut dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Operasionalisasi variabel untuk independent
variabel dan dependen variabel diperoleh dari skala data ordinal dan interval,
maka bentuk instrumen yang digunakan adalah bentuk skala Likert, yaitu setiap
pernyataan mengandung alternatif jawaban. Dan jawaban setiap item pernyataan
mempunyai bobot nilai sangat positif hingga sangat negatif dengan penentuan
skor sebagai berikut :
1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup4 = Baik5 = Sangat Baik
Untuk pernyataan negatif, skor untuk kriteria jawaban dibalik dengan
urutan 1-2-3-4-5.
3. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
Kuisioner yang akan disebar atau diisi oleh responden haruslah terlebih
dahulu diuji apakah angket tersebut sudah valid dan reliabel, oleh sebab itu maka
kuisioner tersbut melewati tahap uji atau tes validitas dan reliabilitas karna
penelitian yang baik adalah jika penelitian tersebut tidak diragukan kebenarannya.
61
Pada uji coba penelitian angket ini , validitas dan reliabilitasnya yang akan
diuji. Secara rinci penjabaran uji validitas dan reliabilitas angket penelitian adalah
sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Masri Sugaribun, (1995:135) mengungkapkan Suatu instrumen
pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukurannya, atau memberi hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Untuk pengertian tes Validitas sendiri,
seperti yang dijelaskan oleh Arikunto, (2006:168) mengatakan bahwa : "Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen". Tujuan dari tes validitas ini untuk mengetahui
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.
Dalam melakukan uji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga
korelasi antara bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah
setiap skor butir. Persamaan yang digunakan untuk menguji instrumen angket
dalam penelitian ini adalah Korelasi Pearson Product Momen dan Karl Pearson
dengan rumus :
rxy = (2)
Keterangan :
62
Rxy = Koefisien Kolerasi antara variabel X dan variabel Y
n = Jumlah responden
ΣXY = Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden
ΣX = Jumlah skor X
ΣY = Jumlah skor Y
(ΣX)² = Kuadrat jumlah skor X
(ΣY)² = Kuadrat jumlah skor Y
(Arikunto, 2006:162)
Setelah diperoleh nilai rxy (rhitung) , selanjutnya dilakukan pengujian
signifikansi koefisien korelasi dengan menggunaan uji – t, dengan rumus sebagai
berikut :
t = (3)
Keterangan :
t = Uji harga thitung
r = Koefisien korelasi
N = Jumlah responden uji coba
1. Hasil dari perhitungan thitung kemudian dibandingkan dengan harga ttabel
distribusi (tabel t) untuk a = 0,05% dan derajat kebebasan (dk =n-2) dan
dengan kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel maka item instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid.
2. Jika instrumen itu valid , maka dilihat dari kriteria penafsiran mengenai
indeks korelasinya (r) sebagai berikut :
63
Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi
Antara 0,600 – 0,799 : tinggi
Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi
Antara 0,200 – 0,399 : rendah
Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah
(Arikunto, 2006:166)
Menurut buku panduan penyusunan skripsi program Strata 1 Sekolah
Tinggi Pariwisata Bandung, hasil perhitungan perhitungan validitas dinyatakan
valid jika memiliki harga r untuk masing – masing pertanyaan lebih besar atau
sama dengan 0,33.
b. Uji Reliabilitas
Agar suatu penelitian dapat dipercaya maka diuji reliabilitasnya. Tujuan
dari uji reliabilitas untuk mengetahui ketepatan nilai test, artinya bahwa alat
penelitian akan reliabel jika diajukan pada kelompok yang sama walaupun pada
waktu yang tidak bersamaan atau berbeda akan tetapi hasilnya akan sama.
Menurut Arikunto (2006:176) , Reabilitas menunjuk pada suatu pengertian
bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Jika instrumen penelitian
telah dinyatakan valid, maka reliabilitas dapat segera diuji.
Adapun salah satu cara menghitung reliabilitas angket dengan
menggunakan rumus alfa sebagai berikut :
ri = (4)
Keterangan :
64
ri = Nilai Reliabilitas angket
K = Mean kuadrat antara subyek
= Mean kuadrat antara kesalahan
ΣSt² = Harga varian total
(Arikunto, 2006:17)
Batas minimal korelasi kritis sebesar 0,7 yang artinya alat ukur dikatakan
tepat, stabil dan dapat diandalkan. Dalam membantu perhitungannya, digunakan
Software SPSS 19.0 for windows. Hasil uji validitas setiap item dan reliabilitas
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
TABEL 6
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL KUALITAS LAYANAN RESERVASI ONLINE
VariabelNo
Itemr-hasil
r-kritis
KetKoefesien
Realibilitas
Titik Kriti
sHasil
Realibility(X1)
1 0,633 0,300 Valid
0,808
0,700 Reliabel 2 0,665 0,300 Valid3 0,640 0,300 Valid
Responsiveness (X2)
4 0,585 0,300 Valid Reliabel
5 0,483 0,300 Valid
Acces (X3)6 0,526 0,300 Valid Reliabel
7 0,607 0,300 Valid
Flexibility (X4)8 0,600 0,300 Valid Reliabel
9 0,611 0,300 Valid
Ease of Navigation (X5)
10 0,753 0,300 Valid Reliabel
11 0,314 0,300 Valid
Efficiency (X6)12 0,374 0,300 Valid Reliabel
13 0,362 0,300 Valid
Assurance (X7)14 0,675 0,300 Valid Reliabel
15 0,610 0,300 Valid
Price Knowledge (X8)
16 0,371 0,300 Valid Reliabel
17 0,538 0,300 ValidSite Aesthetics 18 0,542 0,300 Valid Reliabel
65
(X9)19 0,357 0,300 Valid
20 0,396 0,300 ValidPersonalization (X10)
21 0,487 0,300 Valid Reliabel
Security (X11) 22 0,679 0,300 Valid Reliabel
Sumber : Olahan Kuesioner 2013
TABEL 7
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL LOYALITAS PENUMPANG
VariabelNo
Itemr-hasil
r-kritis
KetKoefesien
Reliabilitas
Titik Kriti
sHasil
Repeat23 0,811 0,300 Valid
0,735 0,700 Reliabel
24 0,811 0,300 Valid25 0,464 0,300 Valid
Retention26 0,554 0,300 Valid27 0.832 0,300 Valid
Refferal28 0,736 0,300 Valid29 0,756 0,300 Valid30 0,597 0,300 Valid
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil uji validitas instrumen
menunjukkan nilai r hasil di atas 0,300. Hal ini bermakna bahwa seluruh
instrumen dari variabel kualitas layanan reservasi online dan loyalitas penumpang
Sumber : Olahan Kuesioner 2013
66
yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid dan dapat digunakan sebagai
alat ukur. Hasil uji realibilitas menunjukkan bahwa variabel kualitas layanan
reservasi online dan variabel loyalitas penumpang masing-masing memiliki nilai
Cronbachs's Alpha lebih besar dari 0,700 dengan demikian semua item
pertanyaan adalah reliabel.
E. Operasionalisasi Variabel
Oprasionalisasi variabel di bawah ini sebagai acuan dalam menjawab
identifikasi masalah. Poin yang pertama sebagai justifikasi atas poin-poin yang
berikutnya. Variabel X (Kualitas Layanan Reservasi Online) sebagai variabel
bebas dijabarkan ke dalam 11 (sebelas) indikator, : Reliability (X1),
Responsiveness (X2), Assurance (X3), Access (X4), flexibility (X5), ease of
navigation (X6), eficiency (X7), price knowledge (X8), site aesthetics (X9),
costumization/ personalization (X10), dan security (X11) sedangkan Variabel Y
(loyalitas penumpang) sebagai variabel terikat dijabarkan ke dalam 3 (tiga)
indikator, yaitu Repeat, Referral dan Retention.
Operasionalisasi variabel X dan Y tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut :
TABEL 8
MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL
Teori/ konsep Variabel Dimensi Indikator Ukuran
Terdapat 11 Dimensi kualitas layanan online
untuk melakukan pengukuran terhadap e-
service quality.Parasuraman dkk., (2005)
KualitasLayananReservasi
Kehandalan (reliability)
Proses reservasi Informasi
Reservasi online melakukan proses tepat Keakuratan informasi yang disediakan Informasi selalu up to date
Ketanggapan (responsiveness)
Kesigapan layanan sistem reservasi online
Kesigapan dalam melayani permintaan pelanggan dalam melakukan transaksi yang dikirim langsung melalui email
Kesigapan dalam menanggapi pertanyaan dari pelanggan
Akses (access)
Kemudahan informasi Kemudahan mencari alamat
website
kemudahan mendapatkan informasi. kemampuan untuk mencari alamat website
dengan cepat
Fleksibilitas (flexibility)
Waktu melakukan transaksi reservasi
Kemudahan pembayaran
Reservasi online dapat digunakan setiap saat Pembayaran transaksi bisa dilakukan dengan
berbagai bank
Kemudahan navigasi (ease of navigation)
Penggunaan reservasi dan pembayaran
Menu system
Penggunaan reservasi dan pembayaran yang user friendly
Menu system yang mudah untuk digunakan
Efesiensi (efficiency)
Efisiensi layanan reservasi online Reservasi online melakukan proses transaksi dengan cepat dan efisien
Mengijinkan seluruh transasksi di selesaikan secara online
Jaminan atau kepercayaan (assurance/trust)
Kepercayaan terhadap website Tingkat keyakinan terhadap reputasi website dalam menjual suatu produk/jasa
Terdapat nomor kontak/ call service
Teori/ konsep Variabel Dimensi Indikator Ukuran
KualitasLayananReservasi
Keamanan atau privasi (security/privacy)
Keamanan transaksi Perlindungan terhadap informasi pribadi pelanggan dan keamanan selama proses transaksi
Pengetahuan harga (price knowledge)
Pengetahuan harga tiket Tingkat dimana pelanggan dapat mendapatkan informasi tentang harga tiket.
Terdapat harga komparatif antar jenis Kereta Api
Estetika situs (site aesthetics)
Estetika website resmi PT. Kereta Api indonesia
website memiliki tampilan yang menarik Layout desain website tertata dengan rapi dan
teratur Desain situs yang kreatif
Kustomisasi atau Personalisasi (Customization/personalization)
Pengaturan layanan individual Reservasi yang mengkhususkan mengatur layanannya secara individual
Pelanggan yang loyal merupakan
asset yang bernilai tinggi
bagi perusahaan, konsumen yang
loyal akan menunjukkan
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Repeatb. Retention
c. Refferal
Lupiyoadi (2001:161)
Loyalitas Konsumen
Repeat
Pemakaian ulang Tingkat frekuensi pemakaian Tingkat penggunaan sistem informasi reservasi
online berkali-kali Tingkat tetap menggunakan sistem informasi
reservasi online jika membutuhkan kembali
Retention
Tidak terpengaruh terhadap jasa transportasi lain
Tingkat kekebalan bertahan jika ada penawaran dari jasa transportasi yang lain
Tingkat kemudahan dan fasilitas yang diberikan sistem reservasi online membuat ingin tetap menggunakan
Refferal
Rekomendasi dan promosi kepada orang lain
Tingkat menceritakan hal positif kepada Orang lain
Tingkat mempromosikan kepada orang lain Tingkat merekomendasikan setelah
menggunakan reservasi online
Sumber : Parasuraman 2005 dan Lupiyoadi 2001
70
F. Teknik Analisis Data
Berdasarkan dari data-data yang telah disusun, langkah selanjutnya penulis
akan melakuan sebuah analisi dan interpretasi sebagai pengujian hipotesis yang
telah dirumuskan sebelumnya. Analisi data akan dilakukan dengan pendekatan
kuantitatif melalui analisis statistik. Analisis statistik yang digunakan pada
penelitian ini ialah statistik parametik tang dimana data tersebut bersifat minimal
interval.
Mengingat bahwa skor yang diperoleh dari variabel bebas memunyai
tingkat pengukuran interval dan ordinal, maka diperukan data-data variabel yang
ditingkatkan menjadi interval melalui MSI ( Methode of Successive Interval ).
Langkah-langkah dalam melakukan transformasi data melalu MSI menurut Harun
Al-Rasyid dalam Sugiyono, (2003:49) adalah sebagai berikut:
1. Hitung frekuensi untuk masing-masing kategori responden
2. Tentukan nilai proposisi untuk masing-masing kategori responden
3. Jumlahkan nilai proposisi menjadi proposisi kumulatif untuk masing-
masing kategori responden
4. Diasumsikan proposisi kumulatif (PK) mengikuti distribusi normal baku,
maka setiap nilai PK (untuk masing-masing kategori responden) akan
didapatkan nlai Z (dari tabel normal baku).
5. Hitung nilai densitas F (Z) untuk masing-masing nilai Zi
6. Hitung SV (Scale Value) untuk masing-masing kategori responden secara
umum
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
71
SV = (5)
Setelah data ordinal ditransfer manjadi data interval , maka pengujian
hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier
sederhana untuk menjadi pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
1. Analisi Regresi Linier berganda
Analisis regresi ganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua
variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada
tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih
variabel bebas terhadap suatu variabel terikat Y. Menurut Ating Somantri dan
Sambas Ali Muhidin, (2006:250), persamaan regresi ganda dirumuskan sebagai
berikut :
Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 + 7X7 + 8X8 + 9X9 + 10X10
+ 11X11
Dimana :
Y = Loyalitas Penumpang
= Konstanta
1, n = Koefisien regresi
X1 = Realibility
X2 = Responsiveness
X3 = Access
X4 = Flexibility
72
X5 = Ease of navigation
X6 = Efficiency
X7 = Assurance
X8 = Price knowledge
X9 = Site Aesthetics
X10 = Personalization
X11 = Security
2. Analisis Korelasi Ganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan
antara variabel bebas dan variabel tidak bebas secara bersamaan. Adapun rumus
statistik yang digunakan antara lain : (Sugiyono, 2008:249)
total
regresiyx JK
JKr
(6)Dimana :
yxr = Koefisien korelasi ganda
regresiJK = Jumlah kuadrat regresi
totalJK = Jumlah kuadrat total
Dimana ketentuannya sebagai berikut:
2( )reg
YJK X Y
n
n
YYYJKtot
2)(
)(
73
Pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien kolerasi dapat dilihat pada
Tabel 9 dibawah ini.
TABEL 9KOEFISIEN KORELASI
Interval Koefisien Tingkat Hubungan0,00 – 0,1990,20 – 0,3990,40 – 0,5990,60 – 0,7990,80 – 1,000
Sangat rendahRendahSedangKuatSangat kuat
Sumber :Sugiyono (2008:250)
3. Menguji Koefisien Determinasi (R²)
Untuk mengukur ketepatan garis regresi diperukan cara pengukuran
Koefisien Determinasi (R²). Seperti yang dikemukakan oleh Gudjarati (2001:98),
dalam bukunya Ekonometrika dijelaskan bahwa Koefisien Determinasi (R²) yaitu
angka yang menunjukan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel
bebas terhadap yang terikat dari fungsi tersebut. Pengaruh secara simultan
variabel X terhadap Y dapat dihitung dengan koefisien determinasi secara
simultan melaui rumus sebagai berikut :
R² = (7)
(Arikunto, 2006)
Nilai R² berkisar antara 0 & 1 (1< R² <1) , dengan ketentuan sebagai berikut :
74
1. Jika R² semakin mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model
tersebut dapat dinilai baik.
2. Jika R² semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terkait jauh/tidak erat, dengan kata lain model tersebut
dapat dinilai kurang baik.
Koefisien determinasi menggunakan rumus Tabel ANOVA :
r = (8)
(Sugiyono, 2006 :199)
4. Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari sebuah penelitian,
hipotesi dibagi menjadi dua yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Yang
menjadi perbedaan antara keduanya ialah , hipotesis penelitian digunakan jika
yang diteliti populasi dan dalam pembuktiannya tidak signifikansi, sedangkan
hipotesis statistik dipakai jika yang diteliti sampel dan dalam pembuktiannya ada
signifikansi. Hipotesis diuji dengan maksud apakah hipotesis yang telah dibuat
oleh penulis dalam penelitian ini bisa diterima atau tidak.
Ada dua macam hipotesis yang akan diuji yaitu hipotesis nol (H₀) dan
hipotesis alternatif (Ha). Menurut Sugiyono, menjelaskan bahwa "Hipotesis nol
adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik (data
75
sampel). Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif, yang menyatakan
perbedaan antara parameter dan statistik". Dalam penelitian ini tingkat
signifikansi (level of significant) atau tingkat kesalahan dalam pengujian
menggunakan kesalahan tipe I yang dimana berapa persen kesalahan untuk
menolah hipotesis nol (H₀) yang benar atau sedapat mungkin hipotesis tersebut
bisa diterima.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ha : ƿ ≠ 0
H₀ : ƿ = 0
Dengan tingkat signifikan dan dk tertentu , ketentuannya sebagai berikut :
a) Jika thitung > ttabel , maka Ha diterima dan H₀ ditolak
b) Jika thitung < ttabel , maka Ha ditolak dan H₀ diterima
(Sugiyono 2006:214)
Dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian
sebagai berikut :
a. Uji F (Uji Hipotesis secara Simultan)
Untuk menguji hipotesis, maka akan dilakukan uji F dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
F = (9)
76
(Arikunto, 2006:184)
Pengujian ini untuk mengetahui pengaruh bersama dari variabel-variabel
independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Dalam pengujian F-
statistik ini akan dibandingkan bagaimana perhitungan antara nilai F-hitung yang
terdapat dari hasil regresi dengan nilai kritis yang dapat dari F-tabel. Jika F-hitung
= F-tabel, maka pengaruh seluruh variabel independen adalah signifikan, jika F-
hitung < F-tabel, maka pengaruh seluruh variabel independen tidak signifikan.
b. Uji t (Uji Hipotesis secara Persial)
Dalam pengujian t dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
t = (10)
(Arikunto, 2006:188)
Pengujian t-statistik bertujuan sebagai pengujian signifikasi masing-
masing variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Pengujian
dilakukan dengan cara membandingkan t-hitung yang didapat dari hasil regresi
dengan t-tabel yang merupakan nilai kritis, dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Jika nilai t-hitung lebih besar atau sam dengan t-tabel maka hipotesia nol
ditolak, artinya bahan koefisien regresi dai setiap variabel independen
adalah signifikan terhadap variabel dependen.
77
2. Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka koefisien dari
setiap variabel independen adalah tidak signifikan terhadap variabel
dependen.