bab iii (2007)
DESCRIPTION
iseng ajaTRANSCRIPT
BAB III
AWAL PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Setelah mempelajari berbagai segi kehidupan bangsa Indonesia pada masa
kerajaan-kerajaan bercorak Hindu atau Buddha maka tiba pada gilirannya
datanglah pengaruh Islam. Lewat jalur perdagangan, agama dan kebudayaan Islam
yang lahir di Timur Tengah menyebar ke kawasan dunia dan akhirnya masuk juga
ke Indonesia.
Nah, bagaimanakah perkembangan awal agama dan kebudayaan Islam di
Indonesia? Untuk memahami perkembangan awal agama dan kebudayaan Islam
di Indonesia, ikutilah uraian materi berikut ini. Sebagai bahan pengayaan kerjakan
tugas-tugas yang ada, termasuk latihan dan uji kompetensi sebagai wujud aktivitas
dan kreativitas kalian dalam proses belajar-mengajar.
A. Awal Penyebaran Islam di Indonesia
1. Proses Masuknya Islam di Indonesia
Masuknya agama Islam ke Indonesia dapat diketahui dari beberapa sumber
yang dapat memberitakannya. Sumber sejarah itu dapat digolongkan menjadi
sumber ekstern (dari luar negeri) dan sumber intern (dari dalam negeri).
a. Sumber Ekstern
1) Berita dari Arab
Pada abad ke-7 ketika Kerajaan Sriwijaya sedang berkembang telah
banyak pedagang Arab yang mengadakan hubungan dengan masyarakat
Kerajaan Zabag/Sriwijaya.
2) Berita dari Eropa
Pada tahun 1292 Marco Polo (Italia) adalah orang Eropa pertama yang
menginjakkan kaki di Indonesia ketika kembali dari Cina untuk menuju
Eropa melalui jalan laut. Ketika ia singgah di Perlak (Perueula)
penduduknya telah memeluk agama Islam dan telah terdapat kerjaan
bercorak Islam, yakni Kerjaan Samudera Pasai.
3) Berita dari India
para pedagang Gujarat dari India di samping berdagang juga
menyebarkan agama Islam di pesisir pantai.
4) Berita dari Cina
Dikatakan oleh Ma Huan (sekretaris Laksamana Cheng Ho) bahwa
pada tahun 1400 telah ada pedagang – pedagang Islam yang tinggal di
pantai utara Jawa.
b. Sumber Intern
Sumber intern yang menjadi bukti masuknya Islam di Indonesia,
antara lain sebagai berikut.
1) Batu Nisan Fatimah binti Maimun (1028) yang bertuliskan Arab di
Leran (Gresik)
2) Makam Sultan Malik Al Saleh (1297) di Sumatra.
3) Makam Syeh Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.
2. Proses Islamisasi
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan terus berkembang serta
prosesnya lebih demokratis dari pada agama Hindu. Itulah sebabnya pada abad
ke-16 telah dapat menggeser kekuasaan Hindu (Kerajaan Majapahit). Adapun
proses islamisasi di Indonesia dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain
sebagai berikut.
a. Melalui Perdagangan
Para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat memegang peranan
penting sebab di samping berdagang, mereka juga menyebarkan agama
Islam. Mereka mendirikan perkampungan sendiri (perkampungan
pedagang muslim di negeri asing) yang disebut Pekojan. Melalui
perdagangan inilah Islam berkembang pesat. Hal ini didukung oleh situasi
politik saat itu, ketika para bupati pesisir berusaha untuk melepaskan diri
dari kekuasaan pusat yang sedang mengalami kekacauan atau perpecahan.
b. Melalui Perkawinan
Perkawinan putri bangsawan dengan pedagang muslim dilakukan
secara Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat (perkawinan antara
pihak Islam dengan pihak yang belum Islam). Perkawinan merupakan
saluran islamisasi yang paling mudah. Dari perkawinan itu pula akan
membentuk ikatan kekerabatan antara pihak keluarga laki-laki dan
perempuan.
Saluran lewat perkawinan antara pedagang, ulama, ataupun golongan
lain dengan anak bangsawan, bupati ataupun raja akan lebih
menguntungkan. Status sosial ekonomi ataupun politik para bangsawan,
bupati atau raja akan mempercepat proses islamisasi. Banyak contoh yang
dapat dikemukakan mengenai proses islamisasi melalui perkawinan, antara
lain sebagai berikut.
1) Perkawinan Putri Campa dengan Raja Brawijaya yang melahirkan
Raden Patah.
2) Perkawinan Rara Santang (putri Prabu Siliwangi) dengan Syarif
Abdullah melahirkan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
3) Perkawinan Putri Blambangan dengan Maulana Ishak mempunyai
seorang putra bernama Raden Paku (Sunan Giri).
4) Perkawinan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Gede Manila
melahirkan Sunan Bonang (Makdum ibrahin) dan Sunan Drajat
(Syarifudin).
c. Melalui Tasawuf
Ajaran tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan
mistis atau unsur-unsur magis. Ajaran tasawuf masuk ke Indonesia pada
abad ke-13. Di Aceh muncul ahli tasawuf yang terkenal, seperti Hamzah
Fansuri, Syamsuri as Samatrani, dan Nuruddin ar Raniri. Di jawa di antara
Wali Sanga juga ada yang mengajarkan tasawuf ialah Sunan Bonang dan
Sunan Kudus.
d. Melalui Pendidikan
Lewat pendidikan terutama dalam pesantren yang diselenggarakan
oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Pesantren merupakan
lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam karena merupakan
tempat pembinaan calon guru-guru agama, kiai-kiai,dan ulama-ulama.
Pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, kita mengenal beberapa pesantren,
di antaranya Pesantren Ampel Denta di Surabaya dan Pesantren Giri di
Gresik.
e. Melalui Dakwah
Proses islamisasi di Jawa melalui dakwah dilakukan oleh kelompok
para wali yang dikenal sebutan Wali Sanga. Wali artinya wakil atau
utusan. Mereka di samping memiliki pengetahuan agama Islam juga
memiliki kelebihan yang disebut karomah. Oleh karena itu, mereka diberi
gelar sunan artinya yang dihormati. Kesembilan wali tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Sunan Ampel (Raden Rahmat) di Surabaya (Jawa Timur).
2) Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) di Tuban (Jawa Timur).
3) Sunan Drajat (Raden Syarifuddin) atau raden Qosim di Lamongan,
Jawa Timur.
4) Sunan Giri (Raden Paku) di Gresik, Jawa Timur.
5) Syeh Maulana Malik Ibrahim, di Gresik, Jawa Timur.
6) Sunan Kalijaga (Raden Said) di Kadilangu, Semarang, Jawa Tengah.
7) Sunan muria (Raden Umar Said) di Muria, Jawa Tengah.
8) Sunan Kudus (Raden Jafar Shodiq) di Kudus, Jawa Tengah.
9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) di Cirebon, Jawa Barat.
Penyebaran agama islam di Jawa Tengah bagian selatan dilakukan
Sunan Tembayat (Bayat) yangberkedudukan di Klaten. Penyebaran agama
islam di luar Jawa, khusunya di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk ri
Bandang dan Datuk ri Sulaiman. Di kalimantan Timur dilakukan oleh
Datuk ri Bandang dan Tuan Tunggang ri Parangan. Golongan lain yang
mempercepat proses islamisasi ialah mereka yang telah menunaikan
ibadah haji.
3. Peta Penyebaran Agama Islam
Untuk dapat lebih mengetahui dan memahami lokasi daerah-daerah di
Indonesia yang telah mendapat pengaruh Islam.
4. Proses dan Latar Belakang Munculnya Kerajaan Islam Petama di
Indonesia (Peurelak/Perlak)
Perlak adalah nama kerajaan di wilayah Aceh Timur yang pusat
pemerintahannya dekat muara Sungai Peuleula dan merupakan kerajaan
Islam pertama di Indonesia. Adapun faktor-faktor yang dapat mendorong
Perlak menjadi pusat kerajaan dan perdagangan, antara lain sebagai
berikut.
a. Letaknya strategis untuk perdagangan, ysaitu di tepi jalur perdagangan
internasional.
b. Daerah Aceh merupakan daerah penghasil lada yang merupakan bahan
ekspor ke India dan Timur Tengah.
c. Mundurnya Kerajaan Melayu sebagai pusat perdagangan memberikan
kesempatan kepada Perlak untuk berkembang.
Kapan pastinya Kerajaan Perlak muncul tidak banyak diketahui.
Hanya saja sejarah telah mencatat bahwa Raja Perlak yang pertama ialah
Sultan Alauddin Syaid Maulana Abdul Aziz Syah atau singkatnya Sultan
Alaudin Syah (1161-1186), seorang penganut Islam aliran Syiah (golongan
dan merupakan sebutan yang dipergunakan oleh pengikut Ali, yaitu suami
putri Nabi Mmuhammad saw., bernama Fatimah).
Pelabuhan Perlak dicatat dalam sejarah karena mendapat
kunjungan musafir bernama Marco Polo. Ia singgah dalam perjalanan
kembali dari Negeri Cina ke Venesia (1292). Dalam beritanya, Marco Polo
menceritakan bahwa penduduk di Ibu kota kerajaan telahmenganut agama
islam. Sebaliknya, penduduk di luar kota masih menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme.
Dinasti Syaid Aziz memerintah kurang lebih seabad lamanya.
dalam bagian akhir abad ke-13 terjadi perebutan kekuasaan antara Dinasti
Syaid Aziz keturunan Arab dan Dinasti Marah yang merupakan keturunan
asli. Akibatnya kerajaan terpecah menjadi dua, yakni Perlak Baroh
(selatan) di bawah Dinasti Marah dan Perlak Tunong (utara) di bawah
Dinasti Syaid Azizi. Akibat perebutan kekuasaan pada akhir abad ke-13
Perlak mengalami keruntuhan sebab dikuasai oleh Samudera Pasai.
B. Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Agama dan budaya Islam yang masuk ke Indonesia mempengaruhi
kebudayan asli Indonesia sehingga menimbulkan akulturasi tersebut dapat
dilihat dari berbagai bidang berikut ini.
1) Masjid
Dilihat dari segi arsitekturnya, masjid-masjid kuno di Indonesia
menampakkan gaya arsitektur asli indonesia dengan ciri-ciri sebagai
berikut.
a) Atapnya bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka)
b) Fondasinya kuat dan agak tinggi.
c) Ada serambi di depan atau di samping.
d) Ada kolam/parit di bagian depan atau samping.
Gaya arsitektur bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah sebagai
berikut:
a) Hiasan kaligrafi;
b) Kubah;
c) Bentuk masjid.
Adapun bangunan masjid kono yang beratap tumpang, antara lain sebagai
berikut
1) Masjid beratap tumpang, antara lain sebagai berikut.
a) Masjid Agung Cirebon dibangun pada abad ke-16
b) Masjid Angke, Tambora dan Marunda di Jakarta dibangun pada
abad ke-18.
c) Masjid Katangka di Sulawesi Selatan dibangun pada abad ke-17.
2) Masjid beratap tumpang tiga, antara lain sebagai berikut.
a) Masjid Agung Demak dibangun pada abad ke-16.
b) Masjid Baiturahman di Aceh, dibangun pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda, yakni pada abad ke-17.
c) Masjid Jepara
d) Masjid Ternate
3) Masjid beratap tumpang lima ialah Masjid Banten yang dibangun pada
abad ke-17.
b. Makam
Makam khususnya untuk para raja bentuknya seperti istana disamakan
dengan orangnya yang dilengkapi dengan keluarga, pembesar, dan
pengiring terdekat. Budaya asli Indonesia terlihat pada gugusan
cungkup yang dikelompokkan menurut hubungan keluarga. Pengaruh
budaya Islam terlihat pada huruf dan bahasa Arab, misalnya Makam
Pputeri Suwari di Leran (Gresik) dan Makam Sendang Dhuwur di atas
bukit (Tuban)
c. Seni rupa dan Aksara
Akulturasi bidang seni rupa terlihat pada seni kaligrafi atau seni khot,
yaitu seni yang memadukan antara seni lukis dan seni ukir dengan
menggunakan huruf Arab yang indah dan penulisannya bersumber
pada ayat-ayat suci Al Quran dan Hadist. Adapun fungsi seni kaligrafi
adalah untuk motif batik, hiasan pada masjid-masjid, keramik, keris,
nisan, hiasan pada mimbar dan sebagainya.
d. Seni Sastra
Seni sastra Indonesia di zaman Islam banyak terpengaruh dari sastra
Persia. Di Sumatra, misalnya menghasilkan karya sastra yang berisi
pedoman-pedoman hidup, seperti cerita Amir Hamzah, Bayan
Budiman dan 1001 Malam.
Di samping itu juga mendapat pengaruh Hhindu, seperti Hikayat
Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama. Cerita Panji pada zaman Kediri
(Hindu) muncul lagi dalam bentuk Islam, seperti Hikayat Panji
Semirang.
Hasil seni sastra, antara lain sebagai berikut.
1) Suluk, yaitu kitab yang membentangkan ajaran tasawuf. Contohnya
ialah Suluk Wujil, Suluk Sukarsa, dan Suluk Malang Sumirang.
Karya sastra yang dekat dengan suluk ialah primbon yang isinya
bercorak kegaiban dan ramalan penentuan hari baik dan buruk,
pemberian makna kepada sesuatu kejadian dan sebagainya.
2) Hikayat, yakni saduran kejadian cerita wayang.
3) Babad, ialah hikayat yang berisi sejarah. Misalnya Babad Tanah
Jawi isinya sejarah Pulau Jawa, Babad Giyanti tentang pembagian
Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta dan sebagainya.
4) Kitab-kitab lain yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup,
seperti Taj us Salatin dan Bustan us Salatin
e. Sistem kalender
Pada zaman Khalifah Umar bin Khatab ditetapkan kalender Islam
dengan perhitungan atas dasar peredaran bulan yang disebut tahun
Hijriah. Tahun 1 Hijriah (H) bertepatan dengan tahun 622 M.
sementara itu, di Indonesia pada saat yang sama telah menggunakan
perhitungan tahun Ska (S0 yang didasarkan atas peredaran matahari.
Tahun 1 Saka bertepatan dengan tahun 78 M.
Pada tahun 1633 M, Sultan Agung raja terbesar Mataram menetapkan
berlakunya tahun Jawa (tahun Nusantara) atas dasar perhitungan bulan
(1 tahun = 354). Dengan masuknya Islam maka muncul sistem
kalender Islam dengan menggunakan nama-nama bulan, seperti
Muharram (bulan Jawa;Sura), Shafar (bulan Jawa;Sapar), dan
sebagainya sampai dengan Dzulhijah (bulan Jawa;Sapar) dan
sebagainya sampai dengan Dzulhijah (bulan Jawa; Besar) dengan
tahun Hijrah (H).
f. Seni Musik dan Tari
Akulturasi pada seni musik terlihat pada musik qasidah dan gamelan
pada saat upacara Gerebeg Maulud. Di bidang seni tari terlihat pada
tari Seudati yang diiringi sholawat nabi, kesenian Debus yang diawali
dengan membaca Al Quran yang berkembang di Banten, Aceh, dan
Minangkabau.
g. Sistem Pemerintahan
Pada zaman Hindu pusat kekuasaan adalah raja sehingga raja dianggap
sebagai titisan dewa. Oleh karena itu, muncul kultus “dewa raja”. Apa
yang dikatakan raja adalah benar. Demikian juga pada zaman Islam,
pola tersebut masih berlaku hanya dengan corak baru. Raja tetap
sebagai penguasa tunggal karena dianggap sebagai khalifah, segala
perintahnya harus dituruti.