bab ii ubur kakaban dan hiu bambu

14
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hemiscyllium Halmahera Hemiscyllium halmahera atau biasa disebut sebagai “Hiu Bambu” oleh masyarakat pulau Halmahera, merupakan spesies endemik Indonesia yang ditemukan di perairan Halmahera. Pertamakali spesies ini ditemukan pada tahun 2007, dan baru dapat teridentifikasi sebagai spesies baru pada tahun 2011 kemudian masuk pada Journal of Ichtyology pada bulan Juli tahun 2013. 2.1.1 Taksonomi Gambar 1. Hiu bambu (walking shark) Sumber: news.nationalgeographic.com Berdasarkan Bonnaterre, Hiu Bambu atau Hemiscyllium halmahera memiliki klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Chondrichthyes Order : Orectolobiformes 2

Upload: arisnuryana

Post on 26-Dec-2015

105 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Restocking dan penangkaran

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Ubur Kakaban Dan Hiu Bambu

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hemiscyllium Halmahera

Hemiscyllium halmahera atau biasa disebut sebagai “Hiu Bambu” oleh

masyarakat pulau Halmahera, merupakan spesies endemik Indonesia yang ditemukan

di perairan Halmahera. Pertamakali spesies ini ditemukan pada tahun 2007, dan baru

dapat teridentifikasi sebagai spesies baru pada tahun 2011 kemudian masuk pada

Journal of Ichtyology pada bulan Juli tahun 2013.

2.1.1 Taksonomi

Gambar 1. Hiu bambu (walking shark)Sumber: news.nationalgeographic.com

Berdasarkan Bonnaterre, Hiu Bambu atau Hemiscyllium halmahera memiliki

klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Chondrichthyes

Order : Orectolobiformes

Family : Hemiscylliidae

Genus : Hemiscyllium

Specific name : ocellatum

Scientific name : Hemiscylliumocellatum

2

Page 2: BAB II Ubur Kakaban Dan Hiu Bambu

3

2.1.2 Morfologi

Meskipun penampilan luarnya berbeda dengan hiu lainnya, hamper semua jenis

hiu memiliki kesamaan secara biologis. Semua spesies memiliki rangka yang tersusun

atas kartilago, indera yang dimiliki juga sama. Yang membedakan tiap-tiap hiu

biasanya dari struktur gigi, jumlah insang dan cara reproduksi.

Seperti hiu pada umumnya, ia memiliki dua buah sirip dorsal, satu sirip caudal,

Tubuhnya berwarna cokelat dengan totol-totol kehitaman. Spesies ini bisa tumbuh

sampai sepanjang 80 sentimeter.

Fiturnya meliputi pewarnaan cokelat dengan beberapa klaster berisi 2-3 bintik

poligonal gelap. Ada bintik-bintik putih tersebar luas dalam matriks di antara klaster

gelap. Warna tubuhnya ini membantu proses kamuflase. Perbedaan signifikan spesies

hiu ini dengan jenis hiu berjalan lainnya adalah pada pola warnanya, utamanya

adanya sepasang bintik di bagian bawah kepalanya, sementara bintik-bintik yang ada

di bawah kepala lainnya membentuk pola menyerupai huruf U. pola inilah yang

membedakannya dengan H. galei yang ditemukan di teluk Cendrawasih, yang mana

ikan tersebut memiliki 7-8 bintik gelap besar yang tersusun secara horizontal di sisi

bawah tubuh antara perut dengan bagian bawah sirip caudal.

Gambar 2. H. galei dan H. freycinetiSumber : http://novataxa.blogspot.com

Gambar 3. H. halmaheraSumber : http://www.sci-news.com

Hiu ini memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibanding jenis hiu lainnya, juga

memiliki moncong pendek. Dua sirip dorsal yang dimiliki berukuran hampir sama

dan terletak di bagian posterior tubuh. Sirip anal terletak di anterior ekor. Sirip

Page 3: BAB II Ubur Kakaban Dan Hiu Bambu

4

precaudalnya memanjang dan tebal. Sirip pectoralnya membulat dan berbentuk

seperti dayung. Morfologi sirip ini memungkinkan ikan untuk “berjalan” dengan

lebih leluasa di substrat.

Kebanyakan ikan bertulang sejati memiliki sisik yang menutupi

tubuhnya, yang akan tumbuh seiring dengan laju pertumbuhan ikan tersebut.

Namun kulit ikan hiu jauh lebih kuat karena bukan dilapisi oleh sisik

melainkan oleh jutaan gerigi kecil yang disebut dengan dermal denticles /

sisik plakoid. Seiring pertumbuhan hiu, sisik plakoid tersebut akan terlepas

dan digantikan oleh sisik plakoid baru yang lebih besar.

Warna tubuh hiu ditentukan dari sel pigmen yang ada dikulit dan

berfungsi mengkamuflasekan hiu dari predatornya sekaligus untuk

menyelinap menuju mangsanya. Hiu bambu memiliki warna coklat dengan

totol totol pada bagian punggungnya yang berfungsi menyamarkan diri pada

lingkungan bentik yang berpasir atau berbatu karang.

Gambar 4. Sisik Plakoid HiuSumber : http://www.sci-news.com

Jenis Hiu yang berbeda akan memiliki bentuk gigi yang berbeda juga

tergantung pada makanannya. Hiu bambu yang jenis makanannya berupa

Page 4: BAB II Ubur Kakaban Dan Hiu Bambu

5

kepiting, udang dan jenis bentik lain memiliki gigi yang tumpul sehingga

dapat digunakan untuk menghancurkan cangkang.

Gambar 5. Morfologi HiuSumber : http://www.sci-news.com

Memiliki sirip dorsal, sirip pelvik, sirip anal, sirip kaudal, dan sirip

pectoral yang bentuknya berbeda dengan hiu pelagis. Dua sirip dorsal yang

dimiliki berukuran hampir sama dan terletak di bagian posterior tubuh. Sirip

anal terletak di anterior ekor. Sirip precaudalnya memanjang dan tebal. Sirip

pectoralnya membulat dan berbentuk seperti dayung. Morfologi sirip ini

memungkinkan ikan untuk “berjalan” dengan lebih leluasa di substrat.

2.1.3 Habitat dan Destribusi

Hemiscyllium halmahera ditemukan di perairan dangkal sekitar 0-50 m di

kepulauan Halmahera, dengan tipe substrat berupa pasir dan terumbu karang. Ikan ini

hidup di dasar perairan dengan cara “berjalan” dengan sirip pectoralnya.

Untuk saat ini, hiu bambu baru ditemukan di sekitar perairan Halmahera.

Spesies ini pertama kali ditemukan oleh seorang penyelam bernama ….. pada tahun

2008 (beberapa sumber mengatakan pada tahun 2007), namun ia mengira bahwa hiu

tersebut merupakan satu spesies dengan jenis hiu berjalan yang pernah ditemukan di

Cendrawasih. Kemudian pada bulan september tahun 2013 baru dinyatakan bahwa

hitu tersebut merupakan spesies baru.

Page 5: BAB II Ubur Kakaban Dan Hiu Bambu

6

2.1.4 Adaptasi

Hemiscyllium Halmahera atau Hiu Bambu mengalami adaptasi morfologi,

lingkungan dan tingkah laku untuk bertahan hidup dalam ekosistem atau lingkungan

hidupnya.

a. Adaptasi Morfologi

Tidak seperti hiu lain, hiu ini giginya relatif lebih tumpul, karena

mangsanya merupakan invertebrata bentik, jadi jika mangsanya bersembunyi

di cangkangnya ia akan menghancurkan cangkang tersebut dengan giginya.

Moncongnya yang lebih pendek dibanding hiu lain juga memiliki fungsi

tersendiri, yaitu digunakan untuk mengaduk serpihan-serpihan batu dan pasir

di dasar laut untuk mencari cacing dan udang yang bersembunyi.

Selain itu, Hiu Bambu memiliki warna tubuh yang dapat menyamarkan

tubuhnya dengan lingkungannya seperti pasir dan terumbu karang.

b. Adaptasi Fisiologi

Seperti kebanyakan ikan laut lainnya, ikan ini mengeluarkan urin yang

lebih pekat dan sedikit, untuk mengurangi kepekatan cairan tubuhnya dan

untuk mengimbangi banyaknya air yang keluarnya dari dalam tubuhnya.

Kemampuan hidupnya di peraira dangkal ini ditunjang oleh

kemampuannya untuk membuka dan menutup saluran nafasnya untuk

menjaga suplai darah ke otaknya, oleh karena itu hiu ini memiliki toleransi

tinggi terhadap kondisi hypoxia. Hiu berjalan ini bisa bertahan sekitar satu

jam tanpa bernapas sama sekali. Kemampuan adaptasi ini sangat penting bagi

ikan ini karena ia merupakan ikan yang aktif di malam hari di perairan

terumbu karang yang dangkal dan hangat, di mana kadar oksigen bisa turun

drastis.

Selain itu, seperti hiu lainnya, ikan ini memiliki reseptor pada gurat sisi

dan ampula lorenzini, untuk mendeteksi medan elektrik yang lemah yang

Page 6: BAB II Ubur Kakaban Dan Hiu Bambu

7

dihasilkan oleh denyut jantung, gerakan insang dan otot-otot renang mangsa.

Ikan ini memangsa bentik invertebrata.

c. Adaptasi Tingkah Laku

Spesies ini termasuk spesies nokturnal atau aktif di malam hari,

terutama saat senja. Selain itu, terkadang hiu ini mengunyah makanannya

sebelum menelannya. Terkadang untuk menangkap mangsa yang

bersembunyi di dalam pasir, ia menggali dan mengaduk-aduk pasir

tersebutdengan moncongnya.

2.1.5 Reproduksi

Spesies hiu ini adalah ovipar seperti ikan pada umumnya. Mereka bertelur di

dalam air. Hiu ovipar memiliki cangkang telur keras atau berupa membran kasar

untuk perlindungan untuk perkembangan embrio. Telur hiu (disebut juga "mermaid's

purses") akan menetas jika tidak dimakan oleh hewan lain, karena sang induk tidak

akan menjaga telur-telurnya. Pertumbuhannya lambat, sekitar 3 cm pada tahun

pertama.

2.1.6 Ancaman

Di Halmahera, Hiu Bambu tidak secara langsung ditangkap oleh nelayan.

Biasanya Hiu Bambu ikut tertangkap dalam jarring nelayan tanpa disengaja (Hiu

Bambu) terutama oleh para nelayan yang mencari ikan-ikan yang hidupnya

disekitaran karang.

Page 7: BAB II Ubur Kakaban Dan Hiu Bambu

8

2.2 Cassiopea ornata

Ubur-ubur kakaban adalah ubur-ubur yang unik dikarenakan ubur-ubur ini tidak

memiliki sengat. Pada ubur-ubur di danau Kakaban, kelenjar sengat (nematosit) telah

tereduksi sehingga tidak lagi membahayakan bagi manusia. Ubur-ubur ini bisa

ditemukan di danau Kakaban, danau unik yang terdapat di Pulau Kakaban, Kabupaten

Berau, Kalimantan Timur. Menurut Menteri Kehutanan, memberitahukan bahwa

ubur-ubur tak beracun adalah endemik yang berasal dari danau berair payau atau

danau ubur-ubur di Pulau Kakaban, Kalimantan Timur. Unik karena danau Kakaban

merupakan danau prasejarah dengan air laut yang terperangkap di dalamnya sejak 2

juta tahun silam. Karena evolusi yang cukup lama, air laut yang terperangkap di

dalam danau Kakaban menjadi lebih tawar dibandingkan air laut di sekitarnya.

Perubahan ini mengakibatkan berbagai fauna yang hidup di dalamnya melakukan

adaptasi termasuk ubur-ubur.

Di danau Kakaban terdapat empat spesies ubur-ubur yakni ubur-ubur bulan

(Aurelia aurita), ubur ubur totol (Mastigias papua), ubur-ubur kotak (Tripedalia

cystophora), dan ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornata). Spesies ubur-ubur yang akan

dijelaskan di makalah ini adalah Cassiopea ornata, dikarenakan ubur-ubur ini yang

paling khas di Pulau Kakaban.

Gambar 6. Ubur-ubur KakabanSumber : http://www.portalgue.com

Page 8: BAB II Ubur Kakaban Dan Hiu Bambu

9

Ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornata) atau upside-down jellyfish menjadi trade

mark Pulau Kakaban. Ubur-ubur jenis ini berenang secara terbalik dengan tentakel di

bagian atas. Ubur-ubur terbalik bersimbiosis dengan zooxanthella (sejenis ganggang)

yang menempel di bagian bawah tudung dan tentakel ubur-ubur. Agar zooxanthella

mampu berfotosintesis dan menghasilkan makanan, ubur-ubur terbalik (Cassiopea

ornata) berjalan terbalik dengan tentakel di bagian atas dan tudung di bagian bawah.

Kebiasaan unik Cassiopeia adalah berenang secara terbalik dengan menghadapkan

kaki atau tentakel ke atas.

Hasil evolusi tersebut terjadi akibat adanya isolasi di danau air asin karena tidak

adanya hewan pemangsa atau predator. Ubur-ubur seperti ini diakibatkan adanya

proses evolusi yang cukup lama oleh air hujan dan air tanah, dimana air danau disini

menjadi lebih tawar dibandingkan air laut yang ada di sekitarnya. Dampaknya hewan

laut seperti Cassiopeia ornata harus melakukan adaptasi. Perubahan ini berdampak

juga pada adaptasi fauna laut yang ada di dalam danau itu. Ubur-ubur misalnya,

karena terbatasnya makanan, akhirnya beradaptasi dengan melakukan simbiosis

mutualisme dengan algae. Algae adalah penghasil makanan dan menghasilkan

makanan dengan bantuan sinar matahari.

2.2.1 Taksonomi

Klasifikasi dari ubur-ubur terbalik (Cassiopeia ornata) sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Cnidaria

Kelas : Scyphozoa

Ordo : Rhizostomae

Famili : Cassiopeidae

Genus : Cassiopea

Spesies : Cassiopea ornate

Page 9: BAB II Ubur Kakaban Dan Hiu Bambu

10

2.2.2 Morfologi

Ubur-ubur ini berenang secara terbalik dengan tentakel di bagian atas. Ubur-

ubur ini mempunyai bentuk tubuh seperti tabung. Bentuk tubuhnya bisa beragam

tetapi mempunyai rongga dengan mulut yang dikelilingi oleh alat peraba yang disebut

tentakel. saluran pencernaan makanan ubur-ubur berupa gastrovaskular.

Gambar 7. Morfologi Ubur-UburSumber : Wikipedia

2.2.3 Reproduksi

Ubur-ubur kakaban bereproduksi dengan cara yang tidak jauh berbeda dengan

jenis ubur-ubur lainnya. Walaupun jenis ini hidup di danau yang terpisah dari lautan,

reproduksinya masih sama dengan ubur-ubur dari kelas Schypozoa. Dengan daur

hidupnya yang lebih dominan fase Medusa, ubur-ubur ini memiliki fase polip yang

tidak terlalu lama. Reproduksinya dilakukan dengan cara seksual oleh medusa jantan

dan betina di perairan, kemudian hasil dari fertilisasi ini menempel pada substrat dan

membentuk polip. Dari polip ini akan dihasilkan individu-individu baru.