bab ii tugas kepolisian dan negara hukum

23
BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM A. Konsep Negara Hukum Dalam prinsip Negara hukum, segala sesuatu perbuatan negara harus berdasarkan atas hukum bukan berdasarkan atas kekuasaan. Dalam perkembangan mengenai negara hukum, adanya upaya untuk menghilangkan batasan pengertian negara hukum antara Rechtstaat dan The Rule of Law. Ide mengenai negara dalam suatu tatanan hukum yang adil terus menerus berkembang di Eropa dari abad ke-16 hingga pennulaan abad ke-20. Dalam dekade waktu itu dapat diuraikan perkembangan pemikiran mengenai konsep negara; dari negara hukum klasik (pengertian negara dalam arti sempit) sampai dengan negara hukum formal. 1 The Rule of Law dalam literatur- literatur terkemuka memiliki pengertian yang sama dengan Negara Hukum. 2 Hadjon bertolak belakang dengan pendapat para ahli hukum, beliau mengemukakan konsep berdasarkan latar belakang sistem hukum yang menjadi sandaran istilah tersebut, adapun pernyataan beliau: Konsep rechtstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme, sehingga sifatnya revolusioner, sebaliknya konsep the rule of law berkembang secara evolusioner. Hal ini nampak 1 Teguh Prasetyo, Rule Of Law Dalam Dimensi Negara Hukum Indonesia, Jumal ilmu Hukum Refleksi Hukum Edisi Oktober 2010, hal 130. 2 Ibid.

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

BAB II

TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

A. Konsep Negara Hukum

Dalam prinsip Negara hukum, segala sesuatu perbuatan negara harus

berdasarkan atas hukum bukan berdasarkan atas kekuasaan. Dalam

perkembangan mengenai negara hukum, adanya upaya untuk menghilangkan

batasan pengertian negara hukum antara Rechtstaat dan The Rule of Law. Ide

mengenai negara dalam suatu tatanan hukum yang adil terus menerus

berkembang di Eropa dari abad ke-16 hingga pennulaan abad ke-20. Dalam

dekade waktu itu dapat diuraikan perkembangan pemikiran mengenai konsep

negara; dari negara hukum klasik (pengertian negara dalam arti sempit)

sampai dengan negara hukum formal.1 The Rule of Law dalam literatur-

literatur terkemuka memiliki pengertian yang sama dengan Negara Hukum.2

Hadjon bertolak belakang dengan pendapat para ahli hukum, beliau

mengemukakan konsep berdasarkan latar belakang sistem hukum yang

menjadi sandaran istilah tersebut, adapun pernyataan beliau:

Konsep rechtstaat lahir dari suatu perjuangan menentang

absolutisme, sehingga sifatnya revolusioner, sebaliknya konsep

the rule of law berkembang secara evolusioner. Hal ini nampak

1 Teguh Prasetyo, Rule Of Law Dalam Dimensi Negara Hukum Indonesia, Jumal ilmu

Hukum Refleksi Hukum Edisi Oktober 2010, hal 130.

2 Ibid.

Page 2: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

dari isi atau kriteria rechtstaat dan kriteria the rule of law.

Konsep rechtstaat bertumpu atas sistem hukum kontinental

yang disebut Civil Law, Modern Roman Law, sedangkan

konsep the rule of law, bertumpu atas sistem hukum yang

disebut Common Law.3

Menurut Frederik Julius Stahl, unsur-unsur negara hukum adalah:

a. Perlindungan hak asasi manusia.

b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak - hak

itu.

c. Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan.

d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.4

Pada saat yang hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum

rule of law dari A. V. Dicey, yang lahir dalam naungan sistem hukum Anglo

Saxon. Dicey mengemukakan unsur - unsur rule of law sebagai berikut:

a. supremacy of law.

b. equality before the law.

c. constitution based on human rights.5

Menurut J.B.J.M Ten Berge prinsip-prinsip Negara hukum tersebut

sebagai berikut :

3 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: Bina llmu,

1987, hal 72.

4 Syaiful Bakhri, Ilmu Negara dalam Konteks Negara Hukum Modern, Yogyakarta: Total

Media, 2010. hal 133.

5 Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Bogor; Ghalia Indonesia, 2004, hal

34.

Page 3: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

a. Asas legalitas yaitu pembatasan kebebasan warga negara (oleh

pemerintah) harus ditemukan dasarnya dalam Undang – Undang yang

merupakan peraturan umum. Undang-Undang secara umum harus

memberikan jaminan (terhadap warga Negara) dari tindakan

(pemerintahan) yang sewenang-wenang, kolusi, dan berbagai jenis

tindakan yang tidak benar. Pelaksanaan wewenang oleh organ

pemerintahan harus ditemukan dasarnya pada Undang-Undang tertulis

(undang- undang formal).

b. Perlindungan hak-hak asasi.

c. Pemerintah terikat pada hukum.

d. Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum.

Hukum harus dapat ditegakan, ketika hukum itu dilangar. Pemerintah

harus menjamin bahwa di tengah masyarakat terdapat instrumen yuridis

penegakan hukum. Pemerintah dapat memaksa seorang yang melangar

hukum melalui sistem peradilan Negara. Memaksakan hukum publik

secara prinsip merupakan tugas pemerintah.

e. Pengawasan oleh hakim yang merdeka superioritas hukum tidak dapat

ditampilkan, jika aturan hukum hanya dilaksanakan organ pemerintahan.

Oleh karena itu, negara hukum diperlukan pengawasan oleh hakim yang

merdeka.6

6 Ridwan H.R. Op.cit. hal 9.

Page 4: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

Berdasarkan konteks sejarah dan konteks Politik, Brian Z. Tamanaha

mencoba memformulasikan sebuah teori alternatif baru dalam The Rule of

Law, dimana Brian Z. Tamanaha menawarkan pemisahan kedalam dua

kategori dasar, yang dikenal dengan teori sebagai Versi ”formal” dan versi

“Substantif”, yang kedua-duanya masing-masing memiliki tiga bentuk yang

berbeda-beda.7

Bagan 1 Alternative Rule of Law Formulations

Sumber: Brian Z. Tamanaha, 2004.

7 Brian Z Tamanaha, On The Rule Of Law, History, Politics, Theory, United Kingdom:

Cambridge University Press, 2004, hal. 91.

Page 5: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

Menurut Brian Z. Tamanaha Alternative Rule of Law Formulations8

adalah merupakan formulasi teori alternatif yang akan ber-elaborasi ke

dalam perkembangan daripada dari Thinner (tipis) menuju Thicker (tebal),

yang artinya bergerak dari formulasi dengan persyaratan yang lebih sedikit

untuk persyaratan yang lebih besar (moving from formulations with fewer

requirements to more requirements). Secara umum, setiap formulasi

berikutnya menggabungkan aspek utama dari sebelumnya formulasi,

membuat mereka semakin kumulatif.

Tamanaha berpendapat bahwa prinsip negara hukum The Rule of

Law, sedikitnya memiliki enam bentuk, yaitu meliputi sebagai berikut:

1. Rule By Law.

Hukum hanya difungsikan sebagai instrumen dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Hukum hanya dimaknai dan difungsikan sebagai instrument

kekuasaan belaka. Derajat kepastian dan prediktibilitasnya sangat tinggi,

sehingga sangat disukai oleh para pelaku kekuasaan, baik kekuasaan politik

maupun ekonomi The Rule of Law dalam tafsir kaum liberal.

2. Formal Legality.

Dalam bentuk ini Negara hukum dicirikan memiliki beberapa sifat

yang meliputi: prinsip propektivitas dan tak boleh retroaktif, berlaku umum

dalam arti mengikat semua orang, jelas (clear), bersifat publik (public) dan

8 Ibid.

Page 6: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

relative stabil. Dalam pengertian ini prediktabilitas hukum sangat

diutamakan.

3. Democracy and Legality.

Demokrasi yang dinamis yang diimbangi oleh hukum yang menjamin

kepastian hukum. Namun demikian, sebagai a procedural mode of

legitimation, demokrasi juga mengandung keterbatasan-keterbatasan yang

serupa dengan formal legality, sehingga bisa juga memunculkan praktik-

praktik buruk kekuasaan otoritarian.karena ada kewajiban membela

demokratik legality, sebagai norma dan prinsip tugas PNTL maka PNTL

harus bertindak (No Partisan dan) menjujung tinggi hak asasi manusia

,untuk menjalankan prinsip prinsip demokrasi yang sesuai dengan hukum.

4. Individual Rights.

Adanya jaminan dan perlindungan terhadap hak milik, kontrak

pribadi, dan otonomi seseorang.

5. Rights of Dignity.

Jaminan terhadap keadilan bermartabat seseorang, termasuk jaminan

atas hak atas keadilan.

6. Social Welfare.

Page 7: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

Persamaan yang sifatnya mendasar dan hakiki, jaminan

kesejahteraan, dan terjaganya-terpeliharanya seseoang dalam komunitas.9

Dalam Preambule dan Section 1 ayat (1) Constitution of The

Republic Democratc of Timor-Leste menekankan bahwa Timor Leste adalah

democratic state “based on the rule of law.” Hal tersebut mengindikasikan

bahwa bentuk negara hukum Timor-Leste adalah Democracy and

Legality.dalam negara negara yang pada masa transisi ,demokrasi (sebagai

alat politik Ham) Polisi bukanlah alat politik,tapi untuk membela

demokratik legality.dan menjujung tinggi hak asasi manusia.

B. Konsep Demokrasi.

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dalam suatu negara

dimana semua warga negara secara memiliki hak, kewajiban, kedudukan dan

kekuasaan yang baik dalam menjalankan kehidupannya maupun dalam

berpartisipasi terhadap kekuasaan negara atau mengawasi jalannya

kekuasaan negara, baik secara langsung sehingga sistem pemerintahan dalam

negara tersebut berasal dari rakyat, dijalankan oleh rakyat, untuk

kepentingan rakyat.10

9 Wahyu Jafar, Menegaskan Kembali Komitmen Negara Hukum:Sebuah Catatan atas

Kecenderungan Defisit Negara Hukum di Indonesia, Jurnal Konstitusi, Vol. 7, No. 5, 2010,

hal. 163.

10 Munir Fuady. Konsep Negara Demokrasi. Bandung : Refika Aditama, 2010. hal 2.

Page 8: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

Istilah demokrasi merupakan asal kata berarti “rakyat berkuasa” atau

government or rule by the people (kata Yunani demos berarti rakyat,

kratos/kratein berarti kekuasaan/berkuasa).11

Konsepsi demokrasi

menempatkan manusia sebagai pemilik kedaulatan yang kemudian dikenal

dengan prinsip kedaulatan rakyat, maka bisa dipastikan akan menjadi

kekuasaan yang demokratis karena kehendak rakyatlah sebagai landasan

legitimasinya.12

Demokrasi menurut Joseph Schmeter adalah perencanaan

institutional untuk mencapai suatu putusan politik dimana para individu

memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas

suara rakyat.13

Sedangkan menurut Sidney Hook yang dimaksud dengan

demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana putusan putusan

pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan

pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat

dewasa.14

Hendri B. Mayo juga menyatakan demokrasi adalah sebagai

sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan

umum ditentukan atas dasar mayoritas rakyat dalam pemilihan-pemilihan

11 Miriam Budiardjo, Op.cit, hal. 50.

12 Muntoha, Op.cit, hal 384.

13 Ibid.

14 Ibid.

Page 9: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

berkala yang berdasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan

dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.15

Dalam sejarah kemunculan dan perkembangan demokrasi, bahwa

sebagai gerakan politik yang menentang feodalisme atau dominasi

aristokrasi, demokrasi menjunjung tinggi prinsip mayoritas yang di

dalamnya tercakup kompromi yang adil.16

Demokrasi adalah “majority rule,

minority right”.17

Dalam demokrasi, hubungan antara penguasa dan rakyat,

termasuk di dalamnya kaum minoritas, bukanlah hubungan kekuasaan, tetapi

berdasarkan hukum yang menjunjung tinggi HAM.18

J.B.J.M Ten Berge menyebutkan prinsip-prinsip demokrasi tersebut

sebagai berikut:19

1) Perwakilan politik. Kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara dan

dalam masyarakat diputuskan oleh badan perwakilan, yang dipilih

melalui pemilihan umum.

15 Moh. Mahfud.MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2003,

hal. 19.

16 Sukron Kamil, Islam dan Demokrasi, Telaah Konseptual dan Historis, Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2002, hal 21.

17 Elza Peldi Taher (Ed.), Demokratisasi Politik Ekonomi dan Budaya, Pengalaman

Indonesia Masa Orde Baru, Jakarta: Paramadina, 1994, hal. 217.

18 Sukron Kamil, Op.cit.

19 Ridwan H.R. Op.cit. hal 9.

Page 10: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

2) Pertangungjawaban politik. Organ-organ pemerintahan dalam

menjalankan fungsi sedikit banyak tergantung secara politik, yaitu

kepada lembaga perwakilan.

3) Pemencaran kewenangan. Konsentrasi kekuasaan dalam masyarakat

dalam suatu organ pemerintahan adalah kewenangan. Oleh karena itu,

kewenangan pada badan-badan publik itu harus dipencarkan pada organ-

organ yang berbeda.

4) Pengawasan dan kontrol (penyelengaraan) pemerintahan harus dapat

dikontrol.

5) Kejujuran dan keterbukaan pemerintahan untuk umum.

6) Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan.

Sedangkan dengan rumusan yang hampir sama, H.D. Van Wijk

menyebutkan prinsip-prinsip demokrasi berikut ini:20

1) Keputusan penting yaitu Undang-Undang. Diambil bersama- sama

dengan perwakilan rakyat yang dipilih berdasarkan pemilihan umum

yang bebas dan rahasia.

2) Hasil dari pemilihan umum diarahkan untuk mengisi dewan perwakilan

rakyat dan untuk pengisian pejabat-pejabat pemerintahan.

3) Keterbukaan pemerintahan.

20 Ibid, hal 11.

Page 11: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

4) Siapapun memiliki kepentingan yang (dilanggar) oleh tindakan

penguasa, (harus) diberi kesempatan untuk membela kepentingannya.

5) Setiap keputusan harus melindungi berbagai kepentingan minoritas, dan

harus seminimal mungkin menghindari ketidak benaran dan kekeliruan.

Terdapat korelasi yang jelas antara negara hukum Timor Leste, yang

bertumpu pada konstitusi dan peraturan perundang-undangan, dengan

kedaulatan rakyat, yang dijalankan melalui sistem demokrasi. Korelasi ini

tampak dari kemunculan istilah Democratic Legality, sebagaimana yang

disebutkan dalam Constitution of The Republic Democratic of Timor-Leste.

Dalam sistem demokrasi, penyelengaraan negara itu harus bertumpu pada

partisipasi dan kepentingan rakyat. Implementasi negara hukum itu harus

ditopang dengan sistem demokrasi. Hubungan antara negara hukum dan

demokrasi tidak dapat dipisahkan. Demokrasi tanpa pengaturan hukum akan

kehilangan makna.21

Supremasi hukum yang merupakan ciri utama dari negara hukum

Republik Demokratis Timor-Leste merupakan suatu rumusan yang perlu

dioperasionalkan agar dapat dilakukan pada proses penegakkan hukum (law

enforcement), baik dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang stabil,

bersih dan efisien maupun dalam rangka perlindungan hukum terhadap

rakyat sebagai pemegang kedaulatan terhadap tindak pemerintahan yang

21 Ibid, hal 8.

Page 12: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

bertentangan dengan hukum, sewenang-wenang dan mengandung

penyalahgunaan wewenang. Proses tersebut harus dijalankan berdasarkan

prinsip-prinsip demokrasi. Yang sesuai dengan hukum.

C. Konsep Kepolisian.

1. Konsep Kepolisian Sebagai Organ Negara.

Ditinjau dari segi etimologis istilah polisi di beberapa negara

memiliki ketidaksamaan, seperti di Yunani istilah polisi dengan sebutan

“politeia”, di Inggris “police” juga dikenal adanya istilah “constable”, di

Jerman “polizei”, di Amerika dikenal dengan “sheriff”, di Belanda “politie”,

di Jepang dengan istilah “koban” dan “chuzaisho” walaupun sebenarnya

istilah koban adalah merupakan suatu nama pos polisi di wilayah kota dan

chuzaisho adalah pos polisi di wilayah pedesaan. Jauh sebelum istilah polisi

lahir sebagai organ, kata “polisi” telah dikenal dalam bahasa Yunani, yakni

“politeia”. Kata “politeia” digunakan sebagai title buku pertama Plato, yakni

“Politeia” yang mengandung makna suatu negara yang ideal sekali sesuai

dengan cita-citanya, suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang

rakus dan jahat, tempat keadilan dijunjung tinggi.22

Negara sebagai suatu organisasi memiliki alat perlengkapan untuk

merealisasikan tujuan dan keinginan-keinginan negara (staatswill). Salah

22 Azhari, Negara Hukum Indonesia: Analisis Yuridis Normatif Terhadap Unsur-unsurnya,

Jakarta: UI Press, 1995, hal. 19.

Page 13: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

satunya adalah Kepolisian. Untuk memahami pengertian organ atau lembaga

negara secara lebih dalam, kita dapat mendekatinya dari pandangan Hans

Kelsen mengenai the concept of the State-Organ dalam bukunya General

Theory of Law and State. Hans Kelsen menguraikan bahwa “Whoever fulfills

a function determined by the legal order is an organ”.23

Artinya, organ negara itu tidak selalu berbentuk organik. Di samping

organ yang berbentuk organik, lebih luas lagi, setiap jabatan yang ditentukan

oleh hukum dapat pula disebut organ, asalkan fungsi-fungsinya itu bersifat

menciptakan norma (normcreating) dan/atau bersifat menjalankan norma

(norm applying). “These functions, be they of a norm-creating or of a norm-

applying character, are all ultimately aimed at the execution of a legal

sanction”.24

Lebih lanjut sebagaimana dinyatakan oleh Hans Kelsen: “An

organ, in this sense, is an individual fulfilling a specific function. He is an

organ because and in so far as he performs a law-creating or law-applying

function”.25

Meskipun dalam arti luas semua individu yang menjalankan law-

creating and law applying function adalah organ, tetapi dalam arti sempit

yang disebut sebagai organ atau lembaga negara itu hanyalah yang

23 Hans Kelsen, General Theory of Law and State, New York: Russell & Russell, 1961,

hal.192.

24 Ibid.

25 Ibid.

Page 14: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

menjalankan law-creating or law applying function dalam konteks

kenegaraan saja. Dalam konteks pengertian organ negara yang demikian itu,

harus pula disadari bahwa sebenarnya, negara itu sendiri hanya dapat

bertindak melalui organ-organnya itu. Selain itu, organ negara dalam arti

yang lebih sempit, yaitu badan atau organisasi yang menjalankan fungsi law-

creating dan/atau law-applying dalam kerangka struktur dan sistem

kenegaraan atau pemerintahan. Di dalam pengertian ini, lembaga negara

mencakup pengertian lembaga negara yang dibentuk berdasarkan konstitusi,

UU, Peraturan ataupun oleh keputusan-keputusan yang tingkatannya lebih

rendah, baik di tingkat pusat ataupun di tingkat daerah. Kepolisian dapat

disebut sebagai organ negara, karena ia menjalankan fungsi yang

menciptakan hukum (law-creating function) atau fungsi yang menerapkan

hukum (law-applying function) yang dibentuk berdasarkan konstitusi dan

UU.

Sebagai organ negara, pembentukan PNTL termaktub dalam

Constitution of The Republic Democratic of Timor-Leste, Decree-Law No.

13/2004 tentang Disciplinary Regulation of The National Police Of Timor-

Leste, Decree-Law No 9/2009 tentang Organic Law of Timor-Leste’s

National Police (PNTL), Decree-Law No 43/2011 tentang Legal Regime On

The Use of Force.

2. Konsep Tugas Kepolisian.

Page 15: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

The American Heritage Dictionary of The English language,

mendefinisikan konsep Polisi sebagai berikut: “A govermental department

established to maintain order, enforce the law, and detect crime”. Dalam

terjemahan bebas Polisi adalah sebuah Departemen Pemerintahan yang

didirikan untuk memelihara keteraturan serta ketertiban dalam masyarakat,

menegakkan hukum, dan mendekteksi kejahatan serta mencegah terjadinya

kejahatan.26

Kepolisian pada hakikatnya adalah suatu lembaga dan fungsi

pemerintahan yang bergerak dibidang pemeliharaan keamanan dan

ketertiban masyarakat. Sebagai suatu lembaga atau organisasi kepolisian

memiliki tugas dan wewenang yakni memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, lembaga atau organisasi

Kepolisian ini mencakup personil kepolisian. Dimana dalam menjalankan

tugasnya, personil kepolisian ini harus patuh terhadap norma atau kaidah

yang mengatur tentang bagaimana seharusnya sikap yang dilakukan sebagai

seorang personil kepolisian.27

Di banyak negara demokratis, posisi Polisi selalu berada dalam

bentuk penyelenggara tugas toperasional, apakah di bawah departemen

26 Parsudi Suparlan, Ilmu Kepolisian, Jakarta: YPKIK, 2008, hal.57.

27 Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian, Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2010, hal.1.

Page 16: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

terkait, membentuk departemen sendiri, atau membuat kementrian sendiri

yang khusus mengurusi masalah keamanan dalam negeri. Namun setiap

negara memiliki karakteristik dan kondisi keamanannya masing-masing

sehingga format dan corak serta sistem Kepolisian di suatu negara juga

berbeda.28

Tugas pokok Kepolisian dapat dimaknai sebagai fungsi utama

kepolisian yang merupakan salah satu fungsi pemerintahan.29

Istilah

pemerintah disini mengandung arti sebagai organ/badan/alat perlengkapan

negara yang diserahi pemerintahan, yang salah satu tugas dan wewenangnya

adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat serta

menyelenggarakan kepentingan umum (public servant), sehingga fungsi

pemerintahan adalah fungsi dari lembaga pemerintah yang dijalankan untuk

mendukung tujuan negara, karena pemerintah dalam arti sempit merupakan

salah satu unsur dari sistem ketatanegaraan.30

Police Foundation and Policy

Studies Institute mengungkapkan: “The purpose of the police service is to

uphold the law fairly and firmly; to prevent crime; to pursue and bring to

28 Sukamto Satoto, Membangun Kemandirian Dan Profesionalisme Polisi Republik

Indonesia Sebagai Pelindung Pengayom Dan Penegak Hukum, Jurnal Inovatif, Volume VII

Nomor III September 2014, hal 62.

29 Ida Bagus Kade Danendra, Op.cit, hal 46.

30 Ibid.

Page 17: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

justice those who break the law; … and to be seen to do this with integrity,

common sense and sound judgement.”31

Misi kepolisian berkaitan dengan kewenangan kepolisian. Keabsahan

tindakan misi kepolisian diukur berdasarkan wewenang yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Perihal kewenangan dapat dilihat dari

Konstitusi Negara yang memberikan legitimasi kepada Badan Publik dan

Lembaga Negara dalam menjalankan fungsinya. Kewenangan adalah

kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku

untuk melakukan hubungan dan perbuatan hukum.32

Di dalam kewenangan

terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk

melakukan sesuatu tindak hukum publik”.33

Secara khusus, misi kepolisian tertuju pada terwujudnya keamanan

dan ketertiban umum yang merupakan salah satu fungsi pemerintahan. Hal

tersebut juga dinyatakan oleh Stephen Greenhalgh dan Blair Gibbs:

“The expectation of the core police role in the twenty-first

century should start with what only the police can do. Public

order is a special duty that relies upon the police having a

monopoly on the legitimate use of force, both as a deterrent and

as a means to stop violence and quell civil unrest. It is hard to

conceive of any sharing of this function beyond policing (and in

31 Police Foundation and Policy Studies Institute. The Role And Responsibilities Of The

Police, Great Britain: Latimer Trend and Co. Ltd, 1996, hal 2.

32 SF. Marbun, Op.cit, hal 154.

33 Prajudi Atmosudirdjo, Op.cit, hal 29.

Page 18: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

a civil emergency, the armed forces), and so it has to remain a

core element of a rebalanced policing mission.”34

Kekhasan yaitu penerapan misi kepolisian merupakan konsepsi

kepolisian di negara tersebut. Konsepsi Kepolisian diartikan sebagai konsep-

konsep dalam penyelenggaraaan fungsi kepolisian dan secara keseluruhan

dapat dilihat dari bentuk sistem kepolisian, sebagai manifestasi dari nilai-

nilai dalam konstitusi di negara tersebut. Hampir seluruh negara di dunia

melegitimasi sebuah struktur kepolisian sebagai penanggungjawab

terciptanya keamanan dan ketertiban itu sendiri untuk menjalankan peran

dan fungsinya sesuai dasar hukum yang telah ditentukan. Walaupun

diorganisasikan secara berbeda-beda, namun polisi mempunyai tugas yang

hampir sama di seluruh dunia. Titik-titik kesamaan atau benang merah itu

antara lain berupa:35

a) Tugas pokoknya hampir serupa yakni; menegakkan hukum serta

memelihara keamanan dan ketertiban umum.

b) Mengalir dari tugas pokok itu dikenal tindakan kepolisian yang

bermakna pencegahan (preventif) dan penindakan (represif).

c) Karena sifat penugasan yang keras, maka petugas polisi dan kepolisian

umumnya harus kuat, diorganisasikan secara semi militer, dididik,

34 Stephen Greenhalgh dan Blair Gibbs, The Police Mission In The Twenty-First Century:

Rebalancing The Role Of The First Public Service, MOPAC, London, 2014, hal 42.

35 Kunarto. Perilaku Organisasi Polisi. Jakarta: Cipta Manunggal. 1997, hal 100-101.

Page 19: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

dilatih dan diperlengkapi seperti militer. Bagian-bagian tertentu bahkan

dilaksanakan lebih berat dari militer.

d) Sebagai penegak hukum di lini terdepan dari proses pelaksanaan

Criminal Justice System (CJS) atau sistem peradilan pidana, yang

berkewenangan melakukan upaya paksa dalam tindakan represif, yang

potensial menyalahgunakan wewenang yang dipercayakan padanya,

maka polisi harus diikat dengan hukum acara yang ketat. Untuk dapat

bersikap dan bertindak santun juga harus diikat dengan etika kepolisian

yang ditegakkan dengan konsekuen dan konsisten.

e) Dalam tindakan preventif polisi berhak melakukan tindakan diskresi.

Dalam melakukan tugas prevensi itu polisi boleh bertindak apa saja, asal

tidak melanggar hukum itu sendiri.

f) Pada hakekatnya benang merah itu membentuk perilaku dan budaya

organisasi kepolisian dimanapun. Dengan demikian tubuh dan wajah

organisasi polisi dapat berbeda-beda namun semangatnya hampir sama.

Jiwa dan semangat organisasi polisi itu pada intinya adalah pengabdian

dan pelayanan pada masyarakat. Karenanya secara moral polisi

berkewajiban penuh untuk menegakkan dan menghormati HAM.

g) Sehingga polisi dimanapun yang secara sadar tidak menghormati HAM

adalah satu pelanggaran serius.

Page 20: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

Mengenai poin kedua, Kunarto mengartikan tugas preventif sebagai

tugas yang bermakna pembinaan kepada masyarakat agar sadar dan taat pada

hukum dan memiliki daya lawan terhadap praktek melanggar hukum atau

kejahatan. Pelaksanaan tugas preventif ini dibagi dalam dua kelompok besar

:36

a) Pencegahan yang bersifat fisik dengan melakukan empat kegiatan

pokok, antara lain mengatur, menjaga, mengawal dan patroli.

b) Pencegahan yang bersifat pembinaan dengan melakukan kegiatan

penyuluhan, bimbingan, arahan, sambung, anjang sana untuk

mewujudkan masyarakat yang sadar dan taat hukum serta memiliki daya

cegah-tangkal atas kejahatan.

Sedangkan tugas represif adalah tugas terbatas, kewenangannya

dibatasi oleh undang-undang sehingga asasnya bersifat legalitas yang berarti

semua tindakannya harus berlandaskan hukum. Bentuk pelaksanaan daripada

tugas represif berupa tindakan penyelidikan, penggerbekan, penangkapan,

penyidikan, investigasi sampai peradilannya.37

3. Konsep Community Policing.

Reformasi menuntut Kepolisian untuk melakukan perubahan-

perubahan mendasar dalam gaya perpolisian. Perkembangan kemajuan

36 Ibid, hal 111.

37 Ibid.

Page 21: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

masyarakat yang cukup pesat seiring dengan merebaknya fenomena Hak

Asasi Manusia (HAM), demokratisasi, globalisasi, desentralisasi,

transparansi dan akuntabilitas maka gaya perpolisian tradisional yang selama

ini dijalankan kemudian diubah dengan gaya perpolisian yang lebih modern

dan demokratis yakni perpolisian yang berorientasi kepada masyarakat atau

dikenal dengan Community Policing.38

Gagasan perpolisian dengan alternatif

ini juga dapat disebut sebagai usaha untuk mendorong kekuatan dalam

masyarakat untuk melakukan fungsi pengamanan bagi lingkungannya.

Dengan istilah sekarang, polisi bergerak untuk empowering the people,

mendorong munculnya daya kekuatan masyarakat sendiri untuk melakukan

berbagai fungsi kepolisian.

Trojanowicz dan Bucqueroux memberi definisi perpolisian

masyarakat atau community policing: “is a philosophy and organizational

strategy that promotes a new partnership between people and their police”.39

Hubungan antara polisi dan masyarakat saling mempengaruhi atau lebih

tepatnya keberadaan polisi merupakan kepentingan masyarakat tersebut.

38

Perpolisian masyarakat ini menjadi karakteristik PNTL sebagaimana diamanatkan dalam

Article 1 ayat (2) Decree-Law No 9/2009 tentang Organic Law of Timor-Leste’s National

Police (PNTL) yang menyatakan bahwa:

Whereas, with regard to its strategy and approach to policing, PNTL shall have the

characteristics of a community police, its nature shall be identical to that of the military

insofar as its organisation, discipline, training and personal status are concerned without

however constituting a force of a military nature.

39 Robert Trojanowicz dan Bonnie Bucqueroux, Community Policing : How to Get Started,

Second Edition, Cincinnati, OH : Anderson Publishing Co, 1998, hal 6.

Page 22: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

Polisi dan masyarakat terdapat saling melengkapi dan saling memperkuat

upaya pencegahan kejahatan.

Menurut Trojanowicz dan Bucqueroux sebagaimana dikutip oleh

Bailey dalam buku Ensiklopedia Ilmu Kepolisian Edisi Bahasa Indonesia,

perpolisian masyarakat dideskripsikan sebagai berikut :

”Perpolisian masyarakat merupakan pembaharuan besar

pertama dalam kepolisian sejak aparat kepolisian menganut

prinsip manajemen ilmiah lebih dari setengah abad yang lalu.

Hal ini merupakan perubahan yang cukup drastis dalam konteks

interaksi polisi dengan masyarakat. Sebuah falsafah baru yang

memperluas misi kepolisian dari yang semula cenderung hanya

berfokus pada kriminalitas berubah menjadi kewajiban yang

mendorong kepolisian untuk mendaya gunakan solusi kreatif

bagi berbagai persoalan dalam masyarakat termasuk

kriminalitas, kecemasan masyarakat, ketidak tertiban dan

terganggunya kerukunan warga. Perpolisian masyarakat

bersandar pada kepercayaan bahwa hanya dengan kerjasamalah

masyarakat dan polisi akan mampu meningkatkan mutu

kehidupan di dalam masyarakat, dengan polisi diharapkan untuk

dapat berperan tidak hanya sebagai penasehat, tetapi juga

sebagai fasilitator dan pendukung gagasan baru dengan basis

masyarakat serta disupervisi oleh polisi”.40

Fenomena demokratisasi dan civil society (masyarakat sipil)

berimplikasi pada reorganisasi dan reorientasi publik termasuk kepolisian.

Polisi yang dulunya menganut gaya perpolisian yang militeristik secara

bertahap dituntut untuk merubah gaya perpolisian tersebut yang bernuansa

sipil sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sipil yang

40 William G Bailey, Ensiklopedia ilmu Kepolisian, Diterjemahkan oleh Angkatan III dan IV

KIKUI bekerjasama dengan Rahayu Hidayat, Jakarta : YPKIK, 2005, hal 112.

Page 23: BAB II TUGAS KEPOLISIAN DAN NEGARA HUKUM

demokratis.41

Konsep perpolisian masyarakat dalam kerangka negara hukum

demokratis memakai prinsip kemitraan. Kemitraan lebih dari sekedar

mengadakan kesepakatan atau melakukan konsultasi dengan komunitas,

tetapi ia adalah sesuatu yang diikuti dari adanya pemahaman bahwa pelayan

yang efektif meliputi tidak hanya saling mengisi dan saling menghargai,

tetapi bekerja bersama dengan dasar persamaan untuk meraih tujuan.

41 Chrysnanda Dwilaksana, Perpolisian Masyarakat (Community Policing) dalam

Menciptakan Keamanan dan Ketertiban, Jakarta : YPKIK, 2003, hal. 4.