bab ii tinpus sidat

Upload: faisal-setiawan

Post on 08-Mar-2016

67 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

secara keseluruhan tinpus sidat

TRANSCRIPT

13

IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Deskripsi Ikan Sidat

2.1.1 KlasifikasiKlasifikasi ikan sidat menurut Deelder (1984) adalah sebagai berikut:Filum

: VertebrataKelas

: Teleostomi

Ordo

: Anguilliformos

Famili

: Anguillidae

Genus

: Anguilla

Spesies: Anguilla sp.2.1.2 MorfologiIkan sidat berbentuk menyerupai belut (eel-like) (Haryono dkk., 2008). Ikan sidat memiliki sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur dan sirip dada. Ikan sidat tidak memiliki sirip perut. Sirip punggung dan sirip dubur ikan sidat memanjang dan menyatu dengan sirip ekor (Sasongko dkk., 2007). Bagian tubuh ikan sidat yang membedakan dari belut yaitu sirip dada yang relatif kecil dan terletak tepat di belakang kepala (Haryono dkk., 2008). Warna kulit ikan sidat yaitu coklat kehitaman dan sedikit memutih pada bagian perut (Sarwono, 2001). Panjang tubuh ikan sidat dewasa (yellow eel) mencapai 30 cm (Tesch, 2003).

Gambar 1. Ikan Sidat

(Sumber: McCosker et al, 2003)

Larva ikan sidat (leptocephalus) memiliki bentuk tubuh pipih seperti daun dan transparan. Panjang tubuh leptocephalus adalah lima milimeter (Haryono, 2004). Bentuk tubuh leptocephalus bermetamorfosis menjadi silinder namun masih tembus pandang disebut sebagai glass eel. Glass eel berubah menjadi elver dengan panjang tubuh lima centimeter (Napitupulu dkk., 2011). Larva ikan sidat akan mengalami pigmentasi seiring dengan pertumbuhannya (Haryono, 2004).2.1.3 Habitat dan Penyebaran Ikan Sidat (Anguilla sp.)Ikan sidat merupakan ikan katadromus (Rusmaedi dkk., 2010). Ikan katadromus adalah ikan yang tumbuh hingga dewasa di perairan tawar dan payau kemudian memijah di lautan (Effendie, 1997). Pertumbuhan ikan sidat berada di perairan tawar dan melakukan migrasi ke laut untuk melakukan pemijahan (Chino and Arai, 2010). Ikan sidat memiliki habitat di bawah batu, celah dan gua serta dalam sedimen berlumpur (Methling, 2013). Ikan sidat terdiri dari 18 spesies dan penyebarannya sangat luas di dunia termasuk di wilayah tropis (Aoyama, 2009).

Gambar 2. Wilayah Penyebaran Ikan Sidat(Sumber: Aoyama, 2009)

Ikan sidat tersebar di perairan barat Sumatera, selatan Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, pantai timur Kalimantan, Maluku dan Papua (Rusmaedi dkk., 2010). Beberapa spesies ikan sidat yang terdapat di Indonesia diantaranya A. ancertralis, A. bicolor bicolor, A. pacifica, A. borneoensis, A. celebesensis, A. mauritiana, dan A. marmorata (Afandi, 2013). 2.1.4 Siklus Hidup Ikan SidatIkan sidat tumbuh dan berkembang di perairan tawar kemudian melakukan ruaya ke laut untuk memijah (Napitupulu dkk., 2011). Telur ikan sidat menetas dalam waktu empat hingga lima hari (Haryono dkk., 2008). Telur menetas menjadi larva disebut sebagai leptocephalus (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). Leptocephalus berkembang menjadi glass eel (Haryono dkk., 2008). Glass eel berbentuk silindris dan transparan (Methling, 2013). Glass eel melakukan ruaya (migrasi) menuju muara (Aoyama, 2009). Larva ikan sidat melakukan ruaya secara pasif mengikuti arus permukaan laut (Budiharjo, 2010).Glass eel menuju ke muara sungai dan mulai menunjukkan pigmentasi yang disebut sebagai elver (Methling, 2013). Ikan sidat stadia elver berada di pantai atau muara sungai (Napitupulu dkk., 2011). Elver berkembang menjadi ikan sidat dewasa di perairan tawar (Ikenoue dan Kafuku, 1983 dalam Mulyana, 2004). Ikan sidat dewasa disebut sebagai yellow eel berkembang menjadi silver eel (matang gonad) dan beruaya ke laut untuk memijah (Napitupulu dkk., 2011). Siklus hidup ikan sidat digambarkan oleh Dekker (2000) dalam Methling (2013) pada Gambar 2.

Gambar 3. Siklus Hidup Ikan Sidat(Sumber: Dekker, 2000 dalam Methling, 2013)2.2 Teknik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla sp.)Budidaya ikan sidat hanya dilakukan dalam dua tahap yakni pendederan dan pembesaran (Sasongko dkk., 2007). Hal tersebut dikarenakan benih ikan sidat masih tergantung dari hasil penangkapan di alam (Sutrisno, 2008).2.2.1 Pemilihan Lokasi BudidayaPemilihan lokasi ikan sidat, antara lain tidak berada di daerah banjir, tekstur tanah liat berpasir atau tanah yang tidak porus. Lokasi yang paling tepat untuk pemeliharaan sidat adalah daerah di sepanjang pantai (Sarwono, 2001).2.2.2 Penangkapan Benih Ikan SidatBenih ikan sidat berasal dari penangkapan di alam (Sasongko dkk., 2007). Penangkapan benih ikan sidat dilakukan pada malam hari dengan penerangan lampu petromax (Haryono dkk., 2008). Daerah yang menjadi sumber penangkapan benih ikan sidat di Indonesia diantaranya Pelabuhan Ratu-Sukabumi, Segara Anakan-Cilacap, Padang dan Poso. Benih ikan sidat dapat ditemukan dari bulan Oktober hingga Maret di Pelabuhan Ratu (Sasongko dkk., 2007).2.2.3 Pakan dan Kebiasaan MakanPakan akan menghasilkan energi untuk ikan sidat (Sutrisno, 2008). Ikan sidat bersifat karnivora (Sasongko dkk., 2007). Benih ikan sidat menggunakan hasil konsumsi pakannya untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan selanjutnya untuk pertumbuhan. Pakan alami berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan sidat (Sutrisno, 2008). Cacing sutera (Tubifex sp.) mudah untuk ditelan dan ditangkap oleh benih ikan sidat sebagai makanannya. Intensitas makan pada benih ikan sidat lebihtinggidi malam hari (Dou and Tsukamoto, 2003). Ikan sidat merupakan ikan nokturnal (Fahmi, 2010).Pemberian pakan bertujuan untuk menyediakan kebutuhan gizi ikan (Herry, 2011). Pemberian pakan juga bertujuan untuk tercapainya pertumbuhan ikan (Handajani dan Widodo, 2010). Pemberian pakan yang bermutu akan membantu kecepatan pertumbuhan ikan (Sarwono, 2001).Pemberian pakan disarankan menggunakan pakan alami berupa cacing sutera atau pakan buatan bentuk pasta tanpa campuran pakan alami untuk menghasilkan laju pertumbuhan tinggi (Arief dkk., 2011). Pakan buatan untuk ikan sidat harus memiliki kadar protein tinggi yaitu kurang lebih 45 % (Affandi, 2005).2.2.4 Kualitas AirKualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ikan. Kualitas air yang diukur meliputi suhu, pH, oksigen terlarut dan amoniak yang masih memenuhi persyaratan untuk budidaya ikan sidat (Arief dkk., 2011). Lingkungan perairan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan fisiologis ikan dan diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Perubahan atau ketidak seimbangan lingkungan akan menimbulkan penyakit (Rovara, 2010).Suhu dapat mempengaruhi perilaku dari ikan sidat (Bruijs and Durif, 2009). Suhu air mempengaruhi ikan sidat terhadap aktivitas makannya. Ikan sidat tidak aktif, tidak nafsu makan dan tidak terjadi pertumbuhan pada suhu kurang dari 12(C. Suhu 23-30oC dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan nafsu makan tinggi pada ikan sidat (Sarwono, 2001). Suhu 29-30oC adalah suhu yang tepat untuk memacu pertumbuhan benih ikan sidat (Rusmaedi dkk., 2010).Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) untuk budidaya ikan sidat yang baik yaitu bernilai minimal empat miligram per liter (Sasongko dkk., 2007). DO pada kisaran 5-6 mg/L dapat memacu pertumbuhan benih ikan sidat (Affandi dan Suhenda, 2003 dalam Rusmaedi dkk., 2010). Nilai pH untuk budidaya ikan sidat yaitu berkisar antara 7-7,5 (PPKP, 2011).

Salinitas di wilayah penangkapan glass eel yaitu 0 ppt (Ndobe, 2010). Glass eel lebih cenderung untuk mencari perairan tawar (Tesch, 2003). Glass eel ikan sidat (A. anguilla) dapat hidup pada salinitas 0 ppt selama 60 hari tanpa makan dan hidup selama 37 hari pada salinitas 10 ppt (Fahmi, 2010). Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan ikan katadromus (Budiharjo, 2010). Silver eel akan mencari toleransi salinitas yang tepat di perairan tawar ketika sudah matang gonad (Bruijs and Durif, 2009).

Tingginya kadar amoniak di perairan dapat menghambat pertumbuhan ikan. Salah satu sumber amoniak di perairan dapat berasal dari sisa pakan atau kotoran ikan (Sholeh, 2004). Kadar amoniak optimal untuk budidaya ikan sidat maksimal bernilai 0,1 mg/l (Sasongko dkk., 2007).2.2.5 Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang ikan sidat dari stadia elver hingga dewasa yaitu larva cybister (ucrit), linsang, ular sawah, dan tikus. Ucrit (larva cybister) dapat menyerang stadia elver, linsang merupakan hewan nokturnal dan ular sawah umumnya menyerang benih ikan sidat (Sasongko dkk., 2007).

Penyakit dapat disebabkan adanya tiga faktor yaitu kondisi tubuh ikan, lingkungan kehidupan ikan dan pathogen (Sasongko dkk., 2007). Menurut KEPMEN RI Nomor Kep./03/Men/2010 (2010), bakteri yang dapat menyerang ikan sidat antara lain Edwardsiella tarda, E. ictaluri, Yersinia ruckeri, Pseudomonas anguilliseptica dan Streptococcus iniae, serta parasit yang dapat menyerang adalah Heterosphoris anguillarum.

Menurut Tesch (2003), jamur, bakteri dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit di ikan sidat antara lain Aeromonas sp., Argulus sp., Goezia sp., Ichthyophthirius multifilis, Myxidium matsui, Pseudodactylogyrus sp., Pseudomonas sp. dan Saprolegnia parasitica.2.2.6 PemanenanPemanenan ikan sidat dibagi menjadi dua jenis yaitu pemanenan benih dan ikan sidat konsumsi. Benih ikan sidat yang dijual digunakan untuk kegiatan pembesaran (Napitupulu dkk., 2011). Ikan sidat ukuran konsumsi memiliki berat tubuh sekitar 250-300 gram (Haryono dkk., 2008). Ikan sidat konsumsi yang laku di pasar berukuran antara 120-200 gram dan beberapa konsumen lebih menyukai ikan sidat berukuran lebih dari 500 gram (Sasongko dkk., 2007).2.3 Kandungan Gizi Ikan Sidat (Anguilla sp.)Ikan sidat (Anguilla bicolor) merupakan jenis ikan konsumsi yang mempunyai nilai gizi cukup tinggi dan nilai komersial penting (Rachmawati dan Susilo, 2011). Ikan sidat sangat digemari di banyak negara khususnya Jepang, Cina, Jerman dan Perancis. Ikan sidat memiliki rasa yang lezat dan juga kaya vitamin, protein, Decosahexaenoic Acid (DHA) dan Eicosapentanoic Acid (EPA) (Rovara, 2010). Ikan sidat mengandung DHA sebanyak 1.337 mg/100 gram dan kandungan EPA sebanyak 742 mg/100 gram (Baedah, 2010).Kandungan vitamin A ikan sidat tujuh kali lebih banyak dari telur ayam dan 45 kali dari susu sapi. Ikan sidat memiliki kandungan vitamin B2 lima kali lebih tinggi dari susu sapi. Hati ikan sidat mengandung vitamin A sebesar 15.000 IU/100 g, lebih tinggi dari mentega yang hanya mencapai 1.900 IU/100 g (Baedah, 2010).2.4 Permasalahan dalam Budidaya Ikan Sidat (Anguilla sp.)Jumlah produksi ikan sidat sangat tergantung dari jumlah benih yang ada di alam (Sasongko dkk., 2007). Permasalahan di Jepang dan China dalam pengembangan usaha budidaya terutama dari kurangnya benih ikan sidat yang selama ini berasal dari alam (Rovara, 2010). Pengembangan budidaya masih mengalami kendala karena ikan sidat belum dapat dilakukan pemijahan buatan. Upaya penangkapan benih ikan sidat dikhawatirkan tidak terkendali dan mengancam kelestariannya (Baedah, 2010).2.5 Prospek Budidaya Ikan Sidat (Anguilla sp.)Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan salah satu jenis ikan berekonomis tinggi di pasar internasional seperti Jepang, Hongkong, Jerman dan Italia sehingga memiliki potensi sebagai komoditas ekspor (Affandi, 2005). Ikan sidat dapat menjadi peluang bisnis (Rovara, 2010).Harga ikan sidat di pasar dapat mencapai Rp. 100.000,- hingga Rp. 300.000,- (DJPBKKP, 2012). Menurut Sasongko dkk. (2007), analisis usaha dapat diperoleh dari pembesaran ikan sidat selama delapan bulan. Ikan sidat dijual dengan harga Rp. 70.000,- per kilogram. Keuntungan yang diperoleh sejumlah Rp. 31.752.000,- dari selisih dengan biaya pengeluaran sebanyak Rp. 38.248.000,- sehingga didapatkan BEP (Break Even Point) produksi 546,4 kg (Sasongko dkk., 2007).Analisis usaha bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Keuntungan suatu usaha akan diketahui setelah penerimaan hasil penjualan produk dikurangi dengan harga pokok, biaya pemasaran dan biaya umum. Keuntungan merupakan biaya pendapatan lebih besar dari total biaya produksi. BEP (Break Even Point) atau titik impas merupakan suatu titik waktu dengan value produksi tertentu terdapat keseimbangan antara biaya usaha keseluruhan dengan penerimaan usaha (Soepranianondo dkk., 2013).