bab ii tinpus h10dha-4

9
II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang Menurut Niswonger et al (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar perusahaan. Sedangkan pengertian piutang secara khusus adalah suatu perkiraan yang timbul akibat adanya tambahan kegiatan perusahaan dalam pemberian kredit. Munawir (2002) menyebutkan bahwa piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan bagarng dagangan secara kredit, tetapi karena hal-hal lain misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan saham secara angsuran atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. Piutang-piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus disajikan dalam neraca secara informatif. Piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan (Niswonger et al, 1999). Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa manajemen piutang dimulai dengan keputusan apakah akan memberikan kredit atau tidak, dalam manajemen piutang juga ada cara-cara piutang perusahaan dibentuk dan beberapa cara alternatif untuk memantau piutang. Sistem pemantauan digunakan, karena jika tidak piutang akan menumpuk menjadi suatu yang berlebihan, arus kas menurun dan piutang tak tertagih menutupi laba dari penjualan. Manajemen piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu penjualan kredit per hari dan jumlah hari rata-rata periode pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Piutang mengandung

Upload: diana-hidayat

Post on 27-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab II Tinpus H10dha-4

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinpus H10dha-4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Piutang

Menurut Niswonger et al (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan)

dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau

organisasi sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar

perusahaan. Sedangkan pengertian piutang secara khusus adalah suatu perkiraan

yang timbul akibat adanya tambahan kegiatan perusahaan dalam pemberian

kredit.

Munawir (2002) menyebutkan bahwa piutang dagang adalah tagihan

kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya

penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak

hanya karena penjualan bagarng dagangan secara kredit, tetapi karena hal-hal lain

misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan saham secara

angsuran atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya.

Piutang-piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus disajikan dalam neraca

secara informatif.

Piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap

pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Piutang

biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan

(Niswonger et al, 1999).

Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa manajemen piutang

dimulai dengan keputusan apakah akan memberikan kredit atau tidak, dalam

manajemen piutang juga ada cara-cara piutang perusahaan dibentuk dan beberapa

cara alternatif untuk memantau piutang. Sistem pemantauan digunakan, karena

jika tidak piutang akan menumpuk menjadi suatu yang berlebihan, arus kas

menurun dan piutang tak tertagih menutupi laba dari penjualan. Manajemen

piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata

saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu penjualan kredit per hari dan

jumlah hari rata-rata periode pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung

pada kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Piutang mengandung

Page 2: Bab II Tinpus H10dha-4

8

resiko berupa kegagalan penagihan atau biasa disebut bad debts, kemungkinan

resiko ini akan semakin kecil apabila perusahaan hanya melakukan penjualan

kredit kepada pelanggan yang terkuat saja. Resiko piutang adalah tidak tertagih

dan akan menimbulkan credit cost (biaya kredit). Biaya kredit tersebut adalah :

1. Kegagalan memenuhi default (kewajiban) atau kerugian piutang macet

2. Biaya penelitian dan penagihan yang lebih tinggi.

3. Bertambah besarnya modal dan biaya modal yang terkait dalam

rekening-rekening piutang yang kurang layak (mereka yang membayar

lambat, sehingga rata-rata jangka waktu penagihan menjadi bertambah

panjang.

Kebijaksanaan kredit suatu perusahaan merupakan suatu alat persaingan

dengan perusahaan-perusahaan lain. Perluasan pemberian kredit ini hampir sama

dengan kebijaksanaan pengurangan harga perusahaan. Antara kebijaksanaan

kredit suatu perusahaan dengan tingkat penjualannya terdapat hubungan yang erat.

Manajemen keuangan dari perusahaan itu yang menetapkan kebijaksanaan kredit.

Menurut Riyanto (2001) kebijakan manajemen kredit suatu perusahaan ada tiga

variabel utama yaitu :

1. Credit Standart

Menentukan siapa yang pantas untuk diberikan kredit

2. Credit Terms

Menentukan kondisi dimana waktu kredit dapat diperpanjang, contoh :

perpanjangan waktu sampai 60 hari credit terms 30 hari

3. Collection Policies

Menentukan seberapa agresif perusahaan tersebut akan mengejar orang

yang tidak membayar hutang atau tterlambat membayar hutangnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang

Dalam rangka memperbesar volume penjualan, perusahaan menjual

produknya secara kredit. Penjualan kredit tidak langsung menambah kas, tetapi

menimbulkan piutang dan baru kemudian pada waktu jatuh tempo baru terjadi

aliran cash flow. Oleh karena itu piutang merupakan elemen modal kerja yang

selalu berputar secara terus menerus dalam perputaran modal kerja.

Page 3: Bab II Tinpus H10dha-4

9

Dalam keadaan normal dan penjualan dilakukan secara kredit, piutang

mempunyai tingkat likuiditas yang jauh lebih tinggi daripada inventory, karena

perputaran piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja. Menurut Riyanto

(2001) menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi

dalam piutang adalah

a. Volume penjualan kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan maka

semakin besar jumlah investasi dalam piutang. Semakin besar volume

penjualan kredit dari setiap tahun berarti perusahaan itu harus

menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Semakin besar

jumlah piutang maka semakin besar resiko.

b. Syarat pembayaran penjualan kredit

Syarat ini dapat bersifat ketat atau lunak. Jika perusahaan menetapkan

pembayaran ketat berarti perusahaan lebih mementingkan keselamatan

kredit daripada profitabilitas.

c. Ketentuan tentang pembatasan kredit

Perusahaan dalam hal ini dapat menetapkan batas maksimal bagi kredit

yang diberikan pelanggan. Semakin besar batas maksimal yang diberikan

maka semakin besar dana yang diinvestasikan dalam piutang.

d. Kebijakan dalam mengumpulkan piutang

Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam mengumpulkan piutang

secara aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini

secara aktif mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai

kegiatan pengumpulan piutang tersebut dibandingkan perusahaan yang

menjalankan secara pasif.

e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan

Ada pelanggan yang suka membayar dengan menggunakan cash discount

dan ada juga pelanggan yang tidak menggunakan kesempatan ini. Hal ini

tergantung dari cara penilaian mereka mana yang lebih menguntungkan

dari kedua alternatif tersebut.

Page 4: Bab II Tinpus H10dha-4

10

Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih

Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih adalah prosedur

yang ditempuh untuk memperoleh pembayaran dan rekening-rekening yang jatuh

tempo (Sawir, 2001). Usaha penagihan piutang juga sebaiknya ditingkatkan

karena akan mengurangi investasi dan pengeluaran piutang ragu-ragu serta akan

meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan piutang sebagai

sumber dana yaitu melalui factoring maupun pledging dari piutang.

a. Factoring (Anjak Piutang)

Pengertian anjak piutang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.

448/KMK.017/2000 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan

atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu

perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri

b. Pledging (Penggandaan Piutang)

Pledging hampir sama dengan factoring, hanya dalam pledging perusahaan

menggandaikan piutangnya kepada lembaga keuangan untuk memperoleh

dana bagi kelangsungan perusahaannya.

Sumber dana dari piutang merupakan kesepakatan legal antara penjual

barang atau jasa dengan lembaga keuangan. Kesepakatan itu dinyatakan dalam

suatu prosedur yang harus dijalani oleh kedua belah pihak. Setelah itu perusahaan

yang menggadaikan piutang mendapatkan faktur dari lembaga keuangan.

Setelah itu lembaga keuangan mempelajari faktur tersebut dan membuat

penilaian. Faktur perusahaan yang memenuhi syarat standar kredit lembaga

keuangan, tidak dapat menggadaikan piutangnya.

Kebijaksanaan pemberian piutang

Menurut Barlian dan Sundjaja (2003), kebijakan kredit adalah suatu

penetapan dalam penyelesaian pemberian kredit, standar kredit dan syarat kredit.

Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan seseorang/perusahaan

akan memberikan kerdit kepada pelanggannya dan jumlah kredit yang diberikan.

Page 5: Bab II Tinpus H10dha-4

11

Lima dimensi utama yaitu :

1. Character (Karakter)

Karakter yaitu melihat dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status

sosial dan lain-lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan keinginan

untuk membayar.

2. Capacity (Kemampuan)

Kemampuan yaitu melihat kemampuan pimpinan perusahaan beserta

stafnya dalam memperoleh penjualan ataupun pendapatan yang dapat

diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang

dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan

membayar.

3. Capital (Kapital)

Kapital adalah mengukur posisi keuangan secara umum dengan

memperhatikan kapital atau modal yang dimiliki perusahaan dan juga

perbandingan utang dan kapital.

4. Collateral (Kolateral)

Kolateral artinya mngukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai

jaminan atas kredit

5. Condition (Kondisi)

Kondisi disini maksudnya adalah memperhatikan kondisi perekonomian

pada umumnya serta kecenderungan (trend) perekonomian yang akan

mempengaruhi terhadap jalannya perusahaan.

Analisis kredit memberi perhatian utama terhadap karakter dan

kemampuan karena merupakan dasar yang utama dalam memberikan kredit.

Pertimbangan terhadap 3K yang lain penting dalam menyusun rencana kredit serta

dalam membuat keputusan, yang juga dipengaruhi oleh pengalaman dan

pertimbangan dari analisis kredit.

Informasi untuk memperoleh kredit biasanya diberikan bersamaan dengan

formulir yang terdiri dari data keuangan, informasi kredit dan referensi. Itu juga

bisa dibilang sebagai permohonan. Jika perusahaan sudah pernah memberikan

kredit kepada pemohon maka perusahaan mempunyai sejarah dari informasi

pembayarannya. Sumber dari luar yang termasuk informasi lain diantaranya

Page 6: Bab II Tinpus H10dha-4

12

laporan keuangan, lembaga pemeringkat kredit, lembaga informasi kredit,

assosiasi bisnis serta bank.

Perusahaan tidak hanya menentukan kemampuan kredit dari pelanggan

tetapi juga harus memperhatikan jumlah maksimum kredit yang diberikan. Selain

itu perusahaan harus membuat batas kredit yaitu jumlah maksimum pelanggan

yang dapat diberikan kredit.

Stabilitas Kas

Menurut Munawir (2002), pengertian kas adalah tunai yang dapat

digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas

adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank

dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat

diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet).

Menurut Ross (1998) dalam Octavia (2004), siklus kas adalah periode

waktu antara pengeluaran kas dan penerimaan kas atas kas yang telah dikeluarkan

tersebut. Atau dapat juga dikatakan sebagai selisih antara siklus operasi dengan

periode hutang. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Likuiditas

Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih menurut

Riyanto (2001) tentang masalah likuiditas menyatakan bahwa

masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang akan segera harus

dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu

perusahaan pada saat tertentu merupakan kemampuan membayar dari perusahaan

yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan membayar

belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang harus segera

dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai

kemampuan membayar.

Siklus Kas = Siklus Operasi – Periode Piutang …………..(1)

Page 7: Bab II Tinpus H10dha-4

13

Menurut Riyanto (2001) juga, likuiditas adalah kemampuan suatu

perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga

dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Sedangkan untuk

mengukur likuiditas tersebut digunakan rasio likuiditas. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa yang dimaksud dengan likuiditas adalah perbandingan antara

jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai disatu

pihak dengan jumlah hutang lancar dan pengeluaran-pengeluaran rutin untuk

penyelenggaraan perusahaan dilain pihak. Atau dapat pula dikatakan bahwa

likuiditas adalah kecepatan dan kemudahan suatu aktiva untuk diubah menjadi

kas.

Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitas Kas Perusahaan

Menurut Riyanto (2001), guna menjalankan aktivitas perusahaan, kas

sangat penting kedudukannya karena kas merupakan unsur modal kerja dan juga

merupakan bagian dari investasi. Operasional kas harus benar-benar mencukupi

dalam aktivitas perusahaan tersebut, karena dengan adanya kas yang cukup maka

dapat menunjang kegiatan operasional dan sebaliknya apabila kas yang tersedia

tidak mencukupi akan mengakibatkan terganggunya kegiatan operasional

perusahaan itu sendiri. Operasional kas yang dimaksud adalah bagaimana caranya

perusahaan dalam menjalankan aktivitas keuangan sesuai dengan produksi yang

telah ditetapkan.

Pada Riyanto (2001) juga disebutkan, arus kas masuk dan arus kas keluar

harus diupayakan seimbang, artinya tidak terjadi saldo kas yang berlebihan

ataupun keuntungan. Saldo kas yang berlebihan dari kebutuhan akan

mengorbankan kegiatan operasional perusahaan karena tertanam jumlah uang kas

yang tidak produktif. Tetapi sebaliknya saldo kas yang defisit akan menyebabkan

perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik dan akibat selanjutnya kegiatan

perusahaan dapat terganggu karena kurangnya pembiayaan. Sehingga diperlukan

adanya penyusunan anggaran penerimaan dan pengeluaran kas yang baik,

sehingga menghasilkan jumlah saldo yang optimal agar dapat menunjang aktivitas

perusahaan. Jumlah kas yang optimal berarti dapat membiayai operasi perusahaan

sehari-hari dan kewajiban finansial perusahaan tetap pada saat ditagih.

Page 8: Bab II Tinpus H10dha-4

14

Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas Perusahaan

Menurut Riyanto (2001), makin cepat suatu piutang berputar, maka maka

makin liquidlah piutang itu. Itu berarti bahwa periode piutang menjadi semakin

pendek. Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuidlah

piutang itu. Demikian juga halnya dengan persediaan, hutang, dan kas.

Pada Riyanto (2001) juga menyebutkan bahwa siklus operasi perusahaan

mempengaruhi kelikuiditasan operasi perusahaan tersebut. Dan bahwa semakin

panjang siklus operasi perusahaan, maka operasi perusahaan juga semakin illikuid

(tidak likuid), karena kecepatan berubahnya aktiva menjadi kas menjadi semakin

lambat akibat semakin panjangnya siklus operasi perusahaan. Dengan semakin

pendeknya suatu siklus operasi perusahaan, maka aktiva perusahaan dapat dengan

cepat diubah menjadi kas dan dapat dengan cepat pula digunakan untuk siklus

operasi perusahaan yang berikutnya.

Penelitian Terdahulu

Susilo (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Manajemen

Piutang PT. Sucofindo (Persero) Jakarta” bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menganalisis cara pengelolaan piutang, menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya piutang serta menganalisis dan mengetahui investasi

dalam piutang. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio, analisis

horizontal, analisis investasi piutang, analisis biaya dan analisis regresi dengan

SPSS versi 10. Hasil penelitian ini adalah pengelolaan piutang perusahaan

tersebut tidak efektif dan faktor yang berpengaruh signifikan adalah usaha

penagihan.

Maya (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Piutang dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT. Biro Klasifikasi

Indonesia (persero)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktek

manajemen piutang pada PT. Biro Klasifikasi Indonesia, mengidentifikasi dan

menganalisis keefektifan manajemen piutang terhadap profitabilitas. Pengolahan

data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi adalah analisis horizontal,

analisis vertikal, analisis rasio dan analisis profitabilitas. Dari hasil penelitian

menyatakan pengelolaan piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia kurang baik, hasil

Page 9: Bab II Tinpus H10dha-4

15

yang diperoleh dari setiap analisis yang ada hasilnya dibawah standar umum yang

ditetapkan dan adapun beberapa saran yaitu membentuk kelompok khusus dari

staf-staf untuk mengikuti pelatihan agar dapat memantau piutang dan melakukan

penagihan dan pemberian insentif karyawan yang berhasil menagih piutang.

Agustina (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektivitas

Manajemen Piutang (studi kasus PT. Unitex Tbk Bogor)”, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran mengenai praktek manajemen piutang, menganalisis

kinerja manajemen piutang, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

besarnya piutang serta mengetahui keefektivan pengelolaan manajemen piutang.

Dari hasil penelitian menyatakan bahwa jika dilihat dari rasio keuangan, analisis

vertical, analisis horizontal dan analisis investasi piutang hasil yang diperoleh

dibawah standart yang telah ditentukan dengan beberapa saran yang diberikan

yaitu membentuk kelompok khusus untuk dapat memantau piutang dan

melakukan penagihan agresif serta percepatan penerbitan surat klaim terhadap

produk yang rusak agar pembayaran piutang dari pelanggan bisa disegerakan.