bab ii tinjauan umum tentang pelaku usaha ......asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan...
TRANSCRIPT
41
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PELAKU USAHA,
PERLINDUNGAN KONSUMEN , FOOD AND BEVERAGE
2.1. Perlindungan Konsumen
2.1.1. Pengertian Perlindungan Konsumen
Konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-
Amerika) atau consument/konsument (Belanda). Secara harafiah, arti
konsumen adalah setiap orang yang menggunakan barang.
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara Repubik Indonesia
Tahun 1999, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Pengertian konsumen dapat terdiri dari 3 pengertian:37
1. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa
yang digunakan untuk tujuan tertentu.
2. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau
jasa yang digunakan untuk diperdagangkan, komersial.
3. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapatkan barangdan/atau
jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya,
37 Susanti Adi Nugroho, 2008, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau Dari
Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Kenaca Prenada Media Group, Jakarta, h. 62.
42
keluarga, dan/atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan
kembali.
Konsumen tidak hanya diartikan hanya individu (orang), tetapi juga
suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai terakhir.38 Pakar
masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan bahwa para ahli
hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai
produksi terakhir dari benda dan jasa.39 Pengertian pemakai dalam definisi
yang terdapat dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, dapat menunjukkan bahwa barang dan/atau jasa dalam rumusan
pengertian konsumen tidak harus sebagai hasil dari transaksi jual beli.40 Dari
pengertian konsumen tersebut dapat ditemukan unsur-unsurnya sebagai
berikut41 :
a Setiap orang
Adalah subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang
berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa.
b Pemakai
Istilah pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan
tersebut sekaligus menunjukkan barang dan/atau jasayang dipakai tidak
serta merta hasil dari transaksi jual beli.
38 Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, h. 60. 39 ibid, h 3. 40 N.H.T Siahaan, 2009, Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk,
Panta rei, Jakarta, h.10 41 Shidarta op.cit., h. 5-10.
43
c Barang dan/atau jasa
Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengartikan barang sebagai
setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak
maupun tidak bergerak, baik yang dihabiskan maupun yang tidak
dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan,
atau dimanfaatkan oleh konsumen.
d Yang tersedia dalam masyarakat berarti barang dan/atau jasa yang
ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran.
e Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lainnya. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba untuk
memperluas pengertian kepentingan yang tidak sekedar diajukan untuk
diri sendiri dan keluarga, tetapi juga barang dan/atau jasa itu
diperuntukkan bagi orang lain bahkan untuk makhluk hidup lain seperti
hewan dan tumbuhan.
f Barang dan/atau jasa tidak untuk diperdagangkan.
Pengertian konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini
dipertegas, yakni hanya konsumen akhir.
Perlindungan konsumen sendiri adalah segala upaya yang menjamin
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Salah satu
bagian dari hukum konsumen adalah aspek perlindungannya, misalnya
bagaimana cara mempertahankan hak-hak konsumen terhadap gangguan
pihak lain.
44
2.1.2. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Dasar hukum utama perlindungan konsumen di Indonesia adalah
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen memuat aturan-aturan hukum yang
merupakan payung bagi Perundang-Undangan lainnya yang menyangkut
konsumen dan sekaligus mengintegrasikan Perundang-Undangan itu sehingga
memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen di
Indonesia.42 Pada garis besarnya UUPK memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Ketentuan umum; pada Bab I Pasal 1 memuat pengertian tentang
istilah yang digunakan dalam Undang-Undang ini.
2. Asas dan tujuan; pada Bab II Pasal 2 memuat asas perlindungan
konsumen yakni asas manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Pasal 3 memuat tujuan
diselenggarakannya perlindungan konsumen yang pada intinya adalah
meningkatkan kesadaran konsumen untuk melindungi diri,
mengangkat harkat dan martabat konsumen, menciptakan sistem
perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum,
dan menumbuhkan kesadaran pelaku usaha.
3. Hak dan kewajiban; pada Bab III Pasal 4 dan Pasal 5 mengatur hak
dan kewajiban konsumen, sedangkan Pasal 6 dan Pasal 7 mengatur hak
dan kewajiban pelaku usaha.
42 Janus Sidabalok II, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Cetakan ke-1,
PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 51
45
4. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha; pada Bab IV Pasal 8
sampai Pasal 17 mengatur mengenai perbuatan yang dilarang untuk
dilakukan oleh pelaku usaha yakni berkaitan dengan memproduksi dan
mengedarkan produknya, promosi dan periklanan, penjualan dengan
obral dan sejenisnya, penjualan dengan memberikan hadiah, menjual
melalui pesanan, serta mengenai hal memproduksi iklan.
5. Ketentuan pencantuman klausula baku; pada Bab V Pasal 18 mengatur
mengenai batasan-batasan penggunaan klausula baku.
6. Tanggung jawab pelaku usaha; pada Bab VI Pasal 18 sampai Pasal 28
mengatur tanggung jawab pelaku usaha, baik tanggung jawab publik
maupun tanggung jawab privat.
7. Pembinaan dan pengawasan, pada Bab VII Pasal 29 sampai Pasal 30
memuat ketentuan mengenai pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
usaha dalam rangka perlindungan terhadap konsumen.
8. BPKN; pada Bab VIII pasal 31 sampai Pasal 43, memuat fungsi, tugas,
susunan organisasi dan keanggotaan sebuah badan yang bertanggung
jawab dalam meningkatkan perlindungan terhadap konsumen secara
nasional.
9. LPKSM; pada Bab IX Pasal 44 memuat ketentuan tentang eksistensi
dan tugas LPKSM.
10. Penyelesaian sengketa; pada Bab X Pasal 45 sampai Pasal 48 memuat
ketentuan penyelesaian sengketa baik di dalam maupun diluar
pengadilan.
46
11. BPSK; pada Bab XI Pasal 49 sampai Pasal 58 memuat ketentuan
mengenai eksistensi, tugas dan wewenang BPSK.
12. Penyidikan; pada Bab XII Pasal 59 memuat ketentuan penyidikan
perkara konsumen yang diduga memenuhi unsur pidana.
13. Sanksi; pada Bab XIII Pasal 60 sampai Pasal 63 memuat ketentuan
jenis dan penjatuhan sanksi baik secara administratif maupun sanksi
pidana.
14. Ketentuan peralihan, pada Bab XIV Pasal 64 memuat ketentuan
peralihan dari keadaan yang lalu ke keadaan pada masa berlakunya
Undang-Undang ini.
15. Ketentuan penutup; pada Bab XV Pasal 65 memuat ketentuan tentang
mulai berlakunya Undang-Undang ini.
Diluar ketentuan UUPK terdapat ketentuan lain terkait
perlindungan konsumen di Indonesia yakni sebagai berikut:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; Kaidah hukum dalam
KUHPerdata terkait perlindungan konsumen dapat ditemukan pada
Buku ke III tentang Perikatan, yakni mengenai wanprestasi (Pasal
1236 KUHPerdata), sahnya suatu perjanjian (Pasal 1320
KUHPerdata), suatu sebab terlarang (Pasal 1337 KUHPerdata),
perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata), jual-beli (Pasal
1457 KUHPerdata), kewajiban penjual (Pasal 1473 KUHPerdata
sampai Pasal 1512 KUHPerdata), dan kewajiban pembeli (Pasal 1513
KUHPerdata sampai Pasal 1518 KUHPerdata). Adapun ketentuan
47
dalam KUHPerdata yang sangat berkaitan dengan perlindungan
terhadap konsumen khususnya dalam hal tanggung jawab pelaku usaha
terhadap cacat tersembunyi yakni dapat ditemukan dalam Pasal 1504
KUHPerdata.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; UUPK memuat sanksi pidana
yang diatur dalam BAB XIII Bagian Kedua tentang Sanksi Pidana,
yakni Pasal 61, Pasal 62 dan Pasal 63. Ketentuan Pasal 62 ayat (3)
UUPK menyatakan bahwa pelanggaran yang mengakibatkan luka
berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan
pidana yang berlaku, dengan demikian terhadap pelanggaran
sebagaimana dimaksud diatas diberlakukan ketentuan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yakni pada Buku Kedua
BAB XXI (tentang kematian atau luka-luka karena kealpaan), yakni
Pasal 359, Pasal 360 dan Pasal 361. Selain ketentuan Pasal dalam
Buku Kedua BAB XXI KUHP sebagaimana disebutkan diatas, KUHP
juga memuat ketentuan lainnya terkait perlindungan konsumen yakni
dapat ditemukan pada Buku Kedua BAB XXV tentang Perbuatan
Curang, yakni Pasal 378 KUHP sampai Pasal 395 KUHP; dan Buku
Ketiga BAB I tentang Pelanggaran Keamanan Umum Bagi Orang atau
Barang dan Kesehatan, kususnya Pasal 501.
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang; Berkaitan dengan
perlindungan terhadap konsumen, dalam KUHD terdapat aturan yang
mengatur mengenai perlindungan konsumen, adapun hal tersebut
48
dimuat dalam buku ke I tentang dagang pada umumnya, dan buku ke II
tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari pelayaran.
Aturan dalam KUHD ini yang berkaitan dengan perlindungan
konsumen baik dari buku ke I maupun buku ke II, secara eksplisit
mengatur mengenai hak-hak dan kewajiban yang terbit
2.1.3. Prinsip dan Kepentingan Konsumen
Prinsip-prinsip mengenai kedudukan konsumen dalam hubungan
dengan pekalu usaha berdasrkan doktrin atau teori yang dikenal dalam
perkembangan sejarah hukum perlindungan konsumen, antara lain:43
a Let the buyer beware (caveat emptor)
Pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang sangat
seimbang sehingga tidak perlu ada proteksi apapun bagi konsumen.
b The due care theory
Artinya bahwa dalam kedudukan konsumen dan pelaku usaha yang
harus berhati-hati adalah pengusaha. Dalam menawarkan barang dan
jasanya siapapun tidak dapat dipermasalahkan apabila konsumen
dirugikan. Konsumen harus membuktikan kecerobohan pelaku usaha
(Pasal 1865 BW).
c The pivity of contract
Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen,
tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu
43 Shidarta op.cit., h. 61
49
hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan atas hal-hal
diluar yang diperjanjikan.
Kontrak bukanlah syarat untuk mendapatkan perlindungan konsumen.
Kontrak merupakan suatu peristiwa hukum dimana seorang berjanji kepada
orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.44
Kontrak bukanlah syarat untuk mendapatkan perlindungan konsumen
artinya konsumen itu tetap dilindungi walau tanpa dalam hubungan perjanjian
itu ada syarat atau kontrak terlebih dahulu, munculnya kontrak ini karena
adanya transaksi yang bermacam-macam dalam dunia perekonomian kecuali
untuk jasa secara ringkas transaksi konsumen sangat luas sekali. Hubungan
hukum dan/atau masalah antara konsumen dengan penyedia barang atau
penyelenggara jasa, umumnya terjadi melalu suatu perikatan, baik karena
perjanjian atau karena undang-undang.45
Selain prinsp perlindungan konsumen juga ada kepentingan konsumen
yang harus dilindungi, diantaranya:
a. Kepentingan Fisik
Kepentingan fisik berhubungan dengan keselamatan tubuh dan jiwa
terhadap penggunaan barang atau jasa.
b. Kepentingan Sosial Ekonomi
Kepentingan sosial ekonomi yakni memperoleh hasil optimal dari
sumber ekonomi mereka, dalam mendapatkan barang dan atau jasa
kebutuhan hidup.
44 Ahmadi Miru, 2008, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.2
45 Az. Nasution, 2014, HukumPerlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta, h.89
50
c. Kepentingan Hukum
Sama halnya dengan tujuan perlindungan konsumen yakni untuk
mendapatkan perlindungan dan advokasi hukum dari perdagangan
jasa, baik jasa perasuransian maupun pelayaran.
2.1.4. Asas-Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
Dalam menegakkan hukum perlindungan diperlukan pemberlakuan
asas-asas yang berfungsi sebagai landasan penempatan hukum. Asas-asas dan
prinsip-prinsip yang berlaku dalam hukum perlindungan konsumen
dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan yang menyatakan bahwa:
perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan
keamanan dan keselamatan konsumen serta partisipasi hukum.46
Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh
pihak yang terkait, masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah berdasarkan
lima asas, yaitu menurut Pasal 2 UUPK adalah:47
a Asas Manfaat
Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen
dan pelaku usaha secara keseluruhan.
b Asas Keadilan
Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada
46 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Pasal 1 angka (1). 47Ahmadi Miru & Sutarman Yodo,2004, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h. 25-26.
51
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil.
c Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan
pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.
d Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
e Asas Kepastian Hukum
Asas kepastian hukum dimaksud agar pelaku usaha maupun
konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
menyelenggarakan perlindungan konsumen, serta negara menjamin
kepastian hukum.
2.1.5. Tujuan Perlindungan Konsumen
Sebelumnya telah disebutkan bahwa tujuan dari Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah melindungi
kepentingan konsumen, lebih lengkapnya Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 menyebutkan bahwa tujuan perlindungan konsumen adalah
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi dirinya.
52
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif penggunaan barang maupun jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
Dalam pembentukan suatu Undang-Undang tentunya didasarkan pada
suatu tujuan khusus, hal ini juga nampak pada ketentuan Pasal 3 UUPK
sebagaimana telah dipaparkan diatas. Apabila dikelompokkan kedalam tiga
tujuan hukum secara umum maka tujuan hukum untuk mendapatkan keadilan
terlihat dalam rumusan huruf (c) dan huruf (e). Tujuan untuk memberikan
kemanfaatan dapat terlihat dalam rumusan huruf (a) dan (b), termasuk huruf
(c), (d) dan (f). Tujuan untuk mendapatkan kepastian hukum terlihat dalam
rumusan huruf (d). Adapun dalam rumusan huruf (a) 47 sampai (f) dari tujuan
khusus perlindungan konsumen ini terdapat tujuan yang dapat dikualifikasi
sebagai tujuan ganda.
53
2.1.6. Hak dan Kewajiban Kosumen
Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum.
Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun
materi yang mendapatkan perlindungan hukum itu bukan sekedar fisik
melainkan termasuk juga hak-haknya bersifat abstrak. Dengan kata lain,
perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang
diberikan hukum terhadap hak-hak konsumen.48
Secara umum dikenal empat hak dasar konsumen yang diakui secara
internasional. Hak-hak yang dimaksud adalah:
1 Hak untuk mendapatkan keamanan (The Right to safety)
2 Hak untuk mendapatkan informasi (The Right to be informed)
3 Hak untuk memilih (The Right to choose)
4 Hak untuk didengar (The Right to be Heard)
Dalam perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen yang
tergabung dalam The International Organization of Consumers Union (IOCU)
menambahkan lagi beberapa hak, seperti hak mendapatkan pendidikan, hak
mendapatkan ganti kerugian, hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik,
dan untuk sehat.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Pelindungan Konsumen, hak-hak
konsumen adalah:
1 Hak atas kenyaman, keamanan dan keselematan dalam
mengonsumsi barang/jasa.
48 Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, h.19
54
2 Hak untuk memeilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjiakan
3 Hak atas informasi yang benar, jelasndan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang/jasa.
4 Hak untuk di dengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang
digunakan.
5 Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6 Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pednidikan konsumen.
7 Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serat
tidak diskrimainatif.
8 Hak untuk mendapatkan kompensasi,ganti rugi, atau penggantian,
jika barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya.
9 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya
Sedangkan kewajiban Konsumen menurut Pasal 5 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen yang menyatakan:
1 Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, deme keamanan
dan keselamatan.
2 Beritikad baik dalam melakukan transaski pembelian barang
dan/atau jasa.
3 Membayar sesuai nilai tukar yang disepakati
55
4 Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
Jadi hubungan hukum yang tercipta pelaku usaha pada satu pihak
dengan kosnumen pada pihak yang lain sudah dilengkapi dengan:49
a. Hak dan Kewajiban para pihak
b. Hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan
c. Peran Negara dan
d. Badan Perlindungan dan penyelesaian sengketa serta prosedur dan
syarat penyelesaian sengketa
Oleh karena itu, menurut penulis undang-undang perlindungan
konsumen memberikan kedudukan yang seimbang antara pelaku usaha
dengan konsumen.
2.2. Pelaku Usaha
2.2.1. Pengertian Pelaku Usaha
Pelaku Usaha dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi’’.
Dalam penjelasan Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang
termasuk pelaku usaha yaitu perusahaan, korporasi, BUMN, koprasi,
impotir, pedagang, distributor, dan lain-lain. Jadi pengertian pelaku usaha
dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut luas sekali,
49 Sri Redjeki Hartono, 2007, Hukum Ekonomi Indonesia Cet II,Bayumedia Pubishing, Malang, h.140
56
karena pengertiannya tidak dibatasi hanya pabrikan saja, melainkan juga
para distributor (dan jaringannya), serta termasuk para impotir. Selesai
itujuga para pelaku usaha periklanan meskipun secara prinsip kegiatan
pelaku usaha pabrikan dan distributor berbeda, namun undang-undang
tidak membedakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua pelaku usaha
tersebut, demikian juga berberbagai larangan yang dikenakan untuk
keduanya, yang sedikit berbeda adalah sifat saat terbitnya
pertanggungjawaban terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh masing-
masing selaku usaha terhadap para konsumen yang mempergunakan barang
dan/atau jasa yang dihasilkan. Berdasarkan directive pengertian produsen
atau pelaku usaha meliputi:50
a. Pihak yang menghasilkan produk akhir berupa barang-barang
manufaktur. Mereka ini bertanggung jawab atas segala kerugian
yang timbul dari barang yang mereka edarkan ke masyarakat,
termasuk bilakerugian timbul akibat cacatnya barang yang
merupakan komponen dalam proses produksinya.
b. Produsen bahan mentah atau komponen suatu produk
c. Siapa saja yang dengan membubuhkan nama, mereka ataupun
tanda-tanda lain pada produk menampakan dirinya sebagai
produsen dari suatu barang.
50 Celina Tri Siswi Kristiyanti, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,
Jakarta, h.41
57
2.2.2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Pada pokoknya hak dan kewajiban satu pihak terhadap pihak lainnya
lahir dari suatu perjanjian maupun undang-undang. Secara umum telah
diketahui bahwa perjanjian tertulis antar konsumen dengan pelaku usaha tidak
dapat dikemukakan, sehingga kebanyakan orang hanya berbicara mengenai
pemenuhan kebutuhan dari konsumen yang mempergunakan, memanfaatkan
maupun memakai barang dan/atau jasa yang disediakan oleh pelaku usaha.
Untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan akan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban para pihak, Undang-undang Perlindungan Konsumen
telah memberikan batasan mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Hak-
hak dan kewajiban-kewajiban dari pelaku usaha sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Pelindungan Konsumen Pasal 6 (tentang hak pelaku usaha)
dan Pasal 7 (mengenai kewajiban pelaku usaha) adalah sebagai berikut:
1) Hak Pelaku Usaha
a. Menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
b. Mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
c. Melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen.
d. Rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
58
e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
2) Kewajiban Pelaku Usaha
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunanaan, perbaikan dan pemeliharaan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau
jasa yang berlaku.
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau
garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang dperdagangkan.
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak seseuai dengan
perjanjian.
59
2.2.3. Hubungan Hukum Antara Pelaku Usaha Dengan Konsumen
Hubungan antara produsen dengan konsumen dilaksanakan dalam
rangka jual beli. Jual beli sesuai Pasal 1457 KUH Perdata adalah suatu
perjanjian sebagaimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga
yang telah dijanjikan. Dalam pengertian ini, terdapat unsur-unsur: perjanjian,
penjual dan pembeli, harga, dan barang.
Dalam hubungan langsung antara pelaku usaha dan konsumen terdapat
hubungan kontraktual (perjanjian). Jika produk menimbulkan kerugian pada
konsumen, maka konsumen dapat meminta ganti kerugian kepada produsen
atas dasar tanggung jawab kontraktual (contractual liability). Seiring dengan
revolusi industri, transaksi usaha berkembang ke arah hubungan yang tidak
langsung melalui suatu distribusi dari pelaku usaha, disalurkan atau
didistribusikan kepada agen, lalu ke pengecer baru sampai konsumen. Dalam
hubungan ini tidak terdapat hubungan kontraktual (perjanjian) antara
produsen dan konsumen.51
2.2.4. Larangan-Larangan Bagi Pelaku Usaha
Tujuan perlindungan konsumen adalah untuk mengangkat harkat
kehidupan konsumen untuk maksud meningkatkan tersebut berbagai hal yang
membawa akibat negatif dari pemakaian barang dan/atau jasa harus
dihindarkan dari aktivitas perdagangan pelaku usaha.52
51Soemali, Hubungan Antara Konsumen dan Produsen,
<www.soemali.dosen.narotama.ac.id>, diakses pada 30 Agustus 2017, Pkl. 15.00 52Ahmadi Miru dan Sutarman Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum
Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo, Jakarta, h. 54
60
Upaya untuk menghindarkan akibat negatif pemakian barang dan/atau
jasa tersebut, maka Undang-Undang menentukan berbagai larangan yang
terdapat dalam Pasal 8 sampai Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999, mengatur perbuatan hukum yang dilarang bagi pelaku usaha, larangan
dalam memproduksi atau memperdagangkan, larangan dalam menawarkan
larangan dalam penjualan secara obral atau lelang dan dimanfaatkan dalam
ketentuan periklanan.53
Perundang-undangan memberikan larangan-larangan tertentu bagi
pelaku usaha dalam hubungan dengan kegiatan. Untuk perbuatan yang
dilarang bagi pelaku usaha yang tidak berhubungan langsung dengan
penelitian hanya akan diulas sekilas, larangan-larangan bagi pelaku usaha
diatur dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen yang menyatakan;
a. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang: 1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan
dan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etika barang tersebut
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etika, atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagimana dinyatakan dalam label atau keterangan dan/atau jasa tersebut
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, ketika, keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut
53 Abdul Halim Berkatullah, 2010, Hak-Hak Konsumen, Nusa Media, Bandung, h. 45
61
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jasa jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi, bersih atau netto, komposisi atau pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat
10. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberi informasi secara lengkap dan benar.
Ketentuan pada pasal 8 merupakan satu-satunya ketentuan umum,
yang berlaku secara general bagi kegiatan usaha dari para pelaku usaha di
negara Republik Indonesia. Inti dari pasal 8 sendiri terkait dengan larangan
memproduksi barang dan/atau jasa, dan larangan memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang dimaksud.54
Secara garis besar larangan yang dikenakan dalam pasal 8 UUPK
tersebut dapat kita bagi dalam 2 larangan pokok, yaitu:
1 Larangan mengenai produk itu sendiri, yang tidak memenuhi syarat dan
standart yang layak untuk dipergunkan atau dipakai atau dimanfaatkan
oleh konsumen.
2 Larangan mengenai ketersedian informasi yang tidak benar, dan tidak
akurat, yang menyesatkan konsumen.
54 Ahmadi Miru dan Sutarman Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, loc.cit, h. 65
62
2.2.5. Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Tanggung jawab pelaku usaha adalah tanggung jawab untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban pelaku usaha sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dimana Tanggung Jawab
tersebut adalah “minimal” yang artinya pelaku usaha tidak sekedar yang ada
dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen saja tetapi dapat meliputi
kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan sebagaimana mestinya
sebagai pelaku usaha yang berdasarkan Undang-Undang lain, ketentuan yang
pada akhirnya Tanggung Jawab ini akan berdampak positif kepada
konsumen.55
Tanggung jawab dalam Kamus Umum Bahas Indonesia adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (apabila ada ada sesuatu hal
boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya).56
Menurut Abdulkadir Muhammad yang dimaksud dengan tanggung jawab adalah apabila pelaku usaha tidak menyelenggarakan kegiatan usahanya sebagi mana mestinya pelaku usaha harus bertanggung jawab atas kegiatan usahanya baik karena kesengajaan ataupun karena kelalalian pelaku usaha sendiri. Timbulnya konsep tanggung jawab karena pelaku usaha memenuhi kewajiban tidak sebagaimana mestinya atau tidak baik ataupun tidak jujur atau tidak dipenuhi sama sekali.
2.3. Food and Beverage
2.3.1. Pengertian Food and Beverage
Dalam dunia sekarang ini, industri jasa makanan dan minuman telah
berkembang banyak sesuai perhitungan itu melayani lebih dari 100 juta kali
55 Suryadi, 2007, Dikat Dasar-Dasar Hukum Perlindungan Konsumen, Fakultas Hukum
Unsoed, Purwokerto, h. 43 56 Ibid
63
makan perhari. Hal ini telah menyebar di semua lapisan kehidupan mulai dari
Hotel, restoran, kantin, industri, kantin rumah skait, kereta api,saluran udara,
sema kini menjadi bagian dari industri jasa makanan dan minuman. Fungsi
dasar dari industri ini adalah untuk melayani makanan dan minuman untuk
orang, untuk berbagai jenis kebutuhan mereka. Tujuan utama adalah untuk
mencapai kepuasan pelanggan. Kebutuhan pelanggan yang mungkin akan
berusaha untuk memuaskan adalah:
1 Fisiologis : kebutuhan makanan khusus
2 Ekonomi : kebutuhan untuk nilai terbaik untuk harga yang
dibayarkan
3 Sosial : suasana yang bersahabat, terus terang mengungkapkan
perasaan.
4 Psikologis : kebutuhan untuk meningkatkan harga diri.
5 Kenyamanan : keinginan orang lain untuk melakukan pekerjaan
Food and and beverage service adalah “flood flow” (dari pembelian
makanan (purchasing) untuk layanan kepada pelanggan) terutama yang
berkaitan dengan penyajian makanan untuk konsumen, setelah selesainya
produksi pangan. Food and beverage sendiri memiliki pengertian yaitu suatu
bidang yang mengkhususkan pada makanan dan minuman, baik minuman
yang beralkohol maupun minuman yang tidak beralkohol dan baik dalam hal
penyajian maupun pelayanannya. Menurut Rachman Arief, Abd bahwa Food
& Beverage yaitu bagian yang bertugas mengolah,memproduksi dan
menyajikan makanan dan minuman untuk keperluan tamu restaurant. Adapun
tujuan Food And Beverage adalah
64
1. Menjual makanan dan minuman sebanyak-banyaknya dengan harga
yang sesuai.
2. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada tamu sehingga tamu
merasa puas. Hal ini menyangkut mutu pelayanan mutu makanan
dan minuman, sikap karyawan, dekorasi ruangan serta suasana
sekitar, peralatan yang dipakai dan sanitasinya.
3. Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan untuk
kesinambungan usaha.
Food and beverage department merupakan departemen yang sangat
mutlak diperlukan dalam direstoran maupun hotel yang ada restorannya
dalam penyedian dan pelayanan makanan dan minuman dalam menjalankan
tugas food and beverage department dibagi menjadi dua bagian yang saling
bergantung satu sama lain dan harus saling bekerjasama dua (2) bagian yaitu:
1. Food and beverage bagian depan yaitu bagian yang langsung
berhubungan dengan tamu.
2. Food and beverage bagian belakang yaitu bagian yang tidak
langsung berhubungan dengan tamu karena harus perantara
pramusaji terdiri dari kitchen dan stewarding.
Kualitas pelayanan yang baik akan meningkatkan kepuasan tamu dan
tamu akan memberikan citra yang baik pula terhadap perusahaan. Hal ini
sangat penting dalam persaingan industry food and beverage yang saat ini
sudah semakin memanas, untuk menentukan maju dan mundurnya
perusahaan, karena tamu adalah segala-galanya. Oleh karena itu pelayanan
yang maksimail sangat diperlukan.
65
2.3.2. Pengertian Food and Beverage Product
Food and beverage product adalah suatu bagian yang bertugas dan
bertanggung jawab terhadap penyedian makanan dan minuman untuk para
konsumen. Pengertian product yang dihasilkan organisasi food and beverage
adalah totalitas dari makanan dan minuman dan seperangkat atribut lainnya,
termasuk di dalamya adalah rasa, warna, aroma makanan, harga dll. Food
and beverage product di dalam sebuah restoran atau disebut dengan kitchen
berdasarkan wawancara tanggal 11 Januari 2018 dengan Bapak Pujo
Siswanto sebagai Manager Operasional Restoran mempunyai beberapa seksi
antara lain sebagai berikut:
1. Main Kitchen : Pusat produksi dan supply makanan
2. Butcher : Pusat Pengadaan dan Penyangan Daging
3. Saucier : Pusat Produksi Saus
4. Patagier : Pusat Produksi Soup dan Kaldu
5. Entremetier : Pusat Produksi Sayuran garnish
6. Gardemanger : Pusat Produksi Makanan Daging
7. Poissonier : Pusat Produksi Makanan Daging
8. Fritures : Pusat Gorengan
9. Store : gudang milik kitchen, cold store dan dry store
Food and Beverge product biasanya dipimpin oleh seorang chef,
namun tidak semuanya seperti itu. Untuk perusahaan yang terhitung
menengah ke bawah, struktur organisasinya pun terbatas pula. Bagian food
and beverage product laizimnya menyediakan aneka ragam product untuk
66
menarik pelanggan sekaligus memberi variasi tambahan bagi pelanggan
loyal agar mereka tidak meninggalkan kita untuk mencari variasi ditempat
lain, dengan memanfaatkan momentum hari-hari besar nasional mapun hari
besar internasional sepanjang tahun dapat meningkatkan pendapatan jasa
penjualan makanan dan minuman serta dapat memberikan kepuasaan kepada
tamu dengan variasi menu yang kita sajikan dan pelayanan yang kita
berikan.
2.2.3. Pengertian Food And Beverage Service
Food and beverage service adalah suatu bagian yang bertugas dan
bertanggung jawab terhadap pelayanan makanan dan minuman bagi para
tamu. Istilah service sendri dapat diuraikan sebagai berikut:
S : smiles for everyone (berikan senyuman kepada semua orang)
E : excellent in everything we do (kerjakan semuanya semaksimal
mungkin dan memuaskan)
R : reaching out to every guest with hospitality (jangkau dan dekati
tamu dengan penuh ramah-tamah)
V : viewing every guest as special (memandang dengan rasa yang sangat
penuh perhatian)
I : inviting guest ti return (melakukan segala sesuatu terhadap tamu
yang akan membuat tamu tersebut dating kembali)
C : creating a warm atmosphere (selalu menciptakan suasana yang
akrab/hangat terhadap tamu)
67
E : eye contact that shows we care (mata sesekali harus kontak dengan
pandangan tamu, sehingga tamu dapat memanggil kita bila
memerlukan sesuatu).
Makanan dan minuman yang terkait dengan pelayanan dan pekerja
adalah garis depan layanan restoran. Para karyawan menyapa para tamu ,
menggiring mereka ke kursi, memberikan menu, mengambil makanan dan
minuman pesanan, dan melayani makanan dan minuman. Para tamu pasti
menanyakan kepada karyawan tentang menu, para karyawan harus bisa
menjeskan menu. Service kepada tamu dimulai sejak tamu memasuki
ruangan restoran dan akan dikenang tamu setelah tamu meninggalkan
restoran . dalam memberikan service kepada tamu kita harus benar-benar
memperhatikan keinginan tamu, kepuasan tamu akan pelayanan seorang
waiter/waiters dituntut untuk ramah, sopan, dan senyum terhadap tamu.
Kualitas pelayanan yang baik akan meningkatkan kepuasan tamu dan
tamu akan memberikan citra yang baik pula terhadap restoran. Hal ini
sangat penting dalam persaingan industry food and beverage yang saat ini
sudah semakin memanas, untuk menentukan maju atau mundurnya
perusahaan karena tamu adalah segala-galanya. Oleh karena itu pelayanan
yang maksimal sangat diperlukan.
2.2.4. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan tehnik yang
digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah
makanan menjadi bentuk lain untuk komsumsi manusia atau dirumah atau
68
oleh industry pengolahan makanan. Pada prinsipnya, dapur mengelolah
bahan-bahan mentah untuk dijual melalui menu yang ditawarkan kepada
tamu. Dengan demikian, bahan ini harus dibeli dahulu, disimpan, disiapkan,
kemudian dimasak sesuai keperluan.
Keluhan selalu datang dari tamu yang mengakibatkan pendapat
restoran menurun karena kualitas makanan yang buruk. Salah satunya
adalah dari bahan olahannya yang memang tidak baik, dibawah standar atau
hampir rusak. Menurut Bartono material yang akan di olah di klasifikasikan
pada dua golongan besar, yaitu:
1. Barang Perishables, yaitu bahan yang mudah rusak karena sifat-
sifatnya seperti, sayur, buah, daging, keju, telur, ikan. Barang ini
perlu disimpan secara khusus dengan fasilitas pendingin yang baik
dan menurut jumlah barang.
2. Barang Groceries, yaitu bahan seperti beras, gula, minyak, bumbu
kering, kopi, pasta, dan tidak harus disimpan dengan suhu dingin,
cukup dengan hawa sejuk.
Berdasarkan tingkat kesiapannya untuk diolah, bahan di
kategorikan menjadi tiga tingkatan :
1. Barang mentah yang masih harus di siangi dan di olah
2. Barang setengah jadi dan siap dimasak
3. Barang jadi yang tinggal disajikan
69
Apapun jenis bahan yang dipakai untuk produksi makanan, meraka
memiliki kriteria yang sama yaitu :
1. Berkualitas baik dan segar
2. Higienis dan bersih
3. Harga dan timbangan yang jelas
4. Cara penyimpanan yang tepat
5. Rasional dalam jumlah persediaannya
6. Selalu ada dan stok tak pernah kosong
7. Mudah dibedakan dengan barang lain
Menurut Widyawati, Retno tujuan dari pengolahan makanan ini
adalah untuk membuat makanan aman, menyediakan produk-produk dengan
kualitas terbaik dalam hal rasa, warna, tekstur, dan membuat makanan
menjadi bentuk yang nyaman
2.4. Restoran
2.4.1. Pengertian Restoran
Menurut Marsum57, restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang
diorganisir secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik
kepada semua konsumennya baik berupa makanan maupun minuman. Tujuan
operasional restoran adalah untuk mencari keuntungan sebagaimana
tercantum dalam definisi Prof. Vanco Christian dari School Hotel
Administration di Cornell University. Selain bertujuan bisnis atau mencari
keuntungan, membuat puas para konsumennya pun merupakan tujuan
57 Marsum, W., 2005, Restoran dan Segala Permasalahannya. edisi 4. Yogyakarta, h. 19
70
operasional restoran yang utama. Di dalam bisnis ini terjadi semacam barter
antara pembeli dengan penjual dalam hal ini antara produk jasa dengan uang.
Barter ini tidak akan berjalan mulus kalau petugas petugas yang akan
menangani pelayanan tidak seleksi secara cermat, didik dan dilatih dengan
baik, diajarkan berkomunikasi serta koordinasikan dengan teliti serta
dipersiapkan dengan kesungguhan hati.
Pengertian restoran atau rumah makan menurut Keputusan Menteri
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang
Peraturan usaha Rumah Makan, dalam peraturan ini yang dimaksud dengan
pengusaha Jasa Pangan adalah : “Suatu usaha yang menyediakan jasa
pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial”.
Sedangkan menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 304/Menkes/Per/89
tentang persyaratan rumah makan maka yang dimaksud rumah makan adalah
satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh
bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan
untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman
bagi umum di tempat usahanya.
Secara umum, restoran merupakan tempat yang dikunjungi orang
untuk mencari berbagai macam makanan dan minuman. Restoran biasanya
juga menyuguhkan keunikan tersendiri sebagai daya tariknya, baik melalui
menu masakan, hiburan maupun tampilan fisik bangunan.
Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian restoran yang
merupakan salah satu alternative usaha di bidang makanan yang mempunyai
71
prospek sanagt bagus dan dapat dimanfaatkan untuk membuka usaha baru
dalam memanfaatkan waktu luang atau penyaluran hobi yang dapat
menambah pendapatan keluarga.
2.4.2. Ruang Lingkup Usaha Restoran
Food Service Operation adalah istilah yang umum dipergunakan untuk
perusahaan yang bergerak di bidang layanan makanan dan minuman. Usaha
ini dapat berbentuk macam-macam sesuai karakteristik dan layanan yang
diberikan. Orang sering mengartikan istilah food service operation dengan
restoran. Hal ini dapat dimengerti mengingat Food Service Operation dapat
berbentuk restoran, café atau jasa boga lainnya. Sementara diantara jenis-
jenis tersebut restoran merupakan jenis yang paling menonjol. Selengkapnya
dalam uraian ini akan membahas masalah restoran.
Sesuai skala bisnis produk restoran yang meliputi layanan makanan
dan minuman, namun hal itu tidak bisa terlepas dari produk-produk yang
sifatnya tidak terlihat, seperti: pelayanan para tamu, kebersihan, kesehatan,
keramah-tamahan, kenyamanan dan sebagainya. Meskipun secara teori
analisis produk restoran dapat dikelompok-kelompokkan namun secara
kenyataan operasional masing-masing aspek tersebut saling ketergantungan
dan berhubungan satu dengan yang lain.
Restoran berskala besar tentu memiliki bagian-bagian yang lebih
banyak dibanding restoran dalam skala kecil. Dalam kegiatannya masing-
masing bagian yang ada di restoran saling berhubungan. Restoran ibaratnya
72
roda yang terdiri dari banyak ruji-ruji. Salah satu rujinya kendor akan
berakibat terhadap jalannya roda tersebut menjadi tidak lancar.
Restoran merupakan jenis usaha yang mempunyai karakteristik
berbeda dengan jenis usaha lainnya. Sesuai dengan arti dan fungsinya, suatu
restoran harus selalu berusaha memberikan kepuasan pada pelanggan. Seperti
halnya pada usaha lain yang bersifat komersial restoran dalam kegiatannya
bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Kepuasan tamu dengan
keuntungan usaha dapat diibaratkan bagaikan dua sisi dalam satu mata uang.
Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi kegiatan usaha
restoran, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dengan demikian
seorang pengelola harus benar-benar pandai menyesuaikan kegiatan
usahanya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dan strategis dalam
operasional penerapan usaha restoran.
Pendukung keberhasilan pengelolaan usaha penjualan makanan dari
pihak produsen atau restoran diantaranya ditinjau dari segi manajemen.
Manajemen usaha ini sangat berkitan erat dengan nilai produk makanan yang
dijual atau diproduksi. Produk makanan yang dijual tersebut berorientasi
kepada kebutuhan konsumen. Dengan kata lain bahwa produsen harus
senantiasa menyediakan produk makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan
selera konsumen agar hasil prduksi tersebut dapat diterima oleh konsumen.
Dengan demikian keberhasilan dari usaha yang akan dijalankan dapat
berjalan lebih efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
73
Untuk mencapai suatu tujuan, setiap individu ataupun kelompok tidak
bisa sendiri tanpa adanya ketergantungan dengan individu atau kelompok
lain. Oleh karena itu setiap individu atau kelompok membentuk suatu
hubungan kerjasama yang serasi atau selaras dengan membentuk organisasi
tertentu, sesuai tujuan yang hendak dicapainya. Dalam upaya mewujudkan
tujuan organisasi tersebut maka diperlukan adanya serangkaian metode,
sistem, prosedur, dan sarana yang bergerak secara konsisten dan efektif.
Serangkaian metode kegiatan tersebut secara umum mengarah pada suatu
istilah yang disebut dengan manajemen.
Manajemen mempunyai beragam pengertian tergantung dari sudut
pandang dan keyakinannya. Secara umum manajemen mengarah pada sebuah
proses yang khas, terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan yag dilakukan untuk menentukan
dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Manajemen sangat tepat diterapkan dalam suatu bisnis yang
berorientasi pada keuntungan. Dunia usaha atau bisnis sangat berkaitan
dengan peluang, tantangan, ketidakpastian, kegagalan, maka manajemen
sangat tepat diterapkan untuk menjawab tantangan tersebut.
2.4.3. Klasifikasi Restoran
Dewasa ini perkembangan restoran semakin banyk tumbuh dab
berkembang, baik di kota-kota besar maupun kecil. Untuk itu perlu
diidentifikasi karakteristik masing-masing restoran. Menurut pendapat
74
Soekresno, dilihat dari sistem pengelolaan dan system penyajiannya, restoran
dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu58:
1. Formal Restaurant (restoran formal).
Pengertian formal restoran adalah industry jasa pelayanan makanan dan
minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan
pelayanan yang eksklusif. Ciri-ciri restoran formal:
a. Penerimaan pelanggan dengan system pesan tempat terlebih dahulu
b. Para pelanggan terikat dengan menggunakan pakaian formal.
c. Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik / menu eropa
popular.
d. Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian Service /French
Service atau modifikasi dari kedua table service tersebut.
e. Disediakan ruang cocktail selain ruangan jamuan makan digunakan
sebagai tempat untuk minum yang beralkohol sebelum santap makan.
f. Dibuka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau untuk
makan malam dan makan siang, tetapi tidak menyediakan makan pagi.
g. Menyediakan berbagai merek minuman bar secara lengkap khususnya
wine dan champagne dari berbagai Negara penghasil wine di dunia.
h. Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk melantai dengan
suasana romantic dan eksklusif.
i. Harga makanan dan minuman relative tinggi disbanding harga
makanan dan minuman di restoran informal.
58 Soekresno. 2000, Management Food and Beverage, service hotel. PT Gramedia
Pustaka Umum, Jakarta, h.17.
75
j. Penataan bangku dan kursi memiliki area service yang lebih luas untuk
dapat dilewati gueridon.
k. Tenaga relative banyak dengan standar kebutuhan satu pramusaji
untuk melayani 4-8 pelanggan.
Contoh:
1. Members Restaurant
2. Super Club, Gourmet
3. Main Dining Room
4. Grilled Restaurant
5. ExecutiveRestauran
2. Informal Restaurant (restoran informal)
Pengertian restoran informal adalah industry jasa pelayanan
makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional
dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan dan
percepatan frekuensi pelanggan yang silih berganti. Cirri-ciri restoran
informal:
a. Harga makanan dan minuman relative murah.
b. Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat.
c. Para pelanggan yang dating tidak terikat untuk mengenakan pakaian
formal.
d. Sistem penyajian makanan dan minuman yang dipakai adalah
American Service / ready plate bahkan self-service ataupun counter-
service.
e. Tidak menyediakan hiburan music hidup.
f. Penataan meja dan bangku cukup rapat antara satu dengan yang lain.
76
g. Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada tamu /
pelanggan namun dipampang di counter / langsung di setiap meja
makan untuk mempercapat proses pelayanan.
h. Menu yang disajikan sangat terbatas dan membatasi menu-menu yang
relative cepat selesai dimasak.
i. Jumlah tenaga servis relative sedikit dengan standar kebutuhan 1
pramusaji untuk melayani 12-16 pelanggan.
Contoh:
1. Café
2. Cafeteria
3. Fast Food Restaurant
4. Coffe shop
5. Bistro
3. Specialties Restaurant (Restoran Spesial)
Pengertian specialties restaurant adalah industry jasa pelayanan
makanan dan minuman yang dikelola secara komersil dan professional
dengan menyediakan makanan khas dan diikuti dengan sistem penyajian
yang khas dari suatu negara tertentu. Cirri-ciri specialties restaurant:
a. Menyediakan sistem pemesanan tempat.
b. Menyediakan menu khas suatu negara tertentu, populer dan disenang
banyak pelanggan secara umum.
c. Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya negara asal dan
dimodifikasi dengan budaya internasional.
d. Hanya dibuka untuk menyediakan makan siang atau makan malam.
e. Menu ala-carte dipresentasikan oleh pramusaji ke pelanggan.
77
f. Biasanya menghadirkan musik / hiburan khas negara asal. g. Harga
makanan relatif tinggi dibanding informal restaurant dan lebih rendah
dibaning formal restaurant.
g. Jumlah tenaga service sedang, dengan standar kebutuhan 1 pramusaji
untuk melayani 8-12 pelanggan.
Contoh:
1. Indonesian food restaurant
2. Italian food restaurant
3. Thai food restaurant
4. Japanese food restaurant
5. Korean food restaurant
2.4.4. Jenis-Jenis Restoran
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 11 Januari 2018 dengan Bapak
Abdul Malik sebagai manager operasional restoran di kabupaten badung
beliau menyatakan restoran dikelompokkan menjadi beberapa jenis menurut
kegiatan dan makanan atau minuman yang disajikannya, yaitu:
Jenis Restoran Keterangan
A’la Carte Restaurant Menu lengkap dan merpakan restoran tanpa
aturan mengikat atau bebas
Table d’hotel
Restoran dengan menu yang lengkap dan
menyajikan setiap menu berurutan dari menu
pembuka sampai penutup. Biasanya erat
hubungannya dengan hotel.
Coffe shop Merupakan tempat makan dan minum yang
menyuguhkan suasana santai tanpa aturan yang
mengikat dan biasanya menyuguhkan racikan
78
kopi sebagai menu special diluar makanan-
makanan kecil atau makanan siap saji.
Coffe shop Merupakan tempat makan dan minum yang
menyuguhkan suasana santai tanpa aturan yang
mengikat dan biasanya menyuguhkan racikan
kopi sebagai menu special diluar makanan-
makanan kecil atau makanan siap saji.
Cafeteria Merupakan tempat makan dan minum yang
terbatas menyajikan roti atau sandwich serta
minuman-minuman ringan yang tidak
beralkohol,biasanya erat hubungannya dengan
kantor.
Canteen Merupakan tempat makan dan minum yang
menyajikan berbagai makanan-makanan instan
dengan harga yang terjangkau.
Continental restaurant Restoran yang memberikan kebebasan bagi
pengunjungnya untuk memilih bahkan mengiris
makanan yang dipesannya sendiri.
Carvery Merupakan restoran yang biasanya terdapat di
motel kecil dan menyajikan makanan dan
minuman sederhana.
Discotheque Merupakan tempat makan dan minum yang
menyuguhkan suasana hingar bingar music
sebagai daya tariknya. Biasanya menyuguhkan
makanan dan minuman cepat saji.
Fish and chip shop Restoran yang menyajikan menu ikan dan kripik
atau snack sebagai menu utama
Grill room Restoran dengan menu masakan panggang atau
barbekyu sebagai menu andalan.
Intavern Restoran kecil di pinggiran kota yang
79
biasanyamenyuguhkan makanan cepat saji dan
minuman kopi.
Pizzeria Restoran dengan menu pizza dan pasta sebagai
menu utama.
Creeperie Restoran yang menyajikan berbagai menu kreps
dan manisan.
Pub Restoran yang menjual minuman beralkohol.
Café Tempat untuk makan dan minum dengan sajian
cepat saji dan menyuguhkan suasana yang santai
atau tidak resmi.
Specialty restaurant Merupakan tempat untuk makan dan minum
yang memiliki tema khusus atau kekhususan
menu masakan yang akan disajikan dan
biasanya memiliki citarasa yang berbeda dengan
restoran lain.
Terrace restaurant Merupakan tempat makan dan minum yang
umumnya terletak di luar ruangan dan biasanya
erat hubungannya dengan fasilitas hotel. Di
Negara-negara barat terrace restaurant biasanya
hanya buka saat musim panas saja.
Gourment restaurant Merupakan tempat untuk makan dan minum
yang biasanya diperuntukan bagi orang-orang
yang sangat mengerti akan citarasa sehingga
banyak menyediakan makanan-makanan lezat
dengan pelayanan yang megah dan harga yang
mahal.
Family restaurant Merupakan restoran sederhana untuk makan dan
minum keluarga atau rombongan dengan harga
yang tidak mahal serta menyuguhkan suasana
nyaman dan santai.
80
Main dining room Merupakan ruang makan besar atau restoran
yang umumnya terdapat di hotel, penyajian
makanannyasecara resmi, servis yang diberikan
dapat menggunakan gaya perancis maupun
rusia, sedangkan orang-orang yang datang pada
umumnya juga menggunakan pakaian resmi
formal.
Dengan perkembangan jaman dan kompleksitas masyarakat
penggemar beberapa makanan memberikan peluang akan terciptanya tipe,
karakteristik restoran dengan menggabungakan beberapa jenis restoran yang
banyak di jumapi akhir-akhir ini. Adapun komentar pelanggan tentang
makanan dan pelayanan yang diperoleh secara umum akan merefleksikan
sikap positif dari keseluruhan pada saat mengkonsumsi. Pengalaman tersebut
jadi bernilai negative jika makanan dan pelayanan yang diperoleh oleh para
konsumen buruk, sehingga kurang memberikan kepuasan secara pribadi.