bab ii tinjauan teori kp
DESCRIPTION
KPTRANSCRIPT
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Proyek dan Manajemen Proyek
Pembahasan suatu proyek meliputi pengertian proyek, klasifikasi proyek,
perencanaan proyek dan pemaketan pelaksanaan jasa konstruksi.
2.1.1 Pengertian Proyek
Sebuah proyek adalah suatu proses perwujudan suatu gagasan dasar atau ide
yang menjadi suatu kenyataan secara fisik di lapangan dalam jangka waktu yang
tertentu. Menurut Soetomo Kajatno, yang dimaksud dengan proyek secara umum
adalah suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang mempunyai saat
permulaan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan unutk mendapat tujuan
tertentu. Yang dimaksud tujuan tertentu disini merupakan suatu ujung akhir baik
dari sudut pandang logika maupun sudut pandang waktu. Berkaitan dengan sudut
pandang waktu, Harsono mengatakan bahwa proyek merupakan suatu rangkaian
yang mulai pada suatu tertentu dan berakhir pada suatu tertentu.
2.1.2 Klasifikasi Proyek
Proyek dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ditinjau dari segi pendanaannya terhadap evaluasi proyek :
1. Proyek Mikro
Yaitu proyek yang bersifat komersial dengan tujuan utamanya adalah
untuk mencari laba meskipun ada tujuan lainnya termasuk memanfaatkan
sumber daya manusia, kemajuan teknologi, dan mengabdi kepada
masyarakat yang sedang membangun.
2. Proyek Makro
Yaitu suatu proyek yang dipandang dari segi perkembangan bagi seluruh
masyarakat, negara atau bangsa atau proyek yang bertujuan untuk
melayani golongan lemah (pendapatan rendah).
b. Ditinjau dari segi pengelolaan :
1. Proyek Pemerintah
Yaitu proyek yang ditangani oleh pemerintah dalam hal ini Departemen
Pekerjaan Umum.
7
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
2. Proyek Swasta
Yaitu proyek yang ditangani oleh suatu golongan diluar instansi
pemerintah
3. Proyek Perorangan
Yaitu proyek yang ditangani oleh perorangan atau individu.
c. Ditinjau dari aktifitas yang dominan dilakukan dalam sebuah projek :
1. Proyek Konstruksi
Dalam proyek engineering construction, aktivitas yang paling dominan
yang dilakukan dalam proyek ini adalah pengkajian kelayakan, desain
engineering, pengadaan dan konstruksi.
2. Proyek Engineering Manufacture
Pada proyek engineering manufacture, secara garis besar kegitan proyek
ini meliputi seluruh kegitan yang dilakukan untuk menghasilkan produk
baru.
3. Proyek Pelayanan Manajemen
Pada proyek pelayanan manajemen, aktivitas yang dilakukan dalam
proyek ini adalah merancang sistem informasi manajemen, merancang
program efisiensi dan penghematan, diversifikasi, penggabungan dan
pengambilalihan, memberikan bantuan emergency untuk daerah yang
terkena musibah, merancang strategi untuk mengurangi kriminalitas dan
penggunaan obat-obat terlarang dan lain-lain.
4. Proyek Penelitian dan Pengembangan.
Aktivitas utama yang dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini adalah
melakukan penelitian dan pengembangan suatu proyek.
5. Proyek Kapital
Pada proyek kapital, kegiatan yang dilakukan dalam proyek ini biasanya
digunakan oleh sebuah badan usaha atau pemerintah, misalnya
pembebasan tanah, penyiapan lahan dan pembelian material.
2.1.3 Perencanaan Pelaksanaan Proyek
Tahap perencanaan pelaksanaan proyek merupakan fase yang paling
menentukan. Pada hakekatnya tahap ini adalah simulasi proyek. Pada tahap ini
dilakukan perincian kegiatan dan biaya. Dengan perencanaan ini diharapkan
tercapainya koordinasi dan komunikasi, yang merupakan dasar perngawasan,
8
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
memenuhi persyaratan yang diminta, dan dapat membantu mengantisipasi
permasalahanyang mungkin terjadi.
a. Kegiatan Proyek
Langkah pertama merencanakan pelaksanaan proyek adalah membaginya
kedalam kegiatan-kegiatan. Kegiatan ini perlu diindentifikasikan untuk
mencari hubungan keterkaitan antara kegiatan yang satu dengan yang
lainnya. Biasanya pembagian itu standar dan menurut logika tertentu. Dengan
demikian, pemberi proyek dapat mengetahui secara garis besar kegiatan apa
saja yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan proyek tersebut serta dana
dan waktu yang diperlukan, sehingga dapat memperkirakan kapan proyek
tersebut berakhir.
b. Jadwal Proyek
Langkah kedua yaitu dengan menentukan jadwal kegiatan dalam proyek yang
disebut dengan time schedule, dari time schedule berlanjut dibuatkan Net
Work Plan (NWP) yang berfungsi untuk menentukan kegiatan yang akan
dilaksanakan berdasarkan keterkaitannya antara pekerjaan yang satu dengan
pekerjaan yang lain, dan pekerjaan yang mana mempunyai lintasan kritis
artinya kegiatan yang tidak boleh terlambat pelaksanaannya. Kegiatan apa
yang direncanakan dibuat secara berurutan agar proses pelaksanaannya tidak
tumpang tindih.
2.1.4 Pemaketan Pelaksanaan Jasa Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi secara paketan yaitu pekerjaan konstruksi dimana
pekerjaan sipil, arsitektur, mecanical & electrical, dan lansekap digarap langsung
dan dalam suatu proses pelelangan, dan ditunjuk satu kontraktor yang
dipercayakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Klasifikasi dan kualifikasi
yang harus dipenuhi dalam menentukan paket pekerjaan jasa konstruksi minimal
(sesuai dengan Kepres No. 80 Tahun 2003) sebagai berikut :
a. Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta, benda,
menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli
(kualifikasi usaha kecil).
b. Kriteria resiko sedang dan teknologi madya, mencakup pekerjaan konstruksi
yang pelaksanaannya dapat berisiko membahayakan keselamatan umum,
9
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
harta benda, jiwa manusia, dan menggunakan sedikit peralatan berat serta
memerlukan sedikit tenaga ahli (kualifikasi usaha menengah).
c. Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mancakup pekerjaan konstruksi
yang pelaksanaaannya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum,
harta benda, jiwa manusia, lingkungan dan menggunakan banyak peralatan
berat serta banyak memerlukan tenaga ahli dan tenaga terampil (kualifikasi
usaha besar).
d. Persyaratan kompetensi minimal yang ditetapkan sebagai persyaratan
mengikuti pengadaan harus diumumkan dan dicantumkan dalam dokumen
pengadaan.
2.2 Manajemen Proyek
Dalam proyek konstruksi memerlukan adanya manajemen proyek, hal ini
disebabkan konsekuensi dan karakteristik dari proyek konstruksi. Proyek konstruksi
merupakan rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya
berjangka waktu pendek. Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga
dimensi, yaitu unik, melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi.
2.2.1 Definisi Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah pelaksanaan secara efektif dan efisien melalui
prosedur perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan
pengawasan dari rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sumber daya manusia
yang mempunyai permulaan dan harus diselesaikan pada suatu waktu tertentu
untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu, kegiatan tersebut mempunyai suatu
acuan kerja tertentu, kriteria keberhasilan, lokasi yang jelas, jumlah sumber daya
yang pasti, dan sumber daya yang diterapkan (Dipohusodo, 1996 : 3-9).
Menurut Imam Soeharto (24 : 1995) manajemen proyek adalah merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk
mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh manajemen
proyek menggunakan pendekatan sistem dan hierarki (arus kegiatan) vertikal
maupun horisontal.
2.2.2 Ciri-Ciri Manajemen Proyek
Istiawan Dipohusodo dalam bukunya yang berjudul Manajemen Proyek dan
Konstruksi, Jilid I merumuskan ciri-ciri manajemen proyek antara lain :
10
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
a. Tujuan, sasaran, harapan, dan strategi proyek hendaknya dinyatakan secara
jelas dan terinci sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan
dasar kesepakatan segenap individu dan satuan organisasi yang terlibat.
b. Diperlukan Rencana Kerja, Jadwal, dan Anggaran Belanja yang realistis.
c. Diperlukan kejelasan dan kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab di
antara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat dalam proyek untuk
berbagai strata jabatan.
d. Diperlukan mekanisme utuk memonitor, mengkoordinasi, mengendalikan,
dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pada berbagai strata
organisasi.
e. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan
umpan balik bagi manajemen. Informasi umpan balik akan dimanfaatkan
sebagai pelajaran dan dipakai sebagai pedoman di dalam upaya peningkatan
produktivitas proyek.
f. Sesuai dengan sifat dinamis suatu proyek, apabila diperlukan tim proyek atau
satuan organisasi proyek dapat dimungkinkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang mungkin harus bergerak di luar kerangka organisasi tradisional
atau rutin, akan tetapi dengan tetap berorientasi pada tercapainya
produktivitas.
g. Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tata cara dan dasar
peraturan birokrasi, dan pengetahuan tentang cara mengatasi kendala
birokrasi.
2.2.3 Fungsi-Fungsi Manajemen Proyek
George R. Terry dalam bukunya yang berjudul Principal of Management
merumuskan fungsi-fungsi dari manajemen yang disingkat POAC :
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan perumusan persoalan tentang apa yang akan dicapai
dan kemudian memberikan pedoman garis-garis besar bagaimana bertindak.
Perencanaan merupakan suatu persiapan (preparation) untuk administratif
atas tindakan kemudian.
b. Organizing (Pengorganisasian)
11
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Organizing adalah pengaturan setelah adanya rencana berupa pembagian
tugas, baik macam/jenis serta sifat pekerjaan, dan pola unit kerjanya, alat-
alatnya, bagaimana keuangannya serta fasilitasnya.
c. Actuating (Penggerakan/Tindakan)
Penggerakan personalna atas dasar pengaturan rencana dan pengaturan
organisasinya dalam rangka penyelesaian tugas demi tercapainya tujuan
bersama.
d. Controlling (Pengendalian dan Pengawasan)
Walaupun rencana yang telah matang, juga telah diatur dan digerakkan,
belum menjamin bahwa tujuan dengan sendirinya tercapai tanpa suatu sistem
kontrol yang terpadu antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek.
2.2.4 Aspek Manajemen
Dalam mencapai tujuan yang maksimal, fungsi manajemen hendaknya
memperhatikan sarana atau aspek yang terkait dalam manajemen (sering disebut
6 M) yaitu :
a. Man (Manusia)
Yaitu tenaga-tenaga ahli, berkualitas, profesional di bidang kerjanya.
b. Material (Bahan Baku)
Yaitu dengan menggunakan bahan yang bermutu baik sesuai dengan
persyaratan bahan atau persyaratan ijin.
c. Machine (Peralatan)
Yaitu menggunkan peralatan yang mampu meningkatkan produksi kerja,
yang mudah dalam pemakaian, perawatan, serta perbaikannya.
d. Methode (Metode)
Yaitu cara atau strategi untuk mencapai hasil pekerjaan yang maksimal.
e. Money (Dana)
Yaitu pengelolaan dana (kas) dengan memperhatikan hukum dan kaidah
ekonomi yang mempengaruhi kelangsungan proyek.
f. Market (Pasar)
Yaitu proses penjualan produk atau hasil proyek sehingga meningkatkan nilai
jual.
2.2.5 Faktor Kontrol dalam Pelaksanaan Proyek
12
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Secara sistematik ada tiga faktor kontrol dalam pelaksanaan proyek yaitu : biaya,
mutu, dan waktu.
Tiap faktor tersebut saling mempengaruhi sehingga tidak dapat terpisahkan
kaitannya guna memperoleh hasil dari pelaksanaan proyek yang optimal. Selain
itu faktor kontrol tersebut dapat dijadikan barometer kemajuan dan keberhasilan
suatu pelaksanaan proyek.
2.3 Pihak-Pihak yang Terlibat
Pihak pihak yang terlibat dalam sebuah proyek konstruksi dari tahap
perencanaan hingga tahap pelaksanaan dapat dibagi menjadi tiga pihak, yaitu pihak
pemilik proyek (owner) atau principal (employer/client/bouwheer), pihak perencana
(designer) dan pihak kontraktor (aannemer). Masing-masing dari ketiga pihak diatas
memiliki tugas, kewajiban, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan fungsinya
masing-masing, sehingga koordinasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian proyek konstruksi merupakan kunci
dalam meraih kesuksesan suatu proyek. Berikut ini merupakan pihak-pihak yang
terlibat beserta dengan wewenang dan tugasnya masing-masing :
2.3.1 Pemilik Proyek (Owner)
13
BIAYA
MUTU WAKTU
PROYEK
Diagram 2.1
Skema Tiga Faktor Kontrol Pelaksanaan Proyek
Sumber : Manajemen Proyek, 2010
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang atau badan
yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan
pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan
tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan, badan/lembaga/instansi
pemerintah maupun swasta. (Ervianto, tahun 2005: hal. 44).
Beberapa pengertian principal pemberi tugas, antara lain :
a. Pengertian Umum
Principal atau pemberi tugas merupakan pihak yang mempunyai gagasan
untuk membangun.
b. Pengertian Principal dalam Hubungannya dengan Konsultan Perencana
Principal atau pemberi tugas merupakan perseorangan atau badan yang
memberi tugas kepada ahli (perencana atau konsultan), membayar honor serta
mengganti semua ongkos ahli.
c. Pengertian Principal dalam Hubungannya dengan Aannemer atau Kontraktor
Principal atau pemberi tugas merupakan perseorangan, badan swasta atau
pemerintah yang memberi tugas kepada pemborong atau kontraktor untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dan apabila pelaksanaan sudah cukup layak
dan tidak timbul keberatan, maka pemberi tugas menerima pekerjaan dan
menyetujuinya dan membayar biaya dari pekerjaan tersebut.
Jenis-jenis dari pemberian tugas antara lain :
1. Perseorangan atau individu.
2. Wakil suatu perusahaan atau organisasi swasta.
3. Wakil suatu dinas atau jawatan, biasanya pada proyek pemerintah disebut
pengelola proyek.
d. Prinsip hubungan kerja antara Pemberi Tugas, Konsultan Perencana dan
Pelaksana atau Kontraktor yaitu sebagai berikut :
Bila pemberi tugas bukan perencana atau konsultan berhubungan dengan
pemborong, untuk itu kedudukan perencana atau konsultan adalah :
1. Sebagai perencana
2. Sebagai perencana dan direksi
Bila pemberi tugas sendiri adalah konsultan perencana, maka pemberi tugas
dapat langsung berhubungan dengan pemborong atau kontraktor sehingga
pemberi tugas merangkap juga sebagai :
14
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
1. Perencana dan direksi
2. Perencana saja dan sebagai direksi adalah arsitek atau konsultan lain
Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:
a. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor),
b. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa,
c. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan,
d. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan,
e. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan,
f. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan peerjaan yang direncanakan dengan
cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak
atas nama pemilik,
g. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi perubahan), dan
h. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Wewenang pemberi tugas adalah:
a. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing
kontraktor, dan
b. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan
secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang
ditetapkan.
2.3.2 Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan bangunan
secara lengkap baik dalam bidang arsitektur, sipil dan bangunan lain yang
melekat erat dalam pembentukan sebuah system bangunan. Konsultan perencana
memiliki hak dan kewajiban, diantaranya:
a. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana,
rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya,
b. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan,
15
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
c. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat,
d. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan, dan
e. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
2.3.3 Kontraktor
Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan berdasarkan
gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan. Kontraktor
dapat berupa perusahaan atau perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah
badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan (Ervianto,
tahun 2005: hal. 46).
a. Hak dan Kewajiban Kontraktor
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan syarat-
syarat, risalah penjelasan pekerjaan (anvulings) dan syarat-syarat
tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa,
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa,
3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat,
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan
bulanan, dan
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya
sesuai ketetapan yang berlaku.
b. Tanggung Jawab Kontraktor
1. Tanggung jawab administrasi, yaitu pemborong bertanggung jawab
terhadap hal seperti peraturan, baik yang terdapat di dalam bestek
mauoun ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berkaitan
dengan permasalahan pelaksanaan pembangunan.
2. Tanggung jawab teknis, yaitu pemborong harus mampu melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan bestek yang telah
disepakati.
3. Bertanggung jawab atas pemeliharaan bangunan yang telah ditentukan
dalam bestek ataupun disepakati dalam kontrak.
16
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
4. Bertanggung jawab terhadap mutu/kualitas pekerjaan.
5. Bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan pekerja.
c. Hubungan Kerja
Merupakan hubungan kerja kontraktor baik dengan pihak pengelola proyek
lainnya (ekstern) maupun dengan pihaknya sendiri (intern)
1. Hubungan Kerja Internal
Adalah hubungan kerja yang terjadi dalam suatu organisasi dan mengarah
pada pengelolaan manajemen sendiri. Struktur organisasi kontraktor
tergantung dari bentuk hukum badan usaha yang dimilikinya, dimana
telah mencerminkan ciri dan sifat perusahaan itu sendiri. Dalam
pengelolaan suatu perusahaan, ada beberapa macam sistem manajemen
kontrak yang digunakan, yaitu :
a) Project Management Contracts
Pada sistem ini pemilik menetapkan sebuah tim yang dipimpin oleh
Project Manager untuk mengelola proyek dari tahapan konsepsual
sampai selesai.
17
PEMILIK
KONSULTAN
PERENCANA
Diagram 2.2
Struktur Organisasi Project Management Contracts
Sumber : Manajemen Proyek, 2010
MANAJER
PROYEK
PEREKAYASA
PROYEK
KONTRAKTOR
UTAMA
SUB
KONTRAKTOR
SUB
KONTRAKTOR
SUB
KONTRAKTOR
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
b) Construction Management Contract
Cara kontrak seperti ini dilakukan pada pekerjaan konstruksi besar
dan harus dapat diselesaikan secepat mungkin. Untuk memenuhi hal
ini, maka tim organisasi Construction Management harus mantap dan
memiliki tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang mampu, aktif
serta lincah bergaul dengan para kontraktor dan dapat menjebatani
antara pemilik, perencana, dan kontraktor.
2. Hubungan Kerja Eksternal
Hubungan kerja eksternal menyangkut hubungan kerja diluar perusahaan
yang dalam proses gerak dan usahanya ada hubungan tertentu. Hubungan
tersebut antara lain berupa :
a) Hubungan Pihak Pemborong dengan Pemimpin Proyek
Hubungan ini terjadi karena adanya kontrak kerja dengan dilandasi
Surat Perjanjian Kerja (SPK), atas dasar SPK ini kemudian pimpinan
proyek memberikan tugas kepada pelaksana untuk melaksanakan
proyek yang dipimpinnya.
b) Hubungan Pihak Kontraktor dengan Konsultan Perencana
18
Diagram 2.3
Struktur Organisasi Construction Management Contracts
PEMILIK
KONSULTAN
PERENCANA
MANAJEMEN
KONSTRUKSI
KONTRAKTOR
UTAMA
SUB
KONTRAKTOR
SUB
KONTRAKTOR
SUB
KONTRAKTOR
Sumber : Manajemen Proyek Kontruksi Edisi Revisi, 2011
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Hubungan ini terjadi karena adanya proyek sesuai dengan gambar
rencana yang direncanakan perencana. Hubungan ini bersifat teknis
dan terjadi tidak secara langsung melainkan melalui direksi.
c) Hubungan Pihak Pemborong dengan Direksi
Hubungan ini bersifat teknis dan langsung terjadi di lapangan, dan
banyak hal di lapangan harus mendapat persetujuan dari direksi.
d) Hubungan Pihak Pemborong dengan Instansi Pemerintah
Hubungan ini bersifat administrasi dan teknis. Yang bersifat continue
adalah hubungan dengan instansi :
1) Instansi Pajak, Instansi PU, mengurus perijinan dan pengesahan
gambar.
2) Pemerintah Daerah Tingkat I, perpanjangan surat ijin kerja setiap
tahunnya.
e) Hubungan Pihak Pemborong dengan KBN
Hubungan ini berkaitan dengan pembayaran termin suatu proyek yang
dilaksanakan oleh pemborong.
f) Hubungan Pihak Kontraktor dengan Instansi yang bersifat rekanan
Berhubungan dengan terjadinya kontrak kerja.
Hubungan eksternal secara garis besar dapat digambarkan dalam diagram
2.4
19
Diagram 2.4
Hubungan Kerja Eksternal
PEMPINAN
PROYEK
Sumber : Manajemen Proyek Kontruksi I, 1985
KONSULTAN
PERENCANA
PEMPINAN
PROYEK
DINAS
PEKERJAAN
UMUM
DIREKSI/
PENGAWAS
KETERANGAN :: Hubungan Teknis: Hubungan Adminisratif
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
d. Proses Mendapatkan Pekerjaan
Secara proses mendapatkan pekerjaan bagi kontraktor secara singkat dapat
digambarkan dalam diagram 2.5
Pada sistem pelelangan terdapat dua jenis pelelangan yang sering dilakukan
antara lain :
1. Pelelangan Umum
Merupakan pelelangan yang dilakukan secara terbuka untuk pelelangan
bersifat umum, dapat dilakukan oleh semua kontraktor. Sedangkan harga
penawaran dilakukan secara bersama dengan penilaian terhadap
kepercayaan kualifikasi dan klasifikasi dari kontraktor.
2. Pelelangan Terbatas
Merupakan pelelangan yang dilakukan antara rekanan yang dipilih dari
daftar rekanan mampu sesuai dengan bidang usaha, ruang lingkup atau
klasifikasi kemampuannya. Pada umumnya pelelangan dilakukan karena
pekerjaan tersebut memerlukan suatu keahlian dan pengalaman tertentu
yang dimiliki oleh setiap kontraktor.
Dalam pelelangan, pekerjaan yang akan dilaksanakan diumumkan melalui
media massa atau ditawarkan kepada beberapa pemborong yang diundang
20
Diagram 2.5
Proses Mendapatkan Pekerjaan
PRA
KUALIFIKASI
PERSIAPAN
LELANG
PENGUMUMAN
LELANG
PELELANGANEVALUASI
TENDER
PENJELASAN
PROYEK
KONTRAKPENETAPAN
PEMENANGPELAKSANAAN
Sumber : Manajemen Proyek Kontruksi I, 1985
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
dalam suatu pelelangan. Pada proses pelelangan, tahapan yang dilakukan
adalah :
a) Prakualifikasi
Prakualifikasi biasanya dilakukan oleh pemerintah daerah atau instansi
yang memiliki proyek. Kontraktor yang ikut dalam prakualifikasi suatu
proyek harus menyerahkan keterangan yang berisi :
Permohonan ikut prakualifikasi
Akte notaris pendirian perusahaan
Surat ijin usaha yang masih berlaku
Surat pengalaman kerja
Daftar personalia
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Neraca perusahaan terakhir
Daftar peralatan yang dimiliki
Status perusahaan (pribumi atau asing)
Referensi bank
Dukungan Bank
b) Penjelasan Lelang atau Aanwijzing
Hal-hal yang disampaikan saat aanwijzing adalah pemberian penjelasan
kepada pihak-pihak yang lulus prakualifikasi sehubungan dengan teknis
pelaksanaan dan masalah administrasi.
c) Penawaran (Pembukaan Pelelangan)
Setelah aanwijzing maka penawaran untuk penetapan kontraktor yang
akan menangani proyek diadakan oleh panitia pelelangan. Dalam
penawaran ini pemborong mengajukan penawaran tentang pembiayaan
proyek secara tertutup, dari pihak kontraktor ada yang merasa dirugikan
atau tidak puas dengan keputusan yang diambil panitia lelang tentang
penentuan pemenang maka dapat diajukan sanggahan dalam waktu enam
hari setelah keputusan calon pemenang.
Jika enam hari setelah penetapan calon pemenang tidak ada sanggahan
dari peserta lelang, maka panitia lelang mengeluarkan surat penunjukkan
serta Surat Perintah Kerja (SPK) sebagai tanda bahwa pekerjaan dapat
21
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
dimulai. Kemudaian disusul dengan dikeluarkannya Surat Perjanjian
Kerja (Kontrak) yang berisi :
Besarnya harga borongan
Pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan
Sanksi yang harus ditanggung oleh kontraktor bila terjadi
keterlambatan kerja karena kerja karena kesalahan dari pihak
kontraktor
Sistem angsuran pembayaran biaya proyek
Disamping melalui proses pelelangan, pekerjaan juga bisa didapat melalui
penunjukkan langsung oleh pemilik yang memberi kepercayaan langsung
pada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
2.3.3.1 Jenis-Jenis Kontraktor
Secara umumnya kontraktor dapat dibagi menjadi tiga kategori utama
yaitu :
a. Kontraktor Utama (main contractor)
Seorang atau perusahaan yang ahli, berpengetahuan dan
berpengalaman dalam bidang pengerjaan konsrtuksi dan penanganan
proyek. Kontraktor utama inilah yang akan menandatangani kontrak
kerja dengan pengembang (developer) untuk membangun rumah,
atau keperluan lain, sesuai permintaan pengemban yang disepakati
dalam kontrak kerja.
Dalam melaksanakan tugasnya, kontraktor utama dapat mengerjakan
sendiri proyek tersebut atau melimpahkan sebagian pekerjan kepada
kotraktor lain selaku subkontraktor.
b. Domestik Kontraktor (domestic contractor)
Domestik kontraktor terdiri dari berbagai jenis kontraktor yang
melakukan pekerjaan sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Domestik kontraktor dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Subkontraktor kerja atau biasa dikenal sebagai subkontraktor
bahan dan buruh. Subkontraktor ini bertugas mengurus
ketersediaan bahan dan buruh yang terlibat dalam sebuah
proyek.
22
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
2. Subkontraktor bahan bertugas menyediakan bahan-bahan yang
akan digunakan untuk suatu proyek. Subkontraktor bahan ini
biasanya dipilih oleh owner sendiri.
3. Subkontraktor buruh bertugas menyediakan buruh untuk
melaksanakan pekerjaan proyek bangunan. Subkontaktor buruh
inilah yang menggolongkan pekerja menjadi pekerja yang
mahir, cukup mahir dan kurang mahir.
c. Subkontraktor Bernama
Subkontraktor ini secara efektif sama dengan subkontraktor
domestic. Subkontraktor ini adalah subkontraktor yang melakukan
kontrak dengan kontraktor utama untuk memberikan material, barang
atau pelaksanaan pekerjaan yang beruhubungan dengan utilitas.
(Setiawan, 2010: 16).
Subkontraktor bernama ini biasanya melakukan pekerjaan mekanikal
dan elektrikal, seperti :
1. Sistem bekalan air
2. Sistem hawa dingin
3. Lift dan Escalator
4. Sistem pencegah kebakaran
5. Sistem pemasangan elektrik
2.3.3.2 Badan Usaha yang Menaungi Kontraktor
a. PT (Perseroan Terbatas)
Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschap
(NV), adalah suatu badan hukum untuk menjalankan usaha yang
memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki
bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri
dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan
kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan
perusahaan.
Perseroan terbatas dibagi menjadi tiga, yaitu:
23
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
1. PT Terbuka
Perseroan terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual
sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal (go public).
Jadi sahamnya ditawarkan kepada umum, diperjual belikan
melalui bursa saham
2. PT Tertutup
Perseroan terbatas tertutup adalah perseroan terbatas yang
modalnya berasal dari kalangan tertentu misalnya pemegang
sahamnya hanya dari kerabat dan keluarga saja atau orang
kalangan terbatas dan tidak dijual kepada umum.
3. PT Kosong
Perseroan terbatas kosong adalah perseroan yang sudah ada izin
usaha dan izin lainnya tapi tidak ada kegiatannya.
b. CV (Persekutuan Komanditer)
Persekutuan komanditer adalah suatu persekutuan yang didirikan
oleh seorang atau beberapa orang yang mempercayakan uang atau
barang kepada seorang atau beberapa orang yang menjalankan
perusahaan dan bertindak sebagai pemimpin.
Berdasarkan pengertian di atas, sekutu dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Sekutu aktif atau sekutu komplementer, adalah sekutu yang
menjalankan perusahaan dan berhak melakukan perjanjian
dengan pihak ketiga. Pada sekutu aktif semua kebijakan
perusahaan dijalankan oleh sekutu aktif. Sekutu aktif sering
juga disebut sebagai persero kuasa atau persero pengurus.
2. Sekutu pasif atau sekutu komanditer, adalah sekutu yang hanya
menyertakan modal dalam persekutuan. Jika perusahaan
menderita rugi, mereka hanya bertanggung jawab sebatas
modal yang disertakan dan begitu juga apabila untung, uang
mereka memperoleh terbatas tergantung modal yang mereka
berikan. Status Sekutu Komanditer dapat disamakan dengan
seorang yang menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang
hanya menantikan hasil keuntungan dari inbreng yang
24
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
dimasukan itu, dan tidak ikut campur dalam kepengurusan,
pengusahaan, maupun kegiatan usaha perusahaan. Sekutu ini
sering juga disebut sebagai persero diam.
a) Jenis-Jenis CV
Berdasarkan perkembangannya, bentuk perseroan
komanditer adalah sebagai berikut :
1) Persekutuan Komanditer Murni
Bentuk ini merupakan persekutuan komanditer yang
pertama. Dalam persekutuan ini hanya terdapat satu
sekutu komplementer, sedangkan yang lainnya adalah
sekutu komanditer.
2) Persekutuan Komanditer Campuran
Bentuk ini umumnya berasal dari bentuk firma bila
firma membutuhkan tambahan modal. Sekutu firma
menjadi sekutu komplementer sedangkan sekutu lain
atau sekutu tambahan menjadi sekutu komanditer.
3) Persekutuan Komanditer Bersaham
Persekutuan komanditer bentuk ini mengeluarkan
saham yang tidak dapat diperjualbelikan dan sekutu
komplementer maupun sekutu komanditer mengambil
satu saham atau lebih. Tujuan dikeluarkannya saham
ini adalah untuk menghindari terjadinya modal beku
karena dalam persekutuan komanditer tidak mudah
untuk menarik kembali modal yang telah disetorkan.
c. Firma
Firma atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan
untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan
memakai nama bersama.Pemilik firma terdiri dari beberapa orang
yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan
menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta
pendirian perusahaan.
25
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
2.3.3.3 Persyaratan Kontraktor
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, bahwa suatu kontraktor dianggap sah apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) yang diterbitkan
oleh pemerintah kabupaten/kota tempat domisili penyedia jasa.
b. Mempunyai Sertifikasi Badan Usaha (SBU) yang diterbitkan oleh
lembaga pengembangan jasa konstruksi
c. Mempunyai sertifikasi tenaga ahli/terampil yang diterbitkan oleh
lembaga pengembangan jasa konstruksi
d. Untuk pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi/kompleks,
kontraktor atas rekomendasi pejabat eselon 1 dapat menambahkan
persyaratan memiliki sertifikasi manajemen mutu ISO. Persyaratan
ini harus ditetapkan pada awal proses pengadaan.
2.3.4 Pengawas
Pihak terakhir yang biasa terlibat dalam suatu proyek adalah pengawas
a. Pengertian Pengawas
Pengawas merupakan badan hukum atau perorangan yang ditunjuk oleh
pemilik proyek untuk mengawasi jalannya pelaksannan pekerjaan oleh
kontraktor. Konsultan pengawas ini harus sudah ditunjuk sebelum rapat
penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).
Pengawasan dilakukan dengan berita lisan, berita berbentuk laporan tertulis
ataupun melalui pandangan matanya sendiri. Mengadakan check dan recheck,
review, evaluasi kemajuan pekerjaan, dan tinjauan terhadap tolak ukur yang
ada. Adapun tujuan pekerjaan pengawasan yang sistematis terhadap kegiatam
di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan bilamana terdapat
kekurangan, dan harus dikembangkan sasaran jangka pendek dan
program kerja untuk mengatasinya.
2. Memastikan pekerjaan pengawasan berjalan secara benar sehingga
peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.
3. Mengamankan biaya yang sudah dianggarkan oleh manajer proyek dan
atasannya tidak dilampaui.
26
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Dalam pekerjaan pengawasan suatu proyek pembangunan terdapat beberapa
langkah-langkah awal yang berperan penting antara lain :
1. Menetapkan tolak ukur yang akan digunakan.
2. Mengukur prestasi kerja.
3. Membandingkan dengan prestasi yang seharusnya atau tolak ukur yang
ada.
4. Menanggulangi terhadap prestasi yang kurang cukup atau tidak
memenuhi persyaratan.
b. Persyaratan Direksi
Persyaratan direksi atau konsultan pengawas yang sah di dalam menangani
suatu proyek ditentukan berdasarkan atas :
1. Pengalaman perusahaan.
2. Memiliki peralatan dan perlengkapan.
3. Kelengkapan personalia baik kualitas maupun kuantitas.
4. Memiliki kekayaan bersih.
5. Memiliki nama perusahaan yang tetap.
6. Memiliki akte dan surat pendirian yang sah.
7. Status perusahaan jelas.
8. Memiliki kantor dan alamat tetap.
9. Memiliki surat ijin usaha yang sah
c. Klasifikasi dan Kualifikasi Direksi
Klasifikasi dan kualifikasi direksi menurut Kepres No. 80 Tahun 2003,
bahwa :
1. Klasifikasi
Kegiatan klasifikasi adalah kegiatan menggolongkan perusahaan jasa
konsultan menurut bidang, sub bidang, dan lingkup pekerjaan.
a) Klasifikasi menurut bidang
Bidang pekerjaan umum. Bidang transportasi, bidang pariwisata, pos
dan telekomunikasi, bidang pertanian, bidang perindustrian, bidang
pertambangan dan energi serta bidang lainnya.
b) Klasifikasi menurut subbidang
27
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Bangunan gedung dan bangunan pabrik, teknik lingkungan, jalan dan
jembatan, bendungan dan waduk, sungai, rawa dan pantai, perumahan
dan pemukiman.
c) Klasifikasi menurut lingkup pekerjaan
Perencanaan umum, jasa survey, studi kelayakan, perencanaan teknik,
pengwasan, manajemen dan penelitian.
2. Kualifikasi
Kegiatan kualifikasi konsultan pengawas adalah penilaian serta
penggolongan konsultan pengawas menurut tingkat kemampuan dasar
atau profesionalisme didasarkan atas :
Penilaian Tenaga Ahli dilakukan sebagai berikut :
a) Kualifikasi Pendidikan
Nilai faktor yang diberikan (F1) :
Sarjana (Strata 1, Strata 2, dan Strata 3), atau yang setara = 1,0
Sarjana Muda (D3), atau yang setara = 0,5
b) Lama Waktu (pengalaman kerja profesional)
Nilai faktor yang diberikan (F2) :
> 8 tahun = 1,0
< 8 tahun = 0,5
c) Profesi atau Keahlian
Nilai faktor yang diberikan (F3) :
Sesuai dengan bidang atau subbidang paket pekerjaan = 1,0
Tidak sesuai = 0
Cara penilaian terhadap Tenaga Ahli tetap perusahaan dihitung
berdasarkan perkalian semua faktor (F1 x F2 x F3).
d. Ruang Lingkup Pekerjaan Pengawas
Kegiatan pengawasan dilaksanakan oleh wakil dari pemilik terhadap
pelaksanaan konstruksi di lapangan untuk melaporkan kepada pihak pemilik
bahwa biaya yang dikeluarkan telah menghasilkan bangunan fisik yang
dikehendaki oleh pihak pemilik sesuai dengan yang telah dinyatakan dalam
bentuk gambar dan tertulis.
Ruang lingkup pekerjaan pengawas adalah meliputi pengawasan dalam hal
memberi petunjuk dan pengarahan-pengarahan terhadap kontraktor yang
28
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
menangani pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang diawasi adalah menyangkut
pengawasan pekerjaan teknis dan administrasi, sejak dimulainya pelaksanaan
proyek sampai penyerahan akhir pekerjaan.
Dalam pekerjaan pengawasan terhadap beberapa bidang-bidang sasaran
kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan di lapangan yaitu
meliputi :
a. Pencapaian target kemajuan fisik.
b. Pencapaian target keuangan.
c. Pengadaan dan pembelian bahan, barang dan peralatan.
d. Penempatan dan peranan, subkontraktor, perencana dan kontrol.
e. Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektifitas dan
efesiensi kerja lapangan.
f. Pemantapan kerja sama antar pekerja proyek dari seluruh bagian atau
departemen.
g. Hubungan dengan pihak pemilik.
e. Kewajiban dan Hak Pengawas
1. Kewajiban Pengawas
Tugas utama seorang pengawas lapangan dari pihak pemilik adalah
mengamankan pihak pemilik bahwa uang yang dikeluarkan untuk biaya
proyek dimaksud kepada kontraktor menghasilkan bangunan fisik yang
dikehendaki oleh pemilik sesuai dengan apa yang telah dinyatakan dalam
bentuk gambar dan bentuk tertulis (spesifikasi tertulis atau RKS). Secara
keseluruhan kewajiban pengawaas meliputi :
1. Mengawasi laju pekerjaan konstruksi dari segi kualitas serta kuantitas
pelaksanaannya.
2. Mengawasi pekerja serta produknya, mengawasi ketepatann waktu,
dan biaya pekerjaan konstruksi.
3. Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-
penyesuaian yang terjadi selama pekerjaan konstruksi.
4. Menyusun berita acara : persetujuan kemajuan pekerjaan untuk
pembayaran angsuran, pemeliharaan pekerjaan, serah terima I dan II
pekerjaan konstruksi.
29
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
5. Mengadakan gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan (as built drawings)
6. Menyusun daftar kekurangan-kekurangan dan cacat-cacat selama
waktu pemeliharaan.
7. Mengawasi dan meneliti pekerjaan yang masih kurang atau perlu
diperbaiki dalam masa pemeliharaan.
8. Menyusun laporan pengawasan bersama kontraktor, yang terdiri atas :
Laporan harian
Laporan mingguan
Laporan bulanan
Berita acara rapat lapangan
Buku harian direksi
Foto-foto pelaksanaan
Time schedule pelaksanaan (realisasi)
Laporan cuaca
Shop drawing
2. Hak Pengawas
Adapun hak-hak pengawas adalah sebagai berikut :
a) Mempunyai kekuasaan penuh untuk menegur dan memberikan
peringatan serta pengarahan apabila terjadi penyimpangan dalam
pelaksanaan teknis dilapangan yang dilakukan oleh kontraktor.
b) Dapat mengambil keputusan apabila terjadi keragu-raguan dari
pelaksanaan terhadap gambar bestek yang dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan pekerjaan.
c) Mempunyai kekuasaaan penuh untuk mengambil keputusan terhadap
kekeliruan pada gambar bestek yang dilakukan oleh perencana.
d) Berperan sebagai penghubung antara pihak pelaksana atau kontraktor
dengan pemberi tugas atau bowneer/bohir.
f. Pelaksanaan Pengawasan
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pengawasan
pelaksanaan konstruksi proyek adalah sebagai berikut :
1. Jadwal Aktivitas Kerja
30
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Merupakan pengawasan terhadap kesesuaian time schedule yang telah
disusun dengan waktu pelaksanaan dilapangan sebagai acuan dalam
alokasi target tiap item pekerjaan. Ada beberapa sistem yang digunakan
dalam pembuatan jadwal rencana kerja pelaksanaan di lapangan yaitu
meliputi :
Diagram bambu
Diagram garis
Teknik jaringan kerja
Kurva-S
Diagram skala waktu
Beberapa cara tersebut dikombinasikan, misalnya pembuatan master
network plan cocok untuk kontrol jadwal proyek, sedangkan diagram
blok dan diagram garis dapat dipergunakan untuk aktivitas yang lebih
mendetail dan terperinci.
2. Tata Letak dan Ukuran Konstruksi
Merupakan pengawasan kesesuaian koordinat dan ukuran perencanaan
pada pelaksanaannya. Aspek ini mencakup dimana bangunan tersebut
harus dibangun, koordinat dan level sudah sesuai dengan rencana.
Seorang pengawas wajib meningkatkan pengawasan untuk mencegah
“pencurian-pencurian” ukuran. Pekerjaan yang telah selesai namun tidak
cocok dengan bestek mempunyai resiko harus dibongkar.
3. Kualitas Pekerjaan
Merupakan diterima atau tidaknya hasil pekerjaan. Produk atau bahan
dari alam maupun produk artificial, semua persyaratan terhadap
spesifikasi yang telah ditentukan dalam dokumen kontrak. Batasan
toleransi dapat diungkapkan kepada pihak kontraktor atau dapat pula
diatur secara perjanjian tertulis, dimana pada periode tertentu batasan
toleransi tersebut ditinjau kembali.
4. Administrasi Lapangan
Merupakan laporan periodik secara tertulis sebagai bahan pertemuan dan
pada dasarnya ada beberapa bagian tata usaha administrasi yang perlu
ditangani :
31
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
a) Meninjau dan menginterprestasikan gambar-gambar kerja dan
membuat koreksi seperlunya.
b) Mendokumentasikan pekerjan tambah dan pekerjaan kurang,
membuat laporan kemajuan pekerjaan secara berkala.
c) Memeriksa dan menyetujui permintaan pembayaran angsuran,
mengadakan inspeksi total sebelum berita acara penyerahan.
d) Mengatur segala sesuatunya menjelang penyerahan akhir dan tindak
lanjut pada masa waktu pemeliharaan.
5. Keselamatan Kerja
Merupakan pencegahan terhadap bahaya kecelakaan yang dapat
mempengaruhi kondisi prestasi kerja dan biaya proyek. Pencegahan
kerusakan perlu diperhatikan di dalam manajemen konstruksi, tidak
hanya meemperhatikan keselamatan manusia tetapi juga terhadap kondisi
kerja yang mempengaruhi prestasi kerja dan akhirnya terhadap biaya
proyek. Secara umum ada beberapa prinsip dasar yang dapat
dipergunakan pada setiap lokasi pekerjaan misalnya :
a) Memakai mesin dan peralatan yang baik.
Mempergunakan mesin atau peralatan yang sesuai dengan instruksi
pembuatannya atau pabriknya dan tidak membebani lebih dari
kapasitasnya.
b) Bekerja dengan teratur, hati-hati dan tidak simpang siur.
Meyakinkan diri bahwa semua instruksi harus diberikan secara
singkat, jelas, dan mudah dimengerti.
c) Tidak memperkenankan pekerja melakukan kegiatannya ditempat
yang berbahaya tanpa alat pelindung/pengaman yang tepat.
Memakai pertimbangan yang logis sebelum menugaskan suatu
aktivitas kepada bawahan.
d) Mengadakan pengecekan dan pengecekan ulang, apakah semua
instruksi yang diberikan sudah ditaati.
g. Hubungan Kerja
Sama halnya dengan kontraktor, direksi juga mempunyai hubungan internal
dan eksternal seperti yang diuraikan sebagai berikut :
1. Hubungan Kerja Internal
32
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Hubungan kerja intern adalah hubungan kerja yang terjadi didalam
lingkungan kerja suatu organisasi iru sendiri. Hubungan kerja ini meliputi
hubungan kerja :
a) Pimpinan
Bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan pekerjaan dan
menghubungi serta mencari relasi untuk menambah income
perusahaan dengan mendapatkan pekerjaan.
b) Kepala Bagian Administrasi
Bertangggung jawab terhadap pimpinan dalam hal hubungan dan
penyelesaian surat-menyurat, perlengkapan, penagihan serta
melakukan pembayaran.
c) Kepala Bagian Perencanaan
Bertanggung jawab kepada pimpinan dalam hal perencanaan, gambar
bestek dan RAB.
d) Kepala Bagian Pengawasan
Bertanggung jawab pada pimpinan mengenai perkembangan
pengawasan di lapangan, serta mampu memberikan usulan-usulan
pemecahan kepada atasannya.
e) Pengawas Lapangan
Bertanggung jawab atau mewakili selaku pengawas di lapangan,
secara rutin melakukan pengawasan terhadap pekerjaan di lapangan.
Menyelesaikan administrasi proyek baik kemajuan pekerjaan serta
menandatangani berita acara pemeriksaan pekerjaan.
33
Diagram 2.6
Hubungan Internal Direksi
PEMPINAN
Sumber : Manajemen Proyek, 2010
KABAG
PENGAWAS
KABAG
PERENCANA
KABAG
ADMINISTRASI
PENGAWAS
LAPANGAN
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
2. Hubungan Kerja Eksternal
Hubungan kerja ekstern adalah hubungan yang terjadi antara pihak dari
dalam suatu organisasi dengan pihak luar yang berkaitan dan dalam
hubungan kerja dengan organisasi yang bersangkutan. Hubungan tersebut
terjadi diantara :
a) Pimpinan Proyek
Pimpinan proyek memberikan tugas kepada direksi untuk mengawasi
pelaksanaan proyek yang sedang berlangsung, serta ikut untuk
mengawasi pelaksanaan proyek yang sedang berlangsung, serta ikut
bertanggung jawab terhadap proyek yang sedang dipimpinnya.
b) Bimbingan Tenaga Pengawas (BTP)
Suatu tim yang terdiri dari :
Unsur pemegang mata anggaran
Unsur teknik pemerintah yang berkompeten
Konsultan Pengawas dan Perencana
Hubungan kerja eksternal menyangkut hubungan kerja pihak direksi atau
pihak lainnya, yang memiliki keterlibatan dalam proyek tersebut, dapat
digambarkan dalam diagram 2.7 berikut.
34
Diagram 2.7
Hubungan Eksternal Direksi
Sumber : Manajemen Proyek, 2010
PIMPINAN
PROYEKPERENCANA
TIM DIREKSI
BTP/PU
PENGAWAS/
DIREKSI
KONTRAKTOR
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
h. Cara Mendapatkan Pekerjaan
Pengadaan barang/jasa pemborongan dan jasa lainnya dilakukan secara
terbuka untuk umum dengan pengumuman secara luas melalui media cetak
dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum serta juka
memungkinkan melalui media elektronik, sehingga masyarakat luas/dunia
usaha yang berminay dan memenuhi syarat dapat mengikutinya. Pengadaan
barang/jasa pemborongan dan jasa lainnya dilaksanakan melalui :
1. Pelelangan
Merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan kebutuhan
barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara
penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan
metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkam dan diikuti oleh
pihak-pihak terkait secara taat azas sehingga terpilih penyedia jasa
terbaik.
2. Pemilihan Langsung
Apabila cara pelelangan sulit dilaksanakan atau tidak menjamin
pencapaian sasaran, dilaksanakan dengan cara membandingkan
penawaran dari beberapa penyedia barang/jasa yang meemnuhi syarat
melalui permintaan harga ulang (price quotation) atau permintaan teknis
dan harga serta dilakukan negosiasi secara bersaing, baik dilakukan untuk
teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara
teknis dapat dipertanggungjawabkan.
3. Penunjukan Langsung
Merupakan pengadaan barang/jasa yang penyedia barang/jasanya
ditentukan oleh kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagian
proyek/pejabat yang disamakan ditunjuk dan diterapkan untuk :
a) Pengadaan barang/jasa yang berskala kecil.
b) Pengadaan barang/jasa yang setelah dilakukan Pelelangan Ulang
hanya 1 (satu) peserta yang memenuhi syarat.
c) Pengadaan yang bersifat mendesak/khusus setelah mendapat
persetujuan dari Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non
Departemen/Gubernur/Bupati/Walikota/Direksi BUMN/BUMD.
d) Penyedia barang/jasa tunggal.
35
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
4. Swakelola
Merupakan pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan
diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri, atau
upah borongan tenaga.
2.4 Pelaksanaan dan Pengawasan Proyek
Pengawasan proyek atau supervisi proyek meliputi pengawasan pekerjaan di
lapangan, kontrol, dan inspeksi. Pengawasan bisa dilakukan dari level top manager
sampai mandor di lapangan, sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing yang harus
diawasi.
Langkah-langkah penting dalam pekerjaan pengawasan proyek yaitu
menerapakan tolak ukur yang akan digunakan, mengukut prestasi kerja, melakukan
perbandingan antara prestasi kerja dengan tolak ukur yang telah ditentukan sebelumnya,
menanggulangi terhadap prestasi yang tidak memenuhi persyaratan.
2.4.1 Pedoman dalam Melaksanakan Pekerjaan
Pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan terdiri dari dokumen-dokumen sebagai
berikut :
a. Pedoman yang bersifat khusus
1. Dokumen Kontrak
Gambar rencana, gambar detail yang digunakan sebagai dasar
pelelangan dan gambar kerja tambahan.
Rencana kerja dan syarat-syarat yang berisi persyaratan umum,
persyaratan teknis pelaksanaan, persyaratan administrasi dan
penggunaan bahan.
Surat penawaran dan lampiran kontrak.
Surat Perjanjian Kerja
2. Program Kerja
Time Schedule
Struktur organisasi pelaksana pekerjaan
Rencana dan metode kerja
Perencanaan sumber daya
3. Surat Perintah Kerja
36
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Surat Perintah Kerja berisi tentang petunjuk dan perintah dari pemberi
tugas sebagai pihak pertama kepada kontraktor sebagai pihak kedua.
b. Pedoman yang bersifat umum sesuai standar yang berlaku :
1. Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan Pemerintah Republik
Indonesia.
2. Peraturan dari Majelis Indonesia untuk Arbritrase Teknis.
3. Peraturan Umum unutk Bahan Bangunan Indonesia (PUBB).
4. Peraturan-peraturan Dewan Teknik Pembangunan Indonesia.
5. Peraturan Syarat Umum 41 terbitan dari Departemen Pekerjaan Umum.
6. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971.
7. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1977.
8. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) tahun 1970.
9. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) tahun 1970.
10. Pedoman Plambing Indonesia tahun 1961.
11. Peraturan Cat Indonesia.
12. Peraturan Umum dari Dinas Tenaga Kerja.
13. Peraturan-peraturan setempat seperti Peraturan Daerah Bali tentang
ketinggian bangunan dan sempadan.
2.4.2 Pelaksanaan Konstruksi
a. Pelaksanaan konstruksi merupakan tahap pelaksanaan mendirikan,
memperbaiki, dan atau memperluas bangunan gedung negara dilakukan
dengan menggunakan penyedia jasa pelaksana konstruksi, yang merupakan
badan hukum yang kompeten.
b. Pelaksanaan konstruksi fisik dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan
yang telah disusun oleh perencana konstruksi, dengan segala tambahan dan
perubahannya pada penjelasan waktu pelelangan, serta ketentuan teknis
(pedoman dan standar teknis) yang berlaku.
c. Pelaksanaan pekerjaan alat konstruksi fisik harus memperhatikan kualitas
masukan (bahan, tenaga dan alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan
pekerjaan) dan kualitas hasil pekerjaan. Kecuali terjadi perubahan pekerjaan
yang disepakati dan dicantumkan dalam berita acara, ketidaksesuaian hasil
pekerjaan dengan rencana teknis yang telah ditetapkan harus dibongkar dan
disesuaikan.
37
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
d. Pelaksanaan konstruksi fisik harus mendapatkan pengawasan dari penyedia
jasa pengawas konstruksi atau penyedia jasa manajemen konstruksi.
e. Pelaksana pekerjaan konstruksi fisik juga harus memperhatikan ketentuan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berlaku.
f. Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah :
1. Bangunan gedung negara yang sesuai dengan dokumen untuk
pelaksanaan konstruksi.
2. Dokumen Pelaksanaan Pembangunan, yang meliputi :
Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built drawings).
Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan
konstruksi fisik, termasuk Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Kontrak pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik, pekerjaan
pengawasan beserta segala perubahan/addendumnya.
Laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama pelaksanaan
konstruksi fisik, laporan akhir manajemen konstruksi/pengawasan,
dan laporan akhir pengawasan berkala.
Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang, serah
terima I dan II, pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi fisik.
Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan
pelaksanaan konstruksi fisik.
Manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, termasuk
petunjuk yang menyangkut pengoperasian dan perawatan peralatan
dan perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan.
3. Dokumen Pendaftaran Bangunan Gedung Negara.
g. Penyusunan Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan dan Berita Acara
Kemajuan Pekerjaan/Serah Terima Pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi
maupun Pengawasan Konstruksi mengikuti ketentuan yang tercantum dalam
Keppres tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
Pedoman/Petunjuk Teknis pelaksanaannya.
2.4.3 Pengawasan Lapangan (Site Supervision)
Pedoman saat Surat Perintah Kerja (SPK) diterima oleh kontraktor yang
ditunjuk sebagai pemenang lelang, aktivitas pekerjaan berangsur-angsur tampak
38
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
di lapangan. Pihak pemilik juga mengirimkan resident engineer yang berperan
sebagai wakil pemilik. Peranan resident engineer sangat menentukan dalam
penentuan suatu keputusan, khususnya apabila dalam suatu lokasi proyek
terdapat beberapa kontraktor yang bekerja bersama-sama. Pola pelaksanaan
supervisi dari pihak pemilik dan pihak kontraktor terhadap proyek tidak jauh
berbeda. Bila terdapat subkontraktor yang bekerja, maka perana pengawas
lapangan sebuah kontraktor adalah sama dengan pengawasan dari pihak pemilik
adalah mengamankan pihak pemilik bahwa dana yang dikeluarkan dan diberikan
kepada pihak kontraktor menghasilkan bangunan fisik yang dikehendaki oleh
pemilik sesuai dengan pernyataan dalam bentuk tertulis (spesifikasi teknis).
Pada prinsipnya terdapat lima aspek yang diperhatikan dalam supervisi
proyek, khususnya yang harus dilakukan para pemborong untuk menghasilkan
pekerjaan yang baik dengan penyelesaian sesuai jadwal, antara lain jadwal
aktivitas kerja, tata letak dan ukuran-ukuran konstruksi, kualitas pekerjaan,
administrasi lapangan, dan keselamatan kerja (safety).
2.4.4 Kontrol Sistematis Terhadap Kegiatan di Lapangan (Pengawasan)
Dalam konteks yang lebih luas, pekerjaan supervisi juga mengemban
fungsi kontrol manajemen proyek konstruksi. Sebelum memeriksa hasil
pekerjaan, juga diperlukan pemeriksaan terhadap persiapan kerja. Pengawas
lapangan hendaknya mengerti bagaimana cara menetapkan sistem kontrol yang
baik di lapangan.
Kontrol sistematis terhadap kegiatan di lapangan meliputi tiga tujuan yaitu :
a. Meninjau hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang kegiatan
pokok secara periodik. Bilamana terdapat kekurangan yang terjadi, maka
harus dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja untuk
mengatasinya.
b. Memastikan bahwa pekerjaan pengawasan berjalan secara benar sehingga
peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi seatu kesalahan.
c. Mengamankan bahwa biaya yang telah dianggarkan oleh manajer proyek
tidak terlampaui. Informasi keuangan dari laporan proyek dapat memberikan
indikasi pelaksanaan proyek di lapangan dan segi pengeluaran biaya.
Bidang sasaran kegiatan pokok yang dikontrol pada waktu peninjauan lapangan
yaitu :
39
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
a. Pencapaian target kemajuan fisik.
b. Pencapaian target keuangan.
c. Pengadaan dan pembelian barang, bahan, dan peralatan.
d. Penempatan dan peranan subkontraktor, perencanaan dan kontrol.
e. Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan
efesiensi kerja lapangan.
f. Pemantapan kerja sama antar pekerja proyek dari seluruh bagian/departemen.
g. Hubungan dengan pihak pemilik.
Dengan mengetahui keadaan dan permasalahan yang terjadi, maka
langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi permasalahan akan lebih tepat
dan efektif. Kontrol seperti ini seringkali diterapkan oleh pihak pemborong
bilamana proyek tersebut sangat besar dan memiliki nilai tinggi.
2.4.5 Kunjungan Lapangan (Site Visit)
Frekuensi kunjungan ke lapangan tergantung pentingnya keadaan di
lapangan, dengan kunjungan secara mingguan ataupun secara bulanan. Frekuensi
kunjungan juga dapat bergantung pada tahapan perkembangan fisik di lapangan,
tuntutan pihak pemilik dan kemampuan serta pengalaman dari manajer pengelola
proyek beserta timnya. Hal-hal positif yang didapat dengan cara kunjungan ke
lapangan oleh pimpinan perusahaan kontraktor dari pusat yaitu :
a. Kejelasan perkembangan posisi kontrak dengan pihak pemilik.
b. Pihak lapangan merasakan dukungan tindakan dari pusat, apabila proyek di
lapangan membutuhkan, misalnya dengan tenaga ahli dari pusat maupun
bantuan lainnya.
2.4.6 Hak dan Kewajiban Pengawas
a. Hak Pengawas
Adapun hak-hak sebagai pengawas adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai kekuasaan penuh untuk menegur dan memberi peringatan
serta pengarahan apabila terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan teknis
di lapangan yang dilakukan oleh kontraktor.
2. Dapat mengambil keputusan apabila terjadi keragu-raguan dari
pelaksanaan terhadap gambar bestek yang dijadikan pedoman dalam
melaksanakan pekerjaan.
40
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
3. Mempunyai kekuasaan penuh untuk mengambil keputusan terhadap
kekeliruan terhadap gambar bestek yang dilakukan oleh perencana.
4. Berperan sebagai penghubung antara pihak pelaksana atau kontraktor
dengan pemberi tugas atau bowneer/bohir.
b. Kewajiban Pengawas
Tugas utama seorang pengawas lapangan dari pihak pemilik adalah
mengamankan pihak pemilik bahwa uang yang dikeluarkan untuk biaya
proyek dimaksud kepada kontraktor menghasilkan bangunan fisik yang
dikehendaki oleh pemilik sesuai dengan apa yang telah dinyatakan dalam
bentuk gambar dan bentuk tertulis (spesifikasi tertulis atau RKS). Secara
keseluruhan kewajiban pengawaas meliputi :
1. Mengawasi laju pekerjaan konstruksi dari segi kualitas serta kuantitas
pelaksanaannya.
2. Mengawasi pekerjaan serta produknya, mengawasi ketepatann waktu, dan
biaya pekerjaan konstruksi.
3. Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-
penyesuaian yang terjadi selama pekerjaan konstruksi.
4. Menyusun berita acara : persetujuan kemajuan pekerjaan untuk
pembayaran angsuran, pemeliharaan pekerjaan, serah terima I dan II
pekerjaan konstruksi.
5. Mengadakan gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan (as built drawings)
6. Menyusun daftar kekurangan-kekurangan dan cacat-cacat selama waktu
pemeliharaan.
7. Mengawasi dan meneliti pekerjaan yang masih kurang atau perlu
diperbaiki dalam masa pemeliharaan.
8. Menyusun laporan pengawasan bersama kontraktor, yang terdiri atas :
Laporan harian
Laporan mingguan
Laporan bulanan
Berita acara rapat lapangan
Buku harian direksi
Foto-foto pelaksanaan
41
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Time schedule pelaksanaan (realisasi)
Laporan cuaca
Shop drawing
2.4.7 Ruang Lingkup Pekerjaan Direksi/Pengawas
Kegiatan pengawasan dilaksanakan oleh wakil dari pemilik terhadap
pelaksanaan konstruksi di lapangan untuk melaporkan kepada pihak pemilik
bahwa biaya yang dikeluarkan telah menghasilkan bangunan fisik yang
dikehendaki oleh pihak pemilik sesuai dengan yang telah dinyatakan dalam
bentuk gambar dan tertulis.
Ruang lingkup pekerjaan pengawas adalah meliputi pengawasan dalam
hal memberi petunjuk dan pengarahan-pengarahan terhadap kontraktor yang
menangani pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang diawasi adalah menyangkut
pengawasan pekerjaan teknis dan administrasi, sejak dimulainya pelaksanaan
proyek sampai penyerahan akhir pekerjaan.
Dalam pekerjaan pengawasan terhadap beberapa bidang-bidang sasaran kegiatan
pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan di lapangan yaitu meliputi :
a. Pencapaian target kemajuan fisik.
b. Pencapaian target keuangan.
c. Pengadaan dan pembelian bahan, barang dan peralatan.
d. Penempatan dan peranan, subkontraktor, perencana dan kontrol.
e. Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektifitas dan
efesiensi kerja lapangan.
f. Pemantapan kerja sama antar pekerja proyek dari seluruh bagian atau
departemen.
g. Hubungan dengan pihak pemilik.
2.4.8 Pelaksanaan Pengawasan
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pengawasan
pelaksanaan konstruksi proyek adalah sebagai berikut :
a. Jadwal Aktivitas Kerja
Merupakan pengawasan terhadap kesesuaian time schedule yang telah
disusun dengan waktu pelaksanaan dilapangan sebagai acuan dalam alokasi
target tiap item pekerjaan. Ada beberapa sistem yang digunakan dalam
pembuatan jadwal rencana kerja pelaksanaan di lapangan yaitu meliputi :
42
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
Diagram bambu
Diagram garis
Teknik jaringan kerja
Kurva-S
Diagram skala waktu
Beberapa cara tersebut dikombinasikan, misalnya pembuatan master network
plan cocok untuk kontrol jadwal proyek, sedangkan diagram blok dan
diagram garis dapat dipergunakan untuk aktivitas yang lebih mendetail dan
terperinci.
b. Tata Letak dan Ukuran Konstruksi
Merupakan pengawasan kesesuaian koordinat dan ukuran perencanaan pada
pelaksanaannya. Aspek ini mencakup dimana bangunan tersebut harus
dibangun, koordinat dan level sudah sesuai dengan rencana. Seorang
pengawas wajib meningkatkan pengawasan untuk mencegah “pencurian-
pencurian” ukuran. Pekerjaan yang telah selesai namun tidak cocok dengan
bestek mempunyai resiko harus dibongkar.
c. Kualitas Pekerjaan
Merupakan diterima atau tidaknya hasil pekerjaan. Produk atau bahan dari
alam maupun produk artificial, semua persyaratan terhadap spesifikasi yang
telah ditentukan dalam dokumen kontrak. Batasan toleransi dapat
diungkapkan kepada pihak kontraktor atau dapat pula diatur secara perjanjian
tertulis, dimana pada periode tertentu batasan toleransi tersebut ditinjau
kembali.
d. Administrasi Lapangan
Merupakan laporan periodik secara tertulis sebagai bahan pertemuan dan
pada dasarnya ada beberapa bagian tata usaha administrasi yang perlu
ditangani :
1. Meninjau dan menginterprestasikan gambar-gambar kerja dan membuat
koreksi seperlunya.
2. Mendokumentasikan pekerjan tambah dan pekerjaan kurang, membuat
laporan kemajuan pekerjaan secara berkala.
3. Memeriksa dan menyetujui permintaan pembayaran angsuran,
mengadakan inspeksi total sebelum berita acara penyerahan.
43
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DINAS PU KOTA DENPASAR 2013
4. Mengatur segala sesuatunya menjelang penyerahan akhir dan tindak
lanjut pada masa waktu pemeliharaan.
e. Keselamatan Kerja
Merupakan pencegahan terhadap bahaya kecelakaan yang dapat
mempengaruhi kondisi prestasi kerja dan biaya proyek. Pencegahan
kerusakan perlu diperhatikan di dalam manajemen konstruksi, tidak hanya
meemperhatikan keselamatan manusia tetapi juga terhadap kondisi kerja yang
mempengaruhi prestasi kerja dan akhirnya terhadap biaya proyek. Secara
umum ada beberapa prinsip dasar yang dapat dipergunakan pada setiap lokasi
pekerjaan misalnya :
1. Memakai mesin dan peralatan yang baik.
Mempergunakan mesin atau peralatan yang sesuai dengan instruksi
pembuatannya atau pabriknya dan tidak membebani lebih dari
kapasitasnya.
2. Bekerja dengan teratur, hati-hati dan tidak simpang siur.
Meyakinkan diri bahwa semua instruksi harus diberikan secara singkat,
jelas, dan mudah dimengerti.
3. Tidak memperkenankan pekerja melakukan kegiatannya ditempat yang
berbahaya tanpa alat pelindung/pengaman yang tepat.
Memakai pertimbangan yang logis sebelum menugaskan suatu aktivitas
kepada bawahan.
4. Mengadakan pengecekan dan pengecekan ulang, apakah semua instruksi
yang diberikan sudah ditaati.
44