bab ii tinjauan pustaka - umprepository.ump.ac.id/7782/3/sholihatul ummah_bab ii.pdfsekitar 90%...

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Mahaguna et al. (2004) yang membandingkan kualitas dari sediaan racikan suppositoria progesteron vaginal dengan formulasi yang disetujui FDA. Hanya satu dari sepuluh produk sediaan racikan farmasi yang memenuhi spesifikasi potensi berlabel. Ada juga perbedaan pH yang besar dalam supositoria, dan satu produk sediaan racikan dari terkontaminasi mikrobiologi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Naveed et al. (2014) di Rumah Sakit Umum di Daman menunjukkan bahwa semua sampel yang diuji terkontaminasi secara mikrobiologis. Kontaminasi bakteri terutama berasal dari Bacillus, sedangkan kontaminan jamur berasal dari Candida. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mugoyela dan Kennedy (2010) menunjukkan bahwa 50% dari semua produk nonsteril (tablet, sirup, dan kapsul) di Rumah Sakit Amana Municipal di Dar es Salaam, Tanzania, yang diuji sangat terkontaminasi, dan kontaminan utama terdiri dari spesies Klebsiella, Bacillus, dan Candida. B. Tinjauan Pustaka 1. Bakteri Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dapat memberikan manfaat maupun sumber penyakit (Madigan, 2009). Bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif memiliki suatu membran plasma yang dibentuk oleh lapisan lemak dua lapis (lipid bilayer) bersama dengan protein. Pada keduanya, komponen struktural utama dari dinding sel adalah kerangka tiga dimensi dari polisakarida Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Mahaguna et al. (2004)

yang membandingkan kualitas dari sediaan racikan suppositoria

progesteron vaginal dengan formulasi yang disetujui FDA. Hanya satu dari

sepuluh produk sediaan racikan farmasi yang memenuhi spesifikasi

potensi berlabel. Ada juga perbedaan pH yang besar dalam supositoria,

dan satu produk sediaan racikan dari terkontaminasi mikrobiologi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Naveed et al. (2014) di

Rumah Sakit Umum di Daman menunjukkan bahwa semua sampel yang

diuji terkontaminasi secara mikrobiologis. Kontaminasi bakteri terutama

berasal dari Bacillus, sedangkan kontaminan jamur berasal dari Candida.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mugoyela dan Kennedy

(2010) menunjukkan bahwa 50% dari semua produk nonsteril (tablet,

sirup, dan kapsul) di Rumah Sakit Amana Municipal di Dar es Salaam,

Tanzania, yang diuji sangat terkontaminasi, dan kontaminan utama terdiri

dari spesies Klebsiella, Bacillus, dan Candida.

B. Tinjauan Pustaka

1. Bakteri

Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki

membran inti sel dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta

memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok

bakteri dapat memberikan manfaat maupun sumber penyakit

(Madigan, 2009).

Bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif memiliki suatu

membran plasma yang dibentuk oleh lapisan lemak dua lapis (lipid

bilayer) bersama dengan protein. Pada keduanya, komponen struktural

utama dari dinding sel adalah kerangka tiga dimensi dari polisakarida

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

N-asetilglukosamin, asam Nasetilmuramat, dan asam amino yang

dinamakan peptidoglikan (Hart dan Shears, 2004).

Bakteri Gram-positif, hampir seluruh dinding selnya terdiri

dari dua lapisan peptidoglikan dengan polimer-polimer asam teikoat

yang melekat padanya. Bakteri Gram-negatif memiliki dinding sel

yang lebih kompleks. Lapisan peptidoglikannya lebih tipis

dibandingkan bakteri Gram-positif dan dikelilingi oleh suatu membran

luar yang terdiri dari lipopolisakarida dan lipoprotein. Komponen

lipopolisakarida dari dinding sel Gram-negatif merupakan molekul

endotoksin yang memberikan sumbangan pada patogenesis bakteri

(Hart dan Shears, 2004).

a. Escherichia coli

Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak

ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal.

Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus

misalnya diare pada anak dan travelers diarrhea (Syahrurachman

et al., 1993).

Pencemaran Escherichia coli biasa terjadi di air dan

makanan (Romanda et al., 2016). Bakteri Escherichia coli dapat

menyebabkan beberapa penyakit diantaranya adalah (Jawetz, et

al., 2012):

1) Infeksi saluran kemih

Escherichia coli merupakan bakteri yang paling umum

menyebabkan infeksi saluran kemih dan menjadi penyebab

sekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan

muda. Adapun gejala dan tandanya adalah seing berkemih,

dysuria, hematuria, dan piuria.

2) Diare

Escherichia coli dapat menyebabkan diare dan kasus ini

sudah banyak ditemukan di seluruh dunia. Sifat perlekatan

pada sel epitel usus besar atau usus halus disandi oleh gen

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

pada plasmid. Toksin seringkali diperantarai oleh plasmid

atau fag.

3) Sepsis

Jika pertahanan normal pada pejamu tidak adekuat,

Escherichia coli dapat masuk ke aliran darah dan

menyebabkan sepsis. Neonatus mungkin sangat rentan

terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak mempunyai

antibodi Imunoglobulin M (IgM). Sepsis dapat menjadi

sekunder akibat infeksi saluran kemih.

4) Meningitis

Escherichia coli dan streptokokus grup B merupakan

penyebab utama terjadinya meningitis pada janin. Sekitar

75% Escherichia coli penyebab meningitis memiliki antigen

K1. Antigen tersebut bereaksi-silang dengan polisakarida

kapsuler grup B N. meningitides. Mekanisme virulensi yang

berkaitan dengan antigen K1 belum dipahami.

b. Salmonella sp.

Salmonella adalah bakteri batang motil yang memiliki ciri

khas memfermentasi glukosa dan manosa tanpa menghasilkan

gas, tetapi tidak memfermentasi laktosa atau sukrosa. Sebagian

besar dari Salmonella dapat menghasilkan H2S. Bakteri dari

golongan Salmonella bersifat patogenik terhadap manusia atau

hewan jika bakteri tertelan (Jawetz et al., 2012). Salmonella sp.

adalah bakteri batang gram negatif dari golongan Salmonella

yang dapat menyebabkan demam tifoid. Salmonella sp.

merupakan salah satu penyebab infeksi tersering di daerah tropis,

khususnya di tempat-tempat dengan higiene yang buruk (Brook,

2001).

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

Penyakit klinis yang disebabkan oleh Salmonella (Jawetz,

et al., 2012):

Tabel 2.1. Penyakit Klinis yang disebabkan oleh Salmonella

Demam enteric Septikemia Enterokolitis

Periode

inkubasi

7-20 hari Bervariasi 8-48 jam

Awitan Lambat Mendadak Mendadak

Demam Meningkat secara

bertahap,

kemudian plato

tinggi, dengan

keadaan “tifoidal”

Meningkat

dengan cepat,

kemudian

meningkat tajam

mencapai suhu

“septik”

Biasanya rendah

Durasi

penyakit

Beberapa minggu Bervariasi 2-5 hari

Gejala

gastrointesti

nal

Sering konstipasi

pada awalnya,

kemudian diare

berdarah

Sering tidak ada Mual, muntah,

diare sejak awal

Kultur darah Positif dalam

minggu pertama

hingga kedua

penyakit

Positif saat

demam tinggi

Negatif

Kultur feses Positif sejak

minggu kedua;

negatif

sebelumnya

Jarang positif Positif segera

setelah awitan

Sumber: Jawetz, et al., 2012

c. Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri berbentuk

batang dan motil, berukuran sekitar 0.6 x 2 μm. Bakteri ini

bersifat gram-negatif dan terlihat dalam bentuk tunggal,

berpasangan, dan kadang-kadang berupa rantai pendek (Jawetz, et

al., 2012).

Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni yang bundar

dan licin dengan warna kehijauan yang berfluorosensi.

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

Pseudomonas aeruginosa sering menghasilkan pigmen kebiruan

yang tidak berfluorosensi, piosianin yang berdifusi ke dalam agar.

Banyak galur Pseudomonas aeruginosa juga menghasilkan

pigmen berfluorosensi, pioverdin yang memberikan warna

kehijauan pada agar. Beberapa galur menghasilkan pigmen merah

gelap, piorubin, atau pigmen hitam, piomelanin (Jawetz, et al.,

2012).

Pseudomonas aeruginosa tumbuh baik pada suhu 37-42°C.

Kemampuannya untuk tumbuh pada suhu 42°C membantu

membedakannya dari spesies Pseudomonas lain dari grup

fluoresens. Identifikasi dari Pseudomonas aeruginosa biasanya

didasarkan pada morfologi koloni, kepositifan oksidase, adanya

pigmen khas, dan pertumbuhan pada suhu 42°C (Jawetz, et al.,

2012).

Pseudomonas aeruginosa menjadi patogenik hanya jika

mencapai daerah yang tidak memiliki pertahanan normal,

misalnya membran mukosa dan kulit yang terluka oleh cedera

jaringan langsung, saat penggunaan kateter urin atau intravena,

atau jika terdapat neutropenia, seperti pada kemoterapi kanker.

Bakteri melekat dan membentuk koloni pada membrane mukosa

atau kulit, menginvasi secara lokal, dan menyebabkan penyakit

sistemik. Pseudomonas aeruginosa menyebabkan infeksi pada

luka dan luka bakar yang menimbulkan pus hijau kebiruan. Jika

bakteri masuk melalui pungsi lumbal maka dapat menyebabkan

meningitis, dan jika bakteri masuk melalu kateter dan peralatan

atau larutan irigasi maka dapat menyebabkan infeksi saluran

kemih. Jika bakteri mencapai saluran napas, khususnya dari alat

bantu napas yang terkontaminasi, maka dapat menyebabkan

pneumonia nekrotikans (Jawetz, et al., 2012).

d. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif

berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur,

fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak.

Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk

pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada

perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan,

berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90%

isolat klinik menghasilkan Staphylococcus aureus yang

mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan

dalam virulensi bakteri. Berbagai derajat hemolisis disebabkan

oleh Staphylococcus aureus dan kadang-kadang oleh spesies

stafilokokus lainnya. (Jawetz et al., 2008).

Staphylococcus aureus merupakan patogen utama untuk

manusia. Hampir setiap orang akan mengalami beberapa jenis

infeksi Staphylococcus aureus sepanjang hidupnya, dengan

tingkat keparahan dari keracunan makanan atau infeksi kulit

minor hingga infeksi berat yang mengancam jiwa (Jawetz, et al.,

2012).

e. Candida albicans

Candida albicans adalah suatu jamur uniseluler yang

merupakan flora normal rongga mulut, usus besar dan vagina.

Dalam kondisi tertentu, Candida albicans dapat tumbuh berlebih

dan melakukan invasi sehingga menyebabkan penyakit sistemik

progresif pada penderita yang lemah atau kekebalannya tertekan

(Jawetz et al., 1996; Pratiwi, 2008). Candida albicans dapat

menyebabkan keputihan, sariawan, infeksi kulit, infeksi kuku,

infeksi paru-paru dan organ lain serta kandiasis mukokutan

menahun (Jawetz et al., 1996; Tortora, 2004).

2. Suspensi

Menurut Priyambodo (2007), berdasarkan bentuk sediaannya,

obat dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu bentuk sediaan

padat atau solid, bentuk sediaan semipadat atau semisolid, dan bentuk

sediaan cair atau liquid. Contoh dari bentuk sediaan padat atau solid

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

adalah tablet dan kapsul, sedangkan contoh dari bentuk sediaan

semipadat atau semisolid adalah salep, krim, jel, dan pasta. Contoh

dari bentuk sediaan cair atau liquid adalah larutan, suspensi, dan

emulsi.

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat

dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

Zat yang terdispersi harus halus dan tidak larut, terdispersi dalam

cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh

cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera

terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin

stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar

sediaan mudah dikocok dan dituang (Departemen Kesehatan RI,

1979).

Ada beberapa alasan dari pembuatan suspensi oral. Salah

satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila

ada dalam sediaan larutan tetapi stabil dalam sediaan suspensi. Untuk

banyak pasien, bentuk sediaan cairan lebih disukai daripada bentuk

sediaan padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena

mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis,

aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur

penyesuaiannya untuk anak (Ansel et al., 1995).

Kerugian dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak

bila diberikan dalam bentuk larutan akan tidak terasa bila diberikan

sebagai partikel yang tidak larut dalam suspensi. Untuk obat-obat

yang tidak enak rasanya telah dikembangkan bentuk-bentuk kimia

khusus menjadi bentuk yang tidak larut dalam pemberian yang

diinginkan sehingga didapatkan sediaan cair yang rasanya enak.

Pembuatan bentuk-bentuk yang tidak larut untuk digunakan dalam

suspensi mengurangi kesulitan ahli farmasi untuk menutupi rasa obat

yang tidak enak dari suatu obat (Ansel et al., 1995).

Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan

pembuatan suatu suspensi yang baik, disamping khasiat teraupetik

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

stabilitas kimia dari komponen-komponen formulasi, kestabilan

sediaan dan bentuk estetik dari sediaan juga menjadi pertimbangan

(Ansel et al., 1995).

Sifat-sifat yang diinginkan dalam sediaan suspensi adalah:

1) Sediaan suspensi yang dibuat dengan tepat dapat mengendap

secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.

2) Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran

partikel dari suspensoid tetap tegak konstan untuk waktu

penyimpanan lama.

3) Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan

homogen.

(Ansel et al., 1995)

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi

Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan

suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta

menjaga homogenitas dari partikel tersebut. Cara tersebut

merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi

(Syamsuni, 2006).

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi

adalah:

1) Ukuran partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas

penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari

cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel

merupakan perbandingan terbalik dengan luas

penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan

daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya

semakin besar ukuran partikel ukuran partikel semakin kecil

luas penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan

semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas

cairan akan semakin memperlambat gerakan tersebut dapat

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel (Syamsuni,

2006).

2) Kekentalan (viskositas)

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula

kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental susu caira

kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran

dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan

turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan

demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun

dari partikel yang kekentalan suspensi tidak boleh terlalu

tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat

dibuktikan dengan hukum “STOKES” (Syamsuni, 2006).

d2 (ρ – ρ0) g

ƞ

Keterangan: V = kecepatan aliran.

d = diameter dari partikel

ρ = berat jenis dari partikel

ρ0 = berat jenis cairan

g = gravitasi

ƞ = viskositas cairan

3) Jumlah partikel (konsentrasi)

Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam

jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan

gerakkan yang bebas karena sering terjadi benturan antara

partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan

terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin

besar konsentrasi partikel, makin besar terjadinya endapan

partikel dalam waktu yang singkat (Syamsuni, 2006).

4) Sifat atau muatan partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari

beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu

V =

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi

antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar

larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah

mempengaruhi sifat alam. Maka kita tidak dapat

mempengaruhinya (Syamsuni, 2006).

Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai

kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi

dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap

mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan

yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan

dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk

agregat dan selanjutnya membentuk cimpacted cake dan

peristiwa ini disebut caking (Syamsuni, 2006).

Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor

konsetrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap,

artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan

jumlah obat yang tertulis dalamresep dan sifat partikel

merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan

adalah ukuran partikel dan viskositas (Syamsuni, 2006).

Ukuran partikel dapat diperkecil dengan

menggunakan pertolongan mixer, homogeniser colloid mill

dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat

dinaikkan denan penambahan zat pengental atau sering

disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi),

umumnya bersifat mudah berkembang dalam air

(hidrokoloid) (Syamsuni, 2006).

b. Syarat-syarat suspensi

Menurut Farmakope Edisi III Halaman 32:

1) Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.

2) Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.

3) Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas.

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

4) Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah

dikocok dan di tuang.

(Departemen Kesehatan RI, 1979)

Menurut Farmakope Edisi IV Halaman 18:

1) Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intra vena dan intra

rectal

2) Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara

tertentu harus mengandung zat anti mikroba.

3) Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.

4) Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

(Departemen Kesehatan RI, 1995)

c. Sistem Pembentukan Suspensi

1) Sistem deflokulasi

a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan

yang lainnya.

b. Sedimentasi yang terjadi lambat, masing-masing partikel

mengendap secara terpisah dan ukuran partikel adalah

minimal (paling kecil).

c. Sedimen terbentuk lambat.

d. Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan

sukar terdispersi kembali

e. Wujud suspensi bagus karena zat tersuspensi dalam

waktu yang relative lama. Terlihat bahwa ada endapan

dan cairan atas yang berkabut.

(Syamsuni, 2006)

2) Sistem Flokulasi

a. Partikel merupakan agregat yang bebas.

b. Sedimentasi terjadi begitu cepat.

c. Sedimen terbentuk cepat.

d. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat

dan mudah terdispersi kembali seperti semula.

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

e. Wujud dari suspensi kurang bagus karena sedimentasi

terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang

jernih dan nyata.

(Syamsuni, 2006)

Suspending agent digunakan untuk meningkatkan viskositas

dan memperlambat proses pengendapan. Pembuat formulasi harus

memilih suspending agent secara tunggal atau kombinasi dan pada

konsentrasi yang tepat. Faktor yang mempengaruhi pemilihan

suspending agent diantaranya yaitu: kesesuaian secara kimia dengan

bahan yang lain, khususnya obat, pengaruh pH obat, penampilan, dan

harga (Nash, 1996).

3. Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yang

selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kementerian

Kesehatan RI, 2014).

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi (Kementerian

Kesehatan RI, 2014):

a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan

untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi

resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang

dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah

kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi,

agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak

buruk bagi lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan

penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan

Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) lintas program dan lintas

sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan

manajemen Puskesmas.

Puskesmas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.

b. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan

lebih dari 1 (satu) Puskesmas.

c. Kondisi tertentu tersebut ditetapkan berdasarkan pertimbangan

kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.

d. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi,

bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan,

kefarmasian dan laboratorium.

(Kementerian Kesehatan RI, 2014)

Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan:

a. Geografis.

b. Aksesibilitas untuk jalur transportasi.

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

c. Kontur tanah.

d. Fasilitas parker.

e. Fasilitas keamanan.

f. Ketersediaan utilitas publik.

g. Pengelolaan kesehatan lingkungan

h. Kondisi lainnya.

(Kementerian Kesehatan RI, 2014)

Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang

meliputi:

a. Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan

kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

b. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain.

c. Menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan

keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi

pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus,

anak-anak dan lanjut usia.

(Kementerian Kesehatan RI, 2014)

Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling

sedikit terdiri atas sistem penghawaan (ventilasi), sistem pencahayaan,

sistem sanitasi, sistem kelistrikan, sistem komunikasi, sistem gas

medik, sistem proteksi petir, sistem proteksi kebakaran, sistem

pengendalian kebisingan, sistem transportasi vertikal untuk bangunan

lebih dari 1 (satu) lantai, kendaraan Puskesmas keliling dan kendaraan

ambulans (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga

Kesehatan dan tenaga nonkesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga

Kesehatan dan tenaga nonkesehatan dihitung berdasarkan analisis

beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang

diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik

wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

waktu kerja. Jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri atas dokter

atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga

kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi

laboratorium medic, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Tenaga

nonkesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,

administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain

di Puskesmas (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan,

yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat

penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang

meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan

masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu

dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan

masalah Obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan

Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama

yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma

baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi

Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care) (Kementrian

Kesehatan RI, 2016).

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua)

kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan

Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan

pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh

sumber daya manusia dan sarana dan prasarana (Kementrian

Kesehatan RI, 2016).

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

a. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian,

yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan

pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk

menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan

Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan

rasional, meningkatkan kompetensi atau kemampuan tenaga

kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan

melaksanakan pengendalian mutu pelayanan (Kementrian

Kesehatan RI, 2016).

Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan

tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan

Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang baik.

Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai meliputi (Kementrian Kesehatan RI, 2016):

1) Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai

2) Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

3) Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

4) Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

5) Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai

6) Pemusnahan dan penarikan

7) Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

8) Administrasi

9) Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai

Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan

Medis Habis Pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur

operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang

mudah dilihat (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

b. Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan

Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada

pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk (Kementrian

Kesehatan RI, 2016):

1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas.

2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin

efektivitas, keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai.

3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan

kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.

4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka

meningkatkan penggunaan Obat secara rasional.

Pelayanan farmasi klinik meliputi:

1. Pengkajian dan pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi

persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan

persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat

jalan.

Persyaratan administrasi meliputi (Kementrian

Kesehatan RI, 2016):

a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

b. Nama, dan paraf dokter.

c. Tanggal resep.

d. Ruangan atau unit asal resep.

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

Persyaratan farmasetik meliputi:

a. Bentuk dan kekuatan sediaan.

b. Dosis dan jumlah Obat.

c. Stabilitas dan ketersediaan.

d. Aturan dan cara penggunaan.

e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

Persyaratan klinis meliputi:

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.

b. Duplikasi pengobatan.

c. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.

d. Kontra indikasi.

e. Efek adiktif.

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi

Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap

menyiapkan atau meracik Obat, memberikan label atau etiket,

menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai

pendokumentasian (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

3. Konseling

4. Visit Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)

5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

7. Evaluasi Penggunaan Obat

4. Proses Pembuatan Sediaan Suspensi

a. Metode Dispersi

Metode pembuatan suspensi dengan cara dispersi dilakukan

dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam musilago

yang telah terbentuk, kemudian baru dilakukan pengenceran

(Syamsuni, 2006).

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

b. Metode Presipitasi

Metode pembuatan suspensi dengan cara presipitasi

dilakukan dengan cara serbuk obat yang akan didispersikan

dilarutkan terlebih dahulu kedalam pelarut organik yang akan

dicampur dengan air. Setelah serbuk obat larut kedalam pelarut

organik, dilakukan pengenceran dengan larutan pensuspensi

dalam air sehingga akan terbentuk endapan halus yang tersuspensi

dengan bahan pensuspensi. Pelarut organic tersebut dapat berupa

etanol, propilen glikol, dan polietilen glikol (Syamsuni, 2006).

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/7782/3/SHOLIHATUL UMMAH_BAB II.pdfsekitar 90% infeksi pertama saluran kemih pada perempuan muda. Adapun gejala dan tandanya adalah

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

1. Sediaan racikan suspensi di Puskesmas kabupaten Banyumas

mengandung bakteri patogen (Escherichia coli, Salmonella sp.,

Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus) dan jamur

(Candida albicans) yang dapat membahayakan pasien.

2. Kualitas mikrobiologi bakteri patogen (Escherichia coli, Salmonella

sp., Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus), dan jamur

(Candida albicans) yang terdapat dalam sediaan racikan suspensi di

Puskesmas Kabupaten Banyumas tidak memenuhi syarat

International Pharmacopoeia edisi IV.

Sediaan racikan suspensi yang

berpotensi ditumbuhi bakteri dan

jamur patogen

Memungkinkan

terjadinya infeksi atau

penyebab penyakit

Ada Tidak

Deteksi bakteri patogen dan jamur

Memenuhi

Syarat

Tidak

Memenuhi

Syarat

Analisis Bakteri Patogen… Sholihatul Ummah, Fakultas Farmasi UMP, 2018