bab ii tinjauan pustaka - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to...

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan pustaka ini akan diuraikan tentang Konsep The Nine Golden Habits, Konsep Motivasi Kerja, Konsep Kinerja, Kerangka Berpikir dan Hipotesis. A. KONSEP THE NINE GOLDEN HABITS 1. Pengertian Misi Muhammadiyah sebagaimana ditulis dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Dalam Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah, misi tersebut diaktualisasikan dengan cara : (1) menegakkan Tauhid yang murni berdasar Al-Qur’an dan As- Sunnah ; (2) menyebarluaskan dan memajukan Ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahihah/ maqbulah ; (3) mewujudkan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Misi tersebut merupakan langkah-langkah untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita Muhammadiyah, yaitu “Terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” (Muktamar Muhammadiyah ke-46, 2010) Dalam rangka untuk mencapai terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu, maka yang harus diwujudkan terlebih dahulu adalah terbentuknya pribadi muslim yang sebenar-benarnya. Pribadi muslim yang

Upload: dangkhanh

Post on 08-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab tinjauan pustaka ini akan diuraikan tentang Konsep The Nine

Golden Habits, Konsep Motivasi Kerja, Konsep Kinerja, Kerangka Berpikir dan

Hipotesis.

A. KONSEP THE NINE GOLDEN HABITS

1. Pengertian

Misi Muhammadiyah sebagaimana ditulis dalam Anggaran Dasar

Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Dalam

Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah, misi tersebut diaktualisasikan

dengan cara : (1) menegakkan Tauhid yang murni berdasar Al-Qur’an dan As-

Sunnah ; (2) menyebarluaskan dan memajukan Ajaran Islam yang bersumber

kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahihah/ maqbulah ; (3) mewujudkan

Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Misi tersebut

merupakan langkah-langkah untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita

Muhammadiyah, yaitu “Terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”

(Muktamar Muhammadiyah ke-46, 2010)

Dalam rangka untuk mencapai terwujudnya masyarakat Islam yang

sebenar-benarnya itu, maka yang harus diwujudkan terlebih dahulu adalah

terbentuknya pribadi muslim yang sebenar-benarnya. Pribadi muslim yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

sebenar-benarnya adalah pribadi yang bertauhid murni, bebas dari gejala-gejala

kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, serta pribadi yang selalu meneladani seluruh

segi kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, pribadi terbaik sepanjang jaman

(Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012).

Usaha untuk mewujudkan diri menjadi pribadi muslim yang sebenar-

benarnya tidak dapat dilakukan dengan cara instan. Dalam usaha ini, seseorang

harus melaksanakan upaya-upaya pembenahan diri secara terus-menerus. Karena

itu, prosesnya sangatlah panjang. Salah satu faktor penting dalam mewujudkan

pribadi muslim yang sebenar-benarnya adalah keberhasilan seseorang dalam

membiasakan amalan-amalan yang melekat pada dirinya sehingga menjadi ciri-

ciri atau identitas pribadinya.

Hanya saja, dengan tanpa disadari, kita telah banyak melewatkan waktu-

waktu berharga untuk menjalani kebiasaan-kebiasaan positif setiap hari. Padahal,

kebiasaan merupakan aktivitas yang dilakukan berulang-ulang sehingga pusat

kendalinya bergeser dari otak sadar ke bawah sadar. Aktivitas yang berada dalam

kendali otak sadar perlu energi yang lebih besar. Sedangkan, aktivitas yang berada

dalam kendali otak bawah sadar lebih ringan melakukannya dan energi yang

diperlukannya juga lebih sedikit (Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012).

Bagaimanapun, kepribadian dan kualitas diri seseorang dibentuk oleh

kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya. Apabila kebiasaan-kebiasaan seseorang

itu terbentuk oleh lingkungan di mana ia berada, maka secara otomatis ia

membentuk dirinya sebagaimana kebanyakan orang-orang yang ada di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

lingkungannya. Tentu sangatlah beruntung apabila ia berada di tengah-tengah

orang-orang shaleh. Sebab, ia dapat memiliki kebiasaan-kebiasaan yang menjadi

ciri-ciri orang shaleh. Namun, apabila ia berada di lingkungan orang-orang yang

kurang peduli kepada tuntunan agama, maka kebiasaan yang akan terbangun tentu

juga akan jauh dari tuntunan agama.

Terkait dengan hal itu, Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah

menerbitkan Buku Pedoman Sistematisasi Dakwah AUMKES yang didalamnya

terdapat konsep The Nine Golden Habits sebagai upaya untuk merealisasikan

terbentuknya pribadi muslim yang sebenar-benarnya dalam rangka mewujudkan

masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yang merupakan tujuan dan cita-cita

dari Muhammadiyah.

Habits atau kebiasaan adalah perbuatan yang telah dilakukan berulang-

ulang dan terus-menerus dalam waktu yang lama, sehingga melakukannya tanpa

dipikir-pikir lagi. Imej tentang seseorang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaannya.

The Nine Golden Habits adalah pedoman pelaksanaan amalan-amalan

Islami yang berisi sembilan kebiasaan-kebiasaan pokok dalam rangka

mewujudkan pribadi muslim yang sebenar-benarnya. Keberhasilan dalam

melaksanakan kesembilan kebiasaan-kebiasaan tersebut, merupakan tonggak

penting dalam meringankan langkah melaksanakan amalan-amalan Islami lainnya

(Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012).

Kesembilan kebiasaan-kebiasan tersebut adalah: pertama, Kebiasaan

Shalat ; membiasakan untuk ; (a) Shalat wajib di awal waktu dan berjamaah di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

masjid diiringi shalat sunnah Rawatib; (b) Shalat Tahajud (qiyamulllail) di setiap

sepertiga malam terakhir; dan (c) Shalat Dhuha setiap pagi.

Kedua, Kebiasaan Puasa ; di samping melaksanakan puasa Ramadhan juga

membiasakan berpuasa Sunnah (puasa tiap hari Senin dan Kamis atau puasa tiap

tanggal 13, 14 dan 15 bulan qomariyah/ puasa Ayyaumul bid atau puasa seperti

puasanya Nabi Dawud, dan puasa-puasa sunnah yang lainnya).

Ketiga, Kebiasaan berzakat, infaq dan shadaqah (ZIS) ; membiasakan

mengeluarkan lebih dari 2,5% dari total pendapatan untuk ZIS. Diupayakan setiap

hari ber-Infaq seberapapun besarnya, sehingga tertanam jiwa suka ber-Infaq

(Ruhul Infaq).

Keempat, Kebiasaan membaca Al-Qur’an ; membiasakan membaca Al-

Qur’an pada waktu-waktu tertentu, misalnya: sehabis maghrib, menjelang subuh,

ba’da shubuh dan diwaktu-waktu lain, serta berusaha mengkhatamkannya

minimal 1 kali dalam sebulan. Disamping itu juga memahami arti/makna dan

tafsir yang terkandung di dalam Al-Qur’an.

Kelima, Kebiasaan membaca kitab/ buku ; dibiasakan setiap hari membaca

kitab-kitab termasuk hadits-hadits Nabi, buku-buku yang bermanfa’at, buku

motivasi, iptek, sejarah, ketrampilan, dll, minimal 1 jam setiap hari.

Keenam, Kebiasaan beradab Islami dalam setiap aktivitas yang dilakukan ;

Adab bicara, makan/minum, berpakaian, tidur. Adab terhadap masjid, terhadap

rumah. Adab terhadap orang tua. Adab bertemu dengan teman dan orang lain,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

bersilaturrahim, dan mengunjungi orang sakit. Adab bersin, menguap, buang

hajat, dan adab-adab Islami yang lainnya.

Ketujuh, Kebiasaan mengaji dan berada dalam komunitas orang shaleh ;

membiasakan untuk mengikuti kajian-kajian al-Islam minimal sekali dalam

seminggu dan berkumpul dengan orang-orang yang shaleh.

Kedelapan, Kebiasaan beroganisasi kemasyarakatan dan sosial ;

membiasakan untuk aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan yang

memberikan kemanfaatan bagi orang lain dan bernilai Ibadah, misalnya; aktif

mengikuti kegiatan-kegiatan Muhammadiyah, kegiatan-kegiatan di lingkungan

tempat tinggal yang tujuannya untuk kebaikan bersama.

Kesembilan, Kebiasaan berpikir positif dan murah senyum ; membiasakan

untuk senantiasa berkhusnudzon terhadap orang lain, tidak berbicara atau

mendengarkan tentang aib dan keburukan sesama muslim, tidak mudah marah

atau mampu menahan marah, tidak mudah menyalahkan orang lain, memaklumi

dan mema’afkan kesalahan orang lain, menghilangkan sifat iri, dengki, hasut, dll

(Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012).

Proses pembimbingan dilakukan dengan menjadikan sembilan kebiasaan

tersebut menjadi bagian dari sistem penilaian pegawai dengan dijadikan sebagai

indikator kedisiplinan, penilaian condite dan prestasi pegawai.

Peraturan kepegawaian hendaknya memberikan ruang, memotivasi, dan

mengapresiasi pelaksanaannya dengan baik. Insya Allah, setiap pegawai

AUMKES bergerak menuju pribadi muslim yang sebenar-benarnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Penilaian (Assesment)

Penilaian (Assesment) diperlukan untuk menilai seberapa jauh pembiasaan

terjadi, sehingga memungkinkan dilaksanakan intervensi yang dapat membantu

proses pembiasaan. Penilaian (Assesment) dilakukan oleh masing-masing

pegawai, didata, direkap, dan dievaluasi oleh bagian Binroh.

Setiap pegawai melakukan penilaian diri (self assesment) secara periodik.

Berikut ini contoh Skala Penilaian Diri (Self Assesment) The Nine Golden Habits

menurut Buku Pedoman Sistematisasi Dakwah AUMKES yang diterbitkan oleh

Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Skala Penilaian The Nine Golden Habits

a. Kebiasaan Pertama ; Shalat fardhu di awal waktu, berjama’ah

Shalat Tathawwu’ :

1) Shalat fardhu diawal waktu :

(0) Tidak ada (5) ≤ 3 Shalat fardhu (10) 5 Shalat fardhu

2) Shalat fardhu berjama’ah :

(0) Tidak ada (5) ≤ 3 Shalat fardhu (10) 5 Shalat fardhu

3) Shalat fardhu berjama’ah di Masjid hari ini :

(0) Tidak ada (5) ≤ 3 Shalat fardhu (10) 5 Shalat fardhu

4) Shalat Tahajud hari ini :

(0) Tidak Melaksanakan (10) Melaksanakan

5) Shalat Dhuha hari ini :

(0) Tidak Melaksanakan (10) Melaksanakan

6) Shalat Rawatib hari ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(0) Tidak (5) Melakukan ≤ 3 kali (10) Melakukan semuanya

b. Kebiasaan Kedua : Berpuasa Sunnah

1) Bagi yang memilih 3 hari dalam sebulan (Ayyaumul bid) ; diisi

pada hari-hari yang dijadwalkan puasa :

(0) Tidak (10) Ya

2) Bagi yang memilih puasa hari Senin dan Kamis ; diisi hanya

pada hari Senin dan Kamis :

(0) Tidak (10) Ya

3) Bagi yang memilih seperti puasanya Nabi Daud ; diisi setiap 2

hari sekali :

(0) Tidak (10) Ya

c. Kebiasaan Ketiga : Ber-ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) ; > 2,5%

(0) Tidak Melakukan (10) Melakukan ≥ 2,5%

d. Kebiasaan Keempat : Beradab Islami

Scoring dilakukan dengan mengisi sebagai berikut :

(0) Bila tak satupun pernyataan tersebut terpenuhi ;

(5) Bila ≤ 3 pernyataan terpenuhi ;

(10) Bila 5 pernyataan terpenuhi semua ;

1) Adab Bicara :

a) Tidak berbohong

b) Tidak menggunjing

c) Tidak berkata kotor atau mencaci atau melaknat

d) Tidak bermuka masam atau cemberut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

e) Tidak bertele‐tele atau mengobrolkan yang tidak perlu

2) Adab Makan :

a) Tidak lupa membaca Basmalah ketika mulai dan berdoa

setelah selesai

b) Tidak pernah dengan tangan kiri

c) Tidak pernah mencacat makanan

d) Tidak pernah menyisakan makanan

e) Tidak pernah sampai kekenyangan

3) Adab Tidur :

a) Berwudhu sebelum tidur

b) Membersihkan tempat tidur

c) Membaca beberapa ayat Al‐Qur’an

d) Berdoa dan berdzikir sebelum tidur

e) Berdoa ketika bangun tidur

4) Adab Berpakaian :

a) Tidak pernah terbuka aurat ketika di luar rumah atau

bertemu dengan bukan muhrim

b) Tidak menyerupai lawan jenis

c) Tidak pernah memakai dari bagian kiri terlebih dahulu atau

melepas dari bagian kanan

d) Tampil rapi

e) Tidak mengeluarkan bau tak sedap

5) Adab Bersin dan Menguap :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

a) Tidak pernah lupa mengucap Alhamdulillah ketika bersin

b) Tidak pernah lupa mendoakan orang di dekatnya yang

bersin dan mengucap Yarhamkumullah

c) Tidak pernah membiarkan diri menguap tanpa menutup

dengan tangan

d) Berusaha menahan menguap

6) Adab Buang Hajat :

a) Tidak pernah di tempat sembarangan

b) Tidak menghadap kiblat

c) Berdoa ketika masuk dan keluar WC

d) Selalu melangkahkan kaki kiri ketika masuk WC dan kaki

kanan ketika keluar WC

e) Memegang kemaluan dan beristinjak dengan tangan kiri

7) Adab Terhadap Orang Tua :

a) Tidak membentak keduanya

b) Tidak bicara kotor atau mencaci keduanya

c) Tidak menolak panggilan dan permintaan keduanya, kecuali

ajakan syirik

d) Mengunjungi keduanya

e) Berdoa bagi keduanya

8) Adab Terhadap Tetangga :

a) Saling membantu dalam kebaikan

b) Memberikan hadiah (makanan/ yang lainnya)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

c) Selalu menjaga hubungan baik

d) Memberikan pertolongan kalau ada kesulitan

e) Saling berkunjung

9) Adab Terhadap Rumah :

a) Setiap masuk mengucap salam

b) Masuk dengan kaki kanan dan keluar dengan kaki kiri

c) Selalu meminta ijin bila masuk bukan kamarnya

d) Selalu menjaga kebersihan kamar

e) Berpamitan dengan penghuni rumah lainnya bila mau pergi

10) Adab Terhadap Masjid :

a) Bersegera ke Masjid ketika waktu shalat tiba

b) Tidak lupa berdoa dalam perjalanan menuju, masuk dan

keluar Masjid

c) Tidak lupa Shalat Tahiyatul Masjid ketika memasukinya

d) Berbaju bagus dan tidak menimbulkan bau tak sedap

e) Selalu menempati shaf sesuai aturan

11) Adab Bepergian :

a) Tidak lupa pamitan dengan anggota keluarga

b) Tidak lupa berdo’a ketika naik kendaraan dan duduk di

tempat yang sesuai

c) Berdzikir selama dalam perjalanan

d) Tidak mengambil atau mengganggu hak orang lain selama

perjalanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

e) Tidak bebergian untuk kesia‐siaan atau maksiat

12) Adab Bertemu :

a) Mengucap salam setiap bertemu

b) Menjawab setiap salam yang diberikan

c) Selalu tersenyum

d) Berjabat tangan kepada sesama jenis dan muhrim

e) Memberikan penghormatan

13) Adab Bertamu : (diisi pada hari bertamu) ;

a) Mengucapkan salam

b) Masuk setelah dipersilahkan

c) Menikmati hidangan yang disajikan

d) Berdo’a untuk tuan rumah

e) Berpamitan segera setelah urusannya selesai

14) Adab Menerima Tamu : (diisi pada hari ada tamu ke rumah) ;

a) Menjawab salam

b) Menyambut dengan ramah

c) Menjamu

d) Mendahulukan yang tua ketika menjamu

e) Mengiringi tamu ketika pulang

15) Adab Dalam Majlis : (diisi pada hari menghadiri majlis) ;

a) Mengucapkan salam ketika datang

b) Menempati tempat duduk yang sesuai atau disediakan

untuknya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

c) Menyimak pembicaraan dalam majlis

d) Berbicara dengan seijin pimpinan majlis

e) Tidak melakukan sesuatu yang mengganggu kehidmatan

majlis

16) Adab Menjenguk Orang Sakit: (diisi pada hari menjenguk orang sakit)

a) Mengucap salam

b) Menggembirakan si sakit dan keluarganya

c) Mendo’akan si sakit

d) Memberikan bantuan

e) Tidak berlama‐lama

e. Kebiasaan Kelima : Membaca Al‐Qur’an

1) Membaca Al‐Qur’an ;

(0) Tidak (5) Membaca < 1 juz (10) Membaca ≥ 1 juz

2) Membaca Tarjamah atau Tafsir Al‐Qur’an ;

(0) Tidak (5) Membaca < 30 menit (10) Membaca ≥ 30 menit

f. Kebiasaan Keenam : Membaca Kitab dan Buku Bermanfaat

1) Membaca Tuntunan Islam (Kitab-kitab, Al-Hadits)

(0) Tidak (5) Membaca < 30 menit (10) Membaca ≥ 30 menit

2) Membaca Buku Positif (Motivasi, Sejarah, Ilmu Pengetahuan, dll)

(0) Tidak (5) Membaca < 30 menit (10) Membaca ≥ 30 menit

g. Kebiasaan Ketujuh : Pengajian

1) Mengikuti Pengajian Pegawai Berkala ;

(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2) Mengikuti Pengajian Anggota Berkala di ranting/ cabangnya ;

(di isi pada hari sesuai jadwal pengajian)

(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti

3) Mengikuti Pengajian Umum Berkala ;

(diisi pada hari sesuai jadwal pengajian)

(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti

4) Mengikuti Pengajian Akbar PDM/ PWM ;

(diisi pada hari sesuai jadwal pengajian akbar)

(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti

h. Kebiasaan Kedelapan : Berjama’ah dan Berorganisasi

1) Mengikuti kegiatan Jama’ah Muhammadiyah di ranting/ cabang

di luar pengajian ;

(diisi pada hari sesuai jadwal kegiatan)

(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti

2) Mengikuti rapat Muhammadiyah (pimpinan, majelis, ortom, panitia) ;

(diisi pada hari sesuai jadwal rapat)

(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti

i. Kebiasaan Kesembilan : Berpikir Positif

1) Tidak sekalipun berbicara atau mendengarkan tentang aib atau

keburukan sesama muslim

2) Tidak sekalipun menyalahkan orang lain

3) Tidak sekalipun melampiaskan kemarahan kepada orang lain dengan

kata‐kata kotor dan perbuatan yang tak layak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

4) Memaklumi dan memaafkan kesalahan orang lain yang dilakukan

terhadap anda

5) Menilai setiap peristiwa yang dihadapi dari sisi positif ; yakni

bersyukur bila peristiwanya menyenangkan dan bersabar bila

peristiwanya tidak menyenangkan

6) Mampu menahan marah

Scoring dilakukan dengan mengisi sebagai berikut :

(0) Tidak ada satupun pernyataan tersebut di atas terpenuhi

(5) Bila ≤ 3 pernyataan tersebut terpenuhi

(10) Bila semua pernyataan tersebut terpenuhi

Petunjuk Pengisian :

a. Mengisi evaluasi diri setiap hari sebelum tidur malam

b. Isilah setiap amalan dengan skor 0 – 10 sesuai dengan yang

dilakukan sebagai berikut ;

1) Amalan shalat, adab Islami, tilawah Al-Qur’an, membaca, dan

berpikir positif diisi setiap malam

2) Amalan puasa, ZIS, pengajian, berjama’ah/ berorganisasi diisi sesuai hari/

jadwal pelaksanaaan

c. Jumlahkan skor masing‐masing item amalan pada setiap akhir bulan.

d. Hitung rerata ;

( Σ Score ) ________________________________________________

Σ frekwensi hari yang harus melaksanakan dalam sebulan

Nilai rerata ideal adalah : 10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

3. Profil Perawat Muslim yang Sebenar‐Benarnya

a. Menjadi Pribadi Muslim yang sebenar­benarnya adalah impian hidupnya.

Pribadi Muslim yang sebenar-benarnya dapat digambarkan dengan ciri-ciri

sebagai berikut :

1) Bidang Aqidah

a) Bertauhid murni (Misi Muhammadiyah), bebas dari gejala-gejala

kemusyrikan, bid’ah, dan khurafat (MKCH/ Matan Keyakinan dan

Cita-cita Hidup warga Muhammadiyah).

b) Yakin bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada

para Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan

seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah

dan rahmat Allah kepada ummat manusia sepanjang masa dan

menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan

ukhrawi (MKCH).

c) Yakin bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

adalah apa yang diturunkan Allah di dalam Al-Qur’an dan yang

tersebut dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah,

larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hamba-

Nya di dunia dan akhirat (Penjelasan Muqaddimah AD

Muhammadiyah).

d) Yakin bahwa hanya hukum Allah yang sebenar-benarnya dan satu-

satunya yang dapat dijadikan sendi untuk membentuk pribadi

utama dan mengatur ketertiban hidup bersama (masyarakat) dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

menuju hidup bahagia dan sejahtera yang hakiki, di dunia dan

akhirat (Penjelasan Muqaddimah AD Muhammadiyah).

e) Menjadikan seluruh hidup dan kehidupannya semata-mata untuk

beribadah kepada Allah (beramal shaleh) guna mendapatkan

keridhaan-Nya (Penjelasan Muqaddimah AD Muhammadiyah)

2) Bidang Akhlak

a) Berakhlak mulia, meneladani Nabi Muhammad SAW: jujur, amanah,

istiqamah, memiliki iffah, berani, tawadhu’, malu, sabar, pema’af,

dermawan, dan sifat-sifat mulia lainnya.

b) Meninggalkan akhlak buruk seperti dusta, khianat, mudah tergoda, tak

punya harga diri, malas, penakut, takabur, pemarah, pendendam,

kikir, dan akhlak buruk lainnya.

c) Melaksanakan birrul walidain (berbakti kepada orang tua), berbuat

baik kepada orang lain, suka menolong dan memuliakan orang lain.

d) Melaksanakan adab Islami dalam setiap langkah kegiatannya: ketika

bicara, menyampaikan salam, berjumpa, bertamu dan menjamu,

bepergian, di jalan, ke masjid, menjenguk orang sakit, dalam majlis,

makan minum, tidur, berpakaian, bersin dan menguap, bergaul,

bertetangga, membaca Al-Qur’an, meminta izin, bertamu, buang

hajat, tidur, bergaul dengan saudara, bergaul dengan istri/suami,

berdoa, dll. Kesemuanya dilaksanakan sesuai dengan yang

dituntunkan Rasulullah SAW.

3) Bidang Ibadah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Taat dan tertib beribadah mahdhah seperti yang dituntunkan Rasulullah

SAW:

a) Tertib Thaharah (bersuci) ; Ia berwudhu, mandi, bertayamum, dan

beristinjak dengan benar dan baik sesuai tuntunan Rasulullah SAW.

b) Tertib Shalat ; Ia terbiasa melaksanakan shalat wajib di awal waktu dan

berjama’ah, shalat rawatib, tahajud setiap malam, dhuha setiap pagi.

Semua kewajiban shalat ia laksanakan. Semua gerakan, bacaan, dan

tata caranya seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, tidak ditambahi

atau dikurangi. Ia hafal seluruh bacaan shalat, wirid dan do’a-do’a

sesudahnya. Ia mengerti arti kata demi kata bacaan-bacaan tersebut.

c) Tertib ber-ZIS (zakat, infaq, shadaqah) ; Ia selalu menyisihkan

sekurang-kurangnya 2,5 % dari total penghasilannya untuk ZIS. Semua

hartanya ia zakati sesuai ketentuan syar’i.

d) Tertib Puasa ; melaksanakan puasa Ramadhan dengan baik, termasuk

melaksanakan amalan-amalan yang dituntunkan di dalamnya. Juga

melaksanakan puasa-puasa sunnah yang dituntunkan Nabi. Ia

membiasakan puasa tiga hari dalam sebulan (ayyaumul bid), puasa

hari senin dan kamis, atau seperti puasanya Nabi Daud as.

e) Serius mempersiapkan pendanaan ibadah-ibadah yang memerlukan

dana besar (haji, umrah, qurban, aqiqah, dll) dengan menabung. Ia rela

hidup sederhana demi terlaksananya ibadah-ibadah tersebut.

f) Ketika ada tetangga atau keluarganya yang meninggal, dapat

melaksanakan pengurusan jenazah dengan baik (memandikan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

mengkafani, menshalati, dan menguburkan sesuai tuntunan

Rasulullah).

4) Bidang Mu’amalat

a) Kehidupan Berkeluarga :

(1) Membiasakan perilaku Islami dalam keluarga.

(2) Mendidik anak-anaknya memahami dan mengamalkan ajaran

Islam sehingga menjadi anak-anak yang shalih/ shalihah.

(3) Membina keluarganya menjadi keluarga sakinah.

b) Hidup Bermasyarakat :

(1) Berprinsip memberikan manfaat kepada orang lain, senang berbuat

baik dan menolong orang.

(2) Melaksanakan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar

sebagai jihad mewujudkan masyarakat di sekitarnya menjadi

masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

(3) Hidup berjama’ah bersama orang-orang yang se-Iman.

c) Dalam melaksanakan jual beli dan kehidupan ekonominya didasarkan

atas prinsip-prinsip syari’ah.

d) Banyak beramal untuk kemashalatan ummat, seperti membangun dan

menyelenggarakan sekolah, madrasah, panti asuhan yatim, poliklinik,

rumah sakit, pengajian, dll.

b. Melaksanakan “The Nine Golden Habits”, sebagai proses menuju

pribadi muslim yang sebenar‐ benarnya.

c. Menjalani profesi perawat sesuai dengan ajaran Islam :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

1) Menjalani profesi perawat sebagai bagian ibadah untuk

mendapatkan ridha Allah SWT dan memberikan kemanfaatan kepada

orang lain.

2) Menjalani profesi perawat berdasarkan standar kompetensi perawat

sesuai ajaran Islam.

B. KONSEP MOTIVASI KERJA

1. Definisi

Motivasi merupakan unsur penting dalam suatu aktivitas kerja, karena

motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan perilaku.

Motivasi adalah kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi,

mendorong kegiatan atau gerakan yang mengarah dan menyalurkan perilaku

kearah mencapai kebutuhan yang member kepuasan atau mengurangi

ketidakseimbangan (Sinungan, 2003).

Definisi lain tentang motivasi dijelaskan oleh Stephen P. Khobbins dan

Marry Coulter sebagaimana dikutip oleh (Winardi, 2007) bahwa motivasi adalah

kesediaan untuk melaksanakan upaya dalam mencapai tujuan keorganisasian yang

dikondisikan oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan individu tertentu.

Ada juga yang mendefinisikan motivasi adalah suatu keinginan yang

terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan

tindakan-tindakan (Terry dalam Hasibuan, 2005).

Motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam

diri manusia untuk bertindak dan berperilaku ( Notoatmodjo, S, 2007).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Sedangkan motivasi kerja menurut Mangkunegara dalam Nursalam (2011)

adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkikan, mengarahkan dan

memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

2. Teori Motivasi

Beberapa teori motivasi menurut Purwanto (2007) Adalah sebagai berikut:

a. Teori Hedonisme

Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau

kenikmatan. Hedonism adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang

bahwa tujuan hidup utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat

duniawi.

b. Teori Naluri

Teori ini mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga

dorongan nafsu pokok, yang dalam hal ini disebut juga dengan naluri yaitu:

dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri)

mengembangkan diri dan dorongan nafsu (naluri) mengembangkan /

mempertahankan jenis.

Dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasaan-kebiasaan ataupun

tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat

dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Menurut teori ini, untuk

memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu

dikembangkan.

c. Teori reaksi yang dipelajari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Toeri ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak

berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang

dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang belajar banyak dari

lingkungan kebudayaan ditempat dan hidup dan dibesarkan. Toeri ini disebut juga

“toeri lingkungan kebudayaan”.

d. Teori Daya Pendorong

Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi

yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu

dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Menurut teori ini

bila ingin memotivasi seseorang harus berdasarkan atas daya pendorong, yaitu

atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang

dimilikinya.

e. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan.

Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada

hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan baik fisik maupun kebutuhan

psikis. Menurut teori ini apabila ingin memotivasi seseorang, ia harus berusaha

mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan

dimotivasinya.

Menurut Lady and Becker dalam Nursalam (2011), salah satu teori

kebutuhan adalah teori Maslow. Teori ini dikembangkan oleh Abraham Maslow yang

terkenal dengan kebutuhan FAKHA (Fisiologis, Aman, Kasih sayang, Harga diri, dan

Aktualisasi diri) dimana memandang kebutuhan manusia sebagai lima macam hierarki,

mulai dari kebutuhan fisiologis yang paling mendasar sampai kebutuhan tertinggi, yaitu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

aktualisasi diri. Menurut Maslow, individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan

yang paling menonjol atau kuat bagi mereka pada waktu tertentu. Lima tahapan atau lima

hierarki kebutuhan menurut Maslow meliputi;

1) Kebutuhan fisiologis (Physiological needs)

Kebutuhan fisilogis ini merupakan kebutuhan pokok yang paling

mendasar, setiap manusia pasti membutuhkannya. Manusia tidak akan mencari

kebutuhan lain sebelum kebutuhan dasar ini terpenuhi. Adapun kebutuhan dasar

tersebut adalah kebutuhan untuk makan dan minum, kebutuhan untuk bernafas,

seksualitas, perlindungan fisik.

2) Kebutuhan keamanan dan kenyamanan (Safety and security needs)

Manusia membutuhkan perlindungan dan keamanan dari berbagai

marabahaya. Seperti pertentangan, perang, lingkungan dimana dia hidup.

3) Kebutuhan untuk rasa memiliki (Belongingness needs)

Manusia butuh untuk diterima oleh masyarakat sekitar, kelompok

sehingga nantinya memudahkan untuk saling berinteraksi satu sama lain,

berafiliasi, butuh untuk dicintai dan mencintai.

4) Kebutuhan harga diri (Self esteem needs)

Manusia butuh untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain, hal

ini sebagai bentuk diterimanya manusia oleh lingkungan.

5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self actualization needs)

Kebutuhan yang paling tinggi derajatnya menurut Abraham

Maslow ini adalah kebutuhan aktualisasi diri. Yaitu kemampuan untuk

menggunakan semua potensi dirinya baik secara keilmuan/ kognitif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

maupun keterampilan/ skill, serta kemampuan untuk mengemukakan/

mengembangkan ide-ide cemerlangnya.

Ada juga teori motivasi dalam perspektif Islam yang dikembangkan oleh

Akhmad Muwafik Saleh dalam bukunya yang berjudul Bekerja dengan Hati

Nurani. Beliau mengatakan selama ini, banyak orang bekerja untuk mengejar

materi belaka demi kepentingan duniawi, mereka tak sedikitpun memerdulikan

kepentingan akhirat kelak. Oleh karena itu sudah saatnya para pekerja bekerja

dengan motivasi yang dapat memberikan kepribadian yang baik dan dibenarkan

oleh Islam yang harus memenuhi cirri-ciri sebagai berikut (Saleh, 2009) :

a. Niat Baik dan Benar (Mengharap Ridha Allah SWT)

Sebelum seseorang bekerja, harus mengetahui apa niat dan motivasi dalam

bekerja, niat inilah yang akan menentukan arah pekerjaan. Jika niat bekerja hanya

untuk mendapatkan gaji, maka hanya itulah yang akan didapat. Tetapi jika niat

bekerja sekaligus untuk menambah simpanan akhirat, mendapat harta halal, serta

menafkahi keluarga, tentu akan mendapatkan sebagaimana yang diniatkan.

Rasulullah SAW bersabda : Dari Sa’ad bin Abu Waqqash ra, Rasulullah SAW

bersabda kepadanya : “Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan (bekerja)

yang kamu niatkan untuk mencari keridhaan Allah niscaya kamu akan diberi

pahala sebagai apa yang kamu sediakan untuk makan istrimu“ (HR. Bukhari-

Muslim).

b. Taqwa dalam Bekerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Taqwa di sini terdapat dua pengertian. Pertama, taat melaksanakan perintah

dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Kedua, sikap tanggung jawab seorang

muslimterhadap keimanan yang telah diyakini dan diikrarkannya. Orang yang

bertaqwa dalam bekerja adalah orang yang mampu bertanggung jawab terhadap

segala tugas yang diamanhkan.

Orang yang bertaqwa atau bertanggung jawab akan selalu menampilkan

sikap-sikap positif, untuk itu orang yang bertaqwa dalam bekerja akan

menampilkan sikap-sikap sebagai berikut :

1) Bekerja dengan cara terbaik sebagai wujud tanggung jawab terhadap

kerja dan tugas yang diamanahkan.

2) Menjauhi segala bentuk kemungkaran untuk dirinya dan orang lain

dalam bekerja. Misalnya, tidak malas-malasan, merugikan rekan kerja,

dsb.

3) Taat pada aturan.

4) Hanya menginginkan hasil pekerjaan yang baik dan halal.

Allah SWT menjamin balasan kepada orang-orang yang bertaqwa dalam

kehidupan ini, termasuk dalam bekerja. Firman Allah SWT dalam (QS. At-Talaq :

2–3) yang artinya : “… Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan

membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia (Allah SWT) memberinya rizki dari

arah yang tiada disangka-sangkanya…”

c. Ikhlas dalam Bekerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Ikhlas adalah syarat kunci diterimanya amal perbuatan manusia disisi

Allah SWT. Suatu kegiatan atau aktivitas termasuk kerja jika dilakukan dengan

keikhlasan maka akan mendatangkan rahmat dari Allah SWT. Adapun ciri-ciri

orang yang bekerja dengan ikhlas yaitu :

1) Bekerja semata-mata mengharap ridha Allah SWT.

2) Bersih dari segala maksud pamrih dan ria.

3) Penuh semangat dalam mengerjakan seluruh tugas pekerjaan.

4) Tidak merasa rendah karena makian atau cercaan sehingga tidak

mengurangi semangat dalam bekerja.

Allah SWT berfirman dalam (QS. Ali Imran : 29) yang artinya :

“Katakanlah, jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu

menampakkannya, Allah pasti mengetahuinya”.

Mencari rezeki yang halal dalam agama Islam hukumnya wajib. Ini

menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang halal. Dengan demikian,

motivasi kerja dalam Islam bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi sebagai

kewajiban ibadah fardlu lainnya. Islam sangat layak untuk dipilih sebagai jalan

hidup (way of life). Islam tidak hanya berbicara tentang moralitas akhlak, tetapi

juga memberikan peletakan dasar tentang konsep-konsep membangun kehidupan

dan peradaban tinggi.

Islam menganjurkan umatnya agar memilih aktivitas dan karir yang benar-

benar selaras dengan kecenderungan dan bakatnya. Dengan demikian, Islam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

meletakkan dasar yang kuat akan kebebasan berusaha. Hanya saja, untuk

menghindari gejala-gejala kejahatan, Islam meletakkan batasan-batasan. Tujuan

itu dinyatakan dalam Al-Qur’an dengan ungkapan bahwa bekerja adalah ibadah.

Menurut syari’at, keridhaan Allah SWT tidak akan didapatkan jika kita

tidak melaksanakan tugas tekun, sungguh dan sempurna (Qardhawi, 1997).

Ambisi seorang mukmin dalam bekerja yang paling utama adalah mendapatkan

ridha Allah SWT. Dari ambisi yang mulia ini timbul sikap jujur, giat dan tekun.

Firman Allah SWT (QS. At-Taubah : 105) yang artinya : Dan katakanlah :

“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan

melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang

mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan”.

Ayat di atas memerintahkan agar kita bekerja, kerja itulah yang akan

dilihat Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut tidak selalu

bahwa yang satu dianugerahi derajat lebih tinggi dari yang lain, tetapi

dimaksudkan bahwa kelebihan itu tidak lain dari pada kelebihan keahlian dalam

bidang masing-masing. Dengan demikian, setiap orang pasti mempunyai

kelebihan atas orang lain dalam bidang kerja tertentu dan dengan adanya

kelebihan inilah setiap orang memerlukan bantuan orang lain untuk dapat

terselenggaranya kebutuhan-kebutuhan hidupnya (Basyir, 1997

3. Jenis-Jenis Motivasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Menurut Nursalam dan Ferry Efendi (2008), motivasi di bagi menjadi

dua jenis, yaitu :

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri manusia,

biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia

menjadi puas. Motivasi instrinsik didorong oleh kemauan dari dalam diri sendiri

dan keinginan untuk mendapatkan kebutuhan rasa aman untuk mencapai tujuan

tertentu.

Motivasi instrinsik berisi: (1) Penyesuaian terhadap minat, (2)

Perencanaan yang penuh variasi, (3) Umpan balik dan (4) Kesempatan peserta

untuk menyesuaikan.

Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan

kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang berpengetahuan,

disamping juga karena pengaruh dari orang lain.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar yang merupakan

pengaruh dari orang lain atau lingkungan, misalnya dalam bidang pendidikan

terdapat minat yang positif tehadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat

manfaatnya. Beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain:

1) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi,

menghargai pendapatnya, pikirannya.

2) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan

pendidikannya.

3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

4) Pendidikan harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan

bidang studi

5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta terhadap profesinya.

Motivasi ekstrinsik dapat diperoleh dari tetangga, keluarga, sahabat dan

teman, informasi dari media masa, radio, TV, serta dari penyuluhan tenaga

kesehatan (perawat, bidan, dokter dan tenaga kesehatan lainnya).

Motivasi ekstrinsik berisi: (1) Penyesuaian dengan minat, (2)

Perencanaan yang penuh variasi, (3) Respon klien, (4) Kesempatan klien yang

aktif, (5) Kesempatan klien menyesuaikan tugasnya dan (6) Adanya kegiatan yang

menarik.

4. Unsur-unsur Motivasi

Menurut Sunaryo (2004), unsur-unsur motivasi sebagai berikut:

a. Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya

memerlukan rangsangan baik dari dalam maupun dari luar

b. Motivasi sering kali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi.

c. Motivasi merupakan reaksi pikiran dari beberapa alternatif pencapaian tujuan.

d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia.

5. Proses Terjadinya Motivasi

Motivasi timbul karena adanya ketidak seimbangan dalam diri individu.

Akibat ketidak seimbangan tersebut maka akan menimbul kan kebutuhan untuk

segera dipenuhi sehinga terjadi keseimbangan atau hemoestatis. Caranya adalah

manusia itu harus berperilaku. Jadi, pada awalnya motivasi itu timbul karena

adanya ketidak seimbangan yang menimbulkan kebutuhan. Kebutuhan dipandang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

sebagai kekurangan adanya sesuatu pada diri individu yang menuntut untuk

segera dipenuhi agar terjadi keseimbangan. Adanya kekurangan tersebut,

berfungsi sebagai dorongan yang menyebabkan individu berperilaku untuk

memenuhi kebutuhan tersebut.

6. Tujuan Motivasi

Menurut Hamzah B (2007), sasaran motivasi meliputi :

a. Mendorong manusia untuk melakukan aktifitas yang didasarkan atas

pemenuhan kebutuhan.

b. Menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai.

c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

7. Fungsi Motivasi

Purwanto (2007) mengemukakan, fungsi motivasi adalah mendorong

timbulnya tingkah laku atau suatu perbuatan serta menyeleksinya, sebagai

pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang

diinginkan, sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, besar

kecinya motivasi menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

8. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Helleriegel dan Slocum sebagaimana dikutip Sujak (1990:249) ada tiga

faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi (1) perbedaan karakteristik individu,

(2) perbedaan karakteristik pekerjaan, dan (3) perbedaan karakteristik lingkungan

kerja atau organisasi. Karakteristik individu yang berbeda jenis kebutuhan, sikap

dan minat menimbulkan motivasi yang bervariasi, misalnya pegawai yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

mempunyai motivasi untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya akan bekerja

keras dengan resiko tinggi dibanding dengan pegawai yang mempunyai motivasi

keselamatan, dan akan berbeda pada pegawai yang bermotivasi untuk

memperoleh prestasi. Setiap pekerjaan yang berbeda membutuhkan persyaratan

keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi dan tipe-tipe penilaian

yang berbeda pula. Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu

membutuhkan pengorganisasian dan penempatan orang secara tepat sesuai dengan

kesiapan masing-masing pegawai. Setiap organisasi juga mempunyai peraturan,

kebijakan, sistem pemberian hadiah, dan misi yang berbeda-beda yang akan

berpengaruh pada setiap pegawainya.

Chung & Megginson dalam Gomes (2001:180) menjelaskan, motivasi

melibatkan (1) faktor-faktor individual dan (2) faktor-faktor organisasional.

Faktor-faktor individual meliputi kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan

(goals), sikap (attitude), dan kemampuan-kemampuan (abilities). Faktor-faktor

organisasional meliputi pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job

security), sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise),

dan pekerjaan itu sendiri (job itself).

C. KONSEP KINERJA

Menurut Mangkunegara (2005), yang dimaksud kinerja adalah prestasi kerja

atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang

dalam jangka waktu tertentu dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Sedangkan menurut Hafizurrachman (2009), kinerja adalah penampilan

kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan

tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja pada

dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.

Kinerja sebagai hasil–hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau

kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk

mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Pabundu, 2006).

Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan memiliki unsur

kuantitas hasil, kualitas hasil, ketepatan waktu hasil, kehadiran dan kemampuan

bekerjasama.

1. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Mathis dalam Hafizurrachman (2009) ada 3 faktor yang

mempengaruhi kinerja yaitu kemamapuan pribadi untuk melakukan pekerjaan

tersebut (ability), tingkat usaha yang dicurahkan (effort) dan dukungan organisasi

(support).

Menurut Notoatmodjo (1998) kinerja karyawan dalam suatu organisasi

dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari motivasi dan

kemampuan atau ketrampilan. Sedangkan faktor eksternal adalah sistem

kompensasi dan lingkungan kerja. Sedangkan menurut Simmamora (1997) faktor

yang mempengaruhi kinerja menjadi 3 faktor, yaitu :

a. Faktor individu, yang meliputi kemampuan, keahlian, latar belakang individu

dan demografi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

b. Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran dan

motivasi.

c. Faktor organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan dan kompensasi.

2. Penilaian Kinerja Perawat

Perawatan yang dilakukan oleh perawat termasuk bagian dari pelayanan

kesehatan yang selalu menjadi tempat curahan keluhan pasien. Oleh karena itu

kinerja perawat harus seoptimal mungkin. Menurut Handoko (1999) penilaian

kinerja adalah suatu proses yang sistematis dimana organisasi menilai prestasi

kerjanya. Penilaian kinerja dilakukan sampai sejauh mana kinerja tersebut sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan (Desler, 1997).

Ada beberapa metode dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perawat.

1) Manajemen kinerja berfokus pada input/individu (People Oriented

Performance Management / POP-MAN)

POP-MAN adalah manajemen kinerja yang berfokus pada manusia (Ruky

dalam Soeroso, 2003). Penilaian kinerka yang cocok untuk rumah sakit kecil yaitu

metode peringkat/dirangking (forced ranking), dilakukan dengan merangking

karyawan dari peringkat terbaik sampai peringkat terburuk. Faktor yang dinilai

adalah hasil pekerjaan, kecakapan kerja, kemampuan mengatur pekerjaan,

bertanggungjawa dalam pemeliharaan alat, bertanggung jawab atas pekerjaan,

minat, inisiatif, loyalitas, kerjasama dalam tugas, sikap terhadap atasan, bawahan,

rekan sekerja, disiplin, kreatifitas, kejujuran, ketekunan dalam bekerja, cara

berpakaian, kepemimpinan, kemampuan membuat rencana, cara komunikasi dan

kemampuan mengorganisasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2) Manajemen kinerja berfokus pada proses (Process Oriented Performance

management/ PROPER-MAN)

Tehnik penilaian ini berfokus pada baik buruknya karyawan dalam

melaksanakan tugasnya. Apabila metode ini dilaksanakan dengan baik maka akan

muncul peningkatan mutu pelayanan dan mutu sumber daya manuasia. Cara

tersebut dapat digunakan untuk rencana penggajian berbasis ompetensi

(computency based payment) (Soeroso,2003).

3) Manajemen kinerja berfokus pada out put (Result Performance Management)

Penilaian kerja ini memfokuskan perhatiannya pada out put atau pencapaian

sasaran.

4) Manajemen berorientasi sasaran (Management by Objective /MBO)

Dalam suatu organisasi unsur atasan dan bawahan sangat penting. Atasan dan

bawahan bekerja sesuai tugas dan fungsinya dalam mengerjakan tugas untuk

mencapai tujuan organisasi. Konsep MBO adalah bahwa organisasi didirikan

untuk tujuan tertentu (Peter F Drucker, dalam Soeroso 2003). Menurut

Schermerhom R John dalam Dharma (2005) inti MBO adalah proses penetapan

sasaran bersama atasan dan bawahan. Secara bersama antara atasan dengan

bawahan mengembangkan sejumlah sasaran dan tolok ukur keberhasilan yang

spesifik dalam kerangka waktu yang telah disepakati bersama kemudian

melakukan evaluasi bersama secara berkala. Pada akhir periode yang telah

disepakati, bawahan dinilai berdasarkan kinerja yang telah dicapai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Sumber-Sumber Penilaian

Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh setiap elemen dalam organisasi

(Dharma, 2005). Penilaian kinerja tersebut adalah :

a. Penilaian atas diri sendiri

Penilaian atas diri sendiri merupakan proses pendekatan yang terstruktur

sehingga menjadi dasar pembicaraan dengan manajer dalam pertemuan atas

evaluasi kinerja individu itu sendiri.

b. Penilaian oleh bawahan

Bawahan dapat melakukan penilaian dan berkomentar tentang aspek-aspek

tertentu dari kinerja atasannya. Penilaian dari bawahan terhadap atasan dapat

dibuat secara formal sebagai bagian dari prosedur evaluasi.

c. Penilai oleh rekan sejawat

Dikenal dengan pear assessment, yaitu penilaian dibuat oleh teman sejawat

dalam anggota tim yang berada pada suatu kelompok yang sama.

d. Penilaian oleh multi assessment

Penilaian ini dilakukan oleh banyak unsur. Penilaian kinerja dilakukan oleh

atasan terhadap bawahan dan sebaliknya bawahan juga dapat menilai atasan.

Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh teman sejawat melalaui tim yang ada pada

kelompok yang sama.

4. Evaluasi Kinerja Perawat

Baik buruknya kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan

keperawatan yang diberikan pada pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan

dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan menggunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

standard praktek keperawatan yang sekaligus menjadi pedoman bagi perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2011). Menurut Depkes

(2001) kinerja perawat dapat dievaluasi berdasarkan disiplin kerja, sikap dan

perilaku serta kemampuan perawat dalam menerapkan standart asuhan

keperawatan.

a. Disiplin Kerja

Disiplin dalam bekerja merupakan tiang dalam sebuah organisasi. Apabila

tiang tersebut rapuh di tambah lagi pondasinya yang tidak baik, maka organisaai

tersebut akan roboh. Disiplin kerja di definisikan sebagai suatu sikap yang

menghormati, menghargai, patuh dan taat pada peraturan- peraturan yang

berlaku, baik peraturan yang tertulis maupun peraturan tidak tertulis, sanggup

untuk menjalankanya serta tidak mengelak untuk menerima sangsi-sangsinya

apabila di kemudian hari di dapatkan melanggar tugas dan kewenangan yang di

berikan (Siagian, 2000). Begitu pentingnya sebuah kedisiplinan dalam sebuah

organisasi sehingga meminta kita untuk selalu berhati-hati jangan sampai ada

keteledoran / kelalaian (neiglejent) dalam tugas serta penyimpangan dan

pemborosan dalam melakukan tugas.

Menurut davis dan newstroom (1994), di sitasi purwito (2001) mengatakn

bahwa : disiplin merupakan tindakan menejemen yuntuk menegakkan standart

organisasi, sifatnya bisa preventif maupun koretif. Dikatakan disiplin preventif

apabila tindakan yang dilakukan untuk mendorong pegawai mentaati standart dan

peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran dikemudian hari, disini yang dituntut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

adalah kedisiplinan pribadi atas dasar kesadaran [pribadi dan bukan paksaan dari

pihak atasan.

Sedangkan disiplin korektif adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah

pelanggaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai pembelajaran, agar orang

lain tidak mengulangi kesalahan yang sama, serta mempertahankan standart

kelompok agar tetap konsisten. Penegakan disiplin dilakukan dengan segera, bisa

dengan melalui peringatan pada tahap awal, harus konsisten dan tidak pandang

bulu.

b. Sikap dan Perilaku

Keberadaan sikap dan perilaku merupakan perwujudan dari adanya

sebuah kebutuhan. Perilaku dikatakan baik dan wajar apabila ada penyesuaian diri

(adaptation) yang harus diselaraskan dengan peran manuisa sebagai makhluk

individu, sosial dan berketuhanan. Apabila manusia dapat menyesuaikan diri

dengan baik, maka disitulah letak kebahagiaan (Purwanto, 1992). Perilaku

manusia berasal dari adanya dorongan yang muncul dalam diri individu,

sedangkan dorongan tu sendiri merupakan sebuah uasaha untuk memenuhi

kebutuhan yang ada dalam diri manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia berprilaku dalam segala aktivitasnya

dan banyak hal yang mengharuskan seseorang untuk berperilaku. Perilaku sendiri

mempunyai arti yang konkret daripada jiwa, karena lebih konkret itulah, maka

perilaku lebih mudah untuk dipelajari daripada jiwa, melalui perilaku jiwa

seseorang dapat diketahui. Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia :

1) Keturunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Keturunan sering disebut sebagai pembawaan sifat atau herediter. Teori

genetika yang disampaikan oleh Gregor Mendel adalah sebagai berikut:

a) Tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunan.

b) Tiap pasangan merupakan penentu alternatif bagi keturunan.

c) Pada waktu pembentukan sel kelamin, pasangan keturunan memisah

dan menerima pasangan faktor keturunan.

2) Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku manusia sehingga akhirnya

akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial dalm bergaul satu sama

lainnya. Pengaruh lingkungan pada individu meliputi dua sasaran yaitu

lingkungan yang akan membuat individu sebagai makhluk sosial serta lingkungan

yang akan membuat wajah budaya bagi individu.

c. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan menurut Hamid, (2001) adalah suatu proses atau

kegiatan praktek keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien di

berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan.

Berpedoman pada standart keperawatan dalam lingkup wewenang serta

tanggungjawab keperawatan. Agar nantinya didapatkan mutu pelayanan

keperawatan yang baik serta pasien merasa puas terhadap kinerja perawat, maka

hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, seorang perawat

perlu melakukan berbagai langkah yang terstruktur dan sistematis berdasarkan

proses keperawatan. Proses keperawatan inilah yang nantinya dapat dijadikan

tolak ukur evaluasi kinerja perawat. Standart praktik keperawatan telah dijabarkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

oleh PPNI (2000) yaitu mengacu pada tahapan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi

(Nursalam, 2011).

1) Pengkajian: Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien

secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.

2) Diagnosa Keperawatan: Setelah semua data terkumpul, maka langkah

berikutnya adalah menegakkan atau merumuskan diagnosa keperawatan.

3) Intervensi: Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah pasien dan meningkatkan kesehatan pasien.

4) Implementasi: Dalam pelaksanaan, perawat tinggal menerapkanya pada

klien sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan sebelumnya.

5) Evaluasi: Ada dua macam evaluasi, yaitu evaluasi proses dan evaluasi

hasil :

a) Evaluasi proses dilakukan setiap kali melakukan implementasi, atau

bisa dilakukan setiap shiff.

b) Evaluasi hasil adalah evaluasi yang anda lakukan sesuai dengan tujuan

yang telah dipilih sebelumnya/sesuai dengan tujuan yang hendak di

capai.

6) Dokumentasi: Perawat harus mendokumentasikan /mencatat semua apa

yang telah dilakukan sebagai bukti sosial asuhan yang di berikan pada

klien dan sekaligus sebagai wahana komunikasi antar perawat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

5. Kinerja dalam perspektif Islam

Kerja pada hakekatnya adalah manifestasi dari amal kebajikan. Sebagai

sebuah amal, maka niat dalam menjalankannya akan menentukan penilaian.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya nilai

amal itu ditentukan oleh niatnya”.

Budaya kerja umat Islam dalam masa globalisasi saat ini, banyak yang

mengadopsi budaya-budaya asing karena diyakini begitu maju dan berkembang.

Budaya asing tidak selamanya negative maupun positif, dengan catatan sesuai

dengan Islam. Budaya penghargaan atas waktu dan ketepatan dalam memenuhi

janji, selalu dianggap sebagai budaya asing, padahal itu adalah bagian dari ajaran

Islam (Hafinuddin dan Tanjung, 2003).

Budaya kerja Islam berarti mengaktualisasikan seluruh potensi iman, pikir,

dan zikir, serta keilmuan kita untuk memberikan nilai kebahagiaan. Inti atau

sumber inspirasi budaya kerja Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang diikat

dalam satu kata, yaitu akhlak.

Dalam Islam, manusia dituntut untuk minta tolong pada Allah SWT dan

mengakui keterbatasan dirinya. Allah lebih mencintai orang-orang yang selalu

meminta daripada yang enggan meminta, karena seolah-olah manusia itu

berkecukupan. Firman Allah SWT (QS. Al-Mukmin : 60) yang artinya :

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya

orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka

jahannam dalam keadaan hina”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Apabila manusia rajin bekerja dan berupaya, ia akan menciptakan budaya

kerja yang disiplin, keras kemauan dan tidak cepat putus asa. Ia akan terus berdo’a

dan meminta tolong dan ridha-Nya, agar usahanya membuahkan hasil. Sifat ini

akan membawa manusia ke perilaku rendah hati, takut takabur dan senantiasa

menyadari baik kelemahan maupun kekuatannya.

Dalam bukunya Managemen Syari’ah dalam Praktek, Didin Hafinuddin

dan Hendri Tanjung mengatakan, penghayatan terhadap nilai atau makna hidup,

agama, pengalaman dan pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan sikap

kerja professional, sedangkan apresiasi nilai yang bersifat aplikatif akan

membuahkan akhlakul karimah, diantaranya :

a. Ash-Sholeh (Baik dan Bermanfa’at)

Sesuai dengan firman Allah SWT (QS. An-Nahl: 97) yang artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan

dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya

kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka

dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.

b. Al-Itqon (Kemantapan)

Kualitas kerja yang itqan atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan,

kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang Islami. Di dalam (QS. An-Nahl: 88)

Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu

sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.

(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;

Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

c. Al-Ihsan (Melakukan yang Terbaik atau Lebih Baik Lagi)

Kualitas Ihsan mempunyai dua makna dan memberikan dua pesan, yaitu :

Pertama, ihsan berarti ‘yang terbaik’ dari yang dapat dilakukan.

Kedua, ihsan mempunyai makna ‘lebih baik’ dari prestasi atau kualitas pekerjaan

sebelumnya. Keharusan berbuat yang lebih baik juga berlaku ketika seorang

muslim membalas jasa atau kebaikan orang lain. Bahkan, idealnya ia tetap berbuat

yang lebih baik, hatta ketika membalas keburukan orang lain. Dalam (QS.

Fussilat : 34) yang artinya : “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.

Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang

antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang

sangat setia”.

d. Al-Mujahadah (Kerja Keras dan Optimal)

Dalam (QS. Al-Ankabut : 69) Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan

orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan

Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah

benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.

e. Tanafus dan Taawun (Berkompetisi dan Tolong-Menolong)

Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas

amal saleh. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani

yang bersifat “amar” atau perintah. Ada perintah “fastabiqul khairat” (maka,

berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan). Firman Allah SWT (QS. Al-

Baqarah : 108) yang artinya : “Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada

Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? Dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah

sesat dari jalan yang lurus”.

f. Mencermati nilai waktu.

Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Ashr : 1-3) yang artinya : “Demi

masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-

orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya

mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia benar-benar dalam kerugian

apabila tidak dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk bekerja.

g. Shiddiq.

Sifat Shiddiq berarti memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan,

keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada pertentangan yang

disengaja antara ucapan dan perbuatan. Firman Allah SWT (QS. At-Taubah : 119)

yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan

hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.

h. Istiqomah.

Sifat Istiqomah berarti konsisten dalam iman dan nilai-nilai yang baik

meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqomah dalam kebaikan

ditampilkan dengan keteguhan, kesabaran, serta keuletan, sehingga menghasilkan

sesuatu yang optimal. Misalnya, interaksi yang kuat dengan Allah SWT dalam

bentuk shalat, zikir, membaca Al-Qur’an, dll. Semua proses itu akan

menumbuhkan suatu sistem yang memungkinkan kebaikan, kejujuran, dan

keterbukaan ter-aplikasi dengan baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

i. Fathanah.

Sifat Fathanah berarti mengerti, memahami dan menghayati secara

mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajiban. Sifat ini akan

menumbuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam

inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin dimiliki ketika

seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan,

peraturan, informasi, baik yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun usaha

secara umum. Firman Allah (QS. Yusuf : 55) yang artinya : Berkata Yusuf :

“Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku adalah

orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”.

j. Amanah.

Sifat Amanah berarti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan setiap

tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran,

pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala hal. Sifat

amanah harus dimiliki oleh setiap mukmin, apalagi yang memiliki pekerjaan yang

berhubungan dengan pelayanan masyarakat. (QS. An-Nisa’ : 58) menjelaskan :

“Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara

manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha

mendengar lagi maha melihat”.

k. Tabligh.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Sifat Tabligh berarti mengajak sekaligus memberi contoh kepada pihak

lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan

sehari-hari. Tabligh yang disampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif, dan

persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang semakin solid dan

kuat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Agus Sarwo Prayogi (2008). Hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja

perawat di ruang rawat inap RSD Panembahan Senopati. Pengambilan sample

menggunakan purposive sampling sebanyak 67 orang perawat pelaksana dan

dianalisa menggunakan uji korelasi pearsons product moment, dengan tingkat

kemaknaan 5%. Hasil penelitian didapatkan p = 0,020, artinya ada hubungan

yang bermakna antara motivasi kerja dan kinerja perawat pelaksana dengan

korelasi positif rendah.

2. Widyana Idayu (2012). Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat

dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD

Langsa. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Sample

diambil dengan tehnik cluster random sampling berjumlah 70 orang.

Berdasarkan uji korelasi Spearman didapatkan hasil terdapat hubungan yang

positif antara motivasi kerja dan kinerja perawat.

3. Iswatun (2013). Hubungan Beban Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja

Perawat di RSUD dr. Soegiri Lamongan. Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional.

Besar sample 30 responden, dengan menggunakan tehnik total sampling

(sampling jenuh). Hasilnya, ada hubungan secara bersama-sama yang

signifikan dari beban kerja dan motivasi kerja dengan kinerja perawat di

RSUD Dr. Soegiri Lamongan, dimana faktor motivasi lebih kuat dari pada

beban kerja dengan uji regresi logistik didapatkan nilai F=3,632 p=0,040,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

R=0,446, R2=0,20 dan nilai OR motivasi sebesar 32,625 dengan CI 95%

2,497 sampai 426,321.

4. Sujono Riyadi (2007). Hubungan Motivasi kerja dan Karakteristik individu

dengan Kinerja Perawat di RSD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep Madura. Besar

sample 110 orang dan dianalisa menggunakan uji statistik Multiple Linear

Regression. Hasil menunjukkan tidak ada hubungan antara motivasi dan

kinerja perawat.

5. Alaik Allama (2012). Pengaruh Motivasi Kerja Islam dan Budaya Kerja Islam

terhadap Produktivitas Kerja Karyawan BMT di Kudus. Penelitian ini

menggunakan tehnik random sampling berjumlah 45 responden. Berdasarkan

uji statistic diperoleh nilai f hitung sebesar 77,001. Besarnya pengaruh

tersebut ditunjukkan sebesar Adjusted r square sebesar 0.786 yang berarti ada

pengaruh sebesar 78,6%, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang

signifikan antara motivasi kerja Islam dan budaya kerja Islam terhadap

produktivitas kerja karyawan BMT.

6. Sudalhar (2011). Pengaruh Keperawatan Islami terhadap Kepuasan Kerja

Perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro. Desain yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pra experimental (one group pra-test post-test

design). Besar sample 34 responden, dengan menggunakan purposive

sampling. Hasilnya didapatkan terdapat pengaruh yang bermakna antara

Penerapan Asuhan Keperawatan Islami terhadap Kepuasan Kerja Perawat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

G. Kerangka Pikir :

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian tentang Hubungan Implementasi The Nine Golden Habits dan Motivasi dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Tahun 2013.

Implementasi The Nine Golden Habits :

1. Kebiasaan Shalat 2. Kebiasaan Puasa 3. Kebiasaan ZIS 4. Kebiasaan Tila-

wah al-Qur’an 5. Kebiasaan Adab

Islami 6. Kebiasaan ikut

Kajian Islam 7. Kebiasaan

Berorganisasi 8. Kebiasaan Mem-

baca Kitab dan Buku Ber-manfa’at

9. Berpikiran Positif

Motivasi Kerja Perawat :

Motivasi kebutuhan berdasarkan Abraham Maslow : 1. Fisiologis 2. Aman 3. Kasih sayang 4. Harga diri 5. Aktualisasi diri

Motivasi dalam perspektif Islam : 1. Niat baik & benar 2. Takwa dalam

bekerja 3. Ikhlas dalam

bekerja

Faktor yang mempengaruhi kinerja :

a) Kemampuan pribadi (ability), usaha yang dicurahkan (effort), dukungan organisasi (support).

b) Motivasi, gaji, variasi kerja, beban kerja pengawas/supervisor, promosi dan kondisi kerja

Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan The Nine Golden Habits :

- Kebijakan Manajemen

- Kesadaran Pribadi

- Lingkungan

Faktor yang mempengaruhi motivasi:

-Umur -Herediter -Lingkungan -Fasilitas -Situasi/kondisi -Aktivitas

Kinerja Perawat Meningkat : 1) Disiplin Kerja 2) Sikap dan Perilaku 3) Penerapan Standard Asuhan

Keperawatan

Standard Kinerja Islami ; 1) Ash-Sholeh 2) Al-Itqon 3) Al-Ihsan 4) Al-Mujahadah 5)Tanafus &Taawun 6) Tepat Waktu 7) Istiqomah 8) Shidiq 9) Amanah 10) Tabligh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

H. Hipotesis :

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan implementasi The Nine Golden

Habits dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.

Semakin baik pelaksanaan The Nine Golden Habits, maka kinerjanya semakin

baik.

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan motivasi kerja dengan kinerja

perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Semakin baik motivasi

kerja, maka kinerjanya semakin baik.

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan secara bersama antara implementasi

The Nine Golden Habits dan motivasi kerja dengan kinerja perawat di Rumah

Sakit Muhammadiyah Lamongan.