bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/istia nur pradiatmi_bab...

31
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Penganggaran Publik Anggaran merupakan pernyataan mengenai perkiraan kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Anggaran dapat diartikan sebagai suatu perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang (Bastian, 2006). Penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan anggaran. (Mardiasmo, 2002) Dalam konteks sektor publik, penganggaran harus dipublikasikan, bersifat transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Penganggaran sektor publik berkaitan dengan proses penentuan jumlah alokasi dana yang digunakan untuk melaksanakan aktifitas. Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran yaitu tranparansi dan akuntabilitas anggaran, disiplin anggaran, keadilan anggaran, efisiensi dan efektifitas anggaran, serta format anggaran berimbang. Penganggaran sektor publik juga harus memiliki fungsi yang melekat pada anggaran itu. Fungsi anggaran sektor publik yaitu sebagai alat perencanaan, pengendalian, kebijakan fiskal, dan penilaian Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Upload: others

Post on 20-Jan-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Penganggaran Publik

Anggaran merupakan pernyataan mengenai perkiraan kinerja

yang hendak dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan dalam

ukuran finansial. Anggaran dapat diartikan sebagai suatu perkiraan

penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu

atau beberapa periode mendatang (Bastian, 2006). Penganggaran

adalah proses atau metode untuk mempersiapkan anggaran.

(Mardiasmo, 2002)

Dalam konteks sektor publik, penganggaran harus

dipublikasikan, bersifat transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Penganggaran sektor publik berkaitan dengan proses penentuan jumlah

alokasi dana yang digunakan untuk melaksanakan aktifitas.

Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip

anggaran yaitu tranparansi dan akuntabilitas anggaran, disiplin

anggaran, keadilan anggaran, efisiensi dan efektifitas anggaran, serta

format anggaran berimbang.

Penganggaran sektor publik juga harus memiliki fungsi yang

melekat pada anggaran itu. Fungsi anggaran sektor publik yaitu

sebagai alat perencanaan, pengendalian, kebijakan fiskal, dan penilaian

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

13

kinerja. Sebagai alat perencanaan, anggaran sektor publik dibuat untuk

merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan pemerintah, berapa

biaya yang dibutuhkan serta hasil dari belanja pemerintah tersebut.

Sebagai alat pengendalian, anggaran dibuat untuk memberi informasi

dan meyakinkan legislatif bahwa pemerintah daerah bekerja secara

efisien. Sebagai alat kebijakan fiskal anggaran dibuat untuk

menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi

sehingga dapat diketahui arah kebijakan publik yang akan menjadi

dasar estimasi ekonomi. Sedangkan sebagai alat penilaian kinerja

diukur berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi

pelaksanaan anggaran (Afriyanto, 2004). Sedangkan tujuan anggaran

sektor publik dapat dirumuskan sebagai alat akuntabilitas, alat

manajemen, dan instrumen kebijakan ekonomi (Bastian, 2006).

2. Kinerja Keuangan Daerah

Kinerja merupakan hasil kerja yang telah dicapai dari

pelaksanaan suatu kegiatan, baik oleh pribadi maupun organisasi

(Sujarweni, 2015). Dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan bahwa Keuangan

Daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Kemampuan dalam

mengelola keuangan daerah dituangkan dalam Anggaran Pendapatan

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

14

dan Belanja Daerah (APBD) yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Hal ini mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam

membiayai pelaksanaan tugas-tugas pembangunan secara langsung

atau tidak langsung yang dapat diukur dengan kinerja keuangannya.

Pengukuran kinerja merupakan alat pengendali organisasi

untuk mencapai suatu strategi melalui finansial atau nonfinansial

(Mardiasmo, 2002). Apabila pencapaian sesuai dengan yang

direncanakan, maka dapat dikatakan kinerja tersebut terlaksana

dengan baik. Apabila pencapaian melebih dari apa yang direncanakan

maka dapat dikatakan kinerja tersebut terlaksana dengan sangat daik.

Dan apabila pencapaian tidak sesuai atau kurang dari apa yang

direncanakan, maka dapat dikatakan kinerja tersebut tidak terlaksana

dengan baik atau dengan kata lain kinerjanya buruk (Sularso, 2011).

Kinerja keuangan adalah suatu ukuran yang menggunakan

indikator keuangan. Menurut Halim (2008) analisis keuangan adalah

usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan

keuangan yang tersedia. Dalam organisasi pemerintah, untuk

mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja yaitu derajat

desentralisasi, ketergantungan keuangan, rasio kemandirian keuangan

daerah, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio keserasian, debt service

coverage ratio, rasio pertumbuhan, rasio likuiditas, rasio solvabilitas,

dan rasio belanja terhadap PDRB.

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

15

Dalam pengukuran kinerja keuangan dan pengaruhnya

terhadap pertumbuhan ekonomi hanya ada tujuh rasio yang dipakai

yaitu :

a. Rasio Derajat Desentralisasi

Desentralisasi fiskal merupakan ukuran kewenangan dan

tanggung jawab fiskal yang dilimpahkan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah untuk menggali dan mengelola pendapatan.

Desentralisasi fiskal menjadi peluang bagi pemerintah untuk

mengembangkan dan mengelola potensi yang ada. Tujuannya

adalah untuk memajukan pembangunan dan menciptakan

pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan agar dapat

terwujud kesejahteraan masyarakat. Desentralisasi fiskal dapat

diukur dengan rasio derajat desentralisasi. Rasio ini menunjukkan

seberapa jauh kemampuan pemerintah daerah dalam

menyelenggarakan desentalisasi. Rasio ini dapat diukur dengan

membandingkan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan

Total Pendapatan Daerah (Rosdyana, 2015). Dengan demikian,

derajat desentralisasi dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Derajat Desentralisasi =

b. Rasio Ketergantungan Keuangan

Rasio ketergantungan keuangan merupakan rasio yang

menunujukkan seberapa besar tingkat ketergantungan keuangan

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

16

suatu daerah terhadap pemerintah pusat atau pemerintah

provinsi. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat ketergantungan

pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat atau provinsi

semakin besar. Semakin rendah rasio ini, maka tingkat

ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat

maupun pemerintah provinsi semakin rendah. Rasio

ketergantungan keuangan dihitung dengan membandingkan

jumlah pendapatan transfer dengan total penerimaan daerah

(BPKP, 2012 dalam Arsa, 2015). Rasio ketergantungan dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Rasio ketergantungan =

c. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Kemandirian keuangan (otonomi fiskal) menunjukakan

kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri

kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan yang diperlukan. Kemandirian keuangan

ditunjukakan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dibandingakan dengan pendapatan daerah yang berasal

dari sumber lain seperti misal bantuan pemerintah pusat atau

pinjaman (Halim, 2008).

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

17

Rasio kemandirian menggambarkan tingkat

ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin

tinggi rasio kemadiriannya, maka tingkat ketergantungan daerah

terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat

dan provinsi) semakin rendah dan sebaliknya. Rasio ini juga

menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam

pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, maka

semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat terhadap

pembangunan daerah dengan membayar pajak dan retribusi

daerah dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

besar masyarakat membayar pajak dan retribusi maka semakin

tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat (Halim, 2008) . Dengan

demikian, rumus untuk menghitung rasio kemandirian adalah

sebagai berikut :

Rasio kemandirian=

d. Rasio Efektifitas

Rasio efektifitas menggambarkan kemapuan pemerintah

daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang sudah direncanakan dibandingkan dengan target yang

ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Daerah dikatakan

efektif dalam kemampuannya dalam menjalankan tugas apabila

rasio ini mencapai angka minimal sebesar 1 atau 100%.

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

18

Semakin tinggi rasio efektifitasnya, maka kemampuan

pemerintah pun semakin baik (Halim, 2008).

Pengertian efektifitas berhubungan dengan derajat

keberhasilan suatu opersi pada sektor publik, sehingga suatu

kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai

pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan

masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan

sebelumnya. Semakin besar realisasi penerimaan PAD suatu

daerah, maka apat dikatakan daerah tersebut efektif dalam

menjalankan otonomi fiskal dan sebaliknya (Medi, 1996 dalam

Budiarto, 2007 dalam Sularso, 2011). Apabila persentase rasio

tersebut diatas 100 % maka dapat dikatakan sangat efektif, 90-

100%, maka dapat dikatakan efektif, 80-90%, maka dapat

dikatakan cukup efektif, 60-80%, maka dapat dikatakan kurang

efektif dan apabila kurang dari 60%, maka dapat dikatakan tidak

efektif. Dengan demikian rumus untuk menghitung rasio ini

adalah :

Efektifitas PAD =

e. Derajat Kontribusi BUMD

Derajat kontribusi BUMD digunakan untuk mengetahui

tingkat kontribusi perusahaan daerah dalam mendukung

pendapatan daerah. Rasio ini dapat dihitung dengan formula

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

19

penerimaan bagian laba BUMD dibagi dengan penerimaan PAD

dan kemudian dikali 100% (BPKP, 2012 dalam Arsa, 2015).

Derajat distribusi BUMD =

f. Rasio Efisiensi

Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan

perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang

diterima. Semakin kecil rasio efisiensi, berarti kinerja

pemerintah daerah semakin baik dan sebaliknya. Kinerja

pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan dikatakan

efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 atau 100%.

Secara umum, apabila nilai rasionya kurang dari 60%, dapat

dikatakan sangat efektif, 60-80% dapat dikatakan efisien, 80-

90% dapat dikatakan cukup efisien, 90-100% dapat dikatakan

kurag efisien dan lebih dari 100% dapat dikatakan tidak efisien

(Halim, 2008). Dengan demikian, dapat diformulasikan cara

untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut :

Rasio efisiensi =

g. Keserasian Belanja

Rasio ini menggambarkan bagaimana pemeintah daerah

memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja

pembangunan secara optimal. Semakin tinggi persentase dana

yang dialokasikan untuk belanja rutin, berarti persentase belanja

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

20

investasi (Belanja pembangunan/modal) yang digunakan untuk

menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat

masyarakat cenderung semakin kecil.

Belum ada total ukur yang pasti berapa besarnya rasio

belanja rutin maupun pembangunan terhadap APBD yang ideal,

karena sangat dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan

pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang

diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan.

Namun, sebagai daerah yang berada di negara berkembang

peran pemerintah daerah untuk memacu pembangunan relatif

besah sehingga perlu ditingkatkan rasio belanja pembangunan

yang relatif masih kecil yang sesuai dengan kebutuhan

pembangunan di daerah tersebut (Halim, 2008).

Dengan demikian, formula untuk menghitung rasio

Keserasian belanja adalah :

Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD =

3. Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam

rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset

tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode

akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

21

pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa

manfaat, meningkatkan kualitas dan kapsitas aset (Syaiful, 2006).

Belanja modal dikategorikan dalam dua kategori yaitu belanja

publik dan belanja aparatur. Belanja publik yaitu belanja yang

manfaatnya dapat dinikmati langsung oleh masyarakat seperti

pembangunan jembatan, jalan, irigasi dan jaringan, pemeblian

kendaraan dan mesin untuk umum dan lain sebagainya. Sedangkan

belanja aparatur adalah belanja yang manfaatnya tidak dinikmati

langsung oleh masyarakat namun dapat dirasakan langsung oleh

aparatur daerah seperti pembangunan gedung dewan, pembelian

kendaraan untuk dinas, dan lain-lain (Sularso, 2011).

Belanja modal sangat etat kaitannya dengan investasi yang

dilakukan oleh pemerintah daerah (Arsa, 2014). Menurut Halim

(2008) kata investasi dapat diartikan macam-macam tergantung pada

titik pandang atau konteks dalam mengartikannya. Dalam bahasa

akuntansi pada konteks jenis biaya, investasi termasuk dalam

pengertian belanja modal adalah capital expenditure yang

didefinisikan sebagai belanja /biaya/pengeluaran yang memberikan

manfaat lebih dari satu tahun (Sularso, 2011).

Dalam PP No. 58 Tahun 2005 disebutkan bahwa belanja modal

adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan aset tetap dan aset lainnya yang memiliki masa

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

22

manfaat lebih dari dua 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan

pemerintahan.

Menurut PP No.71 Tahun 2010 disebutkan bahwa belanja

modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya

melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset/kekayaan

daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin

seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja operasional.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)

No. 2 , Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan

aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu

periode akuntansi.

4. Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai

peningkatan kegiatan ekonomi pada suatu daerah yang akan

berdampak pada tingkat kemakmuran dan kemandirian masyarakat di

suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai

meningkatnya Gross Domestic Product (GNP) atau Gross Nasional

Product (GNP) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari

tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan struktur ekonomi yang

terjadi atau tidak (Arsyad, 1999 dalam Sularso, 2011). Dengan

demikian, pertumbuhan ekonomi dapat dicirikan dengan tiga hal

pokok yaitu (Irawan, 2013) :

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

23

1) Laju pertumbuhan perkapita dalam arti nyata (riil),

2) Persebaran atau distribusi angkatan kerja menurut sektor

kegiatan produksi yang menjadi sumber nafkahnya, dan

3) Pola persebaran penduduk.

Menurut Boediono (1999), Pertumbuhan ekonomi adalah

proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang yang

menekankan pada tiga aspek yaitu :

1) Proses, yaitu pertumbuhan ekonomi dilihat dari aspek

dinamis dari suatu perekonomian yang artinya bagaimana

suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu

ke waktu.

2) Output per kapita, yaitu pertumbuhan ekonomi berkaitan

dengan adanya kenaikan output per kapita yaitu ada dua

unsur yang sangat penting seperti output total dan jumlah

penduduk.

3) Jangaka Waktu, yaitu kenaikan output per kapita dalam

waktu minimal lima tahun dan dikatakan tumbuh bila

dalam jangka waktu lima tahun atau lebih mengalami

kenaikan output per kapita.

Menurut Todaro (2003, dalam Sasana, 2009) ada tiga faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah yaitu

akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.

Pertumbuhan ekonomi ini akan terjadi jika seluruh pemangku

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

24

kepentingan di daerah bekerja sama dalam meningkatkan kualitas

kegiatan ekonomi seperti meningkatkan investasi daerah. Dalam

upaya peningkatan kemandirian daerah juga dituntut untuk

mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya

dengan memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk

meningkatkan pembangunan di sektor-sektor yang produktif. Salah

satu faktor yang mendorong semakin tingginya kemampuan keuangan

daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Saragih (2003 dalam Arsa,

2014) mengemukakan bahwa kenaikan PAD merupakan ekses dari

pertumbuhan ekonomi. Bappenas (2004 dalam Arsa, 2014) juga

menyatakan bahwa pertumbuhan PAD seharusnya sensitif pada

pertumbuhan ekonomi.

Dalam menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu

daerah dapat menggunakan laju pertumbuhan yang merupakan laju

pertumbuhan dari tahun ke tahun dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

dimana :

G : Laju pertumbuhan PDRB

PDRBt : PDRB kuartal t

PDRBt-1 : PDRB kuartal t-1

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

25

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini penulis mengambil referensi dari beberapa

penelitian terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah proses

penelitian. Penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai referensi dan

bahan acuan antara lain :

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu

No.

Peneliti dan

Judul

Penelitian

Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

1. I Ketut Arsa dan

Nyoman Djinar

Setiawan (2014),

Pengaruh

Kinerja

Keuangan pada

Aokasi Belanja

Modal dan

Pertumbuhan

Ekonomi

Pemerintah

Kabupaten /

Kota se-Provinsi

Bali Tahun

2006-2013

Derajat

desentaralisasi

dan efektifitas

PAD

berpengaruh

positif pada

alokasi belanja

modal dan

terhadap

pertumbuhan

ekonomi

berpengaruh

positif secara

tidak langsung ,

ketergantungan

keuangan

berpengaruh

negatif pada

alokasi belanja

modal dan

terhadap

pertumbuhan

ekonomi secara

tidak langsung

berpengaruh

negatif,

sedangkan

- Periode

tahun

yang

diteliti. - Lokasi

penelitian. - Variabel

dependen

nya yaitu

alokasi

belanja

modal. - Teknik

analisis

data. .

- Variabel

independen

yang

digunakan - Variabel

dependen

yang

digunakan

yaitu

pertumbuha

n ekonomi. - Teknik

pengumpula

n datanya.

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

26

kemandirian

keuangan dan

kontribusi

BUMD tidak

berpengaruh pada

alokasi belanja

modal dan secara

tidak langsung

pada

pertumbuhan

ekonomi, serta

alokasi belanja

modal

berpengaruh

positif terhadap

pertumbuhan

ekonomi.

2. Hadiv Sularso

dan Yanuar

E.Restianto

(2011),

Pengaruh

Kinerja

Keuangan

Terhadap

Alokasi Belanja

Modal dan

Pertumbuhan

Ekonomi

Rasio

ketergantungan,

efektifitas PAD,

kemandirian,

derajat

kontribusoi

BUMD

berpengaruh

terhadap alokasi

belanja modal,

sedangkan

derajat

desentralisasis

tidak

berpengaruh

terhadap alokasi

belanja modal,

alokasi belanja

modal

berpengaruh

positif terhadap

pertumbuhan

ekonomi, dan

kinerja keuangan

berpengaruh

tidak langsung

terhadap

pertumbuhan

ekonomi.

- Periode

tahun

yang

diteliti. - Variabel

independe

n yaitu

rasio

efisiensi

dan

keserasian

belanja. - Variabel

dependem

mya yaitu

alokasi

belanja

modal. - Teknik

analisis

data.

- Lokasi yang

diteliti. - Variabel

independenny

a - Variabel

dependen

yaitu

pertumbuhan

ekonomi. - Teknik

pengumpulan

datanya.

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

27

3. Syamsudin,

Bayu Tri

Cahya, dan

Syahrina

Nurmala Dewi

(2012),

Pengaruh

Kinerja

Keuangan

Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi,

Pengangguran,

dan Kemiskinan

Rasio

kemandirian,

efektifitas dan

efisiensi

berpengaruh

positif terhadap

pertumbuhan

ekonomi,

Pertumbuhan

ekonomi

berpengaruh

positif pada

kemiskinan dan

tingkat

pengangguran,

rasio

kemandirian,

efektititas dan

efisiensi

berpengaruh

tidak langsung

pada kemiskinan

dan

pengangguran

melalui

pertumbuhan

ekonomi.

- Periode

tahun

yang

diteliti.

- Lokasi

penelitia

n.

- Variabel

Dependen

nya yaitu

pengangg

uran dan

kemiskina

n.

- Teknik

analisis

data yaitu

analisis

jalur.

- Variabel

Dependenn

ya yaitu

pertumbuha

n ekonomi.

- Variabel

independen

nya.

- Teknik

pengumpul

an datanya.

- Teknik

analisis

data yaitu

regresi

linear

ganda.

4. Sylvia F.G,

David P.E.S. dan

Winston Pontoh

(2012),

Pengaruh

Kinerja

Keuangan

Kabupaten/ Kota

terhadap Alokasi

Belanja Modal

di Provinsi

Sulawesi Utara

Rasio

kemandirian,

efektifitas PAD,

efisiensi

keuangan, dan

keserasian

belanja

berpengaruh

signifikan

terhadap alokasi

belanja modal,

Rasio

ketergantungan

dan efektifitas

belanja tidak

berpengaruh

signifikan

- Periode

tahun

yang

diteliti. - Lokasi

penelitian. - Variabel

dependen

nya yaitu

alokasi

belanja

modal dan

pertumbu

han

ekonomi.

- Variabel

independenny

a yaitu rasio

kemandirian,

ketergantunga

n, efektifitas

PAD, rasio

efisiensi dan

keselarasan

belanja. - Teknik

pengumpulan

datanya.

- Teknik

analisis

datanya.

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

28

terhadap alokasi

belanja modal,

serta Rasio

kemandirian,

ketergantungan,

efektifitas PAD,

efektifitas belsnja

modal, efisiensi

dan keselarasan

belanja secara

simultan

berpengaruh

signifikan

terhadap alokasi

belanja modal.

5. Priyo Hadi Adi

(2006),

Hubungan antara

Pertumbuhan

Ekonomi

Daerah, Belanja

Pembangunan,

dan Pendapatan

Asli Daerah

Pertumbuhan

ekonomi daerah

berdampak

signifikan

terhadap

peningkatan

PAD, belanja

pembangnan

berpengaruh

posif signifikan

terhadap PAD

dan

Pertumbuhan

ekonomi.

- Periode

tahun

yang

diteliti.

- Lokasi

penelitia

n.

- Variabel

nya

yaitu

PAD.

- Teknik

analisis

datanya.

- Variabelnya

yaitu

pertumbuhan

ekonomi dan

belanja

pembangunan

(modal).

- Teknik

pengambilan

datanya.

6. Ni Made

Nopiani, Wayan

Cipta, dan

Fridayana

Yudiaatmaja

(2016),

Pengaruh

Pendapatan Asli

Daerah, Dana

Alokasi Umum,

dan Belanja

Modal Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi

Pendapatan asli

daerah, dana

alokasi umum

dan belanja

modal

berpengaruh

positif terhadap

pertumbuhan

ekonomi.

- Lokasi

penlitian

- Tahun

yang

diteliti.

- Variabel

indepen

den

yang

digunak

an yaitu

PAD

dan

DAU.

- Teknik

analisis

data.

- Variabel

independenya

yaitu belanja

modal.

- Variabel

dependennya.

- Teknik

pengumpulan

datanya.

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

29

C. Kerangka Penelitian

Adanya otonomi daerah memberikan konsekuensi berupa

diberlakukannya desentralisasi fiskal. Dengan desentralisasi fiskal

tersebut, pemerintah daerah dapat memiliki wewenang yang lebih luas

dalam mengelola keuangan daerahnya. Pengelolaan keuangan daerah

sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu daerah. Untuk mengelola

suatu daerah tidak hanya dibutuhkan sumber daya manusia saja tetapi juga

sumber daya ekonomi berupa keuangan yang dituangkan dalam suatu

anggaran pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan yang baik dapat

ditunjukakan dengan kinerja keuangan yang baik pula.

Kinerja keuanagan yang digunakan dalam penelitian ini berupa

rasio ketergantungan, rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio derajat

kontribusi BUMD, rasio efisiensi dan rasio keselarasan belanja. Rasio-

rasio tersebut menununjukkan kinerja keuangan suatu pemerintah daerah.

Apabila kinerja keuangan pemerintah daerah baik akan berpengaruh

kepada peningkatan pendapatan daerah. Sehingga meningkatkan proporsi

belanja modal pemerintah daerah yang digunakan untuk menyediakan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Alokasi belanja modal yang memadai akan memberikan

kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dalam rangka

menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil, pemerintah daerah

menggunakan anggaran belanja modal untuk melakukan investasi daerah.

Hal ini dilakukan jika porsi untuk belanja yang lain tidak begitu besar dan

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

30

menghabiskan anggaran. Kinerja keuangan yang baik, berupa rasio-rasio

di atas juga dapat digunakan untuk mendorong dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Kinerja keuangan yang baik, diharapkan dapat

digunakan sebagai alternatif alat yang digunakan untuk memprediksi

kontribusi anggaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hal ini karena, semakin baik kinerja keuangan maka semakin banyak

pendapatan yang diterima daerah sehingga dapat mempengaruhi proporsi

belanja modal yang dianggarkan dalam APBD. Belanja modal ini dapat

digunakan untuk investasi daerah agar memajukan daerah. Investasi

daerah merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi pertumbuhan

ekonomi suatu daerah selain pertumbuhan penduduk dan kemajuan

teknologi.

Berdasarkan penjelasan dari literatur di atas, maka secara

skematis kerangka pemikiran penelitian ini dapat dikembangkan dalam

sebuah model seperti berikut ini yaitu :

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

31

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

Rasio Ketergantungan

keuangan (RKK)

X2

Rasio Kemandirian

Keuangan (RK)

X3

Rasio Efisiensi (RE)

X6

Rasio Keserasian

Belanja (RKB)

X7

Rasio Efektifitas PAD

(Refts)

X4

Rasio Derajat

Kontribusi BUMD

(RDK) X5

Pertumbuhan

Ekonomi (PE)

Y

Belanja Modal (BM)

X8

Rasio Derajat

Desentralisasi (RDD)

X1

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

32

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam

penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Rasio Derajat Desentralisasi

Desentralisasi Fiskal merupakan pelimpahan wewenang dan

tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

untuk menggali dan mengelola keuangan daerah. Desentralisasi fiskal

menjadi peluang bagi pemerintah untuk mengembangkan dan

mengelola potensi yang ada untuk kesejahteraan masyarakat. Rasio

derajat desentralisasi merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi.

Rasio ini sangat erat kaitannya dengan Pendapatan Asli Daerah

karena besarnya PAD yang diterima oleh pemerintah daerah

menunjukkan kemampuan daerah dalam mengelola keuangan. PADn

juga dapat digunakan untuk belanja pemerintah darah terutama belanja

modal. Jika belanja yang lain tidak menyerap sebagian besar

anggaran, maka PAD dapat digunakan untuk investasi daerah. PAD

yang digunakan sebagai investasi daerah akan dapat menunjang

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini dikarenakan melalui

desentralisasi fiskal, pemerintah daerah dapat memperoleh pendapatan

asli daerah sesuai dengan potensi yang ada sehingga memungkinkan

mendapatkan penerimaan daerah yang lebih besar. Dengan

penerimaan daerah yang lebih besar dapat dialokasikan pada sumber

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

33

daya di sektor publik yang lebih luas terutama investasi, maka

pertumbuhan ekonomi akan meningkat . Selain itu untuk mengetahui

atau menghitung rasio ini menggunakan jumlah PAD yang didapat

oleh suatu daerah dengan jumlah semua pendapatan daerah yang

diterima oleh suatu daerah (Rosdyana, 2015).

Semakin tinggi kontribusi PAD, maka semakin tinggi pula

kemampuan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan

desentraisasi fiskal. Dengan semakin tinggi kemampuan pemerintah

dalam mengelola keuangan, semakin besar dana yang dialokasikan

untuk belanja modal yang digunakan untuk membiayai kepentingan

fisik seperti sarana dan prasarana, tanah, dan bangunan yang akan

berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan pernyataan ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Arsa dan Setiawina (2015) yang

meneliti di wilayah Provinsi Bali dengan hasil penelitiannya bahwa

derajat desentralisasi secara tidak langsung berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal serupa juga disampaikan oleh

Sularso dan Restianto (2011) yang meneliti di wilayah Provinsi Jawa

Tengah da Prihastuti, dkk (2015) yang meneliti di wilayah Provinsi

Riau. Dari uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai

berikut :

Hipotesis 1 (H1) : Derajat Desentralisasi berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

34

2. Rasio Ketergantungan Keuangan

Rasio ketergantungan keuangan menunujukkan seberapa besar

tingkat ketergantungan keuangan suatu daerah terhadap pemerintah

pusat atau pemerintah provinsi. Ketergantungan keuangan yang

dialami oleh pemerintah daerah dapat menjadikan suatu daerah sulit

untuk maju dan berkembang karena pemerintah daerah tidak cakap

dalam menggali dan mengelola keuangannya sendiri. Semakin tinggi

rasio ini, maka tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap

pemerintah pusat atau provinsi semakin besar, dan sebaliknya (BPKP,

2012 dalam Arsa, 2015). Jika tingkat ketergantungan pemerintah

daerah terhadap pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi

semakin besar, maka pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut

semakin lambat atau rendah.

Hal ini dikarenakan, pemerintah daerah berarti belum bisa

melaksanakan desentralisasi fiskal dengan baik. Sehingga penerimaan

keuangan daerah yang didapatkan tidak dapat maksimal. Dengan tidak

maksimalnya penerimaan asli daerah yang diterima akan

mempengaruhi alokasi belanja pemerintah daerah. Jika alokasi belanja

rutin pemerintah tidak dapat dipenuhi oleh pendapatan asli daerah

maka pemerintah daerah harus menutupinya dengan dana transfer dari

pemerintah daerah provinsi maupun pusat. Dengan digunakannya

seluruh penerimaan yang ada, maka pemerintah daerah tidak dapat

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

35

membelanjakannya untuk investasi daerah yang akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan pernyataan ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Arsa dan Setiawina (2015) yang

meneliti di wilayah Provinsi Bali dengan hasil penelitiannya bahwa

ketergantungan keuangan secara tidak langsung berpengaruh negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu hipotesis yang

diajukan adalah :

Hipotesis 2 (H2) : Ketergantungan keuangan berpengaruh negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Kemandirian keuangan (otonomi fiskal) menunjukakan

kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang

telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang

diperlukan. Rasio kemandirian menggambarkan tingkat

ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin

tinggi rasio kemadiriannya, maka tingkat ketergantungan daerah

terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat dan

provinsi) semakin rendah dan sebaliknya.

Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat

dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, maka

semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat terhadap

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

36

pembangunan daerah dengan membayar pajak dan retribusi daerah

dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

masyarakat membayar pajak dan retribusi maka semakin tinggi tingkat

kesejahteraan masyarakat. Dengan semakin besarnya tingkat

kesejahteraan masyarakat, maka semakin tinggi pula tingkat

pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Selain itu pertumbuhan

ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat

pada suatu daerah. Hal ini dikarenakan dana swadaya masyarakat

yang diterima oleh pemerintah daerah tinggi sehingga dapat

disimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat pada daerah tersebut

juga tinggi. Tingganya tingkat kesejahteraan masyarakat dapat

memacu kemajuan perekonomian pada suatu daerah. Dengan

terpacunya kemajuan perekonomian daerah tersebut diharapkan

pertumbuhan ekonomi pun semasin tinggi (Halim, 2008).

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan pernyataan di atas

adalah penelitian yang dilakukan oleh Putri Ani dan Dwirandra (2014)

yang meneliti di wilayah Provinsi Bali dengan hasil penelitiannya

bahwa kemandirian keuangan berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga dikemukaan oleh Syamsudi, dkk

(2015) yang meneliti di wilayah Karsidenan Surakarta dan Prihastuti,

dkk (2015) yang meneliti di wilayah Provinsi Riau. Dengan demikian,

maka hipotesis yang diajukan yaitu :

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

37

Hipotesis 3 (H3) : Kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi.

4. Rasio Efektifitas

Pengertian efektifitas berhubungan dengan derajat keberhasilan

suatu opersi pada sektor publik, sehingga suatu kegiatan dikatakan

efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap

kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan

sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Rasio efektifitas

menggambarkan kemapuan pemerintah daerah dalam merealisasikan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sudah direncanakan. Semakin

besar realisasi penerimaan PAD suatu daerah, maka dapat dikatakan

daerah tersebut efektif dalam menjalankan otonomi fiskal dan

sebaliknya (Medi, 1996 dalam Budiarto, 2007 dalam Sularso, 2011).

Semakin tinggi rasio efektifitasnya, maka kemampuan pemerintah pun

semakin baik (Halim, 2008). Jika kemampuan daerah semakin baik,

maka akan semakin baik pula pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal

ini dikarenakan meningkatnya pendapatan asli daerah yang diterima

pemerintah daerah akan dapat meningkatkan alokasi anggaran untuk

belanja modal. Dengan meningkatnya alokasi tersebut, maka

kemungkinan dana yang dapat digunakan untuk pembangunan dan

investasi daerah semakin meningkat. Hal ini dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

38

Penelitian yang mendukung pernyataan ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang meneliti di wilayah

Provinsi Jawa Tengah dengan hasil yang menunjukkan bahwa

efektifitas PAD berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap

pertumbuhan ekonomi. hal ini juga dikemukakan oleh Prihastuti, dkk

(2015) yang meneliti di wilayah Provinsi Riau. Dari uraian di atas,

maka hipotesis yang diajukan adalah :

Hipotesis 4 (H4) : Efektifitas PAD berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

5. Rasio Derajat Kontribusi BUMD

Perusahaan BUMD merupakan perusahaan milik pemerintah

daerah yang sangat berperan dalam mendukung pendapatan daerah

yang diterima oleh pemerintah daerah. Hal ini terjadi karena jika

BUMD tersebut mendapatkan keuntungan, maka keuntungan tersebut

akan diberikan kepada pemerintah daerah dengan prosentase tertentu.

Dengan pembagian keuntungan tersebut akan menambah pendapatan

asli daerah. Rasio Derajat Kontribusi BUMD digunakan untuk

mengetahui tingkat kontribusi perusahaan daerah dalam mendukung

pendapatan daerah. Semakin tinggi derajat kontribusi BUMD, maka

semakin tinggi pula PAD yang diterima oleh pemerintah daerah.

Dengan semakin tinggi PAD yang diterima, maka dana untuk belanja

modal oleh pemerintah daerah semakin besar dan akan berdampak baik

terhadap pertumbuhan ekonomi (BPKP, 2012 dalam Arsa, 2015).

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

39

Penelitian yang relevan dengan uraian diatas adalah penelitian

yang dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang meneliti di

wilayah Provinsi Jawa Tengah yang mendapatkan hasil bahwa deajat

kontribusi BUMD berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap

pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis

yang diajukaun adalah :

Hipotesis 5 (H5) : Derajat kontribusi BUMD berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi.

6. Rasio Efisisensi

Rasio Efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi

pendapatan yang diterima. Semakin kecil rasio efisiensi, berarti kinerja

pemerintah daerah semakin baik dan sebaliknya. Apabila kinerja

keuangan pemerintah daerah semakin baik maka dapat diartikan

semakin baik pula pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut. Hal ini

dikarenakan kemampuan pemerintah dalam mengelola keuangan

daerah dapat menjadi indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Selain itu jika PAD digunakan dengan efisien, maka anggaran belanja

pemerintah daerah terutama belanja pembangunan akan dapat

digunakan untuk investasi daerah guna meningkatkan perekonomian

dan kesejahteraan masayarakat(Halim, 2008).

Penelitian yang mendukung pernyataan ini dalah penelitian yang

dilakukan oleh Hamzah (2008) yang meneliti di wilayah Provinsi Jawa

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

40

Timur menunjukkan bahwa efisiensi berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, maka hipotesis yang

diajukan yaitu :

Hipotesis 6 (H6) : Rasio Efisiensi berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

7. Rasio Keserasian Belanja

Rasio keserasian Belanja menggambarkan bagaimana pemeintah

daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan

belanja pembangunan secara optimal. Jika alokasi pada belanja rutin

dan belanja pembangunan tidak seimbang, maka dapat mengganggu

pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Hal ini disebabkan

penerimaan daerah yang kurang maksimal yang hanya cukup untuk

memenuhi belanja rutin pemerintah daerah. Sebagai akibatnya belanja

pembangunan tidak dapat dioptimalkan untuk investasi daerah yang

dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah. Semakin tinggi

persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin, berarti

persentase belanja investasi (Belanja pembangunan/modal) yang

digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi

masyarakat masyarakat cenderung semakin kecil (Halim, 2008).

Semakin kecil dana yang dialokasikan pada belanja modal, maka

semakin lambat atau kecil pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu

daerah.

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

41

Penelitian yang mendukung pernyataan ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Pati Kawa (2010) yang meneliti di seluruh

kabupaten/kota se Indonesia dengan hasil penelitiannya bahwa rasio

keserasian (rasio aktivitas) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan yaitu :

Hipotesis 7 (H7) : Keserasian belanja berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

8. Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah yang rutin

dikeluarkan untuk meningkatkan aset atau manfaat aset pemerintah

daerah yang manfaatnya lebih dari satu periode. Belanja modal

berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini

dikarenakan belanja modal digunakan untuk membiayai pemeliharaan

jembatan, jalan dan pembelian tanah atau bangunan yang dapat

menunujang kesejahteraan masyarakat, yang mana salah satu indikator

kesejahteraan masyarakat yaitu pertumbuhan ekonomi (Adi, 2006).

Semakin besar alokasi belanja modal akan semakin besar pula tingkat

pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah.

Hal ini dapat didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nopiani, dkk (2016) yang meneliti di wilayah kabupaten Buleleng

menunjukkan hasil bahwa belanja modal perpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Hal yang sama dikemukakan oleh Adi (2006)

yang meneliti di wilayah pulau Jawa dan Bali. Begitu juga dengan

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1703/3/Istia Nur Pradiatmi_BAB II.pdf · Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip anggaran

42

Arsa dan Setiawina (2015) yang meneliti di wilayah Provinsi Bali dan

Sularso dan Restianto (2011) yang meneliti di wilayah Provinsi Jawa

Tengah mengemukakan bahwa belanja modal berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari uraian di atas, maka hipotesis

yang diajukan adalah sebagai berikut :

Hipotesis 8 (H8) : Belanja modal berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017