12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Penganggaran Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai perkiraan kinerja
yang hendak dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran finansial. Anggaran dapat diartikan sebagai suatu perkiraan
penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu
atau beberapa periode mendatang (Bastian, 2006). Penganggaran
adalah proses atau metode untuk mempersiapkan anggaran.
(Mardiasmo, 2002)
Dalam konteks sektor publik, penganggaran harus
dipublikasikan, bersifat transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penganggaran sektor publik berkaitan dengan proses penentuan jumlah
alokasi dana yang digunakan untuk melaksanakan aktifitas.
Penganggaran sektor publik hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip
anggaran yaitu tranparansi dan akuntabilitas anggaran, disiplin
anggaran, keadilan anggaran, efisiensi dan efektifitas anggaran, serta
format anggaran berimbang.
Penganggaran sektor publik juga harus memiliki fungsi yang
melekat pada anggaran itu. Fungsi anggaran sektor publik yaitu
sebagai alat perencanaan, pengendalian, kebijakan fiskal, dan penilaian
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
13
kinerja. Sebagai alat perencanaan, anggaran sektor publik dibuat untuk
merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan pemerintah, berapa
biaya yang dibutuhkan serta hasil dari belanja pemerintah tersebut.
Sebagai alat pengendalian, anggaran dibuat untuk memberi informasi
dan meyakinkan legislatif bahwa pemerintah daerah bekerja secara
efisien. Sebagai alat kebijakan fiskal anggaran dibuat untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi
sehingga dapat diketahui arah kebijakan publik yang akan menjadi
dasar estimasi ekonomi. Sedangkan sebagai alat penilaian kinerja
diukur berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi
pelaksanaan anggaran (Afriyanto, 2004). Sedangkan tujuan anggaran
sektor publik dapat dirumuskan sebagai alat akuntabilitas, alat
manajemen, dan instrumen kebijakan ekonomi (Bastian, 2006).
2. Kinerja Keuangan Daerah
Kinerja merupakan hasil kerja yang telah dicapai dari
pelaksanaan suatu kegiatan, baik oleh pribadi maupun organisasi
(Sujarweni, 2015). Dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan bahwa Keuangan
Daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Kemampuan dalam
mengelola keuangan daerah dituangkan dalam Anggaran Pendapatan
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
14
dan Belanja Daerah (APBD) yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Hal ini mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam
membiayai pelaksanaan tugas-tugas pembangunan secara langsung
atau tidak langsung yang dapat diukur dengan kinerja keuangannya.
Pengukuran kinerja merupakan alat pengendali organisasi
untuk mencapai suatu strategi melalui finansial atau nonfinansial
(Mardiasmo, 2002). Apabila pencapaian sesuai dengan yang
direncanakan, maka dapat dikatakan kinerja tersebut terlaksana
dengan baik. Apabila pencapaian melebih dari apa yang direncanakan
maka dapat dikatakan kinerja tersebut terlaksana dengan sangat daik.
Dan apabila pencapaian tidak sesuai atau kurang dari apa yang
direncanakan, maka dapat dikatakan kinerja tersebut tidak terlaksana
dengan baik atau dengan kata lain kinerjanya buruk (Sularso, 2011).
Kinerja keuangan adalah suatu ukuran yang menggunakan
indikator keuangan. Menurut Halim (2008) analisis keuangan adalah
usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan
keuangan yang tersedia. Dalam organisasi pemerintah, untuk
mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja yaitu derajat
desentralisasi, ketergantungan keuangan, rasio kemandirian keuangan
daerah, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio keserasian, debt service
coverage ratio, rasio pertumbuhan, rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
dan rasio belanja terhadap PDRB.
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
15
Dalam pengukuran kinerja keuangan dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan ekonomi hanya ada tujuh rasio yang dipakai
yaitu :
a. Rasio Derajat Desentralisasi
Desentralisasi fiskal merupakan ukuran kewenangan dan
tanggung jawab fiskal yang dilimpahkan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk menggali dan mengelola pendapatan.
Desentralisasi fiskal menjadi peluang bagi pemerintah untuk
mengembangkan dan mengelola potensi yang ada. Tujuannya
adalah untuk memajukan pembangunan dan menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan agar dapat
terwujud kesejahteraan masyarakat. Desentralisasi fiskal dapat
diukur dengan rasio derajat desentralisasi. Rasio ini menunjukkan
seberapa jauh kemampuan pemerintah daerah dalam
menyelenggarakan desentalisasi. Rasio ini dapat diukur dengan
membandingkan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan
Total Pendapatan Daerah (Rosdyana, 2015). Dengan demikian,
derajat desentralisasi dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Derajat Desentralisasi =
b. Rasio Ketergantungan Keuangan
Rasio ketergantungan keuangan merupakan rasio yang
menunujukkan seberapa besar tingkat ketergantungan keuangan
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
16
suatu daerah terhadap pemerintah pusat atau pemerintah
provinsi. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat ketergantungan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat atau provinsi
semakin besar. Semakin rendah rasio ini, maka tingkat
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat
maupun pemerintah provinsi semakin rendah. Rasio
ketergantungan keuangan dihitung dengan membandingkan
jumlah pendapatan transfer dengan total penerimaan daerah
(BPKP, 2012 dalam Arsa, 2015). Rasio ketergantungan dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rasio ketergantungan =
c. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan (otonomi fiskal) menunjukakan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri
kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan yang diperlukan. Kemandirian keuangan
ditunjukakan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dibandingakan dengan pendapatan daerah yang berasal
dari sumber lain seperti misal bantuan pemerintah pusat atau
pinjaman (Halim, 2008).
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
17
Rasio kemandirian menggambarkan tingkat
ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin
tinggi rasio kemadiriannya, maka tingkat ketergantungan daerah
terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat
dan provinsi) semakin rendah dan sebaliknya. Rasio ini juga
menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, maka
semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pembangunan daerah dengan membayar pajak dan retribusi
daerah dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar masyarakat membayar pajak dan retribusi maka semakin
tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat (Halim, 2008) . Dengan
demikian, rumus untuk menghitung rasio kemandirian adalah
sebagai berikut :
Rasio kemandirian=
d. Rasio Efektifitas
Rasio efektifitas menggambarkan kemapuan pemerintah
daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang sudah direncanakan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Daerah dikatakan
efektif dalam kemampuannya dalam menjalankan tugas apabila
rasio ini mencapai angka minimal sebesar 1 atau 100%.
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
18
Semakin tinggi rasio efektifitasnya, maka kemampuan
pemerintah pun semakin baik (Halim, 2008).
Pengertian efektifitas berhubungan dengan derajat
keberhasilan suatu opersi pada sektor publik, sehingga suatu
kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai
pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan
masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Semakin besar realisasi penerimaan PAD suatu
daerah, maka apat dikatakan daerah tersebut efektif dalam
menjalankan otonomi fiskal dan sebaliknya (Medi, 1996 dalam
Budiarto, 2007 dalam Sularso, 2011). Apabila persentase rasio
tersebut diatas 100 % maka dapat dikatakan sangat efektif, 90-
100%, maka dapat dikatakan efektif, 80-90%, maka dapat
dikatakan cukup efektif, 60-80%, maka dapat dikatakan kurang
efektif dan apabila kurang dari 60%, maka dapat dikatakan tidak
efektif. Dengan demikian rumus untuk menghitung rasio ini
adalah :
Efektifitas PAD =
e. Derajat Kontribusi BUMD
Derajat kontribusi BUMD digunakan untuk mengetahui
tingkat kontribusi perusahaan daerah dalam mendukung
pendapatan daerah. Rasio ini dapat dihitung dengan formula
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
19
penerimaan bagian laba BUMD dibagi dengan penerimaan PAD
dan kemudian dikali 100% (BPKP, 2012 dalam Arsa, 2015).
Derajat distribusi BUMD =
f. Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan
perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang
diterima. Semakin kecil rasio efisiensi, berarti kinerja
pemerintah daerah semakin baik dan sebaliknya. Kinerja
pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan dikatakan
efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 atau 100%.
Secara umum, apabila nilai rasionya kurang dari 60%, dapat
dikatakan sangat efektif, 60-80% dapat dikatakan efisien, 80-
90% dapat dikatakan cukup efisien, 90-100% dapat dikatakan
kurag efisien dan lebih dari 100% dapat dikatakan tidak efisien
(Halim, 2008). Dengan demikian, dapat diformulasikan cara
untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut :
Rasio efisiensi =
g. Keserasian Belanja
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemeintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja
pembangunan secara optimal. Semakin tinggi persentase dana
yang dialokasikan untuk belanja rutin, berarti persentase belanja
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
20
investasi (Belanja pembangunan/modal) yang digunakan untuk
menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat
masyarakat cenderung semakin kecil.
Belum ada total ukur yang pasti berapa besarnya rasio
belanja rutin maupun pembangunan terhadap APBD yang ideal,
karena sangat dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan
pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang
diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan.
Namun, sebagai daerah yang berada di negara berkembang
peran pemerintah daerah untuk memacu pembangunan relatif
besah sehingga perlu ditingkatkan rasio belanja pembangunan
yang relatif masih kecil yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan di daerah tersebut (Halim, 2008).
Dengan demikian, formula untuk menghitung rasio
Keserasian belanja adalah :
Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD =
3. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset
tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode
akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
21
pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa
manfaat, meningkatkan kualitas dan kapsitas aset (Syaiful, 2006).
Belanja modal dikategorikan dalam dua kategori yaitu belanja
publik dan belanja aparatur. Belanja publik yaitu belanja yang
manfaatnya dapat dinikmati langsung oleh masyarakat seperti
pembangunan jembatan, jalan, irigasi dan jaringan, pemeblian
kendaraan dan mesin untuk umum dan lain sebagainya. Sedangkan
belanja aparatur adalah belanja yang manfaatnya tidak dinikmati
langsung oleh masyarakat namun dapat dirasakan langsung oleh
aparatur daerah seperti pembangunan gedung dewan, pembelian
kendaraan untuk dinas, dan lain-lain (Sularso, 2011).
Belanja modal sangat etat kaitannya dengan investasi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah (Arsa, 2014). Menurut Halim
(2008) kata investasi dapat diartikan macam-macam tergantung pada
titik pandang atau konteks dalam mengartikannya. Dalam bahasa
akuntansi pada konteks jenis biaya, investasi termasuk dalam
pengertian belanja modal adalah capital expenditure yang
didefinisikan sebagai belanja /biaya/pengeluaran yang memberikan
manfaat lebih dari satu tahun (Sularso, 2011).
Dalam PP No. 58 Tahun 2005 disebutkan bahwa belanja modal
adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan aset tetap dan aset lainnya yang memiliki masa
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
22
manfaat lebih dari dua 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan.
Menurut PP No.71 Tahun 2010 disebutkan bahwa belanja
modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset/kekayaan
daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin
seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja operasional.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
No. 2 , Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
peningkatan kegiatan ekonomi pada suatu daerah yang akan
berdampak pada tingkat kemakmuran dan kemandirian masyarakat di
suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai
meningkatnya Gross Domestic Product (GNP) atau Gross Nasional
Product (GNP) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan struktur ekonomi yang
terjadi atau tidak (Arsyad, 1999 dalam Sularso, 2011). Dengan
demikian, pertumbuhan ekonomi dapat dicirikan dengan tiga hal
pokok yaitu (Irawan, 2013) :
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
23
1) Laju pertumbuhan perkapita dalam arti nyata (riil),
2) Persebaran atau distribusi angkatan kerja menurut sektor
kegiatan produksi yang menjadi sumber nafkahnya, dan
3) Pola persebaran penduduk.
Menurut Boediono (1999), Pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang yang
menekankan pada tiga aspek yaitu :
1) Proses, yaitu pertumbuhan ekonomi dilihat dari aspek
dinamis dari suatu perekonomian yang artinya bagaimana
suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu
ke waktu.
2) Output per kapita, yaitu pertumbuhan ekonomi berkaitan
dengan adanya kenaikan output per kapita yaitu ada dua
unsur yang sangat penting seperti output total dan jumlah
penduduk.
3) Jangaka Waktu, yaitu kenaikan output per kapita dalam
waktu minimal lima tahun dan dikatakan tumbuh bila
dalam jangka waktu lima tahun atau lebih mengalami
kenaikan output per kapita.
Menurut Todaro (2003, dalam Sasana, 2009) ada tiga faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah yaitu
akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
Pertumbuhan ekonomi ini akan terjadi jika seluruh pemangku
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
24
kepentingan di daerah bekerja sama dalam meningkatkan kualitas
kegiatan ekonomi seperti meningkatkan investasi daerah. Dalam
upaya peningkatan kemandirian daerah juga dituntut untuk
mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya
dengan memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk
meningkatkan pembangunan di sektor-sektor yang produktif. Salah
satu faktor yang mendorong semakin tingginya kemampuan keuangan
daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Saragih (2003 dalam Arsa,
2014) mengemukakan bahwa kenaikan PAD merupakan ekses dari
pertumbuhan ekonomi. Bappenas (2004 dalam Arsa, 2014) juga
menyatakan bahwa pertumbuhan PAD seharusnya sensitif pada
pertumbuhan ekonomi.
Dalam menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu
daerah dapat menggunakan laju pertumbuhan yang merupakan laju
pertumbuhan dari tahun ke tahun dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
dimana :
G : Laju pertumbuhan PDRB
PDRBt : PDRB kuartal t
PDRBt-1 : PDRB kuartal t-1
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
25
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini penulis mengambil referensi dari beberapa
penelitian terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah proses
penelitian. Penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai referensi dan
bahan acuan antara lain :
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti dan
Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
1. I Ketut Arsa dan
Nyoman Djinar
Setiawan (2014),
Pengaruh
Kinerja
Keuangan pada
Aokasi Belanja
Modal dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Pemerintah
Kabupaten /
Kota se-Provinsi
Bali Tahun
2006-2013
Derajat
desentaralisasi
dan efektifitas
PAD
berpengaruh
positif pada
alokasi belanja
modal dan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
berpengaruh
positif secara
tidak langsung ,
ketergantungan
keuangan
berpengaruh
negatif pada
alokasi belanja
modal dan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi secara
tidak langsung
berpengaruh
negatif,
sedangkan
- Periode
tahun
yang
diteliti. - Lokasi
penelitian. - Variabel
dependen
nya yaitu
alokasi
belanja
modal. - Teknik
analisis
data. .
- Variabel
independen
yang
digunakan - Variabel
dependen
yang
digunakan
yaitu
pertumbuha
n ekonomi. - Teknik
pengumpula
n datanya.
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
26
kemandirian
keuangan dan
kontribusi
BUMD tidak
berpengaruh pada
alokasi belanja
modal dan secara
tidak langsung
pada
pertumbuhan
ekonomi, serta
alokasi belanja
modal
berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
2. Hadiv Sularso
dan Yanuar
E.Restianto
(2011),
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Terhadap
Alokasi Belanja
Modal dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Rasio
ketergantungan,
efektifitas PAD,
kemandirian,
derajat
kontribusoi
BUMD
berpengaruh
terhadap alokasi
belanja modal,
sedangkan
derajat
desentralisasis
tidak
berpengaruh
terhadap alokasi
belanja modal,
alokasi belanja
modal
berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
ekonomi, dan
kinerja keuangan
berpengaruh
tidak langsung
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
- Periode
tahun
yang
diteliti. - Variabel
independe
n yaitu
rasio
efisiensi
dan
keserasian
belanja. - Variabel
dependem
mya yaitu
alokasi
belanja
modal. - Teknik
analisis
data.
- Lokasi yang
diteliti. - Variabel
independenny
a - Variabel
dependen
yaitu
pertumbuhan
ekonomi. - Teknik
pengumpulan
datanya.
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
27
3. Syamsudin,
Bayu Tri
Cahya, dan
Syahrina
Nurmala Dewi
(2012),
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi,
Pengangguran,
dan Kemiskinan
Rasio
kemandirian,
efektifitas dan
efisiensi
berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
ekonomi,
Pertumbuhan
ekonomi
berpengaruh
positif pada
kemiskinan dan
tingkat
pengangguran,
rasio
kemandirian,
efektititas dan
efisiensi
berpengaruh
tidak langsung
pada kemiskinan
dan
pengangguran
melalui
pertumbuhan
ekonomi.
- Periode
tahun
yang
diteliti.
- Lokasi
penelitia
n.
- Variabel
Dependen
nya yaitu
pengangg
uran dan
kemiskina
n.
- Teknik
analisis
data yaitu
analisis
jalur.
- Variabel
Dependenn
ya yaitu
pertumbuha
n ekonomi.
- Variabel
independen
nya.
- Teknik
pengumpul
an datanya.
- Teknik
analisis
data yaitu
regresi
linear
ganda.
4. Sylvia F.G,
David P.E.S. dan
Winston Pontoh
(2012),
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Kabupaten/ Kota
terhadap Alokasi
Belanja Modal
di Provinsi
Sulawesi Utara
Rasio
kemandirian,
efektifitas PAD,
efisiensi
keuangan, dan
keserasian
belanja
berpengaruh
signifikan
terhadap alokasi
belanja modal,
Rasio
ketergantungan
dan efektifitas
belanja tidak
berpengaruh
signifikan
- Periode
tahun
yang
diteliti. - Lokasi
penelitian. - Variabel
dependen
nya yaitu
alokasi
belanja
modal dan
pertumbu
han
ekonomi.
- Variabel
independenny
a yaitu rasio
kemandirian,
ketergantunga
n, efektifitas
PAD, rasio
efisiensi dan
keselarasan
belanja. - Teknik
pengumpulan
datanya.
- Teknik
analisis
datanya.
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
28
terhadap alokasi
belanja modal,
serta Rasio
kemandirian,
ketergantungan,
efektifitas PAD,
efektifitas belsnja
modal, efisiensi
dan keselarasan
belanja secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap alokasi
belanja modal.
5. Priyo Hadi Adi
(2006),
Hubungan antara
Pertumbuhan
Ekonomi
Daerah, Belanja
Pembangunan,
dan Pendapatan
Asli Daerah
Pertumbuhan
ekonomi daerah
berdampak
signifikan
terhadap
peningkatan
PAD, belanja
pembangnan
berpengaruh
posif signifikan
terhadap PAD
dan
Pertumbuhan
ekonomi.
- Periode
tahun
yang
diteliti.
- Lokasi
penelitia
n.
- Variabel
nya
yaitu
PAD.
- Teknik
analisis
datanya.
- Variabelnya
yaitu
pertumbuhan
ekonomi dan
belanja
pembangunan
(modal).
- Teknik
pengambilan
datanya.
6. Ni Made
Nopiani, Wayan
Cipta, dan
Fridayana
Yudiaatmaja
(2016),
Pengaruh
Pendapatan Asli
Daerah, Dana
Alokasi Umum,
dan Belanja
Modal Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Pendapatan asli
daerah, dana
alokasi umum
dan belanja
modal
berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
- Lokasi
penlitian
- Tahun
yang
diteliti.
- Variabel
indepen
den
yang
digunak
an yaitu
PAD
dan
DAU.
- Teknik
analisis
data.
- Variabel
independenya
yaitu belanja
modal.
- Variabel
dependennya.
- Teknik
pengumpulan
datanya.
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
29
C. Kerangka Penelitian
Adanya otonomi daerah memberikan konsekuensi berupa
diberlakukannya desentralisasi fiskal. Dengan desentralisasi fiskal
tersebut, pemerintah daerah dapat memiliki wewenang yang lebih luas
dalam mengelola keuangan daerahnya. Pengelolaan keuangan daerah
sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu daerah. Untuk mengelola
suatu daerah tidak hanya dibutuhkan sumber daya manusia saja tetapi juga
sumber daya ekonomi berupa keuangan yang dituangkan dalam suatu
anggaran pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan yang baik dapat
ditunjukakan dengan kinerja keuangan yang baik pula.
Kinerja keuanagan yang digunakan dalam penelitian ini berupa
rasio ketergantungan, rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio derajat
kontribusi BUMD, rasio efisiensi dan rasio keselarasan belanja. Rasio-
rasio tersebut menununjukkan kinerja keuangan suatu pemerintah daerah.
Apabila kinerja keuangan pemerintah daerah baik akan berpengaruh
kepada peningkatan pendapatan daerah. Sehingga meningkatkan proporsi
belanja modal pemerintah daerah yang digunakan untuk menyediakan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Alokasi belanja modal yang memadai akan memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dalam rangka
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil, pemerintah daerah
menggunakan anggaran belanja modal untuk melakukan investasi daerah.
Hal ini dilakukan jika porsi untuk belanja yang lain tidak begitu besar dan
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
30
menghabiskan anggaran. Kinerja keuangan yang baik, berupa rasio-rasio
di atas juga dapat digunakan untuk mendorong dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Kinerja keuangan yang baik, diharapkan dapat
digunakan sebagai alternatif alat yang digunakan untuk memprediksi
kontribusi anggaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hal ini karena, semakin baik kinerja keuangan maka semakin banyak
pendapatan yang diterima daerah sehingga dapat mempengaruhi proporsi
belanja modal yang dianggarkan dalam APBD. Belanja modal ini dapat
digunakan untuk investasi daerah agar memajukan daerah. Investasi
daerah merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi pertumbuhan
ekonomi suatu daerah selain pertumbuhan penduduk dan kemajuan
teknologi.
Berdasarkan penjelasan dari literatur di atas, maka secara
skematis kerangka pemikiran penelitian ini dapat dikembangkan dalam
sebuah model seperti berikut ini yaitu :
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
31
Gambar 2.1
Model Kerangka Pemikiran
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
Rasio Ketergantungan
keuangan (RKK)
X2
Rasio Kemandirian
Keuangan (RK)
X3
Rasio Efisiensi (RE)
X6
Rasio Keserasian
Belanja (RKB)
X7
Rasio Efektifitas PAD
(Refts)
X4
Rasio Derajat
Kontribusi BUMD
(RDK) X5
Pertumbuhan
Ekonomi (PE)
Y
Belanja Modal (BM)
X8
Rasio Derajat
Desentralisasi (RDD)
X1
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
32
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Rasio Derajat Desentralisasi
Desentralisasi Fiskal merupakan pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk menggali dan mengelola keuangan daerah. Desentralisasi fiskal
menjadi peluang bagi pemerintah untuk mengembangkan dan
mengelola potensi yang ada untuk kesejahteraan masyarakat. Rasio
derajat desentralisasi merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi.
Rasio ini sangat erat kaitannya dengan Pendapatan Asli Daerah
karena besarnya PAD yang diterima oleh pemerintah daerah
menunjukkan kemampuan daerah dalam mengelola keuangan. PADn
juga dapat digunakan untuk belanja pemerintah darah terutama belanja
modal. Jika belanja yang lain tidak menyerap sebagian besar
anggaran, maka PAD dapat digunakan untuk investasi daerah. PAD
yang digunakan sebagai investasi daerah akan dapat menunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini dikarenakan melalui
desentralisasi fiskal, pemerintah daerah dapat memperoleh pendapatan
asli daerah sesuai dengan potensi yang ada sehingga memungkinkan
mendapatkan penerimaan daerah yang lebih besar. Dengan
penerimaan daerah yang lebih besar dapat dialokasikan pada sumber
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
33
daya di sektor publik yang lebih luas terutama investasi, maka
pertumbuhan ekonomi akan meningkat . Selain itu untuk mengetahui
atau menghitung rasio ini menggunakan jumlah PAD yang didapat
oleh suatu daerah dengan jumlah semua pendapatan daerah yang
diterima oleh suatu daerah (Rosdyana, 2015).
Semakin tinggi kontribusi PAD, maka semakin tinggi pula
kemampuan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
desentraisasi fiskal. Dengan semakin tinggi kemampuan pemerintah
dalam mengelola keuangan, semakin besar dana yang dialokasikan
untuk belanja modal yang digunakan untuk membiayai kepentingan
fisik seperti sarana dan prasarana, tanah, dan bangunan yang akan
berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Penelitian sebelumnya yang relevan dengan pernyataan ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Arsa dan Setiawina (2015) yang
meneliti di wilayah Provinsi Bali dengan hasil penelitiannya bahwa
derajat desentralisasi secara tidak langsung berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal serupa juga disampaikan oleh
Sularso dan Restianto (2011) yang meneliti di wilayah Provinsi Jawa
Tengah da Prihastuti, dkk (2015) yang meneliti di wilayah Provinsi
Riau. Dari uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut :
Hipotesis 1 (H1) : Derajat Desentralisasi berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
34
2. Rasio Ketergantungan Keuangan
Rasio ketergantungan keuangan menunujukkan seberapa besar
tingkat ketergantungan keuangan suatu daerah terhadap pemerintah
pusat atau pemerintah provinsi. Ketergantungan keuangan yang
dialami oleh pemerintah daerah dapat menjadikan suatu daerah sulit
untuk maju dan berkembang karena pemerintah daerah tidak cakap
dalam menggali dan mengelola keuangannya sendiri. Semakin tinggi
rasio ini, maka tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap
pemerintah pusat atau provinsi semakin besar, dan sebaliknya (BPKP,
2012 dalam Arsa, 2015). Jika tingkat ketergantungan pemerintah
daerah terhadap pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi
semakin besar, maka pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut
semakin lambat atau rendah.
Hal ini dikarenakan, pemerintah daerah berarti belum bisa
melaksanakan desentralisasi fiskal dengan baik. Sehingga penerimaan
keuangan daerah yang didapatkan tidak dapat maksimal. Dengan tidak
maksimalnya penerimaan asli daerah yang diterima akan
mempengaruhi alokasi belanja pemerintah daerah. Jika alokasi belanja
rutin pemerintah tidak dapat dipenuhi oleh pendapatan asli daerah
maka pemerintah daerah harus menutupinya dengan dana transfer dari
pemerintah daerah provinsi maupun pusat. Dengan digunakannya
seluruh penerimaan yang ada, maka pemerintah daerah tidak dapat
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
35
membelanjakannya untuk investasi daerah yang akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Penelitian sebelumnya yang relevan dengan pernyataan ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Arsa dan Setiawina (2015) yang
meneliti di wilayah Provinsi Bali dengan hasil penelitiannya bahwa
ketergantungan keuangan secara tidak langsung berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu hipotesis yang
diajukan adalah :
Hipotesis 2 (H2) : Ketergantungan keuangan berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan (otonomi fiskal) menunjukakan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang
telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan. Rasio kemandirian menggambarkan tingkat
ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin
tinggi rasio kemadiriannya, maka tingkat ketergantungan daerah
terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat dan
provinsi) semakin rendah dan sebaliknya.
Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat
dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, maka
semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat terhadap
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
36
pembangunan daerah dengan membayar pajak dan retribusi daerah
dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
masyarakat membayar pajak dan retribusi maka semakin tinggi tingkat
kesejahteraan masyarakat. Dengan semakin besarnya tingkat
kesejahteraan masyarakat, maka semakin tinggi pula tingkat
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Selain itu pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat
pada suatu daerah. Hal ini dikarenakan dana swadaya masyarakat
yang diterima oleh pemerintah daerah tinggi sehingga dapat
disimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat pada daerah tersebut
juga tinggi. Tingganya tingkat kesejahteraan masyarakat dapat
memacu kemajuan perekonomian pada suatu daerah. Dengan
terpacunya kemajuan perekonomian daerah tersebut diharapkan
pertumbuhan ekonomi pun semasin tinggi (Halim, 2008).
Penelitian sebelumnya yang relevan dengan pernyataan di atas
adalah penelitian yang dilakukan oleh Putri Ani dan Dwirandra (2014)
yang meneliti di wilayah Provinsi Bali dengan hasil penelitiannya
bahwa kemandirian keuangan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga dikemukaan oleh Syamsudi, dkk
(2015) yang meneliti di wilayah Karsidenan Surakarta dan Prihastuti,
dkk (2015) yang meneliti di wilayah Provinsi Riau. Dengan demikian,
maka hipotesis yang diajukan yaitu :
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
37
Hipotesis 3 (H3) : Kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
4. Rasio Efektifitas
Pengertian efektifitas berhubungan dengan derajat keberhasilan
suatu opersi pada sektor publik, sehingga suatu kegiatan dikatakan
efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap
kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Rasio efektifitas
menggambarkan kemapuan pemerintah daerah dalam merealisasikan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sudah direncanakan. Semakin
besar realisasi penerimaan PAD suatu daerah, maka dapat dikatakan
daerah tersebut efektif dalam menjalankan otonomi fiskal dan
sebaliknya (Medi, 1996 dalam Budiarto, 2007 dalam Sularso, 2011).
Semakin tinggi rasio efektifitasnya, maka kemampuan pemerintah pun
semakin baik (Halim, 2008). Jika kemampuan daerah semakin baik,
maka akan semakin baik pula pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal
ini dikarenakan meningkatnya pendapatan asli daerah yang diterima
pemerintah daerah akan dapat meningkatkan alokasi anggaran untuk
belanja modal. Dengan meningkatnya alokasi tersebut, maka
kemungkinan dana yang dapat digunakan untuk pembangunan dan
investasi daerah semakin meningkat. Hal ini dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
38
Penelitian yang mendukung pernyataan ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang meneliti di wilayah
Provinsi Jawa Tengah dengan hasil yang menunjukkan bahwa
efektifitas PAD berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi. hal ini juga dikemukakan oleh Prihastuti, dkk
(2015) yang meneliti di wilayah Provinsi Riau. Dari uraian di atas,
maka hipotesis yang diajukan adalah :
Hipotesis 4 (H4) : Efektifitas PAD berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
5. Rasio Derajat Kontribusi BUMD
Perusahaan BUMD merupakan perusahaan milik pemerintah
daerah yang sangat berperan dalam mendukung pendapatan daerah
yang diterima oleh pemerintah daerah. Hal ini terjadi karena jika
BUMD tersebut mendapatkan keuntungan, maka keuntungan tersebut
akan diberikan kepada pemerintah daerah dengan prosentase tertentu.
Dengan pembagian keuntungan tersebut akan menambah pendapatan
asli daerah. Rasio Derajat Kontribusi BUMD digunakan untuk
mengetahui tingkat kontribusi perusahaan daerah dalam mendukung
pendapatan daerah. Semakin tinggi derajat kontribusi BUMD, maka
semakin tinggi pula PAD yang diterima oleh pemerintah daerah.
Dengan semakin tinggi PAD yang diterima, maka dana untuk belanja
modal oleh pemerintah daerah semakin besar dan akan berdampak baik
terhadap pertumbuhan ekonomi (BPKP, 2012 dalam Arsa, 2015).
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
39
Penelitian yang relevan dengan uraian diatas adalah penelitian
yang dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang meneliti di
wilayah Provinsi Jawa Tengah yang mendapatkan hasil bahwa deajat
kontribusi BUMD berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis
yang diajukaun adalah :
Hipotesis 5 (H5) : Derajat kontribusi BUMD berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
6. Rasio Efisisensi
Rasio Efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi
pendapatan yang diterima. Semakin kecil rasio efisiensi, berarti kinerja
pemerintah daerah semakin baik dan sebaliknya. Apabila kinerja
keuangan pemerintah daerah semakin baik maka dapat diartikan
semakin baik pula pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut. Hal ini
dikarenakan kemampuan pemerintah dalam mengelola keuangan
daerah dapat menjadi indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Selain itu jika PAD digunakan dengan efisien, maka anggaran belanja
pemerintah daerah terutama belanja pembangunan akan dapat
digunakan untuk investasi daerah guna meningkatkan perekonomian
dan kesejahteraan masayarakat(Halim, 2008).
Penelitian yang mendukung pernyataan ini dalah penelitian yang
dilakukan oleh Hamzah (2008) yang meneliti di wilayah Provinsi Jawa
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
40
Timur menunjukkan bahwa efisiensi berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, maka hipotesis yang
diajukan yaitu :
Hipotesis 6 (H6) : Rasio Efisiensi berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
7. Rasio Keserasian Belanja
Rasio keserasian Belanja menggambarkan bagaimana pemeintah
daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan
belanja pembangunan secara optimal. Jika alokasi pada belanja rutin
dan belanja pembangunan tidak seimbang, maka dapat mengganggu
pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Hal ini disebabkan
penerimaan daerah yang kurang maksimal yang hanya cukup untuk
memenuhi belanja rutin pemerintah daerah. Sebagai akibatnya belanja
pembangunan tidak dapat dioptimalkan untuk investasi daerah yang
dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah. Semakin tinggi
persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin, berarti
persentase belanja investasi (Belanja pembangunan/modal) yang
digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi
masyarakat masyarakat cenderung semakin kecil (Halim, 2008).
Semakin kecil dana yang dialokasikan pada belanja modal, maka
semakin lambat atau kecil pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu
daerah.
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
41
Penelitian yang mendukung pernyataan ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Pati Kawa (2010) yang meneliti di seluruh
kabupaten/kota se Indonesia dengan hasil penelitiannya bahwa rasio
keserasian (rasio aktivitas) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan yaitu :
Hipotesis 7 (H7) : Keserasian belanja berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
8. Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah yang rutin
dikeluarkan untuk meningkatkan aset atau manfaat aset pemerintah
daerah yang manfaatnya lebih dari satu periode. Belanja modal
berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini
dikarenakan belanja modal digunakan untuk membiayai pemeliharaan
jembatan, jalan dan pembelian tanah atau bangunan yang dapat
menunujang kesejahteraan masyarakat, yang mana salah satu indikator
kesejahteraan masyarakat yaitu pertumbuhan ekonomi (Adi, 2006).
Semakin besar alokasi belanja modal akan semakin besar pula tingkat
pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah.
Hal ini dapat didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nopiani, dkk (2016) yang meneliti di wilayah kabupaten Buleleng
menunjukkan hasil bahwa belanja modal perpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal yang sama dikemukakan oleh Adi (2006)
yang meneliti di wilayah pulau Jawa dan Bali. Begitu juga dengan
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
42
Arsa dan Setiawina (2015) yang meneliti di wilayah Provinsi Bali dan
Sularso dan Restianto (2011) yang meneliti di wilayah Provinsi Jawa
Tengah mengemukakan bahwa belanja modal berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari uraian di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut :
Hipotesis 8 (H8) : Belanja modal berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Kinerja Keuangan..., Istia Nur Pradiatmi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017