bab ii tinjauan pustaka · merupakan inti dari . manajemen atau administrasi. secara konseptual...
TRANSCRIPT
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengelolaan Pendidikan Istilah pengelolaan merupakan inti dari
manajemen atau administrasi. Secara konseptual
pengelolaan sama dengan manajemen. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Husnaini Usman (2004: 3). Ia menyatakan bahwa “management”
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan. Dalam konteks
administrasi keduanya mempunyai persamaan arti, dengan kandungan makna to control yang artinya mengatur dan mengurus. Istilah pengelolaan adalah
suatu kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain,
atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.
Hersey dan Blanchard menurut Stoner dalam
Sudjana (2000:17) memberi arti pengelolaan sebagai berikut “Managemen as working with and through individual and groups to accomplish organizational goals” (pengelolaan merupakan kegiatan yang
dilakukan bersama dan melalui orang-orang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi).
Sumijo Soebedjo dalam Sudjana (2000:17) mengemukakan bahwa “Management the process of planning, organizing, leading, and controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources achieve statet organizational goals”. Kalau kita simpulkan dari kedua pengertian di atas konsep manajemen atau pengelolan merupakan
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan secara inovatif terhadap segala
upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana prasarana secara efektif dan
12
efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut M.Manulang (2006:5) manajemen
merupakan sebuah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan. Terkait dengan proses pelaksanaan manajemen, Nanang Fattah (2004:1) mengemukakan
bahwa: “Dalam proses manajemen terlihat fungsi-fungsi pokok
yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan.
Perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),
Pemimpinan (leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu manajemen diartikan sebagai proses
merencarakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efekfit
dan efisien.”
Pengelolaan yang baik sangat diperlukan dalam keberhasilan suatu organisasi, hal senada seperti yang
disampaikan oleh (Muhroji, et al (2004) mengemukakan pengelolaan berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola suatu organisasai dengan
baik untuk mencapai kriteria yang diharapkan dalam sebuah organisasi tersebut. Hal ini berarti bahwa
manajer atau pemimpin organisasi berusaha agar tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat tercapai.
Berdasarkan hal di atas maka pengertian
pengelolaan mengandung unsur usaha dan proses. Usaha ditunjukkan oleh kemauan kepala sekolah,
tenaga edukatif dan tenaga administratif yang terlibat, sedangkan proses ditunjukkan oleh jalannya usaha dalam rangka pencapaian tujuan disekolah. Usaha dan
proses tersebut berupa kegiatan-kegiatan pengelolaan, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Berdasarkan proses-proses yang
dikedepankan oleh para ahli manajemen tersebut, maka menurut Suryobroto (2004:33) mengabstrasikan
bahwa pengelolaan/ manajemen menjadi empat proses yaitu: planning, orginizing, actuating, dan controling.
13
Hal senada disampaikan pula oleh (Pidarta, 2004: 13) memberikan penjelasan bahwa empat fungsi pengelolaan yakni merencanakan, mengorganisasi,
memotivasi dan mengontrol. Menurut Suryobroto (2004: 35) pengelolaan pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan.
Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pemantauan. Berdasarkan Mulyono
(2008 : 25-27) proses pengelolaan meliputi; 1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan rasional dan sistemik
dalam menetapkan keputusan, kegiatan atau langkah-langkah yang akan dilaksanakan di kemudian hari dalam
rangka usaha mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Perencanaan ini mengandung arti: pertama, manajer
memikirkan dengan matang terlebih dahulu sasaran dan
tindakan berdasarkan pada beberapa metode, rencana
atau logika dan bukan berdasarkan perasaan. Kedua, rencana mengarahkan tujuan organisasi. Ketiga,
disamping itu rencan merupakan pedoman
untuk:a)Organisasi memperoleh dan menggunakan
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, b)
Anggota organisasi melaksanakan aktivitas yang konsisten dengan tujuan dan prosedur yang sudah
ditetapkan, dan c) Memonitor dan mengukur kemajuan
untuk mencapai tujuan, sehingga tindakan korektif dapat
diambil bila kemajuan tidak memuaskan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisai adalah menyusun hubungan perilaku yang efektif dan antar personalia, sehingga mereka dapat
bekerjasama secara efisien dan memperoleh keputusan
pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas dalam situasi
lingkungan yang ada guna mencapai tujuan dan sasaran
tertentu.
3. Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Rencana yang telah
disusun akan mempunyai nilai jika dilaksanakan dengan
efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan, setiap organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap dan meyakinkan
sebab jika tidak kuat, maka proses pendidikan yang
diinginkan sulit terealisasi.
4. Pengawasan
Pengawasa dapat diartikan sebagai upaya untuk
mengamati secara sistematis dan berkesinambungan;
14
merekam, memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat, serta
memperbaiki kesalahan. Pengawasan meruapakn kunci
keberhasilan dalam keseluruhan proses pengelolaan,
perlu dilihat secara komprehensip, terpadu dan tidak
terbatas hal-hal tertentu.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah suatu usaha
yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen
dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang
saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
2.2. Supervisi Akademik 2.2.1 Konsep Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membuat guru untuk mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh,1989, Glickman,et al; 2007),
dalam Dirjen PMPTK(2014:164). Supervisi akademik tidak terlapas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987)
menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru dalam proses pembelajaran, antara
lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul: Apa yang sebenarnya terjadi di dalam
kelas?apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang
bermakna bagi guru dan peserta didik?Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?
Apa kelebihan dan kekurangan dan bagaimana cara mengembangkannya? Berdasarkan jawaban terhadap
15
pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan
di sini, bahwa setelah melakuakan penilaian kinerja bukan berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak
lanjutnya berupa pembuatan program tindak lanjut. Dalam kaitannya dengan manajemen dan
kepemimpinan kepala sekolah, supervisi lebih ditekankan pada pembinaan dan peningkatan kemampuan dan kinerja tenaga kependidikan/guru di
sekolah dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memahami dan wawasan yang lebih luas tentang
supervisi, dalam Carter Good’s Dictionary of Education dikemukakan definisi supervisi sebagai berikut : Segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan
tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran, termasuk mensti-mulasi, menyeleksi
pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi, dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta
evaluasi pengajaran. Sutisna (1985) dalam Mulyasa (2013:240)
mendeskripsikan supervisi sebagai bantuan dalam
pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Dengan kata lain supervisi adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang disediakan untuk membantu para guru dalam menjalankan pekerjaannya agar lebih baik. Peran supervisor adalah mendukung, membantu dan
membagi, bukan menyuruh. Sahertian (1990) dalam Mulyasa (2013:240) mengemukakan bahwa supervisi
merupakan usaha mengalami, mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara
individu maupun secara kolektif, agar labih mengerti dan lebih efetif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga dapat menstimulasi dan
membimbing pertumbuhan setiap murid secara kontinu agar lebih cepat berpartisipasi dalam
masyarakat demokrasi modern.
16
Kata akademik dalam konteks sekolah, dipertautkan dengan segala hal yang berhubungan dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang harus
dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, sehingga yang disebut kegiatan akademik adalahkegiatan proses pembelajaran dan hal-hal lain
yang terkait misalnya penyusunan jadwal akademik pembelajaran dan silabus. Supervisi akademik adalah
menilai dan membina guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar kompetensi peserta didik mencapai optimal (Sujana,
2008; 3). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membina para guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi peserta didik mencapai optimal.
Tujuan supervisi akademik yaitu untuk mengembangkan kompetensi guru, mengembangkan kurikulum dan mengembangkan kelompok kerja guru
dan membimbing guru untuk menyusun penelitian tindakan kelas. Seorang kepala sekolah dalam
melakukan supervisi akademik dengan baik dan benar, sehingga sesuai dengan tujuannya untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran, maka kepala sekolah harus paham
memahami dan terampil dalam teknik supervisi. Sebagaimana diungkapkan Glickman, at al; (2007), bahwa untuk melaksanakan supervisi akademik secara
efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal.
Kimbal Wiles (dalam Maryono, 2011:18) menyatakan “Supervision is assistance in the development of a batter teaching-learning situation”. Supevisi adalah proses bantuan untuk meningkatkan situasi belajar mengajar agar lebih baik. Pengertian di
atas menunjukkan bahwa supervisi adalah proses bantuan, bimbingan, atau pembinaan supervisor kepada guru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Rumusan ini merujuk bahwa layanan supervisi
17
meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher,student an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya
diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi akademik. Dengan demikian layanan
supervisi akademik mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi,
inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih
menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis.
Kegiatan supervisi adalah proses pendidikan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah.
Jadi supervisi tidak lain adalah usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama guru-guru, baik secara individu maupun secara
kelompok dalam usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Seorang supervisor yang baik memiliki lima keterempilan dasar sebagai berikut: 1)
keterampilan dalam hubungan antar manusia; 2) keterampilan dalam proses kelompok; 3) keterampilan
dalam kepemimpinan pendidikan; 4) keterampilan dalam mengatur personalia sekolah; dan 5) keterampilan dalam evaluasi.
Menurut Purwanto Ngalim (2010:76) mengatakan bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Sedangkan Adam dan Dickey (1959:2)
yang dikutip oleh Sahertian (2008: 17) mengemukakan supervisi adalah program yang terencana untuk memperbaiki pengajaran. Inti dari program supervisi
pada hakekatnya memperbaiki hal belajar mengajar. Program dapat berhasil jika supervisor memiliki
keterampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerjasama dengan guru dan petugas pendidikan lainnya. Rumusan di atas mempertegas bahwa yang
menjadi sasaran supervisi adalah memperbaiki kinerja
18
guru agar selalu berkembang dalam jabatan. Supervisi merupakan suatu inservice education dan usaha mengembangkan kelompok (group) secara bersama,
program supervisi itu bertumpu pada suatu prinsip yang berakar mendalam pada pengakuan bahwa tiap
orang itu mempunyai potensi untuk berkembang. Potensi itu harus merealisasikan dirinya melalui dorongan dan bantuan agar dapat menemukan jati
dirinya sehingga ia mampu berpartisipasi. Usaha supervisi adalah penerepan prinsip demokrasi,
sehingga potensi-potensi manusia dapat berkembang secara kontinyu, baik secara pribadi maupun secara bersama dan berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat dimana ia berada. Pendapat ini sejalan dengan Boarman, at al (1953)
mengatakan supervisi suatu usaha menstimulasi, mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara
individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat
menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu serta mampu dan lebih cakap
berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern (Sahertian, 2008 : 17).
Pada hakikatnya supervisi mengandung beberapa
kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang kontinyu, pengembangan kemampuan profesional personel, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran
akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik. Dengan kata lain, dalam
supervisi ada proses pelayanan untuk membantu atau membina guru-guru. Pembinaan ini menyebabkan perbaikan atau peningkatan kemampuan profesional
guru, kemudian selanjutnya ditransfer ke dalam perilaku mengajar sehingga terciptanya situasi belajar
mengajar yang lebih efektif dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Jadi pengertian supervisi lebih difokuskan kepada upaya
memberi layanan dan bantuan, baik secara individual
19
maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran, sehingga guru dan tenaga kependidikan lainnya merasakan bimbingan dari seorang supervisor,
bukan sebagai hubungan antara atasan dengan bawahan tetapi suatu hubungan kemanusiaan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa supervisi akademik adalah bantuan profesional yang diberikan kepala sekolah pada guru
yang merupakan serangkaian kegiatan pada guru untuk dapat mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik
Fungsi dan tujuan supervisi, kedua hal ini cukup sulit untuk dibedakan sebab sering suatu obyek dapat
diterangkan dari fungsi dan dapat pula dari segi tujuan. Fungsi utama supervisi akademik adalah ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas
pengajaran. Senada dengan yang diungkapkan oleh Burton dan Bruckner (1955: 3) bahwa fungsi utama
supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Sedangkan menurut Brigg dalam
Sahertian (2008: 21) mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja,
tetapi juga untuk mengkoordinasikan, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru yang lebih baik. Dengan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa fungsi dasar supervisi ialah memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah dapat diperbaiki bila supervisor atau kepala sekolah yang
memiliki lima keterampilan dasar supervisi. Supervisi berfungsi juga sebagai program pelayanan untuk
memajukan pengajaran, dalam situasi belajar sering terjadi masalah, baik yang dihadapi guru maupun siswa.
Guru sering menghadapi kesulitan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran, karena itu supervisor memberikan
20
bimbingan kepada guru agar dapat mengelola pembelajaran secara lebih efektif termasuk bantuan menyelesaikan masalah belajar siswa. Selain itu
supervisi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan hubungan manusia untuk mencapai tujuan, guru ataupun kepala sekolah tidak dapat melakukan sendiri
maka perlu kerja sama dan bantuan sesama guru, kepala sekolah ataupun masyarakat. Pada
kenyatannya, tidak semua guru dan kepala sekolah mampu melaksanakan hubungan kerja sama dengan pihak-pihak yang terkait, maka tugas supervisor
membantu guru mengenali diri dan mengenali tugas-tugasnya, serta bagaimana untuk menyelesaikannya.
Gambar 2.1. dibawah ini menunjukkan salah satu tujuan supervisi akademik yaitu membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan
kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
Selain itu, supervisi akademik memiliki fungsi mendasar (essential funcation) dalam keseluruhan
program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk.,1981; dan Glickman,et al;2007) karena hasil
supervisi akademik dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionlisme guru.
TIGA
TUJUAN SUPERVISI
Gambar 2.1 Tiga Tujuan Supervisi Akademik
Dari gambar di atas, maka dapat ditegaskan bahwa tujuan supervisi akademik antara lain membantu guru-guru,(1) mengembangkan proses belajar mengajar, (2)
menerjemahkan kurikulum ke dalam bahasa belajar mengajar,(3) melihat tujuan pendidikan membimbing
Pengembangan
Profesionalisme
Pertumbuhan
Motivasi
Pengawasan
Kualitas
21
pengalaman belajar mengajar, menggunakan sumber dan metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajar dan menilai kemajuan siswa, membina moral kerja,
menyesuaikan diri, dan (4) membantu mengembangkan profesional guru.
2.2.3 Prinsip-prinsip Supervisi Akademik Proses pelaksanaan supervisi memiliki beberapa
prinsip antara lain: a. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai aspek-aspek
instumen.
b. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervise yang matang dan tujuan pembelajaran.
c. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrument.
d. Realistis, artinya berdasarkan kenyatan sebenarnya.
e. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-maalah yang
mungkin akan terjadi.
f. Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.
g. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang antara supervisor dan
guru dalam mengembangkan pembelajaran.
h. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih,
dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran. i. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi
pelaksanaan supervisi akademik.
j. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpatisipasi.
k. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis,terbuka, jujur, ajeg, sabar,
antusias, dan penuh humor. l. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara
teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah)
m. Terpadu, artinya menyatu dengan program pendidikan.
n. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi
akademik (Dodd, 1972) dalam BPSDMPK dan PMP (2013:165).
2.2.4 Teknik Supervisi Akademik
Teknik supervisi akademik terdiri atas dua
macam, yaitu teknik supervisi individual dan teknik
supervisi kelompok. Untuk lebih jelasnya berikut
disajikan pada gambar 2.2. di bawah ini.
22
Gambar 2.2 Teknik Supervisi Akademik
2.2.5 Prosedur Supervisi Akademik
Prosedur supervisi akademik merupakan rangkaian kegiatan supervisi untuk memberikan
bantuan dan bimbingan kepada kepala sekolah dan guru agar termotifasi melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam bidang akademik dengan cara
memilih pendekatan, metode, dan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Prosedur pelaksanaan supervisi akademik terdiri atas: 1) Tahap persiapan meliputi: (a) menyiapkan instrument dan (b) menyiapkan jadwal bersama, 2)
Tahap pelaksanaan, yaitu pelaksanaan observasi supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung, 3) Tahap pelaporan, meliputi; (a) mengidentifikasi hasil
pengamatan pada saat observasi, (b) menganalisis hasil supervisi, (c) mengevaluasi bersama antara supervisor
dengan kepala sekolah dan guru, (d) membuat catatan hasil supervisi yang didokumentasikan sebagai laporan, 4) Tahap tindak lanjut, meliputi: (a) mendiskusikan dan
membuat solusi bersama, (b) memberitahukan hasil pelaksanaan supervisi akademik, dan (c)
mengkomunikasikan hasil pelaksanaan supervisi akademik antara kepala sekolah dan guru.
Teknik
supervisi
Akademik
Supervisi
individu
Supervisi
kelompok
Kunjungan kelas
Observasi kelas
Pertemuan
individual
Kunjungan
antarkelas
Pertemuan/rapat
Diskusi kelompok
Lokakarya/konfere
nsi
23
2.2.6 Instrumen Supervisi Akademik
Menurut Alwi. (2002:437) kata instrument dapat
diartikan sebagai: (1) alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran),(2) saran
penelitian (berupa seperangkat tes, angket). Arikunto, (1988:48-52) langkah-langkah yang harus
dilalui dalam menyusun instrument apapun, termasuk instrument supervisi akademik sekolah adalah sebagai berikut : a) merumuskan tujuan yang akan dicapai b)
membuat kisi-kisi c) membuat butir-butir instrumen d) menyusun instrument. Namun dalam penelitian ini
peneliti menggunakan model instrumen supervisi yaitu pedoman wawancara (interview), digunakan untuk memperoleh informasi yang mendalam.
2.3 Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala sekolah dalam kedudukan dan tanggung
jawabnya sebagai supervisor melaksanakan program
tindak lanjut hasil supervisi dilakukan sebagaimana tercantum dalam permendikbud nomor 65 tahun 2013
tentang standar proses meliputi: (a) memberi penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi standar, (b)
memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan. Pelaksanaan tindak lanjut yang dilakukan kepala
sekolah menganalisis kelemahan dan kekuatan guru dengan alat instrumen penilaian kinerja guru (IPKG),
sehingga hasil analisis catatan supervisor dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran, meningkatkan
profesional guru. Dari umpan balik itu pula tercipta suasana komunikasi yang harmonis, memberi
kesempatan untuk mendorong guru memperbaiki kinerjanya kegiatan sebagai berikut: a) Pembinaan langsung, pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal
yang bersifat khusus, yang perlu perbaikan dengan
24
segera dari hasil analisis supervisi, pembinaan dapat dilakukan melalui pemberian contoh, diskusi, konsultasi, atau pengadakan pelatihan. b) Pembinaan
tidak langsung adalah hal-hal yang bersifat umum dari hasil analisis supervisi.
Apabila guru-guru yang performance-nya sudah
baik dapat diberikan inovasi-inovasi dengan model pengembangan coaching. Hayes (2003) menulis bahwa
coaching adalah kunci dari keberhasilan dalam suatu proses manajemen, karena coaching membawa orang-
orang selalu berkontribusi sebagai mitra kerja yang aktif, efektif dapat memaksimalkan potensi dimiliki seseorang pribadi. Hal ini selaras dengan Parsloe (1999)
yang juga mengatakan bawa coaching adalah suatu proses yang memungkinkan pembelajaran dan
pengembangan diri terjadi sehingga meningkatkan kinerjanya.
Model pelaksanaan feed back supervisi akademik
dapat digunakan coaching dengan model GROW ME. Model GROW ME berorienntasi pada pengembangan
manusia oleh Ng (2005) dengan tahapan sebagai berikut : (a) Goals (G)- Tujuan, (b) Reality(R)–Realitas (c) Options (O)-Alternatif (d) What’s Next/Will (W)- Langkah
selanjutnya (e) Monitoring (M)- dan (f) Evaluasi (E). PPTK dan PMP (2014: 37) Berikut disajikan tehnik
coaching pada gambar 2.3. di bawah ini ;
Gambar 2.3 Tehnik coaching
Tujuan
Realitas
Alternatif
Langkah selanjutnya
Monitoring
Evaluasi
Coaching
25
Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : (1)Goals (G)- Tujuan yaitu Coachee menentukan sendiri
tujuan,Coach bertanya tentang tujuan, makna dan indikator
sukses sampai tujuan; (2)Reality (R)-Realitas yaitu Coachee/guru
menilai dirinya sendiri, bagaimana kondisi sekarang dan mengapa
begitu. Coach bertanya tentang kondisi dan alasannya, dan upaya yang pernah dilakukan; (3)Options (O) – Alternatif artinya Coachee
bertanya kepada dirinya tentang solusi untuk mencai tujuan.
Coach meminta coachee mengeksplorasi berbagai alternativi dan menawarkan saran-saran dengan hati-hati; (4)What’s Next? -
Langkah Selanjutnya. Coachee mengungkapkan rencana
alternativi pemecahan masalah berikut tahapan, serta potensi
hambatan dan pemecahannya, serta alokasi waktunya. Coach
meminta coachee memegang teguh pilihan rencana tindakan dan
mengidentifikasi langkah, hambatan, dukungan,cara mengatasi, serta waktu yang diperlukan. Coach dan Coachee membuat
komitmen tentang rencana tersebut dan didokumentasikan; (5) Monitoring (M) artinya Coachee mengecek dan mereview kemajuan
pencapaian tujuan tahapan GROW, Coach bertanya tentang proses
mencapai tujuan, posisi, konsistensi waktu, dukungan yang dibutuhkan.Coachee dan Coach berbagi pengalaman tentang hasil
pengamatannya. Coach member umpan balik yang kreatif, akurat, konstruktif dan memotivasi; (6) Evaluasi ( E ) yang artinya
Coachee pengevaluasi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
dan alasannya. Coach bertanya tentang hasil evaluasi pencapaian
tujuan dan alasannya, bagian yang signifikan, serta komentar. Coach memberiksn hasil evaluasi, bila mana hasil evaluasi jauh
berbeda diperlukan penyamaan persepsi dan kreteria. Coachee
merayakan kesuksesan dan Coach menyatakan dukungan atas
usaha-usaha yang telah dilakuakan coachee, dalam BPSDMK dan
PMP (2013: 39)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tindak lanjut supervisi akademik
adalah tindakan yang dilakukan kepala sekolah setelah
hasil pengamatan, pemantauan dari pelaksanaan
supervisi pembelajaran yang dilakukan seorang
supervisor dengan tujuannya untuk memperbaiki
kekurangan dan kelemahan guru yang diperoleh dari
proses pembelajaran yang dilakukan.
26
2.4 Kompetensi Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang
diperoleh seseorang setelah sekian lama sebagai guru.
Seseorang diangkat dan dipercaya menduduki jabatan
kepala sekolah. Tanggungjawab dan tugas pokok
kepala sekolah di sekolah dasar mengalami
perkembangan dan perubahan. Kepala sekolah tidak
hanya bertanggungjawab atas kelancaran di satuan
pendidikan secara teknis akademis saja. Sebagai
pemimpin di satuan pendidikan, kepala sekolah
merupakan orang yang paling bertanggungjawab
terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah dan
membangun kerjasama dengan tim kerja yang solid
untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan dalam
penyelenggaraan program kegiatan sekolah.
Menurut Pidarta (2009: 13) bahwa kepala sekolah
mempunyai lima macam posisi yaitu sebagai manajer,
administrator, motor penggerak, hubungan dengan
masyarakat, pemimpin, dan sebagai supervisor. Salah
satu kompetensi kepala sekolah adalah melaksanakan
supervisi akademik.Dalam hal ini sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi kepala sekolah, ada konsep untuk
memudahkan diingat yaitu EMASLIM (Educator,
Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Innovator,
Motivator) di sekolah. Berkaitan dengan kemampuan
profesional, tugas dan fungsi kepala sekolah menurut
Supriadi,D (1998) yang dikutip dalam Wahyudi (2009
:64) berpendapat bahwa pekerjaan profesi menuntut
keterampilan tertentu yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan yang lama dan intensif pada
27
lembaga yang mendapat pengakuan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2.5 Penelitian Relevan
Hasil penelitian terdahulu yang relevan dangan
pelaksanaan supervisi akademik untuk meningkatkan
mutu pembelajaran dan profesionalisme guru di
sekolah sebagai bahan untuk membandingkan dengan
penelitian ini. Hasil penelitian yang pernah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya dan yang terkait dengan
peleksanaan supervisi akademik kepala sekolah, yaitu
sebagai berikut:
1. Penelitian Hamadi (FISIPUI, 2011:113) dengan
tesisnya berjudul “ Pelaksanaan Supervisi Akademik
Kepala Sekolah dalam Upaya Meningkatkan
Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Kecamatan
Kelapa Kampit Kabupaten Belitung Timur”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif. Dalam penelitian ini
dapat ditarik kesimpulkan untuk menjawab
permasalahan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan
oleh kepala sekolah tidak banyak memberikan
manfaat untuk perbaikan pembelajaran dan
meningkatkan profesional guru. Karena kepala
sekolah sendiri tidak memahami tentang
pengertian, fungsi, tujuan prinsip dan teknik
serta pendekatan supervisi dalam melaksanakan
supervisi di sekolah. Untuk program supervisi
saja belum semua kepala sekolah mampu
28
menyusunnya, apalagi melaksanakannya secara
terprogam dan kontinyu, sehingga membuat guru
kurang termotivasi untuk mempersiapkan diri
dalam melaksanakan tugas, karena hasil
supervisi belum dimanfaatkan untuk dapat
membina dan mengembangkan potensi guru.
Pada hal supervisi akademik bertujuan
memberikan layanan dan bantuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan
meningkatkan kompetensi guru.
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan supervisi akademik yaitu, fator yang
mendukung antara lain program supervisi yang
telah disusun, komitmen terhadap tugas dan
tanggungjawab, motivasi serta penilaian terhadap
kinerja kepala sekolah. Sedangkan faktor yang
menghambat pelaksanaan supervisi akademik
yaitu, kompleksitas dan beban tugas yang tinggi,
rendahnya kompetensi, kurangnya komunikasi
dan wawasan ilmu pengetahuan serta penguasan
teknologi. Hal ini sangat menjadi kendala dalam
pelaksanaan supervisi terhadap guru di sekolah,
apalagi kompetensi yang dimiliki sangat rendah
dan berdampak terhadap pengelolaan sekolah
secara keseluruhan.
c. Pelaksanaan supervisi akademik yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap guru-
guru belum tercapai secara efektif. Sehingga
supervisi akademik belum memiliki dampak yang
besar untuk membantu guru dalam memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pengajaran. Secara
29
administratif, masih ada kepala sekolah yang
tidak mampu menyusun program supervisi, tidak
melaksanakan supervisi, melaksanakan supervisi
hanya sebagai tugas saja ,sehingga belum ada
umpan balik bagi guru untuk perbaikan dalam
pembelajaran.
2. Jurnal internasional berjudul Supervision as
Profesional Development: Compatible or Strange
bedfellows in the Policy Quest for Increased Student
Achievement oleh Rucinski and Hazi (2007: 3)
bahwa supervisi merupakan usaha evaluasi guru
yang berguna untuk meningkatkan kualifikasi guru
sebagai tenaga pengajar. Prosesnya berlangsung
secara berjangka atau bertahap yang dilakukan
dalam rangka peningkatan pembelajaran siswa di
kelas melalui guru yang disupervisi.
2.6 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Perencanaan supervisi akademik adalah proses
kegiatan rasional dan sistemik dalam menetapkan
keputusan, kegiatan atau langkah-langkah yang akan
dilaksanakan nantinya dalam rangka usaha mencapai
tujuan secara efektif dan efisien pada proses supervisi
akademik untuk meningkatkan proses pembelajaran
guru.
Pelaksanaan supervisi akademik adalah tahap
dimana proses kegiatan dari supervisi akademik
30
berlangsung dengan perencanaan yang sudah disusun
sebelumnya.
Tindak lanjut supervisi akademik adalah tindakan
yang dilakukan kepala sekolah setelah hasil dari
supervisi akademik dilakukan yang tujuannya untuk
memperbaiki kekurangan dan kelemahan guru yang
diperoleh dari proses pembelajaran yang dilakukan.
Gambar 2.4
Kerangka Berpikir
PENGELOLAAN
SUPERVISI
AKADEMIK
KEPALA
SEKOLAH
PERENCANAAN
SUPERVISI
AKADEMIK
KEPALA
SEKOLAH
PELAKSANAAN
SUPERVISI
AKADEMIK
KEPALA
SEKOLAH
TINDAK LANJUT
SUPERVISI
AKADEMIK
KEPALA
SEKOLAH