bab ii tinjauan pustaka menurut undang-undang no. 8 tahun...
TRANSCRIPT
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Menurut undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal,
yang dimaksud dengan pasar modal adalah segala kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal dipandang sebagai salah
satu sarana untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan
pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat dan
menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif.
Secara formal pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk
berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual
belikan dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
pemerintah, public authorities, maupun swasta (Suad Husnan dan Eny
Pudjiastuti, 2002).
2
Menurut Eduardus Tandelilin (2001), beberapa sekuritas yang umumnya
diperdagangkan di pasar modal antara lain:
1. Saham, merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham
2. Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah
tetap kepada pemiliknya
3. Reksadana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa
pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana, untuk
digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun pasar
uang
4. Instrument derivative adalah sekuritas yang nilainya merupakan turunan
dari sekuritas lain, sehingga nilai instrumentderivative sangat bergantung
dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Berbagai macam
instrument derivative adalah :
a. Waran
Opsi yang diterbitkan oleh perusahaan untuk membeli saham dalam
jumlah dan harga yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu
b. Right Issue
Turunan dari saham yang memberikan hak bagi pemiliknya untuk
membeli sejumlah saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan
dengan harga tertentu
3
c. Opsi
Hak untuk menjual atau membeli sejumlah saham tertentu pada harga
yang telah ditentukan
d. Saham bonus
Perusahaan menerbitkan saham bonus yang akan dibagikan kepada
pemegang saham lama
Definisi lain dari pasar modal menurut Jogiyanto (2010)
merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan resiko
untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek umumnya diperoleh di
pasar uang (misalnya bank komersil). Pasar modal merupakan sarana
perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan
menjual saham atau mengeluarkan obligasi.
Sementara itu Ahmad (1996:18) dalam Mushawir (2017:7)
menyebutkan tiga pengertian tentang pasar modal sebagai berikut :
1. Definisi yang luas
Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi,
termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang
keuangan, serta surat-surat berharga, jangka panjang dan jangka pendek,
primer dan yang tidak langsung.
2. Definisi dalam arti menengah
4
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-
lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang
berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi-
obligasi, pinjaman berjangka hipotek dan tabungan serta deposito
berjangka.
3. Definisi dalam arti sempit
Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan
saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa dari makelar
komisioner dan para underwriter.
Menurut Husnan (2005:4) dalam Mushawir (2017:7-8), pasar
modal memiliki dua fungsi, yaitu :
1. Fungsi Ekonomi
Pasar modal sebagai fungsi ekonomi, yaitu menyediakan fasilitas untuk
memindahkan dana dari lenders (para investor yang menanamkan
dananya dalam pasar modal) ke borrowers (emiten atau perusahaan
yang menerbitkan efek di pasar modal). Lenders mengharapkan akan
memperoleh keuntungan imbalan dari penyerahan dana tersebut.
Sedangkan dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar
memungkinkan melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya
dana dari hasil operasi perusahaan.
5
2. Fungsi Keuangan
Pasar modal sebagai fungsi keuangan adalah dengan menyediakan dana
yang diperlukan oleh para borrowers. Lenders menyediakan dana tanpa
terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk
investasi tersebut.
Sedangkan menurut Tandelilin (2001:13) pasar modal berfungsi
sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukkan
peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena
pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana
dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana.
Dasar-dasar Hukum Pasar Modal adalah :
a. UU RI no. 8/1995 tentang pasar modal
b. UU RI no 40/2007 tentang Perseroan Terbatas (PT)
c. UU RI no. 23/2002 tentang Surat Utang Negara
d. Peraturan Pemerintah RI no. 45 tentang penyelenggaraan kegiatan
di bidang pasar modal
e. Peraturan BAPEPAM-LK
f. Peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI)
g. Peraturan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
h. Peraturan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
6
2.Pasar Modal dan Mekanisme Perdagangan
Menurut Brigham dan Houston (2006) dalam (Diana, 2016) pasar modal
terbagi dalam dua jenis, yaitu:
a. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar Perdana (Primary Market) adalah pasar di mana perusahaan
memperoleh modal baru. Pasar perdana merupakan tempat penawaran
saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak penerbit(issue) sebelum saham tersebut
diperdagamgkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu sekurang-
kurangnya6 hari kerja.
Harga saham di Pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan
perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan
yang bersangkutan. Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh
dana yang diperlukan. Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi
untuk mengembangkan dan memperluas barang modal untuk memproduksi
barang dan jasa. Harga saham pasar perdana tetap, pihak yang berwenang
adalah penjamin emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi dengan
pemesanan yang dilakukan melaui agen penjualan.
Menurut Mushawir (2017:14-15) pasar perdana adalah penawaran
efek dari suatu perusahaan kepada masyarakat (publik) oleh suatu sindikasi
penjaminan untuk pertama kalinya sebelum efek tersebut diperdagangkan di
Bursa Efek. Mekanisme perdagangannya adalah sebagai berikut : pertama
saham atau efek yang diterbitkan oleh perusahaan penerbit (emiten) akan
7
ditawarkan kepada investor oleh pihak penjamin emisi (underwriter)
melalui perantara pedagang efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai
agen penjual saham. Proses ini disebut dengan Penawaran Umum Perdana
(IPO).
Gambar 2.1 Proses Perdagangan pada Pasar Perdana
Dana
Efek
Sumber : Modul Portofolio dan Investasi (Mushawir, 2017)
Prosedur penawaran dan pemesanan efek di pasar perdana dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Penawaran perdana suatu saham atau obligasi suatu perusahaan kepada
investor publik dilakukan melalui penjamin emisi dan agen penjual. Tata
cara pemesanan saham atau obligasi seperti harga penawaran, jumlah
saham yang ditawarkan, masa penawaran dan informasi lain yang penting
harus dipublikasikan di surat kabar berskala nasional dan juga dibagikan
ke publik dalam bentuk prospektus.
b) Investor yang berminat dapat memesan saham atau obligasi dengancara
menghubungi penjamin emisi atau agen penjual dan kemudian mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan.
Penjamin Emisi
Emiten Investor
Agen Penjual
8
c) Investor kemudian melakukan pemesanan saham atau obligasi tersebut
dengan disertai pembayaran.
d) Penjamin emisi dan agen penjual kemudian mengumumkan hasil
penawaran umum tersebut kepada investor yang telah melakukan
pemesanan.
e) Proses penjatahan saham atau obligasi (biasa disebut dengan allotment)
kepada investor yang telah memesan dilakukan oleh penjamin emisi dan
emiten yang telah mengeluarkan saham atau obligasi. Dalam proses
penjatahan ini ada beberapa istilah yang harus diperhatikan:
1) Undersubscribed, adalah kondisi dimana total saham atau
obligasi yang dipesan oleh investor kurang dari total saham
atau obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi ini semua
investor akan mendapatkan saham atau obligasi sesuai
dengan jumlah yang dipesannya.
2) Oversubscribed, kondisi dimana total saham atau obligasi
yang dipesan oleh investor lebih dari total saham atau
obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi ini terdapat
kemungkinan investor mendapatkan saham atau obligasi
kurang dari jumlah yang dipesan atau bahkan tidak
mendapatkan sama sekali.
f) Apabila jumlah saham atau obligasi telah terjadi oversubscribed maka
kelebihan dana investor akan dikembalikan (refund)
9
g) Saham atau obligasi tersebut kemudian didistribusikan kepada investor
melalui penjamin emisi atau agen penjual.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder adalah pasar di mana sekuritas yang telah beredar
diperdagangkan di antara para investor. Pasar sekunder merupakan tempat
atau sarana transaksi jual-beli antar investor dan harga dibentuk oleh
investor melalui perantara efek.Dengan adanya pasar modal para investor
dapat membeli dan menjual efek setiap saat.
Di pasar sekunder terbentuklah harga pasar karena harga
ditentukan oleh tawaran jual dan tawaran beli dari para investor yang
disebut orderdriven market.Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat
melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan
(Mohamad Samsul:2006).
Menurut Mushawir (2017:16) pasar sekunder adalah pasar dimana
efek-efek yang telah dicatatkan di Bursa Efek diperjualbelikan.Pasar
sekunder memberikan kesempatan kepada para investor untuk membeli atau
menjual efek-efek yang tercatat di bursa setelah terlaksananya penawaran
perdana. Di pasar ini efek-efek diperdagangkan dari satu investor ke
investor lain.
10
Gambar 2.2 Proses Perdagangan pada Pasar Sekunder
Dana
Efek
Sumber : Modul Portofolio dan Investasi (Mushawir, 2017)
Perusahaan efek yang telah mendapatkan izin sebagai Pedagang
Perantara Efek di Bursa Efek Indonesia dapat melakukan aktivitas jual beli
efek di bursa efek.Perusahaan efek membeli dan atau menjual efek
berdasarkan perintah jual dan atau beli dari investor. Setiap perusahaan
mempunyai karyawan yang disebut sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek
yang mempunyai wewenang untuk memasukkan semua perintah jual
ataupun perintah beli ke dalam sistem perdagangan yang terdapat di bursa
efek.
Sejak tahun 1995 proses perdagangan efek di pasar modal
Indonesia telah menggunakan sistem terkomputerisasi yang disebut dengan
JATS (Jakarta Automated Trading System) yang beroperasi berdasarkan
sistem tawar menawar (auction) secara terus-menerus selama periode
perdagangan. Perintah order beli dan jual dari investor dapat cocok
(matched) berdasarkan prioritas harga dan waktu. Prioritas harga artinya
siapapun yang memasukkan order permintaan dengan harga beli (bid price)
yang paling tinggi akan mendapat prioritas utama untuk bertemu dengan
Investor
Jual
Broker
Jual
BURSA
EFEK
Broker
Beli
Investor
Beli
11
siapapun yang memasukkan order penawaran dengan harga jual (offer
price) yang paling rendah. Prioritas waktu artinya siapapun yang
memasukkan order beli atau jual terlebih dahulu akan mendapat prioritas
pertama untuk dicocokkan (matched) oleh sistem.
Bursa Efek Indonesia menggolongkan perdagangan saham ke
dalam tiga pasar, yaitu :
a) Pasar reguler. Saham di pasar reguler diperdagangkan dalam satuan lot dan
berdasarkan mekanisme tawar menawar yang berlangsung secara terus
menerus selama proses perdagangan. Harga-harga yang terjadi di pasar ini
akan digunakan sebagai dasar perhitungan indeks di BEI.
b) Pasar negosiasi. Pasar ini dilaksanakan berdasarkan tawar menawar
individual antara anggota bursa beli dan anggota bursa jual dengan
berpedoman pada kurs terakhir di pasar reguler.
c) Pasar tunai. Pasar ini tersedia untuk menyelesaikan kegagalan anggota
bursa dalam memenuhi kewajibannya di pasar reguler dan pasar negosiasi.
Pasar tunai dilaksanakan dengan prinsip pembayaran dan penyerahan
seketika (cash and carry).
Perdagangan efek di Pasar Reguler, Pasar Negosiasi, dan Pasar
Tunai dilakukan selama jam perdagangan pada setiap Hari Bursa dengan
berpedoman pada Waktu JATS.
12
Hari Sesi Pertama Sesi Kedua
Senin
–
Kamis
09:30 sampai
12:00 WIB
13:30 sampai
16:00 WIB
Jumat 09:30 sampai
11:30 WIB
14:00 sampai
16:00 WIB
Sedangkan pra-pembukaan untuk pasar reguler dilakukan setiap
hari bursa dengan ketentuan sebagai berikut :
Waktu Aktivitas
09:10:00 sampai
09:25:00 WIB
Anggota bursa memasukkan
penawaran jual atau
permintaan beli
09:25:01 sampai
09:29:59 WIB
JATS melakukan proses
pembentukan Harga Pra-
pembukaan dan alokasi
transaksi yang terjadi.
13
3. Manfaat Pasar Modal
Menurut Mohamad Samsul (2006:43) manfaat pasar modal dapat
dilihat dari tiga sudut pandang :
1. Sudut Pandang Emiten
a. Sarana untuk mencari dana lebih besar dengan biaya yang lebih
murah
b. Memperbaiki struktur permodalan perusahaan karena perusahaan
memiliki modal sendiri yang lebih tinggi dibandingkan dengan
utang. Sehingga ketergantungan modal pinjaman dari perbankan
semakin berkurang.
c. Manajemen perusahaan yang tertutup menjadi manajemen yang
terbuka sehingga menguntungkan bagi pemegang saham karena
lebih transparan.
d. Memperluas jaringan bisnis baik dengan perusahaan domestik
maupun perusahaan luar negeri.
2. Sudut Pandang Masyarakat
a. Sarana yang terbaik untuk berinvestasi dengan jumlah yang tidak
terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat
b. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan yang tercermin
pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain
c. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen
untuk memperkecil resiko secara keseluruhan dan memaksimumkan
keuntungan.
14
3. Sudut Pandang Pemerintah
a. Sebagai sumber pembiayaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
sehingga tidak tergantung lagi pada subsidi pemerintah
b. Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen di tuntut
untuk lebih profesional
c. Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan
devisa bagi pembiayaan pembangunan serta memperluas
kesempatan kerja.
Sedangkan menurut Mushawir (2017:8-9) manfaat keberadaan Pasar
Modal adalah :
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia
usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus
memungkinkan upaya diversifikasi
3. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat
menengah
4. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan
mempunyai prospek
5. Keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang
sehat
6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik
15
2.1.2 Saham
1. Pengertian Saham
Eduardus Tandelilin (2001) menyatakan bahwa Saham merupakan
surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.
Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai
hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi
dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.
Menurut Suad Husnan, 1998 dalam Verawati, 2014 saham
merupakan selembar kertas yang menunjukkan hak pemodal (memiliki
kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut.
2. Macam-macam Saham
Beberapa saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Saham Biasa (Common Stock)
Saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap
claim(Nor Hadi, 2013:68). Saham biasa merupakan jenis saham yang akan
menerima laba setelah laba sebagian saham preferen dibagikan. Apabila
perusahaan menderita kerugian maka pemegang saham biasa lah yang akan
menanggung kerugian tersebut terlebih dahulu. Pemegang saham biasa
memiliki suara dalam RUPS (Mohamad samsul, 2006:45).
16
Menurut Jogiyanto (2010) ada beberapa hak yang dimiliki oleh
pemegang saham biasa :
a. Hak kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan
direksi. Hal ini berarti pemegang saham biasa berhak untuk mengontrol
siapa yang akan memimpin perusahaan. Pemegang saham dapat melakukan
hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di Rapat
Tahunan Pemegang Saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang
membutuhkan persetujuan pemegang saham.
b. Hak menerima pembagian keuntungan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak
mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Laba dibagikan dalam
bentuk dividen. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika
perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.
c. Hak preemptif
Preemptive Right adalah hak untuk mendapatkan persentase
pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar
saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham, maka
jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase
kepemilikan pemegang saham yang lama akan menurun. Hak preemptif
memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan
saham yang baru, sehingga persentase kepemilikannya tidak berubah.
2. Saham Preferen (Preferred Stock)
17
Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang
memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan
laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian,
tetapi dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan. Hak istimewa ini
diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang
memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan (Mohamad
samsul, 2006:45).
Karakteristik saham preferen menurut Jogiyanto (2010) sebagai berikut :
a. Pemegang saham preferen memiliki hak untuk menerima dividen terlebih
dahulu dibandingkan pemegang saham biasa
b. Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu
memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-
tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa
menerima dividennya.
c. Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan
dibanding hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
Menurut kasmir (2010:210), jenis-jenis saham jika ditinjau dari
segi peralihannya ada dua, yaitu :
1. Saham atas Unjuk (Bearer Stock)
Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidak tertulis
nama pemilik dalam saham tersebut. Saham jenis ini mudah untuk
dialihkan kepada pihak lain tidak diperlukan syarat dan prosedur tertentu.
2. Saham atas Nama (Registered Stock)
18
Di dalam saham tertulis nama pemilik saham tersebut dan untuk
dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu.
2.1.3 Return saham
1. Pengertian Return Saham
Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi sedangkan saham
merupakan tanda bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Return (kembalian) adalah tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang
dilakukannya. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu
investasi, tentunya pemodal tidak melakukan investasi (Robert Ang, 1997
dalam Arista, 2012).
Dengan demikian, setiap investasi baik jangka pendek maupun
jangka panjang tentunya mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh
keuntungan atau yang sering disebut dengan return (pengembalian). Return
tersebut bisa didapat secara langsung maupun tidak langsung. Yang harus
menjadi pertimbangan oleh seorang investor dalam berinvestasi ada 2 hal,
yang pertama adalah expected return (keuntungan yang diharapkan dari
sebuah investasi) dan yang kedua adalah risk (resiko yang timbul dari
sebuah investasi).
Husnan (1998) dalam Martono (2009) memaparkan teori
keuangan yang membahas tentang analisis investasi yang memiliki high risk
(resiko tinggi) maka, para investor mensyaratkan tingkat return yang tinggi
pula. Return saham berbanding positif dengan resiko, artinya semakin besar
19
return yang diperoleh maka akan semakin besar pula resiko yang didapat,
begitu juga sebaliknya. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa return saham adalah keuntungan yang akan diperoleh
oleh pemegang saham dari sebuah investasi. Keuntungan yang diperoleh
oleh pemegang saham yang berupa return tersebut bisa berupa dividen
(yield) dan bisa juga berupa selisih antara harga saham sekarang dengan
harga saham periode sebelumnya (capital gain).
Return atau bisa juga disebut dengan tingkat pengembalian adalah
selisih antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang diinvestasikan
(Brigham dan Houston, 2006:215, dalam Diana, 2017).
2. Komponen Return Saham
Menurut Wahyudi (2003) return saham memiliki dua komponen, yaitu :
a. Current income
Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh
melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil
kinerja fundamental perusahaan.
b. Capital gain
Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang diterima karena
selisih antara harga jual dengan harga beli saham. Besarnya capital gain
suatu saham akan positif, bilamana harga jual dari saham yang dimiliki
lebih tinggi dari harga belinya.
20
3. Macam-macam Return Saham
Menurut Jogiyanto (2003:109) return saham dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Return realisasi
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi
b. Return Ekspektasi
Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa yang akan dating
4. Indeks Harga Saham
Menurut Mushawir (2017:18-19), sekarang ini PT Bursa Efek
Indonesia memiliki jenis indeks harga saham yang secara terus menerus
disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik sebagai salah satu
pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Ke sebelas jenis
indeks tersebut adalah :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua
emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Saat ini
beberapa emiten tidak dimasukkan dalam perhitungan IHSG,
misalnya emiten-emiten eks Bursa Efek Surabaya karena alasan
tidak (atau belum ada) aktivitas transaksi sehingga belum tercipta
harga pasar.
2. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada
masing-masing sektor
21
3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan
pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-
kriteria yang telah ditentukan.
4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk
dalam kriteria syariah, (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh
BAPEPAM-LK) dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi
besar dan likuiditas tinggi.
5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 emiten yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
6. Indeks BISNIS-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT
Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia
7. Indeks PEFINDO25, menggunakan 25 emiten yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT
Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO.
8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT
Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan KEHATI
9. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam
kriteria papan utama.
10. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk
dalam kriteria papan pengembangan.
22
11. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.
Seluruh indeks yang terdapat di BEI menggunakan metode
perhitungan yang sama, yaitu metode rata-rata tertimbang berdasarkan
jumlah saham tercatat. Indeks-indeks tersebut ditampilkan terus menerus
melalui display walldi lantai bursa dan disebarkan ke masyarakat luas oleh
data vendor melalui data feed.
Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada Februari 1997.Ukuran
utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksinya pada pasar
reguler.Sesuai dengan perkembangan pasar dan untuk lebih mempertajam
kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari tahun 2005 jumlah hari
perdagangan dan frekuensi transaksi di masukkan sebagai ukuran likuiditas.
Maka munculah kriteria-kriteria saham yang bisa masuk dalam
indeks LQ45 sebagai berikut:
1. Telah tercatat di BEI selama 3 bulan
2. Sedang termasuk didalam 60 emiten di pasar reguler seperti volume, nilai,
dan frekuensi transaksinya
3. Kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, keadaan keuangan serta prospek
pertumbuhan perusahaan sangat dipertimbangkan
4. 30 emiten dari 60 emiten tersebut yaitu dengan nilai transaksi terbesar
akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45 dengan secara otomatis
23
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan
kinerja komponen emiten-emiten yang masuk dalam perhitungan indeks
LQ45.BEI dalam setiap tiga bulan sekali melakukan evaluasi atas
pergerakan urutan emiten-emiten tersebut. Kemudian penggantian emiten-
emiten akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan
Februari dan awal bulan Agustus.
Adapun faktor-faktor yang berperan dalam pergerakan indeks
LQ45, yaitu:
1. Tingkat suku bunga SBI sebagai patokan (benchmark) portofolio
investasi di pasar keuangan Indonesia
2. Tingkat toleransi investor terhadap risiko
3. Saham-saham penggerak indeks (Index mover stocks) yang
notabenenya merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di Bursa
Efek Indonesia
Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Naiknya Indeks LQ45
adalah :
1) Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga
minyak mentah dunia
2) Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ45
ke zona positif.
24
Dalam indeks LQ45 sudah pasti jumlah perusahaan yang terdaftar
berjumlah 45. Dan setiap 6 bulan sekali akan diperbarui. Periode daftar
saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah Februari-Juli
dan Agustus-Januari.
2.1.4 Jenis-jenis Rasio
Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston dalam bukunya
Manajemen Keuangan, menyebutkan bahwa ada beberapa jenis analisis
rasio, yaitu :
1. Rasio Likuiditas (Liquid Ratio)
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan
aktiva lancar lainnya dan kewajiban lancar.
Ada 2 jenis rasio likuiditas, yaitu:
a. Rasio lancar (Current Ratio) adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek. Dihitung dengan membagi antara total aktiva lancar
dengan total kewajiban lancar.
b. Rasio cepat (acid test) merupakan pengukur untuk kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
aktiva lancar tanpa mengandalkan persediaan. Dapat dihitung
dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan kemudian
dibagi kewajiban lancar.
2. Rasio Manajemen Aktiva (asset management ratio)
25
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya.
Dalam rasio ini terdapat 4 jenis rasio, yaitu :
a. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio)
Rasio ini digunakan untuk mengevaluasi persediaan.Rasio dihitung
dengan membagi penjualan dengan persediaan.
b. Periode penagihan rata-rata (day sales outstanding)
Rasio ini digunakan untuk menaksir piutang usaha.Dihitung
dengan membagi piutang usaha dengan rata-rata penjualan harian
untuk menentukan jumlah hari penjualan dalam piutang usaha.
c. Rasio perputaran aktiva tetap (fixed asset turnover ratio)
Mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva
tetapnya (pabrik dan peralatan).Dapat dihitung dengan membagi
penjualan dengan aktiva tetap bersih.
d. Rasio perputaran total aktiva (total asset turnover ratio)
Yaitu rasio yang mengukur perputaran seluruh aktiva
perusahaan.Rasio ini dapat dihitung dengan membagi penjualan
dengan total aktiva.
3. Rasio Manajemen Utang
Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan, memiliki tiga
implikasi penting : 1) Memperoleh dana melalui utang membuat
pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan
dengan investasi yang terbatas. 2) Kreditur melihat ekuitas, atau dana
yang disetor pemilik, untuk memberikan marjin pengaman, sehingga
26
jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total
pembiayaan, maka resiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur.
3) Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas
investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran
bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar, atau
“leveraged”.
Dalam rasio manajemen keuangan ada 3 jenis rasio, yaitu:
a. Rasio utang (debt ratio)
Rasio ini mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur,
perhitungannya dengan membagi total utang dengan total aktiva.
Total utang disini mencakup total utang lancar maupun utang jangka
panjang.
b. Rasio kelipatan pembayaran bunga (times-interest-earned ratio)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga tahunan. Dihitung dengan cara membagi antara
jumlah laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga.
c. Rasio cakupan beban tetap (fixed charge coverage ratio)
Serupa dengan rasio TIE, tetapi rasio ini lebih inklusif karena
mengakui bahwa banyak aktiva perusahaan dilease dan harus
melakukan pembayaran dana pelunasan (sinking fund). Dana
pelunasan disini diartikan kewajiban pembayaran tahunan yang
dirancang untuk mengurangi saldo obligasi atau saham preferen.
Rasio ini dihitung dengan membagi antara EBIT ditambah
27
pembayaran lease dengan beban bunga ditambah pembayaran lease
dan pembayaran dana yang di “gross up” atau dengan membaginya
dengan (1-tarif pajak).
4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) menunjukkan
pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang
terhadap hasil operasi.
Rasio yang tercakup dalam rasio profitabilitas adalah:
a. Marjin laba atas penjualan (Profit margin on sales)
Mengukur laba per rupiah penjualan.Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih dengan penjualan.
b. Basic earning power (BEP)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan laba operasi, dihitung dengan membagi EBIT dengan
total aktiva.
c. Pengembalian atas total aktiva (ROA)
Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga
dan pajak. Dihitung dengan membagi laba bersih yang tersedia
untuk pemegang saham biasa dengan total aktiva.
d. Pengembalian atas ekuitas saham biasa (return on common equity
atau ROE)
28
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur
pengembalian atas ekuitas saham biasa (return on common equity
atau ROE), atau tingkatpengembalian atas pemegang investasi
saham. Dapat dihitung dengan membagi laba bersih yang tersedia
untuk pemegang saham biasa dengan ekuitas saham biasa.
5. Rasio Nilai Pasar (market value ratio)
Menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku
per saham. Rasio ini memberikan manajemen petunjuk mengenai apa
yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta
prospek di masa mendatang. Jika rasio likuiditas, manajemen aktiva,
manajemen utang, dan profitabilitas baik, maka kemudian rasio nilai
pasar akan menjadi tinggi, dan harga saham akan setinggi yang
diharapkan.
Rasio ini terdiri dari dua macam rasio, yaitu:
a. Rasio harga-laba (P/E)
Rasio harga-laba (price/earning ratio= P/E) menunjukkan seberapa
banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang
dilaporkan. Dihitung dengan membagi antara harga per saham
dengan laba per saham.
b. Rasio nilai pasar/buku (M/B)
Rasio harga pasar saham terhadap nilai buku memberikan indikasi
lain tentang bagaimana investor memandang perusahaan.Perusahaan
dengan tingkat pengembalian atas ekuitas yang relatif tinggi
29
biasanya menjual saham beberapa kali lebih tinggi dari nilai
bukunya, dibanding perusahaan dengan tingkat pengembalian yang
rendah. Rasio nilai pasar dihitung dengan cara mencari terlebih
dahulu nilai buku per saham. Nilai buku per saham dapat dihitung
dengan membagi antara ekuitas saham biasa dengan jumlah saham
yang beredar, kemudian menghitung rasio nilai pasarnya dengan
cara membagi harga pasar per saham dengan nilai buku per saham.
2.2 Penelitian Sebelumnya
Michael Aldo Carlo(2014),penelitian carlo menguji pengaruhreturn on
equity (ROE), dividend payout ratio (DPR), dan price to earning ratio (PER)
terhadap return saham, hasil proses seleksi memperoleh sampel yang terdiri
dari 47 perusahaan. Hasilnya menyatakan bahwa, variabel return on equity
(ROE) berpengaruh pada return saham, dividen payout ratio (DPR)
berpengaruh pada return saham, sedangkan price to earning ratio (PER)
ditolak atau tidak berpengaruh terhadap return saham.
Fransiska Desiana (2014), penelitian Fransiska Desiana (2014) menguji
pengaruh return on equity (ROE), earning per share (EPS), price to earning
ratio (PER) terhadap return saham perusahaan industri barang konsumsi di
BEI. Sampel yang digunakan adalah perusahaan industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.Teknik
pengambilan sampelnya menggunakan metode purposive sampling. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa secara simultan variabel price to earning ratio
30
(PER), return on equity (ROE), dan earning per share (EPS) berpengaruh
terhadap return saham. Sedangkan secara parsial hanya variabel price to
earning ratio (PER) yang berpengaruh terhadap return saham. Dengan
demikian semakin tinggi PER ini menunjukkan bahwa investor memilki
harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan dimasa mendatang.
Rio Febrioni (2016), dalam penelitian Rio Febrioni (2016) menguji
pengaruh return on assets, return on equity, earning per share, dan current
ratio terhadap return saham. Dengan sampel 18 perusahaan yang melewati
tahap purposive sampling sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan untuk
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA, ROE, EPS, dan CR
memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap return saham pada perusahaan.
Hasil penelitian ini mengidentifikasi secara parsial return on assets tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah pengaruh yang
positif, return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham
dengan arah yang positif, earning per share berpengaruh signifikan terhadap
return saham dengan arah pengaruh yang positif, current ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah pengaruh yang
negatif pada perusahaan yang terdaftar Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia
periode 2011-2015.
Nur Fita Sari (2012), dalam penelitian Sari (2010) menguji pengaruh
DER, CR, ROE, dan TAT terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan
8 perusahaan dalam indeks LQ45 yang dipilih dengan metode purposive
sampling dan 30 investor yang terdaftar pada perusahaan sekuritas di Wilayah
31
Semarang.Hasil pengujian pada data sekunder menunjukkan bahwa variabel
DER berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, CR berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap return saham, dan ROE berpengaruh negatif
signifikan terhadap return saham.Ketiga variabel tersebut memiliki arah yang
berbeda dengan hipotesis yang diajukan. Berdasarkan hasil perhitungan,
hanya variabel TAT yang memiliki arah yang sama dengan hipotesis yang
diajukan yaitu berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
Tabel 2.1
Judul Peneliti Rincia
n
Variabel Alat
Uji
Kesimpulan
PENGARU
H RETURN
ON
EQUITY,
DIVIDEN
PAYOUT
RATIO,
DAN
PRICE TO
EARNING
RATIO
TERHADA
P RETURN
SAHAM
(2014)
Michael
Aldo Carlo
Fakultas
Ekonomi
dan Bisnis
Universitas
Udayana
(Unud),
Bali,
Indonesia
e-mail :
aldomilan2
003@yaho
o.com / telp
:
+62812447
20410
ISSN: 2302-
8556
E-Jurnal
Akuntansi
Universitas
Udayana 7.1
(2014):150-
164)
Dependen
: Return
Saham
Independ
en:
ROE
DPR
PVB
Regresi
Linier
Bergan
da
(H1) menyatakan
bahwa ROE
berpengaruh pada
return saham
(H2) menyatakan
bahwa DPR
berpengaruh pada
return saham
(H3) ditolak, PER tidak
berpengaruh pada
return saham
PENGARU
H RETURN
ON
EQUITY,
EARNING
PER
Fransiska
Desiana
Prodi
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi
JURNA
L
FRANS
ISKA
D
201021
Dependen
:
Return
saham
Independ
en:
Regresi
Linier
Bergan
da
H1 menyatakan
bahwa variabel
ROE tidak
berpengaruh
terhadap return
saham
32
SHARE,
DAN
PRICE
EARNING
RATIO
TERHADA
P RETURN
SAHAM
PERUSAH
AAN
INDUSTRI
BARANG
KONSUM
SI DI
BURSA
EFEK
INDONESI
A
STIE MDP
Bifransiska
.desiana@g
mail.com
Titin
Hartini
titin_msi@
yahoo.com
0045 Return on
Equity
Earning
per Share
Price
Earning
Ratio
H2 menyatakan
bahwa earning per
share tidak
berpengaruh
terhadap return
saham
H3 menyatakan
bahwa price
earning ratio
berpengaruh
terhadap return
saham
PENGARU
H RETURN
ON
ASSETS,
RETURN
ON
EQUITY,
EARNING
PER
SHARE,
DAN
CURRENT
RATIO
TERHADA
P RETURN
SAHAM
Rio
Febrioni
febrionirio
@gmail.co
m
Deannes
Isynuwardh
ana, SE.,
M.M.
Muhamma
d Rafki
Nazar, SE.,
M.Sc.
ISSN :
2355-
9357
e-
proceed
ing of
Manage
ment :
Vol.3,
No. 3
Desemb
er 2016
| page
3439
Dependen
:
Return
saham
Independ
en:
Return on
assets
Return on
equity
Earning
per Share
Current
ratio
Analisis
Regresi
Data
Panel
H1 return on
assets tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
return saham
dengan arah
pengaruh positif
H2 return on
equity tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
return saham
dengan arah
pengaruh positif
H3 earning per
share berpengaruh
signifikan terhadap
return saham
dengan arah
pengaruh positif
H4 current ratio
berpengaruh
signifikan terhadap
return saham
dengan arah
pengaruh negative
ANALISIS
PENGARU
Nur Fita
Sari
Dependen
:
Regresi
Linier
H1 DER
berpengaruh
33
Rangkuman Penelitian Terdahulu
Sumber data diolah 2017
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
X1 : RETURN ON EQUITY (ROE)
X2 : DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR)
X3 : PRICE TO EARNING RATIO (PER)
Sumber data diolah 2017
H DER,
CR, ROE,
DAN TAT
TERHADA
P RETURN
SAHAM
Fakultas
Ekonomika
dan Bisnis
Universitas
Diponegoro
Semarang
2012
Return
saham
Independ
en:
DER
CR
ROE
TAT
Bergan
da
terhadap return
saham
H2 CR
berpengaruh
terhadap return
saham
H3 ROE
berpengaruh
positif terhadap
return saham
H4 TAT
berpengaruh
positif terhadap
return saham
RETURN SAHAM
34
Keterangan :
Pengaruh X1, X2, X3 secara parsial terhadap return
saham
Pengaruh X1, X2, X3 secara simultan terhadap return
saham
2.4 Hipotesis
1. Hubungan Return on Equity (ROE) dengan Return Saham
Return on Equity (ROE) adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba untuk pengembalian atas saham biasa.
Rasio ini dinyatakan dalam bentuk persen yang merupakan imbal hasil
dari laba bersih terhadap ekuitas perusahaan. Selain itu ROE juga
digunakan sebagai imbal hasil yang nyata terhadap modal yang
diinvestasikan oleh para pemegang saham.
ROE memberikan gambaran profitabilitas perusahaan terhadap
jumlah ekuitasnya.Semakin besar ROE maka semakin efektif sebuah
perusahaan. Namun ROE memiliki kelemahan karena tidak menggunakan
jumlah hutang dalam perhitungannya.
Dari penelitian Rio Febriano dan penelitian Nur Fita Sari
menunjukkan bahwa ROE mempunyai pengaruh terhadap return saham.
Dengan demikian bisa dibuat hipotesis seperti berikut :
35
H1 = Return on Equity berpengaruh terhadap Return saham pada
perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 periode 2014-2016
2. Hubungan Dividend Payout Ratio Ratio terhadap Return Saham
Dividend Payout Ratio atau Rasio Pembayaran Dividen adalah
rasio yang menunjukkan persentase setiap keuntungan yang diperoleh
yang didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai,
jadi DPR menunjukkan besaran dividen yang dibagikan terhadap total laba
bersih perusahaan sekaligus menjadi sebuah parameter untuk mengukur
besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham.
DPR dihitung dengan membagi jumlah deviden tunai perusahaan
dengan laba bersih perusahaan. Jika perusahaan membagikan seluruh
labanya untuk pemegang saham maka jumlah DPR akan sama dengan
jumah laba dengan persentase 100%. Maka dapat diketahui rasionya
adalah 1:1.
Dari penelitian Michael Aldo Carlomenunjukkan bahwa DPR
berpengaruh terhadap return saham. Maka dibuat hipotesis seperti berikut
:
H2 = Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Return saham
pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 periode 2014-
2016
3. Hubungan Price to Earning Ratio terhadap Return Saham
36
Price to Earning Ratio adalah alat utama penghitungan harga
saham suatu perusahaan dibandingkan dengan pendapatan
perusahaan.Hasil ini mengindikasikan berapa besar investor bersedia
membayar setiap rupiah atas pendapatan perusahaan tersebut.Pada
umumnya, investor lebih senang memilih saham dengan P/E ratio
rendah.Semakin rendah P/E ratio suatu saham, semakin murah saham-
saham tersebut sehubungan dengan pendapatan perusahaan.
Dengan mengamati P/E ratio, investor dapat lebih akurat
membandingkan nilai dari dua perusahaan. Dengan melakukan ini investor
mendapat pandangan yang lebih luas apakah suatu saham undervalued
atau overvalued jika dibandingkan dengan saham dalam satu industry atau
pasar secara umum. Kelemahan dari rasio ini adalah manipulasi
pendapatan, perbedaan industri, volatilitas dan resiko, juga faktor-faktor
lain.
Dari penelitian Fransiska Desiana dan Michael Aldo Carlo
menunjukkan bahwa PER mempunyai pengaruh negatif terhadap return
saham. Maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H3 = Price to Earning Ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap
Return saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45
periode 2014-2016.
4. Hubungan antara Return on Equity, Dividend Payout Ratio, dan Price to
Earning RatioterhadapReturn Saham
37
Ketiga rasio keuangan seperti Return on Equity, Dividend Payout
Ratio, dan Price to Earning Ratio masing-masing mempunyai pengaruh
terhadap return saham. Rasio-rasio ini selain berguna untuk pihak internal
khususnya manajemen perusahaan, juga berguna untuk pengguna laporan
keuangan atau pihak eksternal perusahaan seperti para investor dan analisis
kredit. Dengan menggunakan rasio-rasio ini para investor dapat
memprediksi besar kecilnya return saham yang akan diperoleh.
Dari penelitian-penelitian seperti Michael Aldo Carlo, Fransiska
Desiana, dan Rio Febriano menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari
variabel-variabel Return on Equity, Dividend Payout Ratio, dan Price to
Earning Ratio yang positif maupun negatif terhadap return saham.
Dari bukti empiris tersebut menunjukkan bahwa secara simultan
rasio profitabilitas yang digambarkan dengan Return on Equity, rasio pasar
yang ditunjukkan dengan Dividend Payout Ratio dan Price to Earning Ratio
mempunyai pengaruh terhadap return saham, maka dalam penelitian ini
diajukan hipotesis sebagai berikut :
H4 = Terdapat pengaruh antara Return on Equity, Dividend Payout
Ratio dan Price to Earning Ratio tehadap Return Saham pada
perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 periode 2014-2016.
38