bab ii tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan...
TRANSCRIPT
12
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Koperasi
Pertanyaan mengenai “apakah yang dimaksud dengan Koperasi?” memiliki
jawaban yang berbeda-beda dan menimbulkan diskusi yang tak terlepas dari
pengaruh-pengaruh ideologi tertentu.
Pengertian Koperasi sampai sekarang masih menimbulkan diskusi, seperti
yang dikutip oleh Hendar dan Kusnadi (2005:18) :
1. Menurut International Cooperative Alliance (ICA), Koperasi adalah
asosiasi yang bersifat otonom dengan keanggotaan bersifat terbuka dan
sukarela untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi, sosial dan kultur
melalui usaha bersama saling membantu dan mengontrol usahanya secara
demokratik.
2. Menurut UU No.25 tahun 1992, Koperasi didefinisikan sebagai badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
Menurut International Labour Organization (ILO) dalam Hendar dan Kusnadi
(2005:20), Koperasi didefinisikan sebagai berikut :
“Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, yang bergabung secara sukarela
untuk mewujudkan tujuan bersama, melalui pembentukan suatu organisasi yang
diawasi secara demokratis, dengan memberikan kontribusi yang sama sebanyak
jumlah yang diperlukan, turut serta menanggung risiko yang layak, untuk
memperoleh kemanfaatan dari kegiatan usaha, dimana para anggota berperan
serta secara aktif”.
13
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ropke dalam Hendar dan Kusnadi (2005:21) mendefinisikan Koperasi secara
singkat namun mencakup keempat karakteristik diatas sebagai berikut:
“Koperasi adalah organisasi bisnis yang para pemilik atau anggotanya adalah
juga pelanggan utama perusahaan tersebut (kriteria identitas). Kriteria identitas
adalah suatu Koperasi akan merupakan dalil atau prinsip identitas yang membedakan
unit usaha Koperasi dari unit usaha yang lainnya”.
Masing-masing ahli punya definisi tersendiri mengenai Koperasi tetapi dari
semua definisi di atas ada kesamaan ide serta pikiran tentang Koperasi, diantaranya:
1. Koperasi merupakan sekumpulan orang dalam suatu wadah, ini artinya
Koperasi bukan kumpulan modal.
2. Semua merujuk pada peningkatan ekonomi anggota secara bersama-sama
saling membantu berdasarkan pada prinsip Koperasi.
Koperasi mempunyai prinsip-prinsip yang didalamnya mengatur
keorganisasian Koperasi. Dalam hal manajemen Koperasi tidak membedakan diri dari
badan usaha lainnya. Sebagai badan usaha Koperasi memerlukan pengelola yang
mampu menjalankan manajemen Koperasi tetapi Koperasi tetap mempunyai aturan
tersendiri yang membedakan Koperasi dengan badan usaha lainnya.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 5, Koperasi menggunakan
prinsip sebagai berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarmya jasa usaha masing-masing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang tebatas terhadap modal.
5. Kemandirian.
14
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kegiatan dalam organisasi Koperasi dilakukan secara bersama-sama dan atas
dasar persamaan hak dan kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
Perbedaan antara organisasi Koperasi dengan badan usaha lainnya, dapat dilihat pada
Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lain
NO Karakteristik Koperasi Badan Usaha Lainnya
1 Anggota Keanggotaannya terbuka
untuk semua pemakai
Terbuka untuk para
penanam modal teretentu
2 Modal Jumlahnya kecil tidak
merupakan halangan bagi
para anggota. Pemasukan
modal sebanding dengan
pemanfaatannya atas
pelayanan Koperasi
Penanaman modal
diperoleh dari pembelian
saham yang ditawarkan
dengan harga pasar.
Menambah jumlah
anggota sebanyak jumlah
penanaman modal sesuai
yang diperlukan.
3 Pemilik Pemakai adalah pemilik.
Berada pada anggota atas
dasar yang adil dan sama,
Penanam modal adalah
pemillik.
Penanam modal
sebanding dengan modal
yang ditanamkan oleh
tiap-tiap penanam modal.
4 Manfaat Anggota memperoleh
manfaat atas jasa yang
diberikan baginya oleh
Koperasi. tingkat bunga
yang dibayarkan untuk
modalnya terbatas
Penanam modal
memperoleh bagian laba
sebagai hasil dari modal
yang ditanamkannya
sebanding dengan modal
yang ditanamkannya.
Sumber :Bernhard Limbong 2010, Pengusaha Koperasi
Sebagai badan usaha, Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berusaha
menggerakan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan kesejahteraan anggota.
Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas dan dalam mengembangkan Koperasi
15
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
harus mengutamakan kepentingan anggota serta menghadapi persaingan di pasar,
maka Koperasi harus mampu bekerja efisien mengikuti prinsip Koperasi dan kaidah
ekonomi.
Menurut Hendar dan Kusnadi (2005:247) unsur-unsur yang ada dalam
organisasi Koperasi pada umumnya meliputi : (a) Keanggotaan Koperasi, (b) Rapat
Anggota, (c) Pengawas, (d) Pengelola.
a. Keanggotaan Koperasi
Keanggotaan Koperasi termasuk salah satu unsur yang menentukan dalam
organisasi Koperasi. Pasal 17 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian menyebutkan :
1. Anggota Koperasi adalah pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa Koperasi.
2. Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar anggota
Anggota dalam suatu Koperasi selain sebagai pengguna jasa juga sebagai
pemilik sehingga anggota dalam Koperasi mempunyai tempat yang strategis dan
dapat mempengaruhi keberhasilan Koperasi. Dalam hal ini anggota dituntut
berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha, keanggotaan Koperasi adalah orang bukan
modal dan ini merupakan identitas khusus yang menjadi dasar atau pondasi yang
kokoh bagi suatu organisasi Koperasi.
16
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Rapat Anggota
Rapat anggota dalam Koperasi merupakan suatu lembaga atau institusi.
Dalam pasal 22 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian
disebutkan :
1. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi.
2. Rapat anggota dihadiri oleh anggota dan pelaksanaannya diatur dalam Anggaran
Dasar.
Rapat anggota dalam Koperasi memegang posisi yang strategis karena dalam
forum ini pula dapat didiskusikan tentang kemajuan Koperasi, rencana organisasi,
pengangkatan pengurus, dan sebagainya yang melibatkan anggota secara langsung.
Anggota Koperasi merupakan pemilik perusahaan. Koperasi yang mempunyai
anggota banyak dan tidak memungkinkan menghadirkan anggota secara keseluruhan,
harus mempunyai peraturan tersendiri agar rapat anggota tetap menjadi forum
kekuasaan tertinggi. Menurut pendapat Hendar dan Kusnadi (2005:249) bahwa :
“Dalam rapat anggota Koperasi, yang jumlah anggotanya cukup besar agar
dapat berlangsung dengan efektif dan efisien, dapat digunakan sistem
kelompok. Sehubungan dengan hal ini, harus ditetapkan prosedur
penyelenggaraan rapat-rapat kelompok serta proses pengambilan keputusan
antara lain mengenai pembentukan kelompok, pemilihan pimpinan kelompok,
penetapan forum rapat kelompok, keputusan rapat kelompok, penetapan
utusan kelompok dalam rapat anggota dan sebagainya. Dengan demikian rapat
anggota merupakan forum kekuasaan tertinggi dalam Koperasi”.
17
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Pengurus Koperasi
Pengurus Koperasi adalah satu perangkat organisasi Koperasi yang
merupakan suatu lembaga/badan struktural organisasi Koperasi. Pengurus yang
diangkat oleh anggota melalui rapat anggota memiliki tugas dan wewenang yang
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 30, pengurus bertugas:
1. Mengelola Koperasi dan usahanya.
2. Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan anggaran
pendapatan dan belanja Koperasi.
3. Menyelenggarakan rapat anggota.
4. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas.
5. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib,
memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 30 di atas pengurus
mengemban amanat dalam rapat anggota untuk mengelola organisasi dan usaha
Koperasi. Untuk pelaksanaan pengelolaan Koperasi sehari-hari, pengurus dapat
mengangkat orang lain sebagai pengelola atas kesepakatan dalam rapat anggota,
pengelola ini bertanggung jawab kepada pengurus bukan kepada rapat anggota, hal
ini dimaksudkan untuk menunjang kemajuan Koperasi yang nantinya ditujukan bagi
peningkatan ekonomi bersama dalam Koperasi.
18
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Pengawas Koperasi
Pengawas termasuk suatu lembaga/badan struktural organisasi Koperasi.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 39 disebutkan pengawas
bertugas :
1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelola
Koperasi.
2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
Pengawas dalam Koperasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya dapat
melakukan pengawasan pada pengurus/pengelola yang melaksanakan pengelolaan
usaha Koperasi, maupun mengawasi kebijakan yang diambil oleh pengurus agar
sesuai dengan amanat rapat anggota, dan meneliti setiap catatan yang ada pada
Koperasi.
2.1.2 Partisipasi Anggota
Partisipasi adalah “keikutsertaan anggota sesuai dengan peran gandanya
sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan” (Alfred hanel dalam Ardian Kurnia
Putra, 2011:317). Dari pengertian di atas, partisipasi anggota merupakan konsekuensi
dari kedudukan anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
Partisipasi dapat diartikan sebagai “suatu proses dimana sekelompok orang
(anggota) menemukan dan mengimplementasikan ide-ide dasar Koperasi” (Jochen
Ropke, 20003:52). Pengertian tersebut lebih mengarahkan partisipasi pada suatu
proses keikutsertaan anggota dalam pengambilan keputusan dalam Koperasi.
19
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pendapat lain, mendefinisikan partisipasi sebagai “peran serta anggota
terhadap kegiatan yang diselenggarakan Koperasi” (Haslizen Hoesin, dalam Ardian
Kurnia Putra, 2011:72).
Keith davis dalam Arsad Matdoan (2011:29) mengemukakan definisi
partisipasi sebagai berikut : “Participation is defined as an individuals mental and
emotional involvement in a group situation that encourages him to contribute to
group goals and to share responsibility for them”.
Dari definisi tersebut dapat ditarik tiga kesimpulan mengenai karakteristik
partisipasi yaitu :
1. Partisipasi merupakan bentuk keterkaitan mental dan emosional.
2. Bersedia memberikan kontribusi untuk pencapaian tujuan kelompok.
3. Tanggung jawab.
Kesimpulannya adalah partisipasi merupakan bentuk keikutsertaan anggota
dalam kegiatan Koperasi, dengan demikian partisipasi anggota sangat penting bagi
perkembangan Koperasi.
Partisipasi dapat diwujudkan dengan kesediaan orang untuk :
1. Meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk menjalankan dan
mengembangkan lembaga Koperasi
2. Meyisihkan sebagaian pendapatannya untuk disimpan di Koperasi.
3. Memanfaatkan pelayanan usaha. (Alfred Hanel dalam Arsad Matdoan,
2011:29).
20
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Partisipasi anggota merupakan kewajiban sekaligus hak anggota dan setiap
bentuk yang dilakukan oleh anggota akan mempengaruhi kegiatan Koperasi.
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 20, kewajiban dan hak
anggota adalah sebagai berikut :
1. Setiap anggota mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
serta keputusan yang telah disepakati dalam rapat anggota.
b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh
Koperasi.
c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas azas
kekeluargaan
2. Setiap anggota mempunyai hak :
a. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberi suara dalam rapat
anggota.
b. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas.
c. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam Anggaran
Dasar.
d. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat
anggota baik diminta mapun tidak diminta.
e. Memanfaatkan Koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama
antara sesama anggota.
f. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut
ketentuan dalam Anggaran Dasar.
Anggota harus menjalankan hak dan kewajibannya untuk mendukung
perkembangan Koperasi yang diwujudkan dalam partisipasi anggota sebagai pemilik
sekaligus sebagai pelanggan.
21
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.1.2.1 Jenis Partisipasi
Di lihat dari segi dimensinya, partisipasi anggota dalam kegiatan dan atau
pengelolaan Koperasi, terdiri dari :
1. Dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya
Dipandang dari sifatnya, partisipasi dapat berupa, partisipasi yang dipaksakan
(forced) dan partisipasi sukarela (foluntary). Partisipasi sukarela terjadi bila
manajemen memulai gagsan tertentu dan para bawahan menyetujui untuk
berpartisipasi dan mendukung gagasan tersebut. Jika tidak dipaksa oleh situasi
dan kondisi, partisipasi yang dipaksakan (forced) tidak sesuai dengan prinsip
Koperasi keanggotaan terbuka dan sukarela serta manajemen yang demokratis.
2. Dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya
Bentuk partisipasi dapat bersifat formal (formal participation) dan dapat pula
bersifat informal (informal participation). Bentuk partisipasi yang bersifat formal
biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan
dan dalam pelaksanaan setiap kegiatan (misalnya serikat pekerja, dewan
pengurus). Bentuk partisipasi yang bersifat informal biasanya hanya terdapat
persetujuan lisan antara atasan dan bawahan dalam bidang-bidang partisipasi.
3. Partisipasi dipandang dari pelaksanaanya
Dipandang dari pelaksanaannya, partisipasi dapat dilaksanakan secara langsung
maupun secara tidak langsung. Partisipasi langsung terjadi apabila setiap orang
dapat mengajukan pandangan, membahas pokok persoalan, mengajukan
keberatan secara langsung terhadap keinginan orang lain atau terhadap
22
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ucapannya. Seseorang dapat secara langsung menyampaikan ide-ide, informasi,
keinginan, harapan, saran dan lain-lain kepada pihak yang menjadi pimpinannya
tanpa harus melalui dewan perwakilan. Sedangkan partisipasi tidak langsung
terjadi apabila ada wakil yang membawa aspirasi orang lain, misalnya karyawan
atau anggota. Wakil yang terpilih tersebut pada umumnya yang mempunyai
posisi, yaitu sebagai manajer atau pengurus.
4. Dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya.
Dari segi kepentingannya partisipasi dalam Koperasi dapat berupa partisipasi
kontributif (contributif participation) dan partisipasi insentif (incentif
participation). Kedua jenis partisipasi ini timbul sebagai akibat peran ganda
anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
Dalam kedudukan sebagai pemilik, (1) para anggota memberikan
kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan Koperasi dalam bentuk
kontribusi keuangan melalui penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan
sukarela, atau dana-dana pribadi yang diinvestasikan pada Koperasi, dan (2)
mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses
pengawasan terhadap jalannya Koperasi. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi
kontributif. Partisipasi kontributif dan partisipasi insentif mempunyai hubungan yang
sangat erat, yaitu:
23
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Kontribusi keuangan baik yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib,
dan simpanan sukarela para anggota maupun yang berasal dari usaha
Koperasi, sangat diperlukan untuk perkembangan usaha Koperasi (
partisipasi kontribusi dalam penanaman modal).
b. Setelah modal yang terkumpul tersebut digunakan oleh Koperasi, proses
pengambilan keputusan mengenai penetapan tujuan dan kebijaksanaan
serta proses pengawasan jalannya perusahaan Koperasi harus melibatkan
anggota karena anggota sebagai pemilik Koperasi (partisipasi kontributif
anggota dalam pengambilan keputusan).
c. Tetapi untuk mendukung pertumbuhan Koperasi, anggota sebagai
pelanggan harus memanfaatkan setiap pelayanan yang diberikan oleh
Koperasi (partisipasi insentif). Semakin banyak anggota memanfaatkan
pelayanan Koperasi, manfaat yang diperoleh anggota tersebut akan
semakin banyak, apabila ini terjadi, kesadaran dalam pelaksanaan
parisipasi kontributif akan semakin meningkat.
Keeratan hubungan antara partisipasi kontributif dengan partisipasi insentif
menyebabkan Koperasi harus berusaha meningkatkan pelayanan yang diberikan
sehingga manfaatnya dapat dirasakan anggota. Akibatnya anggota akan semakin
meningkatkan partisipasi insentif dalam pemanfaatan unit usaha Koperasi, sehingga
secara otomatis akan timbul kesadaran anggota untuk berperan aktif dalam kontribusi
modal dan pengambilan keputusan yang menunjang perkembangan Koperasi
(partisipasi kontributif).
24
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Alfred Hanel dalam Arsad Matdoan (2011:11) memberikan dimensi-dimensi
partisipasi anggota dalam prinsip identitas :
1. Dalam kedudukannya sebagai pemilik (Owner), para anggota :
a. Memberikan kontribusi pada pembentukan dan pertumbuhan
Koperasinya dalam bentuk kontribusi keuangan (penyertaan modal,
pembuatan cadangan, simpanan)
b. Mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan keputusan,
dan dalam pengawasan terhadap kehidupan Koperasi.
2. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan (User), para anggota
memanfaatkan berbagai potensi yang disediakan oleh Koperasi dalam
menunjang kepentingannya.
Setiap anggota dan calon anggota akan mempertimbankan untuk mamasuki
dan mempertahankan/memelihara hubunganya dengan Koperasi, apabila insentif
yang diperoleh lebih besar daripada kontribusi yang harus diberikan. Insentif dan
kontribusi akan dinilai oleh setiap anggota sesuai kebutuhan, kepentingan dan tujuan
yang dirasakan, yang tentunya dipengaruhi oleh lingkungan anggota yang
bersangkutan.
2.1.2.2 Partisipasi dalam Permodalan
Partisipasi merupakan kesadaran anggota sehingga Koperasi harus dapat
memberikan rangsangan khusus agar anggota dapat berpartisipasi secara efektif.
Partisipasi anggota dalam Koperasi dapat dinyatakan melalui penyertaan modal yaitu
peran aktif anggota membayar simpanan yang telah ditentukan, dan peran aktif
anggota dalam pemanfaatan pelayanan barang dan jasa yang disediakan Koperasi.
Koperasi bukanlah kumpulan modal, namun modal merupakan salah satu
unsur yang sangat menentukan keberhasilan Koperasi. Menurut Undang-Undang
No.25 Tahun 1992 pada Pasal 41, bahwa “Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri
25
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan modal pinjaman”. Salah satu faktor yang menyebabkan Koperasi sulit
berkembang karena lemahnya permodalan Koperasi. Terbatasnya modal yang
dimiliki Koperasi disebabkan kuranya partisipasi anggota dalam pemupukan modal,
sehingga akhirnya program Koperasi yang sudah direncanakan sulit terealisasi dan
tujuan Koperasi sulit dicapai. Keterbatasan modal menyebabkan Koperasi belum
mampu memenuhi kebutuhan anggota. Mekanisme permodalan Koperasi dapat
ditunjukan pada Gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1
Mekanisme Permodalan Koperasi
Sumber : Bernhard Limbong 2010:92
Modal Sendiri
1. Simpanan Pokok
2. Simpanan Wajib
3. Dana Cadangan
4. Donasi
Modal Luar :
1. Anggota
2. Koperasi
3. Bank
4. Lembaga Keuangan Non
Bank
5. Penerbitan Obligasi
6. Sumber Lain
Modal
Koperasi
Modal
Kerja SHU
Investasi
26
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 2.1 di atas menjelaskan bahwa jenis permodalan Koperasi terdiri dari
modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri merupakan modal yang
menggambarkan kekuatan permodalan Koperasi. Modal pinjaman merupakan modal
investasi yang penggunaannya harus didasarkan pada kebutuhan dan kemampuan
pengembalian modal pinjaman tersebut.
2.1.2.3 Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan merupakan aktivitas
keikutsertaan anggota dalam memberikan saran dan kritik atas pengelolaan usaha
Koperasi. Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 pada Pasal 5 tentang prinsip-
prinsip Koperasi, salah satunya berbunyi “Pengelolaan dilakukan secara demokratis”,
artinya pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota.
Hal ini menunjukan bahwa anggota harus memberikan keputusan dalam rapat
anggota tentang kebijaksanaan pengelolaan Koperasi, baik di bidang kelembagaan
maupun di bidang usaha. Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan akan
mendorong terlaksananya program kerja Koperasi. Hal ini dimungkinkan adanya
kesadaran atau pemahaman akan pentingnya isi keputusan itu, dalam rangka
pengembangan Koperasi sekaligus peningkatan kesejahteraan.
2.1.2.4 Partisipasi dalam Transaksi
Pelayanan pada anggota antara lain diwujudkan dengan cara menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh anggota. Dalam menyediakan barang dan jasa
yang dibutuhkan anggotanya, Koperasi bertindak sebagai penjual yang berperan
membelikan barang dan jasa yang dibutuhkan anggota dengan harga yang semurah-
27
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
murahnya yang menguntungkan anggota, demikian pula halnya pada Koperasi
pemasaran, dalam menampung hasil produksi anggotanya Koperasi tidak bertindak
sebagai pembeli, karena antara Koperasi dengan anggotanya tidak terjadi proses jual
beli, sebab Koperasi di sini berperan menjualkan produk anggota dengan harga yang
minimal sama dengan harga di pasar setempat.
Partisipasi anggota dalam membeli barang dan jasa akan meningkatkan total
penjualan Koperasi. kondisi tersebut, diwujudkan oleh Koperasi melalui penyediaan
barang dan jasa yang sesuai dengan keinginan para anggotanya, yaitu dapat
memenuhi kebutuhan anggota yang belum tersedia di pasar atau kalau tersedia
ditawarkan dengan harga, kualitas dan kondisi yang lebih menguntungkan daripada
yang ditawarkan di pasar. Pada Koperasi yang menyediakan pelayanan kredit, maka
bunga atau manfaat yang diperoleh oleh anggota Koperasi harus lebih baik
dibandingkan dengan badan usaha lainnya yang menyediakan jasa kredit. Jika
Koperasi menawarkan jasa pelayanan yang sesuai dengan kepentingan anggota, maka
anggota akan lebih banyak memanfaatkan jasa pelayanan yang diberikan oleh
Koperasi, sebagaimana menurut Ropke (2003:30) bahwa:
“jika manfaat utility atau keunggulan yang diberikan oleh Koperasi bagi
seseorang lebih tinggi dari utility yang dapat diperoleh/dicapai pada saat tidak
menjadi anggota Koperasi, maka orang tersebut akan masuk menjadi anggota
Koperasi dan melakukan usaha dengan Koperasinya, atau dengan kata lain
Koperasi dapat menarik anggotanya”.
28
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sebaliknya apabila barang dan jasa yang sisediakan oleh Koperasi tidak sesuai
dengan keinginan anggota, dalam arti disediakan dengan harga yang tidak
menguntungkan, atau disediakan dengan kondisi yang lebih jelek daripada pesaing
Koperasi maka anggota akan bersikap :
a. Tidak memanfaatkan jasa pelayanan perusahaan Koperasi.
b. Tidak memberikan kontribusi kearah pertumbuhan pelayanan.
c. Tidak akan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan proses pengawasan.
Tujuan menjadi anggota Koperasi antara lain untuk memperoleh manfaat yang
lebih besar dibandingkan jika tidak menjadi anggota, maka Koperasi di tuntut dapat
memberikan pelayanan bagi para anggotanya. Usaha Koperasi untuk memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya harus di dukung partisipasi aktif para anggotanya, dan
untuk meningkatkan partisipasi insentif para anggota dengan jalan menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan anggotanya.
2.1.2.5 Partisipasi Pengawasan
Partisipasi pengawasan adalah bentuk partisipasi anggota dalam hal
mengawasi jalannya roda organisasi. Kriteria untuk mengukur partisipasi pengawasan
di Koperasi meliputi:
1. Sikap anggota bila melihat penyimpangan
2. Sikap anggota bila merasakan adanya diskriminasi pelayanan.
3. Sikap anggota bila melihat anggota lain memperoleh pelayanan lebih banyak.
4. Pengawasan Pelaksanaan AD/ART dan pengawasan kerja.
29
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Partisipasi pengawasan ini sangat penting didalam Koperasi karena dengan
adanya partisipasi ini, segala bentuk penyelewengan dapat diketahui dengan mudah
dan upaya penanggulangannya juga dapat dengan mudah dilaksanakan, untuk lebih
melaksanakan partisipasi ini di dalam Koperasi dibentuk sebuah badan yang
merupakan perwakilan anggota yaitu Badan Pengawas.
2.1.2.6 Model Kesesuaian Partisipasi
Partisipasi dalam melaksanakan pelayanan yang disediakan Koperasi akan
berhasil apabila ada kesesuaian (fit) antara anggota, program dan manajemen.
Kesesuaian antara anggota dan program adalah adanya kesepakatan antara kebutuhan
anggota dan keluaran (output) program Koperasi. Program ini dimaksudkan sebagai
kegiatan usaha utama yang dipilih atau ditentukan oleh manajemen, seperti
penyediaan sarana produksi, pembelian hasil produksi anggota, penjualan barang
konsumsi, penyediaan fasilitas perkreditan, pelayanan jasa seperti penerimaan
pembayaran rekening listrik, telepon, PAM, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ropke (2003:53) bahwa pada dasarnya kualitas partisipasi tergantung
pada interaksi variabel berikut:
a. Para anggota,
b. Manajemen Koperasi, dan
c. Program.
30
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selanjutnya kesesuaian antara anggota dan manajemen akan terjadi apabila
anggota mempunyai kemampuan (kompetensi) dan kemauan (motivasi) dalam
mengemukakan hasrat kebutuhannya (permintaan) yang kemudian harus
direfleksikan atau diterjemahkan dalam keputusan manajemen. Di samping itu
anggota diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, saran dan kritik yang
membangun untuk pertumbuhan organisasi Koperasi.
Terakhir harus ada kesesuaian antara program dan manajemen, dimana tugas
dari program harus sesuai dengan kemampuan manajemen untuk melaksanakan dan
menyelesaikannya, jadi efektivitas partisipasi merupakan fungsi dari tingkat
kesesuaian antara anggota, manajemen dan program, atau:
P = f (a,m,p)
Dimana : P = partisipasi.
a = anggota.
m = manajemen.
P = Program.
Model kesesuaian partisipasi dapat digambarkan sebagai berikut :
31
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Program
KeberhasilanPartisipasi
Permintaan Keputusan
Anggota Manajemen Koperasi
VoiceVoteExit
Gambar 2.2
Model Kesesuaian Partisipasi
Sumber :Ropke (2003:54)
Gambar 2.2. menunjukan bahwa terdapat tiga alat utama yang memungkinkan
anggota Koperasi dapat mengusahakan agar di dalam keputusan yang di ambil
manajemen tercermin keinginan dan permintaan anggota. Ketiga alat tersebut adalah
hak mengeluarkan pendapat (voice), hak suara dalam pemilihan (vote) dan hak keluar
(exit). Melalui voice, anggota Koperasi dapat mempengaruhi manajemen dengan
mengemukakan pertanyaan atau usul, memberikan informasi atau kritik-kritik.
Melalui vote, anggota dapat mempengaruhi siapa yang akan dipilih sebagai pengurus
atau manajer, badan pemeriksa atau panitia lain dalam Koperasi. Melalui exit,
anggota dapat mempengaruhi manajemen dengan cara meninggalkan (keluar) sebagai
anggota atau dengan membeli lebih sedikit kepada Koperasi dan lebih banyak kepada
32
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pedagang saingannya atau dengan mengancam tidak melakukan atau mengurangi
aktivitas dengan Koperasi (menjadi anggota pasif).
2.1.3 Keberhasilan Koperasi
Alfred Hanel dalam Ramudi Arifin (2002:66) menyatakan bahwa
keberhasilan suatu Koperasi di dalam menjalankan misinya akan tergantung antara
lain kepada partisipasi anggota di dalam kedudukannya sebagai pemilik (owners) dan
pelanggan (customers).
Kemudian lebih lanjut Alfred Hanel dalam Sri Widodo (2008:36)
mengemukakan Koperasi dapat dikatakan berhasil dilihat dari 3 komponen berikut :
1. Bussines Succes adalah keberhasilan dari suatu Koperasi yang dapat
dilihat dari usaha Koperasi itu sendiri seperti sejauh mana Koperasi
dikelola secara efisien dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sebagai
suatu lembaga (ekonomi usaha) yang mandiri.
2. Member Success adalah efisiensi yang berorientasi anggota, yaitu pelayanan
yang bersifat menunjang anggota, yaitu pelayanan yang bersifat
menunjang dari perusahaan Koperasi, dalam hal ini kepentingan dan tujuan
para anggota.
3. Development Success, berkaitan dengan dampak secara langsung atau
tidak langsung yang ditimbulkan oleh usaha Koperasi sehingga kontribusi
Koperasi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan pemerintah.
Sifat collegial cooperative perusahaan/unit usaha Koperasi adalah bahwa
Koperasi bertugas, bertujuan, dan berfungsi untuk membantu mempermudah
tercapainya tujuan masing-masing anggotanya secara individu (Arsad Matdoan,
2011:47). literatur ilmu ekonomi Koperasi, tugas dan tujuan Koperasi adalah
mempromosikan para anggotanya (members promotion). Oleh karena itu,
33
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembahasan sifat dari perusahaan Koperasi dan perusahaan/rumah tangga konsumsi
anggota berkaitan dengan tujuan dan fungsi Koperasi.
Tujuan Koperasi secara universal ditegaskan oleh kriteria Koperasi, yaitu
mempromosikan ekonomi anggota. Undang-undang Perkoperasian Indonesia
menterjemahkan hal tersebut menjadi memajukan atau meningkatkan kesejahteraan
anggota. Pengertian kesejahteraan anggota itu sangat bias karena bisa jadi ditafsirkan
secara luas menurut pandangan yang berbeda-beda. Untuk menghindari bias dalam
penafsiran, perlu diambil batasan yang tegas dengan mengoperasionalkan tujuan
tersebut ke dalam variabel yang terukur, yaitu :
1. Menempatkan Koperasi sebagai bentuk perusahaan, yang berarti akan
selalu berkiprah dalam kegiatan ekonomi, sehingga pengertian
kesejahteraan harus dikaitkan dengan kesejahteraan ekonomi.
2. Ditetapkan variabel ekonomi yang mewakili kesejahteraan, yaitu
pendapatan. Apabila pendapatan ekonomi ini dipakai, tujuan Koperasi
untuk mensejahterakan anggotanya dapat diterjemahkan menjadi
peningkatan pendapatan anggota. Dalam batas ekonomi, pendapatan dapat
dibagi ke dalam dua pengertian, yaitu pendapatan nominal dan pendapatan
riil. Pendapatan nominal, yaitu pendapatan seseorang atau masyarakat
dalam ukuran satuan jumlah uang. Sedangkan pendapatan riil adalah
pendapatan seseorang atau masyarakat dalam ukuran satuan jumlah
barang atau jasa yang dapat diperoleh dengan membelanjakan nominal
tadi atau yang disebut meningkatkan daya beli. (Andang K, Ardiwidjadja,
2008:26).
Diumpamakan, pendapatan seorang produsen atau penjual adalah keuntungan
usaha, berarti lebih berkepentingan dengan pendapatan nominal. Sejalan dengan
pemikiran dan tujuan Koperasi yang para anggotanya produsen seharusnya
dirumuskan dengan menunjang agar para anggotanya meraih keuntungan yang lebih
tinggi. Bagi konsumen yang penting adalah berapa banyak ia dapat membeli barang
34
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya dengan membelanjakan
pendapatan nominalnya. Dengan demikian, tujuan Koperasi yang para anggotanya
konsumen seharusnya dirumuskan dengan meningkatkan daya beli anggotanya atau
sama dengan meningkatkan pendapatan riil anggota.
Pada bagian lain Hanel dalam A. Jajang W. Mahri (2003:65) menyatakan
bahwa untuk mengukur Koperasi ada tiga jenis efisiensi yang dijadikan ukuran
keberhasilan, yaitu :
1. Efisiensi pengelolaan usaha, adalah sejauhmana suatu Koperasi dikelola
secara efisien dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya sebagai suatu
lembaga mandiri.
2. Efisiensi yang berkaitan dengan pembangunan adalah dengan penilaian
atas dampak-dampak yang secara langsung atau tidak langsung yang
ditimbulkan oleh Koperasi sebagai kontribusi Koperasi terhadap
pencapaian tujuan-tujuan pembangunan.
3. Efisiensi yang berorientasi pada kepentingan para anggota, adalah suatu
tingkat dimana melalui berbagai kegiatan pelayanan yang bersifat
menunjang kegiatan usaha Koperasi, kepentingan para anggota, dan tujuan
bersama para anggota.
Berdasarkan pendapat Hanel tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
mengukur keberhasilan Koperasi dapat dilihat dari aspek efisiensi pengelolaan usaha,
efisiensi yang berkaitan dengan pembangunan dan efesiensi yang berorientasi pada
kepentingan para anggotanya. Hal ini sesuai dengan tujuan Koperasi yaitu untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya.
Kata kesejahteraan mengandung arti sangat luas, bersifat relatif dan lebih
mencerminkan makna makro, namun sejalan dengan pengertian bahwa Koperasi
adalah badan usaha atau perusahaan, maka pengertian kesejahteraan yang menjadi
tujuan Koperasi lebih menjurus kepada pengertian ekonomi. R.M. Ramudi Arifin
35
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dalam A. Jajang W. Mahri (2003:66) menyatakan bahwa: “dalam batas ekonomi,
kesejahteraan seseorang/masyarakat dapat diukur dari pendapatan yang diperolehnya,
dengan demikian tujuan Koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dapat
dioperasionalkan menjadi meningkatkan pendapatan anggota”, dan meningkatkan
pendapatan nominal anggota Koperasi, disebut sebagai Promosi Ekonomi Anggota.
A. Promosi Ekonomi Anggota
Promosi Ekonomi Anggota (PEA) merupakan istilah yang digunakan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Koperasi (PSAK) nomor 27 tahun 1999 yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Pernyataan tersebut menjelaskan
bahwa Promosi Ekonomi Anggota adalah peningkatan pelayanan Koperasi kepada
anggotanya dalam bentuk manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai anggota Koperasi
(PSAK nomor 27 tahun 1999 paragraf 34). Disebutkan pula bahwa, tugas pokok
badan usaha Koperasi adalah menujang kepentingan anggotanya dalam rangka
memajukan kesejahteraan anggota (Promotion of The Member’s Welfare). Oleh
karena itu fungsi ekonomi yang harus dijalankan oleh Koperasi adalah meningkatkan
ekonomi anggotanya, dalam hal ini adalah bisnis anggotanya, yaitu sebagai pemasar
produk anggota, penyedia / pengadaan input yang dibutuhkan anggota, termasuk
dalam penyediaan modal.
36
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PSAK nomor 27 tahun 1999 paragraf 80 menyebutkan bahwa manfaat
ekonomi anggota mencakup empat unsur, yaitu :
1. Manfaat ekonomi dalam pembelian barang atau pengadaan jasa
2. Manfaat ekonomi dalam pemasaran dan pengelolaan bersama
3. Manfaat ekonomi dalam simpan pinjam melalui Koperasi
4. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha
PSAK nomor 27 tahun 1999 paragraf 80 menyebutkan bahwa manfaat
ekonomi langsung bagi anggota berupa manfaat harga, yaitu harga barang dan jasa (
dalam pembelian dan penjualan ) dan harga uang (bunga uang dalam simpan pinjam).
Di dalam pembelian (Koperasi Konsumen) , manfaat harga berupa selisih antara
harga di Koperasi dengan harga diluar Koperasi. seharusnya harga di Koperasi lebih
murah dari pada harga diluar koperasi, disebut manfaat efisiensi pembelian. Di dalam
pemasaran / penjualan (Koperasi Produsen atau Koperasi Pemasaran), manfaat harga
berupa selisih harga antara harga yang dibayar oleh non Koperasi kepada anggota.
Seharusnya harga Koperasi lebih tinggi dari harga non Koperasi, disebut manfaat
efektivitas penjualan.
Tugas Koperasi untuk menghasilkan manfaat ekonomi dalam upaya
menunjang peningkatan kegiatan ekonomi anggota sebagaimana disebutkan dalam
PSAK No. 27 tahun 1999, paragraph 03.d, bahwa tugas pokok Koperasi adalah
menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan
anggota. Oleh karena itu fungsi ekonomi yang harus dijalankan oleh Koperasi adalah
meningkatkan ekonomi anggotanya, dalam hal ini adalah bisnis anggotanya, bukan
37
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengejar SHU yang sebesar-besarnya. Koperasi Simpan Pinjam sebagai penyedia
modal diharapkan dapat dimanfaatkan oleh anggota untuk meningkatkan usahanya.
Manfaat pengolahan bersama dapat berupa penghematan biaya produksi atau
peningkatan produktivitas simpan pinjam, seperti:
1. Bunga tabungan yang diterima anggota dari Koperasi lebih tinggi
dibandingkan bunga tabungan dari luar Koperasi, disebut manfaat efektivitas
tabungan
2. Bunga kredit yang dibayarkan anggota kepada Koperasi lebih rendah dari
bunga kredit di luar Koperasi, disebut manfaat efisiensi penarikan kredit
3. Atau manfaat lain misalnya dalam bentuk biaya transaksi kredit yang murah,
persyaratan kredit yang ringan dan lain – lain
Dari berbagai manfaat ekonomi tersebut, penulis membatasi pada dua
indikator yaitu manfaat efisiensi penarikan kredit, dan manfaat efektivitas tabungan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Koperasi sebagai bentuk organisasi memiliki seperangkat nilai yang
dirumuskan dalam sejumlah prinsip-prinsip Koperasi, sehingga Koperasi
menampilkan karakteristik khusus. Partisipasi anggota sebagai bentuk karakteristik
khusus Koperasi, harus terwujud dalam tindakan nyata sehari-hari, misalnya
berbelanja atau bertransaksi dengan Koperasi dan memasyarakatkan Koperasi kepada
lingkungan.
38
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil pengamatan Ropke menurut Arsad Matdoan (2011:38) menunjukan
bahwa : “secara umum faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap keberhasilan
dan perkembangan usaha Koperasi adalah : pengelola, pelayanan, permodalan,
partisipasi anggota dan pembinaan pemerintah. Sedangkan faktor eksternal yang
berupa pesaing dari badan usaha non Koperasi dan masyarakat”.
Partisipasi anggota Koperasi menjadi faktor yang penting dalam mengukur
keberhasilan Koperasi. Koperasi tidak hanya dituntut untuk meningkatkan asset
Koperasi melalui cara penetapan strategi yang tepat dalam persaingan, akan tetapi di
tuntut secara normatif untuk mengembangkan potensi yang tersedia pada anggota
dalam proses akumulasi asset perusahaan Koperasi. Intensitas dan kualitas kontribusi
potensi anggota tersebut, akan sangat tergantung pada seberapa banyak kondisi
objektif dan kinerja usaha Koperasi, dengan adanya dukungan aktif anggota melalui
kontribusi anggotanya.
Menurut Benhard Limbong (2010:100) bahwa:
“Tingkat keberhasilan ditentukan oleh tiga faktor utama, pertama partisipasi
anggota. Partisipasi anggota adalah pelaksanaan kewajiban dan hak sebagai
anggota. Faktor yang kedua adalah profesionalisme manajemen. Mutu
manajemen Koperasi akan sangat menentukan keberhasilan usaha-usaha
bisnis Koperasi. sedangkan hal lain yang menentukan tingkat keberhasilan
Koperasi adalah faktor dari luar Koperasi yang berpengaruh yaitu peraturan
perundang-undangan dan peraturan pemerintah”.
Hal yang sama diungkapkan oleh Habibullah jimad (2002:24) dalam
penelitiannya :
39
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
“Partisipasi anggota baik sebagai pemilik maupun sebagai pelanggan
merupakan salah satu penentu keberhasilan Koperasi. anggota merupakan
subyek yang menentukan keputusan, sekaligus sebagai objek yang menerima
pelayanan Koperasi. oleh karena itu partisipasi anggota sangat menunjang
keberhasilan Koperasi”
Partisipasi anggota diukur dari kesediaan anggota untuk memikul kewajiban
dan menjalankan hak keanggotaan secara bertanggung jawab, jika sebagian besar
anggota Koperasi sudah menunaikan kewajiban dan melaksanakan hak secara
bertanggung jawab, maka partisipasi anggota Koperasi yang bersangkutan sudah
dikatakan baik. Akan tetapi jika ternyata hanya sedikit, maka partisipasi anggota
Koperasi yang dimaksud dikatakan buruk atau rendah.
Istilah partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukkan peran
serta (keikutsertaan) seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan berarti mengikutsertakan masyarakat
dalam aktivitas pembangunan guna mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan.
Partisipasi anggota dalam Koperasi berarti mengikutsertakan anggota Koperasi dalam
kegiatan operasional dan pencapaian tujuan bersama.
Menurut Ramudi Arifin (2000) anggota sebagai pemilik Koperasi terikat
oleh kewajiban untuk:
1. Memberikan Kontribusi modalnya kepada Koperasi.
2. Memberikan kontribusi terhadap pendapatan Koperasi agar Koperasi
dapat membayar segala beban/biayanya.
3. Ikut serta mengambil keputusan-keputusan agar Koperasi bekerja
sesuai dengan yang diinginkan oleh anggota.
4. Sebagai pengguna jasa, maka anggota harus memanfaatkan jasa
pelayanan Koperasi, karena pelayanan Koperasi tersebut memang
diproduksi untuk anggota atas dasar keputusan anggota sendiri.
40
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Itulah sebabnya orang sudah sampai pada kesimpulanbahwa
keberhasilan Koperasi dalam Usahanya mencapai tujuan, antara lain
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya derajat partisipasi anggota.
Pada Koperasi, anggota inilah yang menjadi titik awal yang menentukan
proses partisipasi berlangsung. Sebagai pemilik anggota Koperasi menginginkan
Koperasi menjadi sumber yang mampu meningkatkan usaha individualnya. Sebagai
pemilik anggota juga menginginkan Koperasi mempunyai kemampuan dalam
melayani kepentingannya melalui usaha-usaha yang efisien dan efektif.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi anggota
dilihat dari prinsip identitas anggota, adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pemilik, anggota memiliki kewajiban untuk turut aktif dalam
pengambilan keputusan, evaluasi, dan pengendalian
2. Sebagai pemilik, anggota berhak dan sekaligus berkewajiban menyetor simpanan
untuk modal Koperasi
3. Sebagai pelanggan atau pengguna, anggota berhak dan sekaligus berkewajiban
memanfaatkan pelayanan barang/jasa dari Koperasinya
Partisipasi anggota akan efektif jika terjadi kesesuaian antara kebutuhan dan
keinginan anggota dengan output yang diterima anggota. Manfaat ekonomis yang
dimaksud di sini adalah insentif berupa :
- Pelayanan barang/jasa oleh perusahaan Koperasi yang efisien
- Adanya pengurangan biaya atau diperolehnya harga menguntungkan
41
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
- Penerimaan bagian dari keuntungan (SHU), baik secara tunai maupun
dalam bentuk barang
Dari uraian diatas, tampak bahwa pada kedudukan anggota sebagai pemilik
sekaligus pelanggan, partisipasi anggota, meliputi :
1. Partisipasi Kontributif (partisipasi anggota sebagai pemilik) merupakan
partisipasi anggota dalam bentuk permodalan, pengambilan keputusan, kebijakan
pengurus dan pengawasan. Pembayaran simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan sukarela, dan jenis simpanan lainnya. Simpanan – simpanan tersebut
merupakan sumber utama permodalan Koperasi, sehingga semakin besar jumlah
simpanan semakin besar pula usaha yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan
Koperasi.
2. Partisipasi Insentif (partisipasi anggota sebagai pelanggan) merupakan partisipasi
anggota dalam memanfaatkan berbagai pelayanan yang menunjang kepentingan
anggota yang disediakan oleh Koperasi.
Pada dasarnya, anggota memasuki Koperasi akan membandingkan besarnya manfaat
yang diperoleh dari Koperasi. Apabila manfaat yang di peroleh lebih kecil ketimbang
partisipasi yang diberikan, maka ia akan cenderung mengurangi transaksi usaha dengan
Koperasi atau bahkan menjadi anggota yang pasif. Dengan demikian sudah menjadi tugas
Koperasi untuk menghasilkan manfaat dalam rangka menunjang kesejahteraan anggotanya
dalam bentuk manfaat ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Para pakar Koperasi dan Koperasiawan meyakini bahwa, keberhasilan
Koperasi sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi anggota, sehingga tingkat
42
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
partisipasi anggota sebagai pilar atau sebagai parameter keberhasilan Koperasi.
Kemudian anggota akan berpartisipasi aktif dalam Koperasi apabila keuntungan atau
manfaat yang dihasilkan Koperasi bagi seorang anggota adalah lebih besar daripada
manfaat yang dapat dicapai oleh individu itu bila ia tetap tinggal dalam Koperasi itu
dan Koperasi bahkan dapat menarik anggota baru.
Menurut Sri Widodo (2008: 35) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
“partisipasi anggota berpengaruh terhadap keberhasilan Koperasi sebesar 29,88
persen”. Kemudian menurut Melas Risagis (2010: 40) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa “secara parsial ada pengaruh signifikan partisipasi anggota
terhadap keberhasilan Koperasi sebesar 20,43 persen”.
Berdasaran uraian di atas maka, dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggota
mempunyai hubungan sebab akibat dengan manfaat ekonomi yang diterima anggota
sebagai dampak ekonomi atau promosi ekonomi anggota. Sebagaimana menurut
Ropke (2003:30) yang menyatakan bahwa:
“jika manfaat utility atau keunggulan yang diberikan oleh Koperasi bagi
seseorang lebih tinggi dari utility yang dapat diperoleh/dicapai pada saat tidak
menjadi anggota Koperasi, maka orang tersebut akan masuk menjadi anggota
Koperasi dan melakukan usaha dengan Koperasinya, atau dengan kata lain
Koperasi dapat menarik anggotanya”.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, jelas bahwa keberhasilan Koperasi
akan diperoleh, jika anggota Koperasi berpartisipasi aktif, sehingga Koperasi akan
mampu bersaing dengan badan usaha lainnya. Untuk itu dilakukan penelitian
mengenai pengaruh partisipasi anggota sebagai variabel independen (X) terhadap
43
Astri Nurmala Sari, 2012 Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
keberhasilan Koperasi sebagai variabel dependen (Y), yang dilaksanakan melalui
survey pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Bandung.
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Sugiyono
berpendapat bahwa: “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban empiris”. (Sugiyono, 2008:39)
Moh. Nazir (2005:151) menyatakan bahwa: “hipotesis adalah pernyataan yang
diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat
fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi”.
Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang
kompleks.
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Partisipasi anggota berpengaruh terhadap keberhasilan Koperasi Simpan
Pinjam (KSP).
Partisipasi Anggota
(X)
Keberhasilan Koperasi
(Y)
(Y)