bab ii tinjauan pustaka - institutional...

24
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Penelitian Sebelumnya Sejumlah penelitian sebelumnya mengenai keterkaitan job rotation dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan karyawan sebagai variabel intervening pernah dilakukan. Berikut beberapa diantaranya seperti terangkum dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1. Review Penelitian Sebelumnya Peneliti Temuan Nitasari (2012) Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Kepuasan kerja mampu menjadi variabel intervening untuk pengaruh tidak langsung motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Rachmawati (2011) Rotasi berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja, rotasi berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai, rotasi berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja, motivasi berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai,

Upload: lamnga

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Review Penelitian Sebelumnya

Sejumlah penelitian sebelumnya mengenai keterkaitan job

rotation dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dengan

kepuasan karyawan sebagai variabel intervening pernah

dilakukan. Berikut beberapa diantaranya seperti terangkum

dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Review Penelitian Sebelumnya

Peneliti Temuan

Nitasari (2012) Motivasi kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja,

kepuasan kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan,

motivasi kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan.

Kepuasan kerja mampu menjadi variabel

intervening untuk pengaruh tidak

langsung motivasi kerja terhadap kinerja

karyawan

Rachmawati (2011) Rotasi berpengaruh langsung terhadap

motivasi kerja, rotasi berpengaruh

langsung terhadap kinerja pegawai,

rotasi berpengaruh langsung terhadap

kepuasan kerja, motivasi berpengaruh

langsung terhadap kinerja pegawai,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

11

Peneliti Temuan

kepuasan kerja berpengaruh langsung

terhadap kinerja pegawai, rotasi

berpengaruh secara tidak langsung

terhadap kinerja pegawai melalui

kepuasan kerja

Juwita (2010) Rotasi pekerjaan berkontribusi langsung

terhadap kepuasan kerja, rotasi pekerjaan

berkontribusi langsung terhadap kinerja

karyawan, serta rotasi pekerjaan

berkontribusi secara tidak langsung

terhadap kinerja melalui kepuasan kerja

karyawan

2.2 Job Rotation

2.2.1 Definisi Job Rotation

Campion et al (dalam Hsien Ho et al., 2005)

mendefinisikan job rotation sebagai berikut: “Job rotation is

personnel transfer among departments of different functions or

different units of the same department without promotion or

salary adjustment” yang berarti rotasi pekerjaan adalah transfer

karyawan diantara departemen yang berbeda fungsi atau unit

pada departemen yang sama tanpa ada penyesuaian promosi atau

gaji.

Mckenna & Beech (2000) menjelaskan bahwa rotasi

pekerjaan berhubungan dengan pemindahan karyawan dengan

landasan yang sistematis untuk memperluas pengalaman.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

12

Robbins (2003) mendefinisikan rotasi pekerjaan sebagai

perubahan periodik pekerja dari satu tugas ke tugas yang lainnya.

Sementara itu, Jackson & Mathis (2009) mendefinisikan rotasi

pekerjaan adalah proses pemindahan karyawan dari satu

pekerjaan ke pekerjaan yang lain.

2.2.2 Prinsip dan Tujuan Job Rotation

Prinsip rotasi jabatan menurut Hasibuan (2003) adalah

merotasikan karyawan kepada posisi yang tepat dan pekerjaan

yang sesuai, agar semangat dan produktivitas kerjanya

meningkat. Lebih lanjut Hasibuan (2003) berpendapat bahwa

tujuan dari rotasi jabatan adalah sebagai berikut: (1)

meningkatkan produktivitas kerja karyawan, (2) menciptakan

keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi pekerjaan

atau jabatan, (3) memperluas atau menambah pengetahuan

karyawan, (4) menghilangkan rasa jenuh atau bosan karyawan

terhadap pekerjaannya, (5) memberikan perangsang agar

karyawan mau berupaya meningkatkan karier yang lebih tinggi,

(6) untuk pelaksanaan sanksi atau hukuman atas pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan karyawan, (7) untuk memberikan

pengakuan atau imbalan terhadap prestasinya, (8) sebagai alat

pendorong agar spirit kerja meningkat melalui persaingan

terbuka.

Simamora (1997) menyatakan tujuan job rotation supaya

memungkinkan mempelajari sesuatu dari setiap posisi dan apa

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

13

tujuan dan fungsi dari berbagai unit organisasi. Organisasi

diuntungkan karena para karyawan menjadi kompeten dalam

beberapa pekerjaan yang akan membantu citra diri karyawan,

menggairahkan pertumbuhan pribadi, dan meningkatkan nilai

karyawan bagi organisasi. Rotasi dapat membantu manajer dalam

menghadapi terjadinya ketidakhadiran dan perputaran karyawan

sehingga pada saat hal itu terjadi maka manajer dapat dengan

cepat mengisi kekosongan posisi karena setiap karyawan dapat

melakukan beberapa pekerjaan. Jaturanonda (dalam Hsien Ho et

al., 2009) menyatakan bahwa rotasi akan membantu karyawan

untuk mendapatkan beranekaragam kemampuan dan memperluas

visi serta dapat dijadikan sebagai pendekatan untuk mengurangi

tingkat kebosanan.

Siagian (2009) menyebutkan bahwa rotasi pekerjaan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut: bertambahnya pengalaman

baru, tidak terjadi kebosanan atau kejenuhan, memperoleh

pengetahuan dan ketrampilan baru, persiapan dalam menghadapi

tugas baru, serta dapat menghasilkan motivasi dan kepuasan yang

lebih tinggi.

2.2.3 Dasar-Dasar Job Rotation

Hasibuan (2003) membagi dasar rotasi jabatan menjadi

tiga landasan pelaksanaan, antara lain:

1. Merit System, yaitu perpindahan jabatan yang

didasarkan atas landasan yang bersifat ilmiah, objektif

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

14

dan hasil prestasi kerjanya. Sistem ini termasuk dasar

Rotasi Jabatan yang baik karena dapat meningkatkan

semangat dan disiplin karyawan sehingga

produktivitasnya meningkat.

2. Seniority System, yaitu perpindahan jabatan yang

didasarkan atas landasan masa kerja, usia dan

pengalaman kerja dari jabatan yang bersangakutan.

Sistem ini tidak objektif karena kecakapan orang yang

dipindahkan didasarkan pada senioritas dan belum

tentu mampu memangku jabatan yang baru.

3. Spoil System, yaitu perpindahan jabatan yang

didasarkan atas landasan kekeluargaan, sistem ini

kurang baik karena didasarkan atas pertimbangan suka

atau tidak suka.

2.3 Motivasi Kerja

2.3.1 Definisi Motivasi Kerja

Sebelum membicarakan motivasi kerja, perlu kiranya

dikemukakan pengertian tentang motivasi pada umumnya.

Terdapat sejumlah pengertian motivasi seperti yang dikutip oleh

Wijono (2007) sebagai berikut:

a. Motivasi adalah bagaimana perilaku dimulai, digerakkan,

diteruskan, diarahkan, dihentikan dan apa reaksi subyektif

dalam organisasi yang timbul saat semuanya berlangsung.

Pernyataan tersebut dijelaskan sebagai berikut: motivation are

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

15

how behavior get started, is energized, is sustained, is

directed, is stopped, and what kind of subjective reaction is

present in the organism while all this is going on, Jones

(Wijono, 2007).

b. Motivasi adalah sebuah faktor yang mengakibatkan

munculnya, memberi arah dan menginterpretasikan perilaku

seseorang. Hal itu biasanya dibagi dalam dua komponen

yaitu dorongan dan penghapusan. Dorongan mengacu pada

proses internal yang mengakibatkan seseorang itu bereaksi.

Penghapusan mengacu pada terhapusnya motif seseorang

disebabkan individu tersebut telah berhasil mencapai satu

tujuan atau mendapat ganjaran memuaskan (Murray, 1968).

Motivasi juga dapat didefinisikan sebagai kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan

organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk

memenuhi sesuatu kebutuhan individual (Robbins, 1996). Dari

beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam

diri seseorang yang menggerakkan dan mengarahkan perilakunya

untuk memenuhi tujuan tertentu.

Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja,

McCormick (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa

motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh

membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang

berhubungan dengan lingkungan kerja. Di lain kesempatan,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

16

Pinder (dalam Meyer, Becker and Vandenberghe, 2004)

menyatakan bahwa motivasi kerja yaitu seperangkat kekuatan

yang menggerakkan baik di dalam maupun di luar individu untuk

memulai pekerjaan yang berkenaan dengan perilaku, dan untuk

menentukan bentuknya, arahannya, intensitasnya dan rentang

(work motivation is a set of energetic forces that originates both

within as well as beyond an individual's being, to initiate work

related behavior, and to determine its form, directions, intensity,

and duration). Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat

disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah seperangkat kekuatan

yang menyebabkan individu atau karyawan berperilaku dengan

cara tertentu untuk memulai pekerjaan.

2.3.2 Teori-teori Motivasi

Sejumlah teori telah dikembangkan untuk menjelaskan

motivasi kerja. Secara umum ada tiga kelompok teori motivasi

yang selalu dihubungkan dengan tindakan kerja yaitu teori-teori:

kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

teori yang tergolong dalam kelompok teori kebutuhan yaitu:

a. Teori hirarki kebutuhan Maslow

Menurut Maslow, kebutuhan manusia tersusun dalam

suatu hirarki sebagai berikut: (Gitosudarmo dan Sudita,

2000)

Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

17

Merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling

dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup.

Kebutuhan Rasa Aman (Security Needs)

Meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya

kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan

kerjanya, dan jaminan akan hari tuanya pada saat

mereka tidak lagi bekerja.

Kebutuhan Sosial (Social Needs)

Meliputi kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi, dan

interaksi yang lebih erat dengan orang lain.

Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)

Meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati,

dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas

kemampuan dan keahlian seseorang serta efektivitas

kerja seseorang.

Kebutuhan Aktualisasi diri (Self Actualization Needs)

Merupakan hirarki kebutuhan yang paling tinggi,

berkaitan dengan proses pengembangan akan potensi

yang sesungguhnya dari seseorang.

b. Teori ERG Alderfer

Alderfer menyusun hirarki kebutuhan manusia meliputi

tiga perangkat kebutuhan yaitu (Gibson, Ivancevich dan

Donnelly, 1989):

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

18

Existence (E): ini adalah kebutuhan yang dipuaskan

oleh faktor-faktor seperti makanan, air, udara, upah

dan kondisi kerja.

Relatedness (R): ini adalah kebutuhan yang dipuaskan

oleh hubungan sosial dan hubungan antarpribadi yang

bermanfaat.

Growth (G): ini adalah kebutuhan dimana individu

merasa puas dengan membuat suatu kontribusi

(sumbangan) yang kreatif dan produktif.

c. Teori Dua Faktor dari Herzberg

Herzberg mengembangkan teori dua faktor tentang

motivasi. Pertama, ada serangkaian kondisi ekstrinsik,

keadaan pekerjaan (job context) yang menghasilkan

ketidakpuasan di kalangan karyawan jika kondisi tersebut

tidak ada. Kedua, serangkaian kondisi intrinsik, isi

pekerjaan (job content), yang apabila ada dalam pekerjaan

tersebut akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat,

yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik (Gibson,

Ivancevich dan Donnelly, 1989).

d. Teori kebutuhan dari McClelland

McClelland mengajukan teori motivasi yang berkaitan

erat dengan konsep belajar. Ia berpendapat bahwa banyak

kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan. Tiga dari

kebutuhan yang dipelajari adalah (Gibson, Ivancevich dan

Donnelly, 1989):

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

19

Kebutuhan berprestasi (need for achievement, n Ach)

Merupakan daya, penggerak yang memotivasi

semangat bekerja seseorang. Karena itu, n Ach akan

mendorong seseorang untuk mengembangkan

kreatifitas dan mengarahkan semua kemampuan serta

energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja

yang maksimal. Karyawan akan antusias untuk

berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk itu

diberi kesempatan. Seseorang menyadari bahwa hanya

dengan mencapai prestasi kerja yang tinggi akan dapat

memperoleh pendapatan yang besar. Dengan

pendapatan yang besar akhirnya memiliki serta

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Kebutuhan berafiliasi (need for affiliation, n Af)

Menjadi daya penggerak yang akan memotivasi

semangat bekerja seseorang. Oleh karena itu, n Af ini

merangsang gairah bekerja karyawan karena setiap

orang menginginkan hal-hal: kebutuhan akan perasaan

diterima oleh orang lain dilingkungan ia tinggal dan

bekerja (sense of belonging), kebutuhan akan perasaan

dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya

penting (sense of importance), kebutuhan akan

perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement),

dan kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of

participation). Seseorang karena kebutuhan n Af akan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

20

memotivasi dan mengembangkan dirinya serta

memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan

tugas-tugasnya.

Kebutuhan berkuasa (need for power, n Pow).

Merupakan daya penggerak yang memotivasi

semangat kerja karyawan. N Pow akan merangsang

dan memotivasi gairah kerja karyawan serta

mengarahkan semua kemampuannya demi mencapai

kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. Ego manusia

ingin lebih berkuasa dari manusia lainnya akan

menimbulkan persaingan. Persaingan ditumbuhkan

secara sehat oleh manajer dalam memotivasi

bawahannya, supaya mereka termotivasi untuk bekerja

giat

Dalam penelitian ini digunakan teori motivasi dari

McClelland yang selanjutnya disebut sebagai motivasi kerja

dengan tiga motif yaitu motif berkuasa, motif berafiliasi dan

motif berprestasi karena lebih baik dalam menggambarkan

motivasi kerja karyawan di lingkungan organisasi. McClelland

tidak melihat motivasi kerja karyawan berdasarkan hirarki

kebutuhan atau atas dasar kepuasan dan ketidakpuasan kerja.

Sedangkan tiga teori motivasi kerja lainnya memiliki

keterbatasan: (1) baik teori motivasi kerja Maslow maupun teori

ERG melihat motivasi kerja seseorang hanya berdasarkan hirarki

kebutuhan, dimana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

21

berikutnya tidak akan tergerak jika kebutuhan dibawahnya belum

dipenuhi secara wajar. Pada kenyataannya kebutuhan seseorang

dapat saja tidak tersusun secara hierarki. Dengan demikian tidak

digunakan dalam penelitian ini. (2) Teori Herzberg tidak dipilih

untuk mengukur motivasi kerja karena hanya melihat kebutuhan

manusia yang terdiri dari dua hal yaitu puas dan tidak puas.

Selain itu pada kenyataannya setiap orang tidak mungkin akan

menyadari semua hal yang memotivasi mereka atau yang

menyebabkan mereka tidak puas (Gibson, Ivancevich dan

Donnelly, 1989).

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Siagian (1996) menyatakan bahwa motivasi kerja seorang

karyawan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang

bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor-faktor

internal adalah: persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga

diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja dan

prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor-faktor eksternal

yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang antara lain adalah:

jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana seseorang

bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada

umumnya dan sistem imbalan yang berlaku dan cara

penerapannya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

22

2.4 Kepuasan Kerja

2.4.1 Definisi Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para

karyawan memandang pekerjaan mereka (Handoko, 2000).

Kepuasan kerja juga dapat diartikan sebagai suatu cara pandang

seseorang baik yang bersifat positif maupun negatif tentang

pekerjaannya (Siagian, 1999). Sedangkan menurut Wexley dan

Yukl (dalam Muhaimin, 2004) menyebutkan bahwa kepuasan

kerja secara umum merupakan sikap terhadap pekerjaan yang

didasarkan pada evaluasi terhadap aspek-aspek yang berbeda bagi

pekerja. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya tersebut

mengambarkan pengalaman-pengalaman menyenangkan atau

tidak menyenangkan dalam pekerjaan dan harapan-harapan

mengenai pengalaman mendatang.

Lebih lanjut Guneberg (dalam Utami, 2004) menyebutkan

kepuasan kerja adalah suatu yang menyenangkan atau tidak

dalam diri karyawan dalam memandang pekerjaannya dan

hadiah-hadiah yang dihasilkan dari pekerjaannya. Istilah

kepuasan kerja merujuk pada perasaan terhadap pekerjaannya.

Ditambahkan lagi menurut Robbins (2003) bahwa kepuasan kerja

adalah penilaian (assessment) seorang karyawan terhadap

seberapa puas atau tidak puasnya dengan pekerjaannya.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kepuasan kerja secara umum dipahami sebagai sikap

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

23

seseorang terhadap pekerjaannya baik yang bersifat positif

(menyenangkan) maupun negatif (tidak menyenangkan).

2.4.2 Aspek-aspek Kepuasan Kerja

Gilmer (dalam As'ad, 1999) menyatakan bahwa ada lima

aspek dalam kepuasan kerja, yaitu:

a. Gaji

Gaji atau upah merupakan faktor penting dalam kepuasan

kerja. Uang tidak hanya membantu orang memenuhi

kebutuhan dasarnya tetapi juga merupakan alat

pemenuhan yang lebih tinggi. Pegawai kadang

memandang gaji atau upah sebagai perwujudan bagaiman

perusahaan memandang jasa-jasanya yang telah mereka

sumbangkan bagi perusahaan.

b. Faktor intrinsik dari pekerjaan

Setiap pekerjaan memerlukan ketrampilan tertentu. Sulit

tidaknya suatu pekerjaan dan bagaimana perasaan

seseorang terhadap pekerjaannya tersebut akan

meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerjanya yang

akan berdampak pada unjuk kerja pegawai.

c. Kesempatan untuk maju

Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk

memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan

selama kerja. Pemberian promosi merupakan salah satu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

24

alat pemberian imbalan kepada pegawai yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerjanya.

d. Pengawasan (supervisi)

Pengawasan adalah sumber yang mempengaruhi kepuasan

kerja. Keramahan dan kerjasama dari rekan-rekan sekerja

adalah salah satu sumber kepuasan kerja pegawai.

Kelompok kerja yang anggota satu sama lainnya ramah

dan mau bekerja sama dapat membuat pekerjaan menjadi

lebih menyenangkan.

e. Kondisi bekerja

Kepuasan kerja dapat juga dipengaruhi oleh kondisi

bekerja seperti keadaan sekitar yang nyaman dan bersih.

Pegawai akan mudah mengerjakan dan menyelesaikan

pekerjaannya dalam suasana atau kondisi yang sangat

mendukung.

2.4.3 Manfaat Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja yang diperoleh karyawan dapat

memberikan sejumlah manfaat. Menurut Strauss dan Sayles

(dalam Parwanto dan Wahyuddin, 2006) kepuasan kerja

bermanfaat untuk aktualisasi dini. Karyawan yang tidak

memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai

kematangan psikologis dan pada gilirannya akan menjadi frustasi.

Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat

kerja rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

25

absen dan tidak melakukan kesibukan yang tidak ada hubungan

dengan pekerjaan yang harus dilakukan.

Dessler (dalam Parwanto dan Wahyuddin, 2006)

mengemukakan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja

biasanya mempunyai catatan kehadiran dan peraturan yang lebih

baik, aktif dalam kegiatan serikat karyawan dan berprestasi lebih

baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja.

Oleh karena itu, kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi

karyawan maupun perusahaan, terutama untuk menciptakan

keadaan positif di lingkungan kerja perusahaan.

2.5 Kinerja

2.5.1 Definisi Kinerja

Kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan

oleh masing-masing karyawan untuk membantu badan usaha

dalam mencapai dan mewujudkan tujuan badan usaha. Whitmore

(2002) menyebutkan bahwa kinerja memiliki kata asal kerja

artinya aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam

menjalankan tugas yang menjadi pekerjaannya. Kinerja artinya

suatu perbuatan, suatu prestasi atau penampilan umum dari

keterampilan. Menurut Mangkunegara (2000), istilah kinerja

berasal dari kata "job performance" atau "actual performance"

yaitu unjuk kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

26

Hasibuan (dalam Brahmasari dan Suprayetno, 2008)

mengemukakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang

dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Dengan kata lain

bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang

dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan. Selanjutnya As’ad (dalam

Brahmasari dan Suprayetno, 2008) mengemukakan bahwa kinerja

seseorang merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan seseorang

dalam melakukan tugas pekerjaannya. Sedangkan menurut

Motowidlo, Borman & Smith (1997), kinerja adalah sekumpulan

nilai organisasi dari perilaku diskrit dimana hasil kerja yang

dicapai individu melampaui standar dalam kurun waktu yang

ditentukan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja

karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan dalam kurun waktu yang ditentukan.

2.5.2 Aspek-aspek Kinerja

Kinerja secara umum dibangun oleh dimensi yang sangat

banyak, namun dua dimensi utama dari kinerja mendapatkan

perhatian yang besar yaitu kinerja tugas (task performance) dan

kinerja kontekstual (contextual performance) sebagaiman

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

27

dikemukakan oleh Borman & Motowidlo (1993) serta Motowidlo

& Schmit (dalam Befort & Hattrup, 2003). Berikut ini

penjelasan dari kedua dimensi kinerja tersebut:

1) Kinerja tugas (task performance)

Kinerja tugas mencakup perilaku yang berkontribusi

terhadap inti transformasi dan kegiatan pemeliharaan

dalam sebuah organisasi, seperti menghasilkan produk,

menjual barang dagangan, memperoleh persediaan,

mengelola bawahan atau memberikan layanan

(Motowidlo & Schmit dalam Befort & Hattrup, 2003).

Dengan kata lain, kinerja tugas merupakan perilaku in-

role yang merujuk kepada hasil dari upaya individu, dan

hasil secara langsung terkait dengan harapan organisasi

atau tugas diberikan (Borman & Motowidlo, dalam Chen,

2009).

2) Kinerja kontekstual (contextual performance)

Kinerja kontekstual mengacu pada perilaku yang

berkontribusi terhadap budaya dan iklim organisasi.

Bekerja ekstra secara sukarela, bertahan dengan

antusiasme, membantu dan bekerja sama dengan orang

lain, mengikuti aturan dan prosedur, dan mendukung atau

membela organisasi, semua itu adalah contoh dari

perilaku kinerja kontekstual (Motowidlo & Schmit dalam

Befort & Hattrup, 2003). Dengan kata lain, kinerja

kontekstual merujuk kepada bagaimana seorang karyawan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

28

bersedia untuk terlibat secara sukarela dalam kegiatan tak

resmi, bersikeras mencapai suatu tugas, membantu atau

bekerja sama dengan orang lain, mengikuti peraturan

organisasi, dan juga mendukung atau mempertahankan

tujuan organisasi (Borman & Motowidlo, dalam Chen,

2009).

Pengukuran aspek kinerja dalam penelitian ini yang

mengacu pada Borman & Motowidlo (1993) serta Motowidlo &

Schmit (1999) dalam Befort & Hattrup (2003) didasari

pertimbangan bahwa kedua aspek tersebut merupakan

penyederhanaan dari berbagai pengklasifikasian dimensi kinerja

dimana dimensi kinerja tersebut dapat dipilah menjadi dua

kelompok utama yaitu kinerja yang berhubungan secara langsung

dengan tugas pokok dan kinerja yang tidak berhubungan secara

langsung dengan tugas pokok yang dilakukan secara sukarela

untuk kemajuan organisasi.

2.6 Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Pengaruh Job Rotation terhadap Kinerja Karyawan

Campion, et al (1994) menyatakan bahwa organisasi

menggunakan rotasi pekerjaan sebagai sarana untuk mewujudkan

high performance atau kinerja yang tinggi. Campion, et al (1994)

juga menyatakan bahwa rotasi pekerjaan adalah pergeseran

pekerjaan antar pegawai dalam organisasi. Pergeseran ini tidak

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

29

dilakukan secara permanen. Rotasi merupakan salah satu cara

untuk menempatkan atau staffing pegawai. Sundin (2001)

menambahkan bahwa alasan lain dilakukannya rotasi pekerjaan

adalah bahwa tugas atau pekerjaan bersifat monoton yang

dilaksanakan terus menerus dapat mengakibatkan kebosanan dan

penurunan hasil kerja dari pegawai.

Adanya rotasi pekerjaan diharapkan dapat menstimulasi

pegawai untuk mencapai kinerja yang lebih baik karena terdapat

proses penambahan pengetahuan dan kemampuan pegawai,

mengurangi kejenuhan kerja dari pegawai, membantu proses

penempatan pegawai secara tepat, serta memberi tantangan lebih

besar bagi pegawai untuk mencapai prestasi atau kinerja yang

lebih baik.

Keterkaitan diantara job rotation dengan kinerja karyawan

sebelumnya didukung beberapa penelitian sebelumnya. Mansur

(2009) melaporkan bahwa terdapat pengaruh rotasi pekerjaan

terhadap kinerja pegawai KPP Pratama Semarang Timur.

Berdasarkan uraian di atas maka selanjutnya dapat diajukan

hipotesis sebagai berikut:

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari job rotation

terhadap kinerja karyawan PT.POS Indonesia Cabang

Salatiga.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

30

2.6.2 Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan

Motivasi seorang berawal dari kebutuhan, keinginan

dan dorongan untuk bertindak demi tercapainya kebutuhan

atau tujuan. Hal ini menandakan seberapa kuat dorongan,

usaha, intensitas, dan kesediaanya untuk berkorban

demi tercapainya tujuan. Dalam hal ini semakin kuat

dorongan atau motivasi dan semangat akan semakin tinggi

kinerjanya.

Siagian (2002) mengemukakan bahwa dalam kehidupan

berorganisasi, aspek motivasi kerja mutlak mendapat perhatian

serius dari para pimpinan organisasi. Faktor motivasi penting

dalam meningkatkan kinerja pegawai. Motivasi menjadi

pendorong seseorang melaksanakan suatu kegiatan guna

mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh karena itulah tidak heran

jika pegawai yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi

biasanya mempunyai kinerja yang tinggi pula. Untuk itu motivasi

kerja pegawai perlu dibangkitkan agar pegawai dapat

menghasilkan kinerja yang terbaik.

Menurut Munandar (2001) bahwa karyawan yang

mempunyai motivasi kerja yang tinggi cenderung mempunyai

kinerja tinggi, sebaliknya mereka yang mempunyai kinerja

rendah dimungkinkan karena motivasinya rendah. Keterkaitan

diantara motivasi kerja dengan kinerja karyawan didukung

beberapa penelitian sebelumnya. Seperti misalnya Nitasari

(2012) melaporkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

31

signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan uraian di atas

maka selanjutnya dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari motivasi

kerja terhadap kinerja karyawan PT.POS Indonesia

Cabang Salatiga.

2.6.3 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja

Karyawan

Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang

(pegawai) terhadap pekerjaannya, hal ini nampak dari sikap

pegawai terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di

lingkungan kerjanya. Kepuasan kerja memiliki dampak yang

penting dalam meningkatkan kinerja karyawan (Kanina, 2005).

Karyawan yang mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi

biasanya akan memperlihatkan kinerja yang juga tinggi

sebaliknya pegawai yang tingkat kepuasan kerjanya rendah

umumnya akan memperlihatkan kinerja yang juga rendah.

Dengan kata lain ada hubungan yang positif diantara kepuasan

kerja dengan kinerja karyawan.

Hal tersebut di atas dapat disebabkan karena tujuan utama

dari karyawan bekerja adalah memenuhi kebutuhannya dan

memperoleh kepuasan hidup agar tercapai kebahagiaan hidup

(Ruky, 2001), sehingga dengan adanya kepuasan yang maksimal

dari karyawan maka karyawan dapat meningkatkan kinerjanya,

karyawan menjadi lebih rajin bekerja dan dapat menyelesaikan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

32

tugasnya tepat waktu. Karyawan ingin pekerjaan yang

dilakukannya diberi penghargaan yang layak jika penghargaan

yang diterima tidak layak maka karyawan akan merasa tidak puas

dan secara tidak langsung berdampak pula pada kinerja mereka.

Karyawan yang merasa tidak puas akan berusaha untuk

mencari penghargaan lain yang lebih besar sehingga besar

keinginan mereka untuk pindah kerja, selain itu karyawan yang

merasa tidak puas dapat pula mengurangi usaha untuk

menyelesaikan pekerjaan. Mereka lebih memilih mengurangi

usaha untuk menyelesaikan pekerjaan agar sebanding dengan

hasil yang mereka peroleh (Sutanto 2002). Karyawan yang

merasa tidak puas dengan penghargaan yang diterimanya akan

menghambat kinerja perusahaan secara keseluruhan karena

pekerjaan yang dilakukan karyawan diorganisasi merupakan

kunci perkembangangan sebuah perusahaan.

Keterkaitan diantara kepuasan kerja dengan kinerja

karyawan sebelumnya didukung beberapa penelitian sebelumnya.

Jaafar et al (2006) melaporkan bahwa terdapat hubungan positif

yang kuat antara kepuasan kerja denga kinerja manajer proyek

konstruksi di Malaysia.

H3 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari kepuasan

kerja terhadap kinerja karyawan PT.POS Indonesia Cabang

Salatiga

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6103/2/T2_912012025_BAB II.pdf · kebutuhan, harapan dan keadilan (Wijono, 2007). Ada empat

33

2.7 Model Penelitian

Model penelitian yang dapat dikembangkan berdasarkan

rumusan hipotesis terlihat dalam gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Model Peneliti

Job Rotation

(X1)

Motivasi Kerja

(X2)

Kepuasan Kerja

(Y1)

Kinerja

(Y2)