bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepustakaan yang Relevan
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pndukung yang relevan dngan judul
skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang sastra
dan Sosiologi. Selain itu juga digunakan sumber bacaan lainnya.
2.1.1 Pengertian Sastra
Banyak ahli yang mendefenisikan pengertian sastra dapat kita lihat sebagai berikut :
Fananie (2000 : 6) mengatakan :
“ Bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan kemampuan aspek keindahan yang baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna”. Sedangkan semi ( 1984 : 8) mengatakan :
“ Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan semi kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahas sebagai mediumnya “.
Teeuw ( 1984 : 23) mengatakan :
“ Kata satra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahas Sansekerta akar kata Sas-, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata tra- biasanya menunjukkan alat, suasana. Maka dari sastra dapat berarti, alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran; misalnya silpasastra, buku arsitektur, kemasastraan, buku petunjuk mengenai seni cerita. Awalan su- berarti baik, indah sehingga susastra dapat dibandingkan dengan berbagai belles letter”.
Kutipan di atas menyatakan, sastra diartikan sebagai alat untuk mengajar, memberi
instruksi dan petunjuk kepada pembaca. Wellek dan Warren ( 1987 : 3 ) mengatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
sastra adalah suatu kajian kreatif, sebuah karya seni. Damono ( 1984 : 10) mengatakan
bahwa lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium : bahasa itu sendiri
merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu
adalah merupakan suatu kenyataan sosial
Fananie ( 2000 : 132 ) mengatakan bahwa sastra adalah karya seni yang merupakan
ekspresi kehidupan manusia .
Dari keseluruhan defenisi sastra di atas, adalah berdasarkan persepsi masing-masing
pribadi dan sifatnya deskriptif, pendapat itu berbeda satu sama lain. Masing-masing ahli
merupakan aspek-aspek tertentu, namun yang jelas defenisi tersebut dikemukakan dengan
prinsip yang sama yaitu manusia dan lingkungan. Manusia menggunakan seni sebagai
pengungkapan segi-segi kehidupan. Ini suatu kreatifitas manusia yang mampu yang mampu
menyajikan pemikiran dan pengalaman hidup dengan bentuk seni sastra.
Dari beberapa batasan yang diuraikan di atas dapat disebut beberapa unsur batasan
yang selalu disebut untuk unsur-unsur itu adalah isi sastra berupa pikiran, perasaan,
pengalaman, ide-ide, semangat kepercayaan dan lain-lain. Ekspresi atau ungkapan adalah
upaya untuk mengeluarkan sesuatu dalam diri manusia. Bentuk diri manusia dapat
diekspresikan keluar, dalam berbagai bentuk, sebab tampa bentuk tidak akan mungkin isi
tadi disampaikan pada orang lain. Ciri khas penggungkapan bentuk pada sastra adalah
bahasa. Bahasa adalah bahan utama untuk mewujudkan ungkapan pribadi di dalam suatu
bentuk yang indah.
Universitas Sumatera Utara
Jadi penelitian sastra di sini, khususnya terhadap cerita Asal Pulau Simamora di
Tipang dilakukan guna mendapatkan gambaran kehidupan masyarakat pemilik cerita
tersebut baik pada zamannya maupun saat ini.
2.1.2 Pengertian Sosiologi
Kata sosiologi adalah istilah yang mempunyai hubungan dengan masyarakat.
Sosiologi pada dasarnya mempelajari kesatuan hidup manusia yang terbentuk hubungan
antara manusia dengan kelompok-kelompok lain.
Sorokim ( 1928 : 760-761) mengatakan :“Sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial ( misalnya
antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dengan moral hukum dan dengan ekonomi,
gerak masyakat dengan ekonomi, gerak masyarakat dngan politik dan lain sebagainya ).
Ciri-ciri umum dari pada semua jenis gejala-gejala sosial”.
Soemarjan dan Soemardi ( 1964 :11) mengatakan :“Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial, keseluruhan jalinan antara unsur-unsur yang pokok yaitu kaidah atau norma-norma sosial. Proses sosial pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya”. Soekanto (1977 : 21) mengatakan :“Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang objeknya ialah masyakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri oleh karena memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan yang ciri utamanya adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Sosiologi bersifat empiris, berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi kenyataan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif.
b. Sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun dari hasil-hasil observasi.
c. Sosiologi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti membaik, memperluas serta memperhalus teori-teori yang lama.
d. Sosiologi bersifat nonetis, yakni yang dipersoalkan bukanlah baik buruknya fakta tertentu, akan tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis”.
Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu atau pengetahuan yang sistematis tentang
kehidupan berkelompok manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya
yang secara umum disebut masyarakat.
Sosiologi di sisi lain sebagai ilmu berbicara tentang aspek-aspek kemasyarakatan
selalu dapat dimanfaatkan untuk membicarakan sebuah karya sastra. Nilai-nilai sosiologi
pada sebuah cerita dapat diwujudkan untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Ilmu
sosiologi digunakan untuk masyarakat itu sendiri dan diciptakan oleh masyarakat demi
terjalinnya hubungan yang harmonis antara satu anggota masyarakat dengan yang lainnya.
Sesuai dengan penjelasan di atas, kita dapat mengetahui nilai-nilai sosiologis sebuah
cerita berdasarkan zamannya. Perubahan zaman dapat mengubah asumsi masyarakat
mengenai nilai-nilai sosiologis. Misalnya pendidikan di sekolah, dahulu pendidikan di
sekolah itu sangat langka karena bangunan sekolah yang jurang, guru-guru yang kurang,
sistem pendidikan yang belum sempurna dan minat untuk bersekolah yang sangat minim.
Masyarakat Batak Toba juga mengalami hal itu sehingga dulunya pendidikan di sekolah itu
sangat langka dijumpai. Anak-anak setiap harinya hanya bekerja di sawah untuk membantu
orang tuanya.
Universitas Sumatera Utara
Kewajiban mereka yang sebenarnya adalah bersekolah, tetapi kemungkinan untuk
hal itu sangat kecil, sehingga hari-hari mereka dihabiskan dengan bekerja di sawah. Kita
tidak bisa menyalahkan siapapun dalam hal ini. Orang tua ataupun anak-anaknya, hanya
menjalani kehidupan sesuai dengan situasi yang berlaku.
Misalnya dulu sekolah sudah ada, tentu orang tua mereka akan menyuruhnya pergi
ke sekolah bukan pergi ke sawah. Jadi anak-anak itu pergi ke sawah karena keadaan yang
berlaku saat itu. Mereka berkewajiban untuk berkerja di sawah untuk membantu orang tua
mereka demi kebutuhan mereka sehari-hari.
Bila kita tinjau dari segi unsur pokok yaitu kaidah atau norma-norma sosial sesuai
dengan teori di atas, berarti norma-norma sosial juga dapat memberi arti dalam penentuan
nilai-nilai sosiologis. Misalnya pada masyarakat Batak Toba, banyak norma-norma yang
dijaga keberadaannya. Norma yang sudah turun-temurun itu dijaga karena dianggap suci
dan akan mendatangkan akibat ataupun bahaya bila dilanggar.
2.1.3 Pengertian Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertitik tolak dengan orientasi kepada
pengarang.
Semi (1984 : 52) mengatakan :
“Sosiologi sastra merupakan bagian mutlak dari kritik sastra, ia mengkhususkan diri dalam menelaah sastra dengan memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan. Produk ketelaahan itu dengan sendirinya dapat digolongkan ke dalam produk kritik sastra”.
Universitas Sumatera Utara
Ratna (2003 : 25) mengatakan : “Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya
sastra dan keterlibatan struktur sosialnya”. Wellek dan Warren dalam (Semi, 1989 :178)
mengatakan :”Bahwa sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu karya sastra yang
menjadi pokok, alat tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan
serta amanat yang hendak disampaikan.
Abrams (1981 :178) mengatakan : “Sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan
para kritikus dan ahli sejarah sastra yang utamanya ditujukan pada cara-cara seseorang
pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan
ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju”.
2.1.4 Hubungan Sastra dengan Sosiologi
Sebagaimana yang telah diuraikan terdahulu bahwa karya sastra berisikan tentang
persoalan-persoalan manusia. Dalam pengunggkapan persoalan manusia itu seorang
pengarang secara langsung atau secara tidak langsung telah menuangkan persoalan sosial
ke dalam karyanya. Hal ini dimungkinkan karena pengarang biasanya cenderung
dipengaruhi oleh apa yang dirasakan, dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Sosiologi dan sastra sama-sama menguraikan masalah masyarakat. Dengan
demikian sastra pada zaman modern ini dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan
kembali dunia sosial. Hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya, adat-
Universitas Sumatera Utara
istiadanya dan lain-lain.selanjutnya sosiologi sebagai ilmu yang akan mencoba
mengungkapkan kembali problema sosial tersebut.
Soemarjdo (1975 : 15) mengatakan : “pengarang adalah anggota salah satu
masyarakat. Ia hidup dan berelasi orang-orang lain di sekitarnya. Maka tak mengherankan
kalau terjadi interaksi dan interrelasi antara pengarang dan masyarakatnya. Selalu dapat
ditarik relasi antara karya sastra dengan masyarakat di mana pengarang itu hidup”.
Hal ini membuktikan bahwa kehadiran sastra mempunyai peranan penting dalam
membentuk struktur masyarakatnya. Pengarang dan karyanya merupakan dua sisi yang
tidak dapat dipisahkan dalam rangka membicarakan sebuah karya sastra. Di satu sisi,
pngarang adalah anggota dari kelompok masyarakat yang hidup di tengah-tengah kelompok
masyarakat tersebut. Wellek dan Warren dalam ( Semi, 1989 : 533) mengatakan : “
sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, alas
tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang
hendak disampaikan”.
Soemarjdo (1975 : 15) mengatakan : “ karya sastra menampilkan wajah kultur
zamannya, tetapi lebih dari itu sifat-sifat sastra juga ditentukan oleh masyarakatnya”.
Sosiologi pada sisi lain pada ilmu yang berbiacara tentang aspek-aspek kemasyarakat
selalu dapat dimanfaatkan untuk membicarakan karya sastra, nilai-nilai sosiologi dalam
sebuah karya sastra dapat diwujudkan untuk pemahaman yang lebih mendalam. Banyak hal
yang menjadi fokus pengamatan seorang sastrawan, kehidupan pribadi, lingkungan serta
harapan-harapannya menjadi hal yang menarik dalam penelitian cipta sastra. Kompleks
Universitas Sumatera Utara
permasalahan itu merupakan hadiah seorang pengarang yang dapat memperluas wawasan
pemikiran anggota masyarakat. Dengan menggambarkan fenomena dari hasil pengamatan
pengarang, masyarakat pembacanya memperoleh hal yang bermakna dalam hidupnya.
Pengarang sendiri mendapat sumber inspirasi dari corak ragam tingkah laku manusia
maupun masyarakatnya.
Kesemuanya itu terangkum dalam aspek yang membangun sebuah cipta sastra,
salah satu aspek yang membangun keutuhan sebuah cerita adalah menyangkut perwatakan
tokoh-tokohnya. Ciri-ciri perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan
lingkungan di mana ia hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau tokohnya.
Biasanya dalam setiap cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan
sosiologi berperan mengungkapkan isi sebuah karya sastra.
2.1.5 Sosiologi Sebagai Pendekatan Sastra
Pedekatan yang dilakukan terhadap karya sastra pada dasarnya ada dua, yaitu
pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Unsur-unsur merupakan unsur-unsur dalam
yang diangkat dari isi karya sastra, seperti tema, alur atau plot, perwatakan, gaya bahasa
dan penokohan. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik berupa pengaruh dari luar yang terdapat
dalam karya sastra itu diantaranya sosiologi, politik, filsafat, antropologi dan lain-lain.
Ilmu-ilmu ini merupakan pendukung dalam pengembangan karya sastra, dengan demikian
ilmu-ilmu tersebut erat hubungannya dengan karya sastra. Analisis aspek ekstrinsik karya
Universitas Sumatera Utara
sastra ialah analisis karya sastra itu sendiri dari sgi isinya, dan sepanjang mungkin melihat
kaitannya dengan kenyataan-kenyataan dari luar karya sastra itu sendiri.
Dengan demikian akan jelas nanti, apabila karya sastra tersebut sepenuhnya atau
sebagian, sama sekali tidak berdasarkan kenyataan-kenyataan sebenarnya atau
sebaliknnya. Untuk hubungan ini, Ali ( 1967 :116) mengatakan :” Analisis dari aspek
ekstrinsiknya ini jangan sampai keluar dari batas-batas sesuai kepentingan analisis,
sebagaimana misalnya terjadi dalam teoritis sastra”.
Sastra yang baik harus mempunyai objek yang luas mengenai kehidupan manusia
yang disampaikan melalui bahasa. Peningkatan sastra itu merupakan tafsiran terhadap
kehidupan masyarakat yang melalui bahasa. Peningkatan sastra itu juga merupakan tafsiran
terhadap kehidupan masyarakat yang melalui bahasa. Dengan demikian, bahan hakiki dari
sastra adalah suatu kehidupan masyarakat, termasuk interaksi sosial.
Soemarjdo (1980 : 34) mengatakan :
“Seorang pengarang menulis karyanya karena ia mengemukakan obsesinya terhadap lingkungan hidupnya, ada uneg-uneg yang mengganggu jiwanya dan itu harus dikatakannya. Karena ketrampilannya menulis, maka cara yang paling baik untuk mengeluarkan cara tandas kegundahan jiwanya adalah karya tulis. Ini biasanya merupakan essei, puisi, drama atau novel. Kalau demikian sudah barang tentu pengarang sangat membutuhkan obsesinya”.
Wellek dan Warren (Semi, 1985 :58-59) mengatakan :
“Pendekatan sosiologis atau pendekatan ekstrinsik biasanya mempermasalahkan sesuatu diseputar sastra dan masyarakat bersifat sempit dan eksternal. Yang dipersoalkan biasanya mengenai hubungan sastra dan situasi sosial tertentu, sistem ekonomi, sosial, adat istiadat, dan politik”. Dapat dipahami bahwa bilamana seseorang ingin mengetahui keadaan sosiologis
dari suatu masa karya tertentu ditulis, kita memang belum tentu dapat mengenal tata
Universitas Sumatera Utara
kemasyarakatan yang ada pada waktu itu, tetapi setidak-tidaknya jita dapat mengenal tema
mana yang kira-kira dominan pada waktu itu.
Suatu hal yang perlu dipahami dalam melakukan pendekatan sosiologi ini adalah
bahwa walaupun seorang pengarang melukiskan kondisi sosial yang berada di
lingkungannya, namun ia belum tentu menyuarakan keamanan masyarakatnya. Dari arti ia
tidaklah mewakili atau menyalurkan keinginan-keinginan kelompok masyarakat tertentu,
yang pasti pengarang menyalurkan atau mwakili hati nuraninya sendiri, dan bila ia
kebetulan mengucapkan sesuatu yang bergejolak dimasyarakat, hal ini merupakan suatu
kebetulan ketajaman batinnya dapat menangkap isyarat-isyarat tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pendekatan sosiologis mempunyai
segi yang bermanfaatdan berdaya guna yang tinggi bila para kritikus tidak melupakan atau
memperhatikan segi-segi intrinsik yang membangun karya sastra, disamping
memperhatikan faktor-faktor sosiologis serta menyadari bahwa karya sastra itu diciptakan
oleh suatu kreatifitas dengan memanfaatkan faktor imajinasi.
2.2 Teori yang Digunakan
Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria (Yunani), berarti kebulatan alam atau
realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keterandalannya, yaitu
melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian.
Berdasarkan penelitian ini, maka penulis menggunakan teori sosiologi sastra dan teori
struktural untuk mengkaji cerita Asal Pulau Simamora di Tipang.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam skripsi ini, penulis menggunakan
teoeri sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren dalam (Semi, 1989 :53)
mengatakan:
“Sosiologi sastra yaitu mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, atas tetang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang heendak disampaikan”. Semi (1985:46) mengatakan : “Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat melalui sastra pengarang mengungkapkan tentang suka duka kehihidupan masyarakat yang mereka ketahui dengan sejelas-jelasnya. Bertolak dari pandangan itu, telaah atau kritik sastra yang dilakukan berfokus atau lebih banyak memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu karya sastra serta mempersoalkan segi-segi yang menunjang pembinaan dan perkembangan tata kehidupan”. Pendekatan tersebut landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin
zamannya, dan juga merupakan cermin langsung dari berbagai struktur sosial. Darmono
(1984 : 9) mengatakan :” bahwa sastra merupakan cermin zamannya “. Pandangan ini
beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai struktur sosial,
hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas dan lain-lain. Swingewoot (1977) dalam Junus
(1980 : 2) membagi sosiologi sastra dalam dua bagian yaitu :
1. Sociologi of literature, yaitu karya sastra yang dimulai dengan lingkungan sosial
untuk masuk ke dalam karya sastra yang dilihat ialah faktor sosial menghasilkan
massa yang bersosial.
2. Literature sociologi, yaitu menghubungkan struktur karya sastra dan struktur
masyarakat.
Mengenai pendekatan struktural, Semi (1985 : 49) mengatakan :
Universitas Sumatera Utara
“Dengan kata lain, pedekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi intrinsik yang membangun suatu karya. Sastra yaitu tema, alur, latar, penokohan, dan gaya bahasa perpaduan yang harmonis antara bentuk dan isi merupakan kemungkinankuat untuk menghasilkan sastra yang bermutu”. Selanjutnya Daryanto (1997 : 594) mngatakan :”tema adalah isi cerita ;dasar isi cerita;
amanat cerita”. Poerdarminta (1986 :1040) mengatakan :”tema adalah pokok pikiran; dasar
cerita (yang hendak dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengarang sajak dan
sebagainya). Kemudian Fananie (2000 : 84) mengatakan :”tema adalah ide, gagasan,
pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi karya sastra”.
Semi (1984:45) mengatakan :”alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam
cerita yang disusun sebagai buah interaksi khusus sekaligus menandai urutan bagian-bagian
dalam keseluruhan fiksi”. Daryanto (1997 :35) mengatakan :”latar atau plot adalah jalan
(aturan, adat)- keluk memanjang rangkaian peristiwa yang berlangsung dalam karya fiksi”.
Maka dapat disebut alur atau plot dan struktur deretan kejadian-kejadian yang dialami
oleh pelaku cerita yang pada umumnya dibedakan atas tiga bagian utama yaitu : bagian
perkenalan, pertikaian dan diakhiri dengan penyelesaian. Hubungan peristiwa yang satu
dengan yang lainnya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan hubungan
kasual ( sebab akibat). Keberadaan alur dalam sebuah cerita sangatlah penting, sehingga
Lubis (1981 : 17) mencoba mengklasifikasikan alur tersebut menjadi,
“1. Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan) 2. Generating Circumtances (peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak) 3. Ricing Action (keadaan mulai memuncak) 4. klimaks (peristiwa-peristiwa mencapai puncaknya) 5. Denouement (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa)”.
Universitas Sumatera Utara
Latar atau setting adalah tempat-tempat kejadian suatu peristiwa atau kejadian di
dalam penceritaan karya sastra. Latar bukan hanya berupa daerah atau tempat namun
waktu, musim peristiwa penting dan bersejarah, masa kepemimpinan seseorang di masa
yang lalu dan lain-lain yang menjadi petunjuk bagi pembaca untuk lebih memahami waktu
dan tempat kejadian itu berlangsung juga digolongkan latar. Daryanto (1997 :393)
mengatakan :” latar adalah halaman rumah (bagian depan), permukaan dasar warna dan
sebagainya; keterangan mengenai ruang waktu dan suasananya saat berlangsungnya
peristiwa (dalam karya sastra)”.
Tempat di sini bisa kita artikan lokasi atau daerah terjadinya cerita itu seperti desa,
kota, gunung, hutan dan sebagainya. Waktu (masa) di sini menggambarkan kapan kejadian
itu berlangsung seperti tanggal, bulan, tahun, pada perang, musim tanam, musim panen dan
sebagainya.
Selanjutnya kita dapat menyebut bahwa latar atau setting merupakan lukisan mengenai
tempat dan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita. Latar mencakup ruang
dan waktu yaitu di mana dan kapan kejadian tersebut.
Perwatakan adalah karakter dari tokoh . dalam pengertian sifat atau ciri khas yang
terdapat pada diri tokoh yang dapat membedakan antara satu tokoh dengan tokoh yang
lainnya. Unsur perwatakan dalam sebuah karya sastra lebih diutamakan dalam meninjau
perkembangan jiwa tokoh itu sendiri. Gambaran watak seseorang tokoh dapat diketahui
melalui apa yang diperankan dalam cerita tersebut kmudian jalan pikirannya serta
bagaimana penggambaran pisik tokoh. Bangun, dkk (1993:21) mengatakan :” perwatakan
tokoh cerita dapat tokoh dapat dilihat melalui tiga aspk yaitu aspek psikologis, fisiologis,
Universitas Sumatera Utara
dan sosiologis”. Daryanto (1907:632) mengatakan : “waktak adalah sifat batin manusia
yang mempngaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat. Sedangkan
perwatakan adalah hal-hal yang berhubungan dengan watak”.
Setiap cerita mempunyai tokoh di mana tokoh ini dianggap sebagai pembentuk
peristiwa alur dalam alur cerita. Oleh karena itu, stiap tokoh mempunyai watak tersendiri
yang dapat dianalisis dan diramalkan secara analisis yaitu dapat diterangkan secara
langsung watak tokohnya, sedangkan secara dramatik yaitu dapat diterangkan secara tidak
langsung tetapi mungkin melalui tindakannya dan lain-lain.
Aspek perwatakan (karakter) merupakan imajinasi pengarang dalam membentuk suatu
personalisis tertentu dalam sebuah karya sastra. Pengarang sebuah karya sastra harus
mampu menggambarkan diri ssorang tokoh yang ada dalam karyanya.
Nilai-nilai sosial dalam sebuah karya sastra adalah iri hati, kejujuran, kesabaran,
permusuhan, keadilan, dan lain-lain. Daryanto (1997 : 288) mengatakan :”iri hati adalah
rasa tidak senang jika melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan, rasa ingin seperti
orang yang mendapatkan kesenangan”. Kejujuran merupakan salah satu sifat terpuji.
Setiap manusia mempunyai sifat kejujuran akan tetapi kadang-kadang unuk jujur saja
manusia sangat susah dan sifat kejujuran itu sangat sering disalah gunakan oleh manusia itu
sendiri. Seseorang yang mampu mengatakan hal yang sebenarnya terjadi itulah yang
dinamakan dengan jujur.
Daryanto (1997 : 309) mengatakan: “jujur adalah tidak bohong, lurus hati, dapat
dipercaya kata-katanyatidak khianat dan sebagainya”. Kesabaran adalah salah satu sifat
manusia. Manusia pada umumnya memiliki rasa sabar, namun ukuran kesabaran tersebut
Universitas Sumatera Utara
bagi setiap orang berbeda-beda. Sifat sabar merupakan salah satu sifat yang terpuji yang
dimiliki manusia. Seseorang yang tahan menghadapi segala persoalan ataupun penderitaan
yang menimpa dirinya maka dapat dikatakan bahwa dia mempunyai tingkat kesabaran yang
tinggi.
Daryanto (1997 : 516) mengatakan : “sabar adalah pemaaf ; tidak suka marah/ tidak
mudah marah- sikap – tidak akan menimbulkan pertengkaran”.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa teori struktural yang bertujuan untuk
menganalisis karya sastra berdasarkan unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut
dalam suatu hubungan antara unsur pembentuknya. Menganalisis sebuah karya sastra
dengan pendekatan sosiologi sastra yang dapat membangun sebuah karangan atau sebuah
karya sastra tanpa menghilangkan unsur-unsur dalam cerita.
Universitas Sumatera Utara