bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/bab ii.pdfcontoh infeksi...

17
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Daun nagasari memiliki kandungan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin, fitosterol, dan saponin (Beena et al., 2014; Sharma and Sharma, 2017; Novanti, 2016). Penelitian sebelumnya melakukan isolasi terhadap daun nagasari menggunakan metode kromatografi kolom dengan berbagai macam fase gerak yang digunakan, yang bertujuan untuk mendapatkan fraksi etanol-air, etil asetat, dan fraksi n-heksan. Fraksinasi etanol-air menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi, dengan panjang kolom 5 mm, 150 x 4,6 mm, dengan fase gerak yaitu asetonitril : air (5 : 95 % v/v ), 55 : 45 % v/v, dan 80 : 20 % v/v. Senyawa yang telah berhasil di isolasi pada fraksi etanol-air yaitu cumarin jenis mammea type A/BB (Lucy et al., 2015). kumarin Type A/BB dibagi menjadi dua macam yaitu type A/BB cyclo D dan F. Cumarin jenis mammea A/BB dilaporkan memiliki aktivitas terhadap antibakteri (Gonçalves et al., 2013). Berikut profil analisis sidik jari FTIR terhadap kumarin jenis mammea pada type D dan F pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Analisis sidik jari FTIR fraksi etanol-air (Gomathi, 2015) Nama senyawa Panjang serapan (cm -1 ) Keterangan Cumarins mammea A/BB cyclo D 1740 α- pyrone 3461 Gugus O-H Cumarins mammea A/BB cyclo F 3453 Gugus O-H 1732 Gamma lakton 1603 Grup asil Hasil pemisahan senyawa murni pernah dilakukan pada fraksi etil asetat menggunakan kromatografi kolom dengan fase gerak metanol (10 : 0) dan metanol : kloroform (9,5 : 0,5) dan fase diam silika gel (Daud et al, 2016), dari hasil isolasi tersebut didapatkan senyawa buxixanthone. Buxixanthone merupakan golongan baru dari pyroxanthone yang dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri dan antifungal Berikut profil analisis FTIR fraksi etil asetat ditunjukan pada Tabel 2.2. Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Upload: doantram

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Daun nagasari memiliki kandungan senyawa golongan alkaloid,

flavonoid, terpenoid, tanin, fitosterol, dan saponin (Beena et al., 2014;

Sharma and Sharma, 2017; Novanti, 2016). Penelitian sebelumnya

melakukan isolasi terhadap daun nagasari menggunakan metode kromatografi

kolom dengan berbagai macam fase gerak yang digunakan, yang bertujuan

untuk mendapatkan fraksi etanol-air, etil asetat, dan fraksi n-heksan.

Fraksinasi etanol-air menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi,

dengan panjang kolom 5 mm, 150 x 4,6 mm, dengan fase gerak yaitu

asetonitril : air (5 : 95 % v/v ), 55 : 45 % v/v, dan 80 : 20 % v/v. Senyawa

yang telah berhasil di isolasi pada fraksi etanol-air yaitu cumarin jenis

mammea type A/BB (Lucy et al., 2015). kumarin Type A/BB dibagi menjadi

dua macam yaitu type A/BB cyclo D dan F. Cumarin jenis mammea A/BB

dilaporkan memiliki aktivitas terhadap antibakteri (Gonçalves et al., 2013).

Berikut profil analisis sidik jari FTIR terhadap kumarin jenis mammea

pada type D dan F pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Analisis sidik jari FTIR fraksi etanol-air (Gomathi, 2015)

Nama senyawa Panjang serapan (cm-1

) Keterangan

Cumarins mammea A/BB cyclo D 1740 α- pyrone

3461 Gugus O-H

Cumarins mammea A/BB cyclo F 3453 Gugus O-H

1732 Gamma lakton

1603 Grup asil

Hasil pemisahan senyawa murni pernah dilakukan pada fraksi etil

asetat menggunakan kromatografi kolom dengan fase gerak metanol (10 : 0)

dan metanol : kloroform (9,5 : 0,5) dan fase diam silika gel (Daud et al,

2016), dari hasil isolasi tersebut didapatkan senyawa buxixanthone.

Buxixanthone merupakan golongan baru dari pyroxanthone yang dilaporkan

memiliki aktivitas antibakteri dan antifungal Berikut profil analisis FTIR

fraksi etil asetat ditunjukan pada Tabel 2.2.

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

5

Tabel 2.2 Analisis Sidik Jari FTIR Fraksi Etil Asetat (Daud et al., 2016)

Nama senyawa murni Panjang serapan (cm-1

) Gugus Fungsi

Buxixanthone 3410 Gugus hidroksil

1710 Gugus karbonil

1590 Cincin aromatik

Hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak etanol biji

nagasari memiliki aktivitas antibakteri dengan nilai MIC 240-980 µg/ml

(Adewale et al., 2011). Penelitian lain menyebutkan bahwa ekstrak etanol

dari nagasari memiliki aktivitas antimikroba yang paling tinggi dibandingkan

dengan ekstrak pelarut air dengan nilai diameter zona hambat sebesar 17,25

mm (Phuong dan Nhat, 2015). Perbedaan kedua penelitian ini yaitu pada

penelitian uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol biji nagasari, ekstraksi

dilakukan dengan menggunakan pelarut n-heksana, etanol, metanol,

petroleum eter, dan kloroform, sedangkan pada uji aktivitas antibakteri

ekstrak etanol daun nagasari dengan diameter zona hambat sebesar 17,25

mm, ekstraksi menggunakan pelarut etanol dan air yaitu pelarut air 10% dan

pelarut etanol 30%v/v.

B. Landasan Teori

1. Infeksi

Infeksi merupakan masuknya mikroorganisme ke dalam jaringan

tubuh, dengan cara memperbanyak diri sehingga menyebabkan

peradangan (Dorland, 2012). Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur, dan parasit. Contoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti

M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi, Shiggella spp., E. coli pada

diare. Infeksi yang disebabkan oleh virus contohnya HIV. Infeksi yang

disebabkan oleh jamur yaitu C. albicans pada sepsis, dan infeksi yang

disebabkan parasit seperti C. trachomatis penyebab penyakit Chlamydia

(Wells et al., 2015). Infeksi ditandai dengan meningkatnya jumlah sel

darah putih ( >4000 dan 10.000 cel/mm3, meningkatnya jumlah leukosit

(>30.000 sampai 10.000 cell/mm3), nyeri dan inflamasi (panas, bengkak,

kemerahan, dan kerusakan jaringan) (Wells et al., 2015).

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

6

2. Antibiotik

Antibiotik berasal dari kata (L. Anti = lawan, bios = hidup) adalah

zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki

khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan

toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Golongan antibiotik yaitu

penisilin, sefalosforin, aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida dan

linkomisin, polipeptida, sulfonamida, dan antibiotik lainnya (Tjay dan

Raharja, 2007).

3. Resistensi antimikroba

Resistensi antimikroba adalah kemampuan mikroba untuk

bertahan hidup terhadap efek antimikroba sehingga tidak efektif dalam

penggunaan klinis (Depkes RI, 2015). Contoh antimikroba yang

mengalami resistensi terhadap E. coli yaitu golongan florokuinolon

sebanyak 89% (WHO, 2014), dan 48,8% (Usui et al., 2014), dan

sebanyak 567 strain jenis E. coli resisten terhadap golongan

florokuinolon (Rath and Padhy, 2015). E. coli juga dilaporkan resisten

terhadap ampisilin, trimetropim, sulfametoksazol, kloramfenikol, dan

ciprofloxacin (Hadi et al., 2013).

Bakteri B. subtillis, mengalami resistensi terhadap kloramfenikol,

eritromycin, kanamisin, penisilin, streptomisin, trimethroprim

(Compaoré et al., 2013), tetrasiklin, dan aminoglikosida (Gueimonde et

al., 2013). Hasil penelitian Antimicrobial Resistance in Indonesia pada

tahun 2000-2004 di RSUD dr. Soetomo Surabaya terdapat kuman multi-

resitance seperti MRSA (Methicillin Resistance Staphylococcus aureus)

dan bakteri ESBL (Extended Spectrum Beta Laktamase) (Depkes RI,

2017).

4. Deskripsi tanaman dan klasifikasi tanaman nagasari

Tanaman nagasari yang diambil dari Desa Notog, Kabupaten

Banyumas ditunjukan pada Gambar 2.1.

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

7

Gambar 2.1 Pohon nagasari di Kabupaten Banyumas

Nagasari memiliki sinonim yaitu Callophyllum nagassarium

Burm. F.M. Nagassarium (Burm.f.) kosterm, atau Mesua ferrea L.,

Calophyllum nagassarium Burm.f., Mesua coromandelina Wight, M.

pedunculata Wight, M. roxburghii Wight, M. sclerophylla Thw., M.

speciosa Choisy, keluarga dari Guttiferrae. Nagasari merupakan jenis

tumbuhan yang terdapat di negara Kamboja, India, Malaysia, Filipina,

Singapura, Myanmar, dan Vietnam berupa pohon berukuran sedang,

tinggi 36 m, batang lurus, berdiameter 95 m, permukaan batang beralur

panjang, daun bersilangan, tunggal, tepi, daun rata, berbentuk lonjong,

pangkal daun runcing, berwarna hijau kebiru-biruan, urat daun tidak

jelas, panjang tangkai daun 4-8 mm (P, Nurwanto dan Widyani, 2002).

Nagasari memiliki aktivitas sebagai antiseptik, antiinflamasi, dan

antialergi (Gomathi, 2015), hepatoprotektif, diuretik, obat cacing,

kardiotonik, expektoran, antioksidan, antipiretik, antimikroba, depressan,

antispasmodik, dan analgesik (Keawsa-Ard et al., 2015). Daun nagasari

memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif, negatif dan yeast

(Chanda et al., 2013).

Kandungan kimia bunga nagasari yaitu 4-alkil, 4-fenil kumarin

yang merupakan golongan neoflavonoid. Dilaporkan bahwa 4-alkil, 4-

fenil kumarin memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif dan negatif

(Verotta et al., 2004). Nagasari memiliki kandungan kimia dari golongan

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

8

alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin dan fitosterol (Sharma dan Sharma,

2017; Novanti, 2016).

5. Metode pemisahan

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya

dengan menggunakan pelarut yang sesuai.

Jenis –jenis ekstraksi (Mukhriani, 2014) terdiri dari:

a. Maserasi

Maserasi adalah metode ekstraksi yang paling sederhana,

dengan cara memasukan serbuk ke dalam wadah yang bersifat inert

dengan menggunakan pelarut yang cocok.

b. Ultrasonic

Ultrasonic adalah metode maserasi dengan menggunakan

bantuan ultrasonic (20 KHz) dimana tekanan yang dihasilkan dapat

mengakibatkan peningkatan kelarutan.

c. Perkolasi

Perkolasi adalah suatu metode pemisahan dengan

menggunakan alat perkolator (wadah silinder yang dilengkapi

dengan kran bagian bawahnya).

d. Soxhletasi

Suatu metode dengan cara menetapkan sampel pada sarung

selulosa dalam wadah yang ditempatkan di atas labu dan di bawah

kondensor dengan menggunakan pelarut yang sesuai.

e. Reflux dan destilasi uap

Reflux adalah metode ekstraksi dengan cara memasukan

sampel bersama dengan pelarut ke dalam labu yang dihubungkan

dengan kondensor, dan uap yang dihasilkan kembali lagi ke dalam

labu. Destilasi uap memiliki proses yang sama dan digunakan untuk

senyawa yang bersifat mudah menguap (Volatil).

f. Fraksinasi

Fraksinasi merupakan metode pemisahan yang menggunakan

polaritas dan ukuran molekul yang sama. Hasil dari fraksinasi

disebut fraksi. Fraksinasi dapat dilakukan dengan menggunakan

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

9

metode ekstraksi cair–cair. Ekstraksi cair–cair merupakan metode

yang sederhana, karena melibatkan pemilihan pelarut atau gabungan

pelarut yang akan melarutkan secara sempurna senyawa yang akan

dianalisis dan melarutkan sedikit senyawa lain yang akan

mengganggu proses analisis (Sudjadi, 2007).

Jenis ekstraksi, waktu ekstraksi, suhu, sifat pelarut, polaritas,

dan konsentrasi pelarut merupakan faktor yang mempengaruhi

kuantitas dan komponen pengambilan senyawa yang didapat.

Pemilihan pelarut merupakan faktor keberhasilan di dalam

pengambilan senyawa. Pelarut yang baik memiliki sifat-sifat yaitu

toksisitas yang rendah, mudah diuapkan pada suhu rendah, memiliki

penyerapan fisiologis yang cepat dari ekstrak, dan sebagai pengawet.

Faktor yang mempengaruhi pelarut yaitu jumlah fitokimia

yang akan di ekstraksi, tingkat ekstraksi, keanekaragaman senyawa

yang akan di ekstraksi, keragaman senyawa penghambat yang akan

di ekstraksi, mudah dilakukan penanganan terhadap ekstrak. Prinsip

dasar pelarut yaitu pelarut dapat meningkatkan luas permukaan

ekstraksi, sehingga dapat meningkatkan ekstraksi (Pandey dan

Tripathi, 2014).

6. Skrining Fitokimia

Identifikasi senyawa kimia menurut (Setyowati et al., 2014).

Pertama yaitu alkaloid. Hasil positif dari uji alkaloid akan terbentuk

endapan putih. Endapan terjadi disebabkan adanya kompleks kalium-

alkaloid, nitrogen dari alkaloid berikatan dengan K+

dari kalium

tetraiodomerkurat (II) membentuk kalium alkaloid kompleks yang

mengendap. Mekanisme alkaloid dengan reagen Mayer ditunjukan pada

Gambar 2.2.

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

10

Gambar 2.2 . Reaksi alkaloid dengan pereaksi Mayer (Setyowati et al., 2014)

Identifikasi senyawa yang kedua yaitu saponin. Hasil positif uji

saponin yaitu berbentuk buih. Timbulnya buih karena kombinasi rantai

sapogenin yang bersifat non polar dan rantai samping polar, sehingga

saponin akan terdistribusi ke bagian polar dan rantai sapogenin mengikat

udara sehingga menimbulkan buih (Novanti, 2016).

Identfikasi senyawa yang ketiga yaitu fenolat dan tanin. Hasil

positif jika tebentuk warna hijau gelap. Mekanisme reaksi tanin dengan

ion Fe3+

ditunjukan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Mekanisme reaksi tanin dan FeCl3 (Setyowati et al., 2014)

Keempat identifikasi senyawa golongan Flavonoid. Hasil positif

jika menjadi warna kuning kecoklatan, karena flavonoid merupakan

senyawa fenol yang akan berubah menjadi kuning kecoklatan bila di

tambah dengan amonia dan asam sulfat pekat.

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

11

Kelima uji terpenoid ini menggunakan uji salkoweski karena

adanya penambahan klorofom dengan asam sulfat pekat, maka akan

terbentuk lapisan coklat kemerahan jika hasilnya positif.

7. Spektra FTIR (Fourier Infrared Spectroscopy)

Spektra FTIR yaitu analisis karakterisasi dan identifikasi senyawa

yang didasarkan dengan sifat interaksi radiasi Inframerah dengan vibrasi

molekul. Spektra FTIR disebabkan oleh perubahan energi getaran yang

disertai dengan energi rotasi. Keuntungan menggunakan spektroskopi

FTIR yaitu relatif murah, cepat, dapat menentukan gugus fungsional

kimia dalam suatu sampel karena kelompok gugus fungsional yang

berbeda dapat menyerap karakteristik radiasi IR (Rakesh et al., 2014).

FTIR seperti sidik jari atau“ fingerprint” (Rohman, 2013). Analisis

FTIR, dapat memberikan informasi tentang senyawa yang belum

diketahui, menentukan kualitas sampel dan menentukan komponen

senyawa yang ada didalam suatu campuran (Krishna et al., 2013).

Macam-macam daerah FTIR seperti yang terlihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Daerah Spektra FTIR (Rakesh et al., 2014).

Daerah Wavelenght

(µm)

Wavenumber

(cm-1

) Frekuens (Hz) Aplikasi

Dekat 0,78 – 2,5 12.800 - 4000 3,8 x 1014

1,2 x 1014

analisis kuantitatif

Sedang 5 - 50 4000 - 200 1,2 x 1014

– 6

x 1012

identifikasi

kelompok

fungsional, analisis

kuantitatif dan

mendekteksi

ketidakmurnian

Jauh 50-100 200-10 6 x 1012

– 3 x

1011

analisis struktur

molekul

paling

banyak

digunakan

2,5 – 15 4000-670 1,2 x 1014

– 2

x 1013

Instrumen FTIR terdiri dari berbagai macam bagian, dimana

setiap bagian instrumen memiliki fungsi masing-masing. Instrumen FTIR

pada Gambar 2.4.

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

12

Gambar 2.4. Instrument FTIR (Chakraborty, 2016)

Instrumen FTIR (Chakraborty, 2016) terdiri dari:

a. Sumber

Menggunakan energi inframerah yang berasal dari black-

body source, kemudian sumber cahaya melewati suatu balok yang

mengendalikan jumlah energi.

b. Interferometer

Balok memasuki interferometer, sehingga terjadi pengkodean

spektral, dimana akan menghasilkan interferogram.

c. Sampel

Balok kemudian melewati suatu sampel, setelah itu sampel

mengalami transmisi/dipantulkan dari permukaan sampel, sehingga

mengalami penyerapan energi.

d. Detektor

Untuk membaca hasil serapan berupa interferogram khusus

yang dihasilkan

e. Komputer

Sinyal kemudian akan di digitalkan dan dikirimkan

kekomputer, dan akan menghasilkan data berupa spektrum hasil dari

analasis FTIR.

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

13

Teknik analisis FTIR (Rakesh et al, 2014) dibedakan menjadi :

a. Teknik KBr

Sampel sebanyak 0,5 sampai 10 mg ditumbuk halus dan

dicampur dengan campuran 100 mg bubuk kalium bromida kering

atau alkali halida lainnya. Tekanan diatur dengan cukup, dan

campuran di tekan kedalam campuran transparan. Spektrum IR

menunjukan pita 3450 cm-1

dan 1640 cm-1

.

b. Teknik ATR (Attenuated Total Reflectance)

Dapat digunakan untuk bahan-bahan padat dan cairan padat

yang sangat menyerap, seperti pelapis, bubuk, benang, perekat,

polimer dan sampel yang berair. Sampel ditempatkan dalam kontak

dekat dengan kristal indeks dengan densitas tinggi yang lebih padat

seperti seng selenida, thallium bromide –thallium iodida (KRS-5)

atau germanium. Keuntungan ATR yaitu memerlukan sedikit

sampel, teknik pengambilan sampel yang serbaguna.

Mekanisme ATR yaitu radiasi yang dilewatkan melalui hasil

cerminan kristal pada permukaan. Radiasi terjadi ketika radiasi

menyerap bahan yang ditempatkan pada kristal, sinar merah akan

menembus lapisan tipis dari permukaan dan kehilangan energi,

sehingga terjadi refleksi total inaktivaasi. Penetrasi sinar kedalam

suatu sampel dibagi menjadi radiasi sudut pandang, radiasi panjang

gelombang, indeks bias kristal, dan sampel. Sinar radiasi ketika

melewati ATR yang terdiri dari dua bagian yaitu ZnSe (indeks bias

2,69) dan berlian Krs-5 (indeks bias 2,42) dan indeks bias tertinggi

tergantung dari sampel. Kekuatan tekanan pada penggunaan ATR

juga harus diatur karena akan mempengaruhi hasil spektroskopi

(Sanches et al., 2013).

c. Specular Reflectance

Teknik nondestruktif dengan menggunakan lapisan tipis yang

selektif, dan tanpa dilakukan preparasi sampel. Metode ini seperti

cermin yang mengalami refleksi.

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

14

d. Reflectif membaur ( Spektra DRIFT)

Teknik yang digunakan untuk sampel bubuk dan memiliki

permukaan kasar, seperti batubara, kertas, dan kain. Teknik ini

menggunakan pantulan untuk mengumpulkan dan memfokuskan

kembali cahaya yang disebarkan dengan diffusent oleh cermin

ellipsoidal besar, specular dihilangkan. Teknik ini dinamakan

Refluctuse Inframerah Fourier Transfom Spectroscopy (DRIFTS).

e. Spektroscopi Photoaccoustic (PAS)

Metode ini digunakan untuk memeriksa sampel yang mudah

menyerap dan sulit dianalisis dengan teknik IR konvensional.

Keuntungan Spektrum PAS membutuhkan preparasi sampel yang

mudah, tidak lama dan tanpa kristal tunggal, dan serat tunggal.

Aplikasi analisis FTIR pada tumbuhan seperti pada Digitalis

purpurea yaitu untuk melihat profil digoksin, dan mendeteksi senyawa

yang terkandung didalamnya, Radix aconitii kusnezoffii merupakan

analisis menggunakan spektra FTIR dan 2D-IR untuk melihat perbedaan

khas dalam penyerapan puncak yang terdapat pada senyawa yang

terkandung, FTIR digunakan pada Angelica sinensis untuk melihat unsur

utama senyawa aktif yang digunakan sebagai pengobatan. Buchu oil,

aplikasi FTIR dari spektrofotometri lain yang dibandingkan, ternyata

memiliki hasil analisis senyawa yang baik. Chrysanthemum, aplikasi

FTIR digunakan untuk mengidentfiikasi senyawa utama dari berbagai

macam komponen senyawa yang terkandung didalam krisantin.

Gingseng digunakan untuk melihat perbedaan puncak atau profil dari

gingseng (Chakraborty, 2016) .

Menurut Anam et al (2007), Hasil analisis sidik jari FTIR

menjelaskan bahwa setiap pita serapan dengan puncak absorbansi

tertentu menunjukan ciri khas gugus tertentu. bisa dilihat pada

Tabel 2.4.

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

15

Tabel 2.4 Macam-macam bilangan gelombang pada setiap gugus fungsi (Anam et

al., 2007)

Gugus fungsi Bilangan gelombang

(cm-1

) Gugus fungsi

Bilangan gelombang

(cm-1

)

Karbonil 1700-2000 Alkena 1640-1680

Aldehida 1726-1740 Alcohol 3200-3600

Ester 1741-1750 Alkane 3020-3000

Amida 1630-1690 Eter 1120-1140

Acyl 1602 Ester 1000-1300

Aromatik 1650-1450 Asam karboksilat 3200-3600

8. Bakteri

Bakteri adalah mikroorganisme prokariotik, yang memiliki

ukuran 0,1 -1,0 µm. Bakteri memiliki berbagai macam bentuk seperti

bentuk coccus, bacillus, curve, dan spiral (Elliott et al., 2011). Struktur

bakteri dibagi menjadi dua yaitu struktur bakteri eksternal dan struktur

bakteri internal. Struktur bakteri eksternal terdiri dari glikokaliks, flagela,

filamen aksial, fimbria, dan pili. Struktur internal bakteri yaitu struktur

yang berada didalam dinding bakteri. Dinding bakteri terdapat

sitoplasma. Sitoplasma yaitu substansi yang paling dalam, dan berisi

enzim, air (80%), protein, karbohidrat, asam nukleat,dan lipid yang

membentuk suatu sistem koloid yang bersifat homogen (Pratiwi, 2008).

Fase pertumbuhan bakteri dibagi menjadi 4 (Elliott et al., 2011) yaitu :

a. Fase lag

Fase lag merupakan fase dimana ketika bakteri

dinokulumkan kedalam suatu media pertumbuhan bakteri.

b. Fase log

Fase log merupakan pertumbuhan yang bersifat exponensial,

media pertumbuhan menjadi lebih keruh sekitar 1 x 106 cell/mL.

c. Fase stationer

Fase stasioner merupakan suatu fase dimana tingkat

pertumbuhan bakteri melambat yang disebabkan habisnya nutrisi,

sehingga laju pembagian sel sama dengan laju kematian dan konstan.

d. Fase kematian / decline

Fase kematian yaitu suatu fase dimana kecepatan

pertumbuhan bakteri menurun, sehingga perhitungan bakteri

menurun (Elliott et al., 2011).

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

16

Bakteri dibagi menjadi dua macam yaitu bakteri gram positif dan

bakteri gram negatif. Bakteri gram positif yaitu memiliki dinding bakteri

yang tebal dan tersusun dari polipetidoglikan. Contoh : Bacillus,

Lactobacillus. Bakteri gram negatif yaitu dinding bakteri tersusun dari

lipopolisakarida. Contoh : E. coli, N. gonorrhea.

a. Bakteri Subtilis

Sistem klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : bacteria

Phylum : firmicutes

Kelas : bacilli

Ordo : bacillales

Family : bacillaleae

Genus : Bacillus

Species : subtillis (Madigan, 2008)

B. subtilis dapat diketahui mampu memproduksi lebih dari

24 jenis antibiotik dengan berbagai macam jenis struktur dan juga

bakteriosin. B. subtillis dapat menghasilkan spora ketika dalam

kondisi yang tidak memungkinkan (Sopyan et al., 2009).

b. Bakteri E. coli

Sistem klasifikasi sebagai berikut :

Divisio : Protophyta

Subdivisio : Schizomycetea

Kelas : Schizomycetes

ordo : Eubacteriaceae

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : coli

E.coli adalah salah satu jenis spesies bakteri gram negatif. E.

coli dapat mengakibatkan keracunan makanan, diare berdarah karena

mengandung toksin. Toksin bekerja dengan cara menghilangkan satu

basa adenin dari unit 28SrNA sehingga menghentikan sintesis

protein (Levinson, 2008). E. coli merupakan salah satu grup kliform

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

17

yang dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam

dan gas pada suhu 44°C, bersifat indol positif tidak dapat

menggunakan sitrat dan menghasilkan asam dari manitol pada suhu

37°C. E.coli bersifat aerob dan anerob dan tumbuh optimum pada

suhu 37°C (Raharjo, 2013).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ada dua

yaitu nutrisi dan media kultur. Nutrisi merupakan suatu substansi

yang di perlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi,

sedangkan media kultur yaitu digunakan untuk pertumbuhan

mikroorganisme (Pratiwi., 2008). Medium bakteri dibagi menjadi

tiga golongan yaitu simple media yang berisi pepton (polipetida dan

asam amino, enzim yang dicerna dari daging) dan ekstrak daging

(pelarut air dan pelrut lain yang melerutkan mineral, garam dan

vitamin). Contohnya yaitu NA/NB. Enriched media yaitu nutrisi

yang ditambahkan dan berasal dari isolasi bakteri. Contohnya agar

darah, dan selektif media contohnya manitol salt agar. (Elliott et al.,

2011).

Ada dua cara metode uji aktivitas antibakteri yaitu :

a. Metode Difusi

Uji difusi ini dilakukan dengan cara mengukur zona bening

yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan

pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dalam ekstrak

(Fadhillah, 2013).

b. Metode dilusi

Pada metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar

yang menurun secara bertahap, baik dengan menggunakan media

padat dan media cair.

1) Dilusi cair

Metode ini digunakan untuk mengukur kadar hambat

minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). Metode

pembuatannya dengan cara membuat seri pengenceran

antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

18

mikroba uji yang akan digunakan. Larutan uji antimikroba pada

kadar kecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan

ditetapkan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM).

Larutan yang ditetapkan sebagai KHM selanjutnya dikultur

ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair

yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai

KBM (Pratiwi, 2008).

2) Dilusi Padat

Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen

antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

mikroba uji (Pratiwi, 2008).

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian penapisan fitokimia, sidik jari FTIR, dan

aktivitas antibakteri daun nagasari (Mesua ferrea L.) dapat dilihat pada

Gambar 2.5.

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

19

Gambar 2.5. Kerangka Konsep

Ekstrak etanol biji nagasari memiliki aktivitas antibakteri terhadap

B. subtillis dan E. coli dengan MIC 240-980µg/ml (Adewale et

al.,2011), dan ekstrak etanol daun nagasari memiliki aktivitas

antibakteri terhadap E.coli dan Staphylococcus aureus dengan

diameter zona hambat sebesar 17, 25 mm (Phoung dan Nath, 2015)

Fraksi etanol air Fraksi n-heksana

Fraksinasi dengan metode cair-cair dilakukan dengan menggunakan

corong pisah. Pelarut yang digunakan yaitu etanol, etil asetat, dan

n-heksana.

Uji aktivitas antibakteri terhadap B. subtillis, dan E. coli

menggunakan metode difusi, dengan variasi konsentrasi

1000; 500; 250; 125; 62,5; 31,25; 15,3; 7,80; 3,90 µg/ml,

kemudian di ukur diameter zona hambat

Menghitung nilai MIC. MIC adalah konsentrasi terendah

penghambatan pertumbuhan bakteri dari fraksi etanol-air dan

etil asetat (Oh et al., 2013).

Fraksi etil asetat

Penapisan fitokimia dan sidik

jari FTIR

tidak dilanjutkan

Fraksi etanol-air dan etil asetat daun nagasari diduga memiliki

aktivitas antibakteri

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7714/3/BAB II.pdfContoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi,

20

E. Hipotesis

Fraksi etanol-air dan etil asetat dari ekstrak etanol daun nagasari

diduga memiliki aktivitas antibakteri.

Penapisan Fitokimia, Sidik Jari..., Anna Nurlativah, Fakultas Farmasi, UMP, 2018