bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9177/3/bab ii.pdf · dalam...
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Sosial Muhammadiyah
Istilah peran dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008 : 854)
mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak dalam permainan
makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat. Ketika istilah peran digunakan dalam
lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi atau mendapat posisi,
juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh pekerjaan tersebut.
Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari
pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus bahwa peranan menentukan
apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan
adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan yang melekat pada
diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat.
Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang
menunjukkan tempat individu dalam masyarakat. Peranan lebih banyak
menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi
seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu
peranan. Peranan mungkin mencangkup tiga hal, yaitu sebagai berikut:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
14
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan masyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2009 : 212-213).
Nama Muhammadiyah secara etimologi, berasal dari bahasa Arab
Muhammad, yakni Nabi dan Rasul Allah yang terakhir mendapatkan ya
nasabiyah berarti menjeniskan. Muhammadiyah berarti pengikut Muhammad
atau umat Nabi Muhammad SAW. Semua orang Islam yang mengakui bahwa
Nabi Muhammad merupakan Nabi yang terakhir dan utusan Allah SWT.
Secara terminologi, Muhammadiyah merupakan gerakan Islam,
dakwah amar ma’ruf nahi munkar (Q.S.Ali Imran : 104), yang didirikan oleh
KH. Ahmad Dahlan 18 November 1912 di Yogyakarta, berazaskan Islam,
bersumber pada Al- Qur’an dan Sunah. Pemberian nama Muhammadiyah
dengan maksud berpengharapan baik (bertafa’ul), mencontoh dan
menteladani jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW. Semua dimaksudkan
agar terwujudnya kejayaan Islam, sebagai idealitas dan kemuliaan hidup umat
Islam sebagai realitas.
Latarbelakang berdirinya gerakan ini didasari pandangan Kiai Ahmad
Dahlan terhadap umat Islam pada saat itu berada dalam keadaan jumud, beku
dan penuh dengan amalan-amalan mistik, maka beliau tergerak hatinya untuk
mengajak mereka kembali pada ajaran Islam yang sebenarnya.
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
15
KH Ahmad Dahlan memberikan pengertian keagamaan dirumahnya,
walaupun awalnya terjadi penolakan namun berkat kerja keras dan
kesungguhannya dia mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman
dekatnya. Pada awal terlaksananya pembelajaran, beliau mengulang Q.S. Al-
Ma’un terus-menerus hingga santri seakan merasa bosan. (Leyan Mustapa,
2014 : 136). Namun beliau tetap mengulangi dan memberi pengertian kepada
para santrinya, sehingga QS. Al-Ma’un dapat dikatakan sebagai ideologi awal
pergerakan pembaharuan Islam ini.
Muhammadiyah sejak awal berdiri memposisikan diri sebagai gerakan
sosial keagamaan yang memfokuskan diri pada kerja- kerja sosial seperti
halnya pendidikan, keagamaan, dan kesejahteraan masyarakat. Karena
gerakan sosial yang berwajah kultural dan transformatif itu, maka
Muhammadiyah sebagai gerakan yang mudah diterima, dan meluas dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yang mendambakan pembaharuan.
Muhammadiyah menjadi ideologi pergerakan bagi perubahan kehidupan
masyarakat.
Alwi Shihab dalam Zuly Qadir (2004 : 1) mengatakan bahwa sebagai
gerakan sosial, Muhammadiyah sepanjang sejarahnya telah menampilkan diri
sebagai sebuah fenomena gerakan dalam kehidupan keagamaan yang unik di
Indonesia. Sebagai organisasi, Muhammadiyah telah membuktikan bahwa dia
bukanlah sekadar gerakan pendidikan, atau khusus sosial keagamaan,
melainkan juga gerakan yang sangat aktif mendorong kebangkitan kembali
masyarakat muslim Indonesia.
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
16
Alwi Shihab juga memandang Muhammadiyah sebenarnya memiliki
sekurang-kurangnya empat peran penting yang antara satu dengan lainnya
sangat terkait. Keempat tersebut adalah; sebagai agen gerakan pembaruan;
sebagai agen perubahan sosial; sebagai kekuatan sosial politik; dan juga
sebagai gerakan “membendung secara aktif” misi-misi Kristenisasi di
Indonesia. (Qadir, 2004 : 2)
Surah Al-Ma’un merupakan basis ideologi perjuangan yang
memberikan landasan keberpihakan kepada kaum lemah (dhu’afa’) dan
kaum. teraniaya (mustadl’afin). Semangat Al-Ma’un merupakan dasar pijakan
dalam pengembangan awal gerakan “PKO-Penolong Kesengsaraan Oemoem”
dengan tokoh H.M Soedja’ pada tahun 1920. (Iskandar dkk, 2014 : 4). PKO
berkembang hingga sekarang yang biasa disebut sebagai Amal Usaha
Muhammadiyah (AUM).
Berikut adalah data Amal Usaha Muhammadiyah seperti yang
dilansir dari situs web resmi Muhammadiyah (2017) :
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
17
Tabel 1 Data Amal Usaha Muhammadiyah di Indonesia tahun 2017
No Jenis Amal Usaha Jumlah
1 TK/TPQ 4.623
2 Sekolah Dasar (SD)/MI 2.252
3 Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs 1.111
4 Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA 1.291
5 Pondok Pesantren 67
6 Jumlah total Perguruan tinggi Muhammadiyah 171
7 Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll 2.119
8 Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll. 318
9 Panti jompo * 54
10 Rehabilitasi Cacat * 82
11 Sekolah Luar Biasa (SLB) * 71
12 Masjid * 6.118
13 Musholla * 5.080
14 Tanah * 20.945.504 M²
Sumber: PP Muhammadiyah
Semangat Al-Ma’un diterjemahkan kembali sebagai basis dalam
gerakan penanggulangan bencana (LPB PP Muhammadiyah, 2012 : 2).
Penerjemahan tersebut disesuaikan dengan munculnya gagasan yakni
“Baldatun Thayyibatun wa Robbun Ghafur” tentang pembentukan civil
society atau masyarakat sipil atau masyarakat madani atau masyarakat yang
beradab. Masyarakat madani yang dimaksud dalam hal ini adalah masyarakat
yang terbuka dan bermartabat. Prasyarat yang seharusnya ada dalam
masyarakat madani adalah penempatan teknologi dan ilmu pengetahuan
sebagai basis gerakan.
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
18
B. Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC)
1. Pengertian MDMC
Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) atau
Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah merupakan lembaga
lintas sektor dan multi disiplin di dalam persyarikatan Muhammadiyah
yang melakukan upaya penyadaran dan pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana sejalan dengan UU No.24 2007 tentang Penanggulangan
Bencana yang dilakukan terarah mulai pra-bencana, saat tanggap darurat
dan paska bencana.(Adhitya, 2009 : 14)
Setelah Tsunami 2004, Muhammadiyah melembagakan gerakan
Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) melalui Lembaga
Penanggulangan Bencana (LPB) Muhammadiyah atau Muhammadiyah
Disaster Management Center (MDMC). MDMC pada sejatinya adalah
merupakan manifestasi atau pengejawantahan dari semangat PKO yang
dahulu memang menjadi core Muhammadiyah dalam menolong sesama
tanpa pamrih. Bergiat sebagai relawan penanggulangan bencana adalah
tugas suci yang dedikasinya bukan semata pada sesama manusia tetapi
juga dedikasi terhadap pencipta alam.( LAZISMU, 2016 : 30)
2. Sejarah MDMC
Bencana bisa memiliki dampak yang luas pada sebuah Negara,
Pemerintah, dan rakyatnya. Karena itu, tanggung jawab utama
penanganan bencana harus berada di tangan Negara. Sementara pihak di
luar Negara, seperti organisasi-organisasi non-Pemerintah, sektor swasta,
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
19
masyarakat sipil, dan Lembaga-Lembaga internasional merupakan mitra
kerja Negara atau Pemerintah yang berperan serta dalam mempercepat
dan menyempurnakan proses penanggulangan bencana di Indonesia.
Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan
merasa terpanggil untuk ikut berperan serta aktif dalam upaya
penanganan bencana. (LPB PP Muhammadiyah, 2012 : 2)
Peran serta aktif dari Persyarikatan Muhammadiyah dalam
“menolong kesengsaraan” disusun dalam suatu sistem penanganan
bencana. Sistem penanganan bencana tersebut haruslah sistem yang
benar-benar lentur dan dapat meningkatkan peran serta Majelis,
Lembaga, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), Organisasi Otonom
(Ortom), dan elemen penting dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
Fungsi utama sistem penanganan bencana adalah untuk memastikan
bahwa sumber daya dan kerja dari Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom
atau Amal Usaha Muhammadiyah terkoordinasi dengan baik untuk
melakukan usaha terbaik penanggulangan bencana. (LPB PP
Muhammadiyah, 2012 : 2)
Di dunia Internasional Muhammadiyah dianggap sebagai pilar
Islam Moderat dan tonggak demokrasi di Indonesia. Banyak yang ingin
membantu dan bekerjasama, salah satunya organisasi-organisasi yang
tergabung dalam Humanitarian Forum Indonesia (HFI). Muhammadiyah
menjadi salah satu dari inisiator organisasi ini. Isu bencana dalam
community based disaster reduction management (CBDRM) merupakan
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
20
bagian dari strategi makro Muhammadiyah sebagai Islamic Society/Civil
Society yang bertumpu pada konsep surat Al-Ma’un, yang mengandung
proses (1). Karitatif, (2). Pemberdayaan, (3). Takaful (modal sosial),
(4).Ketahanan sosial, (5). Masyarakat yang beradab (civil society). (LPB
PP Muhammadiyah, 2012 : 4)
Pada tahun 2007 Pimpinan Pusat Muhammadiyah membentuk
Pusat Penanggulangan Bencana dengan mengeluarkan Surat Keputusan
Nomor: 58/KEP/I.0/2007 tentang penetapan Pengurus dengan ketua
Dr.H.M. Natsir Nugroho, Sp.OG, M.Kes. Pembentukan ini berdasar
rekomendasi Internal Pasal 1 keputusan Muktamar Muhammadiyah 45
tahun 2005. Pada periode 2010-2015 Pimpinan Pusat Muhammadiyah
merubah menjadi Lembaga Penanggulangan Bencana dengan kedudukan
setingkat Majelis dengan Ketua H. Budi Setiawan, S.T. dan
berkedudukan di Kota Yogyakarta. (LPB PP Muhammadiyah, 2012 : 5)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah memutuskan bahwa Pusat
Penanggulangan Bencana yang telah dibentuk pada tahun 2007, pada
periode 2010-2015 dirubah menjadi Lembaga Penanggulangan Bencana,
sehingga kedudukannya menjadi lebih kuat karena menjadi instusi yang
langsung berada di bawah koordinasi Pimpinan Muhammadiyah sebagai
Unsur Pembantu Pimpinan (Pasal 20, Anggaran Dasar Muhammadiyah
dan SK PP Muhammadiyah 120/KEP/I.0/B/2006 tentang Qoidah Unsur
Pembantu Pimpinan Persyarikatan). Sementara sebutan dalam bahasa
Inggris Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) tetap
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
21
dipertahankan. Dasar pembentukannya adalah Keputusan Muktamar
Muhammadiyah ke-46 tahun 2010 yang dirilis (tanfidz) dalam Berita
Resmi Muhammadiyah No. 1/2010-2015. (LPB PP Muhammadiyah,
2012 : 6)
3. Logo
Gambar 1 Logo inti MDMC
Sumber : LPB PP Muhammadiyah
MDMC mengkoordinasikan relawan penanggulangan bencana
dari jaringan Muhammadiyah dengan berbagai latar belakang
kompetensi. Relawan yang dikoordinasikan baik dari unsur relawan
terlatih maupun relawan komunitas / lokal yang bergabung dalam satu
kejadian bencana tertentu .
Relawan terlatih terdiri dari :
a. Relawan Search And Rescue (SAR) yang disebut SAR
Muhammadiyah, berasal dari anggota Pemuda
Muhammadiyah/KOKAM, Mapala PTM dengan pelatihan tertentu.
b. Relawan Disaster Medic Commite (DMC) , berasal dari Rumah
Sakit Muhammadiyah / 'Aisyiyah dengan pelatihan tertentu
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
22
c. Relawan Psikososial, berasal dari Psikolog perguruan tinggi
Muhammadiyah, mahasiswa, kader IMM, IPM, dan NA dengan
pelatihan tertentu
d. Relawan Community Development, bertugas mengorganisasi
komunitas pasca bencana. Berasal dari rekruitmen berbagai unsur
Muhammadiyah dengan pelatihan tertentu. (LAZISMU, 2016 : 49)
Gambar 2 Logo tiap bidang MDMC
Sumber: Laporan akhir MDMC Banjarnegara
4. Peran, Tanggung jawab dan Nilai-nilai
a) Peran Lembaga Penanggulangan Bencana:
1) Membangun kesadaran
2) Mediator perubahan perilaku
3) Membangun partisipasi masyarakat/komunitas
4) Membangun nilai, budaya dan pranata ketahanan masyarakat
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
23
b) Tanggung jawab yang harus diemban Lembaga Penanggulangan
Bencana yakni melaksanakan amanah Illahi (hablun minallah) dan
menolong kesengsaraan umum (hablun minannas)
c) Nilai-nilai filosofis Lembaga Penanggulangan Bencana yang dianut
adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamiin), berkeadilan
dan profesional. (LPB PP Muhammadiyah, 2012 : 9)
C. Pendidikan Anak di Lokasi Bencana
1. Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik” dengan kata imbuhan pe- dan
–an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
atau proses, cara, perbuatan mendidik.
John Dewey dalam Wahyudiana (2012 : 5) berpandangan
pendidikan adalah sebagai proses pembentukan kemampuan dasar secara
fundamental, yang menyangkut daya fikir(intelektual) maupun daya rasa
(emosi) manusia. Selanjutnya Wahyudiana mengartikan pendidikan
sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha dari manusia
dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing,
melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar
pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi sadar dan
bertanggungjawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai
dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaanya.
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
24
Poerbakawatja dan Harahap seperti yang dikutip Muhibbin Syah
(2010 : 11) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha secara sengaja dari
orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke
kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab
moril dari segala perbuatannya.
UU Sistem Pendidikan Nasional 2003 Bab II Pasal 3
dikemukakan tentang tujuan pendidikan nasional yakni untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.
Gambar 3. Skema proses pendidikan
Sumber: Abin Syamsudin(1986) dalam Sukewi Sugito (1994 : 4)
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
25
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan suatu rangkaian proses untuk mengarahkan peserta didik ke
arah yang lebih baik dalam menjalani kehidupannya.Pendidikan dapat
diartikan suatu sistem artinya keseluruhan yang terdiri dari komponen-
komponen yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya secara
keseluruhan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem
proses pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya proses
pendidikan. (Nata, 2014 : 313)
Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:
a. Tujuan pendidikan
Tujuan merupakan pedoman dan sekaligus sasaran yang akan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar ( Nata, 2009 : 314).
Tujuan adalah dunia cita, yaitu suasana ideal yang ingin
diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan suasana itu nampak pada
tujuan akhir (ultimate aims of education) (Wahyudiana, 2012 :
45). Tujuan sangat diperlukan dalam dunia pendidikan terutama
untuk menentukan arah pendidikan yang akan berlangsung.
b. Peserta didik
Abuddin Nata (2009 : 316) menguraikan bahwa peserta didik
adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang
tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
26
sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu
pengetahuan, berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian,
berakhlak mulia, dan mandiri.
Anak didik, dilihat dari sudut kedudukannya adalah makhluk yang
sedang berada dalam proses perkembangan menurut fitrahnya
masing-masing. Mereka perlu bimbingan dan pengarahan yang
konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan arahnya
(Wahyudiana, 2012 : 55). Inti dari pengertian tersebut yakni orang
yang memerlukan pengetahuan untuk merubah hidupnya.
c. Pendidik
Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab XI pasal 39 tentang Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga
professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di
perguruan tinggi. Namun secara fungsional pendidik adalah
seseorang yang melakukan kegiatan dan memberikan
pengetahuan, ketrampilan, pengalaman,dsb (Wahyudiana, 2012 :
48)
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
27
d. Bahan atau materi pelajaran
Syaiful Bahri Djamarah, dkk (2006 : 43) menerangkan materi
pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam
proses belajar mengajar. Tanpa materi pembelajaran proses belajar
mengajar tidak akan berjalan. Materi pembelajaran disusun secara
sistematis dengan mengikuti prinsip psikologi. Agar materi
pembelajaran itu dapat mencerminkan target yang jelas dari
perilaku siswa setelah mengalami proses belajar mengajar.
e. Pendekatan dan metode
Konsep atau prinsip pendidikan individualistis, sosialis, dan
prinsip keseimbangan menimbulkan aliran dalam pendekatan
pendekatan yakni pendekatan individualistis, pendekatan
kelompok, pendekatan campuran, dan pendekatan edukatif lainnya
( Nata, 2009 : 152).
Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah
yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemkiran,
atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta
didasarkan pada teori, konsep, dan prinsip tertentu yang terdapat
dalam berbagai disiplin ilmu terkait, terutama psikologi,
manajemen, dan sisiologi. Ilmu-ilmu tersebut erat kaitannya
dengan metode karena di dalamnya dijumpai pembahasan tentang
jiwa dan perkembangan manusia sebagai salah satu pertimbangan
dalam menyampaikan teori, konsep, dan wawasan
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
28
kepadanya.(Nata, 2009 : 176). Metode pembelajaran merupakan
cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, dan memberi
latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
f. Media atau alat
Kata “Media” berasal dari bahasa latin yang merupakan
bentuk jamak dari “medium”, secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Association for Education and Communication
Technology (AECT), mengartikan kata media sebagai segala
bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses informasi.
National Education Association (NEA) mendefinisikan media
sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,
didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang
dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Sedangkan Heinich, dkk
(1982) mengartikan istilah media sebagai “the term refer to
anything that carries information between a source and a
receiver”. (Nurseto, 2011 : 20)
Abuddin Nata (2009 : 310) menjelaskan bahwa alat pengajaran
adalah setiap peralatan yang dapat menunjang efektivitas dan
efisiensi pengajaran. Karena sifatnya yang demikian itu, maka
sebagian orang ada yang berpendapat atau menyebutkan alat
pengajaran sebagai sarana belajar atau sarana pengajaran.
Media dan alat pembelajaran secara umum adalah alat bantu
proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
29
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan
atau ketrampilan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar.
g. Evaluasi
Petty dalam Muhibbin Syah (2010 : 140) berpendapat bahwa
evaluasi berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar yang
pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
2. Anak
Menurut UU Nomor 23 tahun 2002 anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Sedangkan Elizabeth B. Hurlock menerangkan masa anak-anak dimulai
setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yaitu kira-kira
pada usia dua tahun sampai matang secara seksual, mereka akan beralih
kemudian bertemu dengan masa remaja. Pada masa remaja mereka akan
menghadapi perubahan fisik dan psikologis secara drastis. Kemudian
berdasarkan ajaran Islam anak adalah seseorang yang belum mencapai
baligh, yaitu perubahan secara seksualitas yang ditandai dengan mimpi
basah bagi anak laki-laki dan menstruasi bagi perempuan.
Muhibbin Syah (2010 : 50) menerangkan masa anak-anak (late
childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri
utama sebagai berikut :
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
30
a. Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok
sebaya (peer group)
b. Keadaan fisik yang memungkinkan /mendorong anak memasuki dunia
permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani
c. Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika,
simbol,dan komunikasi yang luas
Tugas-tugas perkembangan pada masa anak-anak meliputi kegiatan
belajar dan mengembangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti
lompat jauh,lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran , dan
seterusnya
b. Membina sikap yang sehat (positif terhadap dirinya sendiri sebagai
seorang individu yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang
harga diri (self-esteem) dan kemampuan diri (self efficacy)
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral
yang berkembang di masyarakat
d. Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria)
dan sebagai seorang wanita (jika ia seorang wanita)
e. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan
berhitung ( matematika atau aritmetika)
f. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
31
g. Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan
keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya
h. Mengembangkan sikap objektif/ lugas baik positif maupun negatif
terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan, dan
i. Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga
menjadi dirinya sendiri yang independen (mandiri) dan bertanggung
jawab)
Menurut Hurlock, kegagalan tugas-tugas perkembangan dalam
suatu tahapan perkembangan akan mengakibatkan konsekuensi-
konsekuensi yang serius. Salah satu konsekuensinya adalah adanya
tekanan-tekanan sosial yang tidak dapat dihindari (Hartini, 2011 : 48).
3. Pendidikan Anak di Lokasi Bencana
Asian Disaster Reduction Centre dan The United Nations
mendefinisikan bencana sebagai suatu gangguan serius terhadap fungsi
masyarakat yang merugikan manusia, material, atau lingkungan yang
luas melebihi kemampuan masyarakat yang terkena dampak dan harus
mereka hadapi menggunakan sumber daya yang dimiliki (Karimah, 2015
: 3).
Bencana dalam konteks Muhammadiyah diartikan didefinisikan
sebagai “ gangguan serius yang disebabkan baik oleh faktor alam
maupun faktor manusia, yang bisa melumpuhkan fungsi-fungsi
masyarakat yang dibangun untuk menopang keberlangsungan hidup,
melindungi aset-aset, kelestarian lingkungan dan menjamin martabatnya
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
32
sebagai manusia, sebagai bagian dari perintah agama”. (Majelis Tarjih
dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2015 : 11)
UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
mendefinisikan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Anak merupakan individu berbentuk kecil dalam lingkup
masyarakat. Anak-anak rentan terkena gangguan serius terutama dalam
aspek kejiwaan. Kondisi demikian mengharuskan anak-anak beradaptasi
dengan keadaan yang dialaminya sesulit apa pun. Menurut Pasal 6 ayat
(1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, anak-
anak wajib belajar 9 tahun. Sehingga anak-anak harus tetap belajar
meskipun kehilangan harta benda dan orang yang dikasihinya.
Berdasarkan hasil penelitian Kliewer et al seperti yang dikutip
Hartini (2012 : 45) disebutkan bahwa pembangunan pola pembelajaran
merupakan intervensi psikologis dan proses kognitif penting yang dapat
mengembalikan anak dan remaja pada kemampuan penyesuaian sosial
pasca trauma. Pentingnya pembangunan pola pembelajaran dilakukan
sedini mungkin pasca bencana, agar anak-anak tidak terbawa kepada
penyimpangan perilaku sebagai dampak dari bencana. Yang dimaksud
dengan kegiatan intervensi psikologis adalah pemberian pertolongan
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
33
kepada masyarakat untuk meringankan beban psikologis akibat bencana
dan mencegah terjadinya dampak psikologis lebih lanjut yang mengarah
kepada gangguan mental. Intervensi diberikan oleh profesional. (BNPB,
2008 : 20)
Sebagai contoh kasus yang telah terjadi di Aceh yakni pasca
bencana tsunami yang telah meluluhlantahkan sebagian besar daratan.
Hartini (2012 : 51) dalam penelitiannya terhadap remaja, menyimpulkan
bahwa pasca tsunami tersebut terjadi penurunan motivasi remaja untuk
melanjutkan sekolah. Hal ini yang perlu dihindari bagi generasi
muda,karena bagaimanapun juga keberhasilan personal ataupun suatu
bangsa ditentukan dari pendidikan yang ditempuh.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas tentang peran MDMC dalam pendidikan
masih sulit ditemukan, karena jenis penelitian ini belum ada maka topik ini
menarik untuk dikaji. Namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat
menjadi rujukan peneliti, diantaranya :
Pertama, penelitian oleh Resa Karimah,Mahasiswi UIN Sunan
Kalijaga, tahun 2015, judul penelitiannya “Trauma Healing oleh
Muhammadiyah Disaster Management Center Untuk Anak Korban Bencana (
Studi Kasus Bencana Tanah Longsor Di Desa Sampang, Kecamatan
Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah 2014)”. Pada penelitiannya
dijelaskan mengenai peran MDMC dalam mengatasi trauma pada anak-anak
yang terkena dampak bencana tanah longsor dimana ada dua jenis pendekatan
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
34
yakni pendekatan individu dan kelompok. Kemudian dampak dilakukan
tersebut adalah anak-anak kembali ceria.
Kedua, penelitian berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Dakwah
LEMBKOTA dalam Menumbuhkan Rasa Aman dan Motivasi Kehidupan
Korban Gempa tektonik Klaten 2006 ( Tinjauan Perspektif BPI) “ oleh Yitno
Mahasiswa IAIN Walisongo, tahun 2007. Penelitiannya menjelaskan aktifitas
pendampingan korban gempa tektonik Klaten 2006 yang dilaksanakan
LEMBKOTA (lembaga bimbingan dan konsultasi tasawuf) berupa ceramah
agama, pembagian jatah hidup, kegiatan untuk anak-anak (permainan) dan
lomba-lomba, penyuluhan kepada masyarakat, kegiatan belajar mengajar
TPQ dan sekolah formal, dan penyembuhan trauma “trauma healing”
terhadap persoalan yang dihadapi anak, remaja maupun dewasa masyarakat
korban gempa tektonik di Desa Krakitan Kecamatan Bayat, Kabupaten
Klaten yang tujuannya memberikan rasa aman dan motivasi hidup.
Ketiga, Jurnal Penelitian berjudul “Remaja Nangroe Aceh Darussalam
Pasca Tsunami” oleh Nurul Hartini, dosen Psikologi Universitas Airlangga.
Jurnal tersebut menjelaskan hasil penelitiannya terhadap keadaan sosial
remaja pasca tsunami yakni terjadinya penurunan motivasi bersekolah,
peningkatan perilaku konsumtif, dan penurunan motivasi belajar kesenian dan
budaya Aceh sendiri. Penelitian tersebut dilaksanakan pada tahun 2011 yang
berarti pada saat kejadian tsunami 2004, para remaja tersebut masih anak-
anak.
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
35
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
peran, lokasi, dan bencana. Pada penelitian sebelumnya berbicara mengenai
trauma healing yang dilakukan MDMC sedangkan penelitian ini mengkaji
upaya-upaya MDMC dalam pendidikan anak. Selain itu penelitian yang
kedua mengkaji peran lembaga yang berbeda dan di lokasi yang berbeda.
Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018