bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/bab ii_muhamad reza...

12
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Transportasi merupakan kegiatan yang dilakukan pada tat guna lahan yang hubunganya dikembangkan untuk lebih memahami hubungan yang terjadi dalam suatu kota, yaitu antara tata guna lahan (kegiatan), transportasi (jaringan), dan lalu lintas (pergerakan). Model tersebut harus dengan mudah dapat dimodifikasi dan diperbaiki secara terus menerus. Hal ini sering dilakukan oleh pemerintahan untuk meramalkan arus lalu lintas yang nantinya menjadi dasar perencanaan investasi untuk suatu fasilitas tranportasi yang baru. Kebutuhan transportasi dipicu karena adanya interaksi antara aktivitas sosial dan ekonomi yang tersebar didalam ruang atau tata guna lahan. Penyebaran aktivitas dan pola interaksi yang demikian komplek menimbulkan permasalahan yang sangat beragam dan banyak faktor penentu yang harus dipertimbangkan (Button, 1993:123, dalam Anonim, 2013). Transportasi untuk orang atau barang umumnya tidak dilakukan hanya untuk keinginan itu saja, tetapi untuk untuk mencapai tujuan lainnya. Dengan demikian kebutuhan transportasi dapat disebut sebagai kebutuhan ikutan (derived demand) yang berasal dari kebutuhan untuk semua komoditi atau pelayanan (Morlok, 1985:87 dalam Anonim 2013). Secara sederhana transportasi dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat asal ketempat tujuan tanpa mngalami kerusakan dan tepat waktu. Produk dari transportasi adalah jasa angkutan yang dihasilkan dari suatu proses pemindahan dengan tujuan untuk menciptakan suatu barang atau komoditi berguna menurut tempat (place utility) dan berguna menurut waktu (time utility). Jadi dengan transportasi suatu barang dan komoditi dapat difanfaatkan pada waktu dibutuhkan. Menurut Papacosta (1987:33, dalam Anonim 2013), tranportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan orang atau barang Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Upload: phamanh

Post on 28-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Umum

Transportasi merupakan kegiatan yang dilakukan pada tat guna lahan

yang hubunganya dikembangkan untuk lebih memahami hubungan yang

terjadi dalam suatu kota, yaitu antara tata guna lahan (kegiatan), transportasi

(jaringan), dan lalu lintas (pergerakan). Model tersebut harus dengan mudah

dapat dimodifikasi dan diperbaiki secara terus menerus. Hal ini sering

dilakukan oleh pemerintahan untuk meramalkan arus lalu lintas yang

nantinya menjadi dasar perencanaan investasi untuk suatu fasilitas

tranportasi yang baru.

Kebutuhan transportasi dipicu karena adanya interaksi antara aktivitas

sosial dan ekonomi yang tersebar didalam ruang atau tata guna lahan.

Penyebaran aktivitas dan pola interaksi yang demikian komplek

menimbulkan permasalahan yang sangat beragam dan banyak faktor

penentu yang harus dipertimbangkan (Button, 1993:123, dalam Anonim,

2013). Transportasi untuk orang atau barang umumnya tidak dilakukan

hanya untuk keinginan itu saja, tetapi untuk untuk mencapai tujuan lainnya.

Dengan demikian kebutuhan transportasi dapat disebut sebagai kebutuhan

ikutan (derived demand) yang berasal dari kebutuhan untuk semua komoditi

atau pelayanan (Morlok, 1985:87 dalam Anonim 2013).

Secara sederhana transportasi dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan

yang dilakukan untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat

asal ketempat tujuan tanpa mngalami kerusakan dan tepat waktu. Produk

dari transportasi adalah jasa angkutan yang dihasilkan dari suatu proses

pemindahan dengan tujuan untuk menciptakan suatu barang atau komoditi

berguna menurut tempat (place utility) dan berguna menurut waktu (time

utility). Jadi dengan transportasi suatu barang dan komoditi dapat

difanfaatkan pada waktu dibutuhkan.

Menurut Papacosta (1987:33, dalam Anonim 2013), tranportasi

didefinisikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan orang atau barang

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

6

dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien dalam setiap

waktu untuk mendukung aktivitas yang diperlukan manusia. Nasution,

(1996:97 dalam Anonim 2013) berpendapat bahwa transportasi sebagai

perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tujuan dan dalam

hubungan tersebut terlihat tiga hal berikut; (a) ada muatan yang diangkut;

(b) tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya; (c) ada jalan yang dilalui.

Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal dimana

pengangkutan dimulai, ketempat tujuan dimana kegiatan diakhiri.

Menurut Tamin (1997:22-29), sistem transportasi secara makro terdiri

dari beberapa sistem makro, yaitu; (a) sistem kegiatan; (b) sistem jaringan;

(c) sistem pergerakan; dan (d) sistem kelembagaan. Masing-masing sistem

tersebut saling terkait satu sama lainnya. Sistem transportasi makro tersebut

terlihat pada gambar berikut:

Sistem Kelembagaan

Sumber : Tamin (1995hjk)

Gambar 2.1 Sistem Transportasi Makro

Dari Sistem Transportasi Makro tersebut, dapat dijelaskan bahwa

interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan mengahasilkan

suatu pergerakan manusia ataupun barang dalam bentuk pergerakan

kendaraan. Perubahan pada sistem kegiatan akan mempengaruhi sistem

jaringan melalui suatu perubahan pada tingkat pelayanan sistem pergerakan.

Perubahan pada sistem jaringan akan mempengaruhi sistem kegiatan

melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

Sistem

Kegiatan

Sistem

Jaringan

Sistem

Pergerakan

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

7

tersebut. Sistem pergerakan memegang peranan yang penting dalam

mengakomodasikan permintaan akan pergerakan yang dengan sendirinya

akan mempengaruhi sistem kegiatan dan jaringan yang ada. Keseluruhan

sistem tersebut diatur dalam suatu sistem kelembagaan.

B. Penelitian Terdahulu (Sebelumnya)

Tabel 2.1 Daftar Penelitian

No

Peneliti dan

Tahun Judul Variabel Metode Hasil 1 Karlina Triana,

2012

Pola

Persebaran

Rumah

Perdesaan dan

Kaitanya

Dengan

Mobilitas

penduduk Di

kecamatan

leuwidamar

kabupaten

lebak

Ketinggian,

Kemringan

Lereng,

Jaringan

Jalan,

Perairan

Darat, Pola

Persebaran

Rumah,

Mobilitas

Penduduk

Metode

Analisis

Keruangan

dan Statistik

1. Pola memanjang

paling banyak

terbentuk pada

wilayah rendah dan

wilayah pertengahan

dengan kemiringan

lereng datar hingga

miring. 2. Pola

mengelompok paling

banyak terbentuk

pada wilayah

pertengahan dengan

kemeringan lereng

agak curam. 3. Pola

menyebar paling

banyak dtemukan

pada wilayah

pertengahan dengan

kemringan lereng

agak miring hingga

agak curam

2 Maychard

Ryantirta

Pelambi, Sonny

Tilaar, Michael

M. Rengkung

Identifikasi

Pola Sebaran

Pemukiman

Terencana di

Kota Medan

Pemukiman

Terencana

Metode

Kuantitatif

dengan

Analisis

Deskriptif

dan

Tetangga

Terdekat

Pola yang dihasilkan

mengelompok atau

bergerombol di

setiap kecamatan

memiliki pola yang

sama selain

kecamatan yang

didalamnya tidak

memilik permukiman

terencana atau

tersebar tidak merata

(Random Pattern) di

kecamatan

Malalayang dan Paal

II.

3 Citra Ayu

Erwanasari

Analisis

Kondisi Fisik

Wilayah

Terhadap Pola

Keruangan

Lokasi

Perumahan

Kawasan

Aksesibilitas,

Topografi,

Penggunaan

Lahan

Metode

Survei

Lapangan

dengan

Analisis

Tetangga

Terdekat

1. Dari hasil

perhitungan metode

analisis tetangga

terdekat, pola

keruangan lokasi

perumahan kawasan

APY kabupaten

Sleman cenderung

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

8

Aglomerasi

Perkotaan

Yogyakarta

Di Kabupaten

Sleman

membentuk pola

mengelompok

dengan nilai indek

pola sebaran (T)

menunjukan angka

0,957 atau kurang 1.

2. Faktor yang

mempengaruhi

paling menetukan

adalah aksesibilitas.

3. Sebaran

Perumahan tidak

sesuai dengan

penggunaan lahan

asal tapi sesuai

dengan RTRW.

4 Ishak Kadir,

2010

Studi

Kebutuhan

dan Pola

Sebaran

Rumah Di

Kawasan

Permukiman

Kabupaten

Buton

Kebutuhan

Rumah, Pola

Sebaran

Metode

Analisis

Kategorisasi

Tipologi dan

Deskripsi

1. Kebutuhan kurang

ideal karena setiap

kopala keluarga

belum mempunyai

rumah sendiri-

sendiri. 2. Pola

pemusatan

permukiman

khususnya di

kecamatan

cenderung konsentrik

pada ibu kota

kecamatan terhadap

pusat-pusat

pelayanan jasa serta

perdagangan hal ini

dipengaruhi faktor

pencapaian terhadap

lokasi aktivitas kerja.

5 Mohamad Reza

Nurwinahyu,

2017

Analisis

Pengaruh Pola

Sebaran

Perumahan di

Kecamatan

Purwokerto

Utara

Terhadap

Aksesibilitas

Ke Pusat

Pemerintahan

Pola

Sebaran,

Aksesibilitas

Metode

Analisis

Tetangga

Terdekat

dengan

Metode

Deskripsi

C. Pengertian Ruang

Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan

Permukiman menyebutkan bahwa, Ruang adalah wadah yang meliputi

ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

9

sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,

melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan

sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan

fungsional.

1. Rumah

Rumah adalah bangungan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian dan sarana tempat tinggal keluarga.

2. Perumahan

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempal tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana lingkungan.

3. Permukiman

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan

tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Pemukim andalah penghuni suatu tempat atau rumah. Pemukim memiliki

arti seorang yang menghuni suatu tempat tinggal. Pemukiman adalah suatu

tindakan untuk memukimkan seseorang dalam suatu lokasi atau tempat

tinggal tertentu.

4. Pola ruang

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah

yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang

untuk fungsi budidaya.

D. Pengertian Perumahan

Perumahan adalah suatu area yang dibangun oleh pengembang

pemerintah, badan swasta, maupunswadaya yang diperuntukkan sebagai

lokasi hunian dengan beberapa kelompok bangunan rumah yang berfungsi

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

10

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi

dengan prasarana dan sarana lingkungan (UU No. 4 Tahun 1992).

E. Persebaran Kota

Berdasarkan pada penampakan morfologi kota serta jenis penyebaran

areal perkotaan yang ada, Hudson yang dikutip Yunus (1999, dalam

Pelambi, dkk) , mengemukakan beberapa alternatif model bentuk kota.

Secara garis besar ada 7 (tujuh) buah model bentuk kota yang disarankan,

yaitu:

1. Bentuk Satelit Dan Pusat-Pusat Baru (Satelite And Neighbourhood Plans).

2. Bentuk Stellar Atau Radial (Stellar Or Radial Plans).

3. Bentuk Cincin (Circuit Linier Or Ring Plans).

4. Bentuk Linier Bermanik (Bealded Linier Plans).

5. Bentuk Inti/Kompak (The Core Or Compact Plans).

6. Bentuk Memencar (Dispersed City Plans).

7. Bentuk Kota Bawah Tanah (Under Ground City Plans).

Gambar 2.2 Model Bentuk Kota

F. Teori Dasar

Untuk mengetahui pola penyebaran Perumahan di Kecamatan

Purwokerto Utara teori yang digunakan adalah teori analisis tetangga

terdekat yang dikemukakan oleh J. Clark dan F.C. Evans (Dalam Pelambi,

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

11

Tilaar, & Rengkung). Analisis tetangga terdekat merupakan salah satu

analisis yang digunakan untuk menjelaskan pola persebaran dari titik-titik

lokasi tempat dengan menggunakan perhitungan yang mempertimbangkan,

jarak, jumlah titik lokasi dan luas wilayah. Analisis ini memiliki hasil akhir

berupa indeks (T), Nilai indeks penyebaran tetangga terdekat sendiri

diperoleh melalui rumus :

............................................................................................. 1

Keterangan :

T = Indeks penyebaran tetangga terdekat.

Ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik

tetangganya yang terdekat

Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh jika semua titik

mempunyai pola acak.

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai Jh, yaitu :

Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik

mempunyai pola acak.

P = kepadatan titik dalam kilometer persegi

Sedangkan, untuk mendapatkan nilai P terlebih dahulu harus dicari

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sedangkan, untuk mendapatkan nilai P terlebih dahulu harus dicari

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

.......................................................................................................... 2

Keterangan:

P = Kepadatan penduduk atau kepadatan titik dalam

kilometer persegi.

N = Jumlah titik

A = Luas wilayah dalam kilometer persegi

Dalam melakukan analisis tetangga terdekat, perlu diperhatikan

beberapa tahapan penting sebagai berikut:

1) Menentukan batas wilayah yang akan diteliti.

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

12

2) Mengubah pola sebaran unit amatan dalam peta topografi menjadi pola

sebaran titik.

3) Memberi nomor urut untuk tiap titik, untuk mempermudah analisis.

4) Mengukur jarak terdekat pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang

lain yang merupakan tetangga terdekatnya.

5) Menghitung besar parameter tetangga terdekat.

Setelah melakukan perhitungan maka didapatkan nilai indeks (T),

selanjutnya nilai T diinterpretasikan dengan Continum Nearest Neighbour

Analysis yang berkisar antara 0 sampai 2,15. Jika T = I, pola persebarannya

dikatakan mengelompok. Jika T = II, pola persebarannya dikatakan acak.

Bila T = III, pola persebarannya dikatakan seragam. Kategori Indeks

Persebaran (T) :

I = Nilai T dari 0 – 0,7 adalah pola mengelompok atau bergerombol

(Cluster Pattern).

II = Nilai T dari 0,8 – 1,4 adalah pola acak atau tersebar tidak merata

(Random Pattern) .

III = Nilai T dari 1,5 – 2,15 adalah pola seragam atau tersebar merata

(Uniform /Dispersed Pattern).

Gambar 2.3 Pola Sebaran Analisis Tetangga terdekat

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

13

G. Pengertian Jalan

Jalan adalah suatu kepentingan vital yang harus terpenuhi pada zaman

sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, maka kebutuhan akan jalan

juga berkembang. Maka mulailah manusia berusaha memenuhi kebutuhan

tersebut.

Dalam rangka peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan

kehidupan bangsa, sesuai dengan UU. No. 13/1980 tentang jalan,

pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan yang menjurus ke arah

profesionalisme dalam bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun

daerah (Yuniarti dkk, 2013)

Menurut pendapat beberapa ahli transportasi, pengertian jalan adalah :

1. Jalan merupakan jalur yang disediakan untuk keperluan membangun jalan

yang tidak dapat lagi dipergunakan untuk keperluan lain (Honing, 1981)

2. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan

tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air,

kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel (UU No. 38 Tahun 2004)

3. Jalan merupakan bagian dari jalur gerak, median dan pemisah luar (MKJI,

1997).

4. Sedangkan yang dimaksud jalan raya adalah prasarana transportasi darat

yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada

permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah

dan/air, serta di atas permukaan air, kecuali kereta api, jalan lori, dan jalan

kabel.

Adapun tujuan umum pembuatan struktur jalan adalah untuk

mengurangi tegangan atau tekanan akibat beban roda sehingga mencapai

tingkat nilai yang dapat diterima oleh tanah yang menyokong struktur

tersebut.

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

14

H. Klasifikasi Jalan Menurut Status

1. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,

jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa.

2. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem

jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan

strategis nasional serta jalan tol.

3. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang

menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota, atau

antar ibukota kabupaten atau kota dan jalan strategis provinsi.

4. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer

yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang

menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibu

kota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal.

5. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang

menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat

pelayanan dengan persil, menghubungkan antara persil serta

menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota;

6. Jalan desa merupakan jalan yang menghubungkan antar permukiman.

I. Sistem Angkutan umum

Angkutan umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan

sistem sewa atau bayar yang terikat pada trayek tetap dan teratur. Untuk

mengimbangi dan menekan laju peningkatan pengguanaan angkutan pribadi

harus dilakukan perbaikan sistem angkutan umum berdasarkan kemampuan

angkut yang besar, kecepatan yang tinggi keamanan dan kenyamanan

perjalanan yang memadai dan karena digunakan secara massal, haruslah

dengan biaya perjalanan yang terjangkau jadi, harus ada sistem transportasi

baru yang tidak terikat oleh jalan raya yang memenuhi semua persyaratan

itu.

Permasalahan keterbatasan prasarana transportasi juga dapat diatasi

dengan mengembangkan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM). Pilihan

utama adalah penggunaan jenis moda transportasi kereta api yang

berkapasitas besar yang dibandingkan dengan moda transportasi jalan raya.

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

15

Kereta api juga dapat bergerak cepat dengan cara memisahkan

pergerakannya dengan sistem jaringan yang lain (dibawah atau diatas

tanah).

Karena penggunaan pribadi cenderung meningkat dengan berbagai

alasan, harus dilakukan usaha untuk memperbaiki keseimbangan sistem

transportasi secara menyeluruh. Tetapi, karena dana kurang mendukung

tentu harus ada prioritas yang diberikan dengan segala konskuensi yang

mengikutinya. Jalur pengumpan dapat dilayani oleh kendaraan yang lebih

kecil sesuai dengan karakteristik atau jalur prasarana jalan yang tersedia

sehingga ada pembagian fungsi pelayanan dalam sisitem transportasi

perkotaan. Bila jalur pengumpan tidak mencakup sampai

keperumahan/kepemukiman, barulah diperlukan angkutan lingkungan yang

masih sesuai dengan undang - undang yang berlaku. Jadi, yang terpenting

bukanlah jumlah kendaraan yang banyak tapi kelancaran perjalanan dan

frekuensi kedatangan kendaraan yang sesuai dan teratur serta tepat waktu.

J. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan

tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang

menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau

kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain

dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalu sistem jaringan

tranportasi (Black, 1981 dalam Tamin, 2000:32-33).

Aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai suatu tujuan yang

diimbangi dengan tata guna lahan yang ada untuk kemudahan menuju

layanan publik atau yang lainya (Litman, 2011).

Aksesibilitas berasal dari pola penggunaan lahan, yaitu distribusi

spasial yang potensial, besarnya kualitas dan karakter kegiatan yang

ditemukan di sana. Selanjutnya aksesibilitas itu berasal dari sistem

transportasi, yaitu jarak dan waktu yang ditempuh untuk mencapai setiap

tujuan dengan berbagai moda transportasi (Handy dan Niemeier, 1997

dalam Makri dan Carolin, ).

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4145/3/BAB II_MUHAMAD REZA N._TS'17.pdf · melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan

16

Oleh karena itu, diperlukan kinerja kuantitatif (terukur) yang dapat

menyatakan aksesibilitas atau kemudahan. Dengan adanya pernyataan

bahwa aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak dan waktu tempuh. Jika

suatu tempat berdekatan dengan tempat lainya, dikatakan aksesibilitas antar

kedua tempat tersebut tinggi maupun sebaliknya. Jadi, tata guna lahan yang

berbeda pasti mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas

tata guna lahan tersebut tersebar dalam ruang secara tidak merata.

Analisis Pengaruh Pola..., Mohamad Reza Nurwinahyu, Fakultas Teknik UMP, 2017