aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
1/52
AKSESIBILITAS DAN KEMUDAHANDALAM
PENGGUNAAN SARANA DAN PRASARANA
KOMISI NASIONAL LANJUT USIAJAKARTA 2010
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
2/52
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas perkenan dan bimbingan-NYA sehingga buku yang merupakan
informasi Aksesibilitas Dan Kemudahan Dalam Penggunaan Sarana
Dan Prasarana Bagi Lanjut Usiatelah tersusun.
Dengan keterbatasan yang dimiliki, tentunya dibutuhkan
perlakuan dan layanan khusus bagi para lanjut usia untuk
memudahkan mengakses layanan tersebut. Berbagai layanan dan
perlakuan khusus bagi lanjut usia telah ditetapkan melalui berbagai
peraturan dan perundang-undangan,
Sumber materi penulisan buku ini adalah berbagai Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan dan Surat Edaran Menteri
terkait dengan aksesibilitas dalam penggunaan sarana dan prasarana
bagi lanjut usia.
Tujuan penyusunan buku ini merupakan sarana sosialisasi untuk
meningkatkan implementasi berbagai peraturan dan perundang-
undangan yang telah ditetapkan dalam upaya memberikan kemudahanbagi lanjut usia dalam mengakses berbagai layanan serta sarana dan
prasarana umum.
Diharapkan dengan diterbitkannya buku ini, yang memuat
tentang sarana dan prasarana umum yang dapat diakses oleh lansia,
3. Demikian untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik baiknya.
Dikeluarkan di : JAKARTAPada tanggal : 20 APRIL 1999
MENTERI PERHUBUNGAN
Ttd
GIRI S. HADIHARDJONO
Salinan Surat Edaran ini disampaikan kepada:
1 Menteri Sekretaris Negara (untuk diketahui)2 Menteri Sosial (untuk diketahui);3 Sekretaris Jenderal (untuk diketahui);4 Inspektur Jenderal (untuk diketahui);5 Para Direktur Jenderal di lingkungan Dephub (untuk diketahui);6 Direktur Utama perum Kereta Api;
7 Direktur Utama Perum DAMRI;8 Direktur Utama (Persero) ASDP;9 Direktur Utama (Persero) PELNI;10 Direktur Utama (Persero) Garuda indonesia;11 Direktur Utama (Persero) Merpati Nusantara Airlines;12 DPP Organda (untuk diketahui);13 DPP Gapasdap (untuk diketahui);14 DPP INACA (untuk diketahui);
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
3/52
cii
Lampiran IV
SURAT EDARANNomor : SE 3/HK. 206/ PHB-99
TENTANG
PENYEMPURNAAN SURAT EDARAN MENTERIPERHUBUNGAN NOMOR SE 11/HK.206/PHB-97 TENTANG
PEMBERIAN REDUKSI KEPADA PARA LANJUT USIAYANG BERUMUR 65 TAHUN KE ATAS DALAM
MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN
1. berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa yang dimaksuddengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapaiusia 60 tahun ke atas.
2. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dilakukanpenyempurnaan Surat Edaran Menteri Perhubungan NomorSE 11/ HK.206/Phb-97 tanggal 2 Oktober 1997 pada angka1 yang semula reduksi (potongan) tarif angkutan sebesar20% diberikan kepada para lanjut usia yang berumur 65tahun ke atas diubah menjadi berumur 60 tahun ke atas.
akan dapat meningkatkan aksesibilitas layanan bagi lanjut usia,
sehingga lanjut usia menerima layanan sebagaimana mestinya. Selainitu juga diharapkan para pemangku kebijakan dapat memberikan
layanan kepada lanjut usia sesuai kapasitasnya.
Kami menyadari bahwa buku ini masih belum lengkap dan
sempurna, sehingga saran dan masukan dari semua pihak sangat
diharapkan dalam upaya memberikan informasi kepada lanjut usia,
sehingga dapat mengakses kemudahan dalam penggunaan sarana
dan prasarana pelayanan yang diperuntukan bagi lanjut usia.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi sehingga diterbitkannya buku ini.
Komisi Nasional Lanjut Usia
Ketua II
Dra. Hj. Inten Soeweno
Sekretaris Jenderal
H. Toni Hartono
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
4/52
iv
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I.
II.
KATA PENGANTAR .................................................
DAFTAR ISI...............................................................
PENDAHULUAN........................................................
A. Latar Belakang.....................................................
B. Tujuan...................................................................
C. Peraturan Perundang-undangan yang digunakan dalampenulisan...................................................
BERBAGAI SARANA DAN PRASARANA UMUM YANG DAPAT
DIAKSES OLEH LANJUT USIA............................................................................
A. Pelayanan Kesehatan..........................................
B. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalampenggunaan fasilitas, sarana, dan prasaranaumum..................................................
1. Kemudahan dalam penggunaan fasilitasumum..............................................................
2. Kemudahan dalam penggunaan sarana danprasarana umum............................................
a. Aksesibilitas pada bangunan umum...............
d. pelaksanaan pemberian reduksi berlaku, sejak tanggalSurat Edaran ini dikeluarkan.
3. Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Laut dan Udaramemantau dan mengawasi pelaksanaan Surat Edaran ini.
4. Demikian untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik baiknya.
Dikeluarkan di : JAKARTAPada tanggal : 2 Oktober 1997
MENTERI PERHUBUNGAN
Ttd
DR. HARYANTO DHANUTIRTO
Salinan Surat Edaran ini disampaikan kepada:
1. Menteri Sekretaris Negara (untuk diketahui)2. Menteri Sosial (untuk diketahui);3. Sekretaris Jenderal (untuk diketahui);4. Inspektur Jenderal (untuk diketahui);5. Para Direktur Jenderal di lingkungan Dephub (untuk diketahui);6. Direktur Utama perum Kereta Api;7. Direktur Utama Perum DAMRI;8. Direktur Utama (Persero) ASDP;
9. Direktur Utama (Persero) PELNI;10. Direktur Utama (Persero) Garuda indonesia;11. Direktur Utama (Persero) Merpati Nusantara Airlines;12. DPP Organda (untuk diketahui);13. DPP Gapasdap (untuk diketahui);14. DPP INACA (untuk diketahui);
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
5/52
c
Lampiran III
SURAT EDARANNomor : SE 11/HK 206/ Phb-97
TENTANG
PEMBERIAN REDUKSI KEPADA PARA LANJUT USIAYANG BERUMUR 65 TAHUN KE ATAS DALAM
MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN
1. Menindaklanjuti pencanangan Hari Lanjut Usia NasionalOleh Bapak Presiden pada tanggal 29 Mei 1996 diSemarang dan guna memberikan kemudahan bagi paralanjut usia agar tetap sehat, produktif dan ceria di hari tua,kepada para lanjut usia yang berumur 65 tahun keatasdiberikan reduksi (potongan) tarif anggota sebesar 20%.
2. Reduksi yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam butir1, hanya untuk angkutan penumpang/ orang didalamnegeri/antar pulau dan angkutan antar kota, dengan
ketentuan sebagai berikut.a. reduksi tetap dapat diberikan pada masa sibuk (peakseason), misalnya masa lebaran, natal, tahun baru danlain sebagainya;
b. reduksi diberikan kepada para lanjut usia yang dapatmenunjukkan bukti kartu tanda penduduk (KTP);
c. reduksi diberikan untuk semua jenis pelayanan ataukelas yang ada;
III.
b. Aksesibilitas pada jalan umum.......................
c. Aksesibilitas pada pertamanan dan tempatrekreasi...........................................................
d. Aksesibilitas pada angkutan umum................
P E N U T U P...................................................
Lampiran I ...........................................................
Lampiran II ..........................................................
Lampiran III .........................................................
Lampiran IV ........................................................
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
6/52
vi
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Jumlah dan pertumbuhan penduduk lanjut usia dari tahun ke
tahun terus meningkat dengan pasti. Jumlah dan pertumbuhan initidak terlepas dari adanya usia harapan hidup yang terus
meningkat. Usia harapan hidup meningkat terjadi karena
keberhasilan pembangunan yaitu kemajuan pembangunan di
bidang kesehatan, pendidikan, pengetahuan, dan tingkat
pendapatan yang semakin meningkat. Tingkat pendidikan ini
mempunyai hubungan dengan tingkat pengetahuan, serta tingkat
penghasilan seseorang. Orang dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang tinggi cenderung akan mempunyai
penghasilannya yang lebih baik, sehingga mereka akan memilih
sarana kesehatan yang lebih baik pula. Oleh karenanya, semua ini
akan berdampak terhadap adanya usia harapan hidup yangsemakin meningkat.
Jumlah lanjut usia terus meningkat dan menurut proyeksi
WHO pada 1995, dibandingkan pada tahun 1990 pertumbuhan
penduduk lanjut usia Indonesia pada tahun 2050 mengalami
pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar 414%, Thailand 337%,
5)tempat parkir;
6)tempat pemberhentian/halte bus.
b. jalur pemandu harus berdekatan dengan :1)kursi taman;
2)tempat sampah;3)telepon umum.
c. perletakan perabot jalan (street furniure) haruslah mudah
dicapai oleh setiap orang
Untuk persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas bangunan-
bangunan khusus lainnya yang belum tercakup secara rinci
dalam ketentuan ini maka penetapannya secara objektif olehinstansi yang berwenang dapat dilakukan secara kasus demi
kasus.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
7/52
xcviii
2. RUANG TERBUKA DAN
PENGHIJAUANKETENTUAN MINIMUM
Ruang terbuka dan Penghijauan- Menyediakan jalur
pemandu masuk dan keluar pada
ruang terbuka
- Menyediakan ram untuk
masuk dan keluar untukpengguna kursi roda
3. KETENTUAN PARKIR KETENTUAN MINIMUMBangunan parkir dan tempatparkir umum lainnya
Lot parkir yang aksesibel dapatdihitung sebagai berikut:
Lot parkir yang ada Lot parkir
Aksesibel
50 lot pertama 1 buah
50 lot berukitnya 1 buah
Setiap 200 lot
Parkir yang ada
1 buah
3. KETENTUAN PARKIR KETENTUAN MINIMUM
Bangunan bangunan lain
dimana masyarakat umumberkumpul dalam jumlah besar
seperti pusat perdagangan
swalayan, departemen store,dan bangunan pertemuan
Tempat duduk untuk pengunjung
penyandang cacat atau orangyang tidak sanggup berdiri dalam
waktu lama atau area untuk kursi
roda harus tersedia secaramemadai
Ketentuan persyaratan pada Ruang Terbuka dan Penghijauanmeliputi:
a. jalur pemandu disediakan menuju kelengkapan elemenlanskap/perabot/street furniture antara lain:
1)peta situasi/rambu;
2)kamar kecil/toilet umum;3)tangga;4)ram;
India 242%, dan China 220%. Jumlah lanjut usia Indonesia,
menurut sumber BPS bahwa pada tahun 2004 sebesar 16.522.311,tahun 2006 sebesar 17.478.282, dan pada tahun 2008 sebesar
19.502.355 (8,55% dari total penduduk sebesar 228.018.900),
sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlahnya mencapai 28
juta jiwa. Sungguh suatu jumlah yang sangat besar sehingga jika
tidak dilakukan upaya peningkatan kesejahteraan sosialnya mulai
saat ini maka akan menimbulkan permasalahan dan bisa jadi
merupakan bom waktu di kemudian hari. Kecenderungan timbulnya
masalah ini ditandai pula dengan angka ketergantungan lanjut usia
sesuai hasil Susenas BPS 2008 sebesar 13,72%. Angka
ketergantungan penduduk akan menjadi tinggi dan dirasakan oleh
penduduk usia produktif jika ditambah dengan angkaketergantungan penduduk usia kurang dari 15 tahun, dimana
jumlah penduduk kurang dari 15 tahun sebesar 29,13%.
Bab III, Hak dan Kewajiban, Pasal 5 Undang-undang Nomor
13 Tahun1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, menyebutkan
bahwa lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kemudian sebagai
penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi, antara lain
kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan
prasarana umum. Selanjutnya penjabaran sebagaimana
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
8/52
viii
pemberian penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia
tersebut dirinci pada Peraturann Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Lanjut Usia. Kajian Komisi Nasional Lanjut Usia pada tahun 2009
mendapatkan bahwa jumlah instansi yang seharusnya memberikan
layanan terhadap lanjut usia masih sangat terbatas. Tragis
memang, kemajuan di bidang pembangunan yang dicapai
pemerintah tidak diikuti dengan tingkat partisipasi instansi
pemerintah itu sendiri dalam upaya peningkatan kesejahteraan
lanjut usia.
Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas, sarana, dan sarana umum sudah menjadi
tuntutan yang wajib dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat,
namun masih terlihat dimana-mana belum adanya pelaksanaan
yang menyeluruh.
Selanjutnya secara khusus buku ini akan memberikan
pedoman bagaimana aksesibilitas kemudahan dalam penggunaan
fasilitas, sarana, dan prasarana umum sebagaimana diatur dalamperaturan perundang-undangan.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Untuk tipe-tipe bangunan dengan penggunaan tertentu,
diwajibkan pula untuk memenuhi persyaratan teknis tambahan
dari ketentuan-ketentuan seperti telah disebutkan terdahulu,
yaitu sebagai berikut:
1. JENIS BANGUNAN KETENTUAN MINIMUM
Kantor Bank, kantor pos dan
kantor jasa pelayanan
masyarakat yang sejenis
Paling sedikit menyediakan satu
buah meja atau kantor pelayanan
yang aksesibel
Toko dan bangunan bangunan
perdagangan jasa sejenis
Seluruh area perdagangan harus
aksesibel
Hotel, penginapan dan
bangunan sejenis
Paling sedikit 1(satu) kamar
tamu/ tidur dari setiap 200 kamartamu yang ada dan kelipatan
darinya harus aksesibel
Bangunan pertunjukan, bioskop,
stadion dan bangunan sejenis
dimana susunan tempat dudukpermanen tersedia
Paling sedikit 2 (dua) area untuk
kursi roda untuk setiap 400
tempat duduk yang ada dankelipatannya yang sebanding
harus tersedia
Bangunan keagamaan Seluruh area untuk
persembahyangan harus aksesibel
Bangunan asrama dansejenisnya
Paling sedikit 1(satu) kamar, yangsebaiknya terletak pada lantai
dasar, harus aksesibel
Restoran dan tempat makandiluar ruangan
Paling sedikit 1(satu) meja untuksetiap 10 meja makan yang ada
dan kelipatannya, harus aksesibel
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
9/52
xcvi
B. Tujuan
Disusunnya pedoman sebagai sumber informasi ini adalah
sebagai suatu acuan bagi pemangku kepentingan, masyarakat dan
lanjut usia agar mengetahui, memahami dan melaksanakan
berbagai ketentuan untuk mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum bagi lanjut usia.
Diharapkan dengan diketahui dan difahaminya berbagaiketentuan dimaksud, para pemangku kepentingan dan masyarakat
umum dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara
proporsional, sehingga lanjut usia mendapat kemudahan dalam
penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum.
C. Peraturan Perundang-Undangan Yang DigunakanDalam Penulisan
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia;
3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan danGedung;
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian;
5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
6. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
10/52
x
7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut
Usia;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006
tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006
tentang Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas Pada
Bangunan Gedung Dan Lingkungan;
10.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002
tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Wajib Menyediakan
Fasilitas Yang Diperlukan Bagi Lanjut Usia.11.Surat Edaran Menteri Perhubungan Nomor SE.11/HK
206/PHB-97 tanggal 2 Oktober 1997, dan Nomor SE.3 /
HK.206/PHB-99 tanggal 20 April 1999 tentang Pemberian
Reduksi/Potongan Tarif Angkutan Penumpang Dalam Negeri
Untuk Semua Kelas Sebesar 20%.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
11/52
xciv
BAB II
BERBAGAI SARANA DAN PRASARANA UMUM YANG DAPAT
DIAKSES OLEH LANJUT USIASebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa, layanan yang
diberikan kepada lanjut usia antara lain adalah sebagai berikut :
A. Pelayanan Kesehatan
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
12/52
xii
Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia agarkondisi fisik, mental dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar.
Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana
dimaksud dilaksanakan melalui peningkatan :
a. Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut
usia;Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan
diutamakan pada upaya pemampatan penyakit.
b. Upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang
pelayanan geriatrik/gerontologik;
Geriatrik adalah suatu ilmu yang mempelajari penyakit pada
lanjut usia (degeneratif) sedangkan gerontologi adalah suatu
ilmu yang mempelajari aspek yang ada pada lanjut usia (fisik,
mental dan psikososial).
c. Pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderita
penyakit kronis dan/atau penyakit terminal. Penyakit terminal
adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, seperti kankerstadium akhir.
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia
yang tidak mampu, diberikan keringanan biaya sesuai dengan
ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
3 Ukuran dan Detail Penerapan Standar
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
13/52
xcii
tempat rambu itu dibaca.
c. Jenis-jenis Rambu dan MarkaJenis-jenis Rambu dan Marka yang dapat digunakanantara lain:
i. Alarm Lampu Darurat Tuna Rungu
Diletakkan pada dinding diatas pintu dan lif.
ii. Audio Untuk Tuna RunguDiletakkan di dinding utara barat timur - selatan
pada ruangan pertemuan, seminar, bioskop, dll.
iii. Fasilitas Teletext TunarunguDiletakkan/digantung pada pusat informasi diruang lobby.
iv. Light Sign (papan informasi)
Diletakkan di atas loket/informasi pada ruang
lobby, ruang loket/informasi dan di atas pintu
keberangkatan pada ruang tunggu airport bandara,
KA, pelabuhan, dan terminal.
v. Fasilitas TV Text Bagi TunarunguDiletakkan/digantung di atas loket/informasi pada
ruang lobby, atau pada sepanjang koridor yangdilewati penumpang.
vi. Fasilitas Bahasa Isyarat (sign language)
Diletakkan di loket/informasi, pos satuan
pengaman yang menyediakan komunikasi
menggunakan bahasa isyarat.
d. Lokasi penempatan rambu:
i. Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebaspandang tanpa penghalang.
ii. Satu kesatuan sistem dengan lingkungannya.iii.Cukup mendapat pencahayaan, termasuk
penambahan lampu pada kondisi gelap.
iv.Tidak mengganggu arus (pejalan kaki dll) dansirkulasi (buka/tutup pintu, dll).
Selanjutnya Pasal 19 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan menyebutkan :
(1) Kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap
produktif;
(2) Pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan
manusia usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya
secara optimal.
Dalam penjelasannya diuraikan :
Manusia usia lanjut adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial.
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan
manusia usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat
secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat
ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.
Bantuan untuk manusia usia lanjut berupa penyediaan
tenaga, sarana, dan prasarana kesehatan yang dilakukan secara
terintegrasi melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi,
pelatihan dan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh
masyarakat atau pemerintah.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
14/52
xiv
Untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
mayarakat, pemerintah telah membangun sebanyak 8.111 buahPuskesmas, dan jumlah Puskesmas Santun Lanjut Usia sebanyak
414 buah. Direncanakan pada tahun 2010 akan dibangun
sebanyak 232 buah Puskesmas Santun Lanjut Usia.
Kebijakan yang diselenggarakan dalam pelaksanaan
Puskesmas Santun Lanjut Usia adalah :
a. Pembinaan lanjut usia dilaksanakan secara holistik, terpadu
dengan peran akktif lembaga pemerintah/ lembaga
swasta/perguruan tinggi/ profesi/ masyarakat;
b. Mengutamakan upaya promotif - preventif, disamping upaya
kuratif - rehabilitatif untuk peningkatan kesehatan dan
kemandirian;
c. Membangun partisipasi masyarakat, swasta termasuk lanjut
usia itu sendiri secara kekeluargaan dan kegotongroyongan;
d. Pelayanan dilaksanakan dengan menerapkan kendali mutu;
e. Memantapkan kemampuan pengelola program melalui
pendidikan dan pelaltihan;
f. Penertapan teknologi tepat gguna dalam pembinaan
kesehatan lanjut usia;
g. Meningkatkan sistem informasi;
h. Kerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas.
P. RAMBU dan MARKA
1 EsensiFasilitas dan elemen bangunan yang digunakan untukmemberikan informasi, arah, penanda atau petunjuk,
termasuk di dalamnya perangkat multimedia informasi
dan komunikasi bagi penyandang cacat.
2 Persyaratan
a. Penggunaan rambu terutama dibutuhkan pada:
i. Arah dan tujuan jalur pedestrian;ii. KM/WC umum, telpon umum;iii. Parkir khusus penyandang cacat;
iv. Nama fasilitas dan tempat;v. Telepon dan ATM.
b. Persyaratan Rambu yang digunakan:
i. Rambu huruf timbul atau huruf Braille yangdapat dibaca oleh tuna netra dan penyandang
cacat lain;
ii. Rambu yang berupa gambar dan simbolsebaiknya dengan sistem cetak timbul, sehingga
yang mudah dan cepat ditafsirkan artinya;iii. Rambu yang berupa tanda dan simbol
internasional;
iv. Rambu yang menerapkan metode khusus (misal:pembedaan perkerasan tanah, warna kontras,
dll);
v. Karakter dan latar belakang rambu harus dibuat
dari bahan yang tidak silau. Karakter dan simbulharus kontras dengan latar belakangnya, apakah
karakter terang di atas gelap, atau sebaliknya;vi. Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus
mempunyai rasio lebar dan tinggi antara 3: 5 dan1:1, serta ketebalan huruf antara 1: 5 dan 1:10;
vii.Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu
harus diukur sesuai dengan jarak pandang dari
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
15/52
xc
Program kegiatannya adalah :
a. Peningkatan dan pemantapan upaya pelayanan kesehatan
lanjut usia di sarana pelayanan kesehatan dasar;
b. Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lanjut usia;
c. Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan bagi
lanjut usia;
d. Perawatan kesehatan bagi lanjut usia dan keluarga di rumah
(home care);
e. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok
lanjut usia;
f. Pengembangan lembaga tempat perawatan bagi lanjut usia.
Ciri-ciri Puskesmas Santun Lanjut Usia :
a. Pelayanannya baik, berkualitas, dan sopan;
b. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan kepada
lanjut usia;
c. Memberikan keringanan/penghapusan biaya pelayanan
kesehatan bagi lanjut usia yang tidak mampu;
d. Memberikan dukungan/bimbingan pada lanjut usia dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya;
e. Melakukan pelayanan kesehatan secara pro aktif;
f. Melakukan kerjasama dengan lembaga pemerintah dan
lembaga swasta.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
16/52
xvi
Puskesmas Santun Lanjut Usia melakukan pelayanan di :
a. Dalam gedung, yaitu :
Memberikan kemudahan dalam akses dan biaya (poli
khusus, loket terpisah, mendahulukan lanjut usia);
Pelayanan : pemeriksaan fisik, laboratorium,
penyuluhan/konseling dan pengobatan.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
17/52
lxxxviii
b. Luar gedung, yaitu :
Pembinaan kepada kelompok lanjut usia;
Perawatan kesehatan masyarakat;
Pelayanan kesehatan di Panti Sosial Tresna Wredha.
Kegiatan di kelompok lanjut usia adalah :
a. Pemeriksanaan aktivitas sehari-hari;
b. Pemeriksanaan status mendal;
c. Pemeriksaan status gizi;
d. Pengukuran tekanan darah, denyut nadi;
e. Pemeriksaan Hb, gula darah, protein;
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
18/52
xviii
f. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas;
g. Penyuluhan kesehatan;
h. Kunjungan kader dan tenaga kesehatan ke rumah lanjut usia
yang tidak datang.
Kegiatan tambahan di kelompok lanjut usia :
a. Pemberian makanan tambahan sebagai contoh menu
makanan;b. Kegiatan olahraga;
c. Kerohanian;
d. Rekreasi;
e. Forum diskusi;
f. Penyaluran dan pengembangan hobi.
Perawatan kesehatan lanjut usia di rumah (home care) :
a. Bentuk pelayanan kesehatan komprehensif yang dilakukan di
rumah lanjut usia;
b. Melibatkan lanjut usia serta keluarga untuk berpartisipasi
dalam kegiatan perawatan lanjut usia;
c. Bertujuan memandirikan lanjut usia dan keluarganya.
Pelayanan kesehatan lanjut usia di Panti Sosial Tresna Wredha :
Untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan lanjut usia
dalam menangani kesehatannya secara mandiri;
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
19/52
lxxxvi
A. MEJA BUJUR SANGKAR
Memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif.
B. Pelayanan Untuk Mendapatkan Kemudahan Dalam
Penggunaan Fasilitas, Sarana, dan Prasarana Umum
Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dimaksudkan
adalah layanan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana,
dan prasarana umum sebagai perwujudan rasa hormat dan
penghargaan kepada lanjut usia.
Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas umum dilaksanakan melalui :
a. Pemberian kemudahan dalam pelayanan administrasi
pemerintah dan masyarakat pada umumnya;
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
20/52
xx
b. Pemberian kemudahan dalam pelayanan dan keringanan
biaya;
c. Pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan;
d. Pemberian fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
Pelayanan administrasi adalah kemudahan bagi lanjut usia
dalam urusan-urusan yang bersangkut paut dengan urusan
administrasi, seperti kartu tanda penduduk (KTP) seumur hidup,
pelayanan membayar pajak, pengembalian uang, dan pelayanan
kesehatan.
Kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya
merupakan suatu penghargaan bagi lanjut usia yang akan
menikmati dan/atau memenuhi berbagai kebutuhan baik
transportasi maupun akomodasi seperti tiket (bus, kereta api,
pesawat, kapal laut) dan penginapan.
Kemudahan dalam melakukan perjalanan merupakan suatu
penyediaan fasilitas bagi lanjut usia, dalam bentuk antara lain
penyediaan loket khusus, tempat duduk khusus, dan kartu wisata
khusus, agar merreka tidak mendapat hambatan dalam melakukanperjalanan seperti melaksanakan ibadah, ziarah atau wisata.
Penyediaan fasilitas rekreasi dan olah raga khusus
dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan rasa senang,
bahagia, dan kebugaran kepada lanjut usia agar dapat mengisi
3 Ukuran dan Detail Penerapan Standar
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
21/52
lxxxiv
O. PERABOT
1 EsensiPerletakan/penataan lay-out barang-barang perabotbangunan dan furniture harus menyisakan/memberikan
ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang
cacat.
2 Persyaratan
a. Sebagian dari perabot yang tersedia dalambangunan gedung harus dapat digunakan oleh
penyandang cacat, termasuk dalam keadaan darurat.b. Dalam suatu bangunan yang digunakan olehmasyarakat banyak, seperti bangunan pertemuan,
konperensi pertunjukan dan kegiatan yang sejenis
maka jumlah tempat duduk aksesibel yang harus
disediakan adalah:
KAPASITAS TOTAL
TEMPAT DUDUK
JUMLAH TEMPAT
DUDUK YANG
AKSESIBEL4-25
26-5051-300
301-500
>500
1
24
6
6,+1 untuk setiap ratusan
waktu luang dengan menikmati rekreasi dan olah raga yang secara
khusus disediakan baginya.
Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan sarana dan prasarana umum dimaksudkan untuk
memberikan aksesibilitas terutama di tempat-tempat umum yang
dapat menghambat mobilitas lanjut usia.
1. Kemudahan Dalam Penggunaan Fasilitas Umum
Pemerintah memberikan kemudahan dalam pelayanan
administrasi pemerintah kepada lanjut usia untuk :
a. Memperoleh Kartu Tanda Penduduk (KTP) seumur hidup;
b. Melaksanakan kewajiban membayar pajak;
c. Memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan
milik pemerintah;
d. Melaksanakan perrnikahan;
e. Melaksanakan kegiatan lain yang berkenaan dengan
pelayanan umum; (pembayaran listrik, telepon, air minum
dan sebagainya).
Pemerintah dan masyarakat memberikan kemudahan dalam
pelayanan dan keringanan biaya kepada lanjut usia untuk :
a. Pembelian tiket perjalanan dengan menggunakan sarana
angkutan umum (bus, kereta api, pesawat, kapal laut);
b. Akomodasi; (biaya penginapan di hotel, wisma, dan
penginapan lainnya)
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
22/52
xxii
c. Pembayanan pajak; (Pajak Bumi dan Bagunan)
d. Pembelian tiket masuk tempat rekreasi.
Pemerintah dan masyarakat memberikan kemudahan dalam
melakukan perjalanan kepada lanjut usia untuk :
a. Penyediaan tempat duduk khusus;
b. Penyediaan loket khusus;
c. Penyediaan kartu wisata khusus;
d. Penyediaan informasi sebagai himbauan untuk
mendahulukan lanjut usia.
Penyediaan informasi adalah pemasangan tulisan-tulisan
sebagai himbauan untuk mendahulukan lanjut usia dalam
melakukan perjalanan seperti di stasiun, terminal, pelabuhan, dan
bandara.Pemerintah dan masyarakat menyediakan fasilitas rekreasi
dan olahraga khusus kepada lanjut usia dalam bentuk :
a. Menyediakan tempat duduk khusus di tempat rekreasi;
b. Penyediaan alat bantu lanjut usia di tempat rekreasi;
c. Pemanfaatan taman-taman untuk olahraga;
d. Penyelenggaraan wisata lanjut usia;
e. Menyediakan tempat kebugaran.
Fasilitas rekreasi dan olahraga khusus dimaksudkan
sebagai suatu upaya untuk memberikan rasa senang, bahagia,
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
23/52
lxxxii
dan kebugaran kepada lanjut usia agar dapat mengisi waktu
luang dengan menikmati rekreasi dan olahraga.
2. Kemudahan Dalam Penggunaan Sarana Dan
Prasarana Umum
Setiap pengadaan sarana dan prasarana umum oleh
pemerintah dan/atau masyarakat dilaksanakan dengan
menyediakan aksesibilitas bagi lanjut usia.
Penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia pada sarana dan
prasarana umum sebagaimana dimaksudkan adalah untuk
menciptakan keadaan dan lingkungan yang lebih menunjang
lanjut usia dalam melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan
aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
24/52
xxiv
Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan sarana, dan prasarana umum dimaksudkan untuk
memberikan aksesibilitas terutama di tempat-tempat umum
yang dapat menghambat mobilitas lanjut usia.
Aksesibilitas adalah tersedianya sarana dan prasarana umum
yang dapat memudahkan mobilitas lanjut usia di tempat-tempat
umum, seperti jalan untuk kursi roda, jalan bagi mereka yang
bertongkat, pintu, tangga, lift khusus untuk bangunan
bertingkat, dan tempat penyeberangan bagi pejalan kaki.
Penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia pada sarana
dan prasarana umum dapat berbentuk :
a. Fisik, dan
b. Non fisik
Penyediaaan aksesibilitas yang berbentuk fisik
dilaksanakan pada sarana dan prasarana umum yang meliputi:
a. Aksesibilitas pada bangunan umum;
Asas fasilitas dan aksesibilitas adalah :
1) Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat
umum dalam suatu lingkungan terbangun, harus
memperhatikan keselamatan bagi semua orang.
2) Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai
semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan.
3 Ukuran dan Detail Penerapan Standar
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
25/52
lxxx
N. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KONTROL
1 EsensiMerupakan perlengkapan dan peralatan pada bangunanyang bisa mempermudah semua orang (tanpa terkecuali
penyandang cacat, orang tua, orang sakit, balita dan
ibu-ibu hamil) untuk melakukan kontrol peralatantertentu, seperti sistem alarm, tombol/stop kontak, dan
pencahayaan.
2 Persyaratan-persyaratan
a. Sistem alarm/ peringatan
i. Harus tersedia peralatan peringatan yang terdiridari sistem peringatan suara (vocal alarms),
sistem peringatan bergetar vibrating alarms) dan
berbagai petunjuk serta penandaan untuk
melarikan diri pada situasi darurat .
ii. Stop kontak harus dipasang dekat tempat tiduruntuk mempermudah pengoperasian sistem
alarm, termasuk peralatan bergetar (vibraingdevices) di bawah bantal.
iii. Semua pengontrol peralatan listrik harus dapatdioperasikan dengan satu tangan dan tidak
memerlukan pegangan yang sangat kencang
atau sampai dengan memutar lengan.
b. Tombol dan stop kontakTombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang
posisi dan tingginya sesuai dan mudah dijangkauoleh penyandang cacat.
3) Kegunaan, yaitu setiap orang dapat menggunakan
semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan.
4) Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai,
masuk dan menggunakan semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam sautu lingkungan
dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
26/52
xxvi
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002, pada paragraf 5
Persyaratan Kemudahan, dimana pasal 27 menyebutkan :
(1) Persyaratan kemudahan sebagaimana dimaksud meliputi
kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan
gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam
pemanfaatan bangunan gedung;
(2) Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam gedung
sebagaimana dimaksud meliputi tersedianya fasilitas dan
aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk
bagi penyandang cacat dan lanjut usia;
(3) Kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana
dimaksud pada bangunan gedung untuk kepentingan
umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk
ruang, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir,
tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi;
Aksesibilitas pada bangunan umum sebagaimana disebutkan
dilaksanakan dengan menyediakan :
a. Akses ke, dari, dan di dalam bangunan gedung;
b. Tangga dan lift khusus untuk bangunan bertingkat;
c. Tempat parkir dan tempat naik turun penumpang;
d. Tempat duduk khusus;
e. Pegangan tangan pada tangga, dinding, kamar mandi, dan
toilet;
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
27/52
lxxviii
3 Ukuran dan Detail Penerapan Standar f. Telepon umum;
g. Tempat minum;
h. Tanda-tanda peringatan darurat dan sinyal.
Adapun selengkapnya mengenai aksesibilitas pada
bangunan umum sebagaimana dijabarkan pada Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis
Fasilitas Dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan
Lingkungan.
b. Aksesibilitas pada jalan umum.
Aksesibilitas pada jalan umum sebagaimana dimaksud,
dilaksanakan dengan menyediakan :
1) Akses ke dan dari jalan umum;
2) Akses ke tempat pemberhentian bis/kendaraan;
3) Jembatan penyeberangan;4) Jalur penyeberangan bagi pejalan kaki;
5) Tempat parkir dan naik turun penumpang;
6) Tempat pemberhentian kendaraan umum;
7) Tanda-tanda/rambu-rambu dan/atau marka jalan;
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
28/52
xxviii
8) Trotoar bagi pejalan kaki atau pemakai kursi roda;
9) Terowongan penyeberangan.
c. Aksesibilitas pada pertamanan dan tempat rekreasi.
Aksesibilitas pada pertamanan dan tempat rekreasisebagaimana dimaksud, dilaksanakan dengan
menyediakan :
1) Akses ke, dari, dan di dalam pertamanan dan tempat
rekreasi;
M.TELEPON
1 Esensi
Peralatan komunikasi yang disediakan untuk semuaorang yang sedang mengunjungi suatu bangunan atau
fasilitas umum.
2 Persyaratana. Telepon umum disarankan menggunakan tombol
tekan, harus terletak pada lantai yang aksesibel bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, orang
tua, orang sakit, balita dan ibu-ibu hamil.
b. Ruang gerak yang cukup harus disediakan di depantelpon umum sehingga memudahkan penyandangcacat untuk mendekati dan menggunakan telpon.
c. Ketinggian telepon dipertimbangkan terhadap
keterjangkauan gagang telpon terhadap penggunakursi roda 80-100 cm.
d. Bagi pengguna yang memiliki pendengaran kurang,
perlu disediakan alat kontrol volume suara yangterlihat dan mudah terjangkau.
e. Bagi tuna rungu sebaiknya disediakan "telepon text",khususnya untuk di kantor pos, bangunan komersial,
dan fasilitas publik lainnya.
f. Bagi tuna netra sebaiknya disediakan petunjuktelpon dalam huruf Braille dan dilengkapi juga
dengan isyarat bersuara (talking sign) yang
terpasang di dekat telpon umum.g. Panjang kabel gagang telpon harus memungkinkan
pengguna kursi roda untuk menggunakan telpondengan posisi yang nyaman, dengan ketinggian 75cm.
h. Bilik telepon dapat dilengkapi dengan kursi yang
disesuaikan dengan gerak pengguna dan site yangtersedia.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
29/52
lxxvi
2) Tempat parkir dan tempat naik turun penumbang;
3) Tempat duduk khusus/istirahat;
4) Tempat telepon;
5) Tempat minum;
6) Toilet;
7) Tanda-tanda atau sinyal.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
30/52
xxx
d. Aksesibilitas pada angkutan umum.
Aksesibilitas pada angkutan umum sebagaimana
dimaksud, dilaksanakan dengan menyediakan :
1) Tangga naik/turun;
2) Tempat duduk khusus yang aman dan nyaman;
3) Alat bantu;
4) Tanda-tanda atau sinyal.
Kemudian sebagai rasa penghargaan dan penghormatan
kepada lanjut usia, Menteri Perhubungan telah
mengeluarkan surat yang sampai saat ini masih tetap
berlaku, yaitu :
1) Surat Edaran Nomor SE.11/HK.206/PHB-97 tanggal 2
Oktober 1997;
2) Surat Edaran Nomor SE.3/HK.206/PHB-99 tanggal 20
April 1999.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
31/52
lxxiv
L. WASTAFEL
1 Esensi
Fasilitas cuci tangan, cuci muka, berkumur atau gosokgigi yang bisa digunakan untuk semua orang.
2 Persyaratana. Wastafel harus dipasang sedemikian sehingga tinggi
permukaannya dan lebar depannya dapat
dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda dengan baik.
b. Ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan didepan wastafel.
c. Wastafel harus memiliki ruang gerak di bawahnyasehingga tidak menghalangi lutut dan kaki pengguna
kursi roda.
d. Pemasangan ketinggian cermin diperhitungkanterhadap pengguna kursi roda.
e. Menggunakan kran dengan sistem pengungkit.
3 Ukuran dan Detail Penerapan Standar
Kepada para lanjut usia, dengan menunjukkan bukti Kartu
Tanda Penduduk (KTP) diberikan reduksi/ potongan tarif
angkutan penumpang dalam negeri untuk semua kelas
yang ada sebesar 20%, termasuk pada masa sibuk/peak
season, seperti lebaran, natal, tahun baru dan sebagainya.
Diharapkan pemerintah daerah melalui dinas terkait untuk :
1) Ikut serta menyosialisasikan kepada para pengusaha
transportasi di wilayahnya untuk tetap memberikan
potongan reduksi tarif kepada para lanjut usia dalam
menggunakan jasa transportasi;
2) Agar dalam penyusunan peraturan daerah yang terkait
dengan penetapan tarif angkutan surat edaran Menteri
Perhubungan tersebut dapat menjadi rujukan serta
mengawasi pelaksanaan-nya.
Pada setiap tahun dalam rangka memperingati Hari
Lanjut Usia Nasional, Menteri Perhubungan selalu
mengeluarkan surat kepada Direksi BUMN sektor
transportasi yang melayani jasa transportasi dan jajaran
Kementerian Perhubungan untuk memberikan
pembebasan biaya-biaya tertentu kepada para lanjut usia,
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
32/52
xxxii
seperti pembebasan bea passenger service charge
(PSC)/pungutan jasa penumpang pesawat (PJP2U).
Salah satu kebijakan Kementerian Perhubungan dalam
mendukung kesejahteraan lanjut usia adalah agar pada
setiap sarana dan prasarana transportasi disediakan
fasilitas dan aksesibilitas bagi para lanjut usia, seperti :
1) Prioritas pelayanan penumpang lanjut usia pada saat
embarkasi/debarkasi atau naik/turun kapal/ pesawat
terbang.
2) Penyediaan kursi roda dan akses untuk kursi roda
dengan terminal;
3) Penyediaan kamar mandi/toilet khusus;
4) Penyediaan lift khusus;
5) Penyediaan ruang tunggu khusus di terminal
penumpang;
6) Penyediaan tenaga medis;
7) Penyediaan loket khusus bagi lanjut usia.
Kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk legalitas,
pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48
Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan bandar udara wajib
menyediakan fasilitas yang diperlukan bagi lanjut usia
seperti kemudahan akses antara tempat parkir dengan
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
33/52
lxxii
bangunan terminal dan kemudahan bagi pengguna kursi
roda serta memberikan pelayanan khusus bagi lanjut usia.
Selain itu Pasal 131, Undang-undang Nomor 23 Tahun
2007 tentang Perkeretaapian, menyebutkan :
(1) Penyelenggara sarana perkeretaapian wajib
memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi
penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima
tahun, orang sakit, dan orang lanjut usia;
(2) Pemberian fasilitas khusus dan kemudahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipungut
biaya tambahan.
Kemudian pada Pasal 42, Undang-undang Nomor 17Tahun 2008 tentang Pelayaran, disebutkan :
(1) Perusahaan angkutan di perairan wajib memberikan
fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang
cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang
sakit, dan orang lanjut usia;
(2) Pemberian fasilitas khusus dan kemudahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipungut
biaya tambahan.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
34/52
xxxiv
Demikian juga pada pasal 134, Undang-undang Nomor
1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengatur :
(1) Penyandang cacat, lanjut usia, anak-anak di bawah
usia 12 (dua belas) tahun, dan/atau orang sakit berhak
memperoleh pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas
khusus dari badan usaha angkutan udara niaga;
(2) Pelayanan berupa perlakukan dan fasilitas khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikitmeliputi :
a. Pemberian prioritas tambahan tempat duduk;
b. Penyediaan fasilitas kemudahan untuk naik ke dan
turun dari pesawat udara;
c. Penyediaan fasilitas untuk penyandang cacat
selama berada di pesawat udara;
d. Sarana bantu bagi orang sakit;
e. Penyediaan fasilitas untuk anak-anak selama
berada di pesawat udara;
f. Tersedianya personel yang dapat berkomunikasi
dengan penyandang cacat, lanjut usia, anak-anak,dan/atau orang sakit; dan
g. Tersedianya buku petunjuk tentang keselamatan
dan keamanan penerbangan bagi penumpang
pesawat udara dan sarana lain yang dapat
(handrail) pada posisi yang memudahkan pengguna
kursi roda bertumpu.
c. Bilik pancuran dilengkapi dengan tombol alarmatau alat pemberi tanda lain yang bisa dijangkaupada waktu keadaan darurat.
d. Kunci bilik pancuran dirancang dengan
menggunakan tipe yang bisa dibuka dari luar padakondisi darurat (emergency).
e. Pintu bilik pancuran sebaiknya menggunakan pintu
bukaan keluar.f. Pegangan rambat dan setiap permukaan atau
dinding yang berdekatan dengannya harus bebas
dari elemen-elemen yang runcing atau
membahayakan
g. Menggunakan kran dengan sistem pengungkit.
3 Ukuran dan Detail Penerapan Standar
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
35/52
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
36/52
xxxvi
f. Tersedianya informasi atau petunjuk tentang
keselamatan bangunan bagi penumpang di
terminal dan sarana lain yang dapat dimengerti
oleh penyandang cacat, orang sakit, dan lanjut
usia.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 242 mengatur :
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau perusahaan
angkutan umum wajib memberikan perlakuan khusus
di bidang lalu lintas dan angkutan jalan kepada
penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak,
wanita hamil, dan orang sakit;
(2) Perlakukan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. Aksesibilitas;
b. Prioritas pelayanan; dan
c. Fasilitas pelayanan.
Selanjutnya penyediaan aksesibilitas yang berbentuk non
fisik meliputi :
a. Pelayanan informasi;
Layanan informasi sebagaimana dimaksud, dilaksanakan
dalam bentuk penyediaan dan penyebarluasan informasi
oleh petugas pelayanan untuk tujuan
pemeliharaan dan perawatan bangunan.
5. Prinsip Penerapan
Dalam rangka menciptakan lingkungan binaan yang
memenuhi pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas,
digunakan prinsip-prinsip penerapan sebagai berikut:
a. Setiap pembangunan bangunan gedung, tapakbangunan, dan lingkungan di luar bangunan harus
dilakukan secara terpadu.
b. Setiap kegiatan pembangunan bangunan gedungharus memperhatikan semua pedoman teknisfasilitas dan aksesibilitas pada:
i. Ukuran dasar ruang/ ruang lantai bebas;
ii. Pintu;
iii. Ram;
iv.Tangga;
v. Lif;
vi. Lif Tangga (stairway lift);
vii.Toilet;
viii.Pancuran;
ix. Wastafel;
x. Telepon;
xi. Perabot;
xii.Perlengkapan dan Peralatan Kontrol;
xiii.Rambu dan Marka.
c. Setiap pembangunan tapak bangunan gedungharus memperhatikan pedoman teknis fasilitas
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
37/52
lxviii
v. Bangunan gedung yang merupakan bangunan
darurat:
Bangunan sementara, yang didirikan tidak dengankonstruksi permanen tapi dimaksudkan untuk
digunakan secara penuh oleh masyarakat umum
selama lebih dari 5 (lima) tahun, diwajibkanmemenuhi pedoman teknis fasilitas dan
aksesibilitas.
b. Penerapan Tidak Wajib.
Ketentuan dalam pedoman ini bersifat tidak wajib
bagi bangunan sebagai berikut:
i. Bangunan yang dapat dibuktikan, berdasarkanpendapat ahli yang berkompeten dan disetujui
oleh pemerintah daerah, bahwa pedoman teknis
fasilitas dan aksesibilitas tidak dapat dipenuhi
karena adanya kondisi site bangunan, kondisisistem struktur dan kondisi lainnya yang spesifik.
ii. Bangunan sementara yang tidak digunakan olehmasyarakat umum dan hanya digunakan dalamwaktu terbatas.
iii. Bangunan penunjang struktur dan bangunanuntuk peralatan yang digunakan secara langsung
di dalam suatu proses pelaksanaan
pembangunan, seperti perancah, gudang
material dan direksi keet.iv. Bangunan dan bagian bangunan yang
dimaksudkan untuk tidak dihuni secara tetap
dalam waktu yang lama, yang dicapai hanya
melalui tangga, dengan merangkak, gang yang
sempit, atau ruang lif barang, dan bagi ruangruang yang hanya dapat dicapai secara tertentu
yang menyangkut segala bentuk pelayanan yang
disediakan bagi lanjut usia.
b. Pelayanan khusus.
Layanan khusus sebagaimana dimaksud, dilaksanakan
dalam bentuk :
1) Penyediaan tanda-tanda khusus, berbunyi dan gambar
pada tempat-tempat khusus yang disediakan pada
setiap sarana dan prasarana pembangunan/fasilitasumum;
2) Penyediaan media massa sebagai sumber informasi
dan sarana komunikasi antara lanjut usia.
Penyediaan aksesibilitas oleh pemerintah dan masyarakat
dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan prioritas
aksesibilitas yang dibutuhkan lanjut usia dan disesuaikan dengan
kemampuan keuangan negara.
Sarana dan prasarana yang telah ada dan belum dilengkapi
dengan aksesibilitas wajib dilengkapi dengan aksesibilitas
sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
38/52
xxxviii
BAB IIIP E N U T U P
Buku ini adalah sebagai sumber informasi untuk aksesibilitas
kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana bagi lanjut usia.
Mudah-mudahan dengan terbitnya buku ini para lanjut usia dapat
mengetahui dan kepada para pemangku kepentingan dapat
memberikan layanan sebagaimana mestinya.
Kepada semua pihak yang membantu hingga tersusunnya buku ini
diucapkan terima kasih.
Setiap bangunan gedung dan/atau bagian dari
bangunan gedung yang telah ada wajib
memenuhi pedoman teknis fasilitas danaksesibilitas secara bertahap yang diatur oleh
pemerintah daerah, minimal pada lantai dasar,
terkecuali pada bangunan gedung pelayanankesehatan, bangunan gedung pelayanan
transportasi, dan bangunan gedung hunianmasal semua lantai bangunan yang ada harus
memenuhi pedoman teknis fasilitas dan
aksesibilitas.
ii. Bangunan gedung yang akan dibangun:
Setiap bangunan gedung yang akan dibangun,
harus memenuhi seluruh pedoman teknis fasilitas
dan aksesibilitas yang ditetapkan dalam
pedoman ini.
iii. Bangunan gedung yang mengalami perubahandan penambahan:
Setiap bangunan gedung yang mengalami
perubahan dan penambahan bangunan yangmenyebabkan perubahan, baik pada fungsi
maupun luas bangunan, maka pada bagian
bangunan yang berubah harus memenuhi semua
pedoman yang ditetapkan, sedangkan pada
bagian bangunan yang tetap, diharuskan
memenuhi pedoman sesuai ketentuan butir i.
iv. Bangunan gedung yang dilindungi:
Bangunan gedung yang merupakan bangunan
bersejarah harus memenuhi pedoman teknis
aksesibiltas, dengan tetap mengikuti pedoman
dan standar teknis pelestarian bangunan yangberlaku.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
39/52
lxvi
perkantoran, kantor pos, bank, gedung pelayanan
umum lainnya, bidang perdagangan, gedung pabrik
perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,restoran, terminal, bandara, pelabuhan laut, stasiun
kereta api;
d. Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya meliputi:bangunan untuk pendidikan, kebudayaan, museum,
perpustakaan, pelayanan kesehatan, laboratorium,
bioskop, tempat pertunjukan, gedung konferensi;
e. Bangunan gedung fungsi khusus meliputi: bangunan
gedung untuk reaktor nuklir, instalasi pertahanandan keamanan;
f. Fasilitas umum seperti taman kota, kebun binatang,tempat pemakaman umum dan ruang publik lainnya.
3. Fasilitas umum lingkungan (Ruang terbuka dan
penghijauan)
a. Ruang terbuka aktif: setiap ruang terbuka yangdiperuntukkan untuk umum sebagai tempat interaksi
sosial, harus memenuhi pedoman teknis aksesibilitas
yang ditetapkan dalam pedoman ini;
b. Ruang terbuka pasif: setiap ruang terbuka yangterjadi dari hasil perencanaan bangunan secara
terpadu seharusnya memenuhi seluruh pedoman
teknis aksesibilitas yang ditetapkan.
4. Penerapan
a. Penerapan Wajib.
Ketentuan dalam pedoman ini bersifat wajib bagibangunan sebagai berikut:
i. Bangunan gedung yang telah ada:
Lampiran I
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGANNOMOR : KM 71 TAHUN 1999
tentang
AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT DAN ORANGSAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA PERHUBUNGAN
MENTERI PERHUBUNGAN,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan PeraturanPemerintah Nomor 43 Tahun 1998tentang upaya peningkatanKesejahteraan Sosial Penyandang Cacat,telah diatur ketentuan mengenaiaksesibilitas/ kemudahan bagipenyandang cacat di bidang saranan danprasaranan perhubungan;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuansebagaimana dimaksud dalam huruf a,perlu mengatur aksesibilitas / kemudahanyang disediakan bagi penyadang cacat dibidang sarana dan prasaranaperhubungan dengan Keputusan MenteriPerhubungan;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1984tentang Pos (Lembaran Negara Tahun1984 Nomor 28,Tambahan LembaranNegara Nomor 3276);
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
40/52
xl
ten-tang Telekomunikasi (LembaranNegara Tahun 1989 Nomor 11,Tambahan Lembaran Negara Nomor
3391);3. Undang - undang Nomor13Tahun1992
tentang Perkeretaapian (LembaranNegara Tahun 1992 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Nomor3479);
4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Nomor3480;
5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992tentang Penerbangan (Lembaran NegaraTahun 1992 Nomor 53, TambahanLembaran Negara Nomor 3481);
6. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992tentang Pelayaran (Lembaran NegaraTahun 1992 Nomor 98, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3493);7. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997
tentang Penyandang Cacat (LembaranNegara Tahun 1997 Nomor 9, TambahanLembaran Negara Nomor 3670);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun1985 tentang Penyelenggaraan Pos(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor53, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3303);9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
1993 tentang PenyelenggaraanTelekomunikasi (Lembaran NegaraTahun 1993 Nomor 12, TambahanLembaran Negara Nomor 3514);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran
yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
4. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai,
masuk dan mempergunakan semua tempat ataubangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan
dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
C. PENERAPAN PEDOMAN
1. Lingkup
Peraturan Menteri ini menetapkan pedoman teknis
fasilitas dan aksesibilitas, yang diperlukan oleh setiap
bangunan gedung, termasuk ruang terbuka dan
penghijauan yang dikunjungi dan digunakan oleh semua
orang termasuk penyandang cacat dan lansia.
Bangunan gedung yang dimaksudkan dalam Peraturan
Menteri adalah semua bangunan, tapak bangunan dan
lingkungan luar bangunannya, baik yang dimiliki oleh
pemerintah dan swasta, maupun perorangan, yang
berfungsi selain sebagai rumah tinggal pribadi yangdidirikan, dikunjungi dan mungkin digunakan oleh
semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia dan
lansia.
2. Jenis Bangunan gedung
Jenis bangunan gedung yang dimaksudkan dalam
pedoman ini adalah bangunan yang berfungsi sebagai:
a. Bangunan gedung fungsi hunian, meliputi:rumah susun, rumah flat, asrama, panti asuhan,apartemen, hotel, dll;
b. Bangunan gedung fungsi keagamaan meliputi:
masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng sertabangunan keagamaan lainnya;
c. Bangunan gedung fungsi usaha, meliputi: gedung
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
41/52
lxiv
BAB I
KETENTUAN UMUM
A. MAKSUD DAN TUJUAN
Pedoman teknis ini dimaksudkan untuk memberikan acuan
bagi kegiatan pembangunan, yang meliputi perencanaanteknis dan pelaksanaan konstruksi serta pemanfaatan
bangunan gedung dan lingkungan yang aksesibel bagi
semua orang dengan mengutamakan semua orangtermasuk penyandang cacat dan lansia.
Tujuan dari penyusunan pedoman teknis ini adalah untuk
mewujudkan kesamaan, kesetaraan, kedudukan dan hakkewajiban serta peningkatan peran penyandang cacat dan
lansia diperlukan sarana dan upaya yang memadai,terpadu/inklusif dan berkesinambungan yang pada akhirnyadapat mencapai kemandirian dan kesejahteraan
penyandang cacat dan lansia.
B. ASAS FASILITAS DAN AKSESIBILITAS
1. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifatumum dalam suatu lingkungan terbangun, harusmemperhatikan keselamatan bagi semua orang.
2. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semuatempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan.
3. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapatmempergunakan semua tempat atau bangunan
Negara Tahun 1993 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Nomor3527);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun1993 tentang Prasarana dan Lalu LintasJalan (Lembaran Negara Tahun 1993Nomor 60, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3529);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi(Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor64, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3530)13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1995 tentang Angkutan Udara (LembaranNegara Tahun 1995 Nomor 68,Tambahan Lembaran Negara Nomor3610);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun1998 tentang Upaya PeningkatanKesejahteraan Sosial Penyandang Cacat
(Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor70, Tambahan Lembaran Negara Nomor3754);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun1998 tentang Prasarana dan SaranaKereta Api (Lembaran Negara Tahun1998 Nomor 133, Tambahan LembaranNegara Nomor 3777);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
1998 tentang Lalu Lintas dan AngkutanKere- ta Api (Lembaran Negara Tahun1998 Nomor 189, Tambahan LembaranNegara Nomor 3795);
17. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun1974 tentang Pokokpokok OrganisasiDepartemen;
18. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
42/52
xlii
1998 tentang Kedudukan, Tugas,Susunan Organisasi dan Tata KerjaDepartemen sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Keputusan PresidenNomor 192 Tahun 1998;
19. Keputusan Menteri Perhubungan NomorKM.91/OT.002/ Phb80 dan KM.164/OT.002/Phb80 tentang Susunan Organisasidan Tata Kerja Departemen Perhubungansebagaimana telah diubah terakhirdengan Keputusan Menteri PerhubunganNomor KM 64 Tahun 1998;
Memperhatikan : 1. Surat Menteri Negara PendayagunaanBUMN/Kepala Badan Pembina BUMNNomor S449/MPBUMN/1998tanggal 25 November 1998;
2. Keputusan Menteri Pekerjaan UmumNomor 468/KPTS/ 1998 tentangPersyaratan Teknis Aksesibilitas padaBangunan Umum dan Lingkungan;
M E M U T U S K A N
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGANTENTANG AKSESI-BILITAS BAGIPENYANDANG CACAT DAN ORANGSAKIT PADA SARANA DAN PRASARANAPERHUBUNGAN.
BAB I
KETENTUANUMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengana. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR 30 /PRT/2006
TANGGAL 1 DESEMBER 2006
Daftar Isi
BAB I KETENTUAN UMUM
A. MAKSUD DAN TUJUAN I-1
B.FASILITAS DANAKSESIBILITAS I-1
C. PENERAPAN PEDOMAN I-1
BAB II PERSYARATAN TEKNIS FASILITAS DAN AKSESIBILITAS
A. UKURAN DASAR RUANG II-1
B. JALUR PEDESTRIAN II-8
C. JALUR PEMANDU II-11
D. AREA PARKIR II-15
E. PINTU II-20
F. RAM II-25
G. TANGGA II-31H. LIF II-35
I. LIF TANGGA (STAIRWAY LIF) II-40
J. TOILET II-42
K. PANCURAN II-46
L. WASTAFEL II-50
M. TELEPON II-53
N. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KONTROL II-55O. PERABOT II-59
P. RAMBU DAN MARKA II-66
BAB III KETENTUAN PENUTUP III-1
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
43/52
lxii
BAB III
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 7
Semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan persyaratan
teknis fasilitas dan aksesibilitas bangunan gedung sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan ini, dinyatakan tetap berlaku.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
(1) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(2) Dengan berlakunya Peraturan ini, Keputusan MenteriPekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 tentang
Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan
Lingkungan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(3) Peraturan ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yangbersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Desember 2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
DJOKO KIRMANTO
penyandang cacat dan orang sakit guna mewujudkankesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan danpenghidupan;
b. Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyaikelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu ataumerupakan rintangan dan hambatan untuk melakukankegiatan secara selayaknya yang terdiri dari penyandangcacat fisik, penyandang cacat mental dan penyandangcacat mental dan fisik;
c. Pelayanan yang diberikan kepada penyandang cacat danorang sakit adalah pemberian kemudahan maupunpelayanan agar supaya diperoleh kesepadanan perlakuan
dalam menggunakan jasa transportasi, pos dantelekomunikasi;
d. Perusahaan adalah perusahaan yang menyediakan jasatransportasi, pos dan telekomunikasi;
e. Prasarana angkutan adalah prasarana angkutan untukkeperluan menaikkan dan menurunkan orang dan/ataubarang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatansarana angkutan umum yang merupakan simpul jaringantransportasi yang dapat berupa terminal, stasiun,
pelabuhan, atau banda rudara;f. Sarana angkutan adalah alat angkutan modal transportasi
darat, laut dan udara yang dapat berupa kendaraanbermotor, kereta api, kapal, atau pesawat udara.
BAB II
KEWAJIBAN PENYELENGGARA. ANGKUTAN
Pasal 2
(1) Penyelenggara angkutan wajib melaksanakan pengakutanpenyandang cacat dan orang sakit dengan aman, selamat,cepat, lancar tertib, teratur dan nyaman Penyelenggaraangkutan
(2) Guna melaksanakan hal sebagaiamana dimaksud dalamayat 1), penyelenggara angkutan harus didukung dengan
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
44/52
xliv
prasarana dan sarana pelayanan yang dapat memberikankemudahan bagi penyandang cacat dan orang sakit.
BAB III
FASILITAS PELAYANAN UNTUK PENYANDANG CACAT DANORANG SAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA
ANGKUTAN KERETA API
Bagian PertamaSarana Angkutan Kereta Api
Pasal 3
(1) Saranan angkutan api harus dilengkapi dengan fasilitas danpelayanan khusus yang diperlukan dan mwemenuhi syaratuntuk memberikan pelayanan bagi penumpang penyandangcacat dan orang sakit.
(2) Fasilitas dan pelayanankhusus sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), meliputia. ruang yang dirancang dan disediakan secara khusus
untuk penyandang cacat dan orang sakit gunamemberikan kemudahan dalam bergerak;
b. ruang yang dirancang dan disediakan secara khususuntuk penyandang cacat dan orang sakit guna;
c. penempatan ruang untuk penyandang cacat dan orangsakit diharuskan memiliki aksesibilitas tanpa hambatanuntuk keperluan ke peturasan;
d. alat bantu untuk naik turun dari dan ke saranapengangkut;
e. informasi perjalanan di kereta api.
Pasal 6
(1) Untuk terwujudnya tertib penyediaan fasilitas dan
aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan,Pemerintah Daerah melakukan peningkatan kemampuan
aparat dan masyarakat dalam memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian pembangunan bangunangedung dan lingkungan, Pemerintah Daerah harus
menggunakan persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sebagai dasar
pertimbangan dalam memberikan persetujuan ataupenerbitan perizinan mendirikan bangunan gedung yang
diperlukan.
(3) Terhadap aparat Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan atauKabupaten/Kota yang bertugas dalam penentuan dan
pengendalian bangunan gedung yang melakukan
pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dan Pasal 4 dikenakan
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(4) Terhadap penyedia jasa konstruksi yang terlibat dalampenyelenggaraan bangunan gedung yang melakukan
pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dan Pasal 4 dikenakan
sanksi dan atau ketentuan pidana sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
45/52
lx
i. Lif tangga (stairway lift);j. Toilet;k. Pancuran;l. Wastafel;m. Telepon;n. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol;o. Perabot;p. Rambu dan Marka.
(2) Rincian persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran peraturanini merupakan satu kesatuan pengaturan yang tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
Bagian Ketiga
Pengaturan Penyediaan Fasilitas dan Aksesibilitas
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
Pasal 5
(1) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedungdan lingkungan di daerah, diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Daerah yang berpedoman pada Peraturan ini.
(2) Dalam hal daerah belum mempunyai Peraturan Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka penyediaan
fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung danlingkungan berpedoman pada Peraturan ini.
(3) Dalam hal daerah telah mempunyai Peraturan Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum Peraturan ini
diberlakukan, maka Peraturan Daerah tersebut harus
menyesuaikan dengan Peraturan ini.
Bagian KeduaPrasarana Angkutan Kereta Api
Pasal 4
(1) Badan penyelenggara perkeretaapian wajib menyediakanfasilitas yang diperlukan dan memberikan pelayanan khususbagi penyandang cacat dan orang sakit di stasiun karetaapi.
(2) Fasilitas dan pelayanan khusus sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), meliputi :a. kondisi keluar masuk stasiun harus landai;
b. kondisi peturasan yang dapat dimanfaatkan penyandangcacat dan orang sakit tanpa bantuan pihak lain;
c. kondisi peron yang memudahkan penyandang cacat danorang sakit untuk naik turundaridankesaranaangkutankeretaapi;
d. wajib menyediakan personil yang dapat membantupenyandang cacat dan orang sakit;
e. papan informasi perjalanankereta api yang ditulisdengan huruf braille atau tanda melaluibunyi bagi
penyandang cacat tuna netraf. tempat duduk bagi penempatan kursiroda pada sisi
aman di dekat pintu keluar / masuk;g. papan informasi dengan tanda huruf yang besar diserta
warna yang jelas dan dalam jumlah yang cukup banyakbagi penyandang cacat tuna grahita, tuna rungu dantuna aksara;
h. kemudahan untuk mendapatkan tiket angkutan.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
46/52
xlvi
BAB IV
FASILITAS PELAYANAN UNTUK PENYANDANG CACAT DAN
ORANG SAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA ANGKUT-AN JALAN
Bagian PertamaSarana Angkutan Jalan
Pasal 5
(1) Sarana angkutan jalan harus dilengkapi dengan fasilitas dan
pelayanan angkutan jalan harus dilengkapi dengan fasilitasdan pelayanan khusus yang diperlukan dan memenuhisyarat untuk memberikan pelayanan bagi penumpangpenyandang cacat dan orang sakit.
(2) Fasilitas dan pelayanan khusus sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), meliputi:a. ruang yang dirancang dan disediakan secarak husus
untuk penyandang cacat dan orang sakit gunamemberikan kemudahan dalam bergerak;
b. alat bantu untuk naik turun dari dan ke saranapengangkut.
(3) Pengendara tuna rungu atau cacat kaki atau tangan dalamberlalu lintas di jalan wajib diberi tanda khusus padakendaraannya agar dapat lebih dikenal oleh pemakai jalanlainnya.
BagianKeduaPrasarana Angkutan Jalan
Pasal6
(1) Penyelenggara / pengelola prasarana angkutan alan wajibmenyediakan fasilitas yang diperlukan dan memberikanpelayanan khusus bagi penyandang cacat dan orang sakit.
(2) Fasilitas dan pelayanan khusus sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), meliputi:
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS FASILITAS DAN
AKSESIBILITAS
Bagian Kesatu
Penyediaan Fasilitas dan Aksesibilitas
Pasal 3
(1) Dalam merencanakan, dan melaksanakan pembangunan
bangunan gedung dan lingkungan, harus dilengkapi denganpenyediaan fasilitas dan aksesibilitas.
(2) Setiap orang atau badan termasuk instansi pemerintah dalampenyelenggaraan pembangunan bangunan gedung dan
lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memenuhi persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas yang
diatur dalam Peraturan ini.
Bagian Kedua
Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunangedung dan lingkungan meliputi:
a. Ukuran dasar ruang;b. Jalur pedestrian;c. Jalur pemandu;d. Area parkir;e. Pintu;f. Ram;g. Tangga;h. Lif;
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
47/52
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
48/52
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
49/52
lvi
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
187/M Tahun 2004 tentang Kabinet IndonesiaBersatu;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
286/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan TataKerja Departemen Pekerjaan Umum;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
TENTANG PEDOMAN TEKNIS FASILITASDAN AKSESIBILITAS PADA BANGUNAN
GEDUNG DAN LINGKUNGAN.
e. penyediaan personi lyang dapat membantu penumpangpenyandang cacat dan orang sakit.
BAB VI
FASILITAS PELAYANAN UNTUK PENYANDANG CACATDAN ORANG SAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA
ANGKUTAN UDARA
Bagian PertamaSarana Angkutan Udara
Pasal 9
(1) Sarana angkutan udara niaga harus dilengkapi denganfasilitas dan pelayanan khusus yang diperlukan danmemenuhi syarat untuk memberikan pelayanan bagipenyandang cacat dan orang sakit.
(2) Fasilitas dan pelayanan khusus sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), meliputi :a. fasilitas kemudahan naik dan turun dari dan atau ke pe-
sawat udara;b. penyediaan tempat untuk kursi roda di dalam pesawat
udara atau tempat yang memberi kemudahan apabilaterjadi keadaan darurat;
c. sarana bantu bagi penyandang cacat dan orang sakityang pengangkutannya mengharuskan dalam posisitidur;
d. pemberian prioritas tambahan tempat duduk;e. pemberian prioritas utama dalam pelayanan perjalanan
di pesawat udara;f. tersedianya personil yang dapat berkomunikasi dengan
penyandang cacat dan orang sakit;g. tersedia buku petunjuk tentang keamanan dan
keselamatan penerbangan bagi penumpang pesawatudara dan sarana lain yang dapat dimengerti olehpenyandang cacat dan orang sakit.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
50/52
l
Bagian KeduaPrasarana Angkutan Udara
Pasal 10
(1) Penyelenggara bandar udara wajib melengkapi denganfasilitas yang diperlukan dan memenuhi syarat untukmemberikan pelayanan khusus bagi penumpangpenyandang cacat dan orang sakit.
(2) Fasilitas dan pelayanan khusus sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), merupakan kemudahan bagi penyandangcacat dan orang sakit mulai dari tempat parkir kendaraandibandar udara, terminal udara sampai ke dalam pesawat
udara yang meliputi :a. kemudahan bagi pengguna kursi roda dan alat bantu
lainnya bagi penyandang cacat dan orang sakit untukmemanfaatkan berbagai fasilitas di bandar udara;
b. penyediaan lapangan parkir kendaraan penyandangcacat dan orang sakit yang memungkinkan kecepatanakses antara lapangan parkir kendaraan dengan ba-ngunan terminal bandar udara;
c. penyediaan ruang tunggu khusus yang memungkinkan
kecepatan akses antara bangunan terminal denganpesawat udara dengan dilengkapi fasilitas telepon danpeturasan;
d. lift khusus di terminal bandar udara yang dirancanguntuk 2 (dua) tingkat atau lebih;
e. penyediaan peralatan pendengaran dan pengelihatanyang lemah agar dapat memperoleh informasi tentangpenerbangan secara jelas;
f. pembuatan jalan khusus dari terminal keberangkatan
ke parkir pesawat / apron maupun kedatangan dibandar udara yang tidak menggunakan garbarataatau pada saat garbarata tidak berfungsi.
Lampiran II
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 30/PRT/M/2006
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS FASILITAS DAN AKSESIBILITASPADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan 56 ayat (5),
Pasal 58 ayat (5), Pasal 59 ayat (5), dan Pasal 60
ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung perlu menetapkan Peraturan MenteriPekerjaan Umum tentang Pedoman Teknis Fasilitas
dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-UndangNomor 28 Tahun 2002 tentang BangunanGedung (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4532);
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
51/52
liv
24. Direksi PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines;25. Direksi PT. Pos Indonesia;26. Direksi Telkom;
27. Direksi PT Indosat; 28. DPP INSA, Pelra, Gapasdap, Organda, dan INACA.
BAB VII
FASILITAS PELAYANAN UNTUK PENYANDANG CACAT DAN
ORANG SAKIT PADA SARANA POS DAN TELEKOMUNIKASIPasal 11
(1) Penyelenggara jasa pos dan telekomunikasi wajibmenyediakan fasilitas yang diperlukan dan memberikanpelayanan yang dapat dimanfaatkan bagi penyandang cacatdan orang sakit.
(2) Fasilitas dan pelayanan khusus sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah penyediaan loket pos dan teleponumum khusus yang disesuaikan dengan kondisipenyandang cacat dan orang sakit.
(3) Fasilitas dan pelayanan jasa pos dan telekomunikasisebagaimana yang mudah dijangkau oleh penyandangcacat dan orang sakit.
(4) Gedung penyelenggaraan dinas pos dan telekomunikasiharus landai atau apabila bertingkat/dengan trap harusmenyediakan ramp.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 12
Pemberian informasi berupa tanda-tanda khusus, bunyi dangambar-gambar serta huruf braille pada tempat-tempat khusus
di semua sarana dan prasarana perhubungan harus dilakukanoleh setiap penyelenggara sarana dan prasarana perhubungan.
Pasal 13
Penyediaan fasilitas dan pelayanan khusus sebagaimanadimaksud dalam Keputusan ini tidak dipungut biaya.
-
7/29/2019 Aksesibilitas lansaksebilitas lanjut usiia
52/52
lii
Pasal 14
Penyelenggara sarana dan prasarana perhubungan dapat
memberikan potongan tarif bagi penyandang cacat dan orangsakit untuk suatu masa atau peristiwa tertentu.
Pasal 15
Penyediaan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan orangsakit di bidang sarana dan prasarana perhubungan dilakukansecara bertahap dengan memperhatikan prioritas aksesibilitasyang dibutuhkan bagi penyandang cacat dan orang sakit.
Pasal 16
Direktur Jenderal di lingkungan Departemen Perhubunganmelaksanakan pembinaan teknis operasional terhadappelaksanaan Keputusanini.
BAB IXKETENTUANPENUTUP
Pasal 17
Dengan berlakunya Keputusanini, semua peraturan perundangundangan yang setingkat atau lebih rendah dari Keputusan iniyang mengatur mengenai penyelenggaraan angkutan jalan,angkutan perairan, angkutan perkeretaapian dan angkutanudara, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentanganatau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Keputusan
ini
Pasal 18
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : J A K A R T APada tanggal : 8 September 1999
MENTERI PERHUBUNGAN
ttd
GIRI S. HADIHARDJONO
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada :1. Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan;2. Menteri Negara Koordinator Bidang EKUIN;3. Menteri Negara Koordinator Bidang WASBANG dan PAN;4. Menteri Negara Koordinator Bidang KESRA dan TASKIN;5. Menteri Negara Sekretaris Negara;6. Menteri Pekerjaan Umum;7. Menteri Keuangan;
8. Menteri Dalam Negeri;9. Menteri Kehakiman;10. Menteri Sosial;11. Para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I;12. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;13. Sekjen, Irjen, para Dirjen dan para Kabadan di lingkungan
Dephub;14. Para Karo di lingkungan Setjen Departemen Perhubungan;15. Para Kakanwil Departemen Perhubungan;
16. Direksi Perum PPD;17. Direksi Perum Damri;18. Direksi Perumka;19. Direksi PT. (Persero) ASDP;20. Direksi PT. (Persero) Pelindo I, II, III dan IV;21. Direksi PT. (Persero) Pelni;22. Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura I dan II;23. Direksi PT. (Persero) Garuda Indonesia;