bab ii tinjauan pustaka ii.1. suara dan kebisingan ii.1.1 ... · pdf filegangguan pendengaran....

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1. Suara Suara adalah sesuatu yang kita dengar. Suara dihasilkan oleh objek yang bergetar dan mencapai telinga pendengarnya sebagai gelombang di udara maupun melalui media lainnya. Ketika sebuah objek bergetar, akan menghasilkan sedikit perubahan pada tekanan udara. Perubahan tekanan udara inilah yang akan mengalir sebagai gelombang di udara dan menghasilkan suara. Contoh kecepatan suara dalam beberapa media diperlihatkan dalam Tabel II.1. Tabel II.1. Kecepatan Suara Dalam Beberapa Media Kecepatan Suara Media ft/dtk m/dtk Udara 1,100 330 Kayu 11,100 3400 Air 4,700 1400 Beton 10,200 3100 Baja 16,000 5000 Timah 3,700 1200 Kaca 18,500 5500 Hidrogen 4,100 1260 Sumber : www.ccohs.ca II.1.2. Kebisingan Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami masalah kebisingan, dapat dilihat dari kondisi berikut: 4

Upload: trinhthuy

Post on 31-Jan-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Suara dan Kebisingan

II.1.1. Suara

Suara adalah sesuatu yang kita dengar. Suara dihasilkan oleh objek yang bergetar dan

mencapai telinga pendengarnya sebagai gelombang di udara maupun melalui media

lainnya. Ketika sebuah objek bergetar, akan menghasilkan sedikit perubahan pada

tekanan udara. Perubahan tekanan udara inilah yang akan mengalir sebagai

gelombang di udara dan menghasilkan suara. Contoh kecepatan suara dalam beberapa

media diperlihatkan dalam Tabel II.1.

Tabel II.1. Kecepatan Suara Dalam Beberapa Media Kecepatan Suara

Media ft/dtk m/dtk

Udara 1,100 330

Kayu 11,100 3400

Air 4,700 1400

Beton 10,200 3100

Baja 16,000 5000

Timah 3,700 1200

Kaca 18,500 5500

Hidrogen 4,100 1260

Sumber : www.ccohs.ca

II.1.2. Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat

produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan

gangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami

masalah kebisingan, dapat dilihat dari kondisi berikut:

4

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

a. Para pekerja harus mengeraskan suaranya bila berbicara di tempat kerja

tersebut.

b. Para pekerja merasakan telinga mereka berdenging selesainya jam kerja.

c. Para pekerja merasa mereka harus memperbesar volume radio dalam

perjalanan pulang ketika mendengarkan radio dibandingkan dengan ketika

mereka berangkat kerja di pagi harinya.

d. Para pekerja yang telah bekerja bertahun-tahun merasa bahwa mereka

mengalami kesulitan berkomunikasi jika sedang berada dalam sebuah pesta

maupun sebuah acara yang begitu banyak terdengar suara.

Karakteristik kebisingan antara lain yang penting untuk kesehatan adalah:

1. Intensitas/tekanan/sound pressure.

Tekanan suara = gaya per satuan luas, adalah sejumlah fluktuasi tekanan udara yang

dihasilkan oleh sumber bising. Tekanan suara tergantung pada lingkungan di mana

sumber suara berada dan jarak pendengar dari sumber. Biasanya tekanan suara

dinyatakan dalam pascal (Pa). Orang dewasa muda dan sehat dapat mendengar

tekanan suara paling kecil hingga 0,00002 Pa. Percakapan normal akan menghasilkan

tekanan suara sebesar 0,02 Pa. Batas tekanan suara normal yang dapat didengar

manusia adalah 0,00002 – 20 Pa. Suatu bunyi paling lemah yang dapat didengar oleh

manusia dianggap sebagai bunyi ambang batas.

Intensitas adalah energi yang mengalir per satuan luas. Semakin jauh sumber suara,

intensitas yang diterima semakin kecil, karena luas permukaaan total yang harus

dilalui semakin besar. Intensitas terkecil rata-rata yang masih menimbulkan

rangsangan pendengaran pada telinga umumnya ialah 10-12 Watt/m2 pada frekuensi

1000 Hz. Harga ini disebut harga ambang intensitas.

Karena nilai intensitas suara ini memiliki rentang skala yang sangat besar, maka

intensitas dinyatakan dengan skala logaritmis yang disebut skala desibel (dB), yaitu

5

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

log perbandingan antara intensitas/tekanan suara dengan harga ambang intensitas

dinyatakan dengan:

Tingkat Intensitas Suara = 10 log Iref

I , Iref = 10-12 W/m2

Tingkat Tekanan Suara = 20 log ef

PPr

, Pref = 2 Х 10-5 N/m2

Semakin tinggi intensitas, akan semakin berbahaya bagi pendengaran.

2. Frekuensi.

Frekuensi suara adalah fluktuasi/variasi tekanan udara per unit waktu, dinyatakan

dalam siklus/second atau Hertz. Setiap frekuensi suatu suara, memberi kontribusi

terhadap tekanan suara total/intensitas secara keseluruhan. Frekuensi yang dapat

didengar oleh orang dewasa muda dan sehat berada dalam rentang 20 – 15000 Hz.

Suara percakapan manusia berada pada 300 hingga 3000 Hz. Frekuensi tinggi lebih

berbahaya terhadap kemampuan dengar daripada frekuensi rendah. Telinga manusia

lebih sensitif terhadap frekuensi tinggi.

3. Durasi eksposur.

Semakin lama durasi eksposur, semakin besar kemungkinan kerusakan yang diderita

mekanisme pendengaran (Olishifski, 1971).

Berdasarkan sifatnya dan karakteristiknya, bising dibagi atas :

1. Bising kontinu dengan spektrum frekuensi luas.

Merupakan bising yang relatif tetap dalam batas amplitudo kurang lebih 5

dB(A) untuk periode waktu 0,5 detik berturut-turut.

Contoh : dalam kokpit pesawat helikopter, gergaji.

2. Bising kontinu dengan spektrum frekuensi sempit.

Bising ini relatif tetap dan hanya pada frekuensi tertentu saja.

Contoh : suara katup gas pada frekuensi 5000 Hz.

6

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

3. Bising terputus-putus.

Sering juga disebut dengan intermitten noise, yaitu kebisingan ini tidak

berlangsung terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang.

Contoh : kebisingan di lapangan terbang.

4. Bising impulsif.

Bising ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB(A) dalam waktu

sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya.

Contoh : penggunaan Hammer di industri.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :

1. Bising yang mengganggu (iritating noise). Intensitas tidak terlalu keras.

Misalnya mendengkur.

2. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi

pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda

bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak (damaging/injuries noise). Adalah bunyi yang

intensitasnya melampaui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak

atau menurunkan fungsi pendengaran.

Satuan dari kebisingan adalah desibel (dB). Kebisingan memiliki tiga skala yaitu A,

B, dan C. Skala A lebih peka terhadap frekuensi tinggi, dan merupakan respon yang

paling cocok dengan kapasitas dengar manusia. Oleh karena itu dalam standar-standar

yang berlaku, kebisingan memiliki satuan dB(A). Skala B, dan C digunakan untuk

evaluasi kebisingan mesin dalam rangka pengendalian kebisingan. Skala desibel ini

dapat dilihat pada Gambar II.1. Nilai desibel untuk beberapa sumber bunyi dapat

dilihat pada Tabel II.2.

7

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Gambar II.1. Kurva Skala Desibel

Sumber: www. engineeringtoolbox.com

Tabel II.2. Nilai Desibel Untuk Beberapa Sumber Bunyi Tingkat tekanan

suara (dB(A)) Kondisi Pendengaran

0 Ambang batas pendengaran

10 Suara pernafasan manusia

20 Di dalam studio siaran radio

30 Di dalam rumah pada malam hari yang sangat sepi

50 Di dalam rumah pada siang hari

60 Percakapan biasa jarak 1 m

70 Suara radio untuk didengarkan dalam ruangan

80 Di tepi jalan raya yang sibuk

90 Di dalam suatu pabrik

100 Di dalam ruang diesel

110 Suara tembakan senapan mesin

120 Pesawat jet tinggal landas

Sumber : BrÜel & Kjaer (2000)

8

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Di Indonesia, Nilai Ambang Batas kebisingan di Indonesia diatur oleh Surat

Keputusan Menaker No: KEP-51/MEN/1999 pada Tabel II.3.

Tabel II.3. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Indonesia

Waktu pemajanan per hari Intensitas Kebisingan

dB(A)

8 85

4 88

2 91

1

Jam

94

30 97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94

Menit

112

28,12 115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11

Detik

139

Keterangan: Kebisingan tidak boleh melebihi 140 dB(A) walaupun sesaat. Sumber: Surat Keputusan Menaker No: KEP-51/MEN/1999

9

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Persyaratan dalam peraturan tersebut adalah Nilai Ambang Batas yang diizinkan

dalam suatu waktu pemaparan tertentu (TWA). Selain dari pada itu Nilai Ambang

Batas kebisingan juga diatur oleh Surat Keputusan Mentri Kesehatan No:

261/MENKES/SK/II/1998, yaitu sebesar 85 dB(A) pemaparan 8 jam per hari untuk

perkantoran. Sedangkan untuk industri Nilai Ambang Batasnya ditunjukkan pada

Tabel II.4.

Tabel II.4. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Industri Indonesia Pemaparan Harian Tingkat Kebisingan

dB(A)

8 Jam 85

6 Jam 92

4 Jam 88

3 Jam 97

2 Jam 91

1 Jam 94

30 Menit 97

15 Menit 100

Sumber: Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 261/MENKES/SK/II/1998

Nilai intensitas kebisingan yang tercantum dalam peraturan-peraturan di atas adalah

nilai intensitas kebisingan ruangan. Keadaannya dapat menjadi sulit ditentukan

apabila seorang pekerja berpindah-pindah dari suatu ruangan ke ruangan lain yang

memiliki intensitas kebisingan yang lebih dari 85 dB(A).

II.2. Pengaruh Bising Terhadap Kesehatan

Efek dari kebisingan dapat berupa efek psikologis, seperti terkejut, tidak dapat

konsentrasi (Smith, 1986), efek terhadap komunikasi, kenaikan tekanan darah, sakit

telinga, dan kehilangan kemampuan/ketajaman pendengaran (tuli) (Roestam, 2004).

10

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

1. Gangguan fisiologis.

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-

putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan

darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstruksi pembuluh darah perifer terutama

pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2. Gangguan psikologis.

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah

tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat

menimbulkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, maupun kelelahan

(Smith, 1986).

3. Gangguan komunikasi.

Biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas)

atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan dilakukan dengan cara

berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada

kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya.

4. Gangguan keseimbangan.

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan melayang, yang dapat

menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

5. Efek pada pendengaran.

Merupakan gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian

bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali

bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus-menerus bekerja di tempat

bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.

11

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Ketulian akibat pengaruh bising ini dikelompokkan sebagai berikut (Roestam, 2004):

a. Temporary Threshold Shift = Noise Induced Temporary (TTS).

Ketulian TTS ini bersifat non patologis dan bersifat sementara, di mana penderita

TTS dapat kembali normal, hanya saja waktu pemulihannya pun bervariasi. Bila

diberi cukup istirahat, daya dengarnya akan pulih sempurna (Chen et al, 2007). Untuk

suara yang lebih besar dari 85 dB(A) dibutuhkan waktu bebas paparan atau istirahat 3

-7 hari.

Bila waktu istirahat tidak cukup dan tenaga kerja kembali terpapar bising semula, dan

keadaan ini berlangsung terus menerus maka ketulian sementara akan bertambah

setiap hari, kemudian menjadi ketulian menetap.

Untuk mendiagnosis TTS perlu dilakukan dua kali audiometri yaitu sebelum dan

sesudah tenaga kerja terpapar bising. Sebelumnya tenaga kerja dijauhkan dari tempat

bising sekurangnya 14 jam (Chen et al, 2007).

b. Permanent Threshold Shift (PTS) = Tuli menetap dan bersifat patologis.

PTS terjadi karena paparan yang lama dan terus menerus. Ketulian ini disebut tuli

perseptif atau tuli sensorinureal. Penurunan daya dengar terjadi perlahan dan bertahap

sebagai berikut :

- Tahap 1: timbul setelah 10 – 20 hari terpapar bising, tenaga kerja mengeluh

telinganya berbunyi pada setiap akhir waktu kerja.

- Tahap 2: keluhan telinga berbunyi secara intermitten, sedangkan keluhan

subjektif lainnya menghilang. Tahap ini berlangsung berbulan-bulan sampai

bertahun-tahun.

- Tahap 3: tenaga kerja sudah mulai merasa terjadi gangguan pendengaran

seperti tidak mendengar detak jam, tidak mendengar percakapan terutama bila

ada suara lain.

12

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

- Tahap 4: gangguan pendengaran bertambah jelas dan mulai sulit

berkomunikasi. Pada tahap ini nilai ambang pendengaran menurun dan tidak

akan kembali ke nilai ambang semula meskipun diberi istirahat yang cukup.

c. Tuli karena trauma akustik.

Perubahan pendengaran terjadi secara tiba-tiba, karena suara impulsif dengan

intensitas tinggi, seperti letusan, ledakan, dan lainnya. Diagnosis mudah dibuat

karena penderita dapat mengatakan dengan tepat terjadinya ketulian. Tuli ini biasanya

bersifat akut dan cepat sembuh secara parsial atau komplit.

Sedangkan akibat ketulian terhadap aktivitas sebagai tenaga kerja dibedakan atas:

1. Hearing Impairment.

Didefinisikan sebagai kerusakan fisik telinga baik yang irreversibel (PTS)

maupun yang reversibel (TTS).

2. Hearing Disability.

Didefinisikan sebagai kesulitan mendengarkan akibat hearing impairment,

misalnya:

a. Problem komunikasi di tempat kerja.

b. Problem dalam mendengarkan musik.

c. Problem mencari arah/asal suara.

d. Problem membedakan suara.

Secara ringkas, dapat dikatakan efek hearing impairment terhadap disability

berbeda pada setiap individu, tergantung fungsi psikologis dan aktivitas sosial

yang bersangkutan.

3. Handicap.

Ketidakmampuan atau keterbatasan seseorang untuk melakukan suatu tugas

yang normal dan berguna baginya. Menurut WHO diklasifikasikan sebagai

berikut:

13

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

a. Orientation handicap (ketidakmampuan/keterbatasan dalam mengikuti

pembicaraan).

b. Physical independence handicap (ketidakmampuan/keterbatasan untuk mandiri).

c. Occupational handicap (ketidakmampuan/keterbatasan dalam bekerja dan

memilih karir).

d. Economic self-suffiency handycap.

e. Social integration handicap (ketidakmampuan/keterbatasan dalam melakukan

aktivitas normal harian, seperti respons terhadap alarm atau pesan lisan).

f. Inability to cope with occupational requirement (ketidakmampuan/keterbatasan

yang mengakibatkan berkurangnya penghasilan).

Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat

ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari seperti pada Tabel II.5.

Tabel II.5. Gradasi Gangguan Pendengaran

Gradasi Parameter

Normal Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m)

Sedang Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak > 1,5 m

Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak > 1,5 m

Berat Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak > 1,5 m

Sangat berat Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak < 1,5 m

Tuli total Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi

Sumber: Bucchari (2007)

Menurut Bucchari (2007) derajat ketulian adalah sebagai berikut:

a. Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB(A), masih normal.

b. Jika peningkatan ambang dengar antara 26 – 40 dB(A), disebut tuli ringan.

c. Jika peningkatan ambang dengar antara 41 – 60 dB(A), disebut tuli sedang.

d. Jika peningkatan ambang dengar antara 61 – 90 dB(A), disebut tuli berat.

14

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Efek kebisingan ini berbeda untuk masing-masing orang, hal tersebut dipengaruhi

oleh: kepekaan seseorang, usia, total energi yang diterima, lamanya eksposur, masa

kerja (Baktiansyah et al, 2005), pernah menderita penyakit telinga sebelumnya,

konsumsi obat-obatan ototoksik, dan karakteristik bising yang diterima.

Karena berhubungan dengan gangguan pada efek pendengaran, maka perlu dibahas

mengenai telinga.

II.3 Telinga Sebagai Indera Pendengaran

Telinga merupakan organ yang mampu mengenal suara. Telinga bukan hanya sebagai

penerima suara, namun juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh.

Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Gambar II.2. Anatomi Telinga Manusia Sumber: www.wikipedia.com

1. Telinga luar.

Merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna,

liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran

15

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam

liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks

pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang

telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang dilapisi kulit

tipis. Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin

yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi

sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga

yang akan meneruskan suara ke telinga dalam. Peradangan pada bagian telinga ini

disebut sebagai otitis eksterna, biasanya terjadi karena kebiasaan mengorek telinga.

2. Telinga tengah.

Telinga tengah meliputi gendang telinga, tiga tulang pendengaran (martil atau

malleus, landangan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). Muara tuba eustachiii juga

berada di telinga tengah. Ketika getaran suara sudah diterima oleh gendang telinga

maka akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran

akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Pada tulang sanggurdi, yang

merupakan tulang terkecil di tubuh, meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput.

Peradangan atau infeksi pada bagian telinga ini disebut sebagai Otitis Media.

3. Telinga dalam.

Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang) dan labirin membranasea.

Labirin osea adalah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum

yang berisi cairan perilimfe. Sedangkan labirin membranasea terletak lebih dalam dan

memiliki cairan endolimfe. Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput.

Penampang melintang koklea terdiri atas tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala

media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan

tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval. Sedangkan

skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.

16

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner

dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris

terdapat organ corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organ

corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran

tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur. Sedangkan sel rambut akan

dihubungkan dengan bagian otak. Eksposur yang lama dalam taraf kebisingan tinggi

dapat merusak sel rambut yang dapat menyebabkan ketulian.

II.4. Tekanan darah

Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri

darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan

darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut 120

/80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat

denyutan jantung, dan disebut tekanan sistolik. Nomor bawah (80) menunjukkan

tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik.

Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam

keadaan duduk atau berbaring.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-

anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada

saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam

satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat

tidur malam hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara

berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi.

Bising dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya beberapa reaksi

tubuh, salah satunya hormon adrenalin yang dilepaskan ke dalam peredaran darah

dapat meningkatkan detak jantung, tekanan darah dan respirasi (Dimalouw, 2002).

Mekanisme pasti bagaimana bising dapat menimbulkan efek fisiologis ini masih

17

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

belum jelas, hanya saja bising dapat menimbulkan reaksi jantung dengan

menstimulasi sistem syaraf sympathetic atau sistem kelenjar bawah otak (Gillespie,

2004).

Beberapa penelitian seperti Artawan et al (2007) yang meneliti hipertensi pada musisi

gamelan di Bali, Jarup et al pada tahun 2005 yang meneliti hipertensi dan paparan

bising di dekat airport, dan Gillespie et al (2004) yang meneliti perubahan tekanan

darah sitolik, diastolik, dan denyut jantung akibat adanya bising menunjukkan bahwa

kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah bahkan

menyebabkan terjadinya hipertensi.

II.5. Pengukuran Kebisingan di Tempat Kerja

Pengukuran tingkat kebisingan dan paparan bising terhadap pekerja dapat berguna

dalam mengidentifikasi bagian lokasi kerja yang memiliki masalah kebisingan,

mengetahui pekerja mana yang telah terpapar kebisingan, dan di bagian mana yang

perlu dilakukan pengendalian bising.

Langkah pertama untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah kebisingan di tempat

kerja adalah mencari tahu apakah ada potensi masalah kebisingan di tempat kerja

tersebut. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan survei. Indikator ada tidaknya

bahaya bising antara lain:

a. Suara di tempat kerja tersebut lebih bising dibandingkan dengan suara lalu lintas

bis kota di jalan raya.

b. Orang-orang harus mengeraskan suaranya ketika berbicara pada jarak 1 m.

c. Setelah bekerja beberapa tahun, para pekerja merasakan kesulitan jika harus

berkomunikasi di tempat ramai.

Peralatan yang biasanya digunakan untuk pengukuran kebisingan dapat dilihat dari

Tabel II.6.

18

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Tabel II.6. Peralatan Pengukuran Kebisingan

Jenis Pengukuran Alat yang digunakan Hasil Komentar

1) Dosimeter Dosis atau Leq

Paling akurat untuk pengukuran personal

2) ISLM* Leq

Bila pekerja berpindah-pindah, sulit untuk mengukur personal

eksposurnya.

Paparan bising personal

3) SLM** dB(A)

Bila rentang kebisingan sangat luas, sulit untuk

mencari rata-rata eksposurnya. Hanya

berguna bila ada pembagian kerja yang jelas dan bila tingkat

bising relatif stabil setiap waktunya

1) SLM** dB(A)

Pengukuran harus dilakukan 1 hingga 3

meter dari sumber (tidak langsung pada sumber) Tingkat

kebisingan dihasilkan oleh sumber khusus 2) ISLM**

Equivalent sound level

dB(A)

Sangat berguna untuk rentang bising yang luas,

dapat mengukur Leq pada waktu yang singkat

(1 menit).

1) SLM dB(A) Untuk membuat peta kebisingan. Survei kebisingan

2) ISLM Leq Untuk bising yang sangat bervariasi

Bising impuls 1) Impulse SLM Tekanan puncak dB(A)

Untuk mengukur puncak setiap impuls

* SLM = Sound Level Meter * ISLM = Integrating Sound Level Meter Sumber: www.osha.gov

a. Sound Level Meter.

Sound Level Meter terdiri dari mikropon, sirkuit elektronik, dan display pembacaan.

Mikropon akan mendeteksi tekanan udara yang bervariasi yang kemudian bersama-

sama dengan bunyi akan mengubahnya menjadi sinyal elektrik. Sinyal ini kemudian

19

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

akan diproses oleh sirkuit elektronik yang terdapat di dalam alat. Pembacaan akan

terlihat dalam satuan desibel. Untuk pengukuran, Sound Level Meter digenggam dan

diletakkan setinggi telinga mereka yang terpapar bising. Sound Level harus dikalibrasi

terlebih dahulu, baik sebelum maupun sesudah penggunaan.

Sound Level Meter memberikan respons kira-kira sama dengan respon telinga

manusia dan memberikan pengukuran objektif serta bisa diulang-ulang tiap tingkat

kebisingan. Pada umumnya Sound Level Meter mempunyai pembobotan atau skala A,

B, dan C. Untuk pengukuran tingkat kebisingan dipakai skala A. Skala A ini adalah

skala kebisingan yang sensitif untuk frekuensi tinggi dan paling cocok dengan

pendengaran manusia. Skala B memberikan respon yang lebih baik untuk frekuensi

rendah, skala C memberikan respon terhadap frekuensi rendah yang paling baik.

Biasanya skala B dan C digunakan untuk pengendalian kebisingan mesin-mesin di

industri. Dalam penggunaannya, kadang-kadang Sound Level Meter dihubungkan

dengan frequency analyzer. Alat ini berfungsi sebagai filter yang akan memberikan

informasi tentang frekuensi dominan kebisingan. Informasi ini sangat berguna

terutama untuk digunakan dalam rangka pengendalian kebisingan.

b. Integrated Sound Level Meter (ISLM).

Integrated Sound Level Meter memiliki kesamaan dengan dosimeter. ISLM

menentukan ekivalen sound level pada lokasi tertentu. Perbedaannya dengan

dosimeter adalah ISLM tidak digunakan untuk pengukuran personal eksposur karena

ISLM di pegang dengan tangan dan tidak dikenakan pada pekerjanya. Menghasilkan

pembacaan tunggal untuk bising yang ada, meskipun pada kenyataannya Sound level

dari bising berubah terus menerus.

c. Noise dosimeter.

Noise dosimeter merupakan suatu peralatan yang kecil dan ringan yang dijepitkan di

ikat pinggang dengan sebuah mikropon kecil yang dikaitkan di kerah baju, dekat

20

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

dengan telinga. Dosimeter menyimpan informasi rata-rata tingkat kebisingan yang

diterima selama proses. Sangat berguna untuk di industri di mana bising yang terjadi

bervariasi dalam durasi dan intensitas.

d. Audiometer.

Audiometer adalah suatu frequency compensated, audio signal generator. Alat ini

mengeluarkan nada murni pada berbagai frekuensi dan intensitas untuk digunakan

dalam pengukuran kepekaan pendengaran. Audiometer menghasilkan rangsangan

elektronik yang serupa dengan yang diberikan oleh garpu tala. Karena intensitas yang

dihasilkan oleh audiometer dapat dikontrol secara akurat, maka hasil pengukuran

yang dilakukan akan cukup baik.

Ada dua jenis audiometer :

1. Wide-range audiometer.

Menghasilkan sinyal-sinyal yang umumnya dalam jelajah pendengaran manusia. Alat

ini dilengkapi dengan sepasang air conduction earphone, bone vibrator, dan fasilitas

untuk menutup sebelah telinga pada saat pemeriksaan. Wide-range audiometer ini

ditujukan untuk keperluan klinis dan diagnostik.

2. Limited range audiometer.

Alat ini lebih terbatas dalam hal frekuensi dan tingkat tekanan suara bila

dibandingkan dengan wide-range audiometer. Alat ini menghasilkan nada murni pada

500, 1000, 2000, 3000, 4000, dan 6000 Hz, pada tingkat tekanan suara mulai dari 10

dB(A) sampai 70 dB(A) Standard Reference Threshold Level. Alat ini ditujukan

untuk tingkat ambang pendengaran orang dewasa yang bekerja dalam industri.

Karena ketulian berhubungan dengan faktor usia, untuk pengukuran menggunakan

Audiometer akan dilakukan koreksi terhadap usia. Koreksi terhadap usia ini bertujuan

ingin melihat sudah berapa besar terjadi pergeseran batas pendengaran. Beberapa

metode penghitungan hasil Audiometer dengan memasukkan koreksi usia ini sudah

21

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

dimulai sejak tahun 1972 oleh NIOSH, dan terus berkembang hingga saat ini.

Beberapa metode penghitungan pergeseran batas dengar dapat dilihat pada Tabel II.7.

Tabel II.7. Beberapa Metode Penghitungan Pergeseran Batas Dengar

No NIOSH 1972 OSHA 1983 NIOSH 1998 MSHA (1999)

1 A Tentukan nilai age correction untuk audiogram yang diteliti

(A) Tentukan usia dan nilai faktor koreksi dari hasil

audiogram yang akan ditentukan pada frekuensi 1000 hingga

6000 Hz

Hitung nilai koreksi usia untuk usia yang

dijadikan sebagai baseline

1 B Tentukan nilai age correction untuk baseline audiogram

(B) Tentukan usia dan nilai faktor koreksi yang akan

dijadikan sebagai baseline audiogram, yaitu yang memiliki

nilai audiogram terbaik.

Hitung nilai koreksi usia untuk

audiogram yang akan ditentukan

2 Hitung selisih 1A dan 1B Hitung selisih nilai faktor koreksi dari 1A dan 1B

Hitung selisih nilai 1A dan 1 B

3

Selisih tersebut (delta Δ) adalah jumlah yang mengacu

pada usia

Hasil selisih (delta Δ) memperlihatkan perubahan

pendengaran yang dipengaruhi oleh usia

Tidak menggunakan faktor koreksi usia

Selisihnya memperlihatkan perubahan batas

dengar berdasarkan koreksi usia

4

Jumlahkan delta Δ dengan initial baseline pekerja audiogram pada setiap

frekuensi untuk memperoleh age-corrected baseline

Hitung selisih delta Δ dari audiogram yang akan diteliti pada setiap frekuensi untuk

mendapatkan adjusted annual audiogram

Hitung selisih delta Δ dari audiogram yang akan diteliti

pada setiap frekuensi untuk mendapatkan

adjusted annual audiogram

5 Hitung selisih koreksi usia

terhadap age-adjusted baseline dari audiogram yang diteliti

Hitung selisih batas pendengaran antara adjusted annual

audiogram dengan nilai baseline audiogram pada setiap

frekuensinya

Hitung selisih batas pendengaran antara

adjusted annual audiogram dengan

nilai baseline audiogram

6 Hitung selisih most recent (previous) audiogram dari

audiogram yang diteliti N/A N/A

STS

Pergeseran didefinisikan sebagai nilai batas tertinggi ≥

10 dB pada frekuensi 500, 1000, 2000, dan 3000 atau ≥ 15

dB pada frekuensi 4000 dan 6000 Hz

Pergeseran didefinisikan sebagai perubahan batas dengar relatif terhadap baseline audiogram

apabila rata-rata ≥ 10 dB pada frekuensi 2000, 3000, dan 4000 Hz baik pada salah satu telinga

maupun pada kedua telinga

Perubahan batas dengar bila pada salah satu telinga atau pada kedua

telinga ≥ 15 dB pada frekuensi 500, 1000,

2000, 3000, 4000, dan 6000 Hz

Pergeseran batas dengar didefinisikan sebagai perubahan batas dengar relatif terhadap baseline ≥

10 dB pada frekuenai 2000 dan

3000 Hz Sumber: www-nehc.med.navy.mil

22

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Sebagai tabel acuan untuk koreksi usia perhitungan OSHA dapat dilihat pada Tabel

II.8.

Tabel II.8. Tabel Koreksi Usia Bagi Pekerja Lelaki

____________________________________________________________ Audiometric Test Frequency (Hz)

Years _________________________________ ______________________1000 2000 3000 4000 6000 20 or younger........... 5 3 4 5 8 21 ..................... 5 3 4 5 8 22 ..................... 5 3 4 5 8 23 ..................... 5 3 4 6 9 24 ..................... 5 3 5 6 9 25 ..................... 5 3 5 7 10 26 ..................... 5 4 5 7 10 27 ..................... 5 4 6 7 11 28 ..................... 6 4 6 8 11 29 ..................... 6 4 6 8 12 30 ..................... 6 4 6 9 12 31 ..................... 6 4 7 9 13 32 ..................... 6 5 7 10 14 33 ..................... 6 5 7 10 14 34 ..................... 6 5 8 11 15 35 ..................... 7 5 8 11 15 36 ..................... 7 5 9 12 16 37 ..................... 7 6 9 12 17 38 ..................... 7 6 9 13 17 39 ..................... 7 6 10 14 18 40 ..................... 7 6 10 14 19 41 ..................... 7 6 10 14 20 42 ..................... 8 7 11 16 20 43 ..................... 8 7 12 16 21 44 ..................... 8 7 12 17 22 45 ..................... 8 7 13 18 23 46 ..................... 8 8 13 19 24 47 ..................... 8 8 14 19 24 48 ..................... 9 8 14 20 25 49 ..................... 9 9 15 21 26 50 ..................... 9 9 16 22 27 51 ..................... 9 9 16 23 28 52 ..................... 9 10 17 24 29 53 ..................... 9 10 18 25 30 54 ..................... 10 10 18 26 31 55 ..................... 10 11 19 27 32 56 ..................... 10 11 20 28 34 57 ..................... 10 11 21 29 35 58 ..................... 10 12 22 31 36 59 ..................... 11 12 22 32 37 60 or older ............ 11 13 23 33 38 ___________________________________________________________

Sumber: www.osha.gov

23

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Tabel II.8 di atas diperlukan sebagai faktor koreksi usia karena pada penelitian ini

akan mengacu dari langkah-langkah yang dilakukan oleh OSHA 1983 (Calculations

and application of age corrections to audiograms). Akan ditentukan salah satu usia

sebagai baseline audiogram yaitu yang diambil dari hasil audiogram terbaik.

Seseorang dikatakan sudah mengalami pergeseran batas pendengaran bila hasil rata-

rata perubahan batas dengarnya telah mencapai ≥ 10 dB pada frekuensi 2000, 3000,

4000 Hz.

Untuk penurunan batas dengar diperoleh dari tahap kelima dari langkah perhitungan

OSHA 1983, yaitu selisih antara nilai audiogram yang diteliti pada frekuensi 2000,

3000, dan 4000 Hz dengan nilai faktor koreksi usia terhadap baseline audiogram.

Untuk menyatakan sudah terjadi penurunan batas pendengaran dapat digunakan kurva

penurunan batas pendengaran terhadap usia pada Gambar II.3.

Gambar II.3. Kurva Penurunan Batas Pendengaran Berdasarkan Kelompok Usia

Sumber: www.sfu.ca

24

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Dari gambar II.3 bila dikelompokkan terhadap usia, range nilai penurunan batas

pendengaran pada frekuensi 2000 hingga 4000 Hz dapat dilihat pada Tabel II.9.

Tabel II.9. Range Penurunan Batas Pendengaran pada Rentang Frekuensi 2000 Hingga 4000 Hz

Kelompok Usia (thn) Range Penurunan Batas Pendengaran (dB(A))

20 - < 30 ≤ 5

30 - < 40 0 - 12

40 - < 50 5 - 20

50 - < 60 10 - 30

II.6. Analisis Risiko

Analisis risiko adalah suatu teknik untuk menganalisis risiko dalam berbagai bidang,

seperti toksikologi, higiene industri, keselamatan kerja, prediksi cuaca, epidemiologi,

dan perilaku sosial. Proses dan tahapan analisis mencakup identifikasi bahaya,

evaluasi paparan dan dosis respon, karakterisasi risiko dan kebijakan perbaikan yang

terlihat pada Gambar II.4.

Identifikasi bahaya

Evaluasi dosis respon

Karakterisasi risiko

Evaluasi paparan

Kebijakan perbaikan

Gambar II.4. Proses dan Tahapan Analisis

25

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

II.6.1. Identifikasi Bahaya

Untuk penentuan bahaya dapat dilakukan dengan menggunakan studi epidemiologi,

uji hewan secara in vivo, uji kultur jaringan/sel jangka pendek, maupun dengan

analisis hubungan aktivitas dengan struktur molekul. Dalam bidang teknik

lingkungan yang baru dilakukan adalah studi epidemiologi, sedangkan uji hewan

secara in vivo, uji kultur jaringan/sel jangka pendek, maupun dengan analisis

hubungan aktivitas dengan struktur molekul hanya untuk zat kimia, biologi, dan

fisika.

Studi epidemiologi bertujuan untuk mempelajari pola/distribusi dan frekuensi

penyakit di masyarakat serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola tersebut

(meneliti faktor determinan atau yang ikut menentukan terjadinya penyakit) dan

mempelajari sebab-akibat dengan efek langsung terhadap organisme/manusia.

Dalam epidemiologi dikenal tiga model dasar penelitian observasional analitis, yakni

model kasus kendali, kohort, dan cross sectional.

1. Model kasus kendali.

Model kasus kendali ini disebut juga case control atau case history, dan retrospektif.

Penelitian jenis ini dilakukan apabila penyakit sudah ada/sudah manifest, tetapi tidak

diketahui sebabnya. Karena agen penyakitnya selalu bertindak atau selalu berada dan

beraksi sebelum terjadinya penyakit, maka penelitian ini meninjau kembali ke masa

lalu untuk mencari agennya. Oleh karena itu penelitian ini disebut penelitian

retrospektif atau menelusuri history atau sejarah perkembangan penyakit. Penelitian

ini semakin banyak dilakukan untuk mencari penyebab penyakit yang belum

diketahui, terutama penyakit yang jarang didapat seperti berbagai jenis kanker.

2. Model Kohort atau prospektif.

Model kohort juga disebut studi follow-up atau studi insidensi. Penelitian kohort

berbeda dari kasus kendali karena pada saat penelitian belum didapat penderita

kanker, tetapi sudah diketahui adanya agen potensial yang memapari populasi yang

26

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

akan diteliti dalam berbagai kategori. Variabel berupa agen potensial didefinisikan

dan diukur, sementara itu kohort diikuti kesehatannya dan apabila terjadi penyakit

diperiksa untuk melihat sesuai tidaknya penyakit tersebut dengan yang didefinisikan

sebelum mulai penelitian.

3. Model Cross-sectional.

Model cross-sectional disebut juga studi prevalensi, karena yang diukur adalah

prevalensi. Berbeda dari dua model terdahulu, di mana aksi agen dapat dinyatakan

sebagai mendahului penyakit, maka dalam model ini baik agen dan penyakit diteliti

pada saat yang sama. Dengan demikian data penyakit yang didapat berupa prevalensi

dan paparan yang didapatkan adalah paparan yang saat ini ada, dan bukan yang

menyebabkan penyakit yang tentunya harus didapat di masa lalu. Apabila keadaan

lingkungan itu bisa dianggap stabil, maka asumsi bahwa kadar agen itu sama di masa

lalu dengan yang sekarang dapat diterima.

II.6.2. Evaluasi Paparan

Paparan seringkali dilupakan, padahal tanpa paparan tidak akan ada risiko. Bagian

penting dalam paparan ini adalah pathway yang membawanya dari sumber ke titik

kontak dengan masyarakat. Dimana dapat terjadi perubahan transpor-transformasi,

adsorpsi-desorpsi dalam pathway. Hal kedua yang tidak kalah penting adalah

estimasi kontak yang terjadi; apakah secara kontinu atau intermitten, portal of entry

nya melalui kulit, telinga, mulut, dll.

II.6.3. Evaluasi Dosis Respon

Evaluasi dosis respon berguna untuk mencari konsistensi hubungan dosis dengan efek

yang diduga diakibatkan oleh xenobiotik. Bila ada konsistensi, maka semakin besar

dosis, semakin parah efek, sampai pada saat organisme tidak lagi bertambah

responnya, bila dikurvakan akan membentuk huruf S. Kurva dosis respon ditunjukkan

pada Gambar II.5.

27

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

Gambar II.5. Kurva Dosis-Respon Sumber: www.ccohs.ca

Dalam penelitian ini, hasil pengukuran dengan Noise Dosimeter akan bertindak

sebagai dosis, sedangkan hasil pengukuran dengan audiometri akan menunjukkan

respon yang dirasakan oleh pekerja.

II.6.4. Karakterisasi Risiko

Yaitu menentukan berbagai jenis estimasi dari hasil penilaian source release, hazard

assessment, dose response, dan exposure assessment. Estimasi yang dilakukan berupa

tipe, besaran, efek yang merugikan, kemungkinan efek yang akan terjadi, disertai

dengan deskripsi dan asumsi analisis dan ketidakpastiannya.

Karakterisasi risiko tergantung pada tujuan dan sifat penilaian risiko, tergantung pada

preferensi peneliti dan sering kali terbatas pada satu atau dua zat saja, sehingga

banyak yang tidak diteliti. Karakterisasi risiko dapat dinyatakan dengan HI (Hazard

Index) dan RR (Risiko Relatif).

HI merupakan jumlah dari HQ (Hazard Quotient). HQ diperoleh dengan cara

membandingkan nilai yang diterima oleh seseorang terhadap nilai yang

diperbolehkan. HQ dirumuskan dengan:

28

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1 ... · PDF filegangguan pendengaran. Untuk mengetahui apakah suatu tempat kerja mengalami ... Menengah Kesulitan dalam percakapan

DoseferenceDoseDailyAverageHQ

Re=

∑= HQHI

Untuk yang bersifat non karsinogenik seperti kebisingan yang akan diteliti, Reference

Dose (RfD) dibandingkan dengan nilai kebisingan yang diterima oleh populasi

sampel. RfD yang digunakan di sini adalah Nilai Ambang Batas untuk kebisingan

yaitu 85 dB(A).

Nilai RR diperoleh dengan membandingkan jumlah penyakit pada kelompok terpapar

dengan jumlah penyakit pada kelompok tidak terpapar. RR dinyatakan dalam matriks

2x2 seperti terlihat pada Tabel II.10 (Soemirat, 2000).

Tabel II.10. Matriks 2x2 Perhitungan RR Status sakit/paparan Terpapar Tidak terpapar

Sakit

Tidak sakit

a

c

b

d

)/()/(

dbbcaaRR

++

=

Bila RR ≥ 1, menandakan risiko terjadinya penyakit pada kelompok terpapar lebih

besar daripada risiko terjadinya penyakit pada kelompok tidak terpapar.

29