bab ii tinjauan pustaka e. landasan teorirepository.ump.ac.id/4127/3/bab ii.pdfkeluargamu dari api...

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 1. Pola Asuh Orang Tua Orang tua memegang peranan penting bagi peserta didik. Orang tua memiliki tanggung jawab dalam pendidikan peserta didik seperti pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan sosial, pendidikan kejiwaan, dan pendidikan seksual. Kewajiban orang tua telah dijelaskan pada Al-Qur’an Surat At-Tahrim (66) ayat 6. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Ayat di atas menjelaskan bahwa orang tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi peserta didik. Orang tua adalah model dan panutan bagi peserta didik, sehingga orang tua harus memiliki sikap dan perilaku yang baik. Selain itu orang tua juga memiliki tanggung jawab memberikan pengasuhan yang baik bagi peserta didik. Pengasuhan juga dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik. 6 Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Upload: lymien

Post on 04-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

E. Landasan Teori

1. Pola Asuh Orang Tua

Orang tua memegang peranan penting bagi peserta didik. Orang tua

memiliki tanggung jawab dalam pendidikan peserta didik seperti

pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan sosial, pendidikan

kejiwaan, dan pendidikan seksual. Kewajiban orang tua telah dijelaskan

pada Al-Qur’an Surat At-Tahrim (66) ayat 6.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka

dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang tua memiliki kewajiban dan

tanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik. Orang tua merupakan

pendidik utama dan pertama bagi peserta didik. Orang tua adalah model

dan panutan bagi peserta didik, sehingga orang tua harus memiliki sikap

dan perilaku yang baik. Selain itu orang tua juga memiliki tanggung jawab

memberikan pengasuhan yang baik bagi peserta didik. Pengasuhan juga

dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik.

6

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

7

Pola asuh orang tua adalah cara interaksi orang tua dengan peserta

didik yang terjadi saat lahir yang bersifat konsisten dari waktu ke waktu.

Cara interaksi ini dapat dirasakan oleh peserta didik dari segi positif dan

negatif. Pola asuh yang baik dapat dikatakan apabila orang tua memberikan

perhatian yang cukup kepada peserta didik, terutama dalam pendidikan.

Diana Baumrind (Santrock, 2010: 91) berpendapat bahwa seharusnya

orang tua tidak boleh terlalu menghukum (punitive) atau terlalu tak peduli

(aloof), sebaiknya orang tua menyusun aturan bagi peserta didik dan pada saat

yang sama bersifat suportif dan membimbing serta mengasuh (nurturant).

Orang tua sebagai seorang pemimpin dituntut mempunyai dua

keterampilan, yaitu keterampilan manajemen (managerial skill) maupun

keterampilan teknis (technical skill). Kepemimpinan orang tua yang baik

memiliki beberapa kriteria, yaitu kemampuan melindungi peserta didik dari

perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, kemampuan memikat hati

peserta didik, kemampuan membina hubungan yang serasi dengan peserta

didik, memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, memperbaiki

jika merasa ada kesalahan dan kekeliruan dalam mendidik, membimbing,

dan melatih peserta didik untuk berbuat baik sesuai dengan ajaran agama.

Diana Baumrind (Dariyo, 2007: 206) ada empat jenis pola asuh, yaitu: pola

asuh otoriter, pola asuh permisif, pola asuh demokratis dan pola asuh

situasional.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

8

a. Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting)

Pola asuh otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan

menuntut peserta didik untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Pola

asuh tipe otoriter biasanya orang tua menetapkan batas-batas yang tegas dan

tidak memberi peluang yang besar bagi peserta didik untuk mengemukakan

pendapat. Authoritarian parenting menurut Santrock (2010: 91) adalah gaya

asuh yang bersifat membatasi dan menghukum. Selain itu orang tua juga

cenderung kaku dan kurang komunikasi dengan peserta didik.

Orang tua yang otoriter cenderung bersikap sewenang-wenang dan

tidak demokratis dalam membuat keputusan, memaksakan peran atau

pandangan kepada peserta didik atas dasar kemampuan dan kekuasaan

sendiri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan peserta didik.

Peserta didik dari pola asuh otoriter cenderung bersifat curiga pada orang

lain dan merasa tidak bahagia dengan diri sendiri, merasa canggung

berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal

masuk sekolah, dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan

dengan peserta didik lainnya. Selain itu peserta didik cenderung cemas

menghadapi situasi sosial, tidak bisa membuat inisitif untuk beraktivitas,

dan keahlian komunikasi buruk.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

9

Koskei (2014: 506) mengatakan bahwa “Parents who through the

force pressing their children to make too high demands can be made in

it anxiety and fear of failure rather than providing effective motivation to

do well in their academic work”. Artinya, orang tua yang menerapkan

gaya menekan atau otoriter biasanya membuat tuntutan terlalu tingi yang

menyebabkan kecemasan dan takut gagal di dalamnya daripada

memberikan motivasi yang efektif untuk meningkatkan kerja akademik

peserta didik. Adanya tuntutan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

peserta didik merasa cemas dan takut kegagalan yang mengakibatkan

kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran.

b. Pola Asuh Permisif (Permissive Parenting)

Pola asuh permisif orang tua justru merasa kurang peduli, kurang

membimbing dan cenderung memberikan kesempatan serta kebebasan

secara luas kepada peserta didik. Orang tua tidak terlibat aktif dalam

kehidupan peserta didik. Peserta didik pada pola asuh permisif akan

menganggap bahwa orang tua lebih memilih aspek kehidupan lain dari pada

kehidupan peserta didik. Hal tersebut akan mengakibatkan peserta didik

cenderung kurang mengontrol diri, tidak termotivasi untuk berprestasi,

dan akan mengabaikan pertimbangan dari orang tua.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

10

Pengasuhan permisif dapat dibedakan dalam dua bentuk; pertama,

pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan dimana

orang tua sangat terlibat dalam kehidupan peserta didik, tetapi

menetapkan sedikit batas atau kendali atas mereka. Pengasuhan

permissive-indulgent diasosiasikan dengan kurangnya kemampuan

pengendalian diri peserta didik, karena orang tua cenderung membiarkan

peserta didik melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya

peserta didik tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri

dan selalu mengharapkan agar semua kemauannya dituruti. Kedua,

pengasuhan permissive-indifferent yaitu suatu gaya pengasuhan dimana

orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan peserta didik. Desmita

(2009: 145) mengatakan peserta didik yang dibesarkan dengan pola asuh

permissive-indifferent cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri

yang buruk, dan rasa harga diri yang rendah..

c. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pengasuhan yang memperlibatkan

pengawasan orang tua terhadap tingkah laku peserta didik, tetapi orang

tua juga bersikap responsif, luwes, menghargai dan menghormati

pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan peserta didik dalam

pengambilan keputusan. Pola asuh demokratis merupakan tipe pola asuh

yang mengharapkan peserta didik untuk berbagi tanggung jawab dan

mampu mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimiliki. Peserta

didik usia Sekolah Dasar dari pola asuh orang tua yang demokratis

cenderung lebih percaya diri, mempunyai pengawasan diri sendiri, dan

mampu bergaul baik dengan teman sebaya.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

11

Djamarah (2014: 61) menyatakan bahwa tipe pola asuh demokratis

adalah pola asuh yang terbaik dari semua tipe pola asuh yang ada. Hal ini

disebabkan tipe pola asuh ini selalu mendahulukan kepentingan bersama

di atas kepentingan individu peserta didik. Tipe ini adalah tipe pola asuh

orang tua yang tidak banyak menggunakan kontrol terhadap peserta didik

dan dapat berjalan dalam suasana yang rileks serta memiliki

kecenderungan untuk menghasilkan produktivitas dan kreativitas, karena

tipe ini mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki peserta didik.

Pola asuh demokratis ini akan berjalan secara efektif apabila ada tiga

syarat yaitu; 1) orang tua dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua

yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan

pendapat, 2) peserta didik memiliki sikap yang dewasa yakni dapat

memahami dan menghargai orang tua sebagai tokoh utama yang tetap

memimpin keluarga, 3) orang tua belajar memberi kepercayaan dan

tanggungjawab terhadap peserta didik.

d. Pola Asuh Situasional (Situational Parenting)

Pola asuh situasional adalah pola asuh campuran dari ketiga pola

asuh di atas yang diterapkan secara tidak beraturan. Tidak tertutup

kemungkinan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh ini tidak tahu

apa jenis pola asuh yang dipergunakan. Hal ini tidak ada patokan atau

parameter khusus yang menjadi dasar bagi orang tua untuk dapat

menggunakan pola asuh otoriter, permisif atau demokratis. Penggunaan

pola asuh disesuaikan dengan kondisi dan situasi, tempat dan waktu bagi

setiap keluarga yang bersangkutan.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

12

Teori pola asuh orang tua yang sudah dijelaskan di atas, dapat

digunakan sebagai acuan untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan

orang tua di SD N 1 Sidarata, apakah orang tua menerapkan tipe pola asuh

otoriter, permisif atau demokratis. Setiap orang tua memiliki karakter dan

sikap yang berbeda sehingga pola asuh yang diterapkan tidak semuanya

sama. Tipe pola asuh orang tua menurut Diana Baumrind (Dariyo, 2007:

206) yang telah dijelaskan di atas akan menjadi pedoman bagi peneliti

sebagai indikator angket dalam penelitian. Adapun indikator untuk pola

asuh orang tua sebagai berikut:

1) Otoriter

a) Cenderung menggunakan hukuman

b) Selalu mengatur atau memaksa

c) Kurang komunikasi

2) Permisif

a) Kurang membimbing

b) Memberi kebebasan penuh

c) Kurang kontrol

3) Demokratis

a) Suka berdiskusi dengan peserta didik

b) Responsif (memberikan tanggapan)

c) Luwes/ tidak kaku

2. Kebiasaan Belajar

Djaali (2011: 128) mengatakan kebiasaan merupakan cara bertindak

yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya

menetap dan bersifat otomatis. Perbuatan kebiasaan dilakukan tidak

memerlukan konsentrasi, perhatian dan pikiran. kebiasaan dapat berjalan

terus, sementara individu memikirkan atau memperhatikan hal-hal lain.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

13

Kebiasaan belajar merupakan cara atau teknik yang menetap pada diri

peserta didik pada waktu menerima pelajaran, membaca buku,

mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.

Slameto (2013: 82-87) menyatakan bahwa kebiasaan belajar dapat

mempengaruhi hasil belajar. Kebiasaan belajar yang dapat mempengaruhi

hasil belajar seperti, pembuatan jadwal dan pelaksanaan belajar, membaca

dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi, dan

mengerjakan tugas.

Aunurrahman (2010: 185) berpendapat bahwa kebiasaan belajar

adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang

relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang

dilakukan. Ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan

tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah peserta

didik, yaitu:

a. Belajar tidak teratur

b. Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa)

c. Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian.

d. Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap

e. Tidak terbiasa membuat ringkasan

f. Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran

g. Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di

dalam menyelesaikan tugas

h. Sering datang terlambat

i. Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok)

Kebiasaan belajar adalah perilaku peserta didik dalam belajar yang

ditunjukkan secara tetap atau ajeg dari waktu ke waktu. Gie (1985: 193)

mengatakan bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal

peserta didik harus melakukan kebiasaan belajar yang baik, diantaranya:

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

14

a. Melakukan belajar secara teratur setiap hari

b. Mempersiapkan semua keperluan belajar pada malamnya sebelum

keesokan harinya berangkat sekolah

c. Senantiasa hadir di kelas sebelum pelajaran dimulai

d. Terbiasa belajar sampai paham betul dan bahkan tuntas tak terlupakan

lagi

e. Terbiasa mengunjungi perpustakaan untuk menambah bacaan atau

mencari buku

Pemanfaatan waktu juga merupakan faktor penting dalam kebiasaan

belajar. Donald (Gie, 1985: 194) menyatakan bahwa kegunaan dari

kebiasaan adalah penghematan waktu. Penghematan waktu berarti

tersedianya waktu yang longgar untuk belajar. Peserta didik yang dapat

memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar maka dapat

meningkatkan prestasi belajar.

Crow and Crow (Purwanto, 2010: 120) mengatakan untuk

membiasakan belajar yang efisien untuk mencapai hasil belajar yang lebih

efisien antara lain:

a. Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.

b. Usahakan adanya tempat belajar yang memadai.

c. Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan

keaktifan mental.

d. Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar.

e. Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur.

f. Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari tiap paragraf.

g. Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati (silent

recitation).

h. Lakukan metode keseluruhan (whole method) bilamana mungkin.

i. Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat.

j. Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi.

k. Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut.

l. Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat, dan usahakan

untuk menemukan jawabannya (berlatih soal).

m. Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar.

n. Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik, dan bahan ilustrasi

lainnya.

o. Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

15

p. Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar.

q. Pelajari baik-baik pernyataan (statement) yang dikemukakan oleh

pengarang, dan tentanglah jika diragukan kebenarannya.

r. Telitilah pendapat beberapa pengarang.

s. Belajarlah mengunakan kamus dengan sebaik-baiknya.

t. Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

Teori kebiasaan belajar tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

kebiasaan belajar yang tidak baik dan kebiasaan belajar yang baik.

Kebiasaan belajar peserta didik SD N 1 Sidarata dapat diketahui baik atau

tidaknya berdasarkan pengisian angket kebiasaan belajar. Hasil pengisian

angket tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan

belajar terhadap prestasi belajar peserta didik SD N 1 Sidarata.

Teori kebiasaan belajar yang telah dijelaskan di atas akan menjadi

pedoman bagi peneliti dalam menentukan indikator angket penelitian.

Adapun indikator untuk kebiasaan belajar disajikan pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Indikator Kebiasaan Belajar

Variabel Indikator

Kebiasaan Belajar a. Melakukan belajar secara teratur setiap hari

b. Mempersiapkan keperluan belajar pada

malam hari

c. Senantiasa hadir di kelas sebelum pelajaran

dimulai

d. Terbiasa belajar sampai paham dan tuntas

e. Terbiasa mengunjungi perpustakaan

f. Mampu memanfaatkan waktu

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

16

3. Prestasi Belajar

a. Definisi Prestasi Belajar

Belajar menurut Slameto (2013: 2) adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan

suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai

hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam

seluruh aspek tingkah laku.

Prestasi dalam bahasa Indonesia berarti hasil usaha. Istilah

prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning

outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek

pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan

watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai

bidang dan kegiatan misalnya dalam kesenian, olahraga, dan

pendidikan.

Arifin (2013: 12-13) mengatakan bahwa prestasi belajar

merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah

kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia

selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-

masing. Prestasi belajar (achievement) mempunyai beberapa fungsi

utama, antara lain:

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

17

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para

ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum

manusia.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi

peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi

belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu

institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi

rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat

kesuksesan peserta didik di masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

peserta didik. Peserta didik dalam proses pembelajaran menjadi

fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang

diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

b. Faktor Prestasi Belajar

Syah (2011: 145) mengatakan bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu, faktor internal dan faktor

eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu

yang sedang belajar. Faktor ini meliputi dua aspek, yaitu: pertama

yaitu faktor jasmani yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh, kedua

yaitu faktor psikologis yang meliputi tingkat kecerdasan, minat,

bakat dan motivasi.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

18

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu.

Faktor ini meliputi dua aspek, yaitu: yang pertama lingkungan Sosial

meliputi lingkungan sosial sekolah seperti guru, tenaga

kependidikan, dan teman satu kelas, lingkungan sosial masyarakat

seperti tetangga, teman sepermainan peserta didik di sekitar tempat

tinggal. Lingkungan sosial yang paling banyak memengaruhi

kegiatan belajar peserta didik adalah orang tua dan keluarga. Kedua,

lingkungan non sosial meliputi yang meliputi sarana dan prasarana

yang ada di sekolah, letak dan tempat tinggal peserta didik,

perlengkapan belajar, dan keadaan waktu belajar peserta didik.

Penjelasan yang sudah dijelaskan di atas dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh faktor

internal (berasal dari dalam diri peserta didik) dan faktor eksternal

(berasal dari luar diri peserta didik). Faktor internal yang

mempengaruhi prestasi belajar peserta didik salah satunya kebiasaan

belajar, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar

peserta didik salah satunya pola asuh orang tua. Peneliti dalam hal ini

menggunakan faktor pola asuh orang tua dan faktor kebiasaan belajar

untuk mengetahui pengaruhnya terhadap prestasi belajar peserta didik

SD N 1 Sidarata.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

19

4. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan program pendidikan

yang mengupayakan pengembangan pemahaman peserta didik tentang

bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok hidup bersama dan

berinteraksi dengan lingkungan. IPS merupakan salah satu mata

pelajaran yang diberikan mulai SD/MI sampai SMP/MTS. Sapriya,

Tuti, dan Effendy (2007:1) IPS adalah sebuah program pendidikan yang

mengintegrasikan secara interdisiplin konsep-konsep ilmu sosial dan

humaniora untuk tujuan pandidikan kewarganegaraan.

IPS menurut Susanto (2016: 137) adalah ilmu pengetahuan yang

mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan

dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberikan

wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik.

Sapriya, Tuti, dan Effendy (2007: 43) mengatakan bahwa mata

pelajaran IPS memiliki konsep yang kongkrit dan abstrak. Konsep yang

kongkrit selalu berkaitan dengan tempat, objek, lembaga atau kejadian.

Misalnya: danau, gunung, lautan, manusia, negara, gunung, dan

lainnya. sedangkan konsep yang berupa abstrak, misalnya: kejujuran,

nilai, sistem hukum, HAM, demokrasi, suku bangsa, nasionalisme, dan

sebagainya. Materi IPS dalam hal ini sangatlah luas, sehingga peserta

didik memerlukan sejumlah keterampilan, baik dari pengalaman

langsung ataupun membaca.

Peserta didik agar dapat menguasai keterampilan-keterampilan

tersebut diusahakan untuk mempelajari materi IPS secara berulang-

ulang, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih efektif. Berlatih secara

terus menerus atau berkali-kali akan mempermudah keterampilan

peserta didik dalam memahami konsep IPS, sehingga peserta didik

dituntut untuk rutin berlatih secara mandiri.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

20

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa IPS

merupakan mata pelajaran yang memiliki cakupan materi yang sangat

luas, sehingga peserta didik menggangap pelajaran IPS sulit dipahami.

Kesulitan ini menjadi permasalahan bagi peserta didik dalam

mempelajari pelajaran IPS. Hal ini dibuktikan dengan prestasi belajar

IPS peserta didik ketika UTS semester ganjil pada kelas tinggi di SD N

1 Sidarata yang kurang optimal.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Pembelajaran IPS bertujuan agar peserta didik mampu

mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial yang

berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat. Solihatin dan Raharjo (2009: 14) mengatakan

bahwa tujuan lain dari IPS adalah untuk mengembangkan penalaran

dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapi.

Mutakin (Susanto, 2016: 145-146) mengatakan bahwa tujuan

dari IPS adalah;

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya,

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar untuk memecahkan

masalah-masalah sosial,

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta

membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah yang ada di

masyarakat,

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial

serta mampu membuat analisis yang kritis,

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi, sehingga mampu

mengembangkan diri agar survive yang kemudian bertanggung

jawab membangun masyarakat.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPS tujuan agar peserta didik mampu mengembangkan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial yang berguna bagi

kemajuan sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

21

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Dasmo, Hikmah dan Zakiah (2010)

dengan judul “Peran Pola Asuh Orang Tua dan Kebiasaan Belajar terhadap

Hasil Belajar IPA” hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua

memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPA peserta

didik. Hal ini diperlihatkan uji r, t = 2,587 dengan derajat kebebasan n-k-1 =

200-2-2 = 197, dan nilai sig = 0,010 yang lebih kecil dari α = 0,05. H0 dengan

demikian ditolak dan menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh yang

diterapkan orang tua maka akan semakin baik pula prestasi belajar peserta

didik. Kebiasaan belajar peserta didik memberikan pengaruh positif dan

signifikan terhadap hasil belajar IPA peserta didik. Hal ini diperlihatkan nilai

hasil uji-t: t= 2,256 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 200-2-2 = 197, dan nilai

sig = 0,025 yang lebih kecil dari α = 0,05. H0 dengan demikian ditolak dan

berdasarkan hal tersebut semakin baik kebiasaan belajar yang dilakukan maka

akan semakin baik pula prestasi belajar peserta didik.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Komang dan Made (2014)

dengan judul “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Kebiasaan Belajar

Terhadap Prestasi Belajar peserta didik SD Kelas IV Semester Genap di

Kecamatan Malaya-Jembrana”, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

kontribusi yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar

peserta didik kelas IV semester genap SD Kecamatan Melaya Kabupaten

Jembrana tahun pelajaran 2012/2013. Kontribusi yang signifikan juga terdapat

pada kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar peserta didik kelas IV semester

genap SD Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2012/2013.

Hal tersebut dapat diketahui dari besarnya korelasi secara bersama-sama antara

pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar peserta

didik adalah sebesar 0,840.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

22

Penelitian yang dilakukan Igbo, dkk (2015) yang berjudul “Parent-Child

Relationship Motivation To Learn And Students Academic Achievement In

Mathematics”, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara hubungan orang tua dan peserta didik terhadap prestasi

belajar akademik di sekolah menengah. Terdapat pula pengaruh motivasi

belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika sekolah menengah.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu terletak

pada variabel terikat, variabel terikat pada penelitian ini yaitu prestasi belajar

IPS. Inovasi perbedaan lainnya penelitian ini menggunakan metode ex-post

facto dengan menggunakan analisis regresi linier dan regresi ganda, selain itu

pada pengujian analisis prasyarat menggunakan teknik yang berbeda, dimana

pada penelitian ini menggunakan uji Chi Kuadrat pada uji normalitas,

menggunakan uji Bartlet pada uji homogenitas, dan menggunakan uji linieritas

regresi. Metode ex-post facto merupakan metode untuk mengetahui sebab

akibat terjadinya suatu peristiwa yang sudah terjadi, dalam penelitian ini yaitu

prestasi belajar IPS.

G. Kerangka Pikir

Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi faktor internal saja, yang

meliputi faktor fisiologis dan psikologis, akan tetapi dipengaruhi juga oleh

faktor eksternal yang antara lain adalah faktor lingkungan dan keluarga. Faktor

keluarga mencakup bagaimana cara orang tua menerapkan pola asuh kepada

peserta didik yang meliputi bagaimana cara orang tua memberikan

pengawasan, kontrol, keterlibatan dan penerimaan terhadap semua aktifitas

peserta didik. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung

dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan orang tua

merupakan yang pertama dan utama serta menjadi dasar pendidikan peserta

didik selanjutnya.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

23

Keberhasilan orang tua dalam mendidik peserta didik tergantung

bagaimana tipe pengasuhan yang diterapkan dalam keluarga, tipe pengasuhan

orang tua tergantung bagaimana orang tua menentukan batas-batas

penerimaan, kontrol, keterlibatan dan pengawasan orang tua kepada peserta

didik. Kurangnya pengawasan dan kontrol orang tua terutama dalam hal

kebiasaan belajar peserta didik akan mempengaruhi prestasi belajar peserta

didik.

Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Pola Asuh

Orang Tua

Kebiasaan

Belajar

Prestasi

Belajar

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/4127/3/BAB II.pdfkeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

24

H. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa

mata pelajaran IPS pada kelas tinggi SD N 1 Sidarata.

2. Terdapat pengaruh antara kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar

siswa mata pelajaran IPS pada kelas tinggi SD N 1 Sidarata.

3. Terdapat pengaruh pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar peserta didik

terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS peserta didik kelas tinggi SD

N 1 Sidarata.

Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017