bab ii tinjauan pustaka dan pengembangan …repository.ump.ac.id/3294/3/meity fitriana bab...

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori keagenan Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost), (Bangun dan Vincent, 2008).Menurut Darmawati, dkk. (2004) Hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Investor memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan returns dari uang yang mereka investasikan. Jensen dan Meckling (1976) dalam wulandari (2006) menggambarkan hubungan agen sebagai suatu hubungan antara pemilik perusahaan (prinsipal) dengan agen dalam pendelegasian wewenang untuk pengambilan keputusan kepada agen. Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang berbeda. Masalah yang terjadi dalam hubungan keagenan (Eisenhardt, 1989 dalam Darmawati, dkk(2004)). Pertama, yaitu masalah keagenan yang timbul pada saat tujuan prinsipal dan agen berlawanan serta sulit bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang dilakukan 9 Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Upload: vantuong

Post on 30-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Teori keagenan

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan

untuk memahami corporate governance. Konflik kepentingan antara

pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat

sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan

(agency cost), (Bangun dan Vincent, 2008).Menurut Darmawati, dkk.

(2004) Hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan

(principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Investor memiliki

harapan bahwa manajer akan menghasilkan returns dari uang yang mereka

investasikan. Jensen dan Meckling (1976) dalam wulandari (2006)

menggambarkan hubungan agen sebagai suatu hubungan antara pemilik

perusahaan (prinsipal) dengan agen dalam pendelegasian wewenang untuk

pengambilan keputusan kepada agen.

Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang

terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian

kerja yang berbeda. Masalah yang terjadi dalam hubungan keagenan

(Eisenhardt, 1989 dalam Darmawati, dkk(2004)). Pertama, yaitu masalah

keagenan yang timbul pada saat tujuan prinsipal dan agen berlawanan serta

sulit bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang dilakukan

9

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

10

oleh agen. Kedua, masalah pembagian resiko yang timbul pada saat kedua

belah pihak memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi resiko. Jensen

dan Meckling (1976), Watts dan Zimmerman (1986) dalam Herawaty

(2008) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-

angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-

pihak yang berkepentingan. Sebagai bukti pertanggungjawaban atas

kinerjanya maka agen dapat melaporkannya dengan bukti laporan keuangan

tersebut. Agar prinsipal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sejauh

mana agen bekerja dalam meningkatkan kesejahteraan serta sebagai dasar

pemberian kompensasi kepada agen.

Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan

yang didasarkan pada teori keagenan. Penerapan konsep corporate

governance diharapkan dapat memberikan kepercayaan bagi agen (manajer)

dalam mengelola kekayaan pemilik (investor), dan pemilik menjadi lebih

yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk

kesejahteraan agen(Darwis, 2009).

2.2 Pengertian corporate governance

FCGI (2001b) dalam Darwis (2009) mendefinisikan bahwa

corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak

kreditor, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal

dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

11

mereka, sehingga menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang

berkepentingan (stakeholder).

The Organization of Economic Corporation and Development

(OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai serangkaian

hubungan antara manajemen perusahaan, pengurus, pemegang saham, dan

semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder). Ini

adalah definisi yang netral sesuai dengan ilmu ekonomi murni dan tidak

mencerminkan tujuan dari corporate governance yang sangat berorientasi

pada nilai (Chapra dan Habib Ahmed, 2008).

Adrian Cadbury (1992) dalam Wulandari (2006) mengungkapkan

bahwa corporate governance merupakan sistem yang mengatur dan

mengendalikan atau mengawasi perusahaan. Sedangkan menurut Hidayah

(2008) menyimpulkan bahwa corporate governance merupakan sistem dan

struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan untuk

meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak

yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholder) seperti kreditur,

supplier, asosiasi bisnis, konsumen, karyawan, pemerintah dan masyarakat

luas.

Bangun dan Vincent (2008) mengemukakan bahwa corporate

governance merupakan salah satu dasar dalam meningkatkan efisiensi

ekonomis, yang meliputi hubungan antara manajemen perusahaan dan

stakeholder. Corporate governance juga diperlukan untuk mengendalikan

perilaku pengelola perusahaan agar bertindak tidak hanya menguntungkan

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

12

dirinya sendiri, yaitu menyamakan kepentingan antara pemilik perusahaan

dengan pengelola perusahaan. Monks (2003) dalam Thomas (2006)

mengemukakan bahwa good corporate governance merupakan sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah

(value added) untuk semua stakeholder.

Beberapa penelitian tentang corporate governance menunjukkan

hasil bahwa corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan,

misal pnelitian yang dilakukan oleh Darwis (2009), Kusumawati (2005),

dan Wulandari (2006). Menurut Hidayah (2008) yang meneliti pengaruh

kualitas pengungkapan informasi terhadap hubungan antara penerapan

corporate governance dengan kinerja perusahaan menyimpulkan bahwa

penerapan corporate governance tidak mempengaruhi kinerja pasar

perusahaan secara langsung.Sayidah (2007) yang menyimpulkan

bahwakualitas corporate governance tidak mempengaruhi kinerja

perusahaan.

Sistem tata kelola perusahaan yang baik menuntut dibangun dan

dijalankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (corporate governance)

dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip

Good Corporate Governance yang berlaku secara universal diharapkan

perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi

para stakeholder (Yusrita dkk, 2010).

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

13

Terdapat lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi

para pelaku bisnis, yaitu:

1. Transparency (keterbukaan informasi)

Transparency atau keterbukaan informasi merupakan suatu prinsip yang

harus diwujudkan oleh suatu perusahaan untuk menyediakan informasi

yang sudah diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang

berkualitas yang bersifat akurat, efisien dan tepat waktu dalam

penyampaiannya kepada para stakeholders.

2. Accountability (kejelasan fungsi)

Akuntability atau kejelasan fungsi yang dapat dipertanggungjawabkan,

yaitu bahwa Anggota dewan direksi harus bertindak mewakili

kepentingan perusahaan dan para pemegang saham dalam Penilaian yang

bersifat independent terlepas dari manajemen dan adanya akses terhadap

informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu. Apabila prinsip ini

diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak,

kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham,

dewan komisaris dan dewan direksi.

3. Responsibility (pertanggungjawaban)

Bentuk pertanggungjawaban suatu perusahaan adalah kepatuhan

perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak,

hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

14

lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama

masyarakat disekitarnya. Dengan diterapkannya prinsip ini, diharapkan

akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya,

perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada

shareholder juga kepada stakeholders lainnya.

4. Fairnes (keadilan)

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak

stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Diharapkan fairnes dapat menjadi faktor pendorong yang dapat

memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara

beragam kepentingan dalam perusahaan.

5. Indepandency (kemandirian)

Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara

profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau

intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-

peraturan yang berlaku.

Bapepam berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam

mendorong implementasi prinsip-prinsip GCG di Indonesia. Peraturan dan

kebijakan bapepam terkait dengan GCG antara lain menyangkut keputusan

Bapepam mengenai prinsip transparansi yang mewajibkan perusahaan untuk

mempublikasikan informasi secara umum mengenai aspek yang terkait

dengan pemegang saham, transaksi material, dan perubahan dalam aktivitas

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

15

bisnis inti, keputusan mengenai merger dan akuisisi perusahaan publik, serta

pengungkapan mengenai perusahaan apakah dlam proses peradilan

kepailitan. Peraturan kedua yaitu keputusan Bapepam kuputusan Bapepam

yang terkait dengan penerapan prinsip-prinsip kewajaran terutama

untukperlindungan kepentingan dan hak pemegang saham,ketentuan

mengenai benturan kepentingan dalamtransaksi-transaksi tertentu, dan

ketentuan mengenaipenawaran tender.Ketiga, keputusan Bapepam

mengenai penerapanprinsip responsibilitas dan akuntabilitas

sepertikeputusan mengenai merger dan akuisisi perusahaanpublik, terutama

terkait dengan kewajiban direksi dandewan komisaris untuk membuat

pernyataan kepadaBapepam dan RUPS bahwa merger dan akuisisi

yanghendak dilakukan telah mempertimbangkan secaramatang dengan

memperhatikan kepentingan stakeholders,kepentingan publik, kepentingan

perusahaan,persaingan yang sehat, dan jaminan akan terpenuhinyahak-hak

pemegang saham publik termasukkewajiban untuk memiliki komite audit

(Thomas, 2006).

Dalam pelaksanaan penerapan GCG diperusahaan adalah penting

bagi perusahaan untuk melakukan tahapan-tahapan yang cermat. Pada

umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil menerapkan GCG

menggunakan tahapan-tahapan berikut (Chinn, 2000; Shaw, 2003; dalam

Thomas, 2006) :

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

16

1. Tahap persiapan

Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yaitu : pertama, awareness

building yaitu merupakan langkah awal untuk membangunkesadaran

mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama dalam

penerapannya. Kedua, GCG assesmentyaitu merupakan upaya untuk

mangukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam

penetapan GCG saat ini. Ketiga, GCG manual building yaitu langkah

berikut setelah GCG assesment dilakukan.

2. Tahap implementasi

Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah berikutnya yaitu

memulai implementasi diperusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah

utama yakni :

1) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkankepada seluruh

perusahaan berbagai aspek yangterkait dengan implementasi GCG

khususnyamengenai pedoman penerapan GCG.

2) Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukansejalan dengan

pedoman GCG yang ada, berdasarroadmap yang telah disusun.

3) Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalamimplementasi.

Internalisasi mencakup upaya-upayauntuk memperkenalkan GCG

di dalamseluruh proses bisnis perusahaan kerja, danberbagai

peraturan perusahaan.

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

17

3. Tahap evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari

waktu ke waktu untukmengukur sejauh mana efektivitas penerapan

GCGtelah dilakukan dengan meminta pihak independenmelakukan

audit implementasi dan scoring ataspraktik GCG yang ada.

Berdasarkan definisi atau pengertian good corporate governance di

atas dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya good corporate governance

adalah mengenai sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders)

terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan

komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.

2.3Dewan komisaris

Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi

tanggungjawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam

laporan keuangan (Nasution dan Doddy , 2007). Hubungan antara jumlah

anggota dewan komisaris dengan nilai perusahaan didukung oleh perspektif

fungsi service dan kontrol yang dapat diberikan oleh dewan komisaris

(Darwis, 2009). Yenmark (1996), Eisenberg, Sundgren, dan Wells (1998),

dan Jensen (1993) dalam Nasution dan Doddy (2007) mengatakan bahwa

makin banyaknya personel yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat

pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan.

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

18

World Bank (1999) dalam Darwis (2009) menyimpulkan bahwa

salah satu cara yang paling efisien dalam rangka untuk mengurangi

terjadinya konflik kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan

perusahaan, diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian

yang secara efektif mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta

kemampuan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai

kepentingan yang berbeda. Mekanisme (pengendalian) internal dalam

perusahaan antara lain struktur kepemilikan dan pengendalian yang

dilakukan oleh komisaris dalam hal ini komposisi dewan.

Penelitian yang dilakukan oleh Darwis (2009) menyimpulkan

bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan. Bangun dan Vincent (2008) juga menyimpulkan bahwa jumlah

dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen

laba. Ukuran dewan komisaris yang besar dianggap kurang efektif dalam

menjalankan fungsinya karena sulit dalam komunikasi, koordinasi serta

pembuatan keputusan.

2.4 Kepemilikan Institusional

Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan

besar terhadap investasi saham yang dilakukan. Institusi biasanya

menyerahkan tanggungjawab kepada divisi tertentu untuk mengelola

investasi suatu perusahaan (Etty, 2009). Kepemilikan institusional, dimana

umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan.

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

19

Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan

aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan

terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Kepemilikan

institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen

melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi

manajemen laba (Bangun dan Vincent, 2008). Herawaty (2008) dalam

penelitiannya menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.

Hal yang sama juga dilakukan Darwis (2009) yang menemukan

bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

investor institusional mempunyai akses atas sumber informasi yang lebih

tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan pengelolaan

laba lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual.

Penelitian lain yang dilakukan Wulandari (2006) menemukan bahwa

kepemilikan institusional tidak signifikan berpengaruh positif terhadap

kinerja.

2.5 Kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham atau

pemilikdalam perusahaan dari pihak manajemen yang ikut aktif dalam

pengambilan keputusan suatu perusahaan (Downes dan Goodmen, 1999

dalam Etty, 2009). Jensen dan Meckling (1976) dalam Herawaty (2008)

menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

20

untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan

kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham.

Bukti empiris mengenai Kepemilikan manajerial telah dilakukan

oleh Darwis (2009) dan Yusriati dkk (2010) yang menemukan hasil yang

sama bahwa tidak ada pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap

kinerja keuangan. Penelitian lain juga dilakukan Herawaty (2008) yang

membuktikan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.6 Dewan komisaris independen

Dewan komisaris diberi tugas dan tanggungjawab dalam

pengawasan kualitas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.

Dengan adanya dewan komisaris independen, diharapkan para eksekutif

akan bertindak untuk kepentingan pemilik. Melalui peranan dewan dalam

melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak

manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang

efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang

berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan pelaporan

keuangan (Budiono, 2005 dalam Darwis 2009). Struktur governance di

Indonesia memisahkan antara dewan komisaris dengan dewan direksi.

Jumlah dewan komisaris independen yang disarankan adalah 20% dari

jumlah total dewan komisaris yang berasal dari luar pemilik atau kalangan

profesional (Wulandari, 2006).

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

21

Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) menemukan

bahwa komisaris independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

nilai perusahaan. Penelitian ini kontradiktif dengan Yusriati dkk (2010) dan

Darwis (2009) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris independen

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Begitu pula dengan penelitian

yang dilakukan oleh Wulandari (2006) yang menemukan hasil bahwa

proporsi dewan komisaris independen tidak signifikan berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan.

2.7 Komite audit

Komite audit merupakan sistem pengendalian perusahaan,

sesuaiketentuan Bank Indonesia, Komite Audit diketuai oleh Komisaris

Independen, sedangkan anggota Komite adalah pihak-pihak independen

yang memiliki kompetensi di bidang-bidang yang dipersyaratkan. Seluruh

keanggotaan Komite Audit adalah independen sehingga tidak memiliki

hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan

keluarga dengan Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham

Pengendali atau hubungan dengan perusahaan yang dapat mempengaruhi

kemampuannya untuk bertindak independen.Komite audit merupakan salah

satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance.

Tugas komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk memenuhi

tanggungjawabnya dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh.

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

22

Penelitian tentang komite audit sebelumnya telah dilakukan oleh

Yusriati (2010) yang memberikan bukti bahwa komite audit mempunyai

pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal serupa juga diungkapkan oleh

Herawaty (2008) yang menemukan bukti bahwa kualitas audit berpengaruh

terhadap signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.8 Kinerja keuangan

Yusrita. dkk (2010) mendefinisikan, kinerja keuangan sebagai

kemampuan kerja manajemen keuangan dalam mencapai prestasi

kinerjanya. Menegaskan bahwa kinerja perusahaan merupakan suatu

tampilan perusahaan dalam periode tertentu. Penilaian kinerja perusahaan

adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi,

bagan organisasi, karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1997 dalam Bara dan Elizabeth,

2006).

Dalam membahas metode penilaian kinerja keuangan, perusahaan

harus didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat

sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum. Laporan

keuangan ini merupakan data yang paling umum yang tersedia untuk tujuan

tersebut, walaupun seringkali tidak mewakili hasil dan kondisi ekonomi.

Laporan keuangan disebut sebagai "kartu skor" periodik yang memuat hasil

investasi operasi dan pembiayaan perusahaan, maka fokus akan diarahkan

pada hubungan dan indikator keuangan yang memungkinkan analisa

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

23

penilaian kinerja masa lalu dan juga proyeksi hasil masa depan dimana akan

menekankan pada manfaat serta keterbatasan yang terkandung didalamnya

(sucipto, 2003).

2.9 Kerangka pemikiran

Suatu perusahaan akan mencapai tujuan yang diharapkan apabila

kinerja didalam perusahaan dapat diterapkan dengan baik secara maksimal.

Sistem tata kelola perusahaan yang baik menuntut dibangun dan dijalankan

prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (corporate governance) dalam proses

manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip Good Corporate

Governance yang berlaku secara universal diharapkan perusahaan dapat

hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholder

(Yusrita. dkk, 2010).

Mekanisme (pengendalian) internal dalam perusahaan antara lain

struktur kepemilikan dan pengendalian yang dilakukan oleh komisaris

dalam hal ini komposisi dewan. Dimana dewan komisarismerupakan suatu

dewan yang memegang peranan penting dalam perusahaan dalam

mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan

bahwa para manajer benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai

bagian daripada pencapaian tujuan perusahaan. Yenmark (1996), Eisenberg,

Sundgren, dan Wells (1998), dan Jensen (1993) dalam Nasution dan Doddy

(2007) mengatakan bahwa makin banyaknya personel yang menjadi dewan

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

24

komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki

perusahaan.

Kepemilikan institusional pada umumnya dapat bertindak

sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan

institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan

diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan

yang dilakukan oleh manajemen. Kepemilikan institusional memiliki

kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses

monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba

(Bangun dan Vincent, 2008).

Kepemilikan manajerial merupakan mekanisme untuk mengurangi

masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-

kepentingan manajer dengan pemegang saham seperti yang telah dijelaskan

oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Herawaty (2008). Kepemilikan

manajerial telah dilakukan oleh Darwis (2009) dan Yusriati dkk (2010) yang

menemukan hasil yang sama bahwa tidak ada pengaruh antara kepemilikan

manajerial terhadap kinerja keuangan. Penelitian lain juga dilakukan

Herawaty (2008) yang membuktikan bahwa kepemilikan manajerial

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dengan adanya dewan komisaris independen, diharapkan para

eksekutif akan bertindak untuk kepentingan pemilik. Melalui peranan dewan

dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh

pihak manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

25

yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang

berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan pelaporan

keuangan (Budiono, 2005 dalam Darwis 2009).

Komite audit adalah sekelompok orang yang beranggotakan satu

orang atau lebih yang dibentuk oleh dewan komisaris yang diketuai oleh

komisaris independen yang bekerja secara kolektif untuk membantu dewan

komisaris dalam tugasnya yaitu untuk memenuhi tanggungjawabnya dalam

memberikan pengawasan secara menyeluruh.Komite audit merupakan salah

satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance.

Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih

efisien. Akan tetapi, Komite Audit beranggota terlalu sedikit juga

menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota.

Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki pemahaman memadai

tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan

internal.Seperti penelitian yang dilakukan Herawaty (2008) yang

menyatakan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja.

Berdasarkan rumusan masalah dan penelitian terdahulu, maka

variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ukuran dewan

komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi

dewan komisaris independen dan komite audit. Dimana variabel tersebut

merupakan elemen dari corporate governance yang perlu diterapkan

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

26

didalam perusahaan guna memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Maka

kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Model kerangka pemikiran

2.10 Hipotesis

Berdasarkan asumsi diatas dapat disimpulkan hipotesis dari

masing–masing variabel antara lain, yaitu :

H1: Ukuran dewan komisaris,kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

H2:Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Dewan komisaris

Kepemilikan institusional

Komite audit

Kinerja keuangan

perusahaan

perbankan

H1

H4

H2

H6

Kepemilikan manajerial

Komposisi dewan komisaris

independen

H3

H5

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN …repository.ump.ac.id/3294/3/MEITY FITRIANA BAB II.pdf · terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

27

H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

H5: Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja

keuangan.

H6: Komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012