bab ii tinjauan pustaka dan metode pengamatan a. … · dinormalisasikan untuk melakukan pekerjaan...

22
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A. TINJAUAN PUSTAKA 1. PROSEDUR Pedoman dalam melaksanakan pekerjaan yang terdiri dari beberapa tahap pekerjaan yang saling berkesinambungan yang merupakan suatu bentuk kerjasama antara bagian satu dengan bagian yang lain dalam suatu proses yang dinamakan dengan prosedur. Prosedur sendiri bertujuan untuk memudahkan dan memperlancar pekerjaan yang dilaksanakan, sehingga waktu penyelesaian lebih cepat. Prosedur juga memberikan pengawasan lebih baik tentang apa dan bagaimana suatu pekerjaan telah dilakukan. Prosedur kerja dijadikan setiap bagian berkoordinasi dengan bagian yang lain. Dengan adanya prosedur kerja maka pekerjaan dapat dikendalikan dengan baik dan tentu saja hal tersebut akan membuat penghematan yang besar bagi perusahaan. a. Pengertian Prosedur Adapun pengertian-pengertian prosedur tersebut yang dapat diuraikan antara lain : Prosedur menurut B.N Marbun (2003:294) dalam buku kamus manajemen mengatakan bahwa pengertian prosedur yaitu : “Tata cara melakukan pekerjaan yang telah dirumuskan dan diwajibkan. Biasanya suatu prosedur meliputi bagaimana, bilamana dan oleh siapa harus diselesaikan”. Prosedur menurut Carl Heyel dalam buku Rasto berjudul manajemen perkantoran paradigma baru (2015:49) yaitu : “Serangkaian langkah-langkah logis dimana semua tindakan semua tindakan bisnis berulang dimulai, dilakukan, dikontrol, dan diselesaikan”. Prosedur menurut Wursanto (1995:20) dalam buku kearsipan yaitu : “Suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebetulan”.

Upload: truongkhanh

Post on 07-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. PROSEDUR

Pedoman dalam melaksanakan pekerjaan yang terdiri dari beberapa

tahap pekerjaan yang saling berkesinambungan yang merupakan suatu bentuk

kerjasama antara bagian satu dengan bagian yang lain dalam suatu proses yang

dinamakan dengan prosedur. Prosedur sendiri bertujuan untuk memudahkan

dan memperlancar pekerjaan yang dilaksanakan, sehingga waktu penyelesaian

lebih cepat. Prosedur juga memberikan pengawasan lebih baik tentang apa dan

bagaimana suatu pekerjaan telah dilakukan. Prosedur kerja dijadikan setiap

bagian berkoordinasi dengan bagian yang lain. Dengan adanya prosedur kerja

maka pekerjaan dapat dikendalikan dengan baik dan tentu saja hal tersebut

akan membuat penghematan yang besar bagi perusahaan.

a. Pengertian Prosedur

Adapun pengertian-pengertian prosedur tersebut yang dapat

diuraikan antara lain :

Prosedur menurut B.N Marbun (2003:294) dalam buku kamus

manajemen mengatakan bahwa pengertian prosedur yaitu : “Tata cara

melakukan pekerjaan yang telah dirumuskan dan diwajibkan. Biasanya

suatu prosedur meliputi bagaimana, bilamana dan oleh siapa harus

diselesaikan”.

Prosedur menurut Carl Heyel dalam buku Rasto berjudul

manajemen perkantoran paradigma baru (2015:49) yaitu : “Serangkaian

langkah-langkah logis dimana semua tindakan semua tindakan bisnis

berulang dimulai, dilakukan, dikontrol, dan diselesaikan”.

Prosedur menurut Wursanto (1995:20) dalam buku kearsipan yaitu

: “Suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap dalam melakukan

suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebetulan”.

8

Prosedur menurut MC Maryati (2008:43) dalam buku manajemen

perkantoran efektif yaitu : “Serangkaian dari tahap-tahap atau urutan dari

langkah-langkah yang saling terkait dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Untuk mengendalikan pelaksanaan kerja agar efisiensi perusahaan tercapai

dengan baik dibutuhkan sebuah petunjuk tentang prosedur”.

Prosedur menurut Moekijat (1990:435) dalam buku kamus

manajemen mengatakan bahwa pengertian prosedur sebagai berikut :

1) Suatu prosedur berhubungan dengan pemilihan atau penggunaan suatu

arah tindakan tertentu sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang telah ditentukan.

2) Prosedur-prosedur memberikan urutan menurut waktu (chronologis)

kepada tugas-tugas dan menentukan jalan dari serangkaian tugas

demikian dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan dan arah kearah tujuan

yang telah ditentukan terlebih dahulu.

3) Suatu prosedur adalah serangkaian tugas yang saling berhubungan

yang merupakan urutan menurut waktu dan cara tertentu untuk

melakukan pekerjaan ynag harus diselesaikan.

4) Urutan secara chronologis (menurut waktu) dari tugas-tugas ini

merupakan cirri dari tiap prosedur, biasanya suatu prosedur meliputi

bagaimana, bilamana, dan oleh siapa masing-masing tugas harus

diselesaikan.

5) Prosedur-prosedur menggambarkan cara atau metode dengan mana

pekerjaan akan diselesaikan.

Prosedur menurut Mulyadi (2001:6) dalam bukunya sistem

akuntansi mengatakan bahwa :

“Prosedur adalah kegiatan klerikan biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam untuk transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.

Prosedur menurut Pariata Westara (1983:263) dalam buku

ensiklopedi administrasi mengatakan bahwa :

9

“Prosedur adalah suatu rangkaian metode yang menjadi pola tetap dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebetulan. Misalnya prosedur membuat surat pada suatu perusahaan. Dalam kegiatan ini terdapat suatu rangkaian ketentuan-ketentuan mengenai cara menyusun konsep suratnya, cara mengetiknya pada kertas surat atau cara menkliknya yang kesemuanya telah pasti. Rangkaian prosedur menjadi satu sistem”.

Prosedur menurut Prof. Goerge Terry (1966:21) dalam buku The

Liang Gie berjudul administrasi perkantoran modern (1992:27) bahwa :

“Prosedur adalah suatu rangkaian langkah-langkah tata usahaan yang bertalian, biasanya dilaksanakan oleh lebih dari pada satu orang, yang membentuk suatu cara yang diterima dan menjadi tetap dalam menjalankan suatu tahap aktifitas perkantoran yang penting dan menyeluruh. Dan prosedur diperoleh dengan perencanaan berbagai langkah yang dianggap perlu untuk menyelesaikan pekerjaan”.

Prosedur menurut Louis A. Allen As Mounir (1983:110) dalam buku

prosedur dan system mengatakan bahwa : “Prosedur ialah suatu metode

dinormalisasikan untuk melakukan pekerjaan yang telah diperinci”.

Sedangkan menurut Moekijat dalam buku Ida Nuraida berjudul

manajemen administrasi perkantoran (2008:35) mengungkapkan bahwa

prosedur merupakan :

1) Metode-metode yang dibutuhkan untuk menangani aktivitas-aktivitas

yang akan datang.

2) Urutan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.

3) Pedoman untuk bertindak.

b. Prosedur yang Tertulis

Menurut Ida Nuraida (2008:35) prosedur kerja dalam kantor

hendaknya :

1) Bersifat formal, artinya prosedur tersebut diakui oleh semua orang

dalam organisasi.

2) Tertulis.

3) Prosedur hendaknya selalu terbaharui, artinya selalu up to date dengan

perkembangan organisasi yang aktif dan dinamis.

10

c. Manfaat Prosedur Tertulis

Menurut Ida Nuraida (2008:36-37) prosedur tertulis sangat

bermanfaat bagi tingkat manajerial maupun non manajerial dalam

melaksanakan fungsi manajerial pada setiap bagian atau divisi. Manfaat

prosedur tertulis adalah :

1) Planning-Controling

a) Mempermudah dalam pencarian tujuan.

b) Merencanakan secara seksama mengenai besarnya beban kerja

yang optimal bagi masing-masing pegawai.

c) Menghindari pemborosan atau memudahkan penghematan biaya.

d) Mempermudah pengawasan yang berkaitan dengan hal-hal yang

seharusnya dilakukan dan yang sudah dilakukan, menilai apakah

pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan prosedur maka perlu

diketahui penyebabnya. Hal ini dilakukan sebagai bahan masukkan

dalam tindakan koreksi terhadap pelaksanaan atau revisi terhadap

prosedur. Dengan adanya prosedur yang telah dilakukan maka

dapat disampaikan proses umpan balik yang konstruktif.

2) Organizing

a) Mendapatkan instruksi kerja yang dapat dimengerti oleh bawahan

mengenai :

∑ Bagaimana tanggung jawab setiap prosedur pada masing-

masing bagian atau divisi, terutama pada saat pelaksanaan

kegiatan yang berkaitan dengan bagian-bagian lain.

∑ Bagaimana proses penyelesaian suatu pekerjaan.

b) Dihubungkan dengan alat-alat yang mendukung pekerjaan kantor

serta dokumen kantor yang diperlukan.

c) Mengakibatkan arus pekerjaan kantor menjadi lebih baik dan lebih

lancer serta menciptakan konsistensi kerja.

3) Staffing-Leading

a) Membantu atasan dalam memberikan training atau dasar-dasar

instruksi kerja bagi pegawai baru dan pegawai lama. Prosedur

11

mempermudah orientasi dari pegawai baru. Sedangkan bagi

pegawai lama, training juga diperlukan apabila pegawai lama harus

menyesuaikan diri dengan metode teknologi yang baru, atau

mendapat tugas baru yang masih asing sama sekali. Dengan

demikian pegawai akan terbiasa dengan prosedur-prosedur yang

baku dalam suatu pekerjaan rutin di kantor yang berisi tentang cara

bekerja dan kaitannya dengan tugas lain.

b) Atasan perlu mengadakan counselling bagi bawahan yang bekerja

tidak sesuai dengan prosedur. Penyebab ketidaksesuaian harus

diketahui dan atasan dapat memberikan pengarahan yang dapat

memotivasi pegawai agar mau memberikan konstribusi yang

maksimal bagi kantor.

c) Mempermudah pemberian penilaian terhadap bawahan.

4) Coordination

a) Menciptakan koordinasi yang harmonis bagi tiap departemen dan

antar departemen.

b) Menetapkan dan membedakan antara prosedur-prosedur rutin dan

prosedur-prosedur independen.

Sehingga prosedur sangat penting digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan sebuah pekerjaan agar dilakukan secara urut sehingga

pencapaian tujuan dapat dilaksanakan dengan baik. Dari pengertian diatas

maka dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah proses maupun urutan

kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan

atau yang telah ditentukan sebelumnya.

Prosedur sendiri memiliki tujuan untuk mempermudah setiap

rangkaian pekerjaan yang dilaksanakan. Dengan adanya prosedur maka

diharapkan kegiatan maupun pekerjaan yang dilakukan dapat mencapai

tujuan yang diinginkan dan dengan adanya prosedur atau urutan kegiatan

maka dapat diikuti, diawasi dan diarahkan agar dapat mencapai tahap

secara efektif dan efisien.

12

2. ASURANSI

a. Pengertian Asuransi

Pertanggungan atau asuransi di Indonesia dapat dikatakan berasal

dari Hukum Barat, khususnya Belanda. Dalam bahasa Belanda Asuransi

disebut “Assurantie” yang terdiri dari kata “assuradeur” yang berarti

penanggung dan “geassureerde” yang berarti tertanggung. Dalam bahasa

latin disebut “Assecurare” yang berarti meyakinkan orang, dan dalam

bahasa Inggris disebut “Insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang

pasti terjadi (Kamsir, 2004:276). Sedangkan pengertian Asuransi menurut

beberapa ahli antara lain :

Menurut H. Abbas Salim (2000:1) definisi asuransi adalah “Suatu

kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah

pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian besar yang belum

pasti”.

Menurut A. Hasymi Ali (1993:30) pengertian asuransi adalah

“Suatu alat sosial untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan unit-unit exposures yang cukup jumlahnya untuk membuat kerugian-kerugian individual mereka secara bersama dapat diramalkan. Kerugian yang dapat diramalkan itu kemudian dibagi rata diantara semua mereka yang berabung”.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perniagaan RI Pasal 246,

definisi asuransi adalah

“Suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”

Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang. Sistem Jaminan Sosial Nasional yang dimaksud dengan asuransi

sosial adalah

“Suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Jadi bagi setiap anggota masyarakat yang menjadi peserta asuransi

13

sosial harus membayar sejumlah iuran atau premi wajib peserta dan peserta mempunyai hak untuk memperoleh jaminan sosial”.

Berdasarkan pemaparan diatas disebutkan bahwa batasan jaminan

sosial adalah bantuan untuk menjawab permasalahan sakit, kecelakaan,

kelahiran, ketidakmampuan, kesehatan, kematian, tidak adanya pekerjaan

yang dilakukan melalui asuransi. Dalam pelaksanaan jaminan sosial tidak

hanya memiliki batasan bidang yang dijamin tetapi juga memiliki

program, jenis, metode, pembiayaan, jangka waktu, dan kepesertaan yang

berbeda-beda.

b. Prinsip-Prinsip Asuransi Sosial BPJS Ketenagakerjaan

Dalam pelaksanaanya BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan pada prinsip-

prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional yang terdapat didalam pasal 4 Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2011, diantaranya :

1) Prinsip Kegotongroyongan

Prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya

jaminan sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta

membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah atau penghasilan.

2) Prinsip Nirlaba

Prinsip yang pengelolaan usaha mengutamakan penggunaan hasil

pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

seluruh peserta.

3) Prinsip Keterbukaan

Prinsip yang mempermudah akses informasi yang lengkap, benar dan jelas

bagi setiap peserta.

4) Prinsip Kehati-hatian

Dimana dalam pengelolaan dana dilakukan dengan cermat, teliti, aman,

dan tertib.

5) Prinsip Akuntabilitas

Prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan

dapat dipertanggungjawabkan.

14

6) Prinsip Portabilitas

Prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta

berpidah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

7) Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib

Prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta Jaminan

Sosial, yang dilaksanakan secara bertahap. Penerapanya tetap disesuaikan

dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan

menyelenggarakan program.

8) Prinsip Dana Amanat

Bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari

peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan Peserta

Jaminan Sosial.

9) Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dana Jaminan Sosial digunakan seluruhnya untuk pengembangan program

dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta.

c. Jenis-Jenis Usaha Asuransi

Jenis usaha asuransi yang sedang berkembang di Indonesia dibagi

menjadi beberapa macam, berdasarkan dari bidang yang ditangani menurut

Soeisno Djojosoedarso (1999:74) sebagai berikut :

1) Dilihat dari segi sifatmya usaha asuransi dibedakan menjadi :

a) Asuransi Sosial atau Asuransi Wajib dimana untuk ikut serta dalam

asuransi tersebut terdapat unsur paksaan atau wajib bagi setiap warga

negara, jadi semua warga negara (berdasarkan kriteria tertentu) wajib

menjadi anggota atau membeli asuransi tersebut. Asuransi sosial

biasanya diselenggarakan Pemerintah atau BUMN (misal BPJS

Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, TASPEN, ASABRI)

b) Asuransi Sukarela dalam asuransi ini tidak ada paksaan bagi

siapapun untuk menjadi anggota/pembeli, jadi setiap orang bebas

untuk memilih anggota atau tidak dari jenis asuransi ini. Asuransi

sukarela biasanya diselenggarakan oleh pihak swasta (misal AJB,

15

Bumiputra, dll) tetapi ada juga yang diselenggarakan oleh

pemerintah (misal PT. Jiwasraya, Prudential, dll).

2) Dilihat dari segi obyeknya dibedakan menjadi

a) Asuransi orang yang meliputi asuransi jiwa, asuransi kecelakaan,

asuransi kesehatan, asuransi beasiswa, asuransi hari tua, dan lain-

lain.

b) Asuransi umum atau asuransi kerugian yang meliputi asuransi

kebakaran, asuransi pengankutan barang, asuransi kendaraan

bermotor, asuransi penerbangan, dan lain lain.

Berdasarkan jenis asuransi BPJS Ketenagakerjaan termasuk Asuransi

Sosial Tenaga Kerja dengan memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja

agar pekerja merasa aman dan terlindungi.

3. TENAGA KERJA

1) Pengertian Tenaga Kerja

Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang

Ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja, yang dimaksud

dengan tenaga kerja adalah “Setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan” (didalam atau diluar hubungan kerja) guna menghasilkan

barang-barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Mereka yang telah bekerja pada instansi-intansi Pemerintah terkait oleh

Undang-Undang Kepegawaian sedang mereka yang telah bekerja pada

perusahan-perusahan terikat dan atau dilindungi oleh Undang-Undang

perburuhan atau yang lazim disebut Hukum Perburuhan (Sunindhia &

Widianti, 1987:15).

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan

pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pengertian tenaga kerja

lebih luas dari pengertian pekerja atau buruh yaitu tenaga kerja yang

sedang terikat dalam suatu hubungan kerja dan tenaga kerja yang belum

bekerja. Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan

16

menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain dan terikat dalam suatu

hubungan kerja (Hardijan Rusli, 2011:4).

Sedangkan pengertian tenaga kerja juga telah dikemukakan oleh

Payaman Simanjutak, tenaga kerja (man power) adalah “Penduduk yang

sudah bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan

pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga”.

2) Perlindungan Tenaga Kerja

Perlindungan kerja merupakan suatu hal yang berguna bagi para

pekerja, guna memberikan perlindungan hak-hak yang dimiliki para

pekerja. Tujuan perlindungan tenaga kerja adalah untuk menjamin

berlangsungnya sistem hubungan kerjasama secara harmonis tanpa

disertai adanya tekanan-tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang

lemah.

Adapun prinsip perlindungan tenaga kerja menurut Andi Fariana

(2012:34-36) antara lain :

a) Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa

diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.

b) Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa

diskriminasi pengusaha.

c) Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan

mengembangkan potensi kerja sesuai dengan bakat minat dan

kemampuan melalui pelatihan kerja.

d) Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti

pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya. Pelaksanaan

pelatihan kerja disesuaikan dengan kebutuhan serta kesempatan

yang ada di perusahaan agar tidak mengganggu kelancaran

kegiatan usaha.

e) Setiap pekerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk

memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh

penghasilan layak didalam atau diluar negeri.

17

f) Setiap pekerja berhak memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan

perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama.

g) Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

h) Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh

jaminan sosial tenaga kerja.

i) Setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat

pekerja.

Sedangkan pembagian perlindungan pekrja dapat dibagi menjadi 3

(tiga) macam yaitu :

a) Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang

berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja

suatu penghasilan yang cukup memenuhi keperluan sehari-hari

baginya beserta keluarganya termasuk dalam hal pekerja tersebut

tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya.

Perlindungan ini disebut dengan jaminan sosial.

b) Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan

dengan usaha kemasyarakatan yang tujuannya memungkinkan

pekerja itu mengenyam dan mengembangkan kehidupannya

sebagai manusia pada umumnya, dan sebagai anggota masyarakat

dan anggota keluarga atau yang biasa disebut kesehatan kerja.

c) Perlindungan teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang

berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya

kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh pesawat-pesawat atau

alat kerja lainnya atau oleh bahan yang diolah atau dikerjakan

perusahaan. Perlindungan jenis ini disebut dengan keselamatan

kerja.

18

4. PENDAFTARAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:285), “Pendaftaran

adalah proses keikutsertaan dengan mencatat identitas (nama, alamat, dan lain-

lain) dan melampirkan syarat sesuai dengan ketentuan guna memperlancar dan

mempermudah dalam pelaksanaannya”. Pendaftaran biasanya dilakukan

dengan mengisi sebuah formulir.

5. PEMBAYARAN

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:89), “Pembayaran berarti

proses atau cara membayar atau perbuatan. Pembayaran dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu tunai dan non tunai. Pembayaran secara tunai langsung

menggunakan uang, sedangkan non tunai dapat menggunakan debit card,

credit card, transfer, dan sebagainya”.

6. PROGRAM JAMINAN JASA KONSTRUKSI

a. Program

Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka

program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang

dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Program adalah

cara tersendiri dan khusus yang dirancang demi pencapaian suatu tujuan

tertentu. Dengan adanya suatu program, maka segala rancangan akan lebih

teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Program adalah unsur utama

yang harus ada bagi berlangsungnya aktivitas yang teratur, karena dalam

program telah dirangkum berbagai aspek seperti :

1) Adanya tujuan yang mau dicapai.

2) Adanya berbagai kebijakan yang diambil dalam upaya pencapaian

tujuan tersebut.

3) Adanya prinsip-prinsip dan metode-metode yang harus dijadikan acuan

dengan prosedur yang harus dilewati.

4) Adanya pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan.

5) Adanya strategi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas.

19

b. Jaminan Jasa Konstruksi

Jasa konstruksi adalah sebuah sektor yang memegang peran

penting dalam pembangunan Indonesia. Melalui sektor inilah, secara fisik

kemajuan pembangunan Indonesia dapat diakses langsung, keberadaan

gedung-gedung yang tinggi, jembatan, infrastruktur seperti jalan tol,

sarana telekomunikasi adalah hal-hal aktual yang menandakan denyut

ekonomi Indonesia tengah berlangsung.

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian

Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi, yang dimaksud dengan

jaminan jasa konstruksi adalah

“Layanan jasa konsultasi perencanaan pekerja kosntruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Selain itu, jaminan jasa konstruksi merupakan jaminan yang memberikan pertanggung jawaban untuk semua tenaga kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada sektor usaha jasa konstruksi atau proyek agar tenaga kerja merasa terlindungi ketika mengalami kecelakaan kerja pada saat berada di lokasi proyek, pada saat dijalan atau menderita penyakit akibat hubungan kerja”.

Aspek jasa konstruksi yang diatur dalam Undang-undang Nomor 18

Tahun 1999 melingkupi tiga bentuk kegiatan pelaksana konstruksi, yaitu :

1) Perencanaan pekerjaan

2) Pelaksanaan pekerjaan

3) Pengawas pekerjaan konstruksi

Sedangkan tahapan kepesertaan yaitu setiap Kontraktor Induk maupun

Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek jasa konstruksi dan pekerjaan

borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua tenaga kerja

(borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada proyek tersebut

kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian

(JKM). Adapun proyek - proyek tersebut meliputi :

1) Proyek-proyek APBD.

20

2) Proyek-proyek atas Dana Internasional.

3) Proyek-proyek APBN.

4) Proyek-proyek swasta, dan lain-lain.

7. PROSEDUR PENDAFTARAN DAN PEMBAYARAN PROGRAM

JAMINAN JASA KONSTRUKSI

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Prosedur

Pendaftaran dan Pembayaran Program Jaminan Jasa Konstruksi adalah

serangkaian langkah-langkah, proses maupun tata cara mendaftar dan

membayar iuran untuk program jaminan jasa konstruksi yang dilakukan oleh

pemberi kerja jasa konstruksi atau perusahaan konstruksi yang

memperkerjakan pekerja pada suatu proyek jasa konstruksi. Pendaftaran dan

pembayaran iuran jaminan jasa konstruksi tersebut bertujuan untuk

melindungi tenaga kerja jika terjadi kecelakaan kerja, adanya jaminan jasa

konstruksi ini sebagai ganti kompensasi dan rehabilitasi tenaga kerja yang

mengalami kecelakaan kerja, karena dalam program jaminan jasa konstruksi

tersebut memiliki 2 (dua) macam jenis asuransi atau jaminan yaitu Jaminan

Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).

Adapun Prosedur Pendaftaran dan Pembayaran Program Jaminan Jasa

Konstruksi pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan yaitu melalui 6 (enam) proses atau langkah, meliputi :

a. Tahap pertama, pemberi kerja jasa konstruksi (kontraktor) mengisi

Formulir pendaftaran kepesertaan Jasa Konstruksi yang bisa diambil pada

kantor BPJS Ketenagakerjaan setempat sekurang-kurangnya 2 (dua)

minggu setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan. Formulir-formulir

tersebut harus dilampiri dengan Surat Perintah Kerja (SPK) atau Surat

Perjanjian Pemborong (SPP).

b. Tahap kedua, jika formulir dan syarat pendaftaran sudah terpenuhi

selanjutnya didaftarkan dan dihitung dari nilai proyek untuk menetapkan

besaran iuran yang harus dibayar oleh pemberi kerja jasa konstruksi

(kontraktor) tersebut.

21

c. Tahap ketiga, setelah ditetapkan besaran iuran, pemberi kerja jasa

konstruksi (kontraktor) membayarkan iuran tersebut ke bank yang

bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan yaitu Bank Mandiri atau Bank Bukopin. Pembayaran

iuran dibagi menjadi 2 (dua) tahap antara lain :

1) Tahap pertama pembayaran sekaligus yaitu melunasi seluruh iuran.

2) Tahap kedua yaitu pembayaran secara bertahap dengan rincian

pembayaran pertama sebesar 50% (lima puluh persen), tahap kedua

25% (dua puluh lima persen), dan tahap ketiga 25% (dua puluh

lima persen) dari iuran yang sudah ditetapkan.

d. Tahap keempat, pemberi kerja jasa konstruksi (kontraktor) datang kembali

ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dengan

membawa bukti pembayaran bank yang dibayarkan secara lunas maupun

bertahap, dan diserahkan di Bagian Pemasaran Bukan Penerima Upah

untuk ditetapkan sebagai peserta Program Jaminan Jasa Konstruksi yang

sah.

e. Tahap kelima, pemberi kerja jasa konstruksi (kontaktor) harus ke Bagian

Keuangan untuk mendapatkan kwitansi pembayaran iuran sebagai bukti

pendaftaran dan pembayaran yang sah.

f. Tahap keenam atau tahap akhir yaitu setelah mendapatkan kwitansi

pemberi kerja jasa konstruksi (kontraktor) akan mendapatkan lembar

penetapan berupa sertifikat dan kartu kepesertaan sebagai bukti bahwa

para tenaga kerja sudah terdaftar sebagai peserta yang sah atau sudah

mendapatkan jaminan yang berupa Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan

Jaminan Kematian (JKM).

22

Bagan 1

Prosedur Pendaftaran dan Pembayaran Program Jaminan Jasa Konstruksi

BPJS Ketenagakerjaan

(Sumber : Bagian Pemasaran BPU BPJS Ketenagakerjaan Cabang Surakarta)

Pemberi Kerja Jasa Konstruksi (Kontraktor)

Pengajuan Syarat Ke Bagian Pemasaran

Penetapan Iuran dari Nilai Proyek

Peserta ke Bank Untuk Membayarkan Iuran

Pembayaran Secara Lunas

Pembayaran Tahap 1 Sebesar 50%

Pembayaran Tahap ke 2 Sebesar 25%

Pembayaran Tahap ke 3 Sebesar 25%

Mendatangi BPJS Ketenagakerjaan

Mencetak Kwitansi di Bagian Keuangan

Sah Menjadi Peserta

23

B. METODE PENGAMATAN

1. Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan merupakan tempat yang digunakan untuk

penyelesaian pengamatan dan diperoleh data yang dibutuhkan sebagai

penunjang pembuatan tugas akhir. Lokasi pengamatan sendiri dilakukan di

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Kantor Cabang

Surakarta di Jalan Bhayangkara No. 42 Surakarta. Penulis memilih lokasi ini

dengan pertimbangan ingin mengetahui tentang program baru Jaminan Jasa

Konstruksi (Jakon) yang ditangani oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Ketenagakerjaan seiring dengan perubahan PT. Jamsostek (Persero)

menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.

Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data-data sesuai dengan bahan yang

diamati dan yang akan digunakan.

2. Jenis Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara langsung ke lapangan atau lokasi tempat

magang. Sedangkan jenis pengamatan yang dilakukan penulis yaitu

menggunakan bentuk pengamatan Deskriptif Kualitatif. Data yang

dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki

arti lebih bermakna dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang lebih

nyata daripada sekedar sajian angka atau frekuensi, penilitian menekankan

catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap, dan mendalam yang

menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data. Oleh

karena itu Penelitian Kualitatif sering disebut sebagai Pendekatan Deskripsi

Kualitatif (H.B Sutopo 2002:40).

Menurut Lexy J. Moleong (2010:6) Penelitian Kualitatif adalah

“Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dsb. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”

24

3. Sumber Data

Dalam pembuatan laporan pengamatan untuk mendapatkan data yang

lengkap dan relevan dalam permasalahan yang ada sehingga kebenarannya

dapat dipercaya. Didalam penelitian dibutuhkan beberapa sumber, yaitu :

a. Narasumber (Informan)

Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data yang berupa

manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individual yang

memiliki informasinya. Narasumber mempunyai posisi yang sama dan

bukan hanya sekedar memberikan tanggapan yang diminta penelitian,

tetapi ia bisa lebih terarah dan selera dalam menyajikan informasi yang

dimiliki. Sumber data yang berupa manusia dalam penelitian kualitatif

lebih tepat disebut informan daripada responden. (H.B Sutopo 2002:58).

Data yang diperoleh secara langsung melalui narasumbernya. Dengan

mengajukan beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan (wawancara)

kepada narasumber, dengan begitu data yang diperoleh sesuai dengan

ketentuan yang ada pada instansi tersebut. Dalam sumber informasi

penulis mewawancarai kepada pihak-pihak yang memahami permasalahan

dalam penelitian, diantaranya :

1) Kepala bagian Pemasaran Peserta Bukan Penerima Upah.

2) Pegawai Penata Madya Kesejahteraan Peserta.

3) Pegawai bagian Keuangan di BPJS Ketenagakerjaan kantor cabang

Surakarta.

b. Peristiwa atau Aktivitas

Data atau informasi yang dikumpulkan berdasarkan peristiwa,

aktivitas atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran

penelitiannya. Dari pengamatan dalam peristiwa atau aktivitas, penelitian

dapat mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti

karena melihat sendiri secara langsung. Tidak semua peristiwa

berlangsung pada saat penelitian berjalan. (H.B Sutopo, 2002:58).

Peristiwa atau aktivitas yang diamati penulis adalah prosedur

pendaftaran dan pembayaran program jaminan jasa konstruksi di Badan

25

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan kantor cabang

Surakarta.

c. Dokumen atau Arsip

Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang berhubungan

dengan suatu peristiwa ataupun aktivitas tertentu yang terjadi dalam

pengamatan. Dokumen ini berupa rekaman tertulis (berupa gambar, benda

peninggalan yang berkaitan dengan peristiwa atau aktivitas) yang bersikap

formal dan terencana. (H.B Sutopo, 2002:61).

Dalam pengamatan didapatkan form-form, laporan, surat,

dokumen, arsip yang berhubungan dengan Prosedur Pendaftaran dan

Pembayaran Program Jaminan Jasa Konstruksi di Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Surakarta.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka

digunakan metode :

a. Wawancara

Wawancara untuk memperoleh data secara langsung melalui

sumber data atau narasumber yang terpercaya atau pada ahlinya. Dengan

melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang bersangkutan

dalam instansi. Dengan begitu data yang diperoleh adalah data yang secara

akurat.

b. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik data yang digunakan untuk

memperoleh data dari sumber data berupa peristiwa, tempat, lokasi, benda,

dan rekaman gambar. Dalam hal ini teknik pengumpulan data yang

digunakan yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi

guna memperoleh data tentang Prosedur Pendaftaran dan Pembayaran

Program Jaminan Jasa Konstruksi di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kantor Cabang Surakarta.

26

c. Mengkaji Dokumen dan Arsip

Dalam metode ini perlu menggunakan sumber lain yaitu berupa

beberapa dokumen dan arsip yang berhubungan dengan permasalahan

dalam pengamatan.

5. Teknik Analisis Data

Menurut H.B Sutopo (2002:91-93), dalam proses analisa terdapat tiga

komponen utama yang benar-benar digunakan oleh setiap penulis kualitatif.

Tiga komponen tersebut adalah :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi

dari fiednote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan

pengamatan. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan

pengumpulan data. Artinya : reduksi data sudah berlangsung sejak

penelitian mengambil keputusan (meski mungkin tidak disadari

sepenuhnya) tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan

kasus, menyusun pertanyaan penelitian kasus, dan jangka waktu

menentukan cara pengumpulan data yang digunakan. Juga memusatkan

tema, membuat, coding, menentukan batas-batas permasalahan, dan

menulis memo. Proses reduksi ini berlangsung terus sampai laporan akhir

pengamatan selesai disusun.

Memperhatikan penjelasan diatas, maka bisa dinyatakan bahwa

reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting,

dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat

dilakukan. Proses ini tidak bersifat aktivitas kuantivikasi data seperti yang

dilakukan dalam penelitian kuantitatif.

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat

27

dilakukan. Sajian ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara

logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan mudah dipahami berbagai

hal yang terjadi dan memungkinkan pengamat untuk berbuat sesuatu pada

analisa maupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut.

Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah

dirumuskan sebagai pertanyaan pengamatan, sehingga narasi yang tersaji

merupakan diskriptif mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan

menjawab setiap permasalahan yang ada.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Dari awal pengumpulan data, penulis sudah harus memahami apa

arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan

peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi yang

mungkin, arah sebab akibat dan berbagai proposisi. Penulis yang ahli

menangkap berbagai hal tersebut secara kuat, namun tetap terbuka dan

bersifat skriptis. Konklusi-konklusi dibiarkan tetap disitu, yang pada

waktu awalnya mungkin kurang jelas, kemudian semakin meningkat

secara eksplisit dan juga memiliki landasan yang semakin kuat. Simpulan

akhirnya tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data

berakhir.

Simpulan perlu diverifikasi agar cukup kuat dan dapat

dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas

pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan

cepat, mungkin sebagai akibat pemikiran kedua yang timbul melintas pada

pengamatan pada waktu menulis sajian data. Dan melihat kembali pada

catatan lapangan. Verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang dilakukan

ketelitian, misalnya cara berreduksi atau saling memeriksa antara teman

(terutama pengamatan bila dilakukan secara kelompok). Verifikasi dapat

juga dilakukan dengan usaha yang lebih luas yaitu dengan melakukan

replikasi dalam satuan data yang lain. Pada dasarnya makna kata harus

diuji validitasnya supaya kesimpulan pengamatan menjadi kokoh dan

menjadi lebih bisa dipercaya.

28

Bagan 2

Model Analisa Interaktif

(Sumber : H.B. Sutopo, 2002:96)

Pengumpulan Data

Sajian Data

Penarikan Simpulan / Verifikasi

Reduksi Data