bab ii tinjauan pustaka dan hasil penelitian a ......segala bentuk hak (1990-1996), konvensi pbb -...

64
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka 1. Ketentuan-Ketentuan dalam Perundang-Undangan dan Konvensi Ketentuan perundangan-undang dan konvensi yang telah di ratifikasi oleh Indonesia antara lain, Konvensi PBB Penghapusan Semua Jenis Diskriminasi (1965), UU no 29 th 1999 tentang pengesahan konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial, UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Universal Declaration of Human Right / Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM), Piagam PBB, International Convention on Elimination of All Forms of Discrimation Againts Women (CEDAW)/ Konvensi PBB Penghapusan Diskriminasi Perempuan (1979), Konferensi HAM tentang segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Penulis akan membahas satu persatu mengenai peraturan-peraturan serta konvensi yang telah diratifikasi oleh Indonesia yang menolak adanya diskriminasi. Dalam UU No. 9 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa diskriminasi adalah adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,

Upload: others

Post on 22-Jul-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Ketentuan-Ketentuan dalam Perundang-Undangan dan

Konvensi

Ketentuan perundangan-undang dan konvensi yang telah di ratifikasi oleh

Indonesia antara lain, Konvensi PBB – Penghapusan Semua Jenis Diskriminasi

(1965), UU no 29 th 1999 tentang pengesahan konvensi internasional tentang

penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial, UU No. 39 Tahun 1999 Tentang

Hak Asasi Manusia, Universal Declaration of Human Right/ Deklarasi Umum

Hak Asasi Manusia (DUHAM), Piagam PBB, International Convention on

Elimination of All Forms of Discrimation Againts Women (CEDAW)/ Konvensi

PBB – Penghapusan Diskriminasi Perempuan (1979), Konferensi HAM tentang

segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma

(1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Penulis akan

membahas satu persatu mengenai peraturan-peraturan serta konvensi yang telah

diratifikasi oleh Indonesia yang menolak adanya diskriminasi. Dalam UU No. 9

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa diskriminasi adalah

adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak

langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,

kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

21

keyakinan politik. yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan

pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar

dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,

hukum, sosial, budaya. dan aspek kehidupan lainnya.1

Dalam Universal Declaration of Human Right/ Deklarasi Umum Hak

Asasi Manusia (DUHAM) terdapat beberapa pasal Larangan diskriminasi pada

pasal 1, 2, 6, 7, 15, 16, 18, 19, 21, 23, dan 30. Penulis akan menguraikan satu

persatu maksud dari pasal dari Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM).

Pasal 1 berbunyi, Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai

martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan

hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.2

Pasal 2 berbunyi, Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-

kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian

apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik

atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik,

kelahiran ataupun kedudukan lain. Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan

atas dasar kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari negara

atau daerah dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang merdeka, yang

berbentuk wilyah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di bawah batasan

kedaulatan yang lain.3

Pasal 6, Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai

manusia pribadi di mana saja ia berada. Pasal 7 berbunyi, Semua orang sama di

1 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 angka (3).

2 Universal Declaration of Human Right/ Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia

(DUHAM). 3 Ibid.,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

22

depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi.

Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi

yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang

mengarah pada diskriminasi semacam ini.

Pasal 15 ayat (1) berbunyi, Setiap orang berhak atas sesuatu

kewarganegaraan, ayat (2) berbunyi, Tidak seorang pun dengan semena-mena

dapat dicabut kewarganegaraannya atau ditolak hanya untuk mengganti

kewarganegaraannya.

Pasal 16 ayat (1) berbunyi, Laki-laki dan Perempuan yang sudah dewasa,

dengan tidak dibatasi kebangsaan, kewarganegaraan atau agama, berhak untuk

menikah dan untuk membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang sama

dalam soal perkawinan, di dalam masa perkawinan dan di saat perceraian. Ayat

(2) berbunyi, Perkawinan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan pilihan bebas dan

persetujuan penuh oleh kedua mempelai. Ayat (3) berbunyi, Keluarga adalah

kesatuan yang alamiah dan fundamental dari masyarakat dan berhak mendapatkan

perlindungan dari masyarakat dan Negara.

Pasal 18 berbunyi, Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani

dan agama; dalam hal ini termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan,

dengan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaann dengan cara

mengajarkannya, melakukannya, beribadat dan mentaatinya, baik sendiri maupun

bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun sendiri.

Pasal 19 berbunyi, Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan menganut pendapat

tanpa mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

23

keterangan-keterangan dan pendapat dengan cara apa pun dan dengan tidak

memandang batas-batas.

Pasal 21 ayat (1) berbunyi, Setiap orang berhak turut serta dalam

pemerintahan negaranya, secara langsung atau melalui wakil-wakil yang dipilih

dengan bebas. Ayat (2) berbunyi, Setiap orang berhak atas kesempatan yang

sama untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan negeranya. Ayat (3) berbunyi

Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah; kehendak ini harus

dinyatakan dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala dan murni,

dengan hak pilih yang bersifat umum dan sederajat, dengan pemungutan suara

secara rahasia ataupun dengan prosedur lain yang menjamin kebebasan

memberikan suara. Dalam pasal ini pula dijelaskan bahwa setiap orang berhak

ikutt serta dalam pemerintahan,

Pasal 23 ayat (1) berbunyi, Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak

dengan bebas memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil

dan menguntungkan serta berhak atas perlindungan dari pengangguran. Ayat (2)

berbunyi, Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang sama

untuk pekerjaan yang sama. Ayat (3) berbunyi, Setiap orang yang bekerja berhak

atas pengupahan yang adil dan menguntungkan, yang memberikan jaminan

kehidupan yang bermartabat baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya, dan

jika perlu ditambah dengan perlindungan sosial lainnya. Ayat (4) berbunyi, Setiap

orang berhak mendirikan dan memasuki serikat-serikat pekerja untuk melindungi

kepentingannya.

Di dalam International Convention on Elimination of All Forms of

Discrimation Againts Women (CEDAW)/ Konvensi PBB – Penghapusan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

24

Diskriminasi Perempuan (1979) terdapat beberapa pasal yang mengandung

larangan terhadap diskriminasi, penulis akan memaparkan serta menjelaskan

beberapa pasal yang ada, yaitu Pasal 1, 2

Pasal 1 berbunyi, For the purposes of the present Convention, the term

"discrimination against women" shall mean any distinction, exclusion or

restriction made on the basis of sex which has the effect or purpose of impairing

or nullifying the recognition, enjoyment or exercise by women, irrespective of

their marital status, on a basis of equality of men and women, of human rights

and fundamental freedoms in the political, economic, social, cultural, civil or any

other field. Diartikan sebagai berikutt:

Untuk tujuan Konvensi yang sekarang ini, istilah “diskriminasi terhadap

perempuan” berarti setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan yang dibuat

atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk

mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-

hak azasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi,

sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum perempuan, terlepas dari

status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara laki-laki dan perempuan.

Pasal 2 berbunyi, States Parties condemn discrimination against women in

all its forms, agree to pursue by all appropriate means and without delay a policy

of eliminating discrimination against women and, to this end, undertake:

(a) To embody the principle of the equality of men and women in their national

constitutions or other appropriate legislation if not yet incorporated therein

and to ensure, through law and other appropriate means, the practical

realization of this principle;

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

25

(b) To adopt appropriate legislative and other measures, including sanctions

where appropriate, prohibiting all discrimination against women;

(c) To establish legal protection of the rights of women on an equal basis with

men and to ensure through competent national tribunals and other public

institutions the effective protection of women against any act of

discrimination;

(d) To refrain from engaging in any act or practice of discrimination against

women and to ensure that public authorities and institutions shall act in

conformity with this obligation;

(e) To take all appropriate measures to eliminate discrimination against women

by any person, organization or enterprise;

(f) To take all appropriate measures, including legislation, to modify or abolish

existing laws, regulations, customs and practices which constitute

discrimination against women;

(g) To repeal all national penal provisions which constitute discrimination

against women.

Diartikan sebagai berikutt:

Negara-negara peserta mengutuk diskriminasi terhadap perempuan dalam

segala bentuknya dan bersepakat untuk menjalankan dengan segala cara yang

tepat dan tanpa ditunda-tunda, kebijaksanaan menghapus diskriminasi terhadap

perempuan, dan untuk tujuan ini berusaha:

a) Mencantumkan azas persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam

Undang-Undang Dasar nasional mereka atau perundang-undangan yang tepat

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

26

lainnya jika belum termasuk di dalamnya, dan untuk menjamin realisasi

praktis dari azas ini, melalui hukum dan caracara lain yang tepat ;

b) Membuat peraturan perundang-undangan yang tepat dan peraturan-peraturan

lainnya termasuk sanksi-sanksinya di mana perlu, melarang semua

diskriminasi terhadap perempuan;

c) Menegakkan perlindungan hukum terhadap hak-hak perempuan atas dasar

yang sama dengan kaum laki-laki dan untuk menjamin melalui pengadilan

nasional yang kompeten dan badan-badan pemerintah lainnya, perlindungan

kaum perempuan yang efektif terhadap setiap tindakan diskriminasi ;

d) Tidak melakukan suatu tindakan atau praktek diskriminasi terhadap

perempuan, dan untuk menjamin bahwa pejabat-pejabat pemerintah dan

lembaga-lembaga negara akan bertindak sesuai dengan kewajiban tersebut;

e) Membuat peraturan-peraturan yang tepat untuk menghapus perlakukan

diskriminasi terhadap perempuan oleh tiap orang, organisasi atau perusahaan;

f) Membuat peraturan-peraturan yang tepat, termasuk pembuatan undang-

undang, untuk mengubah dan menghapuskan undang-undang, peraturan-

peraturan, keblasaan-kebiasaan dan praktek-praktek yang diskriminatif

terhadap perempuan;

g) Mencabut semua ketentuan pidana nasional yang diskriminatif terhadap

perempuan.

Pasal 3 berbunyi, States Parties shall take in all fields, in particular in the

political, social, economic and cultural fields, all appropriate measures, including

legislation, to en sure the full development and advancement of women , for the

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

27

purpose of guaranteeing them the exercise and enjoyment of human rights and

fundamental freedoms on a basis of equality with men.

Diartikan sebagai berikutt: Negara-negara peserta membuat peraturan-

peraturan yang tepat, termasuk pembuatan undang-undang di semua bidang,

khususnya di bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya, untuk menjamin

perkembangan dan kemajuan perempuan sepenuhnya, dengan tujuan untuk

menjamin mereka melaksanakan dan menikmati hak-hak azasi manusia dan

kebebasan-kebebasan pokok atas dasar persamaan dengan laki-laki.

Dalam CEDAW dijelaskan bahwa setiap negara yang telah meratifikasi

konvensi tersebut akan menghilangkan atau menghapuskan segala bentuk

diskriminasi terhadap perempuan misalnya seperti, adanya perbedaan derajat

antara wanita dan pria dalam membangun rumah tangga, pembatasan terhadap

perempuan yang dimaksud dengan pembatasan disini yaitu, perempuan sangat

minim yang dapat bergabung dengan pemerintahan karena adanya pembatasan

jumlah, dalam seleksi kerja pun laki-laki lebih diutamakan daripada wanita,

padahal seharusnya semua orang memiliki hak yang sama untuk bekerja.

Di dalam Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi Ras. Yang telah diratifikasi Indonesia dengan UU No. 29 Tahun

1999. Diskriminasi di dalam pasal 1 ayat (1) berbunyi, In this Convention, the

term " racial discrimination " shall mean any distinction, exclusion, restriction or

preference based on race, colour, descent, or national or ethnic origin which has

the purpose or effect of nullifying or impairing the recognition, enjoyment or

exercise, on an equal footing, of human rights and fundamental freedoms in the

political, economic, social, cultural or any other field of public life, dapat

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

28

diartikan sebagai berikutt: Dalam Konvensi ini, istilah “diskriminasi ras” diartikan

sebagai segala bentuk pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pengutamaan

berdasarkan ras, warna kulit, keturunan atau kebangsaan atau sukubangsa, yang

mempunyai maksud atau dampak meniadakan atau merusak pengakuan,

pencapaian atau pelaksanaan, atas dasar persamaan, hak asasi manusia dan

kebebasan dasar dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya atau bidang

kehidupan masyarakat yang lain.

Dalam pasal 2 ayat (1) berbunyi,

1. States Parties condemn racial discrimination and undertake to pursue by all

appropriate means and without delay a policy of eliminating racial

discrimination in all its forms and promoting understanding among all races,

and, to this end:

a. Each State Party undertakes to engage in no act or practice of racial

discrimination against persons, groups of persons or institutions and to

ensure that all public authorities and public institutions, national and local,

shall act in conformity with this obligation;

b. Each State Party undertakes not to sponsor, defend or support racial

discrimination by any persons or organizations;

c. Each State Party shall take effective measures to review governmental,

national and local policies, and to amend, rescind or nullify any laws and

regula tions which have the effect of creating or perpetuating racial

discrimination wherever it exists;

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

29

d. Each State Party shall prohibit and bring to an end, by all appropriate

means, including legislation as required by circumstances, racial

discrimination by any persons, group or organization;

e. Each State Party undertakes to encourage, where appropriate, integrationist

multi-racial organizations and movements and other means of elim inating

barriers between races, and to discourage anything which tends to

strengthen racial division.

1. States Parties shall, when the circumstances so warrant, take, in the social,

economic, cultural and other fields, special and concrete measures to ensure

the adequate development and protection of certain racial groups or

individuals belonging to them, for the purpose of guaranteeing them the full

and equal enjoyment of human rights and fundamental freedoms. These

measures shall in no case entail as a consequence the maintenance of unequal

or separate rights for different racial groups after the objectives for which

they were taken have been achieved.

Dapat diartikan sebagai berikutt: Negara-negara Pihak mengutuk diskriminasi

ras dan berjanji menggunakan semua sarana yang memadai, segera melakukan

kebijakan penghapusan diskriminasi ras dalam segala bentuknya, dan

mengembangkan pengertian di antara semua ras, dan untuk mencapai tujuan ini:

(a) setiap Negara Pihak berjanji untuk tidak melibatkan diri dalam tindakan

atau praktek diskriminasi ras terhadap orang, kelompok orang atau

lembaga, dan menjamin bahwa semua aparat dan lembaga-lembaga

pemerintah, baik nasional maupun daerah, harus bertindak sesuai dengan

kewajiban ini;

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

30

(b) Setiap Negara Pihak berjanji untuk tidak mensponsori, membela atau

mendukung diskriminasi ras yang dilakukan oleh siapapun atau organisasi

manapun;

(c) Setiap negara Pihak harus melakukan tindakan-tindakan yang efektif untuk

meninjau kebijakan-kebijakan Pemerintah, baik di tingkat nasional

maupun daerah, dan mengubah, mencabut atau menghapuskan undang-

undang atau peraturan yang berdampak menciptakan atau melestarikan

diskriminasi ras di manapun;

(d) Setiap Negara Pihak harus melarang dan mengakhiri diskriminasi ras oleh

perseorangan atau organisasi dengan cara-cara yang sesuai, termasuk

pembentukan undang-undang apabila keadaan membutuhkan;

(e) Setiap negara Pihak berjanji untuk mendorong, kalau perlu, organisasi dan

gerakan multi ras yang terpadu serta bermacam cara lain untuk

menghilangkan penghalang antar-ras, dan mencegah apapun yang

cenderung memperkuat pemisahan ras.

(2) Negara-Negara Pihak, bila keadaan memerlukan, harus mengambil tindakan-

tindakan khusus dan konkret di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun

bidang lainnya untuk menjamin perkembangan serta perlindungan yang

memadai bagi kelompok ras tertentu atau anggota kelompok tersebut, dengan

tujuan menjamin mereka untuk menikmati hak asasi manusia dan kebebasan

dasar secara sama dan sepenuhnya. Tindakan-tindakan ini, bagaimanapun

juga, tidak boleh mengakibatkan dipertahankannya hak yang berbeda dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

31

terpisah bagi kelompok-kelompok ras yang berbeda setelah tujuan dari

tindakan-tindakan itu tercapai.

Dalam pasal 3, States Parties particularly condemn racial segregation and

apartheid and undertake to prevent, prohibit and eradicate all practices of this

nature in terri tories under their jurisdiction. Dapat diartikan sebagai berikut:

Negara-Negara Pihak secara khusus mengutuk pemisahan ras dan apartheid serta

berusaha untuk mencegah, melarang dan menghapuskan semua praktek semacam

ini di dalam wilayah hukum mereka. Negara wajib untuk menghapuskan dan

mencegah adanya pemisahan yang didasarkan pada ras. Bahkan sebelum

terjadinya pemisahan berdasarkan ras.

Pasal 4 konvensi ini berbunyi, States Parties condemn all propaganda and

all organizations which are based on ideas or theories of superiority of one race

or group of persons of one colour or ethnic origin, or which attempt to justify or

promote racial hatred and discrimination in any form, and undertake to adopt

immediate and positive measures designed to eradicate all incitement to, or acts

of, such discrimination and, to this end, with due regard to the principles

embodied in the Universal Declaration of Human Rights and the rights expressly

set forth in article 5 of this Convention Dapat diartikan sebagai berikut: Negara-

Negara Pihak mengutuk semua propaganda dan organisasi yang dilandasi

pemikiran atau teori keunggulan suatu ras atau kelompok orang dengan warna

kulit atau asal bangsa yang sama, atau yang mencoba membenarkan atau

menyebarkan kebencian dan diskriminasi ras dalam bentuk apapun, dan

memutuskan secepatnya tindakan-tindakan positif yang dirancang untuk

menghalau semua hasutan atau tindakan diskriminatif seperti itu, dan untuk

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

32

mencapai tujuan ini dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip yang tertuang

dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan hak yang disebutkan dalam

pasal 5 Konvensi ini, Negara-Negara Pihak:

Pasal 5 berbunyi, In compliance with the fundamental obligations laid down

in article 2 of this Convention, States Parties undertake to prohibit and to

eliminate racial discrimination in all its forms and to guarantee the right of

everyone, without distinction as to race, colour, or national or ethnic origin, to

equality before the law, notably in the enjoyment of the following rights:

(a) The right to equal treatment before the tribunals and all other organs

administering justice ;

(b) The right to security of person and protection by the State against violence or

bodily harm, whether inflicted by government officials or by any individual,

group or institution ;

(c) Political rights, in particular the rights to participate in elections to vote and

to stand for election on the basis of universal and equal suffrage, to take part

in the Government as well as in the conduct of public affairs at any level and

to have equal access to public service;

(d) Other civil rights, in particular:

i. The right to freedom of movement and residence within the border of the

State;

ii. The right to leave any country, including one's own, and to return to one's

country;

iii. The right to nationality;

iv. The right to marriage and choice of spouse;

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

33

v. The right to own property alone as well as in association with others;

vi. The right to inherit;

vii. The right to freedom of thought, conscience and religion;

viii. The right to freedom of opinion and expression;

ix. The right to freedom of peaceful assembly and association;

(e) Economic, social and cultural rights, in particular:

i. The rights to work, to free choice of employment, to just and favourable

conditions of work, to protection against unemploy ment, to equal pay for

equal work, to just and favourable remuner ation;

ii. The right to form and join trade unions;

iii. The right to housing;

iv. The right to public health, medical care, social security and social

services;

v. The right to education and training;

vi. The right to equal participation in cultural activities;

(f) The right of access to any place or service intended for use by the general

public, such as transport, hotels, restaurants, caf s, theatres and parks.

Dapat diartikan sebagai berikut: Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dasar

yang dicantumkan dalam pasal 2 Konvensi ini, Negara-negara Pihak melarang

dan menghapuskan segala bentuk diskriminasi ras serta menjamin hak setiap

orang tanpa membedakan ras, warna kulit, asal bangsa dan sukubangsa, untuk

diperlakukan sama di depan hukum, terutama untuk menikmati hak di bawah ini:

a) Hak untuk diperlakukan dengan sama di depan pengadilan dan badan-badan

peradilan lain;

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

34

b) Hak untuk rasa aman dan hak atas perlindungan oleh Negara dari kekerasan

dan kerusakan tubuh, baik yang dilakukan aparat Pemerintah maupun suatu

kelompok atau lembaga;

c) Hak politik, khususnya hak ikut serta dalam pemilihan umum untuk memilih

dan dipilih atas dasar hak pilih yang universal dan sama, ikut serta dalam

pemerintahan maupun pelaksanaan masalah umum pada tingkat manapun,

dan untuk memperoleh kesempatan yang sama atas pelayanan umum;

d) Hak sipil lainnya, khususnya:

i. Hak untuk bebas berpindah dan bertempat tinggal dalam wilayah Negara

yang bersangkutan;

ii. Hak untuk meninggalkan suatu negara, termasuk negaranya sendiri, dan

kembali ke negaranya sendiri;

iii. Hak untuk memiliki kewarganegaraan;

iv. Hak untuk menikah dan memilih teman hidup;

v. Hak untuk memiliki kekayaan baik atas nama sendiri ataupun bersama

dengan orang lain;

vi. Hak waris;

vii. Hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama;

viii. Hak untuk berpendapat dan menyampaikan pendapat;

ix. Hak berkumpul dan berserikat secara bebas dan damai;

e) Hak ekonomi, sosial, dan budaya, khususnya:

i. Hak untuk bekerja, memilih pekerjaan secara bebas, mendapatkan

kondisi kerja yang adil dan nyaman, memperoleh perlindungan dari

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

35

pengangguran, mendapat upah yang layak sesuai pekerjaannya,

memperoleh gaji yang adil dan menguntungkan;

ii. Hak untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja;

iii. Hak atas perumahan;

iv. Hak untuk mendapat pelayanan kesehatan, perawatan medis, jaminan

sosial dan pelayanan-pelayanan sosial;

v. Hak atas pendidikan dan pelatihan;

vi. Hak untuk berpartisipasi yang sama dalam kegiatan kebudayaan;

f) Hak untuk dapat memasuki suatu tempat atau pelayanan manapun yang

dimaksudkan untuk digunakan masyarakat umum, seperti transportasi, hotel,

restoran, warung kopi, teater, dan taman.

Di dalam Konvensi tentang Hak-hak Anak Disetujui oleh Majelis Umum

Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 Pasal 2 berbunyi;

1. States Parties shall respect and ensure the rights set forth in the present

Convention to each child within their jurisdiction without discrimination of

any kind, irrespective of the child's or his or her parent's or legal guardian's

race, colour, sex, language, religion, political or other opinion, national,

ethnic or social origin, property, disability, birth or other status.

2. States Parties shall take all appropriate measures to ensure that the child is

protected against all forms of discrimination or punishment on the basis of the

status, activities, expressed opinions, or beliefs of the child's parents, legal

guardians, or family members.4

Diartikan sebagai berikut

4 Konvensi PBB - Hak Anak (1989)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

36

1. Negara-negara Pihak harus menghormati dan menjamin hak-hak yang

dinyatakan dalam Konvensi ini pada setiap anak yang berada di dalam

yurisdiksi mereka, tanpa diskriminasi macam apa pun, tanpa menghiraukan

ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat

lain, kewarganegaraan, etnis, atau asal-usul sosial, harta kekayaan, cacat,

kelahiran atau status yang lain dari anak atau orang tua anak atau wali hukum

anak.

2. Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk

menjamin bahwa anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau

hukuman atas dasar status, aktivitas, pendapat yang diutarakan atau

kepercayaan orang tua anak, wali hukum anak atau anggota keluarga anak.

Pasal 7 berbunyi:

1. The child shall be registered immediately after birth and shall have the right

from birth to a name, the right to acquire a nationality and. as far as

possible, the right to know and be cared for by his or her parents.

2. States Parties shall ensure the implementation of these rights in accordance

with their national law and their obligations under the relevant international

instruments in this field, in particular where the child would otherwise be

stateless.5

Diartikan sebagai berikut:

1. Anak harus didaftarkan segera sesudah kelahiran dan harus mempunyai hak

sejak lahir atas suatu nama, hak untuk memperoleh kewarganegaraan, dan

sejauh mungkin, hak untuk mengetahui dan dirawat oleh orang tuanya.

5 Ibid.,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

37

2. Negara-negara Pihak harus menjamin pelaksanaan hak-hak ini sesuai dengan

hukum nasional mereka dan kewajiban mereka menurut instrumen-instrumen

internasional yang relevan dalam bidang ini, terutama apabila anak sebaliknya

akan tidak berkewarganegaraan.

Selain konvensi yang telah diratifikasi Indonesia, Indonesia juga memiliki

beberapa peraturan yang menjamin prinsip nondiskriminasi untuk warga negara

Indonesia (WNI), diantaranya Undang-Undangan Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 (UUD NRI 1945), Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang

Hak Asasi Manusia. Yang akan dibahas

Pasal dalam UUD 1945 yang menjamin Prinsip nondiskriminasi warga negara

Indonesia adalah:

Pasal 27

1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya.

2. Tiap­-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan.

3. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

negara.

Dalam pasal 27 sendiri mengatakan bahwa tiap warga negara berhak

diperlakukan sama didalam hukum, berhak atas perkerjaan serta penghidupan

yang sesuai dengan kemanusiaan, dan yang dijunjung oleh hukum dan

pemerintahan tanpa terkecuali, yang berarti tidak ada pembatasan untuk

wanita/perempuan untuk memiliki kesempatan yang sama dalam dunia kerja.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

38

Pasal 28D

1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan

yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

3. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan.

4. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Pasal 28E

1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan

meninggalkannya, serta berhak kembali.

2. Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan

sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

3. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 29 ayat 2

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pada pasal

1 angka (3) yang menjelaskan arti diskriminasi, apa yang dimaksud dengan

diskriminasi. Sedangkan yang di sebut pelanggaran hak asasi manusia adalah

setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

39

disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum

mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia

seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak

mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum

yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

2. Teori mengenai Non-Diskriminasi

Selain dari beberapa aturan yang telah penulis sebutkan diatas ada beberapa

pandangan para ahli mengenai teori non-diskriminasi atau keadilan. Dikatakan

menurut Ulpianus; keadilan adalah kemauan yang bersifat tetap dan terus menerus

untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya, untuknya. (101

keadilan bermartabat) Dikemukakan pula suatu ungkapan klasik dalam bahasa

latin Latin, atau Latin Maxim untuk itu, yaitu iustitia est constans et perpetua

voluntas ius suum cuique tribendi. Sementara itu menurut Herbert Spencer,

keadilan merupakan kebebasan setiap orang untuk menentukan apa yang akan

dilakukannya, asal tidak melanggar kebebasan yang sama dari orang lain.

Menurut justinian, keadilan adalah kebajikan yang memberikan hasil bahwa setiap

orang yang mendapat apa yang merupakan bagiannya. (satjipto rahardjo, ilmu

hukum cetakanan ke enam ).

Prof. Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa setidaknya ada lima

kontribusi Aristoteles dalam perkembangan hukum. pertama, mengutip Friedman,

Prof.Satjipto berpendapat bahwa pemikiran aristoteles itu mengalami studi

ensiklopedia terhadap keberadaan berbagai undang-undang dan konstitusi.

Doktrin-doktrin aristoteles tidak hanya meletakan dasar-dasar bagi teori hukum

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

40

tetap tetapi juga kepada filsafat barat pada umumnya. Kedua, kontribusi

Aristoteles terhadap filsafat hukum adalah formulasi terhadap keadilan. Ketiga,

Aristoteles membedakan antara keadilan distributif dengan keadilah korektif atau

remidial. Selanjutnya, Aristoteles juga memilih saham dalam membedakan antara

hukum antara keadilan menurut hukum dengan keadilan menurut alam. Keempat

kontribusi Aristoteles selanjutnya adalah membedakan keadilan abstrak dan

kepatutan. Kontribusi kelima, Aristoteles mendefinisikan hukum sebagai

kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat tetapi juga hakim.6

Dari penjelasan diatas maka menurut Aristoteles keadilan dibagi menjadi

beberapa macam, yaitu keadilan distributif, keadilan korektif, keadilan menurut

hukum, keadilan menurut alam, dan keadilan abstrak.

John Rawls berpendapat bahwa di bawah kondisi demikian, pihak-pihak

yang memilih di dalam posisi awal akan memilih dua prinsip keadilan. Pertama

mereka akan berfokus untuk mengamankan kebebasan mereka agar tetap setara

sehingga memilih suatu perinsip guna mengantisipasinya:

Setiap pribadi memiliki hak yang setara terhadap sistem total yang paling

luas bagi kebebasan-kebebasan dasar yang mirip dengan sistem kebebasan

serupa bagi semuanya.7

Artinya, mereka akan memisahkan kebebasan manusiawi dasar kita dan

melindunginya terhadap pembagian apapun yang tidak setara.8

Rawls juga yakin bahwa, kecuali dalam kondisi yang mendesak, pihak-

pihak di posisi awal tidak akan pernah mengijinkan pengkompromian apapun

6 Wolfgang Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum: Telaah Kritis Atas Teori-Teori

Hukum (Susunan I), Cet. Kedua, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, Hlm. 10 – 11. 7 Rawls, A Theory of Justice, hlm. 302

8 Karen Lebacqz, Teori-Teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, 2011, hlm. 53

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

41

kebebasan-kebebasan dasarnya demi keuntungan sosial dan ekonomi lainnya.

Kalau begitu, bukan hanya kebebasan setara yang menjadi prinsip pertama,

namun juga bahwa kebebasan ini berdiri di dalam tatanan yang berngkaian

(tatanan leksikal, lexical oredering), sehingga kebebasan hanya bisa dibatasi demi

kebebasan itu sendiri, bukannya demi kepentingan ekonomi atau sosial lainnya.9

Selain Rawls, Robert Nozick ini berpendapat bahwa keadilan dilihat dari

peran negara, kita harus mulai dari pelegitimasian negara minimal dan hanya

negara minimal. Nozick mengadopsi pandangan Kantian bahwa “individu adalah

tujuan akhir, bukan sekedar alat”.10

Individu adalah akhir dalam dirinya sendiri

memiliki hak-hak „alamiah‟ tertentu. Artinya, terdapat batasan-batasan (efek

samping) bagi suatu tindakan: tidak ada tindakan yang diperbolehkan

mengganggu hak-hak manusia yang fundamental.11

Kalau begitu; bagi Nozick

seperangkat hak yang hampir-hampir absolut namun terbatas merupakan fondasi

bagi moralitas.12

Diantara hak-hak fundamental ini adalah hak untuk tidak dibunuh atau

disakiti. Tak seorangpun boleh „dikorbankan‟ untuk orang lain. Pembatasan

tindakan lantaran tidak bolehnya hak-hak manusia diganggu, kalau begitu,

menjadi larangan untuk mengagresi orang lain.13

9 Rawls, Op.cit., hlm. 542.

10 Robert Nozick, Anarchy, State, and Utopia (New York: Basic Book, 1974), hlm 31.

Bahkan menyatakan dengan lebih tegas dibagian pengantar: “Individu-individu memiliki hak-hak,

dan ada hal-hal tertentu yang tak seorangpun atau kelompok manapun boleh bertindak sesuatu

kepada mereka” 11

Ibid., hlm 28-29 12

H.L.A. Hart, „Between Utility and Rights‟ di dalam The Idea of Freedom: Essays in

Honour of Isaiah Berlin, diedit oleh Alan Ryan (Oxford: Oxford University Press, 1979) hlm 81 13

Nozick, Anarchy, State, and Utopia, hlm 33 “ ide dasar ini, bahwa individu berbeda-

beda dengan hidup yang berbeda sehingga tak seorangpun boleh dikorbankan bagi yang lain...

mengarah kepada pembatasan kaum teolog pembebasan yang melarang agresi terhadap orang lain

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

42

Namun larangan seperti ini memunculkan pertanyaan menarik mengenai

peran negara. Jika negara didaulat menjadi juri keadilan, peran ini tampaknya

sudah melanggar larangan terhadap agresi itu sendiri.14

Inilah tantangan kaum

anarkis: mereka berpendapat bahwa negara apapin bentuknya sudah mengusik

hak-hak individu. Terhadap tuduhan ini, Nozick menjawab bahwa negara minimal

akan lahir melalui proses „tangan yang tidak nampak‟ (Invisible hand) sehingga

tidak akan mengusik hak-hak individu.15

Intinya, argumen tersebut melihat sesuatu seperti ini: Di dalam negara

alamiah Lockean, hukum alam tidak akan menyediakan semua aturan untuk

menyelesaikan konflik hak-haik manusia: “penguatan sektor swasta dan pribadi

terhadap hak seseorang ...mengarah pada konflik ... Dan tidak ada cara yang

ampuh untuk menyelesaikan perselisihan itu”.16

Pribadi-pribadi yang memiliki

kepentingan diri dan rasional kalau begitu akan membentuk lembaga-lembaga

pelindungan untuk membantu penyelesaian konflik klaim-klaim ini sekaligus

memastikan klaim mereka dilindungi.17

Kemudian, salah satu dari lembaga

pelindung ini cenderung menjadi dominan di teritorial tersebut.18

Lembaga yang dominan ini bukan negara, masih belum karena tidak

mengklaim monopoli tentang siapa yang legitim untuk boleh memakai kekuatan

dalam menyelesaikan perselisihan, tidak juga dia berkewajiban untuk melindungi

semua yang tinggal di teritorialnya.19

Namun begitu, sekali saja transisi dibuat

14

Ibid., hlm 51. 15

Penjelasan invisible hand menunjukan bahwa sesuatu nampaknya dihasilkan oleh

rancangan yang dikendaki namu pada kenyataannya dia muncul lewat sebuah proses yang tidak

pernah dirancang sebelumnya (Ibid., hlm 19-20) 16

Ibid., hlm 11. 17

Ibid., hlm 13. 18

Karen Lebacqz, Op.Cit., hlm 91. 19

Nozick, Anarchy, Op.Cit., hlm 22-23.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

43

untuk mencakup kedua elemen ini, maka kita akan sampai kepada bentuk negara

minimal.20

Ketika lembaga menjadi pelindung ini dominan tapi belum memonopoli

teritorialnya, berbagai masalah bermunculan antara dia dan lembaga-lembaga

„independen‟ lain di wilayah tersebut.21

Argumen Nozick mengambil bentuk

penyelesaian prosedural mengenai „pelintasan-batas‟ antara pihak-pihak yang

berada di bawah pemeliharaan lembaga pelindung dominan dan lembaga

pelindung independen lain yang tidak berada di bawah pemeliharaannya namun

tinggal di teritorialnya.22

Dalam komdisi demikian, lembaga dominan akan tergoda untuk melarang

sama sekali semua pelintasan batas, atau mengijinkan semua pelintasan pribadi

yang meminta perlindungan memperoleh kompensasi yang tepat.23

Prinsip-prinsip

kemudian menuntut lembaga dominan untuk memberikan kompensasi bagi

lembaga independen atas ketidak-nyamanan yang diderita akibat pembatasan /

pelarangan tersebut.24

Kepada prinsip pengkompensasian atas hilangnya kebebasan inilah Nozick

menambahkan satu pertimbangan prosedural lain: seorang tidak memiliki hak

untuk melakukan sesuatu kecuali dia mengetahui fakta-fakta tertentu. Khususnya,

20

Untuk menunjukan suatu negara legitim, kata Nozick, kita harus membuktikan bahwa

(1) kondisi „ultra-minimal‟ munucl dari sistem lembaga-lembaga pelindung, (2) dia

bertransformasi menjadi negara-minimal, dan (3) pergerakan setiap hal ini sahih secara moral

(Ibid., hlm 52). 21

Karen Lebacqz, Loc.cit. 22

Nozick, Anarchy, Op.Cit., hlm 56. 23

Ibid., hlm 59. 24

“sangat dituntut secara moral [untuk melindungu semuanya] keberadaan prinsip

kompensadi, yang mensyaratkan siapapun yang bertindak melindungi diri demi meningkatkan rasa

aman mereka sendiri untuk memberikan kompensasi bagi mereka yang dilarang melakukan

tindakan-tindakan beresiko namun ternyata tindakan tersebut memang tidak membahayakan”

(Ibid., hlm 114).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

44

seorang tidak dapat menghukum seorang pelanggar kecuali yakin dia memang

seorang pelanggar.25

Yang sesungguhnya kita miliki hanyalah pola-pola kepemilikan individu .

karena itu, pertanyaan ini akan menjadi lebih tepat jika dihadapi sebagai

pertanyaan mengenai keadilan di dalam kepemilikan.26

Yang pada kesimpulannya menurut Nozick negara memiliki peran penting

untuk menegakan keadilan, dimana negara seharusnya melindungi hak yang

seharusnya didapatkan oleh masing-masing individu. Di mana menurut Nozick

hak tersebut bersifat fundamental, dan hal ini merupakan sifat dasar yang memang

tidak boleh dilanggar oleh siapapun.

B. Hasil Penelitian

1. Aturan Yang Bersifat Diskriminatif

Ada beberapa aturan yang bersifat diskriminasi antara lain UU No.

1/PNPS/1965, Undang-Undang No.24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

(Adminduk), Keputusan Presidium Kabinet No: 127/Kep/12/1966 tentang

prosedur penggantian nama cina yang asli ke nama Indonesia, Keputusan Presiden

No. 240 Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Jang Menjangkut Warga Negara

25

Apa yang bisa kita lakukan dibatasi bukan ganya oleh hak-hak orang lain, namun juga

oleh pertimbangan moral mengenai tindakan pribadi (beberapa komponen pengetahuan menjadi

sangat penting), Ibid., hlm 106-107. 26

Nozick bukan hanya satu-satunya pemikiran yang menekankan keadilan di dalam

kepemilikan. Meskipun kritik Nozick terhadap banyak hal sangat tepat, namun William Galston

menekankan bahwa keadilan lebih berkaitan dengan „kepemilikan yang benar‟. Dan komentarnya

ini dekat dengan definisi keadilan Nozick, apapun perbedaan diantara dua teorisi tersebut. Lihat

William A. Galston, Justice and the Human Good (Chicago: University of Chicago Press, 1980),

hlm 105

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

45

Indonesia Keturunan Asing, UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Surat

Instruksi Wakil Gubernur DIY Nomor K.898/I/A/1975 Tentang Larangan

Kepemilikan Hak Atas Tanah Bagi Warga Non-Pribumi di DIY.

Yang akan dibahas disini adalah peraturan yang sifatnya diskriminatif

yang bertentangan dengan peraturan-peraturan internasional yang telah diratifikasi

oleh Indonesia. Yang pertama masih adanya pemberlakuan aturan yang sifatnya

mendiskriminasi beberapa ras yang ada di Indonesia, contohnya adanya keharusan

untuk warga negara indonesia keturunan tionghoa yang harus mengganti nama

aslinya ke nama Indonesia untuk dapat memiliki kartu tanda penduduk padahal

dalam UU No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

yang termasuk warga negara indonesia adalah setiap orang yang sebelum

berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI

1. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI

2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu

warga negara asing (WNA), atau sebaliknya

3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah

yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah

tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut

4. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI

5. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI

6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui

oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan

sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

46

7. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

8. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

9. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

10. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu

WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan

memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

11. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi

1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun

dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang

berkewarganegaraan asing

2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah

sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan

3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan

bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh

kewarganegaraan Indonesia

4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah

menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

47

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam

situasi sebagai berikut:

1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan

bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya

memperoleh kewarganegaraan Indonesia

2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat

anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga

negara Indonesia

Dari pengertian ini sebenarnya warga negara indonesia itu bukan

berdasarkan ras darimana ia berasal melainkan dimana ia dilahirkan dan dimana ia

memilih kewarganegaraan, maka sebenarnya tindakan diskriminasi terhadap ras

merupakan sesuatu hal yang sebenarnya tidak boleh dilakukan. Sehingga aturan

yang berkaitan dengan adanya pembedaan ras atau etnis hal ini jelas merupakan

diskriminasi yang dilakukan atau yang tercantum dalam undang-undang. Contoh

lainnya ada nya aturan di daerah istimewa yogyakarta yang dimana warga negara

indonesia keturunan tionghoa tidak dapat atau tidak boleh memiliki tanah dengan

status hak milik didaerah istimewa yogyakarta, mungkin memang daerah

istimewa di Indonesia memiliki aturan sendiri-sendiri di tiap daerah, namun

menurut penulis seharusnya setiap aturan di daerah istimewa juga tidak

bertentangan dengan apa yang ada di dalam undang-undang dasar 1945 dan

pancasila yang menjadi dasar dari segala peraturan yang ada di Indonesia. Negara

ini meratifikasi peraturan internasional mengenai penghapusan segala bentuk

diskriminasi rasial, seharunya dan sepatutnya negara serta daerah-daerah yang

memiliki kemampuan untuk membuat peraturan daerahnya sendiri.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

48

Aturan mengenai administrasi kependudukan yang dimana setiap warga

negara Indonesia tanpa terkecuali harus memeluk salah satu agama sah yang ada

di undang-undang. Mengapa penulis mengatakan hal ini merupakan diskriminasi,

alasan yang pertama adalah tidak semua rakyat Indonesia memeluk salah satu

agama yang telah disahkan, banyak WNI yang memeluk kepercayaan penduduk

setempat atau agama adat misalnya kejawen, hal ini menurut penulis merupakan

diskriminasi, karna disaat masyarakat yang menganut agama leluhur ini akan

membuat kartu tanda penduduk, mereka akan diminta untuk memilih salah satu

agama, sedangkan di dalam undang-undang dasar 1945 pasal 29 ayat (2) berkata

negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Aturan yang sifatnya diskrimantif selain diskriminasi ras antara lain

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang dimana didalam

undang-undang ini pada pasal 43 (1) yang berbunyi Anak yang dilahirkan diluar

perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga

ibunya. Serta pada pasal 44 (1) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak

yang dilahirkan oleh isterinya, bilamana ia dapat membuktikan bahwa isterinya

telah berzina dan anak itu akibat daripada perzinaan tersebut. (2) Pengadilan

memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak atas permintaan pihak yang

berkepentingan. Pada pasal diatas sudah dapat di lihat bahwa pasal-pasal tersebut

mengandung sifat diskrimitif seperti, tidak adanya perlindungan untuk seorang

anak yang lahir diluar perkawinan, anak hanya memiliki hubungan keperdataan

dengan sang ibu, sedangkan dapat kita ketahui anak yang lahir diluar perkawian

pasti memiliki ayah, bagaimana bisa peraturan perundangan hanya mengatur

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

49

hubungan antara anak dengan ibu nya tapi tidak dengan ayahnya, bahkan

bagaimana bisa didalam peraturan ini mengatakan bahwa ayah bisa menyangkal

sahnya seorang anak yang dilahirkan bahkan oleh istrinya sendiri, disini yang

penulis bicarakan mengenai hak anak itu sendiri. Dapat kita ketahui seorang anak

tidak mungkin lahir tanpa ayah dan ibu, itu lah sebab kenapa penulis mengatakan

bahwa ini merupakan diskriminasi.

Tidak hanya diskriminasi terhadap anak yang lahir diluar perkawinan akan

tetapi undang-undang ini juga mengandung diskriminasi terhadap perempuan

dimana perempuan lah yang harus bertanggung jawab atas segala tindakan serta

perilaku yang dilakukan oleh pasangan yang tidak terikat perkawinan , sedangkan

mungkin perempuan bisa jadi merupakan korban dari kejahatan laki-laki,

misalnya korban perkosaan. Bagaimana seorang korban harus menanggung

cercaan orang sekitar atau biasa dikatakan sanksi sosial, serta harus bertanggung

jawab atas anak yang dikandungnya atau yang akan lahir. Menurut penulis

undang-undang ini mengandung diskriminasi yang didasarkan pada gender,

adanya pembedaan antara sanksi sosial serta sanksi yang akan didapat oleh

perempuan dan laki-laki dengan suatu tindakan yang dilakukan bersama, hal ini

tentu dapat dilihat bahwa benar-benar terjadi diskriminasi gender.

2. Perilaku Yang Diskriminatif

Selain aturan didalam negara yang sifatnya diskriminatif, hal ini tentu saja

sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor pemerintah yang sifatnya diskriminatif

dalam kata lain diskriminatif berasal dari individu itu sendiri. Sifat alami manusia

yang memiliki sifat egois terkadang menimbulkan sifat ingin menang sendiri yang

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

50

berakibat pada perilaku manusia yang akhirnya menjadi tidak adil terhadap

sesamanya. Contoh konkrit yang terjadi adalah adanya larangan untuk memiliki

tanah di daerah istimewa yogyakarta, bukan hanya peraturan nya yang bersifat

diskriminatif akan tetapi perilaku pegawai pemerintah yang melayani untuk

pencatatan sebuah pembelian tanah di wilayah Yogyakarta tersebut juga bersifat

diskriminatif, sebab walaupun warga yang akan mendaftarkan tanah dengan status

hak milik jika ia terlihat seperti warga negara indonesia keturunan tionghoa maka

pegawai dari pencatatan tanah tersebut engan untuk melayani pencatatan dengan

mengatakan bahwa warga negara indonesia yang masih keturunan tionghoa

dilarang untuk memiliki tanah dengan status hak milik, warga negara indonesia

keturunan tionghoa hanya boleh untuk memiliki tanah dengan status hak pakai.

Selain itu adanya keharusan warga negara indonesia keturunan tionghoa

yang menggunakan nama china (nama sejak lahir) untuk di rubah ke nama

Indonesia (tidak terdengar asing untuk orang Indonesia) untuk memperoleh Kartu

Tanda Penduduk, padahal menurut UU 12 tahun 2006 warga negara indonesia

tidak dibedakan berdasarkan ras atau etnis dalam Keputusan Presidium Kabinet

No: 127/Kep/12/1966 tentang prosedur penggantian nama cina yang asli ke nama

Indonesia, Keputusan Presiden No. 240 Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Jang

Menjangkut Warga Negara Indonesia Keturunan Asing, sifatnya hanya saran

sehingga tidak wajib bagi warga negara Indonesia keturunan Tionghoa untuk

mengganti namanya. Akan tetapi yang terjadi saat pembuatan kartu tanda

penduduk tidak segera dikerjakan dikarekan masih menggunakan nama asli (nama

yang dibawa dari lahir), sehingga WNI keturuan Tionghoa harus mengganti

namaya, setelah mengganti namanya benar saja saat membuat kartu tanda

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

51

penduduk (KTP) langsung di proses dan tidak perlu menunggu lama seperti saat

menggunakan nama aslinya, untuk pembuatan KTP sebelumnya sama sekali tidak

di proses.

Contoh lain dari adanya sifat diskriminatif antara lain, seperti yang kita

ketahui adanya penolakan salah satu calon gubernur disaat pemilihan serentak

tahun 2017 lalu, dikarenakan calon gubernur tersebut merupakan keturunan

tionghoa, padahal jika dilihat sebenarnya calon gubernur ini merupakan warga

negara indonesia, dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

pemilihan kepala daerah tidak dijelaskan ada nya aturan warga negara indonesia

keturunan ras atau etnis mana yang boleh menjadi wakil rakyat, sehingga menurut

penulis hal ini juga sifatnya diskriminatif yang berasal dari individu.

Bukan sekedar penolakan akan tetapi menurut penulis individu yang

melakukan penolakan terhadap calon gubernur tersebut juga mengajak orang-

orang untuk melakukan penolakan terhadap calon gubernur yang memiliki etnis

berbeda, sehingga adanya sifat dasar manusia yang ingin menang sendiri

membuat manusia menjadikan dirinya sebagai provokator untuk mendiskriminasi

orang lain yang dirasa berbeda.

Selain diskriminasi terhadap ras atau etnis banyak juga perilaku

masyarakat yang mendiskriminasi berdasarkan jenis kelamin (gender), antara lain

adanya pembatasan untuk perempuan untuk bekerja karna perempuan dianggap

hanya perlu mengurus rumah tangga saja, sehingga kebanyakan pekerjaan hanya

dapat diisi oleh yang berjenis kelamin laki-laki. Selain dari pekerjaan adanya

diskriminasi terhadap jenis kelamin juga dirasakan oleh wanita yang hamil diluar

perkawinan, kenapa penulis dapat mengatakan itu. Masyarakat kita cenderung

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

52

memberikan sanksi sosial kepada perempuan yang hamil diluar nikah, sedangkan

apa yang terjadi dengan laki-laki yang telah melakukan perbuatannya?

Kebanyakan dari laki-laki yang telah melakukannya tidak mengalami hal apapun

yang dapat menjadi sanksi sosial agar ia tidak melakukannya lagi. Perempuan

yang menerima sanksi sosial pun harus menanggung sendiri setelah anak yang

dikandungnya lahir dengan kata lain tidak ada kewajiban hukum bagi ayah sang

bayi untuk bertanggung jawab, sebab anak yang lahir diluar perkawinan hanya

memiliki ikatan dengan ibunya, sehingga dampak ini juga berimbas pada sang

anak, hak sang anak pun tidak dapat terpenuhi, padahal seperti yang kita ketahui

sang anak tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi akan tetapi ia terkena dampak

yang disebabkan dari masyarakat serta peraturan yang ada.

Selain diskriminasi terhadap ras, suku, etnis, dan jenis kelamin ada

diskriminasi karena agama. Diskriminasi berdasarkan agama dapat kita lihat juga

dari perilaku masyarakat yang membedakan agama satu dengan agama yang lain.

Merasa agama tertentu paling benar adalah salah satu pemicu adanya diskriminasi,

adanya ego dari manusia itu sendiri yang memicu terjadinya diskriminasi. Merasa

salah satu agama menjadi mayoritas dan lebih berhak dari agama lain membuat

manusia menjadi merasa boleh semena-mena terhadap orang lain yang memiliki

beda kepercayaan, walaupun tidak semua mayoritas seperti ini akan tetapi sifat

dari beberapa mayoritas membuat masyarakat minoritas merasa terdiskriminasi.

Misalnya saja adanya larangan-larangan dari beberapa pemuka agama yang

melarang rakyatnya untuk memilih karena perbedaan agama, apakah hal ini bukan

diskriminasi? Hal ini menurut penulis tidak memperlihatkan adanya keadilan

untuk masyarakat yang memiliki agama atau memeluk agama minoritas. Contoh

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

53

diskriminasi lainnya, didalam sekolah negeri adanya kewajiban untuk

menggunakan hijab, padahal di sekolah negeri seharusnya tidak ada kewajiban

tersebut sebab sekolah negeri merupakan sekolah milik pemerintah seharusnya

tidak boleh ada peraturan seperti itu, kecuali sekolah tersebut sekolah swasta yang

menganut aliran islami, jika seperti itu tidak menjadi masalah, dan bukan

termasuk tindakan diskriminasi sedangkan jika hingga sekolah negeri mewajibkan

untuk menggunakan hijab hal ini merupakan tindakan diskriminasi terhadap

masyarakat yang tidak memeluk agama islam.

Selain kasus diatas ada beberapa kasus lain yang masih menyangkut

mengenai diskriminasi terhadap agama tertentu. Antara lain adanya kesulitan ijin

membangun gereja di wilayah jawa barat, sehingga penduduk yang beragama

kristen/ katolik sulit untuk membangun tempat untuk beribadah, bagaimana tidak

disebut diskriminasi bahkan untuk membangun suatu tempat ibadah saja

masyrakat yang menjadi minoritas di Indonesia mengalami kesulitan karna ijinnya

di persulit. Bukan hanya mengenai ijin pendirian bangunan yang dipersulit bahkan

untuk beribadah saja bagi mereka yang beragama kristen dan katolik merasa

terancam dengan adanya sweeping yang dilakukan oleh salah satu ormas yang ada

di Indonesia, dimana ormas ini menghentikan sebuah ibadah yang sedang

berlangsung. Bagaimana tidak disebut diskriminasi, untuk menjalankan sebuah

ibadah di sebuah negara merdeka pun masih dilarang, disaat Indonesia dikenal

dengan ada nya keberagaman, tapi bagaimana bisa ada ormas dan oknum-oknum

tertentu yang mendiskriminasi agama lain dengan nama suatu agama.

Diskriminasi agama juga dilakukan oleh aparat negara karena beberapa

dari masyarakat indonesia tidak memeluk agama yang di legalkan oleh

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

54

pemerintah. Pemerintah memiliki aturan bahwa di Indonesia memiliki 6 agama

yang resmi yaitu islam, kristen, katolik, hindu, budha, dan konghuchu. Lalu

bagaimana dengan agama yang ada di Indonesia yang berada di luar 6 agama

tersebut? Yang terjadi saat ini adalah masyarakat yang tidak memeluk agama

sesuai dengan yang ada didalam undang-undang dipaksa untuk memeluk agama

sesuai dengan undang-undang, padahal memeluk agama merupakan kebebasan

dari setiap individu, hal ini masuk kedalam hak asasi manusia, sehingga jika

adanya pemaksaan kepada individu untuk memeluk agama tertentu merupakan

sebuah pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Hal ini juga termasuk kedalam

diskriminasi, dimana negara tidak memperlakukan individu yang satu dengan

yang lain secara berbeda, kenapa penulis mengatakan bahwa ini merupakan sifat

diskriminasi, karena semua orang yang telah menjadi warga negara berhak atas

penghidupan yang layak tidak adanya pembedaan antara warga negara yang satu

dengan warga negara yang lainnya.

3. Perbandingan dari Peraturan yang Bersifat Diskriminatif dan

Peraturan yang Bersifat Non-Disriminatif

No. Peraturan yang Diskriminatif Peraturan yang sifatnya tidak

diskriminatif

1

Undang- Undang No. 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan pasal

43 Pasal ini berbicara mengenai

anak yang lahir diluar

perkawinan yang hanya

memiliki hubungan keperdataan

dengan ibunya saja

- UU perlindungan Anak, didalam

undang-undang perlindungan anak,

anak memiliki hak untuk memperoleh

hak dari kedua orang tuanya

- The Convention on the Elimination of

All Forms of Discrimination Against

Women didalam konvensi ini

dijelaskan adanya larangan untuk

semua tindakan yang bersifat

diskriminatif

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

55

Peraturan yang Diskriminatif Peraturan yang sifatnya tidak

diskriminatif

- terhadap perempuan termasuk aturan-

aturan negara yang mendiskriminasi

perempuan

- Konvensi tentang Hak-hak Anak

Disetujui oleh Majelis Umum

Perserikatan Bangsa Bangsa pada

tanggal 20 Nopember 1989

2. Surat Instruksi Wakil Gubernur

DIY Nomor K.898/I/A/1975

Tentang Larangan Kepemilikan

Hak Atas Tanah Bagi Warga

Non-Pribumi di DIY. Dalam

peraturan daerah ini adanya

aturan yang melarang warga

negara Indonesia keturunan

tionghoa untuk memiliki tanah

di daerah istimewa Yogyakarta.

- Undang-undang No.29 Tahun 1999

Tentang penghapusan diskriminasi

rasial dimana undang-undang ini

meratifikasi Konvensi PBB –

Penghapusan Semua Jenis

Diskriminasi (1965)

- UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak

Asasi Manusia, dalam UU ini diatur

adanya pemberian hak yang sama

kepada setiap warga negara

Indonesia, tanpa membeda-bedakan.

- Universal Declaration of Human

Right/ Deklarasi Umum Hak Asasi

Manusia (DUHAM)

3. UU No. 1/PNPS/1965, Undang-

Undang No.24 Tahun 2013

tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No.23 Tahun

2006 tentang Administrasi

Kependudukan (Adminduk).

Undang-undang mengenai

kependudukan, dimana

masyarakat Indonesia harus

memilih salah satu agama yang

legal secara hukum di Indonesia

- DUHAM (Deklarasi Umum Hak

Asasi Manusia)/ Universal

Declaration of Human Right;

- UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak

Asasi Manusia

- Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945. Di dalam

pasal 29 dimana setiap orang berhak

untuk memeluk agama sesuai dengan

apa yang dipercayai

4. Keputusan Presidium Kabinet

No: 127/Kep/12/1966 tentang

prosedur penggantian nama cina

yang asli ke nama Indonesia,

Keputusan Presiden No. 240

Tahun 1967 tentang

Kebijaksanaan Jang Menjangkut

Warga Negara Indonesia

Keturunan Asing. Masyarakat

Indonesia

- Undang-undang No.29 Tahun 1999

Tentang penghapusan diskriminasi

rasial dimana undang-undang ini

meratifikasi Konvensi PBB –

Penghapusan Semua Jenis

Diskriminasi (1965). Adanya

larangan untuk mendiskriminasi

individu berdasarkan ras, agama, jenis

kelamin, etnis, pandangan politik,

ekonomi dan lain-lain. Penghapusan

segala bentuk diskriminasi ras

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

56

Suatu bentuk hukum internasional yang mempunyai kekuatan mengikat

(binding power) terhadap negara peserta (contracting partie) secara langsung

sesuai dengan asas pacta sunt servanda. Hard law ini dapat berupa perjanjian.

Perjanjian memiliki kekuatan mengikat secara hukum. untuk

mengidentifikasi perjanjian yang bersifat hard law umumnya menggunakan

istilah-istilah seperti konvensi, konvenan, protokol, dan treaty. Terdapat tiga

ukuran untuk menilai apakah perjanjian itu terbentuk karena hard law atau soft

law. Pertama, kewajiban (obligation), yaitu keterikatan suatu negara untuk

memenuhi kewajiban atau

komitmen yang tertera dalam sebuah perjanjian. Kedua, presisi (precision),

yaitu aturan-aturan yang tertera dalam perjanjian tersebut harus jelas mengatur

perilaku para peserta perjanjian. Ketiga, delegasi (delegation), yaitu adanya

pendelegasian otoritas kepada pihak ketiga untuk menafsirkan aturan,

menyelesaikan sengketa atau bahkan membuat ketentuan lebih lanjut atas

instrumen tersebut.27

27

Wagiman dan anasthasya saartje mandagi, Terminologi hukum internasional ,jakarta

sinar grafika 2016 , hlm 175.

Peraturan yang Diskriminatif Peraturan yang sifatnya tidak

diskriminatif

yang masih keturunan cina

untuk mengganti namanya

menjadi nama yang lebih

mengandung unsur Indonesia.

- Universal Declaration of Human

Right/ Deklarasi Umum Hak Asasi

Manusia (DUHAM),

- Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945

- UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak

Asasi Manusia;

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

57

Kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan yang dilakukan dengan sengaja

sebagai bagian dari serangan yang sistematis atau meluas yang ditujukan terhadap

penduduk sipil. Lingkup kejahatan terhadap kemanusiaan, antara lain

pembunuhan; pemusnahan; perbudakan; pengusiran atau pemindahan penduduk

secara paksa; perampasan kemerdekaan atau perampasan fisik secara sewenang-

wenang; penyiksaan; pemerkosaan; persekusi; penghilangan orang secara paksa;

apartheid; serta perbuatan tidak manusiawi lainnya yang setara, yang sengaja

mengakibatkan penderitaan berat, luka serius terhadap badan, mental atau

kesehatan fisik seseorang.28

Konvensi (covention). Persetujuan formal yang bersifat multilateral, dan

tidak berurusan dengan kebijaksanaan tingkat tinggi. Persetujuan ini harus

dilegalisasi oleh wakil-wakil yang berkuasa penuh. Konvensi dapat pula berarti

aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan

negara, meskipun tidak tertulis.29

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (International

Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination) konvensi

ini mulai berlaku sejak januari 1969 dan disahkan oleh Indonesia melalui UU No.

29 Tahun 1999. Terdapat larangan terhadap segala bentuk diskriminasi rasial

dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Selain itu, Konvensi ini juga

menjamin hak setiap orang untuk diperlakukan sama di depan hukum tanpa

membedakan ras, warna kulit, asal usul, dan suku bangsa.30

Pasal 11 berbunyi:

28

Ibid., hlm 226. 29

Ibid., hlm 244. 30

Ibid., hlm 254.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

58

1. If a State Party considers that another State Party is not giving effect to

the provisions of this Convention, it may bring the matter to the attention of

the Committee. The Committee shall then transmit the communication to the

State Party concerned. Within three months, the receiving State shall submit

to the Committee written explanations or statements clarifying the matter

and the remedy, if any, that may have been taken by that State.

2. If the matter is not adjusted to the satisfaction of both parties, either by

bilateral negotiations or by any other procedure open to them, within six

months after the receipt by the receiving State of the initial communication,

either State shall have the right to refer the matter again to the Committee

by notifying the Committee and also the other State.

3. The Committee shall deal with a matter referred to it in accordance with

paragraph 2 of this article after it has ascertained that all available

domestic remedies have been invoked and exhausted in the case, in

conformity with the generally recognized principles of international law.

This shall not be the rule where the application of the remedies is

unreasonably prolonged.

4. In any matter referred to it, the Committee may call upon the States

Parties concerned to supply any other relevant information.

5. When any matter arising out of this article is being considered by the

Committee, the States Parties concerned shall be entitled to send a

representative to take part in the proceedings of the Committee, without

voting rights, while the matter is under consideration.31

31

International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

59

1. Apabila suatu Negara Pihak menganggap bahwa Negara Pihak lain tidak

melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Kovenan ini, Negara tersebut

dapat mengajukan masalah ini untuk diperhatikan Komite. Komite

kemudian menyampaikan pengaduan ini kepada Negara Pihak yang

bersangkutan. Dalam waktu tiga bulan, Negara penerima harus

menyampaikan kepada Komite, penjelasan tertulis atau pernyataan yang

menjelaskan masalah tersebut dan upaya penyelesaian, jika ada, yang telah

diambil Negara tersebut.

2. Apabila masalah tersebut tidak diselesaikan hingga memuaskan kedua pihak

baik melalui negosiasi bilateral atau prosedur lain, dalam waktu enam bulan

setelah diterimanya pengaduan pertama oleh Negara penerima, masing-

masing Negara mempunyai hak untuk mengajukan lagi masalah tersebut ke

depan Komite dengan memberitahukan Komite dan Negara lain tersebut.

3. Komite akan menangani masalah yang diajukan sesuai dengan ayat 2 pasal

ini setelah Komite yakin bahwa dalam kasus tersebut semua upaya

penyelesaian dalam negeri yang tersedia telah dijalankan sesuai dengan

prinsip-prinsip yang diakui dalam hukum internasional. Ketentuan ini tidak

berlaku apabila penerapan upaya penyelesaian tersebut telah berlangsung

terlalu lama tanpa alasan yang jelas.

4. Dalam kasus-kasus yang diajukan kepadanya, Komite dapat memanggil

Negara-Negara Pihak yang bersangkutan agar menyampaikan semua

informasi lain yang relevan.

5. Apabila suatu masalah yang timbul dari pasal ini sedang dalam

pertimbangan Komite, Negara-Negara Pihak yang bersangkutan berhak

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

60

untuk mengirimkan seorang wakil untuk mengambil bagian dalam

pertemuan Komite ketika masalah tersebut sedang dipertimbangkan Komite,

tanpa mempunyai hak suara.

Pasal 12 berbunyi:

1. (a) After the Committee has obtained and collated all the information it deems

necessary, the Chairman shall appoint an ad hoc Conciliation Commission

(hereinafter referred to as the Commission) comprising five persons who may or

may not be members of the Committee. The members of the Commission shall be

appointed with the unanimous consent of the parties to the dispute, and its good

offices shall be made available to the States concerned with a view to an amicable

solution of the matter on the basis of respect for this Convention.

(b) If the States parties to the dispute fail to reach agreement within three months

on all or part of the composition of the Commission, the members of the

Commission not agreed upon by the States parties to the dispute shall be elected

by secret ballot by a two-thirds majority vote of the Committee from among its

own members.

2. The members of the Commission shall serve in their personal capacity. They

shall not be nationals of the States parties to the dispute or of a State not Party to

this Convention.

3. The Commission shall elect its own Chairman and adopt its own rules of

procedure.

4. The meetings of the Commission shall normally be held at United Nations

Headquarters or at any other convenient place as determined by the Commission.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

61

5. The secretariat provided in accordance with article 10, paragraph 3, of this

Convention shall also service the Commission whenever a dispute among States

Parties brings the Commission into being.

6. The States parties to the dispute shall share equally all the expenses of the

members of the Commission in accordance with estimates to be provided by the

Secretary-General of the United Nations.

7. The Secretary-General shall be empowered to pay the expenses of the members

of the Commission, if necessary, before reimbursement by the States parties to the

dispute in accordance with paragraph 6 of this article.

8. The information obtained and collated by the Committee shall be made

available to the Commission, and the Commission may call upon the States

concerned to supply any other relevant information.32

Dapat diartikan sebagai berikut:

1. (a) Setelah Komite memperoleh dan mengumpulkan semua informasi yang

diperlukan, Ketua Komite menunjuk Komisi Pendamai ad hoc

(selanjutnya disebut sebagai Komisi), yang terdiri dari lima orang yang

merupakan anggota Komite maupun bukan anggota Komite. Anggota

Komisi harus diangkat dengan persetujuan pihak-pihak yang bersengketa,

dan anggota-anggota Komisi harus menunjukkan niat baik untuk

menyelesaikan masalah tersebut pada Negara-Negara yang terlibat

sengketa dengan maksud menghasilkan penyelesaian yang diterima semua

pihak berdasarkan penghormatan pada Konvensi ini;

32 Ibid.,

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

62

(b) Apabila Negara-Negara Pihak yang terlibat sengketa gagal mencapai

kesepakatan dalam waktu tiga bulan mengenai semua atau sebagian dari

komposisi komisi, anggota-anggota Komisi yang belum disetujui oleh

Negara-negara Pihak yang bersengketa harus dipilih dengan pemungutan

suara secara rahasia oleh dua pertiga dari suara mayoritas Komite di antara

anggota-anggota Komite sendiri.

2. Anggota-anggota Komisi wajib bekerja dalam kapasitas pribadi mereka.

Mereka tidak boleh warganegara dari Negara-Negara Pihak yang

bersengketa ataupun Negara yang tidak menjadi Pihak pada Konvensi ini.

3. Komisi harus memilih Ketuanya sendiri dan menetapkan tata kerjanya

sendiri.

4. Persidangan Komisi biasanya diadakan di Markas Besar Perserikatan

Bangsa-Bangsa atau di tempat lain yang layak sebagaimana ditentukan

Komisi.

5. Sekretariat yang disediakan seperti disebutkan pasal 10, ayat 3, Konvensi

ini juga harus melayani Komisi apabila terjadi sengketa antar-Negara

Pihak yang melibatkan Komisi ini.

6. Negara-Negara Pihak yang bersengketa secara bersama dan bagi adil

menanggung semua pengeluaran anggota-anggota Komisi sesuai dengan

perkiraan yang diberikan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa.

7. Bilamana perlu, Sekretaris Jenderal menanggung pembiayaan anggota-

anggota Komisi sebelum adanya penggantian dari Negara-Negara Pihak

yang bersengketa sesuai dengan ayat 6 pasal ini.

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

63

8. Informasi yang diperoleh dan dikumpulkan Komite harus tersedia bagi

Komisi, dan Komisi dapat meminta Negara-Negara yang bersangkutan

untuk memberikan informasi lain yang berkaitan.

Pasal 13 berbunyi:

1. When the Commission has fully considered the matter, it shall prepare and

submit to the Chairman of the Committee a report embodying its findings on all

questions of fact relevant to the issue between the parties and containing such

recommendations as it may think proper for the amicable solution of the dispute.

2. The Chairman of the Committee shall communicate the report of the

Commission to each of the States parties to the dispute. These States shall, within

three months, inform the Chairman of the Committee whether or not they accept

the recommendations contained in the report of the Commission.

3. After the period provided for in paragraph 2 of this article, the Chairman of the

Committee shall communicate the report of the Commission and the decla rations

of the States Parties concerned to the other States Parties to this Con vention.33

Dapat diartikan sebagai berikut:

1. Setelah secara lengkap mempertimbangkan masalah tersebut, Komisi harus

mempersiapkan dan menyampaikan laporan kepada Ketua Komite yang

berisi temuan atas semua pertanyaan tentang fakta yang relevan dengan

masalah pihak-pihak yang bersengketa, dan rekomendasi yang tepat bagi

penyelesaian masalah itu secara bersahabat.

3. Ketua Komite menyampaikan laporan Komisi kepada masing-masing

Negara Pihak yang bersengketa. Dalam waktu tiga bulan, Negara-negara

33 Ibid.,

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

64

ini harus memberitahukan Ketua Komite apakah mereka menerima atau

menolak rekomendasi yang dimuat dalam laporan Komisi.

3. Setelah jangka waktu yang disebutkan dalam ayat 2 pasal ini, Ketua

Komite perlu memberitahukan laporan Komisi dan pernyataan Negara-

negara Pihak yang bersangkutan kepada Negara-Negara lain Pihak

Konvensi.

Pasal 14 berbunyi:

1. A State Party may at any time declare that it recognizes the competence of the

Committee to receive and consider communications from individuals or groups of

individuals within its jurisdiction claiming to be victims of a violation by that

State Party of any of the rights set forth in this Convention. No communi cation

shall be received by the Committee if it concerns a State Party which has not

made such a declaration.

2. Any State Party which makes a declaration as provided for in paragraph 1 of

this article may establish or indicate a body within its national legal order which

shall be competent to receive and consider petitions from individuals and groups

of individuals within its jurisdiction who claim to be victims of a violation of any

of the rights set forth in this Convention and who have exhausted other available

local remedies.

3. A declaration made in accordance with paragraph 1 of this article and the

name of any body established or indicated in accordance with paragraph 2 of this

article shall be deposited by the State Party concerned with the SecretaryGeneral

of the United Nations, who shall transmit copies thereof to the other States

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

65

Parties. A declaration may be withdrawn at any time by notification to the

Secretary-General, but such a withdrawal shall not affect communications

pending before the Committee.

4. A register of petitions shall be kept by the body established or indicated in

accordance with paragraph 2 of this article, and certified copies of the register

shall be filed annually through appropriate channels with the Secretary-General

on the understanding that the contents shall not be publicly disclosed.

5. In the event of failure to obtain satisfaction from the body established or

indicated in accordance with paragraph 2 of this article, the petitioner shall have

the right to communicate the matter to the Committee within six months.

6. (a) The Committee shall confidentially bring any communication referred to it

to the attention of the State Party alleged to be violating any provision of this

Convention, but the identity of the individual or groups of individuals concerned

shall not be revealed without his or their express consent. The Committee shall

not receive anonymous communications.

(b) Within three months, the receiving State shall submit to the Committee written

explanations or statements clarifying the matter and the remedy, if any, that may

have been taken by that State.

7. (a) The Committee shall consider communications in the light of all infor

mation made available to it by the State Party concerned and by the petitioner.

The Committee shall not consider any communication from a petitioner unless it

has ascertained that the petitioner has exhausted all available domestic reme dies.

However, this shall not be the rule where the application of the remedies is

unreasonably prolonged.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

66

(b) The Committee shall forward its suggestions and recommendations, if any, to

the State Party concerned and to the petitioner.

8. The Committee shall include in its annual report a summary of such com

munications and, where appropriate, a summary of the explanations and state

ments of the States Parties concerned and of its own suggestions and recom

mendations.

9. The Committee shall be competent to exercise the functions provided for in this

article only when at least ten States Parties to this Convention are bound by

declarations in accordance with paragraph 1 of this article.34

Dapat diartikan sebagai berikut:

1. Suatu Negara Pihak sewaktu-waktu dapat menyatakan bahwa Negaranya

mengakui kewenangan Komite untuk menerima dan memeriksa

pengaduan dari perorangan atau kelompok orang dalam wilayah

hukumnya yang menyatakan diri sebagai korban pelanggaran hak

sebagaimana tercantumkan dalam Konvensi ini yang dilakukan oleh

Negara Pihak tersebut. Pengaduan menyangkut Negara Pihak yang belum

membuat pernyataan semacam itu tidak akan diterima.

2. Negara Pihak yang telah membuat pernyataan sebagaimana dicantumkan

dalam ayat 1 pasal ini dapat membentuk atau menunjuk suatu badan dalam

tata hukum nasionalnya, yang berwenang menerima dan memeriksa petisi

dari perorangan dan kelompok orang dalam wilayah hukumnya, yang

menyatakan diri telah menjadi korban pelanggaran haknya sebagaimana

34

Ibid.,

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

67

dicantumkan dalam Konvensi ini dan telah memakai seluruh upaya

penyelesaian dalam negeri.

3. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan ayat 1 pasal ini dan nama badan

yang dibentuk atau ditunjuk sesuai dengan ayat 2 pasal ini diserahkan dan

disimpan oleh Negara Pihak yang bersangkutan kepada Sekretaris Jenderal

Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang harus menyampaikan salinannya

kepada Negara-Negara Pihak lainnya. Suatu pernyataan dapat ditarik

kembali sewaktu-waktu dengan pemberitahuan kepada Sekretaris Jenderal

tetapi penarikan kembali semacam ini tidak mempengaruhi pengaduan

yang tengah diperiksa Komite.

4. Daftar petisi disimpan oleh badan yang dibentuk atau ditunjuk sesuai

dengan ayat 2 pasal ini dan salinan daftar yang dilegalisir diserahkan pada

Sekretaris Jenderal setiap tahun dengan pengertian bahwa isinya tidak

boleh diumumkan.

5. Apabila tidak puas pada badan yang dibentuk atau ditunjuk sesuai dengan

ayat 2 pasal ini, pihak yang mengajukan pengaduan berhak menyampaikan

masalah ini pada Komite dalam jangka waktu enam bulan.

6. (a) Secara rahasia Komite memberitahukan pengaduan yang diajukan

kepadanya agar diperhatikan Negara Pihak yang dituduh telah melanggar

ketentuan Konvensi ini, tetapi identitas perorangan atau kelompok orang

yang bersangkutan tidak boleh diungkapkan tanpa persetujuan orang atau

kelompok itu. Komite tidak akan menerima pengaduan tanpa identitas

jelas.

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

68

(b) Dalam waktu tiga bulan, Negara penerima harus menyampaikan

kepada Komite penjelasan resmi atau pernyataan yang menjernihkan

masalah tersebut dan upaya-upaya penyelesaiannya, jika ada, yang telah

diambil oleh Negara tersebut.

7. (a) Komite akan mempertimbangkan pengaduan dengan memperhatikan

semua informasi yang disediakan untuknya oleh Negara Pihak yang

bersangkutan dan oleh pengirim pengaduan. Komite tidak akan

mempertimbangkan pengaduan sebelum Komite yakin bahwa pengirim

pengaduan telah mempergunakan semua upaya penyelesaian dalam negeri

yang tersedia. Namun demikian, ketentuan ini tidak berlaku apabila

penerapan upaya penyelesaian ditunda-tunda tanpa alasan yang wajar.

(b) Komite akan meneruskan usulan dan rekomendasinya, jika ada, kepada

Negara Pihak yang bersangkutan dan pihak yang mengajukan pengaduan.

8. Komite akan memasukkan dalam laporan tahunan ringkasan pengaduan-

pengaduan semacam itu, dan bila perlu, ringkasan penjelasan dan

pernyataan dari Negara-negara Pihak yang bersangkutan dan ringkasan

usulan dan rekomendasi Komite.

9. Komite berwenang untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang ditentukan

dalam pasal ini apabila sedikitnya ada 10 Negara Pihak Konvensi telah

terikat melalui pernyataan yang sesuai dengan ayat 1 pasal ini.

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan.

Konvensi ini mulai berlaku sejak 7 spetember 1981, dan diratifikasi oleh

Indonesia melalui UU No. 7 Tahun 1984. Sejak pemberlakuannya, konvensi ini

telah menjadi instrumen internasional yang menghapuskan diskriminasi terhadap

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

69

perempuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan sipil. Konvensi ini

mensyaratkan agar negara melakukan segala cara yang tepat dan tanpa ditunda-

tunda untuk menjalankan sesuatu kebijakan yang menghapus diskriminasi

terhadap perempuan serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk

mendapatkan HAM dan kebebasan dasar berdasarkan kesetaraan antara laki-laki

dan perempuan. Dalam pelaksanaannya, konvensi diskriminasi terhadap

perempuan atau CEDAW (the Convention on the Elimination of All Forms of

Discrimination against Women).35

Pada Pasal 17 berbunyi:

1. For the purpose of considering the progress made in the implementation

of the present Convention, there shall be established a Committee on the

Elimination of Discrimination against Women (hereinafter referred to as the

Committee) consisting, at the time of entry into force of the Convention, of

eighteen and, after ratification of or accession to the Convention by the thirty-fifth

State Party, of twenty-three experts of high moral standing and competence in the

field covered by the Convention. The experts shall be elected by States Parties

from among their nationals and shall serve in their personal capacity,

consideration being given to equitable geographical distribution and to the

representation of the different forms of civilization as well as the principal legal

systems.

2. The members of the Committee shall be elected by secret ballot from a list

of persons nominated by States Parties. Each State Party may nominate one

person from among its own nationals.

35

Wagiman dan anasthasya saartje mandagi,Loc.Cit.,

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

70

3. The initial election shall be held six months after the date of the entry into

force of the present Convention. At least three months before the date of each

election the Secretary-General of the United Nations shall address a letter to the

States Parties inviting them to submit their nominations within two months. The

Secretary-General shall prepare a list in alphabetical order of all persons thus

nominated, indicating the States Parties which have nominated them, and shall

submit it to the States Parties.

4. Elections of the members of the Committee shall be held at a meeting of

States Parties convened by the Secretary-General at United Nations

Headquarters. At that meeting, for which two thirds of the States Parties shall

constitute a quorum, the persons elected to the Committee shall be those nominees

who obtain the largest number of votes and an absolute majority of the votes of

the representatives of States Parties present and voting.

5. The members of the Committee shall be elected for a term of four years.

However, the terms of nine of the members elected at the first election shall expire

at the end of two years; immediately after the first election the names of these nine

members shall be chosen by lot by the Chairman of the Committee.

6. The election of the five additional members of the Committee shall be

held in accordance with the provisions of paragraphs 2, 3 and 4 of this article,

following the thirty-fifth ratification or accession. The terms of two of the

additional members elected on this occasion shall expire at the end of two years,

the names of these two members having been chosen by lot by the Chairman of the

Committee.

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

71

7. For the filling of casual vacancies, the State Party whose expert has

ceased to function as a member of the Committee shall appoint another expert

from among its nationals, subject to the approval of the Committee.

8. The members of the Committee shall, with the approval of the General

Assembly, receive emoluments from United Nations resources on such terms and

conditions as the Assembly may decide, having regard to the importance of the

Committee's responsibilities.

9. The Secretary-General of the United Nations shall provide the necessary

staff and facilities for the effective performance of the functions of the Committee

under the present Convention.36

Dapat diartikan sebagai berikut:

1. Untuk menilai kemajuan yang telah dibuat pada implementasi Konvensi

yang sekarang ini, dibentuk suatu Komite Penghapusan Diskriminasi

Terhadap Perempuan (Komite CEDAW, selanjutnya disebut Komite). Pada

waktu Konvensi ini mulai berlaku, Komite terdiri dari delapan belas orang

dan setelah Konvensi ini diartifikasi atau dilakukan aksesi oleh negara

peserta ketiga puluh lima, terdiri dari dua puluh tiga orang ahli yang

bermartabat tinggi dan kompeten di bidang yang dicakup oleh Konvensi ini.

Ahli-ahli ini akan dipilih oleh negara-negara peserta diantara

warganegaranya dan bertindak dalam kapasitas pribadi mereka, dengan

mempertimbangkan distribusi geografis yang tepat dan mempertimbangkan

unsur-unsur dari berbagai bentuk peradaban manusia dan sistem hukum

utama yang berlaku.

36

the Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

72

2. Anggota-anggota Komite dipilih dengan jalan pemungutan suara secara

rahasia dari daftar nama orang-orang yang dicalonkan oleh negara-negara

peserta. Setiap negara peserta mencalonkan seorang di antara

warganegaranya sendiri.

3. Pemilihan pertama diadakan enam bulan setelah tanggal mulal berlakunya

Konvensi. Sekurang-kurangnya tiga bulan sebelum tanggal setiap

pemilihan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa mengirimkan

surat kepada negara-negara peserta, mengundang mereka untuk mengajukan

pencalonan mereka dalam waktu dua bulan. Sekretaris Jenderal

mempersiapkan daftar menurut urutan dari semua orang yang dicalonkan

itu, dengan mencantumkan nama negara peserta yang telah mencalonkan

mereka, dan menyampalkan daftar itu kepada negara peserta;

4. Pemilihan para anggota Komite diadakan pada suatu rapat antar negara-

negara peserta yang diundang oleh Sekretaris Jenderal di Markas Besar

Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada rapat tersebut, dua pertiga dari negara-

negara yang terpilih untuk Komite itu adalah calon-calon yang memperoleh

jumlah suara terbesar dan mayoritas mutlak dari suara para wakil negara-

negara peserta yang hadir yang memberikan suara.

5. Para anggota Komite dipilih untuk masa jabatan empat tahun. Namun, masa

jabatan sembilan orang di antara anggota yang dipilih pada pemilihan

pertama habis waktunya setelah dua tahun berakhir; segera setelah

pemilihan pertama, nama-nama ke sembilan anggota ini dipilih melalui

undian oleh Ketua Komite.

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

73

6. Pemilihan lima orang anggota Komite tambahan diadakan sesuai dengan

ketentuan ayat 2) 3) dan 4) pasal lni, setelah ratifikasi atau aksesi yang ke

tiga puluh lima. Masa jabatan dua orang di antara anggota-anggota

tambahan yang dipilih pada kesempatan ini habis waktunya setelah dua

tahun berakhir, nama-nama kedua anggota ini dipilih melalui undian oleh

Ketua Komite.

7. Untuk mengisi lowongan yang timbul secara insidentil, negara-negara

peserta yang ahlinya berhenti berfungsi sebagai anggota, Komite menunjuk

ahli lain dari antara warga negara yang harus disetujui oleh Komite.

8. Anggota Komite dengan persetujuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-

Bangsa, akan menerima tunjangan-tunjangan dari sumber-sumber

Perserikatan Bangsa-Bangsa menurut syarat-syarat seperti yang ditentukan

oleh Majelis, mengingat pentingnya tanggung jawab Komite.

9. Sekretaris lenderal Perserikatan Bangsa Bangsa menyediakan pegawai-

pegawai dan fasilitas yang diperlukan bagi pelaksanaan efektif fungsi-fungsi

Komite di bawah Konvensi ini.

Pasal 18 berbunyi:

1. States Parties undertake to submit to the Secretary-General of the United

Nations, for consideration by the Committee, a report on the legislative, judicial,

administrative or other measures which they have adopted to give effect to the

provisions of the present Convention and on the progress made in this respect:

(a) Within one year after the entry into force for the State concerned;

(b) Thereafter at least every four years and further whenever the Committee so

requests.

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

74

2. Reports may indicate factors and difficulties affecting the degree of fulfilment

of obligations under the present Convention.37

Dapat diartikan sebagai berikut:

1. Negara-negara peserta akan menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal

Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk dipertimbangkan oleh Komite laporan

mengenai peraturan-peraturan legislatif, judikatif, administratif atau

langkah-langkah lain yang telah diambil untuk memberiakukan ketentuan-

ketentuan dari Konvensi yang sekarang ini dan laporan mengenai kemajuan

yang dicapai:

a. Dalam satu tahun setelah mulai berlaku untuk negara yang

bersangkutan; dan

b. Sesudah itu sekurang-kurangnya tiap empat tahun dan selanjutnya

sewaktu-waktu sesuai permintaan Komite.

2. Laporan dapat memuat faktor dan kesulitan yang mempengaruhi tingkat

pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang terdapat di dalam Konvensi ini.

Komisi hak asasi manusia PBB (United Nations Commission on Human

Rights/UNCHR). Komisi fungsional dalam PBB. UNCHR merupakan kembaga

dibawah United Nations Economic and Social Council (ECOSOC) dan juga

dibantu oleh Office of the United Nations High Commisioner of Human Rights

(UNHCHR). Komisi ini adalah mekanisme utama PBB dan forum Internasional

yang menangani perlindungan utama hak asasi manusia.

37 Ibid.,

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

75

3. Analisis

Untuk menjawab rumusan masalah dari tulisan ini mengenai bagaimana

kewajiban hukum PBB terhadap peraturan dalam suatu negara yang bersifat

diskriminatif, maka akan dijawab sebagai berikut.

Berdasarkan analisis penulis dari pendapat Rawls mengenai keadilan yaitu

bahwa setiap manusia memiliki sifat dasar untuk bebas dan berhak untuk

diperlakukan sama atau dapat dikatakan setara atau tidak diskrimiatif. Rawls juga

berpendapat bahwa keadilan tidak dapat dibatasi dengan alasan kepentingan

ekonomi, sosial atau kepentingan lainnya, hal itu tidak dapat menjadi dasar untuk

manusia memperlakukan sesamanya dengan tindakan yang berbeda atau dapat

disebut diskriminatif. Penulis setuju dengan pendapat Nozick mengenai keadilan

dalam suatu negara. Di mana negara berperan penting untuk keadilan yang akan

ditegakan di dalam suatu negara tersebut. Sehingga jika negara ingin terjadi suatu

keadilan yang di mana yang di bahas sekarang adalah diskriminasi, maka negara

seharusnya mengambil peran penting untuk menghilangkan adanya diskriminasi

sendiri.

Diskriminasi sendiri adalah pembedaan perilaku, sikap, atau semacamnya

kepada individu yang didasarkan pada perbedaan yang dimiliki antar individu,

antara lain perbedaan jenis kelamin, agama, ras, etnis, budaya, bahasa, suku, dan

masih banyak lagi. Telah dijelaskan pada tulisan ini mengenai beberapa aturan

(undang-undang/ peraturan daerah) yang sifatnya mendiskriminasi. Indonesia

telah meratifikasi beberapa aturan internasional yang diantaranya mengecam

adanya diskriminasi didalam suatu negara. Artinya disaat Indonesia telah meratifikasi

konvensi yang dimana di dalam konvensi tersebut mengecam adanya tindakan

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

76

diskriminasi, maka seharusnya Indonesia iku mengecam keras adanya diskriminasi, dan

seharusnya Indonesia sebagai pihak yang telah meratifikasi konvensi ini ikut

menghapuskan diskriminasi misalnya, dengan membuat peraturan atau undang-undang

yang ditujukan untuk menghapus diskriminasi dalam bentuk apapun. Negara juga

menjamin setiap hak warga negaranya untuk diperlakukan sama, sehingga setiap warga

negara, baik perorangan maupun yang berada didalam kelompok tetap mendapat haknya.

Sehingga tidak ada ketimpangan yang terjadi baik perorangan maupun kelompok.

Menurut penulis isi dari pasal 1 DUHAM ini adalah setiap manusia

memiliki hak yang sama sejak ia lahir, adanya akal dan hati nurani seharusnya

membuat manusia tidak membedakan satu sama lain, memperlakukan seseorang

dengan berbeda karena alasan tertentu. Adanya hak yang sama sehingga manusia

berhak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam melakukan apapun. Dalam

pasal lain pun didalam DUHAM menjelaskan adanya pelanggaran kepada setiap

manusia untuk melakukan diskriminasi, pembedaan perlakuan atau peraturan

yang ditegakkan kepada setiap individu yang didasarkan karena adanya

pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik, atau pandangan

lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun

kedudukan lain tidak dibenarkan. Sehingga dalam Deklarasi Umum Hak Asasi

Manusia atau yang lebih dikenal dengan Universal Declaration of Human Right

tidak dibenarkan adanya sikap yang diskriminatif seperti yang telah penulis

jelaskan di dalam peraturan serta perilaku masyarakat yang diskriminatif.

Pembedaan perlakuan antar individu yang didasarkan pada perbedaan yang ada

pada masing-masing individu.

Dalam pasal 6 dan 7 DUHAM penulis menemukan bahwa setiap orang

memiliki kesamaan kedudukan dihadapan hukum, tanpa adanya diskriminasi,

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

77

seperti yang telah diuraikan. Diskriminasi adalah pembedaan, atau pembatasan

atau pengucilan terhadap seseorang seperti yang telah dijelaskan pada pasal 2

DUHAM, tidak dibenarkan adanya pembedaan perlakuan di depan hukum

apapun alasanya, sebab setiap manusia memiliki hak yang sama. Seperti yang

telah diuraikan oleh penulis mengenai berbagai bentuk diskriminasi dan

perbedaan perlakuan antar individu yang satu dengan lainnya didepan hukum

diantara seperti perbedaan etnis yang dapat membuat seorang diperlakukan

berbeda disuatu wilayah.

Dalam pasal 15 DUHAM menjelaskan bahwa setiap orang berhak atas

kewarganegaraan dan tidak ada yang dapat semena-mena mencabut hak tersebut

selain hal itu merupakan salah satu hak dari setiap manusia. Dalam pasal 27

Undang-Undang Dasar 1945 ini menjelaskan seharusnya dalam negara tidak ada

hukum Indonesia yang mendiskriminasi warga negara Indonesia dengan alasan

perbedaan agama, ras, suku, etnis, kebudayaan, pandangan politik, bahasa, jenis

kelamin, dsb. Menurut penulis asalkan Warga Negara Indonesia seharusnya

mendapatkan perlakuan yang sama di depan hukum sebab setiap undang-undang

yang dibuat oleh DPR beserta Presiden tidak boleh bertentangan dengan Undang-

Undang Dasar 1945.

Dalam pasal 16 DUHAM mengatur mengenai kebebasan seseorang untuk

membentuk keluarga, seseorang tidak boleh dibatasi dalam membangun keluarga.

Sehingga menurut penulis bahkan perbedaan agama, ras, suku, etnis, kebangsaan

tidak dapat dijasikan alasan seseorang unutk melarang adanya perkawinan.

Selama kedua belah pihak menikah tanpa paksaan (dari pihak manapun). Yang

dapat membuat suatu perkawinan dibatalkan adalah adanya paksaan dari salah

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

78

satu pihak (orang yang akan menikah), selain hal itu tidak dapat dijadikan alasan

untuk melarang adanya perkawinan dan keluarga yang dihasilkan dari perkawinan

harus mendapat perlindungan dari masyarakat maupun negara tanpa membedakan

antara keluarga yang satu dengan lainnya. Sehingga peraturan didalam UU No. 1

Tahun 1974 yang melarang adanya perkawinan antara kedua belah pihak yang

berbeda agama, sebab tidak dibenarkan adanya pelarangan pernikahan dengan

alasan yang penulis anggap termasuk kedalam unsur diskriminasi.

Menurut penulis dalam pasal 18 DUHAM telah menjelaskan secara jelas

bahwa semua orang tanpa terkecuali bebas untuk memilih agama atau

kepercayaan tanpa ada paksaan dari pihak lain, dalam arti lain seseorang tidak

boleh memaksakan kepercayaannya agar orang lain mengikuti kepercayaannya.

Dalam hal ini termasuk negara pun tidak dapat mengatur agama untuk warga

negaranya, bahkan peraturan tertinggi suatu negara pun tidak boleh memaksakan

untuk warga negaranya menganut agama tertentu, sehingga setiap individu berhak

untuk memilih kepercayaannya sesuai dengan apa yang ia percayai, dalam hal ini

termasuk Indonesia. Dalam pasal 28 dan 29 Undang-undang Dasar 1945 bahkan

negara menjamin kemerdekaan untuk setiap warga negaranya menganut agama

yang dipercayainya. Sehingga tidak ada wewenang negara untuk mengharuskan

warga negaranya untuk memeluk agama tertentu. Pemerintah seharusnya tidak

memaksa warga negaranya, karena adanya jaminan kebebasan. Bahkan dalam

pasal ini juga dijelaskan bahwa setiap orang berhak untuk memilih

kepercayaannya masing-masing, akan tetapi perilaku dari individu yang

memaksakan kehendaknya untuk seseorang memeluk agama yang dia percayai.

Undang-undang yang mengatur mengenai kependudukan juga mengandung unsur

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

79

diskriminasi seperti yang telah dijelaskan oleh penulis diatas, dengan adanya

pembatasan agama yang harus dipercayai oleh seorang individu menurut penulis

hal ini sama saja dengan memaksakan suatu kepercayaan (agama).

Dalam pasal 19 penulis beranggapan bahwa setiap orang yang artinya

semua orang tanpa terkecuali memiliki hak untuk berpendapat, serta dapat

mengikuti pendapat tanpa ada camput tangan orang lain, yang berarti seseorang

tidak boleh memaksakan pendapatnya kepada orang lain untuk dianut. Didalam

pasal 21 DUHAM dijelaskan setiap warga negara berhak untuk ikut serta dalam

pemerintahan, sehingga tidak dibenarkan adanya diskriminasi atau larangan bagi

seseorang yang ingin ikut serta dalam pemerintahan. Sedangkan adanya perilaku

dari individu yang secara langsung maupun tidak langsung melarang individu

lainnya untuk ikut serta dalam pemerintahan dengan alasan yang didasarkan pada

perbedaan agama, ras, suku, etnis, budaya, pandangan politik dan masih banyak

lagi. Tidak hanya di dalam DUHAM di dalam konvensi internasional

penghapusan segala bentuk diskriminasi ras, seperti yang ada pada pasal 2 ayat

(1) huruf a yang secara jelas mengatakan segala jenis tindakan atau praktek

diskriminasi tidak dibenarkan baik antar individu bahkan di dalam pemerintahan.

Berdasarkan pasal 3 menjelaskan negara seharusnya mencegah dan menghapus

pembedaan atau pemisahan yang didasarkan pada ras. Tindakan diskriminasi

dimana individu tidak dapat ikut serta di dalam pemerintahan (mencalonkan diri

menjadi kepala daerah) dengan adanya alasan perbedaan agama dan etnis, hal ini

tentu saja bertentangan dengan beberapa pasal pada konvensi internasional yang

tentu saja telah diratifikasi oleh Indonesia. Menurut penulis disaat Indonesia telah

meratifikasi suatu aturan Internasional seharusnya hukum Indonesia berpatokan

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

80

pada hukum internasional yang telah diratifikasi, serta hal ini menjadi tanggung

jawab PBB dimana Indonesia merupakan salah satu pihak konvensi, maka jika

terjadi hal yang menurut konvensi tidak sesuai seharusnya hal ini menjadi

kewajiban untuk PBB ikut serta mengambil bagian dalam mengembalikan negara

yang dianggap tidak sesuai dengan konvensi untuk kembali pada jalur yang

seharusnya.

Di dalam pasal 23 DUHAM dijelaskan adanya hak yang sama bagi semua

orang untuk memperoleh pekerjaan tanpa adanya diskriminasi berdasarkan gender

(jenis kelamin). Dalam pasal 1,2, dan 3 dari International Convention on

Elimination of All Forms of Discrimination Woman juga melarang segala jenis

pendiskriminasian berdasarkan jenis kelamin, termasuk segala pembatasan yang

didasarkan pada jenis kelamin. Menurut penulis hal ini dapat menjadi dasar untuk

seseorang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya

pendiskriminasian yang didasarkan pada jenis kelamin.

Menurut konvensi beberapa konvensi Internasional yang telah diratifikasi

oleh Indonesia yang telah penulis cantumkan dalam tulisan ini, negara pihak

konvensi merupakan negara yang telah meratifikasi atau menyetujui konvensi ini,

sehingga seharusnya sesuai dengan yang ada di dalam konvensi seharusnya

Indonesia yang telah menjadi negara pihak konvensi mengikuti apa yang ada di

konvensi tersebut. Sesuai dengan aturan yang ada, apabila suatu Negara Pihak

menganggap bahwa Negara Pihak lain tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan

dalam Kovenan ini, Negara tersebut dapat mengajukan masalah ini untuk

diperhatikan Komite. Komite yang ada dan dibentuk ini bertanggung jawab

kepada PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

81

Pada hakikatnya PBB tidak memiliki wewenang mutlak untuk

menghapuskan peraturan di dalam suatu Negara. Seperti yang dikatakan penulis

bahwa tidak ada lembaga atau organisasi Internasional yang sifatnya

supranasional. Akan tetapi PBB menjadi memiliki wewenang terhadap sebuah

Negara dikarenakan Negara tersebut yang memberikan ijin dengan meratifikasi

konvensi, secara tidak langsung Negara memberikan akses kepada Internasional

untuk ikut ambil bagian dari sebuah Negara tersebut, dalam hal ini menghilangkan

aturan yang sifatnya diskriminatif. Akan tetapi tidak semata-mata PBB dapat

menghapuskan aturan yang sifatnya diskriminatif tersebut, sebuah aturan dapat

dihapus dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

1. Negara dari pihak konvensi dapat melaporkan kepada komite agar

diperhatikan oleh komite. Setelah komite menganggap adanya pelanggaran

atau ketidaksesuaian dengan isi konvensi maka komite akan

menyampaikan kepada pihak yang bersangkutan.

2. Jika dalam hal ini semua upaya telah dilakukan tetapi tidak membuahkan

hasil, komite dapat memanggil negara pihak yang bersangkutan agar

menyampaikan semua informasi lain yang relevan.

3. Setelah komite mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan, ketua

komite menujuk komisi pendamai ad hoc yang terdiri dari lima anggota

komite, semua anggota komisi yang diangkat harus dengan persetujuan

pihak. Anggota komisi tidak boleh warga negara dari negara pihak atau

pun negara yang bukan pihak dari konvensi.

4. Komisi wajib bekerja dalam kapasitas pribadi mereka.

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

82

5. Setelah mempertimbangkan masalah ini, komisi menyampaikan kepada

komite tentang fakta dan pertanyaan yang mereka temukan, serta

rekomendasi

6. Komisi menyampaikan kepada para pihak rekomendasi, dan dalam waktu

3 bulan pihak yang bersengketa harus memberitahukan mengenai mereka

menerima atau menolak rekomendasi

7. Ketua dari komite menyampaikan laporan komisi dan pernyatan negara

yang bersangkutan kepada pihak konvensi lainnya.

Kewajiban dari PBB (perserikatan bangsa-bangsa) sendiri adalah

1. PBB bertugas membentuk, mengundang untuk mengajukan pencalonan

dalam waktu dua bulan, menyampaikan dan menentukan daftar negara

yang telah mencalonkan.

2. Memfasilitasi pemilihan komite dengan menyediakan tempat dengan

mengadakan pemilihan di markas besar PBB. PBB menyediakan pegawai-

pegawai dan fasilitas yang diperlukan bagi pelaksanaan efekktif fungsi-

fungsi komite.

3. Komite bertanggung jawab kepada PBB berkewajiban untuk:

a. Mengawasi negara-negara yang tergabung menjadi negara pihak

konvensi untuk tetap sejalan dengan isi konvensi;

b. PBB mengawasi dengan membentuk komite yang di mana anggota-

anggota komite berasal dari negara pihak konvensi;

c. Komite bertugas untuk mengontrol tiap negara pihak konvensi untuk

tetap mengikuti isi konvensi;

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN A ......segala bentuk Hak (1990-1996), Konvensi PBB - Hak Anak (1989), Statuta Roma (1998), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

83

d. Komite bertugas menegur dan memberikan rekomendasi kepada

negara yang tergabung kedalam konvensi.

Kebijakan serta kewajiban hukum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) ini

dapat berjalan dengan baik ketika para pihak dari konvensi tidak semena-mena

terhadap negara nya dan mau untuk mengikuti aturan yang telah disetujui dengan

cara negara pihak yang meratifikasi sebuah konvensi-konvensi Internasional yang

ada. Sebab pada saat suatu negara meratifikasi sebuah konvensi yang dimana

konvensi tersebut merupakan tanggung jawab dari PBB maka secara otomatis

negara tersebut menjadi tanggung jawab dari PBB, sehingga PBB memiliki

kewajiban hukum yang harus dijalankan sesuai dengan aturan yang ada