bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan tentang desaeprints.umm.ac.id/39103/3/bab ii.pdf · memerlukan...

22
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desa 1. Pengertian Desa Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 31 Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. 32 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan 31 Pasal 1 ayat 1 UU No 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Desa. 32 Pasal 1 ayat 15 UU No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah.

Upload: tranque

Post on 28-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Desa

1. Pengertian Desa

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung

dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri

dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.31 Desa atau yang

disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan

adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan

berada di Daerah Kabupaten.32

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal

usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada

di Daerah Kabupaten. Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat

istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan Desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

31 Pasal 1 ayat 1 UU No 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Desa. 32 Pasal 1 ayat 15 UU No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

18

pemberdayaan masyarakat”.33 Desa atau yang disebut nama lain,

selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.34 Desa adalah desa dan desa adat atau yang

disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.35 Desa atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut dengan desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan

adat-istiadat setempat yang diakui dan dihprmati dalam sistem Pemerintaha

Negara Kesatuan Republik Indonesia.36 Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa menggambarkan itikad negara untuk mengotomikan

desa, dengan berbagai kemandirian pemerintahan desa seperti pemilihan

umum calon pemimpin desa, anggaran desa, semacam DPRD desa, dan

kemandirian pembuatan peraturan desa semacam perda, menyebabkan

daerah otonomi NKRI menjadi provinsi, kabupaten atau kota, dan desa.

33 Widjaja, Haw. 2002. Otonomi Daerah dan daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 34 Pasal 1 ayat 12 UU No 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. 35 Pasal 1 ayat 1 UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 36 Pasal 1 ayat 5 UU No 72 Tahun 2005 Tentang Desa.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

19

Reformasi telah mencapai akarnya, kesadaran konstitusi desa dan dusun

diramalkan akan mendorong proses reformasi berbasis otonomi daerah

bersifat hakiki.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Desa

memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan

masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka

posisi desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga

memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi

daerah, karena dengan otonomi desa yang kuat akan mempengaruhi secara

signifikan perwujudan otonomi daerah.

2. Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan

adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.37 Pemerintahan Desa

adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.38 Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan

nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Desa.39

37 Ibid., Hlm.24. 38 Pasal 1 ayat 2 UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 39 Ibid.,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

20

Pemerintahan desa merupakan bagian dari pemerintahan nasional

yang penyelenggaraannya ditujukan pada pedesaan. Pemerintahan desa

adalah suatu proses dimana usaha-usaha masyarakat desa yang

bersangakutan dipadukan dengan usaha-usaha pemerintah untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat.40 Pemerintahan Desa merupakan

suatu kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang

dilaksanakan oleh pemerintah desa yaitu kepala desa dan perangkat desa.

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan Subsistem dari sistem

penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa

bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan

menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati.41

Pemerintahan desa sebagai penyelenggara pemerintahan yang

terendah dan langsung berhadapan dengan rakyat mempunyai beban tugas

yang cukup berat karena selain harus melaksanakan segala urusan yang

datangnya dari pihak atasan juga harus mengurus berbagai urusan rumah

tangga desa yang pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat.42

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

40 Maria Eni Surasih, Pemerintahan Desa dan Implementasinya, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 23. 41 Widjaja, Haw. 2002. Otonomi Daerah dan daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 42 Misdayanti dan Kartasapoetra. 1993. Fungsi Pemerintah Daerah dalam Pembuatan Peraturan

Daerah. Jakarta; Bumi Aksara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

21

Negara Kesatuan Republik Indonesia.43 Selain itu, Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa adalah seluruh proses kegiatan manajemen

pemerintahan dan pembangunan Desa berdasarkan kewenagan desa yang

ada, meliputi perencanaan, penetapan kebijakkan,

pelaksanaan,pengorganisasian, pengawasan, pengendalian, pembiayaan,

koordinasi, pelestarian, penyempurnaan dan pengembagannya.44 Sebagai

penyelenggara unsur pemerintahan desa, pemerintah desa mempunyai tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan. Oleh sebab itu fungsi pemerintah desa adalah sebagai

berikut :

a. Fungsi Pemerintahan Desa :45

1) Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa

2) Melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan

3) Melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong royong

masyarakat

4) Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat

5) Melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan

6) Melaksanakan pembinaan perekonomian desa.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005

Tentang Desa, Pemerintah desa terdiri dari Pemerintah desa dan BPD.

Dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa yang dilakuk an oleh Pemerintah

43 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. 44 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara

Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 45 Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dalam rangka Otonomi

Daaerah. Bandung: Mandar Maju.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

22

Desa dan BPD, Pemerintah Desa adalah organisasi Pemerintah Desa yang

terdiri atas :46

a. Unsur Pimpinan yaitu Kepala Desa

b. Unsur pembantu kepala desa yang terdiri atas :

1) Sekretaris desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh

sekretaris desa

2) Unsur pelaksana teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa yang

melaksanakan unsur teknis lapangan seperti unsur pengairan,

keagamaan dan lain–lain.

1) Unsur kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa diwilayah kerjanya

seperti kepala dusun.47

Aspek–Aspek Tata Pemerintahan Desa adalah sebagai berikut :48

1. Administrasi Pemerintahan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan

pencatatan serta pelaporan kegiatan–kegiatan pemerintahan,

perkantoran desa, keuangan desa, ipeda, kependudukan, pertahanan,

kantibmas, dan lain sebagainya.

2. Administrasi pembangunan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan

pencatatan serta pelaporan kegiatan–kegiatan bantuan pembangunan

desa, pendapatan desa, perencanaan pembangunan desa, pengaturan

bangunan–bangunan, lomba desa, LKMD dan sebagainya.

46 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 Tahun 2005 Tentang Desa. 47 Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta:

Penerbit Erlangga. 48 Sudirwo, Daeng., (1991). Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dan Pemerintahan Desa.

Bandung: Angkasa.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

23

3. Administrasi pembinaan masyarakat, proses penyelenggaraan dan

pencatatan serta pelaporan kegiatan–kegiatan pembinaan masyarakat

desa, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun instansi–

instansi sektoral.

4. Manajemen dan kepemimpinan desa, Manajemen adalah suatu proses

pencapaian tujuan desa yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,

actuating dan pengawasan pembangunan desa. Sedangkan

kepemimpinan desa adalah suatu kelompok orang yang menduduki

posisi pimpinan formal maupun non formal dalam membangkitkan

dan memotivasi warga desa untuk berpartisipasi dalam pembangunan

desa serta mengkoordisasikan kegiatan–kegiatan pembangunan desa

sehingga tujuan pembangunan desa tercapai secara efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

Pemerintahan desa adalah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang

dilaksanakan oleh pemerintah desa yaitu kepela desa dan perangkat desa.

B. Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Pembentukan peraturan perundang-undangan bertujuan untuk

membentuk suatu peraturan perundang-undangan yang baik. Dalam menyusun

peraturan perundang-undangan yang baik dibagi menjadi 2 (dua) klasifikasi,

yaitu asas-asas yang formal dan asas-asas yang material. Asas-asas yang formal

meliputi: asas tujuan yang jelas; asas organ/lembaga yang tepat; asas perlunya

pengaturan; asas dapatnya dilaksanakan; asas konsensus. Asas-asas materiil

antara lain meliputi: asas tentang terminologi dan sistematika yang benar; asas

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

24

tentang dapat dikenali; asas perlakuan yang sama dalam hukum; asas kepastian;

asas pelaksanakan hukum sesuai keadaan individual.49

Pembagian atas asas formal dan materiil yang sesuai dengan asas negara

hukum di Indonesia, maka pembagiannya dapat dikelompokkan. Maksud asas-

asas formal meliputi asas tujuan yang jelas, asas perlunya pengaturan, asas organ

atau lembaga yang tepat, asas materi muatan yang tepat, asas dapat dilaksanakan,

dan asas dapat dikenali. Sedangkan yang termasuk ke dalam asas-asas materiil

yaitu, asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan norma fundamental negara,

asas sesuai dengan hukum dasar negara, asas sesuai dengan prinsip negara

berdasarkan hukum, dan asas sesuai dengan prinsip pemerintahan berdasarkan

konstitusi.

Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan di atas

mencerminkan bentuk peraturan perundang-undangan yang baik. Jika itu

diterapkan ke dalam suatu peraturan perundang-undangan, maka akan terbentuk

suatu peraturan perundang-undangan yang baik yang sesuai dengan asas-asas

yang sudah tercantum di dalam undang-undang tanpa meninggalkan prinsip-

prinsip keadilan. Pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.

Pendapat Attamimi menyebutkan bahwa, pembentukan peraturan perundang-

undangan Indonesia yang patut, adalah sebagai berikut: Cita Hukum Indonesia;

Asas Negara Berdasar Atas Hukum dan Asas Pemerintahan yang berdasar

49 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan,

Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm. 228.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

25

Konstitusi; Asas-asas lainnya.50 Pembentukan peraturan perundang-undangan

harus menyesuaikan antara jenis, hierarki, dan materi muatan serta asas yang

sesuai dengan dasar pembentukan peraturan perundang-undangan. Asas

merupakan dasar atau landasan dalam menentukan sikap dan perilaku. Asas-asas

pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan dasar pijak bagi

pembentukan peraturan perundang-undangan dan penentu kebijakan dalam

membentuk peraturan perundang-undangan. Di dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan tentunya membutuhkan asas atau dasar dalam membentuk

suatu peraturan perundang-undangan. Dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan NKRI yang berasaskan Pancasila sebagai dasar

fundamentalnya.

Konsep negara hukum Pancasila merupakan konsep negara hukum asli

dari Indonesia menjadi asas yang utama dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan di Indonesia. Konsep negara hukum Pancasila berperan

penting dalam mewujudkan peraturan perundang-undangan di Indonesia.Asas

yang di adopsi dari konsep negara hukum Pancasila memiliki kebenaran yang

telah diakui oleh bangsa Indonesia sejak dulu sampai sekarang. Asas

pembentukan peraturan perundang-undangan harus menganut asas-asas

pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik sesuai dengan prinsip-

prinsip keadilan. Asas merupakan norma yang harus terwujud dalam peraturan

perundang-undangan dan yang berlaku memaksa. Asas-asas pembentukan

peraturan perundang-undangan yang baik antara lain adalah: Peraturan

50 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan,

Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm. 228.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

26

perundang-undangan tidak berlaku surut; Peraturan perundang-undangan yang

dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih

tinggi, hal ini sesuai dengan hierarki perundang-undangan; Peraturan

perundang-undangan yang bersifat khusus menyampingkan peraturan

perundang-undangan yang bersifat umum; Peraturan perundang-undangan yang

berlaku belakangan membatalkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

terdahulu; Peraturan perundang-undangan tidak dapat di ganggu gugat, dalam

arti undang-undang merupakan cerminan dari keadilan yang harus diakui

kebenarannya oleh semua pihak; dan Peraturan perundang-undangan sebagai

sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan

material bagi masyarakat maupun individu termasuk sebagai sarana untuk

memperoleh keadilan.51

Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan dapat dibagi

menjadi dua asas, yaitu asas formal dan asas materiil. Asas-asas formal

mencakup asas tujuan yang jelas demi keadilan, asas lembaga yang tepat untuk

membentuk undang-undang, asas perlu pengaturan, asas dapat dilaksanakan, dan

asas konsensus. Sedangkan yang masuk asas materiil adalah asas terminologi

dan sistematika yang benar, asas dapat dikenali, asas perlakuan yang sama dalam

hukum, asas kepastian hukum, dan asas pelaksanaan hukum sesuai dengan

keadaan individual. Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus

dilakukan berdasarkan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang

baik meliputi kejelasan tujuan dalam membentuk peraturan perundang-

51 Van de Vlies, Handboek Wetgeving, Tjeenk Willink, Zwolle, 1987, hlm. 175.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

27

undangan, kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat yang merupakan

lembaga kredibel yang dipilih secara demokrasi oleh rakyat selaku pemegang

kekuasaan negara, kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, dapat

dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan, dan

keterbukaan.

Materi muatan yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan harus

mencerminkan asas pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan,

kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam

hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum, dan/atau

keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Pembentukan peraturan perundang-

undangan Indonesia yang baik harus mengedepankan cita hukum Indonesia

dalam mengambil gagasan untuk terwujudnya kepastian yang berkeadilan.

Selain itu, asas negara yang berdasar atas hukum menjadi landasan yang patut

bagi terciptanya perundang-undangan yang baik.Sebagai negara hukum yang

mempunyai jenjang hukum, harus mementingkan hierarki perundang-undangan

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan terutama konstitusi sebagai

hukum tertinggi. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan yang meliputi, dasar peraturan perundang-undangan selalu

menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai acuan pembentukan

peraturan perundang-undangan, hanya peraturan perundang-undangan tertentu

saja yang dapat dijadikan landasan yuridis bagi pembentukan peraturan

perundang-undangan, peraturan perundang-undangan yang masih berlaku hanya

dapat dihapus, dicabut atau diubah oleh peraturan perundang-undangan yang

sederajat atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dan peraturan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

28

perundang-undangan yang baru mengesampingkan perundang-undangan lama.

Asas pembentukan peraturan Perundang-undangan yang baik, meliputi:52

(1) Asas kejelasan tujuan, asas ini mengartikan bahwa setiap Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang

hendak dicapai;

(2) Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, asas ini mengartikan

bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh

lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan

yang berwenang, Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan

atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat

yang tidak berwenang;

(3) Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, asas ini

mengartikan bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan

jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan;

(4) Asas dapat dilaksanakan, asas ini mengartikan bahwa setiap Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas

Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara

filosofis, sosiologis, maupun yuridis;

(5) Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan, asas ini mengartikan bahwa setiap

Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar

52 Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

29

dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara;

(6) Asas kejelasan rumusan, asas ini mengartikan bahwa setiap Peraturan

Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan

Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta

bahasa hukum yang jelas dan mudah di mengerti sehingga tidak

menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya;

(7) Asas keterbukaan, asas ini mengartikan bahwa dalam Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan,

pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat

transparan dan terbuka.

Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas

pengayoman. Asas ini mengartikan bahwa setiap materi muatan Peraturan

Perundang-undangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk

menciptakan ketenteraman masyarakat. Asas kemanusiaan mengartikan bahwa

setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan

pelindungan dan penghormatan Hak Asasi Manusia serta harkat dan martabat

setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.53 Asas

kebangsaan mengartikan bahwa setiap setiap materi muatan Peraturan

Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia

yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Asas kekeluargaan mengartikan bahwa setiap setiap materi muatan

53 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

30

Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk

mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Asas kenusantaraan

mengartikan bahwa setiap setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan

senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan setiap

materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan

bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Konsep ini tentunya menjadi pedoman bagi pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik bagi bangsa dan negara Indonesia, menciptakan

kepastian yang mengadopsi nilai-nilai Pancasila sehingga dapat

mendistribusikan manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan akan

terwujud jika selalu mengedepankan Hak Asasi Manusia yang bersumber dari

Pancasila yang berupa prinsip-prinsip keadilan.Pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik akan mengikuti dasar yang diberikan oleh cita

negara hukum yaitu Pancasila. Jika Pancasila dihubungkan dengan pembagian

atas asas formal dan materiil, maka pembagiannya dapat disimpulkan sebagai

asas-asas formal sesuai dengan Pancasila meliputi asas tujuan yang jelas, asas

perlunya pengaturan, asas organ atau lembaga yang tepat, asas materi muatan

yang tepat, asas dapat dilaksanakan, dan asas dapat dikenali. Sedangkan asas-

asas materiilnya meliputi asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan norma

fundamental negara, asas sesuai dengan hukum dasar negara, asas sesuai dengan

prinsip negara berdasarkan hukum, serta asas sesuai dengan prinsip

pemerintahan berdasarkan konstitusi.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

31

C. Peraturan Desa

Peraturan desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan

oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan

Permusyawaratan Desa.54 Peraturan desa dibentuk dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan desa, dengan demikian maka pemerintahan desa

harus merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan-peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan

umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi serta harus

memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat dalam upaya

mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat jangka

panjang, menengah dan jangka pendek.

Peraturan desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial

budaya masyarakat setempat. Peraturan desa dilarang bertentangan dengan

kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Secara teoritis, pembuatan produk hukum harus didasari oleh paling tidak empat

dasar pemikiran antara lain :55

1. Dasar Filosofis, merupakan dasar filsafat atau pandangan hidup yang

menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan hasrat kedalam suatu

rancangan/draft peraturan perundang-undangan sehingga hukum yang

54 Peraturan Menteri Desa Pembangunan daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendamping Desa. 55 Halim, Hamzah. Kemal Redindo. 2009. Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan

Daerah. Kencana Media Group. Jakarta.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

32

dibentuk tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral atau nilai-nilai adat

yang dijunjung tinggi dimasyarakat.

2. Landasan Sosiologis, bahwa Peraturan Perundang-undangan yang dibuat

harus dapat dipahami oleh masyarakat dan harus sesuai dengan kenyataan

hidup masyarakat yang bersangkutan. Aturan hidup yang dibuat harus

sesuai dengan keutuhan, keyakinan dan kesadaran masyarakat.

3. Landasan Yuridis, bahwa yang menjadi landasan dalam pembuatan

peraturan perundang-undangan adalah peraturan atau sederet peraturan

Perundang-undangan yang lebih tinggi dan dasar kewenangan seorang

pejabat atau badan membentuk Peraturan Perundang-undangan.

4. Dasar Hukum, Tolak ukur di atas dapat memberikan jaminan bahwa

rancangan peraturan perundang-undangan yang dibuat merupakan cikal

bakal peraturan perundang-undangan yang diterima oleh masyarakat,

populis dan efektif. Populis, karena mengakomodir sebanyak-banyaknya

keinginan penduduk di daerah. Efektif, karena peraturan yang dibuat itu

operasional dan jangkauan peraturannya mencakup sebanyak-banyaknya

kepentingan masyarakat dan senantiasa sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman sehingga setiap kebutuhan masyarakat pada setiap

era, mampu diwadahinya. Peraturan desa yang wajib dibentuk berdasarkan

Pasal 83 Bagian Kesatu Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

Tentang Peraturan Desa adalah sebagai berikut :56

(1) Rancangan peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa.

56 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

33

(2) Badan Permusyawaratan Desa dapat mengusulkan rancangan peraturan

Desa kepada pemerintah desa.

(3) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa untuk

mendapatkan masukan.

(4) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama

Badan Permusyawaratan Desa.

Pemerintah desa juga dapat membentuk peraturan desa yang merupakan

pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan daerah dan perundang-undangan

lainya yang sesuai Pasal 84 Bagian Kesatu Peraturan Pemerintah Nomor

43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Desa :57

(1) Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama

disampaikan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada

kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat

7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal kesepakatan.

(2) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda

tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak

diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan

Permusyawaratan Desa.

57 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

34

(3) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat sejak diundangkan dalam lembaran Desa dan

berita Desa oleh sekretaris Desa.

(4) Peraturan Desa yang telah diundangkan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) disampaikan kepada bupati/walikota sebagai bahan

pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah

diundangkan.

(5) Peraturan Desa wajib disebarluaskan oleh Pemerintah Desa.

D. Proses Legislasi Peraturan Desa

Proses penetapan Peraturan Desa melalui 7 (tujuh) tahapan yakni :58

a. Peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa bersama dengan BPD.

Peraturan Desa adalah produk hukum tingkat desa yang ditetapkan oleh

Kepala Desa 7 bersama Badan Permusyawaratan Desa dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan desa. Peraturan desa adalah peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas

dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.59 Peraturan desa

merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya

masyarakat desa setempat. Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa

dengan dibantu oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

58 UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 59 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 ayat (7).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

35

b. Peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintah

desa. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.60 Yang dimaksud pemerintah

desa disini adalah Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang

disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Desa. Peraturan desa dibentuk dalam

upaya mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

masyarakat jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

c. Peraturan desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi

sosial budaya masyarakat setempat. Peraturan Desa yang mengatur

kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan berskala

lokal Desa pelaksanaannya diawasi oleh masyarakat Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa. Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan

desa di kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan

nasional.61 Hal itu dimaksudkan agar pelaksanaan Peraturan Desa

senantiasa dapat diawasi secara berkelanjutan oleh warga masyarakat

Desa setempat mengingat Peraturan Desa ditetapkan untuk kepentingan

masyarakat Desa.

d. Peraturan desa dilarang bertentangan dengaan kepentingan umum dan

peraturan perundang-undangan lainya. Peraturan Desa dilarang

60 UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1 Bab Ketentuan Umum ayat (2). 61 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanan

Undang-Undang nomo 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

36

bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi. Apabila terjadi pelanggaran

terhadap pelaksanaan Peraturan Desa yang telah ditetapkan, Badan

Permusyawaratan Desa berkewajiban mengingatkan dan

menindaklanjuti pelanggaran dimaksud sesuai dengan kewenangan

yang dimiliki. Itulah salah satu fungsi pengawasan yang dimiliki oleh

Badan Permusyawaratan Desa. Selain Badan Permusyawaratan Desa,

masyarakat desa juga mempunyai hak untuk melakukan pengawasan

dan evaluasi secara partisipatif terhadap pelaksanaan peraturan desa.

e. Peraturan desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan

perundang-undangan. Penyusunan Peraturan Desa harus sesuai dengan

kaidah peraturan perundang-undangan yang berlaku.62 Tiap-tiap desa di

daerah-daerah diberi kewenangan dan tanggung jawab untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Melalui kewenangan yang dimilikinya untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, pemerintah desa akan

berupaya untuk meningkatkan perekonomian sesuai dengan kondisi,

kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga memberikan

peluang dan kesempatan bagi desa untuk berupaya semaksimal mungkin

dalam rangka mencapai tujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

di desa setempat.

62 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang dana Desa yang Bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

37

f. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis

dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan peraturan desa.

Peraturan desa dibentuk berdasarkan aspirasi masyarakat.63 Titik tolak

dari penyusunan suatu peraturan daerah adalah efektivitas dan efisiensi

pada masyarakat. Dengan kata lain, penerapan suatu peraturan daerah

harus tepat guna dan berhasil guna, tidak mengatur kepentingan

golongan orang tertentu saja, dengan menghasilkan kepentingan

golongan lain yang lebih banyak. Sehingga memiliki kaitan langsung

ataupun tidak langsung terhadap kebijakan yang hendak diambil harus

dilibatkan. Tujuan dasar peran serta masyarakat adalah untuk

menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna bagi warga negara

dan masyarakat yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan, karena dengan melibatkan masyarakat

yang potensial terkena dampak akibat kebijakan dan kelompok

kepentingan, para penqarnbil keputusan dapat menangkap pandangan,

kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dankelompok tersebut,

untuk kemudian menuangkannya ke dalam suatu konsep. Pandangan

dan reaksi masyarakat itu, sebaliknya akan menolong pengambil

keputusan untuk menentukan prioritas, kepentingan dan arah yang pasti

dari berbagai faktor. Disamping itu, partisipasi masyarakat juga

merupakan pemenuhan terhdap etika politik yang menempatkan rakyat

sebagai sumber kekuasaan dan kedaulatan.

63 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Desaeprints.umm.ac.id/39103/3/BAB II.pdf · memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi

38

g. Peraturan desa disampaikan oleh kepala desa kepada bupati atau wali

kota melalui camat sebagai bahan pengawasan atau pembinaan paling

lambat 7 hari setelah ditetapkan untuk melaksanakan peraturan desa atau

kepala desa.64 Rancangan peraturan desa tentang anggaran pendapatan

dan belanja desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi pemerintah desa

harus mendapatkanevaluasi dari bupati/walikota sebelum ditetapkan

menjadi peraturan desa. Hasil evaluasi tersebut diserahkan oleh

bupati/walikota paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak

diterimanya rancangan peraturan tersebut oleh bupati/walikota.

Rancangan Peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat

desa.65 Masyarakat desa berhak memberikan masukan terhadap

rancangan peraturan desa. Peraturan desa dan peraturan kepala desa

diundangkan dalam lembaran desa dan berita desa oleh sekretaris desa.

64 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 65 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.