bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan tentang desaeprints.umm.ac.id/39103/3/bab ii.pdf · memerlukan...
TRANSCRIPT
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Desa
1. Pengertian Desa
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung
dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.31 Desa atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan
berada di Daerah Kabupaten.32
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal
usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada
di Daerah Kabupaten. Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat
istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan Desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
31 Pasal 1 ayat 1 UU No 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Desa. 32 Pasal 1 ayat 15 UU No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah.
18
pemberdayaan masyarakat”.33 Desa atau yang disebut nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.34 Desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.35 Desa atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut dengan desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat-istiadat setempat yang diakui dan dihprmati dalam sistem Pemerintaha
Negara Kesatuan Republik Indonesia.36 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa menggambarkan itikad negara untuk mengotomikan
desa, dengan berbagai kemandirian pemerintahan desa seperti pemilihan
umum calon pemimpin desa, anggaran desa, semacam DPRD desa, dan
kemandirian pembuatan peraturan desa semacam perda, menyebabkan
daerah otonomi NKRI menjadi provinsi, kabupaten atau kota, dan desa.
33 Widjaja, Haw. 2002. Otonomi Daerah dan daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 34 Pasal 1 ayat 12 UU No 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. 35 Pasal 1 ayat 1 UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 36 Pasal 1 ayat 5 UU No 72 Tahun 2005 Tentang Desa.
19
Reformasi telah mencapai akarnya, kesadaran konstitusi desa dan dusun
diramalkan akan mendorong proses reformasi berbasis otonomi daerah
bersifat hakiki.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Desa
memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan
masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka
posisi desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga
memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi
daerah, karena dengan otonomi desa yang kuat akan mempengaruhi secara
signifikan perwujudan otonomi daerah.
2. Pemerintahan Desa
Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.37 Pemerintahan Desa
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.38 Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.39
37 Ibid., Hlm.24. 38 Pasal 1 ayat 2 UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 39 Ibid.,
20
Pemerintahan desa merupakan bagian dari pemerintahan nasional
yang penyelenggaraannya ditujukan pada pedesaan. Pemerintahan desa
adalah suatu proses dimana usaha-usaha masyarakat desa yang
bersangakutan dipadukan dengan usaha-usaha pemerintah untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat.40 Pemerintahan Desa merupakan
suatu kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang
dilaksanakan oleh pemerintah desa yaitu kepala desa dan perangkat desa.
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan Subsistem dari sistem
penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa
bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan
menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati.41
Pemerintahan desa sebagai penyelenggara pemerintahan yang
terendah dan langsung berhadapan dengan rakyat mempunyai beban tugas
yang cukup berat karena selain harus melaksanakan segala urusan yang
datangnya dari pihak atasan juga harus mengurus berbagai urusan rumah
tangga desa yang pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat.42
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
40 Maria Eni Surasih, Pemerintahan Desa dan Implementasinya, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 23. 41 Widjaja, Haw. 2002. Otonomi Daerah dan daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 42 Misdayanti dan Kartasapoetra. 1993. Fungsi Pemerintah Daerah dalam Pembuatan Peraturan
Daerah. Jakarta; Bumi Aksara
21
Negara Kesatuan Republik Indonesia.43 Selain itu, Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa adalah seluruh proses kegiatan manajemen
pemerintahan dan pembangunan Desa berdasarkan kewenagan desa yang
ada, meliputi perencanaan, penetapan kebijakkan,
pelaksanaan,pengorganisasian, pengawasan, pengendalian, pembiayaan,
koordinasi, pelestarian, penyempurnaan dan pengembagannya.44 Sebagai
penyelenggara unsur pemerintahan desa, pemerintah desa mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan. Oleh sebab itu fungsi pemerintah desa adalah sebagai
berikut :
a. Fungsi Pemerintahan Desa :45
1) Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa
2) Melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan
3) Melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong royong
masyarakat
4) Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat
5) Melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan
6) Melaksanakan pembinaan perekonomian desa.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005
Tentang Desa, Pemerintah desa terdiri dari Pemerintah desa dan BPD.
Dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa yang dilakuk an oleh Pemerintah
43 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. 44 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara
Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 45 Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dalam rangka Otonomi
Daaerah. Bandung: Mandar Maju.
22
Desa dan BPD, Pemerintah Desa adalah organisasi Pemerintah Desa yang
terdiri atas :46
a. Unsur Pimpinan yaitu Kepala Desa
b. Unsur pembantu kepala desa yang terdiri atas :
1) Sekretaris desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh
sekretaris desa
2) Unsur pelaksana teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa yang
melaksanakan unsur teknis lapangan seperti unsur pengairan,
keagamaan dan lain–lain.
1) Unsur kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa diwilayah kerjanya
seperti kepala dusun.47
Aspek–Aspek Tata Pemerintahan Desa adalah sebagai berikut :48
1. Administrasi Pemerintahan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan
pencatatan serta pelaporan kegiatan–kegiatan pemerintahan,
perkantoran desa, keuangan desa, ipeda, kependudukan, pertahanan,
kantibmas, dan lain sebagainya.
2. Administrasi pembangunan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan
pencatatan serta pelaporan kegiatan–kegiatan bantuan pembangunan
desa, pendapatan desa, perencanaan pembangunan desa, pengaturan
bangunan–bangunan, lomba desa, LKMD dan sebagainya.
46 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 Tahun 2005 Tentang Desa. 47 Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta:
Penerbit Erlangga. 48 Sudirwo, Daeng., (1991). Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dan Pemerintahan Desa.
Bandung: Angkasa.
23
3. Administrasi pembinaan masyarakat, proses penyelenggaraan dan
pencatatan serta pelaporan kegiatan–kegiatan pembinaan masyarakat
desa, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun instansi–
instansi sektoral.
4. Manajemen dan kepemimpinan desa, Manajemen adalah suatu proses
pencapaian tujuan desa yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
actuating dan pengawasan pembangunan desa. Sedangkan
kepemimpinan desa adalah suatu kelompok orang yang menduduki
posisi pimpinan formal maupun non formal dalam membangkitkan
dan memotivasi warga desa untuk berpartisipasi dalam pembangunan
desa serta mengkoordisasikan kegiatan–kegiatan pembangunan desa
sehingga tujuan pembangunan desa tercapai secara efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
Pemerintahan desa adalah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang
dilaksanakan oleh pemerintah desa yaitu kepela desa dan perangkat desa.
B. Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Pembentukan peraturan perundang-undangan bertujuan untuk
membentuk suatu peraturan perundang-undangan yang baik. Dalam menyusun
peraturan perundang-undangan yang baik dibagi menjadi 2 (dua) klasifikasi,
yaitu asas-asas yang formal dan asas-asas yang material. Asas-asas yang formal
meliputi: asas tujuan yang jelas; asas organ/lembaga yang tepat; asas perlunya
pengaturan; asas dapatnya dilaksanakan; asas konsensus. Asas-asas materiil
antara lain meliputi: asas tentang terminologi dan sistematika yang benar; asas
24
tentang dapat dikenali; asas perlakuan yang sama dalam hukum; asas kepastian;
asas pelaksanakan hukum sesuai keadaan individual.49
Pembagian atas asas formal dan materiil yang sesuai dengan asas negara
hukum di Indonesia, maka pembagiannya dapat dikelompokkan. Maksud asas-
asas formal meliputi asas tujuan yang jelas, asas perlunya pengaturan, asas organ
atau lembaga yang tepat, asas materi muatan yang tepat, asas dapat dilaksanakan,
dan asas dapat dikenali. Sedangkan yang termasuk ke dalam asas-asas materiil
yaitu, asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan norma fundamental negara,
asas sesuai dengan hukum dasar negara, asas sesuai dengan prinsip negara
berdasarkan hukum, dan asas sesuai dengan prinsip pemerintahan berdasarkan
konstitusi.
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan di atas
mencerminkan bentuk peraturan perundang-undangan yang baik. Jika itu
diterapkan ke dalam suatu peraturan perundang-undangan, maka akan terbentuk
suatu peraturan perundang-undangan yang baik yang sesuai dengan asas-asas
yang sudah tercantum di dalam undang-undang tanpa meninggalkan prinsip-
prinsip keadilan. Pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.
Pendapat Attamimi menyebutkan bahwa, pembentukan peraturan perundang-
undangan Indonesia yang patut, adalah sebagai berikut: Cita Hukum Indonesia;
Asas Negara Berdasar Atas Hukum dan Asas Pemerintahan yang berdasar
49 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan,
Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm. 228.
25
Konstitusi; Asas-asas lainnya.50 Pembentukan peraturan perundang-undangan
harus menyesuaikan antara jenis, hierarki, dan materi muatan serta asas yang
sesuai dengan dasar pembentukan peraturan perundang-undangan. Asas
merupakan dasar atau landasan dalam menentukan sikap dan perilaku. Asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan dasar pijak bagi
pembentukan peraturan perundang-undangan dan penentu kebijakan dalam
membentuk peraturan perundang-undangan. Di dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan tentunya membutuhkan asas atau dasar dalam membentuk
suatu peraturan perundang-undangan. Dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan NKRI yang berasaskan Pancasila sebagai dasar
fundamentalnya.
Konsep negara hukum Pancasila merupakan konsep negara hukum asli
dari Indonesia menjadi asas yang utama dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Konsep negara hukum Pancasila berperan
penting dalam mewujudkan peraturan perundang-undangan di Indonesia.Asas
yang di adopsi dari konsep negara hukum Pancasila memiliki kebenaran yang
telah diakui oleh bangsa Indonesia sejak dulu sampai sekarang. Asas
pembentukan peraturan perundang-undangan harus menganut asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik sesuai dengan prinsip-
prinsip keadilan. Asas merupakan norma yang harus terwujud dalam peraturan
perundang-undangan dan yang berlaku memaksa. Asas-asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik antara lain adalah: Peraturan
50 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan,
Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm. 228.
26
perundang-undangan tidak berlaku surut; Peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi, hal ini sesuai dengan hierarki perundang-undangan; Peraturan
perundang-undangan yang bersifat khusus menyampingkan peraturan
perundang-undangan yang bersifat umum; Peraturan perundang-undangan yang
berlaku belakangan membatalkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
terdahulu; Peraturan perundang-undangan tidak dapat di ganggu gugat, dalam
arti undang-undang merupakan cerminan dari keadilan yang harus diakui
kebenarannya oleh semua pihak; dan Peraturan perundang-undangan sebagai
sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan
material bagi masyarakat maupun individu termasuk sebagai sarana untuk
memperoleh keadilan.51
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan dapat dibagi
menjadi dua asas, yaitu asas formal dan asas materiil. Asas-asas formal
mencakup asas tujuan yang jelas demi keadilan, asas lembaga yang tepat untuk
membentuk undang-undang, asas perlu pengaturan, asas dapat dilaksanakan, dan
asas konsensus. Sedangkan yang masuk asas materiil adalah asas terminologi
dan sistematika yang benar, asas dapat dikenali, asas perlakuan yang sama dalam
hukum, asas kepastian hukum, dan asas pelaksanaan hukum sesuai dengan
keadaan individual. Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus
dilakukan berdasarkan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang
baik meliputi kejelasan tujuan dalam membentuk peraturan perundang-
51 Van de Vlies, Handboek Wetgeving, Tjeenk Willink, Zwolle, 1987, hlm. 175.
27
undangan, kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat yang merupakan
lembaga kredibel yang dipilih secara demokrasi oleh rakyat selaku pemegang
kekuasaan negara, kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, dapat
dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan, dan
keterbukaan.
Materi muatan yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan asas pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan,
kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam
hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum, dan/atau
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Pembentukan peraturan perundang-
undangan Indonesia yang baik harus mengedepankan cita hukum Indonesia
dalam mengambil gagasan untuk terwujudnya kepastian yang berkeadilan.
Selain itu, asas negara yang berdasar atas hukum menjadi landasan yang patut
bagi terciptanya perundang-undangan yang baik.Sebagai negara hukum yang
mempunyai jenjang hukum, harus mementingkan hierarki perundang-undangan
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan terutama konstitusi sebagai
hukum tertinggi. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan yang meliputi, dasar peraturan perundang-undangan selalu
menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai acuan pembentukan
peraturan perundang-undangan, hanya peraturan perundang-undangan tertentu
saja yang dapat dijadikan landasan yuridis bagi pembentukan peraturan
perundang-undangan, peraturan perundang-undangan yang masih berlaku hanya
dapat dihapus, dicabut atau diubah oleh peraturan perundang-undangan yang
sederajat atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dan peraturan
28
perundang-undangan yang baru mengesampingkan perundang-undangan lama.
Asas pembentukan peraturan Perundang-undangan yang baik, meliputi:52
(1) Asas kejelasan tujuan, asas ini mengartikan bahwa setiap Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang
hendak dicapai;
(2) Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, asas ini mengartikan
bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh
lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
yang berwenang, Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan
atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat
yang tidak berwenang;
(3) Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, asas ini
mengartikan bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan
jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan;
(4) Asas dapat dilaksanakan, asas ini mengartikan bahwa setiap Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas
Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara
filosofis, sosiologis, maupun yuridis;
(5) Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan, asas ini mengartikan bahwa setiap
Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar
52 Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
29
dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara;
(6) Asas kejelasan rumusan, asas ini mengartikan bahwa setiap Peraturan
Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan
Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta
bahasa hukum yang jelas dan mudah di mengerti sehingga tidak
menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya;
(7) Asas keterbukaan, asas ini mengartikan bahwa dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat
transparan dan terbuka.
Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas
pengayoman. Asas ini mengartikan bahwa setiap materi muatan Peraturan
Perundang-undangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk
menciptakan ketenteraman masyarakat. Asas kemanusiaan mengartikan bahwa
setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
pelindungan dan penghormatan Hak Asasi Manusia serta harkat dan martabat
setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.53 Asas
kebangsaan mengartikan bahwa setiap setiap materi muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia
yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Asas kekeluargaan mengartikan bahwa setiap setiap materi muatan
53 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
30
Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk
mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Asas kenusantaraan
mengartikan bahwa setiap setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan
senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan setiap
materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan
bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Konsep ini tentunya menjadi pedoman bagi pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik bagi bangsa dan negara Indonesia, menciptakan
kepastian yang mengadopsi nilai-nilai Pancasila sehingga dapat
mendistribusikan manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan akan
terwujud jika selalu mengedepankan Hak Asasi Manusia yang bersumber dari
Pancasila yang berupa prinsip-prinsip keadilan.Pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik akan mengikuti dasar yang diberikan oleh cita
negara hukum yaitu Pancasila. Jika Pancasila dihubungkan dengan pembagian
atas asas formal dan materiil, maka pembagiannya dapat disimpulkan sebagai
asas-asas formal sesuai dengan Pancasila meliputi asas tujuan yang jelas, asas
perlunya pengaturan, asas organ atau lembaga yang tepat, asas materi muatan
yang tepat, asas dapat dilaksanakan, dan asas dapat dikenali. Sedangkan asas-
asas materiilnya meliputi asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan norma
fundamental negara, asas sesuai dengan hukum dasar negara, asas sesuai dengan
prinsip negara berdasarkan hukum, serta asas sesuai dengan prinsip
pemerintahan berdasarkan konstitusi.
31
C. Peraturan Desa
Peraturan desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.54 Peraturan desa dibentuk dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa, dengan demikian maka pemerintahan desa
harus merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan-peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi serta harus
memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat dalam upaya
mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat jangka
panjang, menengah dan jangka pendek.
Peraturan desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat. Peraturan desa dilarang bertentangan dengan
kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Secara teoritis, pembuatan produk hukum harus didasari oleh paling tidak empat
dasar pemikiran antara lain :55
1. Dasar Filosofis, merupakan dasar filsafat atau pandangan hidup yang
menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan hasrat kedalam suatu
rancangan/draft peraturan perundang-undangan sehingga hukum yang
54 Peraturan Menteri Desa Pembangunan daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendamping Desa. 55 Halim, Hamzah. Kemal Redindo. 2009. Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan
Daerah. Kencana Media Group. Jakarta.
32
dibentuk tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral atau nilai-nilai adat
yang dijunjung tinggi dimasyarakat.
2. Landasan Sosiologis, bahwa Peraturan Perundang-undangan yang dibuat
harus dapat dipahami oleh masyarakat dan harus sesuai dengan kenyataan
hidup masyarakat yang bersangkutan. Aturan hidup yang dibuat harus
sesuai dengan keutuhan, keyakinan dan kesadaran masyarakat.
3. Landasan Yuridis, bahwa yang menjadi landasan dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan adalah peraturan atau sederet peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi dan dasar kewenangan seorang
pejabat atau badan membentuk Peraturan Perundang-undangan.
4. Dasar Hukum, Tolak ukur di atas dapat memberikan jaminan bahwa
rancangan peraturan perundang-undangan yang dibuat merupakan cikal
bakal peraturan perundang-undangan yang diterima oleh masyarakat,
populis dan efektif. Populis, karena mengakomodir sebanyak-banyaknya
keinginan penduduk di daerah. Efektif, karena peraturan yang dibuat itu
operasional dan jangkauan peraturannya mencakup sebanyak-banyaknya
kepentingan masyarakat dan senantiasa sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman sehingga setiap kebutuhan masyarakat pada setiap
era, mampu diwadahinya. Peraturan desa yang wajib dibentuk berdasarkan
Pasal 83 Bagian Kesatu Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Peraturan Desa adalah sebagai berikut :56
(1) Rancangan peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa.
56 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
33
(2) Badan Permusyawaratan Desa dapat mengusulkan rancangan peraturan
Desa kepada pemerintah desa.
(3) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa untuk
mendapatkan masukan.
(4) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
Badan Permusyawaratan Desa.
Pemerintah desa juga dapat membentuk peraturan desa yang merupakan
pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan daerah dan perundang-undangan
lainya yang sesuai Pasal 84 Bagian Kesatu Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Desa :57
(1) Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama
disampaikan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada
kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat
7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal kesepakatan.
(2) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda
tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak
diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan
Permusyawaratan Desa.
57 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
34
(3) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat sejak diundangkan dalam lembaran Desa dan
berita Desa oleh sekretaris Desa.
(4) Peraturan Desa yang telah diundangkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) disampaikan kepada bupati/walikota sebagai bahan
pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah
diundangkan.
(5) Peraturan Desa wajib disebarluaskan oleh Pemerintah Desa.
D. Proses Legislasi Peraturan Desa
Proses penetapan Peraturan Desa melalui 7 (tujuh) tahapan yakni :58
a. Peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa bersama dengan BPD.
Peraturan Desa adalah produk hukum tingkat desa yang ditetapkan oleh
Kepala Desa 7 bersama Badan Permusyawaratan Desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa. Peraturan desa adalah peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas
dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.59 Peraturan desa
merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya
masyarakat desa setempat. Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa
dengan dibantu oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
58 UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 59 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 ayat (7).
35
b. Peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
desa. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.60 Yang dimaksud pemerintah
desa disini adalah Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang
disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa. Peraturan desa dibentuk dalam
upaya mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
masyarakat jangka panjang, menengah dan jangka pendek.
c. Peraturan desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat. Peraturan Desa yang mengatur
kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan berskala
lokal Desa pelaksanaannya diawasi oleh masyarakat Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa. Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan
desa di kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan
nasional.61 Hal itu dimaksudkan agar pelaksanaan Peraturan Desa
senantiasa dapat diawasi secara berkelanjutan oleh warga masyarakat
Desa setempat mengingat Peraturan Desa ditetapkan untuk kepentingan
masyarakat Desa.
d. Peraturan desa dilarang bertentangan dengaan kepentingan umum dan
peraturan perundang-undangan lainya. Peraturan Desa dilarang
60 UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1 Bab Ketentuan Umum ayat (2). 61 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanan
Undang-Undang nomo 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
36
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Apabila terjadi pelanggaran
terhadap pelaksanaan Peraturan Desa yang telah ditetapkan, Badan
Permusyawaratan Desa berkewajiban mengingatkan dan
menindaklanjuti pelanggaran dimaksud sesuai dengan kewenangan
yang dimiliki. Itulah salah satu fungsi pengawasan yang dimiliki oleh
Badan Permusyawaratan Desa. Selain Badan Permusyawaratan Desa,
masyarakat desa juga mempunyai hak untuk melakukan pengawasan
dan evaluasi secara partisipatif terhadap pelaksanaan peraturan desa.
e. Peraturan desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan
perundang-undangan. Penyusunan Peraturan Desa harus sesuai dengan
kaidah peraturan perundang-undangan yang berlaku.62 Tiap-tiap desa di
daerah-daerah diberi kewenangan dan tanggung jawab untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Melalui kewenangan yang dimilikinya untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, pemerintah desa akan
berupaya untuk meningkatkan perekonomian sesuai dengan kondisi,
kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga memberikan
peluang dan kesempatan bagi desa untuk berupaya semaksimal mungkin
dalam rangka mencapai tujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat
di desa setempat.
62 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang dana Desa yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
37
f. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis
dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan peraturan desa.
Peraturan desa dibentuk berdasarkan aspirasi masyarakat.63 Titik tolak
dari penyusunan suatu peraturan daerah adalah efektivitas dan efisiensi
pada masyarakat. Dengan kata lain, penerapan suatu peraturan daerah
harus tepat guna dan berhasil guna, tidak mengatur kepentingan
golongan orang tertentu saja, dengan menghasilkan kepentingan
golongan lain yang lebih banyak. Sehingga memiliki kaitan langsung
ataupun tidak langsung terhadap kebijakan yang hendak diambil harus
dilibatkan. Tujuan dasar peran serta masyarakat adalah untuk
menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna bagi warga negara
dan masyarakat yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan, karena dengan melibatkan masyarakat
yang potensial terkena dampak akibat kebijakan dan kelompok
kepentingan, para penqarnbil keputusan dapat menangkap pandangan,
kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dankelompok tersebut,
untuk kemudian menuangkannya ke dalam suatu konsep. Pandangan
dan reaksi masyarakat itu, sebaliknya akan menolong pengambil
keputusan untuk menentukan prioritas, kepentingan dan arah yang pasti
dari berbagai faktor. Disamping itu, partisipasi masyarakat juga
merupakan pemenuhan terhdap etika politik yang menempatkan rakyat
sebagai sumber kekuasaan dan kedaulatan.
63 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa.
38
g. Peraturan desa disampaikan oleh kepala desa kepada bupati atau wali
kota melalui camat sebagai bahan pengawasan atau pembinaan paling
lambat 7 hari setelah ditetapkan untuk melaksanakan peraturan desa atau
kepala desa.64 Rancangan peraturan desa tentang anggaran pendapatan
dan belanja desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi pemerintah desa
harus mendapatkanevaluasi dari bupati/walikota sebelum ditetapkan
menjadi peraturan desa. Hasil evaluasi tersebut diserahkan oleh
bupati/walikota paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rancangan peraturan tersebut oleh bupati/walikota.
Rancangan Peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat
desa.65 Masyarakat desa berhak memberikan masukan terhadap
rancangan peraturan desa. Peraturan desa dan peraturan kepala desa
diundangkan dalam lembaran desa dan berita desa oleh sekretaris desa.
64 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 65 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.