bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan penelitian...

18
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Manoppo (2013) dalam analisis sistem pengendalian internal atas pengeluaran kas pada PT. Sinar Galesong Prima cabang Manado masih belum efektif, karena masih banyak unsur-unsur sistem pengendalian intern yang belum terpenuhi. Penyebab kurang efektifnya sistem pengendalian intern tersebut antara lain, adanya penempatan kasir yang masih berada satu ruangan dengan karyawan lainnya sehingga kurang efisien, tidak adanya asuransi mengenai kas yang berada di tangan maupun di kasir, tidak dilakukannya rekonsiliasi bank oleh pihak pemeriksaan intern, stempel cek dipegang oleh pembuat cek, serta kurangnya perputaran jabatan yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya penyelewengan. Sumurung, et. al (2015) menyimpulkan dalam analisis pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Manado media grafika bahwa pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas pada PT Manado Media Grafika telah dilakukan sesuai prosedur, sehingga kinerja manajerial dapat terlaksana dengan mudah. Pimpinan perusahaan sebaiknya tetap melaksanakan pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas, dan menjaga hubungan yang baik dalam pelaksanaan operasional perusahaan. Dilarasika, Eldia (2015) menjelaskan, bahwa sistem pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Harapan Abadi Surabaya secara keseluruhan sudah baik, dengan adanya otorisasi Direktur setiap melakukan

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

    Manoppo (2013) dalam analisis sistem pengendalian internal atas

    pengeluaran kas pada PT. Sinar Galesong Prima cabang Manado masih belum

    efektif, karena masih banyak unsur-unsur sistem pengendalian intern yang

    belum terpenuhi. Penyebab kurang efektifnya sistem pengendalian intern

    tersebut antara lain, adanya penempatan kasir yang masih berada satu ruangan

    dengan karyawan lainnya sehingga kurang efisien, tidak adanya asuransi

    mengenai kas yang berada di tangan maupun di kasir, tidak dilakukannya

    rekonsiliasi bank oleh pihak pemeriksaan intern, stempel cek dipegang oleh

    pembuat cek, serta kurangnya perputaran jabatan yang kemungkinan dapat

    menyebabkan terjadinya penyelewengan.

    Sumurung, et. al (2015) menyimpulkan dalam analisis pengendalian

    penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Manado media grafika bahwa

    pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas pada PT Manado Media Grafika

    telah dilakukan sesuai prosedur, sehingga kinerja manajerial dapat terlaksana

    dengan mudah. Pimpinan perusahaan sebaiknya tetap melaksanakan

    pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas, dan menjaga hubungan

    yang baik dalam pelaksanaan operasional perusahaan.

    Dilarasika, Eldia (2015) menjelaskan, bahwa sistem pengendalian intern

    atas penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Harapan Abadi Surabaya secara

    keseluruhan sudah baik, dengan adanya otorisasi Direktur setiap melakukan

  • 8

    transaksi pengeluaran kas. Dokumen yang digunakan dalam penerimaan kas

    berupa permintaan pembayaran dan slip setoran, sedangkan dalam pengeluaran

    kas berupa payment application form dan bukti kas keluar. Namun masih

    terdapat beberapa kelemahan pada proses penerimaan kas, yaitu adanya bagian

    akuntansi yang merangkap menjadi kasir, serta jarang dilakukannya

    pencocokan antara uang kas dengan catatan akuntansi.

    Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat perbedaan terhadap obyek

    yang diteliti, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

    pengendalian internal penerimaan dan pengeluaran kas yang ada di perusahaan

    dengan didasarkan pada unsur-unsur pengendalian internal. Beberapa

    penelitian terdahulu tersebut merupakan penelitian sejenis dengan penelitian

    yang akan diteliti saat ini. Dengan adanya penelitian-penelitian terdahulu

    diharapkan dapat membantu peneliti sebagai bahan referensi serta dijadikan

    bahan literatur pada penelitian ini.

    B. Tinjauan Pustaka

    1. Sistem dan Prosedur

    a. Pengertian Sistem

    Menurut James A Hall (2001:5) sistem merupakan sekelompok dari

    dua atau lebih komponen-komponen atau subsistem yang saling

    berhubungan untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut Romney dan

    Steinbart (2014:3) sistem merupakan serangakaian dua komponen atau

    lebih yang saling terkait dan saling berhubungan agar dapat mencapai

    tujuan. Menurut Mulyadi (2016:4) sistem merupakan suatu jaringan yang

  • 9

    terdiri dari beberapa prosedur yang dirancang sesuai pola terpadu untuk

    melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

    Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu

    jaringan yang saling berhubungan dan memiliki fungsi utama yaitu

    melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

    b. Pengertian Prosedur

    Mulyadi (2016:4), prosedur merupakan serangkaian kegiatan

    klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau

    lebih, guna menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan

    yang terjadi berulang-ulang.

    Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu sistem terdiri

    dari jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan

    yang terdiri dari menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode,

    memilih, memindah, dan membandingkan, guna mencatat informasi.

    2. Kas

    Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2009:2) kas terdiri

    atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits). Secara

    langsung atau tidak langsung hampir semua transaksi berhubungan langsung

    dengan kas. Oleh karena itu perusahaan harus merancang dan menggunakan

    pengendalian internal untuk mengamankan kas agar terhindar dari

    penyalahgunaan kas

  • 10

    3. Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Kas

    a. Sistem Penerimaan Kas

    Menurut Mulyadi (2016:379) penerimaan kas pada perusahaan

    berasal dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai

    dan penjualan kredit.

    1) Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai

    Perusahaan melakukan penjualan tunai dengan cara mewajibkan

    pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dulu sebelum

    perusahaan penjual menyerahkan barang kepada pembeli. Setelah

    perusahaan menerima pembayaran dari pembeli, barang kemudian

    diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian

    dicatat oleh perusahaan.

    Menurut James Hall (2001:198), sistem penerimaan kas

    meliputi:

    a) Cek dan informasi pendukung lainnya (nomor rekening pelanggan,

    nama pelanggan, nilai cek, dan lainnya) tersedia ketika adanya

    penerimaan bukti pembayaran pada ruang penerimaan dokumen.

    Cek tersebut dikirim ke bagian kasir pada departemen penerimaan

    kas, dan bukti pembayaran dikirim ke departemen piutang.

    b) Cek yang diterima oleh kasir dicatat pada jurnal penerimaan kas

    dan langsung disetorkan ke bank.

  • 11

    c) Bukti pembayaran yang diterima oleh departemen piutang

    digunakan sebagai pengurang saldo rekening pelanggan sesuai nilai

    pembayaran.

    d) Departemen penerimaan kas dan departemen piutang mengirimkan

    ringkasan informasi tersebut ke departemen buku besar umum,

    untuk dilakukan pencocokan serta untuk memperbarui rekening

    kontrol piutang dan rekening kas.

    2) Sistem penerimaan kas dari penjualan kredit

    Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan telah

    dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk

    jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada

    pelanggannya. Kegiatan penjualan secara kredit tersebut ditangani

    oleh perusahaan melalui sistem penjualan kredit (Mulyadi, 2016:160).

    Untuk menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualan

    kredit yang pertama kali kepada seorang pembeli selalu didahului oleh

    analisis terhahadap kelayakan pemberian kredit kepada pembeli

    tersebut (Mulyadi, 2016:167).

    b. Sistem Pengeluaran Kas

    Menurut Mulyadi (2016:425) perusahaan melakukan transaksi

    pengeluaran kas dengan menggunakan cek. Pengeluaran kas yang

    jumlahnya relatif kecil tidak dapat dilakukan menggunakan cek,

    sehingga dilakukan melalui penyelengaraan dana kas kecil dengan

  • 12

    salah satu di antara dua sistem, yaitu fluctuating- fund-balance system

    dan imprest system.

    Dalam fluctuating- fund-balance system penyelenggara dana kas

    kecil dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

    1. Pencatatan pada pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan

    mendebit akun dana kas kecil.

    2. Pencatatan pada pengeluaran dana kas kecil dilakukan dengan

    mengkredit akun Dana Kas Kecil, sehingga setiap saat saldo akun

    dapat berfluktuasi.

    3. Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan sesuai jumlah

    keperluan, dan dicatat dengan mendebit akun Dana Kas Kecil

    sehingga saldo akun dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu.

    Dalam imprest system penyelenggara dana kas kecil dilakukan

    dengan sebagai berikut:

    1. Pembentukan dana kas kecil dilakukan menggunakan cek dan

    dicatat dengan mendebit akun dana kas kecil.

    2. Pengeluaran dana kas kecil tidak dicatat dalam jurnal.

    3. Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan dengan cek dan dicatat

    dengan mendebit akun beban dan mengkredit akun kas.

    4. Sistem Pengendalian Internal (SPI)

    a. Pengertian Sistem Pengendalian Internal

  • 13

    Bodnar dan William (2006:129) menyatakan bahwa sistem

    pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan

    direksi, manajemen, dan personel lain dalam perusahaan, yang dirancang

    guna meyakinkan dan member jaminan yang masuk akal terkait dengan

    tercapainya tujuan berikut: (1) reliabilitas pelaporan keuangan, (2)

    efektifitas dan efisiensi operasi, dan (3) kesesuaian dengan peraturan yang

    ada.

    Menurut Mulyadi (2016:129) sistem pengendalian internal meliputi

    struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang digabungkan untuk

    melindungi aset organisasi, memeriksa ketelitian dan keandalan data

    akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan

    manajemen.

    Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2007:229) pengendalian

    internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan

    untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal,

    mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong

    kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

    b. Tujuan Sistem Pengendalian Internal

    Sistem pengendalian intern secara keseluruhan merupakan suatu alat

    yang dipakai untuk memudahkan dalam mencapai tujuan perusahaan.

    Menurut Mulyadi (2016:129) tujuan sistem pengendalian internal antara

    lain:

    1. Melindungi aset organisasi,

  • 14

    2. Memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi,

    3. Mendorong efisiensi usaha,

    4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

    Menurut Romney dan Steinbart (2014:226) tujuan pengendalian

    internal antara lain:

    1. Melindungi aset, mendeteksi perolehan, penggunaan, dan penempatan

    yang tidak sesuai atau tidak sah.

    2. Mengelola catatan secara detail agar laporan yang dihasilkan bersifat

    akurat dan wajar.

    3. Memberikan informasi secara akurat dan reliabel.

    4. Menyiapkan laporan keuangan berdasarkan kriteria yang ditetapkan.

    5. Meningkatkan dan memperbaiki efisiensi operasional.

    6. Meningkatkan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang dietentukan.

    7. Mematuhi hukum dan peraturan berlaku.

    c. Fungsi Sistem Pengendalian Internal

    Menurut Romney dan Steinbart (2007:229) mengatakan bahwa fungsi

    sistem pengendalian intern adalah :

    1. Pengendalian Untuk Pencegahan (Preventive Control)

    Fungsi ini mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul.

    Memperkerjakan personel akuntansi yang berkualitas tinggi, pemisahan

    tugas yang memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas

    asset, fasilitas dan informasi, merupakan pencegahan yang efektif.

    2. Pengendalian Untuk Pemeriksaan (Detective Control)

  • 15

    Fungsi ini dibutuhkan untuk mengungkapkan masalah setelah masalah

    tersebut muncul.

    3. Pengendalian Korektif (Corrective Control)

    Fungsi ini memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian

    untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang

    dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki

    kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan dan mengubah sistem agar

    masalah di masa mendatang dapat dihilangkan.

    d. Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Internal

    Menurut Mulyadi (2016:130) unsur-unsur sistem pengendalian

    internal yaitu:

    1) Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggungjawab Secara

    Tegas.

    Struktur organisasi diperlukan sebagai kerangka pembagian

    tanggung jawab fungsional atas unit-unit organisasi dalam menjalankan

    kegiatan-kegiatan pokok perusahaan, guna menghindari terjadinya

    penyimpangan.

    2) Pembagian Tanggung Jawab Fungsional dalam Suatu Organisasi

    Didasarkan pada Prinsip - Prinsip berikut, yaitu:

    Adanya pemisahan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari

    fungsi akuntansi. Fungsi operasi memiliki wewenang untuk melakukan

    kegiatan. Dalam setiap kegiatan perusahaan memerlukan adanya

    otorisasi dari manager fungsi, sedangkan fungsi penyimpanan memiliki

  • 16

    wewenang dalam menyimpan atau melindungi aset perusahaan. Selain

    itu, fungsi akuntansi juga memiliki wewenang dalam pencatatan segala

    peristiwa keuangan yang ada di perusahaan.

    Menurut Bodnar dan William (2006:13), baik pada perusahaan besar

    maupun perusahaan kecil, fungsi akuntansi harus dilakukan pemisahan

    dengan fungsi akuntansi, serta tidak boleh terdapat tanggung jawab dan

    wewenang terhadap aktivitas operasi perusahaan.

    Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab secara penuh dalam

    melakukan semua tahap suatu transaksi.

    3) Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan Guna Melindungi Aset,

    Utang, Pendapatan, dan Beban.

    Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan harus terjadi atas

    dasar otorisasi dari pejabat atau pihak yang berwenang untuk menyetujui

    terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus

    dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang pada setiap transaksi,

    karena setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi yang dilakukan

    oleh pejabat atau pihak yang berwenang. Dengan adanya sistem otorisasi

    dan prosedur pencatatan yang baik, data yang terdapat pada formulir

    akan lebih terjamin tingkat ketelitian dan keandalannya mengenai aset,

    pendapatan, dan beban suatu organisasi.

    4) Analisis Praktek yang Sehat Dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi

    Setiap Unit.

  • 17

    Pembagian sistem wewenang dan tanggung jawab fungsional, serta

    prosedur pencatatan yang ditetapkan, tidak akan terlaksana dengan baik

    tanpa adanya cara-cara yang menjamin praktik sehat dalam

    pelaksanannya.

    Dalam menciptakan praktik yang sehat, adapun cara-cara yang

    umumnya ditempuh oleh perusahaan, antara lain:

    a. Penggunaan formulir dengan bernomor urut tercetak yang

    penggunaannya harus dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak yang

    berwenang, karena formulir sebagai alat untuk memberikan otorisasi

    terlaksananya transaksi.

    b. Dilaksanakan pemeriksaan mendadak tanpa adanya pemberitahuan

    terdahulu kepada pihak yang akan diperiksa terhadap kegiatan-kegiatan

    pokoknya, dengan jadwal yang tidak terencana. Hal ini akan mendorong

    karyawan agar dalam melaksanakan tugasnya sesuai aturan yang telah

    ditetapkan.

    c. Setiap transaksi tidak boleh dikerjakan sendiri oleh satu orang atau satu

    unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi

    lain. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan tugas tiap unit organisasi terkait

    terjadi internal check, sehingga tercipta praktik yang sehat.

    d. Dilaksanakan perputaran jabatan secara rutin yang dapat menjaga

    independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga

    kecurangan dapat terhindarkan.

  • 18

    e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan kunci perusahaan atau yang

    berhak. Selama cuti, jabatan karyawan yang bersangkutan akan

    digantikan sementara oleh pejabat lain, sehingga jika terjadi kecurangan

    dalam departemen yang bersangkutan, maka diharapkan dapat diungkap

    oleh pejabat atau pihak yang berwenang terkait masalah tersebut.

    5) Adanya Mutu Karyawan yang Disesuaikan Dengan Tanggung-

    Jawabnya.

    Karyawan yang diperlukan perusahaan merupakan karyawan yang

    kompeten, jujur, dan ahli dalam bidang sesuai tanggungjawabnya,

    sehingga dapat melaksnakan pekerjaannya secara efisien dan efektif.

    a. Seleksi calon karyawan sesuai dengan bidangnya. Untuk memperoleh

    karyawan yang mempunyai kecakapan sesuai dengan tuntutan

    tanggungjawab yang akan diterima, manajemen harus mengadakan

    analisis jabatan yang ada dalam perusahaan dan menentukan syarat-

    syarat yang harus dipenuhi oleh calon karyawan yang akan

    menduduki jabatan tersebut.

    b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan

    perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.

    e. Sistem Pengendalian Internal Terhadap Penerimaan Kas

    Pengendalian intern atas penerimaan kas dalam perusahaan harus

    mengendalikan kas mulai saat kas diterima sampai kas tersebut disetorkan

  • 19

    ke bank, guna melindungi kas dari pencurian dan menjamin bahwa semua

    penerimaan kas yang telah disetorkan ke bank dan catatan akuntansi

    perusahaan diselenggarakan dengan benar.

    Menurut Mulyadi (2016:393) terdapat beberapa unsur pokok

    pengendalian internal atas penerimaan kas dari penjualan tunai, antara lain:

    a) Organisasi

    Adanya pemisahan antara fungsi penjualan dengan fungsi kas.

    Adanya pemisahan antara fungsi kas dengan fungsi akuntansi.

    Transaksi penjualan tunai harus dilakukan oleh fungsi penjualan,

    fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi.

    b) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

    Fungsi penjualan melakukan otorisasi atas penerimaan order dari

    pembeli menggunakan formulir faktur penjualan tunai.

    Fungsi kas melakukan otorisasi atas penerimaan kas dengan cara

    membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan

    penempelan pita register kas pada faktur tersebut.

    Penjualan yang menggunakan kartu kredit bank didahului dengan

    permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.

    Fungsi pengiriman melakukan otorisasi atas penyerahan barang

    dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai.

    Fungsi akuntansi melakukan otorisasi atas pencatatan ke dalam buku

    jurnal barang dengan memberi tanda pada faktur penjualan tunai.

    c) Praktik yang sehat

  • 20

    Fungsi penjualan bertanggung jawab atas penggunaan faktur

    penjualan tunai benomor urut cetak.

    Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke

    bank pada hari yang sama atau pada hari kerja berikutnya.

    Perhitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas dilakukan

    secara periodik dan mendadak.

    f. Sistem Pengendalian Internal Terhadap Pengeluaran Kas

    Pengendalian internal atas pengeluaran kas sangat diperlukan

    perusahaan guna memberi keyakinan yang memadai bahwa setiap

    pembayaran yang dilakukan hanya untuk transaksi-transaksi yang telah

    diotorisasi, dan menjamin bahwa kas yang digunakan telah efisien.

    Menurut Mulyadi (2016:433) terdapat beberapa unsur pengendalian

    internal dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan menggunakan cek

    antara lain:

    a) Organisasi

    Adanya pemisahan antara fungsi penyimpanan kas dengan fungsi

    akuntansi.

    Bagian kasir tidak boleh melakukan transaksi penerimaan dan

    pengeluaran kas secara pribadi, harus ada campur tangan dari fungsi

    yang lain.

    b) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

    Adanya otorisasi dari pejabat yang berwenang atas pengeluaran kas.

  • 21

    Adanya persetujuan dari pejabat yang berwenang atas pembukuan

    dan penutupan rekening bank.

    Adanya otorisasi atas pencatatan dan jurnal pengeluaran kas yang

    didasarkan pada bukti kas keluar, serta terlampirnya dokumen

    pendukung secara lengkap.

    c) Praktik yang sehat

    Adanya pengamanan atas saldo kas yang disimpan perusahaan guna

    menghindari pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.

    Bagian kasa bertanggung jawab atas dokumen dasar dan dokumen

    pendukung transaksi pengeluaran kas yang harus dibubuhi cap

    “lunas” setelah transaksi pengeluaran kas.

    Adanya penggunaan rekening Koran.

    Segala transaksi pengeluaran kas harus menggunakan cek dengan

    atas nama perusahaan penerima pembayaran atau dengan

    pemindahbukuan.

    Digunakan pencatatan dengan metode imprest system apabila jumlah

    pengeluaran kas relatif kecil melalui dana kas kecil.

    Dilakukan pencocokan jumlah fisik kas yang ada di perusahaan

    dengan jumlah kas yang ada di catatan akuntansi secara periodik.

    Adanya asuransi dari kerugian mengenai kas yang berada di

    perusahaan dengan kas yang berada di perjalanan.

    Pengamanan yang memadai terhadap bagian kasir guna mencegah

    terjadinya pencurian atau tindakan yang merugikan.

  • 22

    Bagian kasir bertanggung jawab atas semua nomor cek.

    g. Fungsi yang Terkait

    Menurut Mulyadi (2016:385) fungsi yang terkait dalam sistem

    penerimaan kas dari penjualan tunai adalah:

    a) Fungsi penjualan, bertanggungjawab menerima pesanan dari pembeli,

    mengisi faktur penjualan tunai untuk diserahkan ke pembeli sebagai

    kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.

    b) Fungsi kas, bertanggungjawab atas transaksi penerimaan kas dari

    pembeli.

    c) Fungsi akuntansi, bertanggungjawab untuk mencatat transaksi

    penjualan dan penerimaan kas, serta membuat laporan penjualan.

    Menurut Mulyadi (2016:429) fungsi yang terkait dalam sistem

    pengeluaran kas dengan cek adalah:

    a) Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas, jika suatu fungsi

    memerlukan pengeluaran kas, maka fungsi yang bersangkutan

    mengajukan permintaan cek kepada fungsi akuntansi. Permintaan

    tersebut harus harus mendapatkan otorisasi dari kepala fungsi yang

    bersangkutan.

    b) Fungsi akuntansi, dalam transaksi pengeluaran kas bertanggungjawab

    atas:

    Pencatatan pengeluaran kas terkait beban dan persediaan, fungsi ini

    berada di bagian Kartu Persediaan dan bagian Kartu Beban.

  • 23

    Pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran aks

    atau register cek, fungsi ini berada di bagian Jurnal.

    Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada

    fungsi kas dalam mengeluarkan cek sebesar yang tercantum dalam

    dokumen tersebut. Fungsi akuntansi bertanggungjawab atas

    verifikasi kelengkapan dokumen pendukung sebagai dasar

    pembuatan bukti kas keluar.

    c) Fungsi pemeriksaan intern, bertanggungjawab dalam perhitungan kas

    secara periodik dan melakukan pencocokan hasil perhitungannya

    dengan saldo kas menurut catatan akuntansi. Selain itu fungsi ini juga

    bertanggungjawab dalam pelaksanaan pemeriksaan secara mendadak

    atas saldo kas di tangan, serta membuat rekonsiliasi bank secara

    periodik.

    5. Efektivitas

    Terdapat beberapa pengertian tentang efektivitas menurut para ahli. Salah

    satu diantaranya adalah Mahmudi (2010:84) yang menyebutkan bahwa

    efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar

    kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka akan

    semakin efektif organisasi, program atau kegiatan”.

    Sedangkan IBK Bhayangkara (2008) berpendapat mengenai definisi dari

    efektivitas ialah efektivitas dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu

    perusahaan untuk mencapai tujuannya. Efektivitas merupakan ukuran dari

    output”.

  • 24

    Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

    efektivitas merupakan suatu indkator yang dapat memberikan gambaran

    mengenai sejauh mana suatu tujuan dapat dicapai secara maksimal, baik dari

    segi kualitas maupun ketapatan waktu serta berorientasi pada output yang

    dihasilkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.