bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan konsep kebutuhan dasar...

35
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam buku Asmadi (2009) lebih dikenal dengan istilah hierarki kebutuhan dasar manusia maslow. Kebutuhan oksigen menurut abraham maslow terdapat dalam kebutuhan fisiologis (physiologic needs), karena oksigen sangat berperan dalam vital bagi kehidupan manusia. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi, apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan bila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. Kebutuhan dasar tersebut mencangkup : a. Kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas b. Kebutuhan cairan elektrolit c. Kebutuhan makanan d. Kebutuhan eliminasi urin dan alvi e. Kebutuhan istirahat dan tidur f. Kebutuhan aktivitas g. Kebutuhan seksual 2. Pengertian Oksigenasi Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air, akan teapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. (Andina Vita Susanto, 2017) Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara

Upload: others

Post on 09-Mar-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi)

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam buku

Asmadi (2009) lebih dikenal dengan istilah hierarki kebutuhan dasar

manusia maslow. Kebutuhan oksigen menurut abraham maslow terdapat

dalam kebutuhan fisiologis (physiologic needs), karena oksigen sangat

berperan dalam vital bagi kehidupan manusia. Kebutuhan oksigen dalam

tubuh harus terpenuhi, apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang

maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan bila hal tersebut

berlangsung lama akan terjadi kematian. Kebutuhan dasar tersebut

mencangkup :

a. Kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas

b. Kebutuhan cairan elektrolit

c. Kebutuhan makanan

d. Kebutuhan eliminasi urin dan alvi

e. Kebutuhan istirahat dan tidur

f. Kebutuhan aktivitas

g. Kebutuhan seksual

2. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia

atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau

yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya

terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air, akan teapi penambahan CO2

yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang

cukup bermakna terhadap aktivitas sel. (Andina Vita Susanto, 2017)

Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh

secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

fungsional, mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbukan

kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang

paling utama dan sangat vital bagi tubuh. (Asmadi, 2009)

Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer,

kemudian oksigen masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti

hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ

pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus

sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus, dan

selanjutnya masuk alveoli. (Tarwoto & Wartonah, 2015).

3. Poses Fisiologis Oksigenasi

Proses fisiologis oksigenasi terdiri dari :

a. Ventilisasi

Ventilisasi ialah masuknya oksigen (O2) atmosfer ke dalam alveoli dan

keluarnya CO2 dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi

(inspirasi dan ekspirasi)

b. Difusi gas

Difusi adalah bergeraknya gas O2 dan CO2 atau partikel lain dari area

yang bertekanan rendah. Dalam difusi gas ini, organ pernafasan yang

berperan penting adalah alveoli dan darah.

c. Transportasi gas

Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari

jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah. (Muttaqin, 2012)

4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi

a. Faktor Fisiologi

1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.

2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi

saluran napas bagian atas, penyakit asma.

3) Hipovolemia sehinggatekanan darah menurun mengakibatkan

transpor O2 terganggu seperti pada hipotensi, syok, dan dehidrasi.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu

hamil, luka, dan penyakit hipertiroid.

5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada

kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta

penyakit kronis seperti TB paru.

b. Faktor Perkembangan

1) Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan

surfaktan.

2) Bayi toodler : adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.

3) Anak usia sekolah dan remaja : risiko infeksi saluran pernapasan

dan merokok.

4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang

aktivitas, dan stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan

paru-paru.

5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan

kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi

paru menurun.

c. Faktor Perilaku

1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan

ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat

oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan

arteriosklerosis.

2) Latihan : dapat meningkatkan kebutuhan oksigen karena

meningkatkan metabolisme.

3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah

perifer dan koroner.

4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan) :

menyebabkan intake nutrisi-fe menurun mengakibatkan penurunan

hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

5) Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat dengan

meningkatkan hormon kortisol, serta hormon epinefrin dan

norepinefrin.

d. Faktor Lingkungan

1) Tempat kerja (polusi), polusi udara merusak ikatan hemoglobin

dengan oksigen, sedangkan zat polutan dapat mengiritasi mukosa

saluran pernapasan.

2) Temperatur lingkungan, suhu yang panas akan meningkatkan

konsumsi oksigen tubuh.

3) Ketinggian tempat dari permukaan laut, semakin tinggi suatu

tempat kandungan oksigen semakin berkurang.

(Tarwoto & Wartonah, 2015)

5. Tipe Kekurangan Oksigen dalam Tubuh

1) Hipoksemia

Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan

konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2

arteri (SaO2) dibawah normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2

95%). Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi,

difusi, pirau (shut), atau berada pada tempat yang kurang oksigen.

Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan melakukan kompensasi

dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke

volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi. Tanda

dan gejala hipoksemia diantaranya sesak napas, frekuensi napas

dapat mencapai 35 kali per menit, nadi cepat dan dangkal, serta

sianosis.

2) Hipoksia

Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau

tidak adekutnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan

oksigen pada tingkat seluler. Penyebab hipoksia antara lain :

a) Menurunnya hemoglobin.

b) Berkurangnya konsentrasi oksigen.

c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen.

d) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti

pada pneumonia.

e) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.

f) Kerusakan atau gangguan ventilasi.

Tanda-tanda hipoksia diantaranya, kelelahan, kecemasan,

menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,

pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta jari

tabuh (clubbing finger)

3) Gagal Napas

Gagal napas merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh

memenuhi kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan

kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan

pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai

oleh adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah

secara signifikan. Gagal napas dapat disebabkan oleh gangguan

sistem saraf pusat yang mengontrol sisem pernapasan, kelemahan

neuromuskular, keracunan obat, gangguan metabolisme, kelemahan

otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.

4) Perubahan Pola Napas

Perubahan pola napas dapat berupa hal-hal sebagai berikut :

a) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien asma.

b) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.

c) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan

frekuensi lebih dari 24 kali per menit.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

d) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat dari normal dengan

frekuensi kurang dari 16 kali per menit.

e) Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan

inspirasi sama, sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam,

misalnya pada pasien koma dengan penyakit diabetes melitus

dan uremia

f) Cheyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam

kemudian berangsur-angsur dangkal dan diikuti periode apnea

yang beruang secara teratur, misalnya pada keracunan obat bius,

penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

g) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa

apnean dengan periode yang tidak terartur, misalnya pada

meningitis.(Tarwoto & Wartonah, 2015 )

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengertian Asuhan Keperawatan

Konsep asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis

berkesinambungan yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah

kesehatan individu atau kelompok, baik yang aktual maupun potensial

kemudian merencanakan tindakan untuk menyelesaikan, mengurangi, atau

mencegah terjadinya masalah baru dan melaksanakan tindakan atau

menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta

mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang dikerjakan ( Rohman &

Wahid, 2016 )

2. Langkah-langkah dalam Asuhan Keperawatan

Adapun langkah-langkah dalam asuhan keperawatan menurut Setiadi

(2012) :

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber dan untuk mengevauasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

b. Diagnosis Keperawatan

Nanda menyatakan bahwa diagnose keperawatan adalah keputusan

klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang

masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk

mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan

perawat.

c. Rencana Keperawatan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan

keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan

masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien.

d. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan atau implementasi adalah pengelolaan dan

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan.

e. Evaluasi

Tahap penelitian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis

dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan

melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.

3. Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan

Oksigenasi

a. Pengkajian

Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada

sistem pernapasan merupakan hal utamayang dilaksanakan

perawatkarena 80% diagnosis masalah pasien diperoleh dari

anamnesis.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

1) Identitas

a) Umur

Umur pasien yang mengalami gangguan kebutuhan

oksigenasi banyak menyerang di usia produktif 18-50 tahun

dan anak-anak dibawah usia 5 tahun.

b) Alamat

Kondisi pemukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu

hal yang penting dan perlu ditanya pada pasien dengan

gangguan oksigenasi. Karena gangguan kebutuhan

oksigenasi sangat rentan dialami oleh mereka yang

bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh, rumah

yang lembab akibat kurang pencahayaan matahari dan

kurang adanya ventilasi.

c) Jenis Kelamin

Penderita gangguan kebutuhan oksigenasi banyak

didapatkan pada jenis kelamin laki-laki, karena pola hidup

mereka seperti merokok.

d) Pekerjaan

Jenis pekerjaan dilingkungan industri dan berpolusi

beresiko dapat mengganggu system pernapasan (Muttaqin,

2012).

2) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah yang paling sering dirasakan

mengganggu oleh pasien dengan gangguan kebutuhan

oksigenasi.

Keluhan utama yang sering muncul pada klien gangguan

kebutuhan oksigenasi adalah sebagai berikut:

a) Batuk

b) Peningkatan Produksi Sputum

c) Dispnea

d) Hemoptysis

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

e) Mengi

f) Chest Pain

3) Riwayat Penyakit Saat Ini

Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan

tentang riwayat penyakit sejak timbulnyakeluhan hingga pasien

meminta pertolongan. Misal sejak kapan keluhan dirasakan,

berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, keadaan

apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah

usaha untuk mengatasi keluhan ini sebelum meminta

pertolongan, berhasil atau tidak usaha tersebut.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahuu memberikan data tentang

informasi kesehatan klien. Kaji klien tentang kondisi kronis

manifestasi pernapasan, karena kondisi ini memberikan petunjuk

tentang penyebab masalah baru. Dapatkan pula informasi

tentang sejak kapan terjadi penyakit,apakah pasien pernah

dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah

mengalami penyakit yang berat, apakah pernah mempunyai

keluhan yang sama.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Pengkajian riwayat keluarga pada pasien dengan gangguan

oksigenasi sangat penting untuk mendukung keluhan dari

penderita. Perlu dicari riwayat keluarga yang memberikan

predisposisi keluhan kepada pasien. (Andarmoyo, 2012)

b. Pemeriksaan Fisik

1) Mata

a) Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)

b) Konjungtiva pucat (anemis)

2) Hidung

a) Pernapasan dengan cuping hidung

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

b) Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)

c) Bernapas dengan megerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit

paru kronik)

3) Kulit

a) Sianosis perifer

b) Sianosis secara umum

c) Turgor tidak elastis

4) Jari dan Kuku

a) Sianosis perifer ( kurangnya suplai O2 ke perifer )

b) Clubbing finger ( hipoksemia kronik )

5) Dada dan Thoraks

a) Inspeksi

Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan

kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada dada

bisa dikerjakan pada saat bergerak atau pada saat diam. Amati

juga pergerakan pernapasan pasien. Sedangkan untuk

mengamati adanya kelainan tulang punggung, baik kifosis,

skoliosis, maupun lordosis, akan lebih mudah dilakukan pada

saat bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

frekuensi (eupnea, bradipnea, dan takipnea), sifat (pernapasan

dada, diafragma, stoke, kussmaul, dll).

b) Palpasi

Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan

dada, mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan

kulit dan mengetahui taktil fremitus. Kaji abnormalitas saat

inspeksi seperti : Masa, lesi, dan bengkak. Kaji juga kelembutan

kulit, terutama jika pasien mengeluh nyeri. Taktil fremitus

(getaran pada dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara).

c) Perkusi

1) Perkusi langsung

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

Perkusi langsung yakni pemeriksaan mmukulm thoraks

pasien dengan bagian palmar jari tengah keempat ujung jari

tangannya.

2) Perkusi tak langsung

Perkusi tak langsung yakni pemeriksaan menempelkan

suatu objek padatyang disebut pleksimeter pada dada klien,

lalu sebuah objek lain yang disebut pleskor untuk memukul

pleksimetertadi, sehingga menimbulkan suara.

d) Auskultasi

Biasanya pada penderita tuberkulosis paru didapatkan bunyi

napas tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi

perawat untuk mendemonstrasikan daerah mana didapatkan

adanya ronkhi (Andarmoyo, 2012)

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung.

a) EKG

b) Exercise stress test

2) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah.

a) Echocardiography

b) Kateterisasi jantung

c) Angiography

3) Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenisasi

a) Tes fungsi paru-paru dengan spirometri

b) Tes astrup yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan

melalui darah arteri

c) Oksimetri

d) Pemeriksaan darah lengkap

4) Melihat struktur sistem pernapasan

a) Foto toraks (sinar x)

b) Bronkoskopi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

c) CT scan paru

5) Menentukan sel abnormal/infeksi sistem pernapasan

a) Kultur apus tenggorok

b) Sitologi

c) Spesimen sputum (BTA)

(Tarwoto dan Wartonah, 2015)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

17

4. Rencana Keperawatan

a. Diagnosa

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) yang akan dijelaskan pada tabel berikut :

1) Bersihan jalan napas tidak efektif

2) Gangguan pertukaran gas

3) Pola napas tidak efektif

4) Risiko aspirasi

5) Gangguan penyapihan ventilator

6) Gangguan ventilasi spontan

Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan

D

x

Definisi Penyebab /faktor

risiko

Gejala dan tanda Kondisi klinis terkait

Mayor Minor

1) Ketidakmampuan

membersihkan

sekret atau

obstruksi jalan

napas untuk

mempertahankan

jalan napas tetap

paten.

Fisiologis :

1. Spasme jalan

napas

2. Hipersekresi

jalan napas

3. Disfungsi

neuromuskuler

4. Benda asing

dalam jalan

napas

Subjektif : -

Objektif :

Batuk tidak efektif,

tidak mampu batuk,

spuntum berlebih,

mengi

(whezzing),ronkhi

kering, mekonium

di jalan napas (pada

neontus)

Subjektif : dispnea, sulit

bicara, ortopnea.

Objektif :

Gelisah, sianosis, bunyi

napas menurun, frekuensi

napas menurun, frekuensi

napas berubah, pola napas

berubah.

Gullian bare syndrom,

sklerosis multiple,

myasthenia gravis,

prosedur diagnostik (misal

bronkoskopi,

transesophageal

echocardiography)

Depresi sistem saraf pusat,

cedera kepala,

stroke,kuadriplegia,

17

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

5. Adanya jalan

napas buatan

6. Sekresi yang

tertahan

7. Hiperplasia

dinding jalan

napas

8. Proses infeksi

9. Respon alergi

10. Efek agen

farmakologis

(misalnya

anastesi)

Situasional:

1. Merokok

aktifdan pasif

2. Terpanjan

polutan

sindrom aspirasi

mekonium, infeksi saluran

napas.

2) Kelebihan atau

kekurangan

oksigenasi dan

atau eliminasi

karbondioksida

pada membran

alveolus kapiler.

Penyebab :

1. Ketidakseimban

gan ventilasi

perfusi

2. Perubahan

membran

alveolus kapiler

Subjektif : Dispnea

Objektif : PCO2

meningkat/menurun

, takikardi, PH arteri

meningkat/menurun

, bunyi napas

tambahan

Subjektif :

Pusing, penglihatan kabur.

Objektif : Sianosis,

diaforesis, geisah, napas

cuping hidung, pola napas

abnormal(cepat/lambat,regu

ler/ireguler, dalam/dangkal),

warna kulit abnormal (misal

pucat dan kebiruan),

kesadaran menurun.

Penyakit paru obstruktif

kronis (PPOK), gagal

jantung kongestif, asma,

pneumonia, tuberkulosis

paru, penyakit membran

hialin, asfiksia persistent

pulmonary hypertension of

newborn (PPHN),

prematuritas, infeksi

saluran napas

18

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

3) Inspirasi dan/atau

ekspirasi yang

tidak memberikan

ventilasi adekuat.

Penyebab :

1. Depresi pusat

pernapasan

2. Hambatan

upaya napas

(misal nyeri

saat bernapas,

kelemahan otot

pernapasan)

3. Deformitas

dinding dada

4. Deformitas

tulang dada

5. Gangguan

neuromuskular

6. Gangguan

neurologis

(misal

elektroensefalo

gram [EEG]

positif, cedera

kepala,

gangguan

kejang)

7. Imaturitas

neurologis

8. Penurunan

energi

Subjektif : Dispnea

Objektif :

penggunaan otot

bantu pernapasan,

fase ekspirasi

memanjang, pola

napas abnormal

(misal takipnea,

bradipnea,

hiperventilasi,

kussmaul, cheyne-

stokes)

Subjektif : Ortopnea

Objektif : Pernapasan

pursed-lip, pernapasan

cuping hidung, diameter

thoraks anterior posterior

meningkat, ventilasi semenit

menurun, kapasitas vital

menurun, tekanan ekspirasi

menurun, tekanan inspirasi

menurun, ekskursi dada

berubah.

Depresi sistem saraf,

cedera kepala, trauma

thoraks,gullian barre

syndrom, multiple

sclerosis, myasthenia

gravis stroke, kuadriplegia,

intoksikasi alkohol.

19

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

9. Obesitas

10. Posisi tubuh

yang

menghambat

ekspansi paru

11. Sindrom

hipoventilasi

12. Kerusakan

inervasi

diafragma

(kerusakan

saraf C5 ke

atas)

13. Cedera pada

medula

spinalis

14. Efek agen

farmakologis

15. Kecemasan

4) Berisiko

mengalami

masuknya sekresi

gastrointestinal,

sekresi orofaring,

benda cair atau

padat ke dalam

saluran

trakeobronkhial

Faktor risiko :

1. Penurunan

tingkat

kesadaran

2. Penurunan

refleks muntah

dan/atau batuk

3. Gangguan

menelan

Cedera kepala,stroke,

cedera medula spinalis,

keracunan obat alkohol,

pembesaran uterus,

sklerosis multipel dan

prematuritas.

20

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

akibat disfungsi

mekanisme

proektif saluran

napas.

4. Disfagia

5. Kerusakan

mobilitas fisik

6. Peningkatan

residu lambung

7. Peningkatan

tekanan

intragastrik

8. Penurunan

motilitas

gastrointestinal

9. Perlambatan

pengosongan

lambung

10. Ketidakmat

angan

koordinasi

menghisap,

menelan dan

bernapas

5) Ketidakmampuan

beradaptasi

dengan

pengurangan

bantuan ventilator

mekanik yang

dapat menghambat

dan memperlama

Fisiologis :

1. Hipersekresi

jalan napas

2. Ketidakcukupa

n energi

3. Hambatan

upaya napas

(misal nyeri

Subjektif : -

Objektif : frekuensi

napas meningkat

penggunan otot

bantu napas, napas

mengap-mengap

(gaspring), upaya

napas dan bantuan

Subjektif : lelah, fokus

meningkat pada pernapasan,

dan gelisah.

Objektif : auskultasi suara

inspeksi menurun, warna

kulit abnormal( misal pucat

dan sianosis), napas

paradoks abdominal dan

Cedera kepala, gagal

napas, transplatasi jantung

dan displasia

bronkopulmonal.

21

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

proses penyapihan. saat bernapas,

kelemahan otot

pernapasan,

efek sedasi)

Psikologis :

1. Kecemasan

2. Perasaan tidak

berdaya

3. Kurang

terpapapar

informasi

tentang proses

penyapihan

4. Penurunan

motivasi

5. Situasional

6. Ketidakadekuta

n dukungan

sosial

7. Ketidaktepatan

dukungan sosia

8. Ketidaktepatan

kecepatan

proses

penyapihan

9. Riwaya

kegagalan

berulang dalam

tidak sinkron, napas

dangkal, agitas, dan

nilai darah arteri

abnormal.

diaforesis.

22

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

upaya

penyapihan

10. Riwayat

ketergantungan

ventilator > 4

hari

6) Penurunan

cadangan energi

yang

mengakibatkan

individu tidak

mampu bernapas

secara adekuat.

Faktor risiko :

1. Gangguan

metabolisme

2. Kelelahan otot

pernapasan

Subjektif : dispnea

Objektif :

penggunaan otot

bantu napas

meningkat, volue

tida menurun, PCO2

meningkat, PCO2

menurun, SaO2

menurun

Subjektif : -

Objektif : gelisah dan

takikardi

Penyakit paru obstruktif

kronis (PPOK), asma,

cedera kepala, gagal napas

bedah jantung dan infeksi

saluran napas.

23

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

b. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi dalam buku standar intervensi

keperawatan indonesia (2018)

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi pertama Intervensi pendukung

Bersihan jalan napas tidak efektif

Tujuan :

Seteah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan pasien menunjukkan jalan

napas yang bersih ditandai dengan

kriteria hasil sebagai berikut :

Status pernapasan : kepatenan jalan

napas

- Tidak ada sekret

pertukaran gas

- Pasien mampu mengeluarkan

sekret

Ventilasi

- RR dalam batas normal

Latihan batuk efektif

Observasi :

- Identifikasi kemampuan batuk

- Monitor adanya retensi sputum

- Monitor tanda dn gejala infeksi

saluran napas

- Monitor input dan output cairan

(misal jumlah dan karakteristik)

Terapeutik :

- Atur posisi semi fowler atau

fowler

- Pasang perlak dan bengkok

- Buang sekret pada tempat

sputum

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan prosedur

batuk efektif

- Anjurkan tarik napas dalam

melalui hidung selama 4 detik,

- Dukungan kepatuhan program

pengobatan

- Edukasi fisioterapi dada

- Edukasi pengukuran respirasi

- Fisioterpi dada

- Konsultasi via telpon

- Manajemen asma

- Manajemen alergi

- Manajemen anafiklasis

- Manajemen isolasi

- Manajemen ventilasi mekanik

- Manajemen jalan napas buatan

- Pmberian obat inhalasi

- Pemberian obat interpleura

- Pemberian obat intradermal

- Pemberian obat nasal

- Pencegahan aspirasi

- Pengaturan posisi

- Penghisapan jalan napas

- Penyapihan ventilasi mekanik

24

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

dan ditahan selama 2 detik,

kemudian keluarkan dari mulut

dengan bibir mencucu

(dibulatkan) selama 8 detik

- Anjurkan mengulangi tarik napas

selama 3 kali

- Anjurkan batuk dengan kuat

langsung seteah tarik napas

dalam yang ke-3

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian mukolitik

atau ekspektoran, jika perlu

Manajemen Jalan Napas

Observasi :

- Monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

- Monitor bunyi napas tambahan

(misal gurglling, mengi,

wheezing, ronkhi kering)

- Monitor sputum (jumlah, warna,

aroma)

Terapeutik :

- Pertahankan kepatenan jalan

napas dengan head-tilt dan chin

lift (jaw thrust jika curiga trauma

servikal)

- Atur posisi semi fowler atau

fowler

- Perawatan trakeostomi

- Skrining tuberkulosis

- Stabilisasi jalan napas

- Terapi oksigen

25

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

- Berikan minum hangat

- Lakukan fisioterapi dada, jika

perlu

- Lakukan penghisapan lendir

kurang dari 15 detik

- Lakukan hiperoksigenasi

sebelum penghisapan endotrakeal

- Keluarkan sumbatan benda padat

dengan forcep McGill

- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :

- Anjurkan asupan cairan 2000

ml/hari, jika tidak kontraindikasi

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik, jika perlu

Pemantauan respirasi

Observasi :

- Monitor frekuensi, irama,

kedalaman, dan upaya napas

- Monitor pola napas (seperti

bradipnea, takipnea,

hiperventilasi, kussmaul, chyne-

26

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

stokes, biot, ataksik)

- Monitor kemampuan batuk

efektif

- Monitor adanya produksi sputum

- Monitor adanya sumbatan jalan

napas

- Palpasi kesimetrisan ekspansi

paru

- Auskultasi bunyi napas

- Monitor saturasi oksigen

- Monitor nilai AGD

Terapeutik :

- Atur interval pemantauan

respirasi sesuai kondisi pasien

- Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan

- Informasikan hasil pemantauan,

jika perlu

Ganngguan pertukaran gas

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan pasien dapat

mempertahankan pertukaran gas yang

adekut ditandai dengan kriteria hasil :

Pemantauan respirasi

Observasi :

- Monitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya napas

- Monitor pola napas (seperti

bradipnea, takipnea,

- Dukungan berhenti merokok

- Dukungan ventilasi

- Edukasi berhenti merokok

- Edukasi pengukuran respirasi

- Edukasi fisioterapi dada

- Fisioterapi dada

27

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

Status pernapasan

- Pasien mampu mengeluarkan

sekret

Ventilasi

- RR batas normal

hiperventilasi, kussmaul, chyne-

stokes, biot, ataksik)

- Monitor kemampuan batuk

efektif

- Monitor adanya produksi sputum

- Monitor adanya sumbatan jalan

napas

- Palpasi kesimetrisan ekspansi

paru

- Auskultasi bunyi napas

- Monitor saturasi oksigen

- Monitor nilai AGD

Terapeutik :

- Atur interval pemantauan

respirasi sesuai kondisi pasien

- Dokumentasikan hasil

pemantauan

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan

- Informasikan hasil pemantauan,

jika perlu

-

Terapi oksigen

Observasi :

- Monitor kecepatan aliran oksigen

- Monitor posisi alat terapi oksigen

- Monitor aliran oksigen secara

- Observasi jalan napas buatan

- Konsultasi via telepon

- Manajemen ventilasi mekanik

- Pemberian obat inhalasi

- Pemberian obat intrapleura

- Pemberian obat intradermal

- Pemberian obat intramuskular

- Pemberian obat intravena

28

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

periodik dan pastikan fraksi yang

diberikan cukup

- Monitor efektifitas terapi oksigen

(misal oksimetri, analisa gas

darah), jika perlu

- Monitor kemampuan melepaskan

oksigen saat makan

- Monitor tanda-tanda

hipoventilasi

- Monitor tanda dan gejala

toksikasi oksigen dan atelektasis

- Monitor tingkat kecemasan

akibat terapi oksigen

- Monitor integritas mukosa

hidung akibat pemasangan

oksigen

Terapeutik :

- Bersihkan sekret pada mulut,

hidung, dan trakea, jika perlu

- Pertahankan kepatenan jalan

napas

- Siapkan dan atur peralatan

pemberian oksigen

- Berikan oksigen tambahan, jika

perlu

- Tetap berikan oksigen saat pasien

di transportasi

- Gunakan perangkat oksigen yang

29

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

sesuai dengan tingkat mobilitas

pasien

Edukasi :

- Ajarkan pasien dan keluarga cara

menggunakan oksigen di rumah

Kolaborasi :

- Kolaborasi penentuan dosis

oksigen

- Kolaborasi penggunaan oksigen

saat aktivitas dan/atau tidur

Pola napas tidak efektif

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan pola napas

pasien teratur ditandai dengan kriteria

hasil sebagai berikut

Status pernapasan :kepatenan jalan

napas

- Irama napas irreguler

Ventilasi

- RR dalam batas normal

Tanda-tanda vital

- TTV dalam batas normal

Manajemen jalan napas

Observasi :

- Monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

- Monitor bunyi napas tambahan

(misal gurglling, mengi,

wheezing, ronkhi kering

- Monitor sputum (jumlah, warna,

aroma)

Terapeutik :

- Pertahankan kepatenan jalan

napas

- Dengan head-tilt dan chin-lift

(jaw thrust jika curiga trauma

servikal)

- Dukungan emosional

- Dukungan kepatuhan program

pengobatan

- Dukungan ventilasi

- Edukasi pengukuran respirasi

- Konsultasi via telpon

- Manajemen energi

- Manajemen jalan napas buatan

- Manajemen medikasi

- Pemberian obat inhalasi

- Pemberian obat interpleura

- Pemberian obat intradermal

- Pemberian obat intravena

- Pemberian obat oral

- Pencegahan aspirasi

30

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

- Atur posisi semi-fowler atau

fowler

- Berikan minum hangat

- Lakukan fisioterapi dada, jika

perlu

- Lakukan penghisapan lendir

kurang dari 15 detik

- Lakukan hiperoksigenasi

sebelum penghisapan endotrkeal

- Keluarkan sumbatan benda padat

dengan forsep McGill

- Berikan oksigen jika perlu

Edukasi:

- Anjurkan cairan 2000 ml/hari,

jika tidak kontraindikasi

- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik, jika perlu

Pemantauan respirasi

Observasi:

- Monitor frekuensi, irama,

kedalaman, dan upaya napas

- Monitor pola napas (seperti

bradipnea, takipnea,

hiperventilasi, kussmaul, chyne-

stokes, biot, ataksik)

- Pengaturan posisi

- Perawatan selang dada

31

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

- Monitor kemampuan batuk

efektif

- Monitor adanya produksi sputum

- Monitor adanya sumbatan jalan

napas

- Palpasi kesimetrisan ekspansi

paru

- Auskultasi bunyi napas

- Monitor saturasi oksigen

- Monitor nilai AGD

Terapeutik:

- Atur interval pemantaun respirasi

sesuai kondisi pasien

- Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan

- Informasikan hasil pemantauan,

jika perlu

Resiko aspirasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan pasien tidak

menunjukkan risiko aspirasi dengan

kriteria hasil sebagai berikut :

- Irama dan frekuensi pernapasan

normal

Jalan napas paten, mudah bernapas,

Manajemen jalan napas

Observasi :

- Monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

- Monitor bunyi napas tambahan

(misal gurglling, mengi,

wheezing, ronkhi kering)

- Monitor sputum (jumlah, warna,

aroma)

- Dukungan perawatan diri, makan

dan minum

- Insersi selang nasogastrik

- Manajemen jaan napas buatan

- Manajemen kejang

- Manajemen muntah

- Manajemen sedasi

- Manajemen ventilasi mekanik

- Pemantauan respirasi

32

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

tidak ada suara napas abnormal Terapeutik :

- Pertahankan kepatenan jalan

napas

- Dengan head-tilt dan chin-lift

(jaw thrust jika curiga trauma

servikal)

- Atur posisi semi-fowler atau

fowler

- Berikan minum hangat

- Lakukan fisioterapi dada, jika

perlu

- Lakukan penghisapan lendir

kurang dari 15 detik

- Lakukan hiperoksigenasi

sebelum penghisapan endotrkeal

- Keluarkan sumbatan benda padat

dengan forsep McGill

- Berikan oksigen jika perlu

Edukasi :

- Anjurkan asupan cairan 2000

ml/hari, jika tidak kontraindikasi

- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik, jika perlu

Pencegahan aspirasi

Observasi :

- Pemberian makanan

- Pemberian makanan enternal

- Pemberian obat

- Pemberian obat inhalasi

- Pemberian obat interpleura

- Pemberian obat intravena

- Pengaturan posisi

- Penghisapan jalan napas

- Perawatan pasca anestesi

- Perawatan selang gastrointestinal

- Resuitasi neonatus

- Terapi menelan

33

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

- Monitor tingkat kesadaran,

batuk, muntah, dan kemampuan

menelan

- Monitor status pernapasan

- Monitor bunyi napas, terutama

setelah makan dan minum

- Periksa residu gaster sebelum

memberi asupan oral

- Periksa kepatenan selang

nasogastrik sebelum memberi

asupan oral

Terapeutik :

- Posisikan semi-fowler (30-45

derajat) 30 menit sebelum

memberi asupan oral

- Pertahankan posisi semi fowler

(30-45 derajat) pada pasien tidak

sadar

- Pertahankan kepatenan jalan

napas (misal teknik head-tilt,

chin-lift, jaw-thrust, in line)

- Pertahankan pengembangan

balon endrotracheal tube (EET)

- Lakukan penghisapan jalan

napas, jika produksi sekret

meningkat

- Sediakan suction di ruangan

- Hindari memberi makan melalui

34

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

selang gastrointenstinal, jika

residu banyak

- Berikan makanan dengan ukuran

kecil atau lunak

- Berikan obat oral dalam bentuk

cair

Edukasi :

- Anjurkan makanan secara

berlebihan

- Anjurkan strategi mencegah

aspirasi

- Ajarkan teknik mengunyah atau

menelan, jika perlu

35

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

36

c. Implementasi

Implementasi merupakan tahap dari proses keperawatan yang dimulai

setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Dengan rencana

keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi

diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk

mendukung dan meningkatkan status kesehatan pasien (Potter, 2010)

Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan yang mencangkup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.

Perencaaan asuhan keperawatan dilaksanakan dengan baik, jika pasien

mempunyai keinginan untuk beradaptasi dalam implementasi asuhan

keperawatan. Selama tahap implementasi, perawat akan terus melakukan

pngumpulan data dan melilih asuhan keperawatan yang paling sesuai

dengan kebutuhan pasien. (Nursalam, 2008)

Jenis-jenis tindakan tahap pelaksanaan implementasi antara lain sebagai

berikut :

1) Secara mandiri (Independent)

Tindakan yang diprakarsai oleh perawat untuk membantu pasien

dalam mengatasi masalahnya dn menganggapi reaksi karena adanya

stressor.

2) Saling ketergantungan (Interdependent)

Tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan

dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain-

lain.

3) Rujukan ketergantungan (Dependent)

Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya

diantaranya dokter, psikiatri, ahli gizi, dan lainnya.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

4) Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tahap ini

sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau

kesejahteraan pasien. Mengambil tindakan evaluasi untuk

menentukan apakah hasil yang diharapkan telah terpenuhi bukan

untuk melaporkan intervensi keperawatan yang telah dilakukan.

Hasil yang diharapkan merupakan standar penilaian bagi perawat

untuk melihat apakah tujuan telah terpenuhi (Potter & Perry, 2009)

C. Tinjauan Konsep Gangguan Kebutuhan Oksigenasi

1. Diagnosa

Diagnosa yang muncul pada gangguan respirasi dari beberapa diagnose

keperawatan yang terdapat di SDKI (2016) yaitu :

1) Gullian bare syndrom

2) Sklerosis multiple

3) Myasthenia gravis

4) Prosedur diagnostik (misal bronkoskopi, transesophageal

echocardiography)

5) Depresi sistem saraf pusat

6) Cedera kepala

7) Stroke

8) Kuadriplegia

9) Sindrom aspirasi mekonium

10) Infeksi saluran napas

11) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

12) Gagal jantung kongestif

13) Asma

14) Pneumonia

15) Tuberkulosis paru

16) Penyakit membran hialin

17) Asfiksia

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

18) Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)

19) Prematuritas

20) Infeksi saluran napas

21) Trauma thoraks

22) Intoksikasi alkohol

23) Gagal napas

24) Cardiac arrest

25) Transplantasi jantung

26) Coronary artery bypass graft (CABG)

27) Dysplasia bronkopulmonal

28) Bedah jantung

29) Adult respiratory distress syndrome (ARDS)

30) Multiple scelerosis

31) Intoksikasi alkohol

32) Cedera medullaspinalis

33) Penyakit parkinson

34) Keracunan obat dan alkohol

35) Pembesaran uterus

36) Fistula trakeoesfagus

37) Strikura esophagus

38) Labiopalatoskiziz

39) Atresia esophagus

40) Laringomalasia

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1394/6/BAB II.pdf · 2020. 11. 10. · 1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi

2. Pathway

Bersihan jalan napas tidak efektif Gangguan pertukaran gas Pola napas tidak efektif

1) Gullian bare syndrom 2) Sklerosis multiple 3) Myasthenia gravis 4) Prosedur diagnostik (misal

bronkoskopi, transesophageal echocardiography)

5) Depresi sistem saraf pusat

6) Cedera kepala 7) Stroke 8) Kuadriplegia 9) Sindrom aspirasi

mekonium 10) Infeksi saluran napas

1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

2. Gagal jantung kongestif

3. Asma 4. Pneumonia 5. Tuberkulosis paru

6. Penyakit membran hialin

7. Asfiksia 8. PPHN 9. Prematuritas

10. Infeksi saluran napas 1. Depresi sistem saraf pusat

2. Cedera kepala 3. Trauma thoraks 4. Gullian barre

syndrome 5. Mutiple sclerosis

6. Myasthenia gravis 7. Stroke 8. Kuadriplegia

9. Intoksikasi alkohol

Gangguan penyapihan ventilator Risiko aspirasi Gangguan

ventilasi spontan

1. Cedera kepala 2. Coronary artery bypass

graft (CABG) 3. Gagal napas 4. Cardiac arrest 5. Transplantasi jantung 6. Displasia

bronkopulmonal

1. Cedera kepala 2. Stroke 3. Cedera medula spinalis 4. Guillain barre syndrome 5. Penyakit parkinson 6. Keracunan obat dan alkohol 7. Pembesaran uterus

8. Miestenia gravis 9. Fistula trakeoesofgus 10. Strikura esofagus 11. Sklerosis multipel 12. Labiopalatoskiziz 13. Atresia esofagus 14. Laringomalasia

15. prematuritas

1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

2. Asma 3. Cedera kepala

4. Gagal napas 5. Bedah jantung 6. Adult respiratory

distresssyndrome (ARDS)

7. Persistent pulmonary hypertension of

newborn (PPHN) 8. Prematuritas 9. Infeksi saluran

napas

1. Spasme jalan napas

2. Hipersekresi jalan napas 3. Disfungsi neuromuskuler 4. Benda asing dalam jalan

napas 5. Adanya jalan napas buatan 6. Sekresi yang tertahan 7. Hiperplasia dinding jalan

napas

8. Proses infeksi 9. Respon alergi

10. Efek agen farmakologis

1. Ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi

2. Perubahan membran

alveolus-kapiler

1. Depresi pusat pernapasan

2. Hambatan upaya napas 3. Deformitas dinding dada 4. Deformitas tulang dada 5. Gangguan neuromuskular 6. Gangguan neurologis 7. Imaturitas neurologis 8. Penurunan energi 9. Obesitas

10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

11. Sindrom hipoventilasi 12. Kerusakan intervasi

diafragma 13. Cedera pada medula

spinalis 14. Efek agen farmakologis

15. kecemasan

1. Hipersekresi jalan napas

2. Ketidakcukupan energi

3. Hambatan upaya napas

1. Penurunan tingkat kesadaran

2. Penurunan refleks muntah/batuk

3. Gngguan menelan

4. Disfagsia

5. Kerusakan mobilitas fisik

6. Peningkatan residu lambung

7. Peningkatan tekanan intragastrik

8. Penurunan motilitas gastrointestinal

9. Sfingter esofagus bawah inkompeten

10. Perlambatan pengosongan lambung

11. Terpasang selang nasogastrik

12. Terpasang trakeostomi/endotraceal

tube

13. Trauma/pembedahan

leher,mulut,wajah

14. Efek agen farmakologis

15. Ketidkmatangan koordinasi

menghisap, menelan,bernapas

1. Gangguan

metabolisme

2. Kelelahan otot

pernapasan

Gangguan Kebutuhan Oksigenasi

39