bab ii tinjauan pustaka a. strategi copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/bab ii.pdf ·...

22
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Coping 1. Pengertian Strategi Coping merupakakan upaya mengelola keadaan dan mendorong usaha untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan seseorang, dan mencari cara untuk menguasai dan mengatasi stress (King, 2010). Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 1990) coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut. Menurut Taylor (2006) coping didefenisikan sebagai pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengatur tuntutan internal maupun eksternal dari situasi yang menekan Adapun Aldwin dan Revenson (Kertamuda, 2009) menguraikan bahwa strategi coping merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan tiap individu untuk mengatasi dan mengendalikan situasi atau masalah yang dialami dan dipandang sebagai hambatan, tantangan yang bersifat menyakitkan, serta ancaman yang bersifat merugikan. Walten dan Lloyd (dalam Yusuf, 2004) mengemukakan bahwa strategi coping adalah upaya-upaya yang dilakukan individu untuk mengatasi, mengurangi dan mentoleransi beban perasaan yang tercipta karena stress.

Upload: trankhue

Post on 08-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi Coping

1. Pengertian

Strategi Coping merupakakan upaya mengelola keadaan dan mendorong

usaha untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan seseorang, dan mencari cara

untuk menguasai dan mengatasi stress (King, 2010). Menurut Lazarus & Folkman

(dalam Sarafino, 1990) coping adalah suatu proses dimana individu mencoba

untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan

dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut. Menurut Taylor

(2006) coping didefenisikan sebagai pikiran dan perilaku yang digunakan untuk

mengatur tuntutan internal maupun eksternal dari situasi yang menekan

Adapun Aldwin dan Revenson (Kertamuda, 2009) menguraikan bahwa

strategi coping merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan tiap individu

untuk mengatasi dan mengendalikan situasi atau masalah yang dialami dan

dipandang sebagai hambatan, tantangan yang bersifat menyakitkan, serta

ancaman yang bersifat merugikan. Walten dan Lloyd (dalam Yusuf, 2004)

mengemukakan bahwa strategi coping adalah upaya-upaya yang dilakukan

individu untuk mengatasi, mengurangi dan mentoleransi beban perasaan yang

tercipta karena stress.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

13

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka strategi coping adalah segala

usaha individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan konflik yang muncul,

mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang

menekan dengan kemampuan individu dalam memenuhi tuntutan tersebut.

2. Fungsi & Bentuk Coping

Folkman & Lazarus (dalam Sarafino, 1990) secara umum membedakan

fungsi strategi coping dalam dua klasifikasi, yaitu; Problem Focused Coping dan

Emotional Focused Coping

a. Problem-Focused Coping (PFC)

Problem Focused coping merupakan bentuk coping yang lebih diarahkan

kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan,

artinya coping yang muncul terfokus pada masalah individu yang akan

mengatasi stres dengan mempelajari cara-cara keterampilan yang baru.

Individu cenderung menggunakan strategi ini ketika mereka percaya bahwa

tuntutan dari situasi dapat diubah.

Taylor (dalam Smet, 1994) mengemukakan bentuk strategi coping dari

Problem Focused Coping, yaitu:

1) Confrontive Coping, yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang

dianggap menekan dengan cara agresif, tingkat kemarahan yang cukup

tinggi, dan pengambilan resiko,

2) Seeking Sosial Support, yaitu usaha untuk membuat kenyamanan

emosional dan bantuan informasi dari orang lain

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

14

3) Planfull Problem Solving, individu berusaha menganalisa situasi untuk

memperoleh solusi, kemudianmengambil tindakan langsung untuk

menyelesaikan masalah.

Carver (dalam Hanoem, 2014) menyatakan bahwa problem focused

coping meliputi beberapa bentuk yaitu:

1) Perilaku aktif (active coping), perilaku individu untuk mengatasi

masalah dengan melakukan suatu kegiatan yang aktif, yang

bertujuan memindahkan atau menghilangkan sumber stres serta

mengurangi akibatnya.

2) Perencanaan (planning), individu melakukan strategi perencanaan

guna menelesaikan masalah.

3) Penekanan kegiatan lain, membatasi aktivitas diri yang tidak

berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi.

4) Penundaan perilaku (restraint coping), individu berlatih untuk

mengontrol atau mengendalikan tindakan yang bersifat langsung

sampai menemu kan saat yang tepat untuk mengatasi masalah.

5) Mencari dukungan sosial, berupa bantuan, usaha individu mencari

informasi dengan bertanya pada orang lain yang memiliki

pengalaman serupa dan mendiskusikan masalah dengan seorang

ahli yang berkompeten terhadap persoalan yang dihadapi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

15

b. Emotion Focused Coping (EFC)

Emotional Focused Coping merupakan bentuk coping yang diarahkan

untuk mengatur respon emosional terhadap situasi yang menekan.

Individu dapat mengatur respon emosionalnya dengan pendekatan behavioral

dan kognitif. Contoh dari pendekatan behavioral adalah penggunaan alkohol,

narkoba, mencari dukungan emosional dari teman–teman dan mengikuti

berbagai aktivitas seperti berolahraga atau menonton televisi yang dapat

mengalihkan perhatian individu dari masalahnya.Sementara pendekatan

kognitif melibatkan bagaimana individu berfikir tentang situasi yang

menekan. Dalam pendekatan kognitif, individu melakukan redefine terhadap

situasi yang menekan seperti membuat perbandingan dengan individu lain

yang mengalami situasi lebih buruk, dan melihat sesuatu yang baik di luar

dari masalah. Individu cenderung untuk menggunakan strategi ini ketika

mereka percaya mereka dapat melakukan sedikit perubahan untuk mengubah

kondisi yang menekan.

Taylor (dalam Smet, 1994) mengemukakan bentuk strategi coping dari

Emotion Focused Coping, yaitu

1) Self-Control, usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi

situasi yang menekan

2) Distancing, usaha untuk tidak terlibat dalam suatu permasalahan,

seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

16

atau menciptakan pandangan-pandangan yang positif, seperti

menganggap masalah sebagai lelucon

3) Positif Reappraisal, usaha mencari makna positif dari

permasalahan dengan fokus pada pengembangan diri, biasanya

juga melibatkan hal-hal yang bersifat religious

4) Accepting Responsibility, usaha untuk menyadari tanggung jawab

dari diri sendiri dalam permaalahan yang dihadapinya, dan

mencoba menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih

baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena pikiran

dan tindakannya sendiri, namun strategi ini menjadi tidak baik bila

individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas masalah

tersebut.

5) Escape/Avoidance, usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan

lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada

hal lain, seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-

obatan.

Carver (dalam Hanoem, 2014) menjabarkan strategi coping bentuk emotion

focused coping antara lain:

1) Mencari dukungan emosional, individu berbagi perasaan dengan

seseorang yang berarti baginya (keluarga, teman) melalui dukungan

moral, simpati atau pengertian.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

17

2) Mencari makna positif, Individu berusaha mencari hikmah atau

makna positif dari setiap kejadian yang dialaminya.

3) Pengingkaran, individu menolak kenyataan sedang mengalami

masalah dan berpura-pura sedang tidak terjadi masalah apapun.

4) Penerimaan (acceptance), individu belajar menerima keadaan dan

pasrah atas apa yang menimpanya.

5) Kembali ke agama (turning to region). Individu memilih untuk

menenangkan batin spiritualnya dengan kembali menekuni agamanya

dan memohon pertolongan dari Tuhan atau sikap individu

menenangkan dan menyelesaikan masalah secara agama.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi coping

terbagi menjadi dua bentuk yaitu: problem focused copingdan Emotional Focused

Coping, kedua bentuk tersebut yang nantinya akan membentuk delapan strategi

coping yang dikemukakan oleh Folkman (dalam Smet, 1994) problem focused

coping meliputi: convrontive coping, seeking sosial support, dan planfull problem

solving, Emotional Focused Coping meliputi: self-control, distancing, positive

reappraisal, accepting responsibility, dan escape/avoidance.

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping

Taylor (2006) menyebutkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi

individu dalam melakukan strategi coping. Kedua faktor tersebut terbagi ke dalam

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

18

dalam diri individu, seperti faktor kepribadian dan metode coping yang

digunakan. Taylor (2006) mengemukakan bahwa kepribadian mempengaruhi

reaksi seseorang terhadap stress dan strategi coping yang digunakan, dan strategi

coping yang digunakan. Seperti kepribadian optimistic yang dapat disosiasikan

dengan kecenderungan penggunaan problem focused coping. seorang yang

optimis akan lebih berantusias untuk mencari pemecahan masalah, karena mereka

yankin bahwa semua masalah pasti ada jalan keluar asalkan mau berpikir dan

berusaha untuk mencoba, bukan malah pasrah karena semua yang terjadi dalam

hidup seorang memang sudah nasib.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri

individu, seperti: waktu, uang, pendidikan, kualitashidup, dukungan keluarga, dan

sosial serta tidak adanya stresor lain. Taylor (2006) strategi coping akan lebih

efektif menghadapi konflik apapun bila mendapat dukungan dari saudara, orang

tua, teman, tenaga professional yang tentu akan lebih mempermudah individu

tersebut melakukan coping yang tepat dalam menghadapi dan memecahkan

masalah.

Menurut Lazaruz dan Folkman (dalam Nasekah, 2013) cara individu

menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya

individu yang meliputi:

a. Kesehatan fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha

mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

19

besar. Kesehatan mempengaruhi berbagai macam bentuk strategi coping pada

individu, apabila individu dalam keadaan rapuh, sakit, ataupun ataupun lelah

maka tidak mampu melakukan coping dengan baik, sehingga kesehatan fisik

menjadi factor penting dalam melakukan strategi coping pada individu.

b. Keterampilan memecahkan masalah

Kemampuan pemecahan masalah pada individu meliputi kemampuan mencari

informasi, menganalisis situasi yang bertujuan mengidentifikasi masalah

untuk menghasilkan alternatif yang akan digunakan pada individu,

mempertimbangkan alternatif yang akan digunakan, mempertimbangkan

alternatif dengan baik agar dapat mengantisipasi kemungkinan yang terburuk,

memilih dan menerapkan sesuai dengan tujuan pada masing-masing individu,

hal ini merupakan factor yang mempengaruhi strategi coping.

c. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti

keyakinan akan nasib (eksternallocus of control) yang mengarahkan individu

pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan

kemampuan strategi coping tipe problem-solving focused coping.

d. Keterampilan sosial

Keterampilan sosial merupakan faktor yang penting dalam strategi coping

karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, sehingga individu

membutuhkan untuk bersosialisasi.Keterampilan sosial merupakan cara

untuk menyelesaikan masalah dengan orang lain, juga dengan keterampilan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

20

sosial yang baik memungkinkan individu tersebut menjalin hubungan yang

baik dan kerjasama dengan individu lainya, dan secara

umummemberikan kontrol perilaku kepada individu atas interaksi sosialnya

dengan individu lain. Ketrampilan ini meliputi kemampuan untuk

berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan

nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.

e. Dukungan sosial Setiap

individu memiliki teman yang dekat secara emosianal, pengetahuan,

dukungan perhatian yang merupakan factor yang mempengaruhi strategi

coping pada individu dalam mengatasi stress, terapi perilaku, epidemologi

sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan

emosional pada diri individu yang diberikan oleh orangtua, anggota keluarga

lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

f. Sumber Material

Sumber material salah satunya adalah keuangan, keadaan keuangan yang baik

dapat menjadi sumber strategi coping pada individu.Secara umum masalah

keuangan dapat memicu stres individu yang mengakibatkan meningkatnya

pilihan dalam strategi coping untuk bertindak.Salah satu manfaat material

bagi individu mempermudah individu dalam kepentingan hukum, medis,

keuangan dan lain-lain. Hal ini menyebabkan individu yang memiliki materi

dapat mengurangi resiko stress serta memungkinkan coping yang dilakukan

lebih adaptif.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

21

Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi strategi coping

menganut oleh pendapat Taylor (2006) yaitu faktor internal dalam hal ini tiepe

kepribadian dan juga gaya coping, factor ekstrenal yaitu materi, dukungan

sosial, serta stressor lainnya. Dalam hal ini peneliti menggunakan tipe

kepribadian yang digunakan sebagai variabel bebas karenak kepribadian akan

mempengaruhi reaksi seseorang terhadap stress dan strategi coping yang

digunakan, dan strategi coping yang digunakan.

B. Tipe Kepribadian

1. Pengertian Tipe Kepribadian

Tipe (type) dalam psikologi diartikan sebagai segolongan individu yang

mempunyai ciri khas atau pola ciri khas pada umumnya (Sitanggang, 1994).

Sedangkan istilah “kepribadian” (personality) berasal dari kata latin “persona”

yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh

pemain-pemain panggungg, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku,

watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa yunani, “persona” berarti bagaiman

seseorang tanpak pada orang lain. Jadi konsep awal dari pengertian personality

(pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditempatkan di lingkungan

sosial. Kesan yang mengenai diri yang diinginkan agar ditangkap oleh

lingkungan sosial (Alwisol, 2004).

Sulvivan (dalam Alwisol, 2004) mendefinisikan kepribadian sebagai pola

yang relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang, yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

22

menjadi ciri kehidupan manusia. Hall & Lindzey (1993) memberikan pengertian

kepribadian merupakan istilah untuk menunjukkan hal-hal khusus tentang

individu dan yang membedakaannya dengan orang lain. Penjelasan Eysenck

(dalam Alwisol, 2004) tentang kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku

aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan dari keturunan

dan lingkungan. Pola tingkah laku itu berasal dan dikembangkan melalui

fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkah laku yaitu,

sektor kognitif (intelegence), sector konatif (characher), sektor afektif

(temperament), sektor somatic (constitusion).

Para ahli psikologi pada umumnya berpendapat bahwa yang dimaksud

dengan kepribadian itu bukan hanya mengenai tingkah laku yang diamati saja

tetapi juga termasuk didalamnya apakah sebenarnya individu itu (Purwanto,

dalam Tommy, dkk 2005). Purwanto kemudian menambahkan bahwa

kepribadian itu bersifat dinamis, tidak statis atau tetap saja tanpa adanya suatu

perubahan. Hal tersebut menunjukkan tingkah laku yang terintegrasi dan

merupakan interaksi antara kesanggupan bawaan yang ada pada individu dengan

lingkungannya. Kepribadian juga bersifat psikofisik, yang berarti baik faktor

jasmaniah maupun rohaniah itu bersama-sama memegang peranan dalam

kepribadian (Tommy, dkk 2005).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian

merupakan segala golongan bentuk sifat dan tingkah laku yang khas yang dapat

membedakan seorang individu lainnya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

23

2. Tipe Kepribadian

Salah satu tokoh yang melakukan penggolongan terhadap kepribadian

adalah Carl Gustav Jung. Jung mengatakan bahwa jika seseorang lebih

mengarahkan ke dalam pengalaman obyektif, maka orang tersebut tergolong ke

dalam tipe kepribadian ekstrovert. Sebaliknya jika seseorang mempunyai tipe

kepribadian introvert, ia akan lebih mengarahkan pribadinya ke dalam

pengalaman subyektif (Alwisol, 2009).

Carl Gustav Jung dan Hans J.Eysenck membedakan kepribadian kedalam

dua tipe, yaitu introvert dan ekstravert, untuk menyatakan adanya berbedaan

dalam reaksi-reaksi terhadap lingkungan sosial dan dalam tingkah laku sosial.

Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert

mengambarkan keunikan individu dalam bertingkah laku terhadap suatu stimulus

sebagai perwujudan karakter, temperamen, fisik dan intelektual individu dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Wallace, dalam Tommy, dkk 2005).

Jung mengatakan bahwa jika seseorang lebih mengarahkan ke dalam

pengalaman obyektif, maka orang tersebut tergolong ke dalam tipe kepribadian

ekstrovert. Sebaliknya jika seseorang mempunyai tipe kepribadian introvert, ia

akan lebih mengarahkan pribadinya ke dalam pengalaman subyektif (Alwisol,

2009). Lebih lanjut Eysenck (dalam Alwisol, 2009) mengatakan bahwa tipe

kepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert merupakan dua kutub

dalam satu skala. Kebanyakan individu akan berada di tengah-tengah skala

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

24

tersebut (tidak bisa digolongkan). Tetapi sangat memungkinkan jika individu

cenderung introvert tetapi juga memiliki ciri ekstrovert atau sebaliknya.

Tiap individu tidak ada yang murni memiliki tipe kepribadian ekstrovert

atau murni memiliki kepribadian introvert. Namun demikian individu dapat

dikelompokkan kedalam salah satu tipe kepribadian tersebut (Jayanti dalam

Satalina, 2014). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa kepribadian dapat digolongkan menjadi tipe kepribadian ektrovert dan

tipe kepribadian introvert.

3. Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Kepribadian extravert dan introvert merupakan salah satu kepribadian

yang didasarkan atas tipologisnya. Tipe kepribadian ini pertama kali

diperkenalkan oleh Carl Gustav Jung yang menganut aliran Psikoanalisis,

dengan teorinya tentang struktur kesadaran manusia (Suryabrata, 2013). Menurut

Jung struktur kasadaran manusia digolongkan menjadi dua yaitu a) fungsi jiwa

dan b) sikap jiwa. Fungsi jiwa yaitu suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara

teoritis tidak mengalami perubahan dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung

membedakan fungsi jiwa secara rasional yaitu pikiran dan perasaan, dan secara

irasional yaitu pendriaan dan intuisi. Sikap jiwa merupakan arah dari energi

psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia

terhadap dunianya. Orientasi jiwa terhadap dunianya dapat mengarah ke luar

maupun ke dalam.Jung (dalam Suryabrata, 2013) mengungkapkan bahwa pada

dasarnya dalam diri individu terdapat dua kecenderungan tipe kepribadian yang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

25

berlawanan arah, namun salah satu kecenderungan tampak dominan dan terdapat

pada kesadaran sebaliknya kecenderungan kepribadian yang inferior berada

dalam ketidaksadaran.Artinya, bila dimensi introvert lebih dominan maka

dimensi tersebut terdapat dalam kesadaran manusia, dimensi extravert sifatnya

inferior dan terletak dalam ketidaksadaran.

Menurut Eysenck (dalam Retnowati & Haryanthi, 2001) tipe kepribadian

extravert dan introvert merupakan suatu dimensi yang bergerak dari satu ujung

ke ujung lain pada suatu kontinum. Kecenderungan tipe Perbedaan dasar biologis

pada susunan syaraf yang mempengaruhi keadaan emosi manusia merupakan

salah satu faktor yang membedakan individu yang memiliki tipe kepribadian

extravert dan introvert (Eysenck dalam Retnowati & Haryanthi, 2001). Pusat

emosi atau Visceral Brain terdapat di otak. Individu yang memiliki tipe

kepribadian extravert, pusat emosinya sangat mudah digerakkan sehingga

emosinya cenderung tidak stabil. Kondisi tersebut menyebabkan individu

memiliki respon emosional yang sangat tinggi sehingga cenderung impulsif.

Sebaliknya individu yang memiliki tipe kepribadian introvert, pusat emosinya

sangat sulit digerakkan dan menyebabkan respon emosionalnya rendah sehingga

emosinya cenderung datar dan terkontrol.

Menurut Eysenck dan Wilson (dalam Retnowati & Haryanthi, 2001)

individu yang memiliki tipe kepribadian extravert tipikal adalah memiliki

sosiabilitas yang tinggi yang ditandai dengan mempunyai banyak teman, suka

bergaul, ramah, responsive terhadap lingkungan, membutuhkan orang lain untuk

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

26

diajak berkomunikasi, dan tidak menyukai aktivitas sendiri. Individu

membutuhkan perangsangan, berani mengambil resiko dan suka melakukan

tindakan berbahaya secara tiba-tiba, impulsif, suka menuruti dorongan kata hati,

mudah berubah, mudah terpengaruh, optimis. Individu aktif bergerak

mengerjakan sesuatu, cenderung agresif, suasana hatinya berubah dengan cepat,

kurang bertanggung jawab dan secara keseluruhan perasaannya tidak berada di

bawah kontrol yang ketat. Individu yang memiliki tipe kepribadian introvert

memiliki sosibilitas yang rendah yang ditandai dengan kurang pandai bergaul,

suka menyendiri, dan menjaga jarak dari orang lain. Individu kurang percaya

pada impuls yang seketika, tidak menyukai perangsangan, perasaannya berada di

bawah kontrol yang ketat, emosinya datar, dapat dipercaya.

Berdasarkan tinjauan teoritis tersebut, maka disimpulkan batasan tipe

kepribadian Eysenck adalah (a) Individu yang memiliki tipe kepribadian

introvert memiliki suatu pandangan yang lebih subyektif, sedangkan individu

yang memiliki tipe kepribadian extravert lebih obyektif, (b) Individu yang

memiliki tipe kepribadian introvert memiliki tingkat aktivitas cerebral yang lebih

tinggi, sedangkan individu yang memiliki tipe kepribadian extravert memiliki

aktivitas behavioral yang lebih tinggi, dan (c) Individu yang memiliki tipe

kepribadian introvert menunjukkan kecenderungan kontrol diri yang ketat,

sedangkan individu yang memiliki tipe kepribadian extravert cenderung

impulsif.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

27

4. Faktor-Faktor Dasar Kepribadian Extravert dan Introvert

Eysenck dan Wilson (dalam Retnowati & Haryanthi, 2001)

mengklasifikasikan ciri-ciri tingkah laku yang operasional pada tipe kepribadian

extravert dan introvert, menurut faktor-faktor kepribadian yang mendasarinya

yaitu:.

a. Activity: Pada aspek ini diukur bagamana subyek dalam melakukan

aktivitasnya, apakah energik dan gesit atau sebaliknya lamban dan tidak

bergairah. Bagaimana subyek menikmati setiap pekerjaan yang dilakukan, apa

jenis pekerjaan atau aktivitas yang disukainya.

b. Sociability: Aspek sosiabilitas mengukur bagaimana individu melakukan

kontak sosial. Apakah interaksi sosial individu ditandai dengan banyak teman,

suka bergaul, menyukai kegiatan sosial, mudah beradaptasi dengan

lingkungan baru, perasaan senang dengan situasi ramah tamah. Apakah

sebaliknya individu kurang dalam kontak sosial, perasaan minder dalam

pergaulan, menyukai aktivitas sendiri.

c. Risk Taking: Aspek ini mengukur apakah individu berani mengambil resiko

atas tindakannya dan menyukai tantangan dalam aktivitasnya

d. Impulsiveness: Membedakan kecenderungan extravert dan introvert

berdasarkan cara individu mengambil tindakan. Apakah cenderung impulsif,

tanpa memikirkan secara matang keuntungan maupun kerugiannya atau

sebaliknya mengambil keputusan dengan mempertimbangkan

konsekuensinya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

28

e. Expressiveness: Aspek ini mengukur bagaimana individu mengekspresikan

emosinya baik emosi marah, sedih, senang maupun takut. Apakah cenderung

sentimental, penuh perasaan, mudah berubah pendirian dan demontratif. Atau

sebaliknya mampu mengontrol pikiran dan emosinya, dingin, tenang.

f. Reflectiveness: Aspek ini mengukur bagaimana ketertarikan individu pada

ide, abstrak, pertanyaan filosofis. Apakah individu cenderung suka berpikir

teoritis dari pada bertindak, introspektif.

g. Responsibility: Aspek ini membedakan individu berdasarkan tanggung

jawabnya terhadap tindakan maupun pekerjaannya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh faktor

yang mempengaruhi tipe kepribadian extravert dan introvert, yaitu

activity,sociability, risk taking, impulsiveness, expressiveness, reflectiveness, dan

responsibility.

C. Strategi Coping Ditinjau Dari Tipe kepribdian Pada Mahasiswa

Masa transisi yang dialami oleh mahasiswa melibatkan pergerakan ke arah

struktur yang lebih besar dan impersonal, interaksi dengan teman dari latar

belakang geografis dan etnis yang lebih beragam, dan meningkatkan fokus

terhadap pencapaian beserta asesmennya (Santrock, 2002). Dalam masa

peralihan ini mahasiswa lebih rentan terhadap stress, hal ini sesuai dengan

pendapat Prayor, et, al (dalam Santrock, 2002) yang menyebutkan bahwa

mahasiswa masa kini mengalami stress yang lebih besar dan merasa lebih

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

29

depresi dari masa sebelumnya. Penyebab stress yang disebut sebagai stressor

bagi mahasiswa bisa bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari

tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri (Safaria, 2006).

Cara untuk menanggulangi atau mengatasi situasi yang membuat

mahasiswa tertekan ataupun stressor yang dihadapi, mahasiswa dibutuhkan

untuk memiliki cara yang disebut dengan strategi coping. Folkman dan

Lazarus (dalam Sarafino, 1990) menggolongkan dua strategi coping yang

digunakan individu, yaitu problem focused coping dan emotional focused

coping. Strategi coping yang digunakan mahasiswa tidak sama antara satu

dengan yang lainnya, Smet dalam (Musranidur, 2006) mengatakan bahwa

strategi coping dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang. Pada

kenyataannya coping berhubungan dengan kepribadian, yaitu ada perbedaaan

perilaku coig pada individu ekstrovert dan introvert (Gallaghar, dalam Posella,

2006).

Individu ekstrovert memiliki sosiabilitas yang tinggi, membutuhkan orang

lain, tidak menyukai aktivitas sendiri, ketika menyelesaikan suatu masalah

individu ekstrovert perlu membicarakan masalah tersebut dengan orang lain

(Kaufman, 1994). Sementara itu menurut Taylor (dalam Smet, 1994) salah

satu bentuk strategi coping adalah seeking social support yang berarti usaha

untuk membuat kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain.

Berdasrkan pendapat Kaufman (1994) dan Taylor (dalam Smet, 1994) maka

individu ekstrovert memungkinkan menggunakan seeking social support.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

30

Selain itu individu ekstrovert suka melakukan tindakan bahaya secara tiba-

tiba, berani mengambil resiko, impulsive, cenderung agresif (Eysenk &

Wilson, dalam Retnowati & Haryati 2001). Taylor (dalam Smet, 1994)

menjelaskan bentuk strategi coping lainnya adalah confrontive coping yang

berarti usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara

agresif, tingkat kemarahan yang tinggi, dan pengambilan resiko. Menurut

pendapat Eysenk dan Wilson (dalam Retnowati & Haryati 2001) serta Taylor

(dalam Smet, 1994) maka individu ekstrovert juga memungkinkan

menggunakan confrontive coping.

Kedua bentuk coping tersebut (seeking social support dan confrontive

coping) menurut Taylor (dalam Smet, 1994) termasuk bentuk coping dari

problem focused coping. berdasarkan hal tersebut maka individu ekstrovert

kemungkinan akan cenderung menggunakan problem focused coping dalam

menghadapi permasalahan. Asumsi ini didukung oleh penelitian Purba (2016)

yang menghasilkan bahwa semakin cenderung individu memiliki kepribadian

ekstrovert maka ketika menghadapi suatu masalah individu tersebut akan

cenderung menggunakan problem focus coping. Putra dan Aryani (2015) juga

memaparkan ketika individu ekstrovert memiliki masalah dan membutuhkan

banyak teman untuk diajak komunikasi, mudah bergaul dan rama, maka

individu ekstrovert dalam menghadapi masalah akan lebih fokus ke problem

focus coping untuk menyelesaikannya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

31

Sebaliknya individu introvert menurut Feist & Feist (2010) cenderung

pendiam, pasif, tidak mudah bergaul, teliti, pesimis, tenang dan terkontrol.

Individu introvert tidak meras perlu mengungkapkan permasalahan yang

dialami dan cenderung memendamnya serta lebih memilih menghindari

permasalahan (Kaufman, 1994). Taylor (dalam Smet, 1994) menyebutkan

salah satu bentuk coping adalah avoidance coping yang berarti usaha

mengatasi situasi menekan atau menghindari. Menerut pendapat Kaufman

(1994) dan Taylor (dalam Smet, 1994) maka memungkinkan untuk individu

introvert menggunakan avoidan coping dalam mengatasi situasi yang

menekan. Nata dan Denny (2008) menguraikan bahwa individu introvert

cenderung berfikir panjang, mempertimbangkan tindakan yang akan

dilakukan, dan bisanya hanya memendam masalah yang sedang dialami.

Taylor (dalam Smet, 1994) menyebutkan bentuk lain dari coping adalah self

control yaitu usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang

menekan. Berdasarkan pendapat Nata dan Deni (2008) serta Taylor (dalam

Smet, 1994) maka individu introvert memungkinkan menggunakan self

control dalam menghadaoi situasi yang menekan.

Kedua bentuk coping tersebut, yaitu avoidance coping dan self control

menurut Taylor (dalam Smet, 1994) merupakan bentuk dari emotional focused

coping. berdasarkan paparan tersebut maka kemungkinan individu introvert

dalam menghadapi permasalahannya cenderung menggunakan emosional

focused coping. Asumsi tersebut didukung oleh Parkes (dalam Purbasari &

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

32

Ranni, 2008) yang menyatakan bahwa individu introvert cenderung

menggunakan emotional focused coping untuk menyelesaikan permasalahan

yang dialminya.

Kepribadian dan cara individu melakukan coping merupakan dua faktor

penting dalam pengembangan tekanan psikologis, dalam penelitian Berkel

(2009) disebutkan bahwa individu dengan kepribadian introvert lebih sering

menghindar apabila mendapati suatu keadaan yang menekan, selalu dikaitkan

dengan coping avoidance/penyangkalan. Jenis coping ini memiliki resiko

lebih besar untuk mengalami tekanan psikologis, karena mereka akan

cenderung melakukan coping maladaptif. Sedangkan individu dengan

kepribadian ekstrover lebih cenderung imajinatif, kreatif, ingin tahu, fleksibel,

cenderung pada kegiatan dan ide-ide baru, sehingga individu dengan

kepribadian ekstrovert memiliki strategi coping yang memerlukan pandangan

baru, restrukturisasi kognitif dan memecahkan masalah. Karena karakter ini

menunjukkan optimisme yang akan selalu berpikir positif.

Berdasarkan paparan diatas, kepribadian seseorang dapat mempengaruhi

pemilihan bentuk strategi coping untuk meringankan bebannya. Kepribadian

introvert lebih cenderung menggunakan Emotional Focused Coping dan

kepribadian ekstrovert lebih cenderung menggunakan Problem Focused

Coping.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Copingeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1241/1/BAB II.pdf · Eysenck juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian introvert dan ekstravert mengambarkan

33

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritik diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah ada perbedaan strategi coping (problem focused coping dan

emotional focused coping) ditinjau dari tipe kepribadian (ekstrovert dan introvert)

pada mahasiswa.