bab ii tinjauan pustaka a. profesionalisme 1. pengertian ...repository.ump.ac.id/1222/3/bab ii_afiq...
TRANSCRIPT
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profesionalisme
1. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme sangat mencerminkan sikap seorang terhadap
pekerjaan maupun jenis pekerjaannya/profesinya. Menurut Tanri Abeng
(Moeljono, 2003) pengertian professional terdiri atas tiga unsur, yaitu
knowledge, skill dan integrity, selanjutnya ketiga unsur tersebut harus
dilandasi dengan iman yang teguh, pandai bersyukur, serta kesediaan
untuk belajar terus-menerus.
Menurut Siagian (Kurniawan, 2005), profesionalisme adalah
keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu
yang baik, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah
dipahami dan diikuti oleh pelanggan atau masyarakat.
Menurut Kurniawan (2005), istilah professional itu berlaku untuk
semua aparat pegawai mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah.
Professionalisme dapat diartikan sebagi suatu kemampuan dan
keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan
tingkatan masing-masing. Profesionalisme menyangkut kecocokan antar
kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan tugas.
Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas
merupakannn salah satu syarat terbentuknya pegawai pegawai yang
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
17
professional. Keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan
tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi.
Seorang yang professional adalah seorang pegawai yang memiliki
keterampilan, kemampuan atau keahlian untuk melaksanakan pekerjaan
dengan baik menurut bidangnya masing-masing sehingga memperoleh
pengakuan atau penghargaan. Seorang pegawai yang professional juga
hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab yang
dipercayakan kepadanya.
Ada empat sifat yang dianggap mewakili sikap profesionalisme
sebagai berikut : (1) keterampilan yang tinggi yang di dasarkan pada
pengetahuan teoritis dan sisitematis, (2) pemberian jasa dan pelayanan
yang altruitis artinya lebih berorientasi kepada kepentingan umum di
bandingkan dengan kepentingan pribadi, (3) adanya pengawasan yang
ketat atas perilaku pekerja melalui kode-kode etik yang dihayati dalam
proses sosialisasi pekerjaan, dan (4) suatu sistem balas jasa (berupa uang,
promosi, jabatan dan kehormatan) yang merupakan lambang prestasi
kerja (Harefa 2004).
Selanjutnya dikemukakan oleh Hamalik (2008) dapat menambah
pemahaman mengenai profesionalisme kerja pegawai atau tenaga kerja.
Beliau mengemukakan tenaga kerja pada hakekatnya mengandung aspek:
a. Aspek Potensial, bahwa setiap tenaga kerja memiliki potensi-potensi
herediter yang bersifat dinamis yang terus berkembang dan dapat
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
18
dikembangkan. Potensi-potensi itu antara lain : daya mengingat,
daya berfikir, bakat dan minat, motivasi, dan potensi-potensi lainnya.
b. Aspek profesionalisme atau vokasional, bahwa setiap tenaga kerja
memiliki kemampuan dan keterampilan kerja atau kejujuran dalam
bidang tertentu dengan kemampuan dan keterampilan itu dia dapat
mengabdikan dirinya dalam lapangan kerja tertentu dan menciptakan
hasil yang baik secara optimal.
c. Aspek fungsional, bahwa setiap tenaga kerja melaksanakan
pekerjaannya secara tepat guna, artinya dia bekerja sesuai dengan
tugas dan fungsinya dalam bidang yang sesuai pula. Misalnya tenaga
kerja yang memiliki keterampilan dalam bidang elektronik
seharusnya bekerja dalam bidang pekerjaan elektronik bukan bekerja
sebagai tukang kayu untuk bangunan.
d. Aspek Operasional, bahwa setiap tenaga kerja dapat
mendayagunakan kemampuan dan keterampilannya dalam proses
dan prosedur pelaksanaan kegiatan kerja yang sedang ditekuninya.
e. Aspek Personal, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki sifat-sifat
kepribadian yang menunjang pekerjaannya, misalnya sikap mandiri
dan tangguh, bertanggung jawab, tekun dan rajin, mencintai
pekerjaannya, berdisiplin dan berdedikasi yang tinggi.
f. Aspek produktifitas, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki motif
berprestasi, berupaya agar berhasil, dan memberikan hasil dari
pekerjaanya baik kuantitas maupun kualitas.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
19
Jadi dapat dikatakan bahwa Profesionalisme adalah suatu
kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan bidang dan tingkatan masing-masing secara tepat waktu
dan cermat. Profesionalisme menyangkut kecocokan antara kemampuan
yang dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan tugas. Artinya keahlian
dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai
oleh suatu organisasi.
2. Ciri-Ciri Sikap Profesionalisme
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan organisasi tidak hanya
mengajarkan ataupun memfasilitasi para pegawai sesuai dengan jabatan
dan kemampuan yang ada sekarang. Akan tetapi seorang pegawai perlu
memiliki ciri untuk mendukung sikap profesionalisme tersebut.
Menurut Abdulrahim (Suhrawardi, 1994) bahwa profesionalisme
biasanya dipahami sebagai kualitas yang wajib dipunyai setiap eksekutif
yang baik, dimana didalamnya terkandung beberapa ciri sebagai berikut :
a. Punya keterampilan tinggi dalam suatu bidang, serta kemahiran
dalam mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.
b. Punya ilmu dan pengetahuan serta kecerdasan dalam menganalisa
suatu masalah dan peka didalam membaca situasi, cepat dan tepat
serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar
kepekaan.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
20
c. Punya sikap berorientasi ke hari depan, sehingga punya kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terentang
dihadapannya.
d. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan
pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain,
namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi dirinya dan
perkembangan pribadinya.
Berdasarkan ciri diatas dapat diketahui bahwa profesionalisme
pegawai sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan pegawai yang
tercermin melalui sikap dan perilakunya sehari-hari di dalam organisasi.
3. Karakteristik Profesionalisme
Menurut Martin Jr (dalam Kurniawan, 2005) karakteristik
profesionalisme aparatur sesuai dengan tuntutan good governance,
diantaranya :
1) Equality (kesamaan atau kesetaraan)
Perlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini
didasarkan atas tipe perilaku birokrasi rasional yang secara konsisten
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada senua pihak tanpa
memendang afilasi politik, status sosial dan sebagainya.
2) Equity (keadilan)
Selain perlakuan yang sama kepada masyarakat, juga adanya
perlakuan yang adil dan sama.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
21
3) Loyality (loyalitas)
Kesetiaan diberikan kepada konstitusi hukum, pimpinan,
bawahan dan rekan kerja. Berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait satu
sama lain dan tidak ada kesetiaan yang mutlak diberikan kepada satu
jenis kesetiaan tertentu dengan mengabaikan yang lainnya.
4) Accountability (akuntabilitas)
Setiap aparat pemerintah harus siap menerima tanggung jawab
atas apapun yang ia kerjakan. Setiap pegawai harus memegang teguh
kode etik dan prinsip-prinsip yang ditetapkan institusi. Akuntabilitas
terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam
hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya
secara transparan kepada masyarakat.
4. Faktor-Faktor Yang Mendukung Sikap Profesionalisme
Faktor-faktor yang mendukung profesionalisme kerja pegawai
menurut Kurniawan (2005) yaitu sebagai berikut :
a. Keterampilan
Cenderung mengunakan istilah kemampuan untuk keterampilan
dalam diri pegawai, yaitu tersedianya modal kecakapan, ketangkasan
atau modal lainnya yang memungkinkan anggota itu dapat berbuat
banyak bagi organisasinya.
b. Kompetensi
Menyebutkan bahwa profesionalisme merupakan cermin
kemampuan (competency), yaitu memiliki pengetahuan,
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
22
keterampilan bisa melakukan, di tunjang dengan pengalaman yang
tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa perjalanan waktu. Oleh
karena itu berkaitan dengan pelayanan publik maka kemampuan
pegawai sangat diperlukan.
c. Kompensasi
Kompensasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
profesionalisme kerja.. Meskipun kompensasi bukan merupakan
satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap profesionalisme
kerja, akan tetapi diyakini bahwa kompensasi merupakan salah satu
faktor penentu dalam membangkitkan profesionalisme kerja.
Kompensasi tentu saja akan memotivasi karyawan untuk
meningkatkan profesionalisme kerja mereka.
d. Loyalitas
Secara teoritik loyalitas berhubungan dengan tingkat
kedisiplinan, terutama dalam hal ketaatan terhadap peratauran yang
berlaku. Kedisiplinan akan terwujud dengan baik jika pegawai atau
aparatur mampu menaati peraturan-peraturan yang ada. Loyalitas
juga berkaitan erat dengan kemampuan pertanggung jawaban tugas
pekerjaan dan daya tanggap. Selain itu loyalitas tidak membeda-
bedakan pemberian pelayanan atas dasar golongan tertentu.
e. Performansi
Performansi dapat diartikan menjadi prestasi kerja, pelaksanaan
kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/penampilan kerja (LAN,
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
23
1992). Performance merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses
yang lebih menekankan pada individu menurut Smith (dalam
Kurniawan 2005). Sedangkan menurut Gibson (dalam Kurniawan
2005) bahwa performance atau prestasi (kehandalan dan kecakapan)
adalah hasil yang diinginkan dari perilaku. Prestasi kerja artinya
sama dengan kinerja. Kinerja atau prestasi kerja adalah sebagai hasil
kerja seseorang pada kesatuan waktu dan ukuran tertentu.
f. Budaya Organisasi
Budaya organisasi yang pada umumnya merupakan pernyataan
filosofis, dapat difungsikan sebagai tuntutan yang mengikat para
karyawan karena dapat diformulasikan secara formal kedalam
berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan. Dengan membakukan
budaya organisasi sebagai acuan bagi ketentuan atau peraturan yang
berlaku, maka pemimpin dan karyawan secara tidak langsung akan
terikat sehingga dapat membentuk sikap dan perilaku yang sesuai
dengan visi dan misi serta strategi perusahaan. Proses pembentukan
tersebut pada akhirnya akan menghasilkan pemimpin dan pegawai
professional yang mempunyai integritas yang tinggi.
B. Persepsi Kompensasi Tunjangan Kinerja
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang digunakan individu untuk
mengelola dan menafsirkan pesan indera dari lingkungan dalam rangka
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
24
memberikan makna kepada lingkungan dengan cara mengorganisir dan
menginterpretasi sehingga akan mempengaruhi perilaku individu
(Robbins, 2003).
Solso, dkk (2008) mendefinisikan bahwa persepsi melibatkan
kognisi dalam penginterpretasian terhadap informasi. Kejadian-Kejadian
atau informasi tersebut diproses sesuai pengetahuan yang dimiliki
individu sebelumnya mengenai objek persepsi yang diinterpretasikannya.
Rahmat (2005) menyebutkan persepsi dibagi menjadi dua bentuk
yaitu positif dan negatif, apabila objek yang dipersepsi sesuai dengan
penghayatan dan dapat diterima secara rasional dan emosional maka
manusia akan mempersepsikan positif atau cenderung menyukai dan
menanggapi sesuai dengan objek yang dipersepsikan. Apabila tidak
sesuai dengan penghayatan maka persepsinya negatif atau cenderung
menjauhi, menolak, dan menanggapinya secara berlawanan terhadap
objek persepsi tersebut.
Menurut Anorogo & Widiyanti (1992) persepsi adalah proses
individu dalam memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan-
masukan informasi untuk menciptakan sebuah gambar yang bermakna
tentang dunia.Walgito (2002) mendefinisikan persepsi sebagai suatu
proses yang didahului oleh proses pengindraan terhdap suatu stimulus
yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan oleh individu,
sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diinderakan.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
25
Robbins (2002) menambahkan bahwa persepsi positif merupakan
penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan
yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari suatu objek yang
dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Sedangkan persepsi negatif
merupakan persepsi individu terhadap objek atau informasi tertentu
dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan
dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada.
Berdasarkan definisi yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan
bahwa persepsi merupakan cara pandang individu terhadap stimulus yang
ada di lingkungan melalui proses kognisi dan proses afeksi yang
dipengaruhi oleh berbagai hal seperti pengetahuan sebelumnya,
kebutuhan, suasana hati, pendidikan dan faktor lainnya sehingga
memberikan makna yang berbeda dan akan mempengaruhi perilaku dari
sikap individu. Persepsi adalah dasar proses kognitif atau psikologis.
Perilaku yang ditunjukkan individu dapat berbedabeda karena persepsi
bersifat individual
2. Pengertian Kompensasi
Handoko (2003) menyatakan bahwa kompensasi penting bagi
karyawan sebagai individu karena besarnya kompensasi mencerminkan
ukuran karya mereka diantara para karyawan itu sendiri, keluarga dan
masyarakat. Kompensasi acapkali juga disebut penghargaan dan dapat
didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
26
karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada
organisasi (Panggabean, 2002).
Kompensasi adalah terminology luas yang berhubungan dengan
imbalan financial (financial reward) yang diterima oleh orang-orang
melalui hubungan kepegawaian karyawan dengan sebuah organisasi
(Simamora, 2006).
Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memeroleh uang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai
menghargai kerja keras dan semakin menunjukkan loyalitas terhadap
perusahaan dan karena itulah perusahaan memberikan penghargaan
terhadap prestasi kerja karyawan yaitu dengan jalan memberikan
kompensasi. Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi
kerja, memotivasi dan meningkatkan kinerja para karyawan adalah
melalui kompensasi (Mathis dan Jackson, 2000).
Handoko (2003) menyatakan bahwa kompensasi penting bagi
karyawan sebagai individu karena besarnya kompensasi mencerminkan
ukuran karya mereka diantara para karyawan itu sendiri, keluarga dan
masyarakat. Kompensasi acapkali juga disebut penghargaan dan dapat
didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada
karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada
organisasi (Panggabean, 2002).
Menurut Hasibuan (2000) kompensasi adalah semua pendapatan
yang berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung yang
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
27
diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan pada
perusahaan. Selain itu dalam buku Hasibuan (2002) terdapat beberapa
pengertian kompensasi dari beberapa tokoh yaitu :
a. Menurut Werther dan Davis kompensasi adalah apa yang seorang
pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya. Baik
upah per jam ataupun gaji periodic didesain dan dikelola oleh bagian
personalia.
b. Menurut Andrew F. Sikula kompensasi adalah segala sesuatu yang
dikonstitusikan atau dianggap segai suatu balas jasa atau ekuivalen.
Pengertian kompensasi juga terdapat pada berbagai literatur yang
dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain:
a. Menurut Bejo Siswanto (2003) kompensasi merupakan istilah luas
yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial yang diterima oleh
orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan
organisasi.
b. Menurut Dessler (1997) kompensasi karyawan adalah setiap bentuk
pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul
dari dipekerjakannya karyawan itu.
c. Menurut Handoko (1993) kompensasi adalah segala sesuatu yang
diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.
3. Pengertian Persepsi Kompensasi
Persepsi kompensasi adalah pandangan karyawan mengenai
faktor penting untuk menarik, memelihara, maupun mempertahankan
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
28
tenaga kerja bagi kepentingan organisasinya yang bersangkutan
(Maryoto, 1998).
Nitisemito (1996) mengatakan bahwa persepsi kompensasi juga
menggunakan anggapan karyawan tentang balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan pada karyawan yang dapat dinilai dengan uang dan
cenderung diberikan secara tetap.
Sedangkan menurut Ranupandojo (1990) persepsi kompensasi
adalah karyawan memandang suatu jumlah keseluruhan yang ditetapkan
sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi
masa atau syarat-syarat tertentu.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
kompensasi adalah pandangan karyawan mengenai suatu penerimaan
yang dianggap suatu imbalan dari pemberian kerja kepada penerima kerja
sebagai faktor penting untuk menarik tenaga kerja, ditetapkan sebagai
pengganti jasa yang dikeluarkan oleh tenaga kerja dan cenderung
diberikan secara tetap. Kompensasi yang diberikan sebagai balas jasa
terhadap kerja yang telah dilakukan oleh karyawan, dalam hal ini adalah
anggota POLRI.
4. Aspek Persepsi
Aspek persepsi menurut McDowwell & Newel (1996), yaitu :
a. Kognisi
Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan cara berpikir,
mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima oleh panca indera,
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
29
pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
Hurlock (1999) menambahkan bahwa aspek kognitif didasarkan atas
konsep suatu informasi, aspek kognitif ini juga didasarkan pada
pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari.
b. Afeksi
Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek kognitif.
Aspek afektif ini mencakup cara individu dalam merasakan,
mengekspresikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai
dalam dirinya yang kemudian mempengaruhi persepsinya.
5. Jenis-jenis Kompensasi
Menurut Gary Dessler (dikutip oleh Lies Indriyatni, 2009)
kompensasi mempunyai tiga komponen sebagai berikut :
a. Pembayaran uang secara langsung (direct financial payment) dalam
bentuk gaji, dan intensif atau bonus/komisi.
b. Pembayaran tidak langsung (indirect payment) dalam bentuk
tunjangan dan asuransi.
c. Ganjaran non finansial (non financial rewards) seperti jam kerja
yang luwes dan kantor yang bergengsi.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi
Menurut Maryoto (1998), ada 6 faktor yang mempengaruhi
persepsi kompensasi antara lain :
a. Kebenaran dan keadilan
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
30
Pemberian kompensasi kepada masing-masing karyawan atau
kelompok karyawan harus sesuai kemampuan, kecakapan,
pendidikan, dan jasa yang telah ditunjukkan kepada organisasi.
b. Dana organisasi
Kemampuan organisasi untuk melaksanakan kompensasi baik berupa
financial maupun nonfinancial amat tergantung kepada dana yang
terhimpun untuk keperluan tersebut.
c. Serikat karyawan
Para karyawan yang tergantung dalam suatu serikat karyawan dapat
juga mempengaruhi pelaksanaan ataupun penetapan kompensasi
dalam organisasi.
d. Produktivitas kerja
Produktivitas kerja karyawan merupakan faktor yang mempengaruhi
penilaian atas prestasi kerja karyawan.
e. Biaya hidup
Penyesuaian besarnya kompensasi, terutama yang berupa upah/gaji,
dengan biaya hidup karyawan beserta keluarganya sehari-hari harus
mendapatkan perhatian pimpinan organisasi/perusahaan.
f. Pemerintah
Fungsi pemerintah untuk melindungi warganya dari tindak sewenang-
wenang majikan/pimpinan organisasi ataupun perusahaan, dalam
pemberian balas jasa karyawan, jelas berpengaruh terhadap
penetapan kompensasi.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
31
Berdasarkan teori di atas disimpulkan bahwa dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya kemampuan membayar dari perusahaan,
tinggi rendahnya biaya hidup, dan produktivitas kerja karyawan.
7. Bentuk-bentuk dan tujuan kompensasi
Menurut Simamora (2006), bentuk-bentuk kompensasi yaitu :
a. Upah dan gaji
Upah (wayes) biasanya berhubungan dengan taraf gaji perjam
(ssemakin lama jam kerjanya, semakin besar bayarannya). Gaji
(salary) umumnya berlaku tarif bayaran mingguan, bulanan, atau
tahunan (terlepas dari lamanya jam kerja)
b. Insentif
Tambahan kompensasi di luar gaji atau upah yang diberikan oleh
organisasi.
Program insentif ada dua macam, yaitu :
1) Program insentif individu
Memberikan kompensasi menurut penjualan, produktivitas, atau
penghematan biaya yang dapat dihubungkan dengan karyawan
tertentu.
2) Program insentif kelompok
Mengelompokkan kompensasi kepada sebuah kelompok yang
mengalokasikan kompensasi kepada sebuah kelompok karyawan
(berdasarkan departemen, divisi, atau kelompok kerja) karena
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
32
melampaui standar-standar profitabilitas, produktivitas, atau
penghematan biaya yang sudah ditentukan sebelumnya.
c. Tunjangan
Contoh-contoh tunjangan (benefit) adalah asuransi kesehatan dan
jiwa, hiburan yang ditanggung perusahaan, program pensiun, dan
tunjangan lainnya yang berkaitan dengan hubungan kepegawaian.
d. Fasilitas
Contoh-contoh fasilitas (perqursifes) adalah kenikmatan atau fasilitas
seperti mobil perusahaan, keanggotaan klub, tempat parkir khusus
atau akses ke pesawat perusahaan yang diperoleh karyawan.
Sedangkan menurut Jackson (2002), bentuk-bentuk kompensasi
yaitu:
a. Gaji pokok, yaitu kompensasi dasar yang diterima oleh karyawan
sebagai gaji atau upah.
b. Upah, yaitu bayaran yang secara langsung dihitung berdasarkan jumlah
waktu kerja.
c. Gaji, yaitu bayaran yang konsisten dari satu periode ke periode lain
dengan tidak memandang jumlah jam kerja.
d. Gaji variabel, yaitu kompensasi yang dikaitkan dengan kinerja
individual, kelompok, atau organisasi.
Menurut Hasibuan (2002), tujuan pemberian kompensasi (balas
jasa) antara lain :
a. Ikatan Kerja Sama
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
33
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal
antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-
tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar
kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
b. Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh
kepuasan kerja dari jabatannya.
c. Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan
karyawan yang berkualifikasi untuk perusahaan akan lebih mudah.
d. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah
memotivasi bawahannya.
e. Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta
eksternal konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih
terjamin karena turn-over relatif kecil.
f. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin
karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati
peraturan-peraturan yang berlaku.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
34
g. Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
h. Pengaruh Pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan
yang berlaku (seperti batas upah minimum) maka intervensi
pemerintah dapat dihindarkan.
8. Sistem Kompensasi
Sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan adalah:
a. Sistem Waktu
Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi (gaji, upah) ditetapkan
berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan.
b. Sistem Hasil (Output)
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi/upah ditetapkan atas
kesatuan unit yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter,
liter, dan kilogram.
c. Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan
besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama
mengerjakannya.
Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa kompensasi adalah
sesuatu yang diberikan perusahaan kepada karyawan sebagai balas jasa
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
35
mereka dan kompensasi tersebut dapat dinilai dengan uang atau tanpa
uang dan mempunyai kecenderungan yang tetap.
9. Pengertian Tunjangan Kinerja
Tunjangan kinerja POLRI yang juga dikenal dengan tunjangan
kinerja merupakan pemberian penghargaan / jasa yang berbasis kinerja.
Sehingga pemberian tunjangan kinerja (tunjangan kinerja) terhadap
anggota POLRI dipengaruhi oleh bagaimana kinerja dari anggota
tersebut. Sebagaimana diatur dalam Perpres no. 73 tahun 2010, tentang
tunjangan kinerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia
pasal 6 ayat (1) bahwa Tunjangan Kinerja anggota POLRI ini tidak
diberikan kepada :
a. Pegawai di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
nyata-nyata tidak mempunyai tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. Pegawai di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
diberhentikan untuk sementara atau dinonaktifkan;
c. Pegawai di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat;
d. Pegawai di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
diperbantukan/dipekerjakan pada Badan/Instansi lain di luar
lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
36
e. Pegawai di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
diberikan cuti di luar tanggungan negara atau dalam bebas tugas
untuk menjalani masa persiapan pensiun;
f. Pegawai di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
tidak mencapai target kinerja yang ditetapkan oleh Pimpinan
Instansi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tunjangan kinerja
adalah pemberian hadiah (penghargaan atas jasa), imbalan. Tunjangan
kinerja berasal dari bahasa Inggris yaitu remuneration. Tunjangan kinerja
dalam arti harafiahnya adalah “payment” atau penggajian, bisa uang
ataupun substitusi dari uang yang ditetapkan dengan peraturan tertentu
sebagai imbal balik suatu pekerjaan yang bersifat rutin.
Tujuan pemberian tunjangan kinerja salah satunya untuk
meningkatkan profesionalisme kerja anggota POLRI tersebut.
Diharapkan dengan adanya kesejahteraan dan kepuasan atas pemberian
tunjangan kinerja maka anggota POLRI dapat bersifat lebih profesional.
Tunjangan kinerja dapat memberikan tambahan penghasilan kepada
setiap anggota POLRI, sehingga anggota lebih konsentrasi dalam
bekerja. Sistem tunjangan kinerja bagi setiap anggota merupakan bagian
dari reformasi birokrasi yang diterapkan oleh pemerintah.
Beberapa tujuan lain diberikannya kompensasi kepada pegawai
menurut Iswanto (2005) diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bentuk perikatan kerja, memberikan kepuasan bagi pegawai.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
37
b. Sebagai bentuk penghargaan atas kinerja pegawai
c. Sebagai cara merekrut pegawai yang berkualitas
d. Sebagai motivasi bagi pegawai
e. Menjaga stabilitas dan kesetiaan pegawai
f. Upaya pendisiplinan pegawai
Kriteria efektivitas kompensasi menurut Patton dan Iswanto
(2005) adalah sebagai berikut :
a. Cukup; kompensasi seharusnya memenuhi persyaratan kebutuhan
minimum yang biasanya ditetapkan pemerintah dengan upah
minimum rata-rata.
b. Layak/wajar; kompensasi seharusnya layak sesuai dengan
usaha/kinerja dan kemampuan pegawai/karyawan.
c. Seimbang/adil; kompensasi seharusnya mencerminkan keadilan /
keseimbangan bagi semua pegawai sesuai dengan level /
tingkatannya.
d. Efektif bersasarkan pertimbangan biaya; kompensasi biasanya
diberikan sesuai dengan level/tingkatannya.
e. Aman; sistem kompensasi seharusnya memberikan rasa aman dan
kepastian bagi pegawai/karyawan.
f. Menyediakan insentif; sistem kompensasi seharusnya memiliki
sistem pemberian insentif/bonus atas prestasi
pegawainya/karyawannya.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
38
g. Akseptable; sistem kompensasi/penggajian harus diketahui dan
diterima oleh pegawai maupun perusahaan/organisasi.
Sedangkan menurut Wibowo (2007) menyatakan bahwa norma
ideal pemberian penghargaan adalah :
a. Profit maximization, bahwa perusahaan akan membayar upah rendah
untuk keuntungan maksimum, sedangkan pekerja akan mencari
perusahaan yang memberikan penghargaan maksimum.
b. Equity (keadilan), pemberian penghargaan harus mempertimbangkan
keadilan.
c. Equality (kesamaan), setiap orang harus mendapat penghargaan yang
sama.
d. Need (kebutuhan), penghargaan didistribusikan menurut kebutuhan
pekerjaan.
10. Aspek-aspek Persepsi Kompensasi Tunjangan Kinerja
Kompensasi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
berpengaruh terhadap profesionalisme, akan tetapi diharapkan bahwa
kompensasi dapat menjadi salah satu faktor penentu dalam
membangkitkan profesionalisme. Kompensasi diharapkan akan
memotivasi anggota POLRI untuk meningkatkan profesionalisme. Jika
karyawan merasa bahwa usahanya akan dihargai dan jika perusahaan
menerapkan sistem kompensasi yang dikaitkan dengan evaluasi
pekerjaan, maka perusahaaan telah mengoptimalkan motivasi.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
39
Kompensasi dapat berperan meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan
karyawan jika kompensasi dirasakan :
a. Layak dengan kemampuan dan produktivitas pekerja
b. Berkaitan dengan prestasi kerja
c. Menyesuaikan dengan kebutuhan individu
Kondisi-kondisi tersebut akan meminimalkan ketidakpuasan di
antara para karyawan, mengurangi penundaan pekerjaan, dan
meningkatkan komitmen organisasi. Jika pekerja merasa bahwa usahanya
tidak dihargai, maka prestasi karyawan akan sangat di bawah
kapabilitasnya (Robbin,1993).
Seperti halnya pemberian Tunjangan kinerja di lingkungan
Kepolisian yang diharapkan dapat memotivasi anggota POLRI dan
meningkatkan profesionalisme anggota POLRI. Anggota POLRI akan
merasa lebih dihargai ketika mendapatkan tunjangan kinerja. Anggota
POLRI merasa puas bahwa pekerjaan yang dilakukannya dapat
membuahkan hasil.
Menurut Rivai (2005) setiap individu dipengaruhi oleh insentif
positif dan insentif negatif. Insentif positif merupakan akibat dari
ditingkatkanya kepuasan akan kebutuhan pribadi. Akibat dari insentif
positif adalah timbul adanya kepuasan karyawan. Adanya produktivitas
karyawan, adnya rasa nyaman bekerja pada diri karyawan. Sedangkan
insentif negatif merupakan akibat dari diturunkanya kepuasan pribadi.
Adapun akibatnya adalah tidak adanya rasa puas pada diri karyawan,
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
40
produktivitas karyawan yang tidak maksimum serta adanya rasa tidak
nyaman dalam bekerja.
Berdasarkan beberapa teori tentang kompensasi tunjangan kinerja
di atas, maka di dalam penelitian ini untuk mengukur kompensasi
tunjangan kinerja anggota POLRI meliputi beberapa indikator, antara
lain:
a. Layak/wajar, bahwa tunjangan kinerja yang ditetapkan layak/sesuai
dengan usaha/kinerja dan kemampuan anggota POLRI.
b. Adil/seimbang, penilaian/persepsi anggota POLRI bahwa tunjangan
kinerja yang ditetapkan sudah mencerminkan keadilan/
keseimbangan bagi semua anggota POLRI sesuai dengan
level/tingkatannya.
c. Akseptable/dapat diterima, sistem tunjangan kinerja diketahui dan
diterima oleh anggota POLRI maupun perusahaan / organisasi.
d. Cukup, anggota POLRI memiliki persepsi bahwa tunjangan kinerja
mencukupi untuk memenuhi kebituhan minimum yang biasanya
ditetapkan pemerintah atau upah minimum rata-rata.
Gibson (2001) menyatakan bahwa faktor yang membentuk
persepsi adalah stereotip, kepandaian menyaring stimulus, konsep diri,
keadaan kebutuhan dan emosi. Keadaan persepsi berkaitan dengan cara
mendapatkan pengetahuan khusus tentang objek atau kejadian pada saat
tertentu. Jadi persepsi mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari
sudut pengalaman yang bersangkutan.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
41
Aspek persepsi menurut Coren, dkk (1999) meliputi
a. Aspek kognisi, berkaitan dengan bagaimana pandangan individu
terhadap stimulus yang dihadapi di lingkungannya.
b. Aspek afeksi, meliputi bagaimana penilaian individu ketika
menghadapi stimulus tertentu, berkaitan dengan perasaan dan
emosinya.
Aspek persepsi menurut McDowwell & Newel (1996), yaitu :
a. Kognisi
Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan cara berpikir,
mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima oleh panca
indera, pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan
sehari-hari. Hurlock (1999) menambahkan bahwa aspek kognitif
didasarkan atas konsep suatu informasi, aspek kognitif ini juga
didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari.
b. Afeksi
Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek kognitif.
Aspek afektif ini mencakup cara individu dalam merasakan,
mengekspresikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai
dalam dirinya yang kemudian mempengaruhi persepsinya.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan aspek-aspek
persepsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek kognisi dan
afeksi yang masing-masing dikaitkan dengan objek persepsi, yaitu
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
42
kompensasi tunjangan kinerja dengan aspek layak/wajar, adil/seimbang,
aksepetable/dapat diterima, cukup, dan motivasi.
C. Polisi Sektor Distrik Ajibarang
Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa
Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan
lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Istilah
kepolisian dalam Undang-undang ini mengandung dua pengertian, yakni
fungsi polisi dan lembaga polisi. Dalam Pasal 2 Undang-undang No. 2 tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian
sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung,
pengayom dan pelayan kepada masyarakat. Sedangkan lembaga kepolisian
adalah organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan
diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Polisi secara universal mempunyai tugas yang sama yaitu sebagai
aparat yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta
aparat penegak hukum, walaupun dalam praktek di masing-masing negara
mempunyai pola dan prosedur kerja yang berbeda. Dengan berkembangnya
peradaban manusia dan berkembangnya pola kejahatan maka tugas Polisi
semakin berat dan kompleks.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
43
Kepolisian memiliki tingkatan dari yang tertinggi di tingkat Mabes
dan yang terendah di tingkat Polsek. Polsek merupakan instansi kepolisian
yang berada di tingkat kecamatan yang dipimpin oleh seorang Kapolsek. Di
wilayah kabupaten banyumas terdapat 27 Kecamatan, artinya terdapat 27
Polsek. Polsek adalah instansi POLRI yang langsung bersentuhan atau yang
lebih dekat dengan masyarakat.
Polres Banyumas terdiri dari 27 Polsek yang terbagi dalam 5 Distrik,
yaitu Distrik Kota, Sokaraja, Sumpiuh, Banyumas, Wangon dan Ajibarang.
Sedangkan Distrik Ajibarang terdapat 5 Polsek, yaitu Polsek Karanglewas,
Ajibarang, Cilongok, Gumelar, dan Pakuncen. Polsek distrik Ajibarang
memiliki beberapa fungsi / unit, diantaranya Unit Sabhara, Unit Binmas, Unit
Reskrim, Unit Intelkam. Distrik Ajibarang tergolong Polsek rural sehingga
tidak memiliki Unit Lalu Lintas.
Dari ke empat unit yang ada di Polsek Distrik Ajibarang, mempunyai
tugas dan fungsinya masing-masing sesuai job descriptionnya. Namun, secara
umum tetap mengacu kepada tugas pokok POLRI yang tertera pada UU
nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI, yaitu :
a. Penegak hukum,
b. Pemelihara kamtibmas,
c. Pelayan, pelindung, dan pengayom masyarakat.
Adanya Polsek diharapkan dapat memberikan pelayanan yang cepat
sesuai dengan program Quick win(pelayanan cepat yang diberikan oleh
anggota POLRI terhadap masyarakat) yang dimiliki oleh POLRI. Dengan
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
44
adanya Polsek maka masyarakat akan lebih mudah dan lebih cepat apabila
membutuhkan aparat kepolisian.
D. Kerangka Pemikiran
Menurut Siagian (Kurniawan, 2005), profesionalisme adalah
keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu yang
baik, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami
dan diikuti oleh pelanggan atau masyarakat.
Tunjangan kinerja adalah imbalan kerja yang dapat berupa gaji,
honorarium, tunjangan tetap, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, atau
pensiun. Bagi Pegawai Negeri Sipil, tunjangan kinerja berarti imbalan kerja
di luar gaji. Tunjangan kinerja (tunjangan kinerja) yang ada di kepolisian
adalah penataan kembali pemberian imbalan kerja berupa tunjangan yang
dikenal dengan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara (TKPKN)
dengan didasari atas tingkat tanggung jawab dan resiko jabatan/pekerjaan
yang di emban. Prinsip dasar kebijakan Tunjangan kinerja adalah adil dan
proporsional. Artinya kalau kebijakan masa laiu menerapkan pola sama rata
(generalisir), yaitu antara yang baik maupun yang tidak mendapat hal yang
sama dalam hal pemberian tunjangan. Maka dengan kebijakan Tunjangan
kinerja, besar penghasilan (reward) yang diterima oleh seorang pejabat akan
sangat ditentukan oleh bobot dan harga jabatan yang disandangnya.
Pemberian Tunjangan kinerja (TKPKN) sangat penting untuk
meningkatkan profesionalisme POLRI, memotivasi anngota POLRI, dan
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
45
meningkatkan kepuasan kerja. Besar kecilnya tunjangan kinerja
mempengaruhi prestasi kerja/kinerja karyawan, dan kepuasan kerja anngota
POLRI. Setiap anngota POLRI dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya
dapat merasa puas atau tidak puas, tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Bila anngota POLRI tidak puas atas apa yang diperoleh
dalam Instansinya tempat bekerja dapat menimbulkan kekecewaan, yang pada
akhirnya berakibat profesionalisme anngota POLRI yang rendah. Apabila
tunjangan kinerja diberikan secara tepat dan benar maka para anngota POLRI
akan memperoleh kepuasan kerja dan terdorong untuk mencapai tujuan
POLRI. Apabila tunjangan kinerja itu diberikan tidak memadai atau kurang
tepat maka prestasi dan kepuasan anngota POLRI akan menurun.
Dessler (1997) menyatakan bahwa pertimbangan tingkat kebutuhan
karyawan, kondisi ekonomi serta keadilan yang dirasakan karyawan adalah
faktor yang tidak boleh dilupakan, sebab berhubungan dengan bagaimana
penilaian karyawan baik terhadap kompensasi yang diterimanya maupun
terhadap perusahaan.
Kompensasi tunjangan kinerja akan dirasa adil apabila sesuai dengan
beban kerja pekerjaan dan resiko yang harus ditanggung oleh anggota POLRI
dalam pelaksanaan tugasnya. Tunjangan kinerja yang diberikan oleh isntansi
akan mendapat persepsi dari masing-masing anggota POLRI. Persepsi
diartikan sebagai proses diterimanya rangsang yang berupa objek, kualitas,
hubungan antargejala maupun peristiwa sampai rangsang tersebut disadari
dan dimengerti. Melalui persepsi stimulus-stimulus yang diterima
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
46
menyebabkan individu mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan
(Irwanto, dkk, 1997)
Menurut Anorogo & Widiyanti (1992) persepsi adalah proses individu
dalam memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan sebuah gambar yang bermakna tentang dunia.
Persepsi tergantung bukan hanya pada sifat rangsangan fisik tetapi juga pada
hubungan rangsangan medan sekelilingnya dan kondisi dalam diri individu.
Persepsi kompensasi tunjangan kinerja dalam kaitannya dengan
layak/wajar, adil/seimbang, dapat diterima, cukup, dan motivasi yang
dirasakan oleh anggota POLRI memiliki hubungan dengan Profesionalisme
Semakin baik persepsi anggota POLRIi terhadap kompensasi diharapkan
akan memiliki profesionalisme yang semakin tinggi. Sebaliknya, semakin
buruk persepsi anggota POLRI terhadap kompensasi akan diikuti dengan
semakin rendah profesionalismenya.
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014
47
Berdasarkan teori yang dikemukakan, maka dibuat kerangka
pemikiran yang dapat dibentuk sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Berfikir
E. Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara persepsi kompensasi tunjangan kinerja
dengan profesionalisme anggota Polsek Distrik Ajibarang.
H1 : Ada hubungan antara persepsi kompensasi tunjangan kinerja dengan
profesionalisme anggota Polsek Distrik Ajibarang.
Anggota Polsek
Tugas Pokok / Tugas Rutin
Tunjangan kinerja :
- Layak/wajar
- Adil/seimbang
- Dapat diterima
- Cukup
- Motivasi
Profesionalisme
Hubungan antara Persepsi Kompensasi..., Afiq Rian Eka Pradana, Fakultas Psikologi UMP, 2014