bab ii tinjauan pustaka a. perilaku merokok 1. pengertian...

25
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian Perilaku Merokok Sitepoe (2000) perilaku merokok merupakan perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa. Shiffman (dalam Astuti, 2012) menyatakan bahwa perilaku merokok adalah menghirup atau menghisap asap rokok yang dapat diamati atau diukur dengan melihat volume atau frekuensi merokok. Perilaku Merokok pada dasarnya adalah menghirup dan memasukkan nikotin yakni zat adiktif yang terkandung dalam rokok ke dalam tubuh. Terdapat penggunaan tembakau bentuk lain tidak dengan cara membakar tembakau tetapi dengan cara mengunyah tembakau, atau dalam bentuk permen karet yang mengandung nikotin. Akan tetapi penggunaan tembakau yang populer adalah dengan merokok (Astuti, 2012). Basyir (2005) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan istilah yang digunakan untuk aktivitas menghisap rokok atau tembakau dalam berbagai cara. Perilaku merokok itu sendiri ditujukan untuk perbuatan menyalakan api pada rokok yang kemudian dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yang ada dalam rokok tersebut. Perilaku merokok adalah suatu bentuk reaksi dari individu pada stimulus yang berasal dari luar dirinya (lingkungan) dan dari dalam dirinya sendiri dengan cara menghisap rokok (Indirawati dan Nashori, 2007).

Upload: nguyenkien

Post on 31-Jul-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Merokok

1. Pengertian Perilaku Merokok

Sitepoe (2000) perilaku merokok merupakan perilaku yang melibatkan

proses membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan

rokok ataupun pipa. Shiffman (dalam Astuti, 2012) menyatakan bahwa perilaku

merokok adalah menghirup atau menghisap asap rokok yang dapat diamati atau

diukur dengan melihat volume atau frekuensi merokok.

Perilaku Merokok pada dasarnya adalah menghirup dan memasukkan

nikotin yakni zat adiktif yang terkandung dalam rokok ke dalam tubuh. Terdapat

penggunaan tembakau bentuk lain tidak dengan cara membakar tembakau tetapi

dengan cara mengunyah tembakau, atau dalam bentuk permen karet yang

mengandung nikotin. Akan tetapi penggunaan tembakau yang populer adalah

dengan merokok (Astuti, 2012).

Basyir (2005) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan istilah yang

digunakan untuk aktivitas menghisap rokok atau tembakau dalam berbagai cara.

Perilaku merokok itu sendiri ditujukan untuk perbuatan menyalakan api pada

rokok yang kemudian dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yang ada dalam

rokok tersebut. Perilaku merokok adalah suatu bentuk reaksi dari individu pada

stimulus yang berasal dari luar dirinya (lingkungan) dan dari dalam dirinya sendiri

dengan cara menghisap rokok (Indirawati dan Nashori, 2007).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

17

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

merokok adalah perilaku yang melibatkan proses pembakaran tembakau sampai

pada proses penghisapannya lalu menghembuskannya keluar yang dapat

menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

2. Aspek-aspek Perilaku Merokok

Tomkins (Sarafino, 1998) menyatakan bahwa perilaku merokok dapat

dilihat dari empat aspek, yaitu :

a. Mendapatkan pengaruh positif dari merokok

Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan positif, yaitu dengan

merokok seseorang akan merasakan lebih positif dalam dirinya. Merokok

digunakan untuk mendapatkan pengaruh positif berupa stimulasi,

relaksasi, atau kesenangan.

b. Merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif

Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang

merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya. Merokok

digunakan untuk mengurangi kecemasan, marah, ketegangan, dan rokok

dianggap sebagai pelampiasan.

c. Merokok menjadi kebiasaan dan dilakukan tanpa kesadaran

Perilaku merokok sudah menjadi suatu kebiasaan. Hal ini diikuti dengan

tanpa adanya kesadaran mengapa seseorang tersebut memilih untuk

merokok. Perokok disini menggunakan rokok bukan karena untuk

mengendalikan perasaan mereka, melainkan karena benar-benar sudah

menjadi kebiasaan rutin.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

18

d. Merokok menimbulkan ketergantungan psikologis

Perilaku merokok yang adiktif, ketergantungan psikologis ditunjukkan

dengan munculnya adiksi atau ketergantungan pada merokok. Perokok

yang sudah kecanduan akan menambah dosis rokok yang digunakannya

sedikit demi sedikit, terutama ketika efek dari rokok yang dihisapnya

mulai berkurang. Merokok digunakan untuk mengatur emosi positif dan

negatif.

Aspek-aspek perilaku merokok menurut Smet (1994) adalah sebagai

berikut :

a. Frekuensi

Frekuensi adalah sering tidaknya perilaku muncul. Frekuensi sangatlah

bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perilaku merokok seseorang

dengan menghitung jumlah munculnya perilaku merokok sering muncul

atau tidak. Dari frekuensi merokok seseorang, dapat diketahui perilaku

merokok seseorang yang sebenarnya.

b. Lamanya berlangsung

Lamanya berlangsung adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk

melakukan suatu tindakan. Aspek ini sangatlah berpengaruh bagi perilaku

merokok seseorang. Dari aspek inilah dapat diketahui perilaku merokok

seseorang apakah dalam menghisapnya lama atau tidak.

c. Intensitas

Intensitas adalah banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut.

Aspek intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

19

banyak seseorang menghisap rokok. Dimensi intensitas merupakan cara

yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek perilaku

merokok yaitu mendapatkan pengaruh positif dari merokok, merokok yang

dipengaruhi oleh perasaan negatif, merokok menjadi kebiasaan dan dilakukan

tanpa kesadaran, merokok menimbulkan ketergantungan psikologis, frekuensi,

lamanya berlangsung dan intensitas. Aspek perilaku merokok yang dipilih dalam

penelitian ini yaitu aspek mendapatkan pengaruh positif dari merokok,

mengurangi pengaruh negatif dari merokok, merokok menjadi kebiasaan dan

dilakukan tanpa kesadaran, merokok menimbulkan ketergantungan psikologis.

Pemilihan aspek ini berdasarkan dari telaah penulis mengenai hubungan stres dan

perilaku merokok. Penulis ingin melihat dari aspek-aspek tadi bagaimana perilaku

merokok tersebut berhubungan dengan stres psikososial yang dialami oleh wanita.

Menurut Wills (dalam Karman, 2004) perilaku merokok berhubungan dengan

intensitas stres dalam kehidupan perokok wanita. Semakin tinggi stres maka akan

semakin tinggi pula frekuensi merokok.

3. Dampak Perilaku Merokok

Rokok merupakan benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti

merasa lebih jantan. Rokok memiliki bahan kandungan yang berbahaya. Bahkan,

masyarakat umum pun tahu bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan. Perlu

kita ketahui juga bahwasanya rokok memberi pengaruh terhadap psikologis

seseorang (Aula, 2010).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

20

a. Dampak rokok terhadap kesehatan

Di balik kegunaan dan manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang

sangat besar bagi orang yang merokok (perokok aktif) maupun orang

disekitar perokok yang bukan perokok (perokok pasif). Dampak terhadap

kesehatan yang diakibatkan rokok pada seorang perokok aktif yaitu

diantaranya memicu munculnya kanker, penyakit paru-paru, penyakit jantung

koroner, impotensi, merusak otak dan indra, mengancam kehamilan pada

wanita, penyakit stroke, merontokkan rambut, katarak, keriput, merusak

pendengaran, merusak gigi, emfisema, osteoporosis, tukak lambung, kanker

rahim dan keguguran, kelainan sperma, penyakit burger, dan memperlambat

pertumbuhan anak. Sedangkan pada perokok pasif bahaya rokok dapat

meningkatkan risiko kanker, penyakit jantung dan gangguan paru-paru (Aula,

2010).

b. Dampak rokok terhadap psikologis

Dampak psikologis dari merokok adalah timbulnya pengaruh terhadap

pikiran, perasaan dan perilaku perokok (Sarafino. 1998). Dampak psikologis

tersebut ditandai dengan munculnya :

1) Adiksi (ketagihan). Nikotin dalam asap rokok merupakan bahan yang

menimbulkan efek ketagihan (adiktif), sebagaimana kelompok zat adiktif

lainnya seperti heroin (putau), morfin, cannabis (ganja) amfetamin

(Extasy, sabu, inex), alkohol dan psikotropika lainnya.

2) Toleransi dan efek ketagihan (adiksi) akan berkembang secara fisiologis

menjadi efek toleransi (penambahan dosis). Orang yang sudah bertahun-

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

21

tahun menjadi perokok, kadar toleransi nikotin dalam tubuhnya telah

cukup tinggi. Pada akhirnya secara psikologis perokok akan menimbulkan

efek ketagihan (adiksi) yang menyebabkan perokok mengalami reaksi

putus zat apabila di hentikan secara mendadak.

3) Gaya hidup perokok. Rokok dijadikan sebagai tanda pribadi yang tangguh,

keren dan bebas dari otoritas.

Sarafino (1998) mengatakan akibat dari merokok adalah agar seseorang

dapat memperoleh perasaan positif seperti rasa santai, rasa senang, atau sebagai

penambah semangat, mengurangi perasaan yang negatif seperti rasa cemas atau

rasa tegang.

Berdasarkan uraian di atas dapat dismpulkan bahwa rokok memiliki dampak

bagi kesehatan. Baik yang perokok (perokok aktif) maupun orang disekitar

perokok yang bukan perokok (perokok pasif). Bagi perokok risiko terkena

berbagai penyakit lebih banyak dan lebih besar dari pada yang bukan perokok.

Bagi perokok pasif ia juga memiliki risiko terkena berbagai penyakit akibat dari

paparan asap yang di timbulkan oleh seorang perokok. Selain berdampak pada

kesehatan, rokok juga memiliki dampak secara psikologis. Rokok dapat membuat

seseorang bisa merasakan efek perasaan positif seperti rasa santai, rasa senang,

atau sebagai penambah semangat, mengurangi perasaan yang negatif seperti rasa

cemas atau rasa tegang. Selain itu zat nikotin yang terkandung didalam rokok

membuat seseorang itu merasa ingin mencoba lagi dan akan membuat ketagihan

pada perokok tersebut.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

22

4. Faktor-faktor Perilaku Merokok

Rokok merupakan zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan

bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Merokok adalah suatu kebiasaan

atau pola hidup tidak sehat, serta perilaku merokok dapat menyebabkan berbagai

penyakit dan memperberat penyakit yang telah diderita dan dapat menyebabkan

kematian (Aula, 2010).

Menurut Hansen (dalam Sarafino, 1998) faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok yaitu :

a. Faktor Psikologis

Individu merokok untuk mendapatkan kesenangan, rasa nyaman, mengurangi

stres, merasa lepas dari kegelisahan dan juga untuk mendapatkan rasa percaya

diri. Oleh karena itu individu perokok yang bergaul dengan perokok lebih

sulit untuk berhenti merokok, daripada perokok yang bergaul atau lingkungan

sosialnya menolak perilaku merokok. Individu yang merasa tertekan akan

suatu masalah dapat mempengaruhi sisi psikologisnya yang menyebabkan

individu tersebut menjadi stres. Sarafino (1998), menyebutkan terjadinya

kesenjangan antara tuntutan yang dihasilkan oleh transaksi antara individu

dan lingkungan dengan sumber daya biologis, psikologis atau sistem sosial

yang dimiliki individu tersebut yang akan mempengaruhi kognisi, emosi dan

perilaku sosialnya yang berujung pada munculnya stres. Stres dapat

bersumber dari berbagai hal, seringkali disebut stressors. Hawari (2011)

Stressor adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan

pada setiap kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa melakukan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

23

adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Girdano dkk (2005)

stressors (sumber stres) manusia terdiri dalam beberapa bagian yaitu

Bioecological Stress (sumber stres bioekologi), Psychosocial Stress (sumber

stres psikososial), dan Personality Stress (sumber stres kepribadian). Rice

(1999) menyatakan stres bioekologi (Bioecological Stress) adalah stres yang

dipicu oleh dua hal. Hal yang pertama adalah ekologi atau lingkungan seperti

polusi serta cuaca. Sedangkan hal yang kedua adalah kondisi biologis seperti

menstruasi, demam, asma, jerawatan, dan lain-lain. Stres Kepribadian

(Personality Stress) adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri

seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan

atas dirinya. Orang yang selalu bersikap positif akan memiliki risiko yang

kecil terkena stres kepribadian. Sedangkan stres psikososial (psychosocial

stress) adalah stres yang dipicu oleh hubungan dengan orang lain di

sekitarnya ataupun akibat situasi sosialnya. Contohnya stres ketika

mengadaptasi lingkungan baru, masalah keluarga, stres macet di jalan raya

dan lain-lain.

b. Faktor Biologis

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar nikotin

dalam darah semakin besar pula ketergantungan terhadap rokok. Perilaku

merokok sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan kadar nikotin di dalam

darah.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

24

c. Faktor Sosio Kultural

Seseorang merokok karena pengaruh orang tua dan “peer group” atau teman

dan kelompoknya. Perilaku merokok akan lebih kuat pengaruhnya apabila

orang tua juga merokok. Kebiasaan masyarakat, tingkat ekonomi, pendidikan,

pekerjaan juga berpengaruh terhadap perilaku merokok.

d. Faktor Lingkungan Sosial

Seseorang mempunyai kebiasaan merokok karena lingkungannya adalah

perokok. Faktor sosial berpengaruh secara langsung dan tidak langsung

kepada individu. Pengaruh langsung berupa menawarkan rokok, membujuk

untuk merokok, menantang dan menggoda, pengaruh ini dirasakan kuat pada

kelompok remaja. Pengaruh tidak langsung yaitu adanya model yang kuat di

lingkungannya, misalkan pimpinan kelompok atau guru atau orang paling

cantik atau ganteng dalam kelompok merokok, maka anggota lain juga ikut

merokok. Pengaruh tidak langsung ini sulit untuk diamati. Seseorang

mungkin tidak merasa bahwa perilakunya dipengaruhi oleh gurunya atau

model iklan rokok tertentu.

Menurut Prawitasari (2012) terdapat empat faktor mengapa seseorang

menjadi seorang perokok, yaitu :

a. Faktor konsep fisik/sakit

Keadaan fisik sebelumnya abnormal penelitian menunjukkan adanya

kontribusi genetik terhadap kebiasaan merokok, meskipun hasil dan

penelitiannya masih kontroversi. Keadaan kejiwaan atau perilaku abnormal

menjelaskan bahwa adanya masalah-masalah dalam perjalanan hidup dapat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

25

menjadikan seseorang merokok. Selanjutnya dijelaskan dalam teori

ketergantungan, keadaan fisik manusia, yaitu toleransi jaringan tubuh, dan

adaptasi metabolism sel menyebabkan seseorang yang tadinya hanya coba-

coba merokok menjadi kecanduan.

b. Teori perilakuan

Teori perilakuan atau behaviorisme dalam psikologi menjelaskan terjadinya

kebiasaan merokok dari beberapa pendekatan berikut yaitu teori belajar

klasik, teori belajar operan, teori observasional learning/modeling, dan teori

kognitif. Teori belajar klasik adalah melihat bagaimana hubungan antara

unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), dan conditioned

stimulus (CS) memiliki keterikatan satu sama lain yang menyebabkan

seseorang menjadi seorang perokok. Teori belajar operan menjelaskan bahwa

bagaimana seseorang merokok karena ada semacam penguatan (yang

membuat perilaku merokok semakin sering diulang). Teori observasional

learning/modeling menerangkan bahwa seseorang merokok karena ada

contoh di sekitarnya yang juga merokok. Salah satunya adalah bila orang tua

atau salah satu orang tua merokok, anaknya akan mencontoh. Teori kognitif

menjalaskan bahwa seseorang merokok karena berfikir, mempertimbangkan,

dan akhirnya merasa bahwa merokok dapat meningkatkan citra dirinya.

c. Faktor lingkungan yang lebih luas

Perilaku merokok bisa datang dan di pengaruhi oleh lingkungan yaitu

lingkungan yang permisif, peraturan dan kebijakan pengendalian kebiasaan

merokok yang minimal, bayaknya iklan rokok.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

26

d. Faktor lingkungan sosial

Teman/saudara dan orang-orang disekitar perokok, status sosial ekonomi &

prestasi rendah, citra positif terhadap rokok, percaya bahwa merokok adalah

norma remaja & keterampilan menolak tawaran merokok yang rendah,

pengetahuan yang rendah tentang dampak rokok dan sikap positif terhadap

perilaku rokok.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor perilaku

merokok adalah faktor psikologis, faktor biologis, faktor lingkungan sosial, faktor

konsep fisik/sakit, faktor lingkungan yang lebih luas dan faktor sosio-kultural.

Pada penelitian ini peneliti memilih faktor psikologis sebagai dasar untuk

menelaah munculnya stres psikososial dari faktor psikologis yang berhubungan

dengan perilaku merokok. Prawitasari (2012), pada beberapa penelitian

menunjukkan bahwa kepribadian mempunyai hubungan dengan perilaku

merokok, salah satunya adalah ketahanan terhadap tekanan-tekanan kehidupan

atau stres. Menurut Hager (dalam Santrock, 2003) stres sangat bersifat individual

dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya

tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan

dengan suatu stressor (sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara

psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada

persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya. Saat dalam keadaan stres

seseorang akan cenderung mencari cara mengatasi gejala yang diakibatkan oleh

stres. Pada beberapa orang muncul efek tidak langsung berupa timbulnya

kebiasaan tidak sehat guna mengantisipasi stres seperti mengkonsumsi minuman

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

27

keras dan merokok. Banyak orang menganggap cara paling ampuh dan paling

cepat untuk mengatasi stres adalah dengan mengonsumsi minuman beralkohol dan

merokok. Padahal konsumsi minuman beralkohol dan merokok secara berlebihan

akan menyebabkan rentan terhadap penyakit (Lukaningsih dan Bandiyah, 2011).

Finkelstein dkk (2006) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tingkat stres yang

tinggi berakibat terhadap meningkatnya risiko seseorang untuk merokok. Hal ini

terkait dengan harapan agar dapat teralih rasa tegang atau keadaan yang

menyebabkan stres tersebut dengan merokok. Stres psikosososial dijadikan fokus

penelitian sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa stres psikososial merupakan

salah satu stressor (sumber stres) yang menjadikan seseorang mengalami stres.

Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Childs & Wit (2010) yang

menyatakan bahwa stres psikososial secara signifikan dapat meningkatkan

keinginan seseorang untuk merokok.

B. Stres Psikososial

1. Pengertian Stres Psikososial

Stres didefinisikan sebagai suatu respon emosional serta usaha penyesuaian

diri untuk mengembalikan keseimbangan badan dan jiwa yang terganggu

(Maramis, 2009). Menurut Wirawan (2012) stres merupakan reaksi yang tidak

diharapkan muncul sebagai akibat tingginya tuntutan lingkungan kepada

seseorang.

Stres menurut Bartsch dan Evelyn (dalam Kholidah dan Alsa, 2012) adalah

ketegangan, beban yang menarik seseorang dari segala penjuru, tekanan yang

dirasakan pada saat menghadapi tuntutan atau harapan yang menantang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

28

kemampuan seseorang untuk mengatasi atau mengelola hidup. Perlu adanya

strategi dalam menghadapi stres agar seseorang mampu melanjutkan hidupnya

dengan sehat. Ketika individu mengalami stres seringkali tidak memiliki

kemampuan mengatasi atau melakukan strategi dengan tepat, sehingga

permasalahan yang dihadapi tidak mampu diselesaikannya. Stres menurut Hans

Selye (Hawari, 2011) menyatakan stres adalah respon tubuh yang sifatnya

nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Lazarus dan Folkman (dalam

Evanjeli, 2012) yang menjelaskan stres sebagai kondisi individu yang dipengaruhi

oleh lingkungan. Kondisi stres terjadi karena ketidakseimbangan antara tekanan

yang dihadapi individu dan kemampuan untuk menghadapi tekanan tersebut.

Individu membutuhkan energi yang cukup untuk menghadapi situasi stres agar

tidak mengganggu kesejahteraan mereka.

Menurut Girdano dkk (2005), stressors (sumber stres) manusia terdiri dalam

beberapa bagian yaitu Bioecological Stress (sumber stres bioekologikal),

Personality Stress (sumber stres kepribadian) dan Psychosocial Stress (sumber

stres psikososial). Rice (1999) menyatakan stres bioekologi (Bioecological Stress)

adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Hal yang pertama adalah ekologi atau

lingkungan seperti polusi serta cuaca. Sedangkan hal yang kedua adalah kondisi

biologis seperti menstruasi, demam, asma, jerawatan, dan lain-lain. Stres

Kepribadian (Personality Stress) adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam

diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan

atas dirinya. Orang yang selalu bersikap positif akan memiliki risiko yang kecil

terkena stres kepribadian. Sedangkan stres psikososial (psychosocial stress)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

29

adalah stres yang dipicu oleh hubungan dengan orang lain di sekitarnya ataupun

akibat situasi sosialnya. Contohnya stres ketika mengadaptasi lingkungan baru,

masalah keluarga, stres macet di jalan raya dan lain-lain.

Stres psikososial yang dialami oleh wanita seringkali muncul berasal dari

kondisi ekonomi (keuangan), tuntutan lingkungan sosial, hubungan perkawinan,

pekerjaan, penampilan fisik dan faktor keluarga (Lukaningsih dan Bandiyah,

2011). Berdasarkan studi dari Schetter (dalam Rahmatika, 2014) menyebutkan

bahwa para wanita memiliki beberapa sumber stres, beberapa diantaranya yaitu

masalah keuangan, ketegangan dalam hubungan dengan pasangan, tangung jawab

keluarga, kondisi terkait dengan pekerjaan, dan masalah-masalah lain yang berasal

dari lingkungannya.

Stres psikososial merupakan salah satu stressor yang menjadikan seseorang

mengalami stres. Hawari (2011) Stres psikososial adalah setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga

orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk

menanggulanginya.

Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa diri seorang disebut stressor

psikososial. Pemicu stres psikososial adalah peristiwa-peristiwa sosial atau

psikologis yang membuat seseorang menjadi tertekan seperti pekerjaan, hubungan

sosial, situasi keuangan, keluarga, kelainan psikologis (depresi, kegelisahan, dan

lain-lain), rendahnya rasa percaya diri, masalah di lingkungan tempat tinggal, dan

keterlibatan dalam hukum (Hyman, 2006).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

30

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa stres psikososial merupakan

keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang,

sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk

menanggulanginya.

2. Aspek-aspek Stres Psikososial

Menurut Taylor (dalam Liftiah, 2013) menyatakan stres dapat menghasilkan

berbagai respon. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa respon-respon

tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada individu, dan

mengukur tingkat stres yang dialami individu. Respon stres dapat terlihat dalam

berbagai aspek, yaitu :

a. Respon fisiologis

Setiap orang yang dihadapkan pada kondisi atau situasi yang mengancam

atau berbahaya, maka akan ada reaksi fisiologis dari tubuh terhadap stres

yang di timbulkan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah,

detak jantung, detak nadi, dan sistem pernafasan.

b. Respon kognitif

Kondisi stres dapat mengganggu proses berpikir seseorang. Hal ini terlihat

lewat terganggunya proses kognitif individu seperti pikiran menjadi kacau,

menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

c. Respon emosi

Hal ini menyangkut emosi yang mungkin dialami individu. Setiap orang

yang mengalamai ketidakstabilan emosi dapat memicu munculnya stres.

Ini ditandai dengan perasaan takut, cemas, malu, dan marah.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

31

d. Respon tingkah laku

Kondisi stres dapat juga mempengaruhi tingkah laku sehari-hari setiap

individu. Respon ini dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi

yang menekan, dan flight yaitu menghindari situasi yang menekan.

Menurut Hardjana (1994) aspek-aspek dalam gejala stres ada empat, yaitu :

a. Gejala Biologis

Gejala biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang

dialami individu antara lain : sakit kepala, sakit punggung, gangguan

tidur, sembelit, mencret, gangguan pencernaan, gangguan makan,

gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan.

b. Gejala Intelektual

Kondisi stres dapat mengganggu proses berpikir individu. Individu yang

mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian

dan konsentrasi, sulit membuat keputusan, produktivitas menurun,

kehilangan rasa humor yang sehat, pikiran dipenuhi dengan satu hal saja,

mutu kerja rendah, pikiran kacau.

c. Gejala Emosional

Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu yang

mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang

berlebihan terhadap segala sesuatu, gugup, mudah tersinggung, gelisah,

harga diri menurun, gampang menyerang orang lain, merasa sedih dan

depresi.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

32

d. Gejala Interpersonal

Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang

cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan

interpersonal seperti mendiamkan orang lain, senang mencari kesalahan

orang lain, menutup diri secara berlebihan, kehilangan kepercayaan pada

orang lain, mudah membatalkan janji, menyerang dengan kata-kata, dan

mengambil sikap terlalu membentengi atau mempertahankan diri.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek stres psikososial

meliputi respon fisiologis, respon kognitif, respon emosi, respon tingkah laku,

gejala biologis, gejala intelektual, gejala emosional dan gejala intelektual. Aspek

dalam penelitian ini berfokus pada empat aspek yaitu respon fisiologis, respon

kognitif, respon emosi dan respon tingkah laku oleh Taylor. Penulis memfokuskan

pada empat aspek tersebut di dukung dengan pernyataan dari H. Handoko (dalam

Lukaningsih dan Bandiyah, 2011) yang menyatakan stres mengacu pada suatu

kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi

seseorang.

C. Hubungan Antara Stres Psikososial Dengan Perilaku Merokok Pada

Wanita

Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang dinilai sangat

merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya. Meskipun

semua orang mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas

merokok, hal itu tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

33

masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Di satu pihak menguatkan bahwa perilaku

merokok dinilai wajar dan bisa dilakukan oleh siapa saja, yang tidak dibatasi oleh

jenis kelamin maupun gender. Streotype wanita yang seharusnya tidak merokok

hanya kebiasaan semata, yang sesungguhnya sesuai dengan perkembangan

perilaku masyarakat. Sementara itu, pihak lain berasumsi bahwa nilai moral

seseorang wanita akan luntur ketika ia merokok. Hal yang menjadi titik berat di

sini, yakni masih berada pada nilai normatif seorang wanita, khususnya

pandangan budaya Indonesia terhadap wanita (Aula, 2010).

Sebagai bentuk suatu perilaku maka merokok dapat dijelaskan sebagai

refleksi organisasi kepribadian individu yaitu adanya kebutuhan-kebutuhan

tertentu yang dapat terpuaskan dengan merokok (Pribadi, 2000). Levy (dalam

Nasution, 2007) Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi

kesehatan tetapi masih banyak orang yang masih melakukannya. Setiap individu

mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan

tujuan mereka merokok. Tomkins (Sarafino, 1998) menyatakan bahwa perilaku

merokok dapat dilihat dari empat aspek, yaitu, mendapatkan pengaruh positif dari

merokok, merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, merokok menjadi

kebiasaan dan dilakukan tanpa kesadaran, merokok menimbulkan ketergantungan

psikologis.

Aula (2010) menyatakan bahwa ada beberapa alasan psikologis yang

menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi relaksasi atau ketenangan, serta

mengurangi kecemasan atau ketegangan. Pada kebanyakan perokok, ikatan

psikologis dengan rokok dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengatasi diri

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

34

sendiri secara mudah dan efektif. Rokok dibutuhkan sebagai alat keseimbangan.

Perilaku merokok biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah emosional seperti

untuk menghilangkan stres.

Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stres yang ringan berguna

dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih berpikir dan

berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-

hari. Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah dalam

kehidupan yang biasanya membosankan dan rutin. Tetapi stres yang terlalu

banyak dan berkelanjutan, bila tidak ditanggulangi, akan berbahaya bagi

kesehatan (Lukaningsih dan Bandiyah, 2011).

Stres psikososial merupakan salah satu stressor yang menjadikan seseorang

mengalami stres. Hawari (2011) Stres psikososial adalah setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga

orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk

menanggulanginya Taylor (dalam Liftiah, 2013) menyatakan stres dapat

menghasilkan berbagai respon. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa

respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada

individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami individu. Respon stres dapat

terlihat dalam berbagai aspek yaitu respon fisiologis (merupakan respon dimana

setiap orang yang dihadapkan pada kondisi atau situasi yang mengancam atau

berbahaya, maka akan ada reaksi fisiologis dari tubuh terhadap stres yang di

timbulkan), respon kognitif (merupakan kondisi stres yang dapat mengganggu

proses berpikir seseorang), respon emosi (merupakan suatu hal menyangkut emosi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

35

yang mungkin dialami individu) dan respon tingkah laku (kondisi stres dapat juga

mempengaruhi tingkah laku sehari-hari setiap individu).

Stres psikososial yang dialami oleh wanita seringkali muncul berasal dari

kondisi ekonomi (keuangan), tuntutan lingkungan sosial, hubungan perkawinan,

pekerjaan, penampilan fisik dan faktor keluarga (Lukaningsih dan Bandiyah,

2011). Berdasarkan studi dari Schetter (dalam Rahmatika, 2014) menyebutkan

bahwa para wanita memiliki beberapa sumber stres, beberapa diantaranya yaitu

masalah keuangan, ketegangan dalam hubungan dengan pasangan, tangung jawab

keluarga, kondisi terkait dengan pekerjaan, dan masalah-masalah lain yang berasal

dari lingkungannya.

Menurut Hurlock (2006) pada wanita dewasa awal sering kali mengalami

kesulitan terhadap masalah-masalah dalam penyesuaian diri, karena kurangnya

persiapan menghadapi masalah sebagai orang dewasa, menjalankan dua tugas

perkembangan sekaligus, dan tidak memperoleh bantuan dalam menghadapi

permasalahan. Permasalahan masa dewasa awal pada wanita disebabkan

ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi serta

ketidaksesuaian tugas perkembangan yang dilaksanakan yang kemudian

menimbulkan ketegangan emosi dan akhirnya menjadi pemicu timbulnya stres.

Masa dewasa awal merupakan masa penyesuaian diri yang khusus dan sulit dari

rentang hidup seseorang. Masa ini, seseorang sudah dewasa sehingga dianggap

mandiri pada pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial baru.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

36

Setiap manusia senantiasa berada dalam suatu interaksi dua arah dengan

lingkungannya, dan setiap individu yang sehat akan berusaha untuk menjaga

keseimbangan yang dinamis dengan lingkungannya. Namun pada saat seorang

individu mendapatkan tekanan yang melebihi kemampuannya beradaptasi, maka

individu tersebut bereaksi yang kita sebut dengan stres (Lukaningsih dan

Bandiyah, 2011). Pengelolaan stres antara individu yang satu dengan individu

yang lain berbeda-beda. Ada individu yang menghadapi stres dengan tindakan

yang negatif, seperti merokok. Individu yang memutuskan untuk merokok

beranggapan bahwa rokok dapat mengurangi stres, mengurangi kecemasan,

mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, membuat rileks, merasa

lebih percaya diri, dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh efek zat yang

terkandung pada rokok, yaitu nikotin yang memberikan perasaan nyaman.

Penghentian dari nikotin akan menyebabkan perokok merasa sakit kepala, pusing,

letih, insomnia, cemas, susah berkonsentrasi, gelisah, menurunkan nafsu makan,

sehingga individu tetap merokok untuk menghindarkan efek gejala putus zat.

Individu yang menghadapi stres dengan tindakan positif akan memilih hal-hal lain

yang menyenangkan, seperti melakukan aktifitas bersama teman, menenangkan

diri, dan sebagainya. Perbedaan dalam merespon stres seperti ini dipengaruhi oleh

sifat pribadi dan karakteristik kepribadian masing-masing individu.

Terlihat bahwa pada aspek respon emosi memiliki hubungan terhadap aspek

mendapatkan pengaruh positif dari merokok. Respon emosi seseorang ketika

dalam keadaan stres dapat berubah ketika saat mengkonsumsi rokok. Oskamp

(dalam Nasution, 2007) menyatakan bahwa saat mencoba rokok untuk yang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

37

pertama kalinya, seorang individu akan menjadi ketagihan untuk merokok, dengan

alasan-alasan seperti, menurunkan kecemasan dan mendapatkan penerimaan.

Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa efek positif dari merokok

adalah menghasilkan efek mood yang positif dan membantu individu dalam

menghadapi masalah yang sulit. Sehingga seseorang yang mengalami stres dan

mulai mengonsumsi rokok efek yang dirasakan terhadap emosinya akan

berpengaruh pada kondisi orang tersebut.

Respon kognitif memiliki hubungan dengan aspek merokok yang dipengaruhi

oleh perasaan negatif. Menurut Finkelstein dkk (2006) dalam penelitiannya

menjelaskan bahwa tingkat stres yang tinggi berakibat terhadap meningkatnya

risiko seseorang untuk merokok. Hal ini terkait dengan harapan agar dapat teralih

rasa tegang atau keadaan yang menyebabkan stres tersebut dengan merokok.

Merokok dianggap dapat memudahkan seseorang berkonsentrasi, memperoleh

pengalaman yang menyenangkan, relaksasi, dan mengurangi ketegangan atau

stres. Hal ini menggambarkan bahwa respon kognitif pada orang yang

mengalamai stres dapat memicu seseorang untuk merokok dengan harapan agar

proses kognitif dapat kembali berjalan dengan baik.

Respon tingkah laku memiliki hubungan dengan aspek merokok menjadi

kebiasaan dan dilakukan tanpa kesadaran. Pengaruh nikotin dalam merokok dapat

membuat seseorang menjadi pecandu atau ketergantungan pada rokok. Seseorang

yang sudah kecanduan merokok pada umumnya tidak dapat menahan keinginan

untuk tidak merokok, mereka cenderung sensitif terhadap efek dari nikotin

(Kandel dalam Baker, 2004). Prawitasari (2012) menyatakan bahwa seseorang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

38

merokok karena berpikir, mempertimbangkan dan akhirnya merasa bahwa

merokok dapat meningkatkan citra dirinya. Seseorang ketika saat dalam keadaan

stres muncul tingkah laku yang digambarkan sebagai situasi untuk melawan atau

menghindari situasi yang menekan. Munculnya tingkah laku buruk seperti

merokok menjadikan seseorang tidak bisa melepaskan rokok begitu saja. Joewana

(Astuti, 2012) menyatakan jika nikotin telah masuk ke dalam tubuh maka tubuh

senantiasa membutuhkan nikotin dan itu akan terpenuhi dengan jalan

mengkonsumsi rokok. Kondisi ini akan berlanjut pada munculnya kecanduan atau

ketergantungan akan rokok, yaitu keadaan apabila seseorang menghentikan

perilaku merokok yang biasa dilakukan akan mengalami gejala putus zat.

Terlihat juga bahwa respon fisiologis berhubungan dengan aspek merokok

menimbulkan ketergantungan psikologis. Prawitasari (2012) rokok mempunyai

beberapa bahan kimia yang dampaknya pada tubuh manusia menyebabkan

keinginan untuk terus melakukan dan bahkan semakin lama meminta dosis atau

takaran yang lebih banyak. Nikotin merupakan zat dalam rokok yang bertanggung

jawab terhadap timbulnya kecanduan. Efek nikotin pada rokok adalah

menstimulasi reseptor sistem saraf pusat. Sesegera reseptor tersebut aktif,

adrenalin akan di lepaskan. Kondisi tersebut dialami perokok sebagai faktor

relaksasi. Bartra (dalam Prawitasari, 2012) menyatakan bahwa nikotin yang

terdapat di dalam rokok melepas hormon dopamin yang memberikan penguatan

perilaku dan ketergantungan. Hal ini yang membawa seorang perokok memilih

untuk merokok agar kondisi fisiologis mereka dapat terkontrol saat mengalami

stres.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

39

Tomkins (Sarafino, 1998) secara psikologis merokok sering dianggap

sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan afeksi positif, menimbulkan efek

relaksasi, menghilangkan kecemasan, menimbulkan ketergantungan psikologis

untuk mengatur keadaan emosinya. Wills (dalam Karman, 2004) menyatakan

bahwa perilaku merokok berhubungan dengan intensitas stres dalam kehidupan

wanita. Semakin tinggi intensitas stres maka semakin tinggi frekuensi merokok.

Salah satu kandungan rokok adalah nikotin dimana nikotin ini mempunyai efek

ketergantungan, pada saat seorang perokok aktif mengalami stres maka stres ini

akan memicu peningkatan konsumsi nikotin (Childs & Wit, 2010). Menurut

penelitian Childs & Wit (2010) stres secara signifikan meningkatkan keinginan

seseorang untuk merokok dan tingkat nikotin juga mempengaruhi stres pada

perokok.

Wanita yang memiliki kebiasaan merokok biasanya menggunakan rokok

sebagai alat pelarian dari masalah yang sedang dihadapinya. Mayoritas wanita

perokok beralih bahwa dengan merokok bisa menghilangkan stres dan bisa

meringankan sedikit beban yang sedang mereka pikul. Sehingga, setelah merokok

mereka kadang bisa merasa nyaman dan lebih rileks dalam menyelesaikan

permasalahan hidupnya (Bangun, 2008).

Perilaku merokok pada saat stres didukung oleh hasil yang dirasakan setelah

menghisap rokok. Hal-hal yang paling dirasakan subjek ketika atau setelah

merokok adalah kenikmatan, kepuasan, dan merasakan ketenangan. Seorang

perokok dapat kembali merokok bahkan meningkatkan intensitas merokoknya

ketika dalam keadaan stres (Hasnida & Kemala, 2005).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1619/3/BAB II.pdf · yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang

40

Parrot (2004) dalam penelitiannya mengenai hubungan antara stres dengan

merokok yang dilakukan pada orang dewasa dan pada remaja menyatakan adanya

perubahan emosi selama merokok. Merokok dapat membuat orang yang stres

menjadi tidak stres lagi. Perasaan ini tidak akan lama, begitu selesai merokok,

mereka akan merokok lagi untuk mencegah agar stres tidak terjadi lagi. Keinginan

untuk merokok akan kembali timbul karena ada hubungan antara perasaan negatif

dengan rokok, yang berarti bahwa para perokok akan merokok kembali agar

menjaga mereka untuk tidak menjadi stres. Childs & Wit (2010) dalam

penelitiannya mengenai efek stres psikososial akut pada keinginan rokok dan

kebiasaan merokok yang dilakukan pada orang dewasa menyatakan stres secara

signifikan meningkatkan keinginan untuk merokok namun tidak meningkatkan

kebiasaan merokok.

D. Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara stres

psikososial dengan perilaku merokok pada wanita. Semakin tinggi stres

psikososial maka akan semakin tinggi pula perilaku merokok pada wanita.

Sebaliknya semakin rendah stres psikososial maka perilaku merokok pada wanita

akan semakin rendah.