bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/71177/45/bab ii.pdftalking stick....
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu pada penelitian ini menjadi salah satu acuan penulis
dalam meneliti dan juga memperkaya teori yang relevan dengan masalah yang
diteliti. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan
judul pengaruh penerapan metode talking stick terhadap motivasi belajar siswa di
MTsN 3 Kota Bima adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian skripsi Ginanjar Jiwangga Murti yang dilakukan pada
tahun 2014 berjudul “Keefektifan Penggunaan Metode Talking Stick dalam
Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI
Usaha Pelajaran Wisata SMK Negeri 4 Yogyakarta”, berdasarkan hasil anlisis
didapatkan bahwa penggunaan metode talking stick dalam pembelajaran
keterampilan berbahasa Jerman lebih efektif dari pada penggunaan metode
konvensional dengan nilai mean pre test dan post test kelas eksperimen sebesar
7,670, sedangkan pre test dan post test kelas kontrol sebesar 7,359.1
Penelitian yang dilakukan Abdul Musowir pada tahun 2018 untuk
menyelesaikan tugas akhir skripsi berjudul “Pengaruh Metode Talking Stick
Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI pada Siswa SMP N 3 Satu Atap
1 Ginanjar Jiwangga Murti, “Keefektifan Penggunaan Metode Talking Stick dalam
Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI Usaha Pelajaran
Wisata SMK Negeri 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2014) (Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), 62
11
Kaliangkrik Magelang”, dari hasil penelitiannya yaitu penggunaan metode
pembelajaran Talking Stick berpengaruh terhadap hasil belajar PAI siswa dengan
kategori cukup ini dapat dilihat dari mean kelas sebesar 54.91 Dari hasil pengolahan
data dengan menggunakan analisis Korelasi product moment diperoleh nilai rxy
hitung sebesar 0.881 dengan tingkat probabilitas 0.000 yang berarti ada
pengaruh.dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh. Bahsannya Ho ditolak dan
Ha diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh antara metode talking stick
terhadap hasil belajar siswa di SMP N 3 Satu Atap Kaliangkrik.2
Pada penelitian yang dilakukan oleh Iis Sholihat dalam skripsi yang
berjudul “Pengaruh Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPA”. Terdapat 2 kelas yang dijadikan objek
penelitian yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa setelah penerapan metode talking stick dengan bantuan media nyata
peningkatan minat belajar siswa dapat dilihat dari skor tertinggi kelas Eksperimen
yang menggunakan metode Talking Stick adalah 88 dan terendah 44 dengan skor
ratarata sebesar 69,1. Sedangkan kelas yang tidak menggunakan metode talking
stick mendapatkan skor tertinggi 62 dan skor terendah 31 dengan skor rata-rata
sebesar 17,95. Dapat disimpulkan bahwa penerapana metode talking stick sangatlah
berpengaruh terhadap peningkatan minat belajar siswa pada pelajaran biologi dan
dapat dipahami dengan menggunakan metode talking stick sangatlah efisien karena
2 Musowir, “Pengaruh Metode Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI
pada Siswa SMP N 3 Satu Atap Kaliangkrik Magelang, 2018” ( Skripsi Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Magelang 2018), 10
12
diperoleh hasil belajar yang meningkat dibandingkan dengan metode pembelajaran
konvensional.3
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riska Dewi dalam skripsinya yang
berjudul “Pengaruh Model Talking Stick dalam Pembelajaran Biologi Materi
Sistem Pencernaan pada Manusia Terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Afektif
Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 5 Sungkai Utara”. Dari hasil penelitian
skripsi ini diperoleh bahwa metode pembelajaran talking stick berpengaruh
terhadap hasil belajar kognitif dan afektif dalam pembelajaran Biologi khusus pada
materi sistem pencernaan manusia, ini dapat dilihat dari hasil pretes pada kelas
eksperimen sebesar 32,7 sedangkan postes sebesar 63,7. Sedangkan untuk kelas
kontrol nilai pretes 42,7 dan postes 53,7. Berdasarkan hasil uji t didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,034 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari
hasil pembelajaran IPA dengan menggunakan metode talking stick lebih besar
dibandingkan dengan metode konvensial.4
3Iis Sholihat, “Pengaruh Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Terhadap Mata Pelajaran IPA Magelang 2019” (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2019), 76 4Riska Dewi, “Pengaruh Model Talking Stick dalam Pembelajaran Biologi Materi Sistem
Pencernaan pada Manusia Terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Peserta Didik Kelas VIII
SMP Negeri 5 Sungkai Utara” (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas IslamNegeri
Raden Intan Lampung 2018), 9
13
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Perbedaan dengan
Penelitian Ini
Persamaan
dengan Penelitian
Ini
1 Ginanjar
Jiwangga
Murti
(2014)
Keefektifan
Penggunaan
Metode
Talking Stick
dalam
Pembelajaran
Keterampilan
Berbicara
Bahasa Jerman
Peserta Didik
Kelas XI
Usaha
Pelajaran
Wisata SMK
Negeri 4
Yogyakarta
- Penelitian yang
dilakukan oleh
Ginanjar Jiwangga
Murti menekankan
pada keterampilan
berbicara, sedangkan
pada penelitian ini
yang diteliti adalah
motivasi belajar
- Tempat penelitian
yang berbeda
- Teori yang
digunakan Ginanjar
Jiwangga Murti
hakikat keterampilan
berbicara sedangkan
pada penelitian ini
terori yang
digunakan adalah
teori motivasi
belajar.
- Subjek penelitian
Ginanjar Jiwangga
Murti merupakan
siswa SMK
Menggunakan
metode belajar
yang sama yaitu
metode talking
stick
14
sedangkan pada
penelitian ini
menggunakan siswa
MTS
2 Abdul
Musowir
(2018)
Pengaruh
Metode
Talking Stick
Terhadap Hasil
Belajar Mata
Pelajaran PAI
pada Siswa
SMP N 3 Satu
Atap
Kaliangkrik
Magelang
- Penelitian yang
dilakukan oleh
Abdul Musowir
menekankan pada
hasil belajar
sedangkan pada
penelitian ini ingin
mengetahui
pengaruh terhadap
motivasi belajar
- Rumus menghitung
data yang digunakan
oleh Abdul Musowir
analisis Korelasi
product momen
- Menggunakan
mata
pelajaran
yang sama
yaitu PAI
- Jenjang
subjek
penelitian
sama yaitu
MTS/SMP
3 Iis
Sholihat
(2019)
Pengaruh
Metode
Talking Stick
Untuk
Meningkatkan
Minat Belajar
Siswa
Terhadap Mata
Pelajaran IPA
- Bidang mata
pelajaran yang
digunakan oleh Iis
Sholohat yaitu IPA,
sedangkan dalam
penelitian ini
menggunakan mata
pelajaran SKI
- Variabel dalam
penelitian Iis
Sholihat adalah
- Sama-sama
menggunakan
metode
belajar
talking stick.
- Penelitian Iis
Sholihat dan
penelitian
menggunakan
jenis
15
minat belajar
sedangkan pada
penelitian ini yaitu
motivasi belajar
siswa.
- Pada penelitian Iis
Sholohat
menggunakan kelas
kontrol dan
eksperimen,
sedangkan pada
penelitian hanya
menggunakan kelas
eksperimen.
penelitian
kuantitatif.
4 Riska
Dewi
(2018)
Pengaruh
Model Talking
Stick dalam
Pembelajaran
Biologi Materi
Sistem
Pencernaan
pada Manusia
Terhadap Hasil
Belajar
Kognitif dan
Afektif Peserta
Didik Kelas
VIII SMP
Negeri 5
Sungkai Utara
- Variabel dalam
penelitian Riska
Dewi adalah hasil
belajar kognitif dan
afektif, sedangkan
pada penelitian ini
yaitu motivasi
belajar siswa.
- Mata pelajaran
dalam penelitian
Riska Dewi adalah
biologi, sedangkan
dalam penelitian ini
SKI
- Pada penelitian
Riska Dewi
menggunakan kelas
- Jenjang
subjek
penelitian
sama yaitu
MTS/SMP
- Sama-sama
meneliti
tentang
pengaruh
metode
talking stick
16
eksperimen dan
kelas kontrol,
sedangkan dalam
penelitian ini hanya
menggunakan kelas
eksperimen.
- Metode pengumpuan
data pada penelitian
Riska Dewi
menggunakan postes
dan pretes,
sedangkan dalam
penelitian ini
menggunakan
observasi dan
angket.
B. Kerangka Teoritis
Kegiatan belajar mengajar merupakan proses menerima informasi dari guru
ke murid. Untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar, guru harus
mengerahkan semua kemampaun serta meningkatkan kualitasnya dalam mengajar
agar siswa dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan. Dengan demikian
diperlukan metode yang efektif dalam proses belajar mengajar, agar tujuan utama
pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
1. Pengertian Metode Talking Stick
Pembelajaran dengan model belajar talking stick dapat mendorong
peserta didik untuk berani dalam mengemukakan pendapat. Pembelajaran
17
talking stick adalah pembelajaran yang dipergunakana guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan.5
Metode talking stick merupakan metode yang digunakan oleh para
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang untuk berbicara atau
menyampaikan pendapat dalam suatu forum pertemuan antar suku. Menurut
Carol Locust dalam Miftahul Huda tongkat berbicara ini telah digunakan
selama berabad-abad oleh suku-suku Indian, tongkat ini berfungsi sebagai
alat menyimak secara adil. Karena tongkat akan bergilir keseluruh anggota,
tongkat berbicara ini sering digunakan dalam kalangan dewan untuk
memutuskan siapa yang memliki hak untuk berbicara pada saat rapat
dimulai dan berdiskusi serta membahas masalah, tongkat akan dipegang
oleh pimpinan dan diberikan kepada salah satu anggo untuk berbicara.6
Model pembelajaran talking stick ini merupakan model yang
menekankan pada keaktifan siswa selama proses belajar, dimana metode
talking stick ini mengajak siswa untuk belajar sambil bermain sehingga
proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan materi dapat
tersalurkan dengan optimal.7
Metode talking stick merupakan salah satu pembelajaran kooperatif,
dimana metode taking stick yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa
5 Supriyono Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:2009),
109
6 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta:2013), 224 7 Siti rahayu, dkk, “Penerapan Model Kooperatif Learning Tipe Talking Stick untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol 5 No.
1 (2018), 313
18
secara langsung dan sekaligus menyenangkan bagi siswa. Dimana tongkat
yang telah disiapkan oleh guru menjadi media atau jatah dan dapat
dikatakan sebagai giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari
guru setelah siswa mempelajari materi. Dengan diterapkannya metode
pembelajaran ini suasana kelas akan menjadi lebih menyenangkan dan lebih
hidup, karena semua siswa akan mendapatkan giliran menjawab pertanyaan
dari guru dan melatih siswa dalam berpikir dan berbicara dalam kelas.8
Terdapat beberapa langkah model pembelajaran tipe talking stick dalam
buku 58 Model Pembelajaran Inovatif adalah:9
Pertama, guru menyiapkan satu tongkat yang panjangnya sekitar 20 cm.
Pemilihan tongkat sesuai dengan kebutuhan guru, jika tidak terdapat tongkat
maka media lain dapat digunakan, seperti spidol atau penghapus papan.
Tujuan pemilihan tongkat ini agar media dapat dipegang sehingga bergilih
ke seluruh siswa dengan mudah. Kedua, guru menyampaikan materi pokok
yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempelajari materi. Pada tahap ini dipastikan selururuh siswa
memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan, tujuannya agar
pada saat penerapan metode ini dimulai siswa telah paham terhadap materi.
Ketiga, setelah selesai membaca materi atau mempelajarinya siswa menutup
buku, pada sesi ini siswa telah siap menjawab pertanyaan dari guru tanpa
harus membuka buku pelajaran kembali. Keempat, guru mengambil tongkat
8 Ni Made Firma Janayanti, dkk. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking
Stick Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V SD”. e-Journal PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2, (2017), 4 9 Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif, (Medan:2014), 90
19
dan memberikan kepada salah satu siswa, pada saat tongkat diberikan
kepada siswa, tongkat harus terus berjalan hingga guru memberikan aba-
aba untuk tongkat berhenti, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan
siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya, hingga seluruh murid mendapat giliran pertanyaan dari guru.
Kelima, memberikan kesimpulan dapat dilakukan oleh siswa yaitu guru
memeberikan kesempatan pada siswa yang belum mendapatkan giliran
menjawab pertanyaan atau kesempatan bagi siswa yang nilainya belum
memuaskan. Keenam, melakukan evaluasi yaitu memastikan siswa agar
benar-benar paham pada materi pelajaran yang telah dipelajari. Ketujuh,
menutup pelajaran, pada bagian ini guru menutup pelajaran seperti mata
metode yang lain.
Sedangkan langkah-langkah penerapan metode talking stick menurut
Agus Suprijono adalah 1) guru menjelaskan materi pokok yang akan
dipelajari 2) peserta didik diberikan kesempatan untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran 3) guru memberikan instruksi untuk menutup
buku pelajaran, ini bertujuan agar siswa menjawab pertanyaan benar-benar
berasal dari pikiran siswa itu sendiri 4) guru mengambil tongkat yang telah
dipersiapkan sebelumnya 5) guru memberikan tongkat kepada salah satu
siswa 6) setiap peserta didik yang menerima tongkat dari guru harus
menjawab pertanyaan dari guru 7) tongkat akan bergilir ke siswa lain begitu
seterusnya, seyogyanya dalam penerapan metode ini diiringi dengan musik
8) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan
20
terhadap materi yang telah dipelajari 9) guru memberikan ulasan terhadap
jawaban yaang telah diberikan oleh siswa 10) guru dan siswa merumuskan
kesimulan.10
Menurut Hengky dalam Suriani bahwa terdapat keunggulan metode
talking sttick yaitu pertanyaan terfokus pada materi pelajaran, menguji
kesiapan siswa, memotivasi keberanian dan keterampilan siswa dalam
menjawab pertanyaan dari guru, memupuk rasa tanggung jawab dan
keberanian serta kerja sama siswa, mengajarkan siswa untuk bertanggung
jawab atas jawaban yang diberikan siswa, agar siwa berpikir secara mandiri
terhadap jawaban yang akan diberikan kepada guru dan mengasah
kemampuan serta pengalaman siswa.11
Terdapat beberapa kelebihan dari metode talking stick, diantaranya
sebagai berikut:12
a) Melatih keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat.
b) Memacu siswa untuk lebih mempersiapkan diri untuk belajar.
c) Melatih siswa memahami materi dengan cepat.
d) Siswa belajar menghargai pendapat orang lain.
e) Menguji kesiapan siswa dalam pelajaran.
f) Melatih siswa untuk menerima pendapat dari siswa lain.
10 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM,
(Yogyakarta:2009), 109 11 Suriani Siregar, “Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Hasil Belajar
dan Aktivitas Visual Siswa pada Konsep Sistem Indra”, Jurnal Biotik, Vol. 3 No. 2, (2015), 102 12 Nining Mariyaningsih dan Mistina Hidayaati, Bukan Kelas Biasa: Teori Dan Praktik
Berbagai Model Dan Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-Kelas
Inspiratif, (Surakarta:2018), 105
21
Sementara itu kekurangan dari metode talking stick ini yaitu:13
a. Guru khawatir akan terjadi kekacauan dikelas, karena disini siswa
berkelompok sehingga akan timbul kekacauan yang terlalu ribut.
b. Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerja sama
dengan orang lain. Siswa yang tekun merasa harus melebihi kerja
yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang
mampu merasa minder ditempatkan dengan siswa yang pandai.
c. Siswa selalu merasa tegang karena takut mendapatkan stick dari
guru.
d. Kesempatan mendapatkan pertanyaan sedikit karena hanya siswa
yang mendapat stick yang mendapat pentanyaan dari guru.
Orientasi tujuan dari metode talking stick yang di gunakan oleh guru
yaitu terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang
diberikan kepada siswa. Metode talking stick juga merupakan metode
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta membuat siswa aktif
dalam kegiatan pembelajaran, dimana metode ini mendorong siswa
untuk berani mengemukakan pendapat.14
Berdasarkan pada pemaparan mengenai metode talking stick diatas,
maka dapat ditarik benang merahnya bahwa metode ini awal mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika yang dimana bertujuan untuk
13 Nurmawati W, “Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Learning Type Talking
Stick untuk Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Kelas VI SD Negeri
153,” Indragiri Journal, Vol. 1 no 2 (2017), 53 14 Rahmat, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Konteks Kurikulum 2013,
(Yogyakarta: 2019), 47
22
memberikan hak kepada seluruh anggota dalam pertemuan untuk
berbicara dengan media yang digunakan adalah tongkat, yang kemudian
diadaptasi menjadi tongkat berbicara yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang disebut dengan metode talking stick, dimana setelah
penerapan metode ini diharapkan siswa akan lebih aktif dalam kelas,
berani mengungkapkan pendapat, memotivasi siwa untuk semangat
dalam belajar, menumbuhkan rasa saling menghargai pendapat orang
lain.
2. Pengertian Motivasi Belajar
Belajar merupakan proses yang bersifat internal yang tidak
dapat dilihat dengan nyata. Proses itu terjadi di dalam diri seseorang
yang sedang mengalami proses belajar. Belajar sebagai konsep
mendapatkan pengetahuan dalam prakteknya banyak dianut. Guru
bertindak sebagai yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau
menerimanya.
Menurut genrenya, pembelajaran terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan memengaruhi siswa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu ke waktu. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi belajar yaitu sebagai berikut:15
a. Faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang disebut faktor
individual. Pada faktor intrinsik sangat sulit tercipta karena
15 Thobroni, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik, (Yogyakarta:2015), 29-30
23
motivasi ini datangnya dari dalam diri seseorang, sukar untuk
mengetahui besar motivasi yang menyertai perbuatan siswa.
Faktor ini meliputi:
1) Faktor kematangan atau pertumbuhan, faktor ini berkaitan
dengan pertumbuhan diri organisme itu sendiri seperti ketika
usia seorang tersebut memasuki usia tertentu maka pola pikir
akan berubah seiring dengan pengalaman umur yang
dialami.
2) Faktor kecerdasan atau intelegensi, karena kecerdasan
merupakan faktor yang datang dari dalam diri seseorang dan
kecerdasan ada karena usaha yang dilakukan, seseorang
yang memiliki pengetahuan cenderung akan memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, sehingga akan berusaha untuk
mencari tahu pertanyaan-pertanyaan yang dia miliki, salah
satu cara untuk mencari jawaban atas rasa ingin tahunya
yaitu dengan belajar.
3) Faktor latihan dan ulangan, karena sering terjadinya latihan
dan ulangan akan menumbuhkan motivasi dalam diri
organisme.
4) Faktor motivasi, merupakan salah satu faktor penting dalam
belajar seseorang, ketika seseorang termotivasi baik itu
motivasi yang datang dari dalam diri maupun motivasi yang
timbul dari stimulus yang diciptakan, yang mana akan
24
mempermudah seseorang untuk belajar karena adanya
dorongan yang membuat seseorang mau melakukan sesuatu.
5) Faktor pribadi, faktor ini berkaitan dengan sifat bawaan dari
diri ornisme tersebut, jika pribadinya lebih suka bersaing
maka organisme tersebut akan bersaing dengan teman-
temanya karna ingin mendapat penghargaan dari orang lain.
b. Faktor yang ada di luar individu yang disebut factor ekstrinsik.
Diantara faktor ini yaitu:
1) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, keluarga
merupakan faktor pendukung belajar, bentuk dukungan dari
keluarga dapat berupa fasilitas yang diberikan seperti
menyiapkan alat tulis dan sebagainya.
2) Suasana keadaan keluarga yang bermacam- macam, keadaan
keluarga yang bermacam-macam juga dapat mempengaruhi
belajar siswa, ketika salah satu anggota keluarga memiliki
prestasi yang banyak tentu anggota keluarga yang lain ingin
sama seperti saudara yang berprestasi tersebut, sehingga
membuat organisme ini lebih giat belajar.
3) Faktor guru dan cara mengajar, cara mengajar guru disini
sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, ketika
guru memberikanmotivasi kepada siswa dengan cara apapun
itu akan membuat siswa termotivasi baik itu dengan
25
pemberian motivasi dengan verbal maupun non verbal seperi
penerapan metode belajar yang bervariasi.
4) Faktor alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar,
ketika konteksnya dalam kelas maka sekolah harus
memfasilitasi seperti papan tuli, buku paket dan lain-lain.
5) Faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia, ketika
lingkungan mendukung untuk motivasi itu muncul maka
terdapat kesempatan untuk mewujudkan tujuan.
6) Faktor motivasi social, faktor sosial juga sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa
Dari berbagai foktor diatas dapat ditarik bahwa terdapat faktor
yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa yaitu motivasi, guru
dan cara mengajar serta faktor-faktor yang digunakan dalam belajar.
Motivasi merupakan sebuah dorongan yang merupakan
perubahan energi pada diri seserang untuk tetap bersemangat serta
mempertahankan sesui dengan arah dan tujuan yang ingin dicapai, baik
itu secara sadar maupun tidak sadar.16
Menurut Oemar Hamalik dalam Amna bahwa munculnya
motivasi baik dari dalam diri maupun dari luar siswa dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu: Pertama, kesadaran siswa atas kebutuhan
yang mendorong tingkah laku, perbuatan serta kesadarannya untuk
16 Achmad, Badaruddin, ). Peningkatan Motivaasi Belajar Siswa Melalui Konseling Klasikal.
Padang: 2015), 20
26
menciptakan tujuan belajaranya. Kedua, keterlibatan guru dalam kelas
untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu merangsang siswa
untuk mengarahkan siswa agar memiliki tujuan yang jelas, serta guru
menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa untuk giat belajar
dan mencarai informasi tentang materi belajar. Ketiga, pengaruh
kelompok siswa. Jika kelompok siswa atau mayoritas siswa dalam
kelas giat belajar maka siswa yang tadinya acuh dalam belajar akan
terpengaruh dan termotivasi untuk belajar juga.17
Menurut Hamzah B. Uno dalam Achmad badaruddin ada
beberapa indikator dalam motivasi belajar diantaranya sebagai berikut:
a. Memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil.
b. Memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
c. Memiliki harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Terdapat kegiatan yang menarik dalam belajar.
f. Terdapat lingkungan belajar yang kondusif sehingga
memungkinkan siswa dapat belajar dengan nyaman.18
Menurut Sardiman bahwa MC. Donald berpendapat motivasi
memiliki tiga elemen penting yaitu:19
17 Amma Emda, “Kedudukan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran”, Jurnal
Lantanida, Vol.5 No. 2 (2017), 179 18 Hamzah B Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis Dibidang Pendidikan,
(Jakarta: 2013), 30 19 Sardiman, Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar, (Jakarta :2014), 74
27
a. Motivasi diawali dengan adanya perubahan energi pada diri
seseorang. Perubahan energi di dalam sistem
“neorophysiological” yang ada pada organisme manusia yang
akan terjadi sebagai dampak perkembangan motivasi. Walaupun
motivasi ini timbul dari dalam diri manusia namun
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Tanda adanya motivasi, ketika munculnya rasa atau feeling
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-
persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi dapan mempengaruhi
tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan terjadi atau dirangsang karena adanya tujuan,
dapat ditarik bahwa motivasi ada karena adanya respon dari
tujuan. Timbulnya motivasi itu datang dari dalam diri seseorang,
munculnya motivasi ini karena adanya unsur rangsangan atau
dorongan dalam hal ini yaitu tujuan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, peran motivasi baik dari
dalam diri siswa maupun dari luar siswa sangat dibutuhkan. Dengan
adanya motivasi pada siswa, dapat mengembangkan, memelihara dan
mengarahkan kekuatan dalam melakukan kegiatan belajar.
Terdapat beberapa bentuk atau cara dalam menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar, seperti menurut Sanjaya bahwa ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk
meningkatkan motivasi belajar yaitu: 1) menjelaskan tujuan yang ingin
28
di capai, 2) membangkitkan motivasi, 3) ciptakan suasana yang
menyenagkan, 4) menggunakan metode yang bervariasi dan menarik,
5) memberi pujian yang wajar, 6) ciptakan persaingan dan kerja sama.20
Kedudukan motivasi dalam belajar sangatlah penting dalam
mencapai tujuan pembelajaran, munculnya motivasi dalam diri siswa
bukan hanya semata-mata berasal dari diri siswa namun juga harus
melibatkan guru untuk memotivasi siwa, guru harus pandai dalam
mencipakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga memotivasi
siswa untuk belajar. Motivasi muncul karna ada keinginan untuk belajar.
Jika motivasi yang datangnya dari dalam diri siswa telah ada selanjutnya
tugas guru untuk membangun motivasi secara ekstrinsik siswa agar
tujuan pembelajaran dapat tercapaikan secara maksimal.
3. Pengertian Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab Syajarah yang berarti
“pohon” sedangkan dalam bahasa Prancis disebut histore, dalam bahasa
Jerman geschicte, dalam bahasa Inggris disebut history, sedangkan
dalam bahasa Yunani disebut istoria yang berarti pengetahuan gejala-
gejala alam, terlebih tentang manusia secara kronologis. Maka dari tiu
sejarah dalam ilmu pengetahuan hanya membahas tentang aktivitas
manusia yang berkaitan dengan kejadian-kejadian tertentu yang
tersusun secara kronologis.
20 Wina, Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. ( Jakarta:
2009), 174
29
Dikatakan sebagai sejarah apabila kejadian itu telah terjadi dan
tidak dapat diulang, kejadian yang akan datang tidak dapat dikatakan
sebagai sejarah, karena belum dilalui atau dialami oleh manusia.
Penjelasan sejarah yang dapat ditarik dari paparan sejarah diatas
yaitu ketika sejarah berasal dari bahasa Arab yang berarti pohon maka
dapat di bayangkan bahwa pohon memiliki tubuh menjulang keatas,
semakin bertumbuh keatas suatu pohon maka akan memiliki cabang
yang banyak dan memili satu akar yang kokoh, bisa dibayangkan bahwa
akar dari pohon adalah kejadian asal-muasal dari sebuah kisah atau
sejarah yang unik.
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan semangat dalam suatu
masyarakat. Sedangkan kebudayaan menurut Koentjoroningrat dalam
Riffriyanti bahwa terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu:21
a. Wujud ideal, dimana kebudayaan sebagai suatu
kompleksitas ide-ide, norma, gagasan, nilai dan peraturan
dalam suatu kawasan atau wilayah tertentu yang harus
dipatuhi.
b. Bentuk perilaku, yang merupakan wujud dari kebudayaan
sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam bermasyarakat.
21 Eni Riffriyanti, “Variasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di
MTs Miftahul Ulum Weding Bonang Demak”, Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam, Vol.
2 No. 2 (2019), 3
30
c. Wujud benda, benda-denda maksudnya disini adalah wujud
kebudayaan sebagai hasil karya peninggalan dari suatu
sejarah.
Sejarah kebudayaan Islam dilahirkan oleh umat Islam sekalipun
tidak menggunakan istilah budaya umat Islam. Karena Islam bukanlah
budaya melainkan wahyu yang diturunkan dari Allah SWT, sedangkan
budaya Islam adalah hasil karya orang Islam.
Pendidikan agama merupakan salah satu mata pelajaran yang
wajib termuat dalam kurikulum, sejalan dengan itu maka kementerian
agama RI mengeluarkan putusan meteri Agama no 6 Tahun 2010
mengenai pengelolaan pendidikan agama di sekolah. Dalam pasal 3
bahwasannya sekolah berkewajiban menyediakan pelajaran untuk
siswanya dan diajarkan oleh guru yang seagama dengan siswa. Pada
dasarnya pendidikan adalah usaha sadar untuk merubah seseorang
melalui kegiatan belajar mengajar, hal ini sesuai dengan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasiona no. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1
dimana pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan
negara.
31
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sekarang
menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang merupakan
mata pelajaran Nasional (Kurikulum 2013 revisi 2017) merupakan
pendidikan yang secara mendasar menumbuh kembangkan akhlak
peserta didik melalui pembiasaan dan pengamalan ajaran Islam secara
menyeluruh (kaffah). Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti menjadi salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada
jenjang SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA dan SMK/MAK, baik yang
bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.
Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
berlandaskan pada aqidah Islam yang berisi tentang ke-Esaan Allah
SWT yang menjadi sumber utama nilai-nilai kehidupan bagi umat
manusia dan alam semeste. Tidak hanya itu, sumber lain dalam
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah akhlah dimana
merupakan manifestasi dari aqidah yang bersumber dari Allah SWT
dimana dalam akhlak ini merupakan pengembangan dari nilai-nilai
karakter bangsa Indonesia. Tujuan dari Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti yaitu:22
d. Menjadikan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur
(hubungan manusia dengan Allah SWT).
22 Syarifuddin K, Inovasi Baru Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,
(Yogyakarta:2018), 15
32
e. Menghargai, menghormati dan mengembangkan potensi diri yang
berlandaskan pada nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan (hubungan
manusia dengan diri sendiri)
f. Menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan antara umat
beragama serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi
pekerti luhur (hubungan manusia dengan sesama)
g. Penyesuaian mental keIslaman terhadap lingkungan fisik dan sosial
(hubungan manusia dengan lingkungan alam).
C. Kerangka Berpikir
Motivasi belajar merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa, baik yang datang dari dalam individu maupun dari luar
individu. Salah satu cara meningkatkan motivasi siswa dari luar yaitu, faktor guru
dan cara mengajarnya. Pada penelitian ini cara atau metode yang dapat guru
terapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu metode talking stick.
Dimana pada penerapan metode talking stick ini menuntut siswa untuk berperan
aktif dalam pembelajaran.
Keterangan:
X = Variabel Bebas (Metode Talking Stick)
Y = Variabel Terikat (Motivasi Belajar)
Y X
33
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan pada waktu diungkapkan sebelum belum
diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan
empiris. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan,
atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan “pernyataan tentang
harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel dalam
persoalan.23
Hipotesis penelitian: terdapat pengaruh antara penerapan metode talking stick
terhadap motivasi belajar siswa.
Ha: terdapat hubungan antara penerapan metode talking stick terhadap motivasi
belajar siswa.
Ho: tidak terdapat hubungan antara penerapan metode talking stick terhadap
motivasi belajar siswa.
Melihat pada bidang ilmu yaitu metode pembelajaran dengan judul penelitian
“Pengaruh Penerapan Metode Talking Stick Terhadap Motivasi Belajar Siswa di
MTsN 3 Kota Bima” maka hipotesis yang diambil yaitu terdapat hubungan antara
pengaruh penerapan metode talking stick terhadap motivasi belajar Sejarah
Kebudayaan Islam.
23 Gulo, W, Metodologi Penelitian. (Jakarta:2002), 53