bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulurepository.ump.ac.id/9369/3/bab ii.pdf · pemutih...

27
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Erisiska et al., (2015) melakukan analisis kandungan logam timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) dalam produk krim pemutih wajah. Sampel krim pemutih wajah yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari krim siang dan krim malam. Sebanyak 6 sampel (3 krim siang dan 3 krim malam) yang dibeli secara acak di Pasar Pekanbaru dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom. Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam Pb tertinggi terlihat pada sampel krim pemutih siang C1 34,91 μg/g, kandungan logam Cd tertinggi terlihat pada sampel krim pemutih malam C2 1,55 μg/g dan kandungan logam Hg tertinggi ditunjukkan oleh sampel krim pemutih malam B2 4,18 μg/g. Hasil tersebut berada di atas ambang batas yang ditetapkan oleh BPOM RI No. HK 03.1.23.08.11.6662 tahun 2011 tentang persyaratan cemaran mikroba dan logam berat dalam kosmetika. Fatmawati et al., (2017) melakukan analisis timbal (Pb) pada sediaan eyeshadow dari pasar Kiaracondong dengan metode spektrofotometri serapan atom. Sampel diambil secara acak dari eyeshadow yang teregisterasi BPOM dan yang tidak teregistersi BPOM. Hasil pengujian didapatkan bahwa kadar sampel eyeshadow yang tidak teregisterasi yaitu 127.356 ; 16.194 dan 6.864 bpj. Pengujian terhadap ketiga sampel tersebut terdapat 1 sampel yang tidak aman untuk digunakan yaitu sampel ESTR1. Kadar sampel eyeshadow yang teregisterasi yaitu 3.801; 7.605 dan 2.331 bpj dan ketiganya dinyatakan aman digunakan. Trisnawati et al., (2017) melakukan identifikasi kandungan merkuri pada beberapa krim pemutih yang beredar di pasaran (studi dilakukan di pasar DTC Wonokromo Surabaya). Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 18 sampel dengan kriteria 9 krim pemutih yang tidak memiliki nomor registrasi BPOM dan 9 krim pemutih yang memiliki nomor registrasi BPOM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif menggunakan metode pereaksi warna dengan Kalium Iodida dan Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Penelitian Terdahulu

    Erisiska et al., (2015) melakukan analisis kandungan logam timbal

    (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) dalam produk krim pemutih wajah.

    Sampel krim pemutih wajah yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari

    krim siang dan krim malam. Sebanyak 6 sampel (3 krim siang dan 3 krim

    malam) yang dibeli secara acak di Pasar Pekanbaru dianalisis menggunakan

    spektrofotometer serapan atom. Hasil penelitian menunjukkan kandungan

    logam Pb tertinggi terlihat pada sampel krim pemutih siang C1 34,91 μg/g,

    kandungan logam Cd tertinggi terlihat pada sampel krim pemutih malam C2

    1,55 μg/g dan kandungan logam Hg tertinggi ditunjukkan oleh sampel krim

    pemutih malam B2 4,18 μg/g. Hasil tersebut berada di atas ambang batas

    yang ditetapkan oleh BPOM RI No. HK 03.1.23.08.11.6662 tahun 2011

    tentang persyaratan cemaran mikroba dan logam berat dalam kosmetika.

    Fatmawati et al., (2017) melakukan analisis timbal (Pb) pada

    sediaan eyeshadow dari pasar Kiaracondong dengan metode

    spektrofotometri serapan atom. Sampel diambil secara acak dari eyeshadow

    yang teregisterasi BPOM dan yang tidak teregistersi BPOM. Hasil

    pengujian didapatkan bahwa kadar sampel eyeshadow yang tidak

    teregisterasi yaitu 127.356 ; 16.194 dan 6.864 bpj. Pengujian terhadap

    ketiga sampel tersebut terdapat 1 sampel yang tidak aman untuk digunakan

    yaitu sampel ESTR1. Kadar sampel eyeshadow yang teregisterasi yaitu

    3.801; 7.605 dan 2.331 bpj dan ketiganya dinyatakan aman digunakan.

    Trisnawati et al., (2017) melakukan identifikasi kandungan merkuri

    pada beberapa krim pemutih yang beredar di pasaran (studi dilakukan di

    pasar DTC Wonokromo Surabaya). Sampel dalam penelitian ini adalah

    sebanyak 18 sampel dengan kriteria 9 krim pemutih yang tidak memiliki

    nomor registrasi BPOM dan 9 krim pemutih yang memiliki nomor registrasi

    BPOM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

    kualitatif menggunakan metode pereaksi warna dengan Kalium Iodida dan

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 6

    analisa kuantitatif dengan metode spektrofotometri serapan atom. Hasil

    penelitian menunjukkan 2 dari 18 sampel mengandung merkuri.

    Berdasarkan uji kuantitatif menunjukkan kadar merkuri pada produk krim

    pemutih yang memiliki nomor registrasi BPOM dengan varian A1 sebesar

    224,04 ± 0,35 mg/kg, dan untuk varian A2 adalah 188,20 ± 0,28 mg/kg.

    Sehingga tidak semua kosmetik krim pemutih wajah yang beredar dipasaran

    memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BPOM.

    Beberapa penelitian yang berhubungan dengan cemaran logam berat

    timbal pada krim pemutih telah dilakukan di beberapa negara. Diantaranya

    Umar dan Caleb (2013) telah meneliti kandugan logam timbal dan kadmium

    pada beberapa produk kosmetik di Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan

    kandungan logam timbal pada sampel facial cream di bawah standar yang

    ditetapkan WHO yaitu 10 ppm sedangkan kandungan kadmium pada

    sampel facial cream di atas standar yang ditetapkan WHO yaitu 0,3 ppm.

    Selain itu, Claudia et al., (2011) melakukan penelitian terhadap kandungan

    merkuri dalam krim pemutih di Pasar Meksiko, menunjukkan dari total 16

    sampel krim pemutih terdapat 6 produk terdeteksi mengandung merkuri.

    Peneliti terdahulu menjadi acuan dilaksanakannya penelitian ini.

    Dilihat dari hasil penelitian terdahulu, persamaan penelitian ini dengan

    penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang timbal pada

    kosmetik wajah. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian

    terdahulu adalah tempat pengambilan sampel yaitu di Kota Purwokerto.

    B. Tinjauan Pustaka

    1. Kosmetik

    1.1. Definisi kosmetik

    Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan

    untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,

    rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan

    membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan,

    mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 7

    badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik

    (BPOM, 2015).

    1.2. Penggolongan kosmetik

    1.2.1.Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk

    penilaian, kosmetik dibagi menjadi 2 (dua) golongan

    (BPOM, 2003) :

    a. Kosmetik golongan I adalah :

    1. Kosmetik yang digunakan untuk bayi.

    2. Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga

    mulut dan mukosa lainya.

    3. Kosmetik yang mengandung bahan dengan

    persyaratan kadar dan penandaan.

    4. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya

    belum lazim serta belum diketahui keamanan dan

    kemanfaatannya.

    b. Kosmetik golongan ll adalah :

    Kosmetik yang tidak termasuk golongan I.

    1.2.2.Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan sebagai

    berikut (Tranggono et al., 2007) :

    a. Kosmetik modern, yaitu berasal dari bahan kimia dan

    diolah secara modern, termasuk diantaranya adalah

    cosmedics.

    b. Kosmetik tradisional, terdiri dari tiga golongan yaitu :

    1. Tradisional, misalnya mangir lulur, yang dibuat dari

    bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang

    dari turun temurun.

    2. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi

    bahan pengawet agar tahan lama.

    3. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen

    yang benar-benar tradisional, dan diberi zat warna

    yang menyerupai bahan tradisional.

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 8

    1.2.3.Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit

    (Tranggono et al ., 2007) :

    a. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics)

    Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan

    kulit. Termasuk di dalamnya :

    1. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser),

    misalnya sabun, cleansing cream, cleansing milk,

    dan penyegar kulit (freshener).

    2. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer),

    misalnya moisturizer cream, night cream, anti

    wrinkle cream.

    3. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen

    cream dan sunscreen foundation, sunblock cream

    atau lotion.

    4. Kosmetik untuk membersihkan sel-sel kulit mati

    (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-

    butiran halus.

    b. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

    Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup

    kekurangan pada kulit sehingga menghasilkan

    penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan,

    adanya penambahan zat warna dan pewangi sangat besar

    (Tranggono et al., 2007). Segala jenis kosmetik, mulai

    dari kosmetik pembersih, pelembab, pelindung,

    dekoratif (make-up) sampai pengobatan, mempunyai

    tujuan yang sama, yaitu memelihara atau menambah

    kecantikan pada kulit. Adapun kosmetik dekoratif dapat

    dibagi dalam dua golongan (Tranggono et al., 2007) :

    a. Kosmetik dekoratif, hanya menimbulkan efek pada

    permukaan kulit, misalnya lipstik, bedak, pemerah

    pipi, eye-shadow, dan lain-lain.

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 9

    b. Kosmetik dekoratif yang digunakan dalam waktu

    lama, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut,

    pengeriting rambut, dan lain-lain.

    1.3.Kategori kosmetik (BPOM, 2003) :

    Berdasarkan fungsi kosmetik terdiri dari 13 kategori :

    a. Sediaan bayi.

    b. Sediaan mandi.

    c. Sediaan kebersihan badan.

    d. Sediaan cukur.

    e. Sediaan wangi-wangian.

    f. Sediaan rambul.

    g. Sediaan pewarna rambut.

    h. Sediaan rias mata.

    i. Sediaan rias wajah.

    j. Sediaan perawatan kulit.

    k. Sediaan mandi surya dan tabir surya.

    l. Sediaan kuku.

    m. Sediaan higiene mulut.

    1.4.Persyaratan kosmetik

    Dalam proses pembuatannya, kosmetik yang di produksi dan atau

    ingin diedarkan di masyarakat harus memenuhi persyaratan khusus demi

    keamanan masyarakat. Persyaratan kosmetik menurut BPOM nomor

    HK.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik tahun 2003 antara lain:

    1. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu

    serta persyaratan lain yang ditetapkan.

    2. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetika yang baik.

    3. Terdaftar dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan

    Makanan. (BPOM, 2003)

    2. Krim

    2.1.Definisi krim

    Menurut Syamsuni (2006) mengatakan bahwa krim (cremore) adalah

    bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 10

    lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

    sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60%. Krim ada dua tipe, yaitu

    krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M), dimana

    krim yang dapat dicuci dengan air (M/A) ditujukan untuk penggunaan

    kosmetik dan estetika, selain itu juga krim dapat digunakan untuk

    pemberian obat melalui vagina.

    Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung

    tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar yang terdiri

    dari dua tipe krim, yaitu: krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air

    (M/A), yang dimana untuk membuatnya digunakan zat pengemulsi yang

    umumnya berupa surfaktan–surfaktan anionik, kationik dan nonionik

    (Anief, 2000).

    2.2.Jenis krim

    Berikut ini merupakan beberapa macam sediaan untuk kulit (Sartono,

    2002). Face Cream atau krim wajah bertujuan untuk memelihara kulit

    wajah, terdapat berbagai macam sediaan face cream atau krim wajah

    antara lain :

    a. Cold cream

    Cold cream digunakan sebagai cleansing, emollient, lubricant dan

    massage cream. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan

    cold cream, antara lain cera, cetaceum, spermaceti, minyak, parafin,

    parfum, air dan bahan pengawet.

    b. Cleansing cream

    Cleansing cream mengandung sabun dan parafin yang digunakan

    untuk membersihkan kulit wajah. Contoh dari sediaan cleansing

    cream adalah night cream yang digunakan pada malam hari.

    c. Vanishing cream

    Vanishing cream termasuk golongan krim yang tidak mengandung

    minyak, hanya terdiri dari sabun. Bahan-bahan yang digunakan

    dalam vanishing cream, antara lain asam stearat, alkali (kalium

    hidroksida, natrium hidroksida, trietanolamin), gliserin, air dan

    parfum. Jika ditambah minyak sedikit, misalnya minyak cacao,

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 11

    lanolin atau butil stearat, krim ini akan menjadi foundation cream

    yang digunakan sebagai dasar bedak. Vanishing cream dapat

    digunakan sebagai dasar bedak pada kulit yang berminyak.

    2.3.Definisi krim pemutih

    Krim pemutih kulit adalah sediaan kosmetik yang berbentuk krim

    merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya yang

    digunakan untuk memucatkan noda hitam/coklat pada kulit (SNI,

    1998). Menurut Parengkuan et al., (2013) krim pemutih merupakan

    campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan khasiat bisa

    memutihkan kulit atau memucatkan noda hitam pada kulit. Krim

    pemutih wajah sangat bermanfaat bagi wajah yang memiliki berbagai

    masalah di wajah, karena mampu mengembalikan kecerahan kulit dan

    mengurangi warna hitam pada wajah. Berdasarkan cara penggunaanya

    produk whitening kulit dibedakan menjadi 2, yaitu:

    a. Skin Bleaching Product whitening yang mengandung bahan aktif

    yang kuat, yang berfungsi memudarkan noda-noda hitam pada

    kulit. Cara penggunaan produk tersebut adalah dengan

    mengoleskan tipis-tipis. pada daerah kulit dengan noda hitam, tidak

    digunakan secara merata pada kulit dan tidak digunakan pada siang

    hari.

    b. Skin Lightening Product perawatan kulit yang digunakan dengan

    tujuan agar kulit pemakai tampak lebih putih, cerah dan bercahaya.

    Produk whitening kategori ini dapat digunakan secara merata pada

    seluruh permukaan kulit.

    2.4.Formula krim

    Formula umum sediaan krim yaitu sebagai berikut:

    a. Zat berkhasiat

    Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat

    menentukan cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat,

    apakah krim tipe minyak dalam air atau tipe air dalam minyak

    (Lachman, 1994).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 12

    b. Bahan dasar Krim

    Merupakan suatu emulsi minyak dalam air atau air dalam minyak,

    bahan dasarnya adalah minyak dan air. Fasa minyak yang dapat

    digunakan adalah beraneka ragam lemak, baik yang berasal dari

    alam maupun lemak sintetik (Lachman, 1994).

    c. Bahan tambahan

    Untuk mendapatkan formula krim yang lebih baik biasanya

    ditambahkan beberapa bahan tambahan dengan maksud tertentu.

    Bahan-bahan yang sering digunakan adalah:

    1. Zat pengemulsi

    Digunakan untuk menstabilkan emulsi. Pemilihan zat

    pengemulsi harus disesuaikan dengan tipe dan sifat krim yang

    dikehendaki. Umumnya dibedakan dengan golongan zat

    pengemulsi, yaitu: surfaktan, koloid hidrofilik dan zat padat

    yang terbagi halus.

    a. Surfaktan (zat aktif permukaan) adalah zat yang mampu

    mengurangi tegangan antar muka. Pemilihan surfaktan

    didasari atas tipe dan sifat krim yang dikehendaki.

    Misalnya: trietanolamin stearat dan lemak bulu domba.

    b. Koloid hidrofilik adalah polimer yang peka terhadap air

    dapat mengembang atau larut dalam air. Pada umumnya

    cenderung membentuk emulsi tipe minyak dalam air.

    Kegunaannya sebagai pembantu zat pengemulsi, zat

    pengental dan sebagai penstabil emulsi. Misalnya gelatin,

    gom, tragakan.

    c. Zat pendispersi adalah zat-zat yang dapat diabsorpsi pada

    batas antar muka dua fase yang tidak dapat bercampur

    dengan membentuk suatu lapisan partikel disekitar partikel

    terdispersi. Sebagai contoh zat pendispersi adalah veegum,

    bentonit, karbon hitam (Lachman, 1994).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 13

    2. Zat pengawet

    Berguna untuk mencegah pertumbuhan berbagai

    mikroorganisme. Karena krim umumnya mengandung protein

    maka akan menunjang pertumbuhan mikroorganisme. Oleh

    karena itu perlu ditambahkan ke dalam formulanya suatu

    pengawet seperti metal para hidroksi benzoat (0,12 – 0,18%),

    propil para hidroksi benzoat (0,002 - 0,05%) (Lachman, 1994).

    3. Antioksidan

    Beberapa senyawa organik dan lemak yang teremulsi pada

    umumnya mudah mengalami reaksi oksidasi bila dibiarkan

    dalam udara terbuka. Pada reaksi otooksidasi minyak-minyak

    tidak jenuh seperti minyak nabati dapat mengalami ketengikan

    sedangkan minyak-minyak mineral dan hidrokarbon jenuh

    dapat mengalami degradasi oksidatif (pemecahan rantai) reaksi

    ini dapat dihambat dengan penambahan antioksidan seperti butil

    hidroksi anisol/BHA (0,1%) dan butil hidroksi toluene/BHT

    (0,1%) yang umum disediakan dalam sediaan kosmetika

    (Lachman, 1994).

    4. Pendapar

    Dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk

    menjaga stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas

    bahan aktif. Pemilihan pendapar harus diperhitungkan

    ketercampurannya dengan bahan lainnya yang terdapat dalam

    sediaan, terutama pH efektif untuk pengawet. Perubahan pH

    sediaan dapat terjadi karena perubahan kimia zat aktif atau zat

    tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena mungkin

    pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada

    proses produksi atau wadah (tube) seringkali merupakan

    katalisator bagi pertumbuhan kimia dari bahan sediaan

    (Lachman, 1994).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 14

    5. Pelembab atau humektan

    Ditambahkan dalam sediaan topikal dimaksudkan untuk

    meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan

    jaringan menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput

    sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat tambahan

    ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol (Lachman, 1994).

    6. Peningkat Penetrasi Zat

    Tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat

    yang terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan

    sistemik lewat dermal (kulit). Syarat-syarat :

    a. Tidak mempunyai efek farmakologi.

    b. Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik.

    c. Bekerja secara cepat dengan efek terduga.

    d. Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.

    e. Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat

    endogen lainnya.

    f. Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.

    g. Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik

    h. Dapat menyebar pada kulit (Lachman, 1994).

    7. Zat pewangi dan pewarna

    Penambahan zat pewangi dan zat pewarna bertujuan untuk

    meningkatkan daya tarik dan penampilan yang lebih baik dari

    suatu krim (Lachman, 1994). Dalam pebuatan sediaan

    dermatologi bentuk setengah padat, ternyata pemilihan bahan

    dasar yang tepat adalah sangat penting karena jenis bahan dasar

    sediaan sangat mempengaruhi efek terapi dari duatu obat

    disamping faktor-faktor seperti konsentrasi obat, penetrasi obat

    ke dalam kulit, lama pengobatan, keadaan kulit, dll (Lachman,

    1994).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 15

    3. Timbal

    3.1.Karakteristik timbal

    Timbal merupakan logam yang termasuk dalam kelompok logam

    berat golongan IV A, mempunyai nomor atom 82, berat molekul 207,2 dan

    berat jenis sebesar 11,34 g/cm 3. Timbal berwarna kebiru-biruan dan abu-

    abu keperakan dengan titik leleh 327,5oC dan titik didih pada tekanan

    atmosfer 1740oC (Tangahu et al, 2011). Timbal sebagai logam berat

    merupakan unsur yang terbanyak di alam. Timbal nampak mengkilap atau

    berkilauan ketika baru dipotong, tetapi segera menjadi buram ketika kontak

    dengan udara terbuka (Sugiarto et al., 2010).

    Menurut Sudarmaji et al (2006), kadar Pb yang secara alami dapat

    ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang tercampur

    dengan batu fosfat dan terdapat didalam batu pasir (sand stone) kadarnya

    lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5 -

    25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1- 60

    μg/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di permukaan air. Kadar Pb pada

    air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 μg/liter. Dalam air laut kadar

    Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas

    dari pencemaranpun mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb

    dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter. Secara

    alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 -

    0,001 μg/m3. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah

    menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata

    golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang.

    Sifat dan kegunaan timbal (Darmono, 1995) :

    a. Mempunyai titik lebur yang rendah sehingga mudah digunakan dan

    murah biaya operasinya.

    b. Mudah dibentuk karena logam ini lunak.

    c. Mempunyai sifat kimia yang aktif sehingga dapat digunakan untuk

    melapisi logam untuk mencegah perkaratan.

    d. Bila dicampur dengan logam lain membentuk logam campuran yang

    lebih bagus dari pada logam murninya.

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 16

    e. Kepadatannya melebihi logam lain.

    3.2.Keracunan timbal (Pb)

    Menurut Richard et al (2006) keracunan timbal disebabkan oleh hal-

    hal berikut ini :

    a. Afinitasnya tinggi untuk gugus sulfihidril, dapat menghambat fungsi

    enzim seperti enzim-enzim yang terlibat dalam penyatuan besi ke dalam

    molekul heme.

    b. Kompetisi dengan ion kalsium untuk memperebutkan

    penyimpanannya di dalam tulang.

    c. Inhibisi enzim yang berkaitan dengan membran sel sehingga terjadi

    gangguan pada kelangsungan hidup sel darah merah (hemolisis),

    kerusakan ginjal dan hipertensi.

    d. Gangguan pada metabolisme 1,25 dihidroksivitamin D.

    Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada

    organ sebagai berikut:

    a. Gangguan terhadap fungsi ginjal

    Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati

    irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis

    glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan

    glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis

    kronis.

    b. Gangguan terhadap sistem reproduksi

    Pb dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa

    keguguran, kesakitan dan kematian janin. Pb mempunyai efek racun

    terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak

    sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar

    yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ. Pada

    wanita hamil Pb dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut

    masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi

    lahir, Pb akan dikeluarkan bersama air susu ibu (Widowati et al., 2008).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 17

    c. Gangguan terhadap sistem hemopoitik

    Keracunan Pb dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan

    sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi

    dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit

    peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Dapat dikatakan

    bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan Pb pada

    manusia.

    d. Gangguan terhadap sistem syaraf

    Efek pencemaran Pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak- anak

    dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat

    menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul

    adalah rasa malas, mudah tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi,

    mudah lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan. Daya

    racun Pb di dalam tubuh di antaranya disebabkan oleh penghambatan

    enzim oleh ion-ion Pb2+. Enzim yang diduga dihambat adalah yang

    diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Pada jaringan atau organ

    tubuh, logam Pb akan terakumulasi pada tulang, karena logam ini dalam

    bentuk ion (Pb2+) mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium)

    yang terdapat pada jaringan tulang. Tulang berfungsi sebagai tempat

    pengumpulan Pb karena sifat-sifat ion Pb2+ yang hampir sama dengan

    dengan Ca2+ (Fardiaz, 1992). Dalam tubuh, lebih dari 90 % Pb disimpan

    dalam tulang (Sumardjo, 2009).

    3.3.Timbal (Pb) pada krim

    Logam berat yang terkandung dalam kosmetik umumnya

    merupakan zat pengotor (impuritis) pada bahan dasar pembuatan kosmetik.

    Pada umumnya, logam berat dapat dijumpai di alam seperti terkandung di

    dalam tanah, air, dan batuan. Bahan-bahan alam tersebut digunakan sebagai

    bahan dasar atau pigmen dalam industri kosmetik (BPOM RI, 2014).

    Kosmetik khususnya krim pemutih merupakan produk yang

    diformulasikan dari berbagai bahan aktif dan bahan kimia yang akan

    bereaksi ketika diaplikasikan pada jaringan kulit, maka keamanan kosmetik

    dari bahan-bahan berbahaya perlu diperhatikan. Belakangan, ditemukan

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 18

    banyak bahan berbahaya yang terkandung dalam produk kosmetik di

    pasaran. Bahan berbahaya ditemukan pada jenis kosmetik pemutih, anti-

    aging dan beberapa kosmetik dekoratif (Erasiska et al., 2015).

    Menurut Erasiska (2015), keberadaan logam berat dalam produk

    krim pemutih dapat membahayakan manusia. Logam berat yang terkandung

    dalam kosmetik umumnya merupakan zat pengotor pada bahan dasar

    pembuatan kosmetik. Kandungan logam berat dalam kadar yang berlebih

    dalam kosmetik baik yang ditambahkan dengan sengaja atau tidak sengaja

    sangat tidak dibenarkan karena logam berat tersebut akan kontak dengan

    kulit secara langsung. Apabila terabsorpsi, logam berat akan masuk kedalam

    darah dan menyerang organ-organ tubuh sehingga mengakibatkan berbagai

    penyakit.

    Toksisitas timbal (Pb) terjadi saat kadar timbal darah lebih dari 40-

    60 μg/dL (Flora et al., 2012). Paparan timbal dalam jangka waktu panjang

    dapat menimbulkan berbagai kelainan. Pada orang dewasa dapat

    menyebabkan gejala anoreksia, muntah, nyeri perut, diare atau konstipasi.

    Penderita akan mengalami sakit kepala, lesu, depresi, gangguan tidur berupa

    insomnia atau hipersomnolen, kadang berkelakuan agresif atau antisosial,

    tidak dapat berkonsentrasi. Pada paparan yang lebih berat dapat

    menyebabkan anemia mikrositik, neuropati motorik, hipertensi,

    hiperurikemia, dan gagal ginjal. Pada laki-laki dapat menurunkan libido,

    menurunkan jumlah sperma dan menyebabkan morfologi sperma yang

    abnormal sehingga mengakibatkan infertilitas. Pada wanita menyebabkan

    gangguan menstruasi, pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus spontan

    atau bayi lahir mati. Pada anak-anak yang dalam waktu lama terpapar timbal

    dapat menyebabkan gangguan proses belajar, menurunkan daya tangkap

    dan intelegensia. Anak mengeluh sakit kepala, menjadi iritatif, hiperaktif,

    sulit tidur, atau malah menjadi letargi, anoreksia tapi tidak muntah, perut

    sering kolik, diare atau konstipasi. Anemia juga dapat terjadi. Bila terdapat

    gejala nyeri perut, anemia hemolitik, gangguan neurologis termasuk sakit

    kepala, haruslah dicurigai keracunan timbal (Panggabean et al., 2008).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 19

    Menurut Wasitaadmadja (1997), kosmetika mudah teroksidasi oleh

    udara sehingga terjadi pemecahan bahan yang terkandung di dalamnya yang

    akan mengubah warna dan bentuk kosmetika. Berdasarkan ketentuan dalam

    Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

    Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan

    Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011

    tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika,

    diubah sebagai berikut :

    Tabel 2.1 Persyaratan cemaran mikroba dan logam berat dalam kosmetika

    Jenis Cemaran Persyaratan

    Merkuri (Hg) Tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/l (1 ppm)

    Timbal (Pb) Tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/l (20 ppm)

    Arsen (As) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 ppm)

    Kadmium (Cd) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 ppm)

    Sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

    HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011.

    4. Destruksi

    Destruksi merupakan proses perusakan oksidatif dari bahan organik

    sebelum penetapan suatu analit anorganik atau untuk memecah ikatan

    dengan logam. Agar unsur-unsur tersebut tidak saling mengganggu dalam

    analisis, maka salah satu unsur harus dihilangkan, dengan adanya proses

    destruksi tersebut diharapkan yang tertinggal hanya logam-logamnya saja.

    Dalam pendestruksian hendaknya memilih zat pengoksidasi yang cocok

    baik untuk logam maupun jenis sampel yang akan dianalisis. Secara umum,

    destruksi ada dua yaitu destruksi basah dan destruksi kering (Dewi, 2012).

    4.1.Destruksi basah

    Pada umumnya destruksi basah dapat menentukan unsur-unsur

    dengan konsentrasi yang rendah (Wulandari et al., 2013). Destruksi basah

    dilakukan dengan cara menguraikan bahan organik dalam larutan asam

    pengoksidasi pekat (H2SO4, HNO3, H2O2 dan HClO4) dengan pemanasan

    sampai jernih. Mineral anorganik akan tertinggal dan larut dalam larutan

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 20

    asam kuat. Mineral berada dalam bentuk kation logam dan ikatan kimia

    dengan senyawa organik telah terurai. Larutan selanjutnya disaring dan siap

    dianalisis dengan SSA (Dewi, 2012).

    Larutan asam nitrat pekat merupakan asam yang paling efektif dan

    paling sering digunakan dalam destruksi basah karena dapat memecah

    sampel menjadi senyawa yang mudah terurai dan larutan asam nirtat pekat

    sendiri sukar menguap (Dewi, 2012). Preparasi sampel dengan metode

    destruksi basah dilakukan pada suhu rendah dan dengan penambahan

    campuran asam kuat untuk mendestruksi senyawa organik dan bahan lain

    dalam sampel. Metode destruksi basah lebih sering dilakukan untuk analisis

    sampel yang mudah menguap. Keuntungan dengan metode analisis ini

    adalah waktu dan proses pengerjaannya lebih cepat, kehilangan mineral

    akibat penguapan dapat dihindari. Hanya saja dengan metode destruksi

    basah ini kemungkinan kesalahan lebih besar akibat penggunaan reagen

    yang lebih banyak dan dalam pengerjaannya membutuhkan perhatian yang

    ekstra dari analis karena dalam pelaksanaannya reaksi yang terjadi

    berlangsung kuat dan dapat membuat residu keluar, maka selama

    pemanasan harus lebih berhati-hati (Gandjar dan Rohman, 2007).

    4.2.Destruksi kering

    Destruksi kering dilakukan dengan cara sampel yang akan dianalisis

    dipanaskan pada temperatur lebih dari 500ºC. Selain itu dapat menguapkan

    senyawa organik dari C, H, O dan N menjadi gas seperti CO2, CO, NO, NO2,

    H2O, dan sebagainya. Keuntungan metode ini adalah sederhana dan

    terhindar dari pengotor seperti dalam metode destruksi basah, namun dapat

    terjadi kehilangan unsur-unsur mikro tertentu. Di samping itu, dapat juga

    terjadi reaksi antara unsur dengan bahan wadah. Pada destruksi kering,

    material yang berisi unsur yang rendah ditempatkan dalam wadah silika atau

    porselin (Dewi, 2012).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 21

    5. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

    5.1.Prinsip Analisis Serapan Atom

    Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika

    mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektroskopi serapan

    atom pertama kali digunakan pada tahun 1955 oleh Walsh. Sesudah itu,

    tidak kurang dari 65 unsur diteliti dan dapat dianalisis dengan cara tersebut.

    Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur

    logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara

    analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan

    tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut.

    Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan

    yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif

    sederhana, dan interferensinya sedikit. Spektroskopi serapan atom

    didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar

    yang diserap biasanya sinar tampak atau ultraviolet. Dalam garis besarnya

    prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan spektofotometri sinar

    tampak dan ultraviolet. Perbedaannya terletak pada bentuk spektrum, cara

    pengerajaan sampel, dan peralatannya (Gandjar dan Rohman, 2007).

    5.2.Pelebaran Spektrum Serapan Atom

    Molekul apabila dikenakan radiasi elektromagnetik akan terjadi

    tumpang tindih posisi energi rotasi, vibrasi dan elektronik. Dengan

    demikian spektrum molekul cenderung merupakan pita serapan. Pada atom

    sebaliknya tidak terjadi kebersamaan energi, yang ada hanya energi

    elektronik. Oleh sebab itu spektrum atom cenderung merupakan garis-garis

    serapan. Pada spektrofotometri serapan atom (SSA) tidak didapat garis-

    garis spketrum amaliah atom 10-4 A. Ada dua penyebab pelebaran tersebut

    yang dikenal sebagai pelebaran Doppler dan pelebaran tekanan (Mulya,

    1995).

    Pelebaran Doppler disebabkan atom-atom netral di dalam nyala

    bergerak dengan kecepatan yang tinggi mendekati atau menjauhi radiasi

    yang datang. Akibat kedua peristiwa tersebut maka panjang gelombang

    radiasi yang datang akan diperkecil atau diperbesar. Perbedaan terhadap

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 22

    panjang gelombang puncak serapan akan menyebabkan pelebaran garis

    puncak serapan, karena panjang gelombang puncak serapan masih juga

    diserap (Mulya, 1995).

    Pelebaran tekanan disebabkan peristiwa tumbuhan antar atom

    sendiri di dalam nyala. Tumbukan-tumbukan atom akan menyebabkan

    perubahan tingkat energi asas atom tersebut. Sedangkan tingkat energi asas

    semula kalau tidak terjadi tumbukan antar atom juga masih terhitung.

    Perbedaan tingkat energi asas atom-atom tersebut akan menimbulkan

    perbedaan panjang gelombang, yang akan berakibat pelebaran garis-garis

    spketrum serapan (Mulya, 1995).

    5.3.Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom

    Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada

    gambar 2.1. berikut ini:

    Gambar 2.1

    Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom

    (Sumber: Watson, 1999)

    5.3.1.Sumber Sinar

    Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga

    (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang

    mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder

    berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu.

    Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan

    rendah (1-015 torr). Neon biasanya lebih disukai karena memberikan

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 23

    intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila antara anods dan katoda

    diberi suatu selisih tagangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan

    memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang

    mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elekton-elektron dengan

    energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan

    dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Akibat dari tabrakan-tabrakan ini membuat unsur-unsur gas mulia

    akan kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion-ion gas

    mulia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan bergerak ke katoda

    dengan kecepatan dan energi yang tinggi pula. Sebagaimana disebutkan

    diatas, pada katoda terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur yang

    akan dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas

    mulia. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar keluar dari

    permukaan kartoda. Atom-atom unsur dari katoda ini kemudian akan

    mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan

    akan memancarkan spektrum pancaran dari unsur yang sama dengan unsur

    yang akan dianalisis (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Salah satu kelemahan penggunaan lampu katoda berongga adalah

    salah satu lampu digunakan untuk satu unsur, akan tetapi saat ini telah

    banyak dijumpai suatu lampu katoda berongga kombinasi; yakni satu

    lampu dilapisi dengan beberapa unsur saehingga dapat digunakan untuk

    analisis beberapa unsur sekaligus (Gandjar dan Rohman, 2007).

    5.3.2.Tempat Sampel

    Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang

    akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih

    dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk

    mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan (flame) dan

    dengan tanpa nyala (flameless) (Gandjar dan Rohman, 2007).

    a. Nyala (Flame)

    Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau

    cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.

    Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 24

    digunakan, misalkan untuk gas batu bara-udara, suhunya kira-kira sebesar

    18000C, gas alam-udara 17000C, Asetilen-udara 22000C, dan gas asetilen-

    dinitrogen oksida (N2O) sebesar 30000C (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Pemilihan macam bahan bakar sangat mempengaruhi suhu nyala.

    Komposisi perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala. Sumber

    nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen sebagai

    bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi. Propana-udara dipilih

    untuk logam-logam alkali karena suhu nyala yang lebih rendah akan

    mengurangi banyaknya ionisasi. Nyala hidrogen-udara lebih jernih

    daripada nyala asetilen-udara dalam daerah UV (di bawah 220 nm) dan

    juga karena sifatnya yang mereduksi maka nyala ini sesuai untuk

    penetapan arsenik dan selenium (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Cara pengatoman pada nyala yaitu dengan memasukkan sampel ke

    dalam nyala dengan cara yang ajeg dan seragam membutuhkan suatu alat

    yang mampu mendispersikan sampel secara seragam di dalam nyala. Ada

    beberapa cara atomisasi dengan nyala ini, yaitu :

    1. Cara langsung (Pembakaran konsumsi total atau total consumption

    burner)

    Pada cara ini, sampel dihembuskan secara langsung ke dalam nyala,

    dan semua sampel akan dibakar oleh pembakar. Variasi ukuran kabut

    (droplet) sangat besar. Diameter partikel rata- rata sebesar 20 mikron,

    dan sejumlah partikel ada yang mempunyai diameter lebih besar 40

    mikron. Semakin besar kabut yang melewati nyala (tanpa semuanya

    diuapkan), maka efisiensinya semakin rendah (Gandjar dan Rohman,

    2007).

    2. Cara tidak langsung

    Pada model ini, larutan sampel dicampur terlebih dahulu dengan

    bahan pembakar dan bahan pengoksidasi dalam suatu kamar

    pencampuran sebelum dibakar. Tetesan-tetesan yang besar akan

    tertahan dan tidak masuk ke dalam nyala. Dengan cara ini, ukuran

    terbesar yang masuk ke dalam nyala ± 10 mikron sehingga nyala lebih

    stabil dibandingkan dengan cara langsung. Masalah yang terkait

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 25

    dengan penggunaan cara ini adalah adanya kemungkinan nyala

    membakar pencampuran dan terjadi ledakan. Akan tetapi, hal ini dapat

    dihindari dengan menggunakan lubang sempit atau dengan cara

    mematuhi aturan yang benar terkait dengan cara menghidupkan gas

    (Gandjar dan Rohman, 2007).

    b. Tanpa nyala (Flameless)

    Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom

    gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala terlalu

    besar, dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu muncullah

    suatu teknik atomisasi baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman

    dapat dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit

    (untuk sampel cair diambil hanya beberapa μL. Sementara sampel padat

    diambil beberapa mg), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian

    tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara

    melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang

    akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini

    dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga

    terjadilah proses penyerapan energi yang memenuhi kaidah analaisa

    kualitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Sistem pemanasan dengan tanpa nyala ini dapat melalui 3 tahap

    yaitu: pengeringan (drying) yang membutuhkan suhu yang relatif rendah,

    pengabuan (ashing) membutuhkan suhu yang lebih tinggi karena untuk

    menghilangkan matriks kimia dengan mekanisme volatilasi atau pirolisis,

    dan pengatoman (atomising). Pada umumnya waktu dan suhu pemanasan

    tanpa nyala dilakukan dengan cara terprogram (Gandjar dan Rohman,

    2007).

    5.3.3.Monokromator

    Monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih

    panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Di samping sistem

    optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk

    memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper

    (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 26

    5.3.4.Detektor

    Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui

    tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton

    (photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem

    deteksi yaitu: (a) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan

    radiasi kontinyu; dan (b) yang hanya memberikan respon terhadap radiasi

    resonansi (Gandjar dan Rohman, 2007).

    5.3.5.Readout

    Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan

    sebagai sistem pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat

    yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transimisi atau absorbsi.

    Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu

    recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar

    dan Rohman, 2007).

    5.3.Gangguan-Gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

    Yang dimaksud dengan gangguan-gangguan (interference) pada

    SSA adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi

    unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang

    sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel. Gangguan-gangguan yang

    dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut:

    a. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat

    mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala;

    b. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya

    atom yang terjadi dalam nyala;

    c. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi

    atom yang dianalisis; yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang

    tidak terdisosiasi di dalam nyala.

    d. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non-atomic absorption)

    (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 27

    6. Pemakaian Analisis SSA

    Teknik SSA menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini

    disebabkan oleh kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat runut,

    dan tidak memerlukan pemisahan pendahuluan. Kelebihan kedua adalah

    kemungkinan untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada konsentrasi

    yang runut. Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu perlu memisahkan

    unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan unsuar lain dapat

    dilakukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. SSA dapat

    digunakan sampai enam puluh satu logam. Non logam yang dapat dianalisis

    adalah fosfor dan boron. Logam alkali dan alkali tanah paling baik

    ditentukan dengan metode emisi secara fotometri nyala (Khopkar, 1990).

    7. Validasi Metode Analisis

    Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP)

    dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik,

    reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu

    metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa

    parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengalami problem

    analisis, karenanya suatu metode harus divalidasi, ketika:

    1. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu;

    2. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan

    atau karena munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa

    metode baku tersebut harus direvisi;

    3. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah

    bearubah seiring dengan berjalannya waktu;

    4. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, dikerjakan oleh

    analis yang berbeda, atau dikerjakan dengan alat yang berbeda;

    5. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode, seperti antara

    metode baru dan metode baku (Gandjar dan Rohman, 2007).

    a. Ketepatan (akurasi)

    Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara

    nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 28

    sebenarnya, atau nilai rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit

    yang diperoleh kembali pada suatu pengukuran dengan melakukan

    skiping pada suatu sampel. Untuk pengujian senyawa obat, akurasi

    diperoleh dengan membandingkan hasil pengukuran dengan bahan

    rujukan standar (standard reference material, SRM). Untuk

    mendokumentasikan akurasi, ICH merekomendasikan pengumpulan

    data dari 9 kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda

    (misal 3 konsentrasi dengan 3 kali replikasi). Data harus dilaporkan

    sebagai presentasw perolehan kembali (Gandjar dan Rohman, 2007).

    b. Presisi

    Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan

    biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah

    sampel yang berbeda signifikan secara statistik. Sesuai dengan ICH,

    presisi harus dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu:

    keterulangan (repeatibility), presisi antara (intermediate precision), dan

    ketertiruan (reproducibility).

    1. Keterulangan yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang

    sama (berulang) baik orangnya, peralatannya, tempatnya maupun

    waktunya.

    2. Presisi antara yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang

    berbeda baik orangnya, peralatannya, tempatnya maupun waktunya.

    3. Ketertituan merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang lain.

    Dokumentasi presisi seharusnya mencakup: simpangan baku, simpangan

    baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV), dan kisaran kepercayaan

    (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Pengujian presisi pada saat awal validasi metode seringkali hanya

    menggunakan 2 parameter yang pertama, yaitu keterulangandan presisi

    antara. Reprodusibilitas biasanya dilakukan ketika akan melakukan uji

    banding antar laboratorium. Presisi seringkali diekspresikan dengan SD

    atay strandar deviasi relatif (RSD) dari serangkaian data. Nilai RSD

    dirumuskan dengan:

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 29

    %RSD = 𝑆𝐷

    �̅� × 100% ; yang mana 𝑥 merupakan rata-rata data, dan SD

    adalah standar deviasi serangkaian data (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Data untuk menguji presisi seringkali dikumpulkan sebagai bagian

    kajian-kajian lain yang berkaitan dengan presisi seperti linieritas atau

    akurasi. Biasanya replikasi 6-15 dilakukan pada sampel tunggal untuk

    tiap-tiap konsentrasi. Pada pengujian dengan KCKT, nilai RSD antara 1-

    2% biasanya dipersyaratkan untuk senyawa-senyawa aktif dalam jumlah

    yang banyak; sedangkan untuk senyawa-senyawa dengan kadar

    sekelumit, RSD berkisar antara 5-15% (Gandjar dan Rohman, 2007).

    c. Batas Deteksi (limit of detection, LOD)

    Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah

    dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat

    dikuantifikasi. LOD merupakan batas uji yang secara spesifik

    menyatakan apakan analit di atas atau di bawah nilai tertentu. Definisi

    batas deteksi yang paling umum digunakan dalam kimia analisis adalah

    espon sebesar respon blanko (yb) ditambah dengan 3 simpangan baku

    blanko (3Sb) (Gandjar dan Rohman, 2007).

    LOD seringkali dieskpresikan sebagai suatu konsentrasi pada rasio

    signal terhadap derau (signal to noise ratio) yang biasanya rasionya 2

    atau 3 dibanding 1. ICH mengenalkan suatu konvensi metode signal to

    noise ratio ini, meskipun demikian ICH juga menggunakan 2 metode

    pilihan lain untuk menentukan LOD yakni: metode non instrumental

    visual dan dengan metode perhitungan. Metode non instrumental visual

    digunakan pada tektik kromatografi lapis tipis dan pada metode titimetri.

    LOD juga dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon

    dengan kemiringan (slope, S) kurva baku pada level yang mendekati

    LOD sesuai dengan rumus, LOD = 3,3 (SD/S). Standar deviasi respon

    dapaitentukan berdasarkan pada standar deviasi blanko, pada standar

    deviasi residual dari garis regresi, atau standar deviasi intersep y pada

    garis regresi (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 30

    d. Batas Kuantifikasi (limit of quantification, LOD)

    Batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah

    dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang

    dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan.

    Sebagaimana LOD, LOQ juga diekspresikan sebagai konsentrasi

    (dengan akurasi dan presisi juga dilaporkan). Kadang-kadang rasio

    signal to noise 10:1 digunakan untuk menentukan LOQ. Perhitungan

    LOQ dengan rasio signal to noise 10:1 merupakan aturan umum,

    meskipun demikian perlu diingat bahwa LOQ merupakan suatu

    kompromi antara konsentrasi dengan presisi dan akurasi yang

    dipersyaratkan. Jadi, jika konsentrasi LOQ menurun maka presisi juga

    menurun. Jika presisi tinggi dipersyaratkan, maka konsentrasi LOQ yang

    lebih tinggi harus dilaporkan (Gandjar dan Rohman, 2007).

    ICH mengenalkan metode ratio signal to noise ini, meskipun

    demikian sebagaimana dalam perhitungan LOD, ICH juga menggunakan

    2 metode pilihan lain untuk menentukan LOQ yaitu: (1) metode non

    instrumental visual dan (2) metode perhitungan. Sekali lagi, metode

    perhitngan didasarkan pada standar deviasi respon (SD) dan slope (S)

    kurva baku sesuai dengan rumus: LOQ = 10 (SD/S). Standar deviasi

    respon dapat ditentukan berdasarkan standar deviasi blanko padastandar

    deviasi residual garis regresi linier atau dengan standar deviasi intersep-

    y pada garis regresi (Gandjar dan Rohman, 2007).

    e. Linieritas

    Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh

    hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi

    analit pada kisaran yang diberikan. Linieritas suatu metode merupakan

    seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y)

    dengan konsentrasi (x). Linieritas dapat diukur dengan melakukan

    pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang

    diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat kecil, untuk

    selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan

    koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019

  • 31

    C. Kerangka Konsep

    Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian

    Pendataan merek krim pemutih wajah yang beredar di pasar

    swalayan dan pasar tradisional di Kota Purwokerto.

    Krim pemutih wajah

    berbagai merek Preparasi sampel

    Metode

    Spektrofotometri

    Serapan Atom

    Pemeriksaan

    kandungan timbal

    Persyaratan BPOM

    Nomor

    HK.03.1.23.07.11.6662

    Tahun 2011

    Kesimpulan

    Ada

    Tidak

    Memenuhi

    syarat ≤ 20 ppm

    Tidak

    memenuhi

    syarat ≥ 20

    ppm

    Pengambilan sampel uji

    Analisis Logam Timbal..., Annisa Maharani, Fakultas Farmasi, UMP, 2019