bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulurepository.ump.ac.id/8317/3/bab ii_rinaldi...
TRANSCRIPT
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TERDAHULU
No Nama
Peneliti
Judul dan Tahun
Penelitian
Permasalahan Hasil Penelitian
1 Nenik
Lestari
Penanganan
Pencurian Kayu
Perhutani oleh
Kesatuan
Pemangkuan
Hutan Telawa
(2006)
Bagaimana
proses
penanganan
pencurian kayu
dan faktor
penyebab
pencurian kayu
perhutani di
wilayah KPH
Telawa.
Wilayah hutan yang berada
di dekat desa serta
mempunyai potensi kayu
yang baik yang selalu
dijadikan sasaran untuk
pencurian. Adapun kualitas
pencurian yang terjadi di
KPH Telawa sebagian besar
menggunakan peralatan
sederhana. Adapun proses
penanganan yang dilakukan
oleh pihak perhutani belum
mencapai hasil yang
maksimal, ditandai dengan
masih banyaknya para
pencuri yang lolos dari
sergapan petugas, selain itu
dalam hal penyidikan dan
proses selanjutnya terdapat
hambatan yaitu masalah
pendanaan/anggaran yang
terbatas.
2 Eko Putra
Doni
Pelaksanaan
Penyidikan
terhadap Tindak
Pidana Penebangan
Liar (2011)
Pelaksanaan
penyidikan
terhadap tindak
pidana
penebangan liar
yang dilakukan
oleh penyidik di
POLRES Aro
Suka Solok
serta proses
koordinasi
antara Penyidik
POLRI dan
Penyidik
Pegawai Negeri
Sipil dalam
Pelaksanaan penyidikan
terhadap tindak pidana
penebangan liar didominasi
oleh Penyidik POLRI
sedangkan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) yang berada di
Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Solok
sebagai penunjuk saksi ahli
untuk membantu Penyidik
POLRI dalam hal
memberikan keterangan
mengenai sah atau tidaknya
dokumen - dokumen yang
melekat pada kayu,
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
20
pelaksanaan
penyidikan
terhadap tindak
pidana
penebangan
Liar.
menentukan jenis kayu dan
mengukur volume kayu
yang
menjadi objek dari tindak
pidana penebangan liar. Hal
ini terjadi karena kurangnya
kualitas dan kuantitas dari
Penyidik Pegawai Negeri
Sipil Kehutanan tersebut
dalam hal melakukan
penyidikan. Walaupun
sudah ada pedoman dalam
melakukan penyidikan
tetapi dalam prakteknya
penyidik dalam melakukan
penyidikan belum bisa
memahami sepenuhnya
pedoman pelaksanaan
penyidikan tersebut.
Keterangan :
Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara
ringkas penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya secara umum
membahas tentang Illegal logging khususnya dalam melakukan penyidikan.
Adapun perbedaan antara penelitian yang sebelumnya dengan penelitian yang
peneliti lakukan saat ini adalah bagaimana proses penyidikan serta koordinasi
antara Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dengan Penyidik POLRI.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
21
B. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Umum Hukum Acara Pidana
Hukum acara pidana berkaitan erat dengan adanya hukum pidana, kedua-
duanya merupakan satu rangkaian peraturan-peraturan yang memuat bagaimana
alat-alat perlengkapan negara, seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan
bertindak guna mencapai tujuan negara mengadakan hukum pidana.4
Sebagaimana yang dikutip oleh Hibnu Nugroho menyatakan bahwa
hukum acara pidana merupakan ketentuan tertulis tentang pelaksanaan
ketentuan hukum pidana. Pelaksanaan ketentuan hukum pidana selalu akan
melanggar hak seseorang. Oleh sebab itu harus terdapat ketentuan yang limitatif
sejauh mana tindakan-tindakan yang boleh dilakukan pelaksana hukum dalam
melaksanakan ketentuan hukum pidana.5
Hukum acara pidana atau sering disebut dengan hukum pidana formil
yang isinya mengatur tentang bagaimana usaha negara untuk menjalankan
hukum pidana materiil. Dalam usaha negara menegakkan hukum pidana
materiil, maka hukum pidana formil terdiri dari macam - macam ketentuan,
yang pada dasarnya mengenai ketentuan tentang tindakan dan upaya yang boleh
dan atau harus dilakukan negara melalui alat-alat perlengkapannya (misalnya
polisi, jaksa, dan hakim) serta bagaimana caranya berbuat terhadap si pembuat.
4 Martiman Prodjohamidjojo. 2002. Teori dan Teknik Membuat Surat Dakwaan. PT. Ghalia
Indonesia. Jakarta, hal. 9.
5 Hibnu Nugroho. 2012. Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, PT. Media
Prima Aksara. Jakarta, hal. 31.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
22
Di samping itu, hukum pidana formil juga berisi tentang apa yang boleh dan
atau harus dilakukan oleh si pembuat dalam usahanya mempertahankan hak-
haknya yang berhadapan dengan negara dalam usaha negara mempertahankan
hukum pidana materiil tersebut.6
Sehingga sebagian sarjana berpendapat bahwa ruang lingkup hukum
acara pidana mencakup beberapa hal sebagai berikut yakni:
1) Penyidikan Perkara Pidana;
2) Penuntutan Perkara Pidana;
3) Pemeriksaan di Sidang Pengadilan;
4) Pelaksanaan Putusan Hakim (Eksekusi).
Proses dan prosedural penyidikan merupakan tahap awal dalam
pemeriksaan perkara pidana yang dilakukan kepolisian selaku penyidik dan
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang. Yang pada hakikatnya penyidikan dimulai sejak diketahui adanya
sangkaan bahwa seseorang telah melakukan suatu tindak pidana. Kemudian
penyidikan yang dilakukan itu harus berdasarkan cara - cara yang diatur dalam
undang - undang.7
Dalam hukum acara pidana kedudukan penyidikan amatlah penting
karena dengan proses tersebut dapat menjadi proses awal bagi aparat penegak
hukum yakni kepolisian untuk mencari bukti sekaligus pelaku yang diduga
6 Adami Chazawi. 2008. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta,
hal.4. 7 Lilik Mulyadi, 2012, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahanny,
PT. Alumni. Bandung, hal. 42.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
23
melakukan suatu tindak pidana. Proses tersebut menjadi penting adanya karena
hukum acara pidana hendak mewujudkan fungsinya sendiri sebagai hukum
formil dari hukum pidana yakni sebagai berikut:
1) Mencari dan menemukan kebenaran.
2) Pemberian keputusan hakim.
3) Pelaksanaan keutusan.8
Sehingga adanya proses tersebut menjadi langkah awal dalam mencapai
fungsi mencari dan menemukan kebenaran. Karena apabila dijabarkan fungsi
mencari dan menemukan kebenaran ini haruslah didukung oleh adanya bukti -
bukti yang kuat tentang terjadinya suatu tindak pidana (berdasarkan Pasal 183
KUHAP). Bukti - bukti tersebut menjadi hal yang mendasar untuk mengetahui
apakah seseorang telah terbukti melakukan suatu tindak pidana atau tidak.
Selain itu hukum acara pidana juga memiliki fungsi untuk mewujudkan
Hukum Pidana, karena fungsi hukum pidana pada umumnya adalah untuk
mengatur dan menyelenggarakan kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan
terpeliharanya ketertiban umum. Oleh karena itu barang siapa yang melanggar
ketentuan yang ada dalam hukum pidana Undang - undang No. 1 tahun 1946
tentang Kitab Undang - undang Hukum Pidana (KUHP) dan memenuhi unsur-
unsur yang ditetapkan dalam ketentuan tersebut maka dapat dikenai sanksi
pidana.9 Sanksi pidana merupakan ultimum remedium yaitu obat terakhir,
8 Lilik Mulyadi, Op. Cit, hal. 11.
9 Ibid, hal. 15.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
24
apabila sanksi atau upaya-upaya pada cabang hukum lainnya tidak mempan
atau dianggap tidak mempan.10
Sanksi yang dapat dikenakan kepada para pelanggar tersebut adalah yang
sesuai proses yang telah ditentukan dalam hukum acara pidana dimana untuk
membuat terang adanya suatu tindak pidana maka proses penyidikan mejadi
penting adanya karena untuk menghindari akibat seseorang yang memang tidak
bersalah harus dijatuhi sanksi pidana (eror in persona). Maka tugas dari
penyelenggara/pelaksana dari hukum acara pidana mulai dari kepolisian harus
mampu mencari dan menemukan setidaknya mendekati kebenaran melalui
fungsinya yakni melakukan penyidikan. Di mana proses tersebut juga tidak
hanya dilakukan oleh penyidik kepolisian namun juga dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tertentu yang khusus diberi wewenang untuk melakukan
penyidikan. Sehingga pada akhirnya akan terdapat koordinasi antara keduanya
yang sama-sama mencari kebenaran materiil, namun tetap yang menjadi pokok
adalah lembaga kepolisian.
Ilmu hukum acara pidana mempelajari peraturan-peraturan yang
diciptakan oleh negara, karena adanya dugaan terjadi pelanggaran undang-
undang pidana:
1) Negara melalui alat - alatnya menyidik kebenaran.
2) Sedapat mungkin menyidik pelaku perbuatan itu.
3) Mengambil tindakan - tindakan yang perlu guna menangkap si pelaku
dan kalau perlu menahannya.
10 Habib Adji, 2005, Jurnal Renvoi. Vol. 1, Nomor 10-22 (3 Maret 2005) hal. 126.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
25
4) Mengumpulkan bahan - bahan bukti (bewijsmateriaal) yang telah
diperoleh pada penyidikan kebenaran guna dilimpahkan kepada hakim
dan membawa terdakwa ke depan hakim tersebut.
5) Hakim memberi keputusan tentang terbukti tidaknya perbuatan yang
dituduhkan kepada terdakwa dan untuk itu menjatuhkan pidana atau
tindakan tata tertib.
6) Upaya hukum untuk melawan keputusan tersebut.
7) Akhirnya, melaksanakan keputusan tentang pidana dan tindakan tata
tertib itu.11
Di samping itu harus menjadi tugas penting yang diemban oleh hukum
acara pidana adalah memberikan bingkai yang menjadi garis merah kepada para
penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya agar tidak melampaui batas
kewenangannya, mengingat setiap pelaksanaan suatu penegakan hukum akan
berkaitan langsung dengan pelanggaran HAM, terutama HAM bagi tersangka /
terdakwa.12
2. Asas - asas Hukum Acara Pidana
Pentingnya suatu asas adalah menjadi keharusan karena dari asas
tersebut bakal menjadi suatu konsep yang akan dituangkan dalam bentuk
teknis berupa aturan yang telah disepakati bersama. Dalam hukum acara
pidana pun di dalamnya mengandung beberapa asas yang menurut para
pakar dapat diuraikan sebagai berikut:
11
Andi Hamzah, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia. PT. Sinar Grafika, Jakarta, hal. 6. 12
Hibnu Nugroho, Op. Cit, hal. 31.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
26
2.1 Asas Legalitas
Asas atau prinsip legalitas dengan tegas disebut dalam konsideran
KUHAP seperti yang dapat dibaca pada huruf a, yang merumuskan:
“Bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dan Undang - undang Dasar 1945 yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan
pemerintahan itu dengan baik tidak ada kecualinya”.13
Semua tindakan penegak hukum harus:
a) Berdasar ketentuan hukum dan undang-undang;
b) Menempatkan kepentingan hukum dan perundang - undangan di atas
segala-galanya, sehingga terwujud suatu kehidupan masyarakat bangsa
yang takluk di bawah “supremasi hukum” yang selaras dengan
ketentuan - ketentuan perundang-undangan dan perasaan keadilan
bangsa Indonesia. Jadi arti the rule of law dan supremasi hukum,
menguji dan meletakkan setiap tindakan penegakan hukum takluk di
bawah ketentuan konstitusi, undang-undang dan rasa keadilan yang
hidup di tengah - tengah kesadaran masyarakat. Memaksakan atau
menegakkan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat bangsa lain,
tidak dapat disebut rule of law, bahkan mungkin berupa penindasan.14
13
M. Yahya Harahap, 2001, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 36. 14 Ibid.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
27
2.2 Asas Praduga Tidak Bersalah (Presumption of Innocent)
Asas ini disebut dalam Pasal 8 Undang - undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan juga dalam penjelasan umum
butir 3c KUHAP yang merumuskan:
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau
dihadapkan di muka sidang pengadilan wajib dianggap tidak
bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap”.
Asas praduga tak bersalah yang dianut KUHAP, memberi pedoman
kepada aparat penegak hukum untuk mempergunakan prinsip akusatur
dalam setiap tingkat pemeriksaan dan untuk menopangnya, KUHAP telah
memberi perisai kepada tersangka/terdakwa berupa seperangkat hak - hak
kemanusiaan yang wajib dihormati dan dilindungi pihak aparat penegak
hukum. Dengan perisai hak-hak yang diakui hukum, secara teoritis sejak
semula tahap pemeriksaan, tersangka/terdakwa sudah mempunyai “posisi
yang setaraf” dengan pejabat pemeriksa dalam kedudukan hukum, berhak
menuntut perlakuan yang digariskan dalam KUHAP seperti yang dapat
dilihat pada BAB VI.15
2.3 Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan
Peradilan cepat (terutama untuk menghindari penahanan yang lama
sebelum ada keputusan hakim) merupakan bagian dari hak asasi manusia.
Begitu pula peradilan bebas, jujur, dan tidak memihak yang ditonjolkan
15 Ibid, hal.41.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
28
dalam undang-undang tersebut. Penjelasan umum yang dijabarkan dalam
banyak pasal dalam KUHAP antara lain sebagai berikut:
1) Pasal 24 ayat (4), Pasal 25 ayat (4), Pasal 26 ayat (4), Pasal 27 ayat (4),
dan Pasal 28 ayat (4). Umumnya dalam pasal - pasal tersebut dimuat
ketentuan bahwa jika telah lewat waktu penahanan seperti tercantum
dalam ayat sebelumnya, maka penyidik, Penuntut Umum, dan hakim
harus sudah mengeluarkan tersangka atau terdakwa dari tahanan demi
hukum. Dengan sendirinya hal ini mendorong penyidik, Penuntut
Umum, dan hakim untuk mempercepat penyelesaian perkara tersebut.
2) Pasal 50 mengatur tentang hak tersangka dan terdakwa untuk segera
diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya
tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu dimulai
pemeriksaan, ayat (1), segera perkaranya diajukan ke pengadilan oleh
Penuntut Umum, ayat (2) segera diadili oleh pengadilan, ayat (3).
3) Pasal 102 ayat (1) mengatakan penyelidik yang menerima laporan atau
pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga
merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan
penyelidikan yang diperlukan.
4) Pasal 106 mengatakan hal yang sama di atas bagi Penyidik.
5) Pasal 107 ayat (3) mengatakan bahwa dalam hal tindak pidana selesai
disidik oleh penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b, segera
menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui
penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
29
6) Pasal 110 mengatur tentang hubungan Penuntut Umum dan penyidik
yang semuanya disertai dengan kata seegera, begitu pula Pasal 138.
7) Pasal 140 ayat (1) merumuskan :
“Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil
penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu secepatnya
membuat surat dakwaan”.16
Asas ini mencerminkan adanya perlindungan hak asasi manusia
sekalipun orang tersebut berada dalam kedudukan sebagai tersangka/
terdakwa. Walaupun dalam kondisi dibatasi ditangkap kemudian
ditahan, namun orang tersebut tetap memperoleh kepastian bahwa
tahapan - tahapan pemeriksaan yang dilaluinya memiliki batas waktu
yang terukur dan dijamin undang - undang.17
2.4 Asas Oportunitas
Asas Opurtunitas bertolak belakang dengan asas legalitas. Menurut
asas oportunitas, Penuntut Umum tidak wajib menuntut menuntut
seseorang yang melakukan delik jika menurut pertimbangnnya akan
merugikan kepentingan umum, maka dari itu demi kepentingan umum
seseorang yang melakukan delik tidak dituntut. Kejaksaan berpendapat,
lebih bermanfaat bagi kepentingan umum jika perkara itu tidak diperiksa
di sidang pengadilan. A.Z. Abidin Farid.18
Andi Hamzah memberi
perumusan tentang asas oportunitas sebagai berikut:
16 Andi Hamzah, Op. Cit, hal. 13-14. 17 Hibnu Nugroho, Op. Cit, hal. 34-35. 18
Ibid, hal. 17.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
30
“Asas hukum yang memberikan wewenang kepada Penuntut Umum
untuk menuntut atau tidak menuntut dengan atau tanpa syarat
seseorang atau korporasi yang telah mewujudkan delik demi
kepentingan umum”.
Pasal 35 c Undang - undang Nomor 16 tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia dengan tegas menyatakan asas oportunitas
itu dianut di Indonesia. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Jaksa Agung dapat menyampingkan perkara berdasarkan
kepentingan umum”
Menurut Andi Hamzah, dengan berlakunya UUD 1945 maka Jaksa
Agung mempertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang oportunitas
kepada Presiden, yang pada gilirannya Presiden
mempertanggungjawabkan pula pada rakyat. Pedoman pelaksanaan
KUHAP memberi penjelasan mengenai “demi kepentingan umum”
sebagai berikut:
“Dengan demikian, kriteria demi kepentingan umum dalam
penerapan asas oportunitas di Negara kita adalah didasarkan untuk
kepentingan Negara dan masyarakat dan bukan untuk kepentingan
masyarakat”.19
2.5 Prinsip Peradilan Terbuka Untuk Umum
Tindakan penegakan hukum di Indonesia harus dilandasin oleh jiwa
“persamaan” dan “keterbukaan” serta penerapan sistem musyawarah dan
mufakat dari majelis peradilan dalam mengambil keputusan. Dengan
landasan persamaa hak dan kedudukan antara tersangka/terdakwa dengan
aparat penegak hukum, ditambah dengan sifat keterbukaan perlakuan oleh
19
Andi Hamzah, Op. Cit, hal 19.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
31
aparat penegak hukum kepada tersangka/terdakwa, tidak ada dan tidak
boleh dirahasiakan segala sesuatu yang menyangkut pemeriksaan
terhadap diri tersangka/terdakwa dan hasil pemeriksaan yang menyangkut
diri dan kesalahan harus terbuka kepadanya. Pasal yang mengatur tentang
asas ini adalah Pasal 153 ayat (3) KUHAP yang merumuskan:
“Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka
sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara
mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak - anak”.
Tidak dipenuhinya ketentuan tersebut mengakibatkan batalnya
putusan demi hukum sesuai ketentuan Pasal 153 ayat (4) KUHAP.
Kekecualian terhadap kesusilaan dan anak - anak alasannya karena
kesusilaan dianggap masalahnya sangat pribadi sekali sehingga tidak
patut untuk mengungkapkan dan memaparkan secara terbuka di muka
umum, begitu juga dengan anak - anak melakukan kejahatan karena
kenakalan. Walaupun sidang dinyatakan tertutup untuk umum, namun
keputusan hakim dinyatakan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
2.6 Semua Orang Diperlakukan Sama di Depan Hukum (Equality Before the
Law)
Asas ini merupakan konsekuensi logis dari sikap Negara Indonesia
sebagai negara yang berdasarkan hukum dan bukan atas kekuasaan
belaka. Di dalam pelaksanaan penegakan hukum semua orang harus
diperlakukan sama dan tidak boleh dibeda - bedakan, baik untuk
mendapatkan perlindungan hukum maupun bagi tersangka/terdakwa yang
sedang menjalani proses persidangan. Ketentuan-ketentuan di dalam
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
32
KUHAP mendasarkan pada asas ini, sehingga tidak ada satu pasal pun
yang mengarah pada pemberian hak - hak istimewa pada suatu kelompok
dan memberikan ketidakistimewaan pada kelompok lain.20
Pasal 4 ayat
(1) Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
merumuskan:
“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda -
bedakan orang”.
Penjelasan umum butir 3a KUHAP merumuskan:
“Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum
dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan”.
Perlakuan yang sama ini tidak bisa hanya ditafsirkan sebagai
diskriminasi tersangka dan terdakwa berdasarkan status sosial atau
kekayaan saja, tetapi juga berhubungan dengan diskriminasi berdasarkan
ras, warna kulit, seks, bahasa, agama, haluan politik, kebangsaan,
kelahiran, dan lain-lain sebagaimana dalam Pasal 6 dan 7 UDHR dan
serta Pasal 16 ICCPR 1996.21
2.7 Peradilan Dilakukan oleh Hakim Karena Jabatannya dan Tetap
Pengambilan keputusan salah tidaknya terdakwa dilakukan oleh
hakim karena jabatannya dan bersifat tetap.
20
Hibnu Nugroho, Op. Cit, hal. 36. 21
Agoes Dwi Listijono, 2005, Telaah Konsep Hak Asasi Manusia Dalam Kaitannya Dengan
Sistem Peradilan Pidana, Jurnal Hukum. Vol.1, No.1. hal.95.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
33
2.8 Tersangka/ Terdakwa Berhak Mendapat Bantuan Hukum
Dalam Pasal 69 sampai dengan Pasal 74 KUHAP mengatur
mengenai bantuan hukum dimana tersangka/terdakwa mendapat
kebebasan yang sangat luas antara lain sebagai berkut:
a) Bantuan hukum dapat diberikan sejak saat tersangka ditangkap atau
ditahan.
b) Bantuan hukum dapat diberikan pada semua tingkat pemeriksaan.
c) Penasihat hukum dapat menghubungi tersangka/terdakwa pada semua
tingkat pemeriksaan pada setiap waktu.
d) Pembicaraan antara penasihat hukum dan tersangka tidak didengar
oleh penyidik dan Penuntut Umum kecuali pada delik yang
menyangkut keamanan Negara.
e) Turunan berita acara diberikan kepada tersangka atau penasihat hukum
guna kepentingan pembelaan.
f) Penasihat hukum berhak mengirim dan menerima surat dari tersangka/
terdakwa.
2.9 Asas Akusator
KUHAP menganut asas akusator karena tersangka/terdakwa tidak
lagi dipandang sebagai objek pemeriksaan. Prinsip akusator
menempatkan kedudukan tersangka/terdakwa dalam setiap tingkat
pemeriksaan:
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
34
a. Adalah subjek, bukan sebagai objek pemeriksaan, karena itu tersangka
atau terdakwa harus didudukkan dan diperlakukan dalam kedudukan
manusia yang mempunyai harkat martabat harga diri.
b. Yang menjadi objek pemeriksaan dalam prinsip akusator adalah
“kesalahan” (tindakan pidana), yang dilakukan tersangka/terdakwa ke
arah itulah pemeriksaan ditujukan.22
Aparat penegak hukum menjauhkan diri dari cara-cara pemeriksaan
inkusitor yang menempatkan tersangka/terdakwa dalam pemeriksaan
sebagai objek yang dapat diperlakukan dengan sewenang - wenang yang
digunakan dalam HIR, sama sekali tidak memberi hak dan kesempatan
yang wajar bagi tersangka/terdakwa untuk membela diri dan
mempertahankan hak dan kebenarannya terkadang untuk mendapatkan
pengakuan dari tersangka, pada pemeriksaan sering melakukan tindakan
kekerasan dan penganiayaan.
Pada asas akusator, perlakuan yang manusiawi terhadap tersangka/
terdakwa dikedepankan pada proses penegakan hukum yang diimbangi
dengan menggunakan ilmu bantu hukum acara pidana seperti psikologi,
kriminalistik, psikiatri, kriminologi, kedokteran forensik, antropologi, dan
lain-lain.
2.10 Pemeriksaan Hakim yang Langsung dan Lisan
Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim secara
langsung, artinya langsung kepada terdakwa dan para saksi dan secara
22
M. Yahya Harahap, 2001, Op. Cit, hal. 40.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
35
lisan, artinya bukan tertulis antara hakim dengan terdakwa dan saksi.
KUHAP mengatur dalam Pasal 154, 155 KUHAP dan seterusnya yang
menyatakan pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim
secara langsung kepada terdakwa dan para saksi secara lisan bukan
tertulis.
2.11 Asas Pengawasan dan Pengamatan Pelaksanaan Putusan Pengadilan
Pada dasarnya, pelaksanaan disini adalah pelaksanaan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde).
2.12 Asas Hak Ingkar
Maknanya bahwa hak seorang yang diadili untuk mengajukan
keberatan yang disertai dengan alasan terhadap seorang hakim yang
mengadili perkaranya.
2.13 Asas Pengadilan Memeriksa Perkara Pidana dengan Adanya Kehadiran
Terdakwa
Dikaji dari perspektif praktik peradilan, apabila terdakwa pernah
hadir di sidang pengadilan kemudian berikutnya tidak pernah hadir lagi
sampai penjatuhan putusan, putusan terhadap terdakwa tetap dijatuhkan
(bukan putusan in absentia).
Asas-asas tersebut diatas dalam praktiknya tidak terlepas dari
desain prosedur (procedural design) sistem peradilan pidana yang
terdapat dalam KUHAP. Ditegaskan oleh Reksodiputro sebagaimana
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
36
dikutip oleh Lilik Mulyadi yang mengatakan bahwa sistem ini terbagi
dalam 3 (tiga) tahap yaitu:
1) Tahap pra-adjudikasi (pre-adjudication)
2) Tahap sidang pengadilan atau tahap adjudikasi (adjudication) dan
3) Tahap setelah sidang pengadilan atau tahap purna-adjudikasi
(postadjudication).23
Kepada seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut, ataupun diadili
tanpa alasan yang berdasarkan undang - undang dan atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib diberi
ganti rugi dan rehabilitasi. Sejak tingkat penyidikan dan para pejabat
penegak hukum yang dengan sengaja atau karena kelalainnya
menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar dituntut, dipidana, dan atau
dikenakan hukuman administrasi.24
Dengan demikian penyidikan merupakan suatu proses atau langkah
awal yang merupakan suatu proses penyelesaian suatu tindak pidana yang
perlu diselidik dan diusut secara tuntas di dalam sistem peradilan pidana,
dari pengertian tersebut maka bagian-bagian dari hukum acara pidana
yang menyangkut tentang penyidikan adalah sebagai berikut: ketentuan -
ketentuan tentang alat-alat bukti, ketentuan tentang terjadinya delik,
pemeriksaan ditempat kejadian, pemanggilan tersangka atau terdakwa,
23
Lilik Mulyadi, 2010, Kompilasi Hukum Pidana Dalam Perspektif Teoritis dan Praktik
Peradilan, Bandung: CV. Mandar Maju, hal 85-86. 24
Agus Raharjo, Angkasa, dan Hibnu Nugroho. ―Rule Breaking dalam Penyidikan untuk
Menghindari Kekerasan yang dilakukan oleh Penyidik. Jurnal Dinamikan Hukum. Vol 1 No. 13
(Januari 2013) hal 65-66.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
37
penahanan sementara, penggeledahan, pemeriksaan dan introgasi, berita
acara, penyampingan perkara, pelimpahan perkara kepada Penuntut
Umum dan pengembalian kepada penyidik untuk disempurnakan.25
3. Tinjauan Umum Penyidikan
3.1 Pengertian Penyidikan
Hukum acara pidana sebagai hukum pelaksana dari hukum pidana
mempunyai kedudukan yang sangat penting di mana semua aturan yang
diatur dalam hukum acara pidana mempunyai peranan yang penting bagi
penegakan setiap norma - norma yang telah diatur dalam hukum pidana.
Pada hukum acara pidana sendiri berisi mengenai hal - hal yang
bersangkutan dengan proses bagaimana seseorang yang sudah memenuhi
rumusan tindak pidana dari undang-undang (KUHP) dapat dijatuhi hukuman
atau pidana. Dimana salah satu proses yang penting yang menjadi kajian
dalam hukum acara pidana adalah penyidikan sebagaimana yang diiyakan
oleh para ahli hukum yang menyatakan bahwa adanya proses penyidikan
dalam pengungkapan suatu tindakan pidana merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam mencari titik terang mengenai siapa yang menjadi
pelakunya.26
Adanya proses penyidikan tersebut merupakan konsekuensi karena
untuk menegakkan aturan hukum pidana maka terlebih dahulu harus ada
25
Andi Hamzah. 2006. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. hal 118. 26
Anonim. 2012. Hukum Acara Pidana di Indonesia. demokrasiindonesia.wordpress.com. diakses
pada tanggal 03 Maret 2018, jam 16.05 WIB.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
38
tindak pidana yang telah dilakukan oleh seseorang. Padahal Tindak Pidana
adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang di mana perbuatan
tersebut melanggar ketentuan perundang-undangan yang diancam dengan
sanksi terhadap pelanggaran tersebut, di mana perbuatan yang melanggar
ketentuan perundangan tersebut melahirkan sanksi yang bersifat pidana,
sanksi bersifat perdata, ataupun sanksi yang bersifat administrasi.27
Menurut Pasal 1 angka 2 KUHAP: “Penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang -
undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya”. Dalam hal penyidikan, maka yang berperan di sini adalah
penyidik.
3.2 Unsur-unsur Penyidikan
Berdasarkan pengertian penyidikan yang termuat dalam Pasal 1 angka
2 KUHAP tersebut, unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian
penyidikan adalah:
a) Penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang mengandung tindakan -
tindakan yang antara yang satu dengan yang lain saling berhubungan.
b) Penyidikan dilakukan oleh pejabat publik yang disebut penyidik.
c) Penyidikan dilakukan dengan berdasarkan peraturan perundang -
undangan.
27
Salim,H.S. 2002. Dasar - Dasar Hukum Kehutanan (Edisi Revisi). Jakarta: Sinar Grafika.
hal.147.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
39
d) Tujuan penyidikan ialah mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan menemukan
tersangkanya.
Berdasarkan keempat unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa
sebelum dilakukan penyidikan, telah diketahui adanya tindak pidana tetapi
tindak pidana itu belum terang dan belum diketahui siapa yang
melakukannya. Adanya tindak pidana yang belum terang itu diketahui dari
penyelidikannya.28
Oleh sebab itu penyidikan merupakan ujung tombak
pengungkapan suatu tindak pidana. Guna mencapai tujuan hukum acara
pidana yaitu mencari dan menemukan kebebaran materiil, maka beban
pencarian untuk menemukan alat - alat bukti yang akan digunakan oleh
penuntut umum dipersidangan ada dipundak penyidik.29
3.3 Pihak-pihak ditingkat Penyidikan
Dalam sistem KUHAP kewenangan penyelidikan ada pada pejabat
polisi Negara (Pasal 4 KUHAP), sedangkan kewenangan penyidikan ada
pada pejabat polisi Negara dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang syarat
kepangkatannya diatur dalam peraturan pemerintah (Pasal 6 ayat (1) dan
ayat (2) KUHAP).
Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) KUHAP: “Penyidik adalah
pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
28 Adami Chazawi. 2005. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang:
Bayumedia Publishing. hal 380. 29
Hibnu Nugroho, Op.cit, hal 31.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
40
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang - undang untuk
melakukan penyidikan”.
Menurut Pasal 6 ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa ada dua pejabat
yang berkedudukan sebagai Penyidik, yaitu Penyidik POLRI dan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Bunyi Pasal 6 ayat (1) KUHAP, Penyidik
adalah:
a. Penyidik Polri
Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai pejabat penyidik penuh,
harus memenuhi syarat kepangkatan dan pengangkatan:
1) Sekurang - kurangnya berpangkat Inspektur Dua Polisi dan
berpendidikan paling rendah sarjana strata satu atau yang setara;
2) Bertugas dibidang fungsi penyidikan paling singkat 2 tahun;
3) Mengikuti dan lulus pendidikan pengembangan spesialisasi fungsi
reserse kriminal.
4) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter; dan
5) Memiliki kemampuan dan integritas moral yang tinggi.30
b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPNS menurut Peraturan
Pemerintah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Masa kerja sebagai pegawai negeri sipil paling singkat 2 tahun.
30 PP No. 58 Tahun 2010 tentang Perubahan PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, hal 3.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
41
2) Berpangkat peling rendah penata muda/golongan IIIa.
3) Berpendidikan paling rendah sarjana hukum atau sarjana lain yang
setara.
4) Bertugas dibidang teknis operasional penegakan hukum.
5) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter pada rumah sakit pemerintah.
6) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan peagawai negeri sipil paling sedikit bernilai
baik dalam 2 tahun terakhir.
7) Mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan dibidang penyidikan.31
Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 58 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kitab Undang -
undang Hukum Acara Pidana. Syarat kepangkatan penyidik ditentukan
bahwa untuk polisi serendah-rendahnya berpangkat Inspektur Dua Polisi,
sedangkan untuk PPNS serendah-rendahnya berpangkat Penata Muda
(gol III/a) atau yang disamakan. Syarat kepangkatan penyidik pembantu
ditentukan bahwa untuk polisi serandah - rendahnya berpangkat Brigadir
31
PP No. 58 Tahun 2010 tentang Perubahan PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, hal 5-6.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
42
Dua Polisi, sedangkan untuk PPNS serendah - rendahnya berpangkat
Pengatur Muda (gol II/a) atau yang disamakan.32
3.4 Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Berdasarkan Pasal 1 angka 5 PP No. 43 Tahun 2012 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Teknis Terhadap
Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan Bentuk-bentuk
Pengamanan Swakarsa : “Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya di
singkat PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang berdasarkan
peraturan perundang - undangan ditunjuk selaku Penyidik dan mempunyai
wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup
undang - undang yang menjadi dasar hukumnya masing - masing”. Setelah
berlakunya undang-undang hukum acara pidana yang baru, maka terjadi
perubahan yang fundamental di dalam sistem peradilan pidana yang juga
mempengaruhi pula sistem penyidikan. Di dalam KUHAP Pasal 6 ayat (1)
huruf b telah ditentukan bahwa penyidik ada penyidik pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang - undang.33
Dalam Pasal 7 ayat (2) KUHAP yang menyatakan Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) huruf b
mempunyai wewenang sesuai dengan undang - undang yang menjadi
landasan hukumnya masing - masing dan dalam pelaksanaan tugasnya
32
Al. Wisnubroto, 2005, Pembaharuan Hukum Acara Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
hal 36. 33
L. Sumartini, 1996, Pembahasan Perkembangan Hukum Nasional tentang Hukum Acara Pidana,
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, hal. 103.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
43
berada dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik POLRI. Oleh karena
itu timbul kajian yang lebih mendalam lagi mengani adanya persoalan
tentang apakah dalam melakukan proses penyidikan PPNS dalam prakteknya
menemukan kendala atau hambatan yang menghambat PPNS dalam
melaksanakan tugas tersebut. Padahal wewenang Penyidik Pegawai Negeri
Sipil tersebut adalah melakukan penyidikan yaitu tugas - tugas Kepolisian
yang bersifat represif justisial, sehingga setelah lahirnya Penyidik Pegawai
Negeri Sipil berdasarkan KUHAP, maka alat - alat kepolisian khusus tidak
lagi berwenang melakukan tugas - tugas kepolisian yang bersifat judicial
represif.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang sebagai berikut:
1) Kewenangan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah
sesuai dengan yang ditetapkan dalam undang - undang yang menjadi
dasar hukumnya masing - masing.
2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tidak berwenang melakukan
penangkapan dan atau penahanan.34
3) Apabila undang-undang yang menjadi dasar hukumnya tidak mengatur
secara tegas kewenangan yang diberikan maka Penyidik Pegawai
Negeri Sipil mempunyai wewenang penyidik dalam Pasal 7 ayat (1)
KUHAP.
34
Keputusan Menteri Kehakiman No. M.04-PW.07.03 Tahun 1984, hal. 3.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
44
Disamping itu Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang dapat menjadi
penyidik terdapat dalam undang-undang sebagai berikut35
:
Tabel 2.1 Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diatur dalam Undang -undang
No Nomor Undang –
Undang
Materi Pokok
Pidana
Pejabat Penyidik
1 9 Tahun 1992 Imigrasi PPNS Imigrasi
2 41 Tahun 1999 Kehutanan PPNS Kehutanan
3 19 Tahun 2002 Hak Cipta PPNS Ditjen HAKI
4 17 Tahun 2006 Kepabeanan PPNS Bea Cukai
Kedudukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas
penyidikan secara terperinci adalah sebagai berikut:
a) Penyidik Pegawai Negeri Sipil berkedudukan dibawah:
i. koordinasi penyidik Polri
ii. dibawah pengawasan penyidik Polri (Pasal 7 ayat (2))
b) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik Polri memberikan petunjuk
kepada penyidik pegawai negeri sipil tertentu dan memberikan bantuan
penyidikan yang diperlukan (Pasal 107 ayat (1)).
c) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu harus melaporkan kepada
penyidik Polri tentang adanya suatu tindak pidana yang sedang disidik,
jika dari penyidikan itu oleh penyidik pegawai negeri sipil di temukan
bukti yang kuat untuk diajukan kepada penuntut umum (Pasal 107 ayat
(2)).
35
Nikolas Simanjuntak, 2009, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, Jakarta: Ghalia
Indonesia, hal. 56.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
45
e) Apabila penyidik Pegawai Negeri Sipil telah selesai melakukan
penyidikan, hasil penyidikannya tersebut diserahkan kepada penuntut
umum, melalui penyidik Polri (Pasal 107 ayat (3)).
f) Apabila penyidik pegawai negeri sipil menghentikan penyidikan,
karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata
bukan tindak pidana atau penyidikannya dihentikan demi hukum,
maka penghentian penyidikan itu harus diberitahukan kepada penyidik
Polri dan penuntut umum (Pasal 109 ayat (3)).36
3.5 Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kehutanan
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
pada Bab XIII Pasal 77 ayat (1), (2) dan (3) merumuskan sebagai berikut:
1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan
tanggung-jawabnya meliputi pengurusan hutan, diberi wewenang
khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang -
undang Hukum Acara Pidana.
2) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berwenang untuk:
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
yang berkenan dengan tindak pidana yang menyangkut hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan.
36
M. Yahya Harahap, Op. cit, hal 113-114.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
46
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan
tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil
hutan.
c. Memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan
hutan atau wilayah hukumnya.
d. Melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak
pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang
berlaku.
e. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan tindak pidana yang menyangkut hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan.
f. Menangkap dan menahan dalam koordinasi dan pengawasan
penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana.
g. Membuat dan menanda - tangani berita acara.
h. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti
tentang adanya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan
hutan dan hasil hutan.
3) Pejabat penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyerahkan
hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai Kitab Undang -
undang Hukum Acara Pidana.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
47
3.6 Tahap - tahap Penyidikan
Menurut buku petunjuk pelaksanaan penyidikan tindak pidana di mana
disampaikan oleh Kapolri Jend. Polisi Drs. Rusdiharjo tahun 2000 di Jakarta
menyampaikan bahwa kegiatan pokok dalam rangka penyidikan tindak
pidana dalam buku petunjuk ini dapat di uraikan sebagai berikut:37
3.6.1 Penyelidikan
Menurut ketentuan Bab I Pasal 1 angka 5 KUHAP: “Penyelidikan
adalah rangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang -
undang”. Pada hakikatnya, terhadap terminologi penyelidikan itu dahulu di
kenal sejak eksisnya undang-undang tentang pemberantasan Tindak Pidana
Subversi (Pasal 2 huruf b, d, Pasal 5, Pasal 6 ayat (1) Undang - undang No.
11/Pnps/1963). Titik taut hubungan tersebut menurut Pedoman Pelaksanaan
KUHAP disebutkan bahwa penyelidikan bukanlah merupakan fungsi yang
berdiri sendiri, terpisah dari fungsi penyidikan, melainkan merupakan hanya
salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi
penyidikan, yang mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang
berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan
37
Luhut M.P. Pangaribuan, 2000, Hukum Acara Pidana, Satu Kompilasi Ketentuan-Ketentuan
KUHAP dan Hukum Internasional, Cet III, Jakarta: Djambatan, hal 135.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
48
surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, penyelesaian dan penyerahan
berkas perkara kepada Penuntut Umum.38
3.6.2 Penindakan
Penindakan adalah setiap tindakan hukum yang dilakukan oleh
penyidik atau penyidik pembantu terhadap setiap orang atau benda atau
barang yang ada hubungannya dengan tindak pidana yang terjadi.
Tindakan hukum tersebut yaitu:
a) Pemanggilan tersangka atau saksi.
b) Penangkapan.
c) Penahanan.
d) Penggeledahan.
e) Penyitaan.
3.6.3 Pemeriksaan
Penyidik atau penyidik pembantu segera menyampaikan kepada
penuntut umum dalam hal pemeriksaan tindak pidana telah dimulai. Yang
berwenang melakukan pemeriksaan adalah penyidik atau penyidik
pembantu.
3.6.4 Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara
Penyelesaian dan penyerahan berkas perkara merupakan kegiatan akhir
dari proses penyidikan perkara pidana. Kegiatan penyelesaian berkas perkara
terdiri dari:
a. Pembuatan resume
38
Lilik Mulyadi, Op. Cit, hal 55.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
49
b. Penyusunan berkas perkara
c. Penyerahan berkas perkara.
4. Tinjauan Umum Illegal Logging
4.1 Pengertian Illegal Loging
Tindak Pidana Kehutanan tergolong dalam salah satu Tindak Pidana
Khusus, dimana pengaturannya diatur secara terpisah dalam sebuah Undang
- undang umum. Ruang lingkup tindak pidana khusus ini tidaklah bersifat
tetap, akan tetapi dapat berubah tergantung dengan apakah ada
penyimpangan atau menetapkan sendiri ketentuan khusus dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur substansi tertentu.
Definisi lain dari illegal logging adalah operasi/kegiatan kehutanan
yang belum mendapat ijin dan yang merusak. Istilah lain dari pembalakan
illegal adalah istilah dari penebangan liar yang menggambarkan semua
praktek atau kegiatan kehutanan yang berkaitan dengan pemanenan,
pengelolaan dan perdagangan kayu yang tidak sesuai dengan hukum
Indonesia, penebangan liar dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Pertama, yang dilakukan oleh operator yang sah yang melanggar
ketentuan dalam perizinan yang dimiliknya;
2) Kedua, melibatkan pencurian kayu oleh orang yang sama sekali tidak
memiliki izin.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
penebangan liar (illegal logging) adalah kegiatan dibidang kehutanan atau
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
50
merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup penebangan, pengangkutan,
pengolahan hingga kegiatan jual beli (ekspor-impor) kayu yang tidak sah
atau bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku atau perbuatan yang
dapat menimbulkan kerusakan hutan.39
Di samping itu secara terminologi istilah Illegal Logging yang
merupakan bahasa Inggris terdiri dari 2 (dua) kata:
1) Illegal, yang artinya tidak sah, dilarang atau bertentangan dengan
hukum, haram.
2) Log, yang artinya batang kayu, kayu bundar dan gelondongan. Sehingga
kata logging berarti menebang kayu dan membawa ke tempat
penggergajian.40
4.2 Unsur-Unsur Illegal Loging
Setiap tindak pidana pasti di dalamnya termuat suatu rumusan unsur -
unsur yang menjadi dasar pembentuknya. Tidak terkecuali dengan adanya
tindak pidana Illegal Logging yang perkembangannya dari tahun ke tahun
mengalami persentase yang selalu meningkat. Seperti halnya pada tindak
pidana yang lain, tindak pidana Illegal Logging sebagai tindak pidana yang
bersifat khusus yang pengaturannya terpisah dari KUHP yakni dengan
adanya Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan di dalamnya
39
Ahmad Ubbe, 2013, Penelitian Hukum tentang Peran Masyarakat Hukum Adat Dalam
Penganggulangan Pembalakan Liar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum Nasional
BPHN Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, hal 35. 40
Jhon M Echols, 2006, An English-Indonesia dictionary (Cetakan XXIII), Jakarta: Gramedia. hal
363.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
51
terdapat beberapa unsur yang dapat mempengaruhi timbulnya tindak pidana
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Setiap orang pribadi atau badan hukum dan atau badan usaha.
2) Melakukan perbuatan yang dilarang baik karena sengaja maupun
karena kealpaannya.
3) Menimbulkan kerusakan hutan, dengan cara - cara yakni:
i. Merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan.
ii. Kegiatan yang keluar dari ketentuan perizinan sehingga merusak
hutan.
iii. Melanggar batas - batas tepi sungai, jurang, dan pantai yang
ditentukan undang-undang.
iv. Menebang pohon tanpa izin.
v. Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima
titipan, menyimpan, atau memliki hasil hutan yang diketahui atau
patut diduga sebagai hasil hutan illegal.
vi. Mengangkiut, menguasai, atau memiliki hasil hutan tanpa Surat
Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH).
vii. Membawa alat-alat berat dan alat - alat lain pengelolaan hasil hutan
tanpa izin.
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018
52
C. KERANGKA PEMIKIRAN
PANCASILA
Peraturan Perundang-undangan:
- Instruksi Presiden No. 41 tahun 2005
tentang Pemberantasan Penebangan
Kayu secara Illegal
- UU No. 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam
- UU No. 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan
- UU No. 45 tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan
- KUHP
- KUHAP
Latar Belakang Masalah:
Kabupaten Grobogan sebagian besar
wilayahnya terdiri dari hutan dengan hasil atau
produk utamanya berupa kayu jati, mahoni dan
sonokeling. Hutan Perhutani di samping
sebagai hutan produksi juga sebagai penyangga
lingkungan hidup dan ekosistem. Namun dari
tahun ke tahun mengalami kerusakan dan
kerugian karena banyaknya pencurian kayu.
Terhadap tindak pidana kehutanan khususnya
illegal logging maka yang melakukan
penyidikan adalah Penyidik Pegawai Negeri
Sipil Kementerian Kehutanan yang harus
berkoordinasi dengan penyidik POLRI.
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana peran penyidik Pegawai Negeri
Sipil Kementerian Kehutanan dalam
menangani kasus pencurian kayu (Illegal
Logging) di Purwodadi?
2. Apa yang menjadi faktor penghambat bagi
penyidik Pegawai Negeri Sipil Kementerian
Kehutanan dalam menangani kasus
pencurian kayu (Illegal Loging) di
Purwodadi?
Landasan Teori:
- Tinjauan Umum Hukum Acara
Pidana
- Asas-asas Hukum Acara Pidana
- Tinjauan Umum Penyidikan
- Tinjauan Umum Illegal Logging
Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018