bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulurepository.ump.ac.id/8317/3/bab ii_rinaldi...

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULU No Nama Peneliti Judul dan Tahun Penelitian Permasalahan Hasil Penelitian 1 Nenik Lestari Penanganan Pencurian Kayu Perhutani oleh Kesatuan Pemangkuan Hutan Telawa (2006) Bagaimana proses penanganan pencurian kayu dan faktor penyebab pencurian kayu perhutani di wilayah KPH Telawa. Wilayah hutan yang berada di dekat desa serta mempunyai potensi kayu yang baik yang selalu dijadikan sasaran untuk pencurian. Adapun kualitas pencurian yang terjadi di KPH Telawa sebagian besar menggunakan peralatan sederhana. Adapun proses penanganan yang dilakukan oleh pihak perhutani belum mencapai hasil yang maksimal, ditandai dengan masih banyaknya para pencuri yang lolos dari sergapan petugas, selain itu dalam hal penyidikan dan proses selanjutnya terdapat hambatan yaitu masalah pendanaan/anggaran yang terbatas. 2 Eko Putra Doni Pelaksanaan Penyidikan terhadap Tindak Pidana Penebangan Liar (2011) Pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana penebangan liar yang dilakukan oleh penyidik di POLRES Aro Suka Solok serta proses koordinasi antara Penyidik POLRI dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam Pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana penebangan liar didominasi oleh Penyidik POLRI sedangkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang berada di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Solok sebagai penunjuk saksi ahli untuk membantu Penyidik POLRI dalam hal memberikan keterangan mengenai sah atau tidaknya dokumen - dokumen yang melekat pada kayu, Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Upload: others

Post on 03-Oct-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENELITIAN TERDAHULU

No Nama

Peneliti

Judul dan Tahun

Penelitian

Permasalahan Hasil Penelitian

1 Nenik

Lestari

Penanganan

Pencurian Kayu

Perhutani oleh

Kesatuan

Pemangkuan

Hutan Telawa

(2006)

Bagaimana

proses

penanganan

pencurian kayu

dan faktor

penyebab

pencurian kayu

perhutani di

wilayah KPH

Telawa.

Wilayah hutan yang berada

di dekat desa serta

mempunyai potensi kayu

yang baik yang selalu

dijadikan sasaran untuk

pencurian. Adapun kualitas

pencurian yang terjadi di

KPH Telawa sebagian besar

menggunakan peralatan

sederhana. Adapun proses

penanganan yang dilakukan

oleh pihak perhutani belum

mencapai hasil yang

maksimal, ditandai dengan

masih banyaknya para

pencuri yang lolos dari

sergapan petugas, selain itu

dalam hal penyidikan dan

proses selanjutnya terdapat

hambatan yaitu masalah

pendanaan/anggaran yang

terbatas.

2 Eko Putra

Doni

Pelaksanaan

Penyidikan

terhadap Tindak

Pidana Penebangan

Liar (2011)

Pelaksanaan

penyidikan

terhadap tindak

pidana

penebangan liar

yang dilakukan

oleh penyidik di

POLRES Aro

Suka Solok

serta proses

koordinasi

antara Penyidik

POLRI dan

Penyidik

Pegawai Negeri

Sipil dalam

Pelaksanaan penyidikan

terhadap tindak pidana

penebangan liar didominasi

oleh Penyidik POLRI

sedangkan Penyidik

Pegawai Negeri Sipil

(PPNS) yang berada di

Dinas Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Solok

sebagai penunjuk saksi ahli

untuk membantu Penyidik

POLRI dalam hal

memberikan keterangan

mengenai sah atau tidaknya

dokumen - dokumen yang

melekat pada kayu,

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

20

pelaksanaan

penyidikan

terhadap tindak

pidana

penebangan

Liar.

menentukan jenis kayu dan

mengukur volume kayu

yang

menjadi objek dari tindak

pidana penebangan liar. Hal

ini terjadi karena kurangnya

kualitas dan kuantitas dari

Penyidik Pegawai Negeri

Sipil Kehutanan tersebut

dalam hal melakukan

penyidikan. Walaupun

sudah ada pedoman dalam

melakukan penyidikan

tetapi dalam prakteknya

penyidik dalam melakukan

penyidikan belum bisa

memahami sepenuhnya

pedoman pelaksanaan

penyidikan tersebut.

Keterangan :

Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara

ringkas penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya secara umum

membahas tentang Illegal logging khususnya dalam melakukan penyidikan.

Adapun perbedaan antara penelitian yang sebelumnya dengan penelitian yang

peneliti lakukan saat ini adalah bagaimana proses penyidikan serta koordinasi

antara Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dengan Penyidik POLRI.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

21

B. LANDASAN TEORI

1. Tinjauan Umum Hukum Acara Pidana

Hukum acara pidana berkaitan erat dengan adanya hukum pidana, kedua-

duanya merupakan satu rangkaian peraturan-peraturan yang memuat bagaimana

alat-alat perlengkapan negara, seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan

bertindak guna mencapai tujuan negara mengadakan hukum pidana.4

Sebagaimana yang dikutip oleh Hibnu Nugroho menyatakan bahwa

hukum acara pidana merupakan ketentuan tertulis tentang pelaksanaan

ketentuan hukum pidana. Pelaksanaan ketentuan hukum pidana selalu akan

melanggar hak seseorang. Oleh sebab itu harus terdapat ketentuan yang limitatif

sejauh mana tindakan-tindakan yang boleh dilakukan pelaksana hukum dalam

melaksanakan ketentuan hukum pidana.5

Hukum acara pidana atau sering disebut dengan hukum pidana formil

yang isinya mengatur tentang bagaimana usaha negara untuk menjalankan

hukum pidana materiil. Dalam usaha negara menegakkan hukum pidana

materiil, maka hukum pidana formil terdiri dari macam - macam ketentuan,

yang pada dasarnya mengenai ketentuan tentang tindakan dan upaya yang boleh

dan atau harus dilakukan negara melalui alat-alat perlengkapannya (misalnya

polisi, jaksa, dan hakim) serta bagaimana caranya berbuat terhadap si pembuat.

4 Martiman Prodjohamidjojo. 2002. Teori dan Teknik Membuat Surat Dakwaan. PT. Ghalia

Indonesia. Jakarta, hal. 9.

5 Hibnu Nugroho. 2012. Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, PT. Media

Prima Aksara. Jakarta, hal. 31.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

22

Di samping itu, hukum pidana formil juga berisi tentang apa yang boleh dan

atau harus dilakukan oleh si pembuat dalam usahanya mempertahankan hak-

haknya yang berhadapan dengan negara dalam usaha negara mempertahankan

hukum pidana materiil tersebut.6

Sehingga sebagian sarjana berpendapat bahwa ruang lingkup hukum

acara pidana mencakup beberapa hal sebagai berikut yakni:

1) Penyidikan Perkara Pidana;

2) Penuntutan Perkara Pidana;

3) Pemeriksaan di Sidang Pengadilan;

4) Pelaksanaan Putusan Hakim (Eksekusi).

Proses dan prosedural penyidikan merupakan tahap awal dalam

pemeriksaan perkara pidana yang dilakukan kepolisian selaku penyidik dan

Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-

undang. Yang pada hakikatnya penyidikan dimulai sejak diketahui adanya

sangkaan bahwa seseorang telah melakukan suatu tindak pidana. Kemudian

penyidikan yang dilakukan itu harus berdasarkan cara - cara yang diatur dalam

undang - undang.7

Dalam hukum acara pidana kedudukan penyidikan amatlah penting

karena dengan proses tersebut dapat menjadi proses awal bagi aparat penegak

hukum yakni kepolisian untuk mencari bukti sekaligus pelaku yang diduga

6 Adami Chazawi. 2008. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta,

hal.4. 7 Lilik Mulyadi, 2012, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahanny,

PT. Alumni. Bandung, hal. 42.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

23

melakukan suatu tindak pidana. Proses tersebut menjadi penting adanya karena

hukum acara pidana hendak mewujudkan fungsinya sendiri sebagai hukum

formil dari hukum pidana yakni sebagai berikut:

1) Mencari dan menemukan kebenaran.

2) Pemberian keputusan hakim.

3) Pelaksanaan keutusan.8

Sehingga adanya proses tersebut menjadi langkah awal dalam mencapai

fungsi mencari dan menemukan kebenaran. Karena apabila dijabarkan fungsi

mencari dan menemukan kebenaran ini haruslah didukung oleh adanya bukti -

bukti yang kuat tentang terjadinya suatu tindak pidana (berdasarkan Pasal 183

KUHAP). Bukti - bukti tersebut menjadi hal yang mendasar untuk mengetahui

apakah seseorang telah terbukti melakukan suatu tindak pidana atau tidak.

Selain itu hukum acara pidana juga memiliki fungsi untuk mewujudkan

Hukum Pidana, karena fungsi hukum pidana pada umumnya adalah untuk

mengatur dan menyelenggarakan kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan

terpeliharanya ketertiban umum. Oleh karena itu barang siapa yang melanggar

ketentuan yang ada dalam hukum pidana Undang - undang No. 1 tahun 1946

tentang Kitab Undang - undang Hukum Pidana (KUHP) dan memenuhi unsur-

unsur yang ditetapkan dalam ketentuan tersebut maka dapat dikenai sanksi

pidana.9 Sanksi pidana merupakan ultimum remedium yaitu obat terakhir,

8 Lilik Mulyadi, Op. Cit, hal. 11.

9 Ibid, hal. 15.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

24

apabila sanksi atau upaya-upaya pada cabang hukum lainnya tidak mempan

atau dianggap tidak mempan.10

Sanksi yang dapat dikenakan kepada para pelanggar tersebut adalah yang

sesuai proses yang telah ditentukan dalam hukum acara pidana dimana untuk

membuat terang adanya suatu tindak pidana maka proses penyidikan mejadi

penting adanya karena untuk menghindari akibat seseorang yang memang tidak

bersalah harus dijatuhi sanksi pidana (eror in persona). Maka tugas dari

penyelenggara/pelaksana dari hukum acara pidana mulai dari kepolisian harus

mampu mencari dan menemukan setidaknya mendekati kebenaran melalui

fungsinya yakni melakukan penyidikan. Di mana proses tersebut juga tidak

hanya dilakukan oleh penyidik kepolisian namun juga dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tertentu yang khusus diberi wewenang untuk melakukan

penyidikan. Sehingga pada akhirnya akan terdapat koordinasi antara keduanya

yang sama-sama mencari kebenaran materiil, namun tetap yang menjadi pokok

adalah lembaga kepolisian.

Ilmu hukum acara pidana mempelajari peraturan-peraturan yang

diciptakan oleh negara, karena adanya dugaan terjadi pelanggaran undang-

undang pidana:

1) Negara melalui alat - alatnya menyidik kebenaran.

2) Sedapat mungkin menyidik pelaku perbuatan itu.

3) Mengambil tindakan - tindakan yang perlu guna menangkap si pelaku

dan kalau perlu menahannya.

10 Habib Adji, 2005, Jurnal Renvoi. Vol. 1, Nomor 10-22 (3 Maret 2005) hal. 126.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

25

4) Mengumpulkan bahan - bahan bukti (bewijsmateriaal) yang telah

diperoleh pada penyidikan kebenaran guna dilimpahkan kepada hakim

dan membawa terdakwa ke depan hakim tersebut.

5) Hakim memberi keputusan tentang terbukti tidaknya perbuatan yang

dituduhkan kepada terdakwa dan untuk itu menjatuhkan pidana atau

tindakan tata tertib.

6) Upaya hukum untuk melawan keputusan tersebut.

7) Akhirnya, melaksanakan keputusan tentang pidana dan tindakan tata

tertib itu.11

Di samping itu harus menjadi tugas penting yang diemban oleh hukum

acara pidana adalah memberikan bingkai yang menjadi garis merah kepada para

penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya agar tidak melampaui batas

kewenangannya, mengingat setiap pelaksanaan suatu penegakan hukum akan

berkaitan langsung dengan pelanggaran HAM, terutama HAM bagi tersangka /

terdakwa.12

2. Asas - asas Hukum Acara Pidana

Pentingnya suatu asas adalah menjadi keharusan karena dari asas

tersebut bakal menjadi suatu konsep yang akan dituangkan dalam bentuk

teknis berupa aturan yang telah disepakati bersama. Dalam hukum acara

pidana pun di dalamnya mengandung beberapa asas yang menurut para

pakar dapat diuraikan sebagai berikut:

11

Andi Hamzah, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia. PT. Sinar Grafika, Jakarta, hal. 6. 12

Hibnu Nugroho, Op. Cit, hal. 31.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

26

2.1 Asas Legalitas

Asas atau prinsip legalitas dengan tegas disebut dalam konsideran

KUHAP seperti yang dapat dibaca pada huruf a, yang merumuskan:

“Bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

berdasarkan Pancasila dan Undang - undang Dasar 1945 yang

menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala

warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan

pemerintahan itu dengan baik tidak ada kecualinya”.13

Semua tindakan penegak hukum harus:

a) Berdasar ketentuan hukum dan undang-undang;

b) Menempatkan kepentingan hukum dan perundang - undangan di atas

segala-galanya, sehingga terwujud suatu kehidupan masyarakat bangsa

yang takluk di bawah “supremasi hukum” yang selaras dengan

ketentuan - ketentuan perundang-undangan dan perasaan keadilan

bangsa Indonesia. Jadi arti the rule of law dan supremasi hukum,

menguji dan meletakkan setiap tindakan penegakan hukum takluk di

bawah ketentuan konstitusi, undang-undang dan rasa keadilan yang

hidup di tengah - tengah kesadaran masyarakat. Memaksakan atau

menegakkan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat bangsa lain,

tidak dapat disebut rule of law, bahkan mungkin berupa penindasan.14

13

M. Yahya Harahap, 2001, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan

Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 36. 14 Ibid.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

27

2.2 Asas Praduga Tidak Bersalah (Presumption of Innocent)

Asas ini disebut dalam Pasal 8 Undang - undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan juga dalam penjelasan umum

butir 3c KUHAP yang merumuskan:

“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau

dihadapkan di muka sidang pengadilan wajib dianggap tidak

bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap”.

Asas praduga tak bersalah yang dianut KUHAP, memberi pedoman

kepada aparat penegak hukum untuk mempergunakan prinsip akusatur

dalam setiap tingkat pemeriksaan dan untuk menopangnya, KUHAP telah

memberi perisai kepada tersangka/terdakwa berupa seperangkat hak - hak

kemanusiaan yang wajib dihormati dan dilindungi pihak aparat penegak

hukum. Dengan perisai hak-hak yang diakui hukum, secara teoritis sejak

semula tahap pemeriksaan, tersangka/terdakwa sudah mempunyai “posisi

yang setaraf” dengan pejabat pemeriksa dalam kedudukan hukum, berhak

menuntut perlakuan yang digariskan dalam KUHAP seperti yang dapat

dilihat pada BAB VI.15

2.3 Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

Peradilan cepat (terutama untuk menghindari penahanan yang lama

sebelum ada keputusan hakim) merupakan bagian dari hak asasi manusia.

Begitu pula peradilan bebas, jujur, dan tidak memihak yang ditonjolkan

15 Ibid, hal.41.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

28

dalam undang-undang tersebut. Penjelasan umum yang dijabarkan dalam

banyak pasal dalam KUHAP antara lain sebagai berikut:

1) Pasal 24 ayat (4), Pasal 25 ayat (4), Pasal 26 ayat (4), Pasal 27 ayat (4),

dan Pasal 28 ayat (4). Umumnya dalam pasal - pasal tersebut dimuat

ketentuan bahwa jika telah lewat waktu penahanan seperti tercantum

dalam ayat sebelumnya, maka penyidik, Penuntut Umum, dan hakim

harus sudah mengeluarkan tersangka atau terdakwa dari tahanan demi

hukum. Dengan sendirinya hal ini mendorong penyidik, Penuntut

Umum, dan hakim untuk mempercepat penyelesaian perkara tersebut.

2) Pasal 50 mengatur tentang hak tersangka dan terdakwa untuk segera

diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya

tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu dimulai

pemeriksaan, ayat (1), segera perkaranya diajukan ke pengadilan oleh

Penuntut Umum, ayat (2) segera diadili oleh pengadilan, ayat (3).

3) Pasal 102 ayat (1) mengatakan penyelidik yang menerima laporan atau

pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga

merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan

penyelidikan yang diperlukan.

4) Pasal 106 mengatakan hal yang sama di atas bagi Penyidik.

5) Pasal 107 ayat (3) mengatakan bahwa dalam hal tindak pidana selesai

disidik oleh penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b, segera

menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui

penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

29

6) Pasal 110 mengatur tentang hubungan Penuntut Umum dan penyidik

yang semuanya disertai dengan kata seegera, begitu pula Pasal 138.

7) Pasal 140 ayat (1) merumuskan :

“Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil

penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu secepatnya

membuat surat dakwaan”.16

Asas ini mencerminkan adanya perlindungan hak asasi manusia

sekalipun orang tersebut berada dalam kedudukan sebagai tersangka/

terdakwa. Walaupun dalam kondisi dibatasi ditangkap kemudian

ditahan, namun orang tersebut tetap memperoleh kepastian bahwa

tahapan - tahapan pemeriksaan yang dilaluinya memiliki batas waktu

yang terukur dan dijamin undang - undang.17

2.4 Asas Oportunitas

Asas Opurtunitas bertolak belakang dengan asas legalitas. Menurut

asas oportunitas, Penuntut Umum tidak wajib menuntut menuntut

seseorang yang melakukan delik jika menurut pertimbangnnya akan

merugikan kepentingan umum, maka dari itu demi kepentingan umum

seseorang yang melakukan delik tidak dituntut. Kejaksaan berpendapat,

lebih bermanfaat bagi kepentingan umum jika perkara itu tidak diperiksa

di sidang pengadilan. A.Z. Abidin Farid.18

Andi Hamzah memberi

perumusan tentang asas oportunitas sebagai berikut:

16 Andi Hamzah, Op. Cit, hal. 13-14. 17 Hibnu Nugroho, Op. Cit, hal. 34-35. 18

Ibid, hal. 17.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

30

“Asas hukum yang memberikan wewenang kepada Penuntut Umum

untuk menuntut atau tidak menuntut dengan atau tanpa syarat

seseorang atau korporasi yang telah mewujudkan delik demi

kepentingan umum”.

Pasal 35 c Undang - undang Nomor 16 tahun 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia dengan tegas menyatakan asas oportunitas

itu dianut di Indonesia. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:

“Jaksa Agung dapat menyampingkan perkara berdasarkan

kepentingan umum”

Menurut Andi Hamzah, dengan berlakunya UUD 1945 maka Jaksa

Agung mempertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang oportunitas

kepada Presiden, yang pada gilirannya Presiden

mempertanggungjawabkan pula pada rakyat. Pedoman pelaksanaan

KUHAP memberi penjelasan mengenai “demi kepentingan umum”

sebagai berikut:

“Dengan demikian, kriteria demi kepentingan umum dalam

penerapan asas oportunitas di Negara kita adalah didasarkan untuk

kepentingan Negara dan masyarakat dan bukan untuk kepentingan

masyarakat”.19

2.5 Prinsip Peradilan Terbuka Untuk Umum

Tindakan penegakan hukum di Indonesia harus dilandasin oleh jiwa

“persamaan” dan “keterbukaan” serta penerapan sistem musyawarah dan

mufakat dari majelis peradilan dalam mengambil keputusan. Dengan

landasan persamaa hak dan kedudukan antara tersangka/terdakwa dengan

aparat penegak hukum, ditambah dengan sifat keterbukaan perlakuan oleh

19

Andi Hamzah, Op. Cit, hal 19.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

31

aparat penegak hukum kepada tersangka/terdakwa, tidak ada dan tidak

boleh dirahasiakan segala sesuatu yang menyangkut pemeriksaan

terhadap diri tersangka/terdakwa dan hasil pemeriksaan yang menyangkut

diri dan kesalahan harus terbuka kepadanya. Pasal yang mengatur tentang

asas ini adalah Pasal 153 ayat (3) KUHAP yang merumuskan:

“Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka

sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara

mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak - anak”.

Tidak dipenuhinya ketentuan tersebut mengakibatkan batalnya

putusan demi hukum sesuai ketentuan Pasal 153 ayat (4) KUHAP.

Kekecualian terhadap kesusilaan dan anak - anak alasannya karena

kesusilaan dianggap masalahnya sangat pribadi sekali sehingga tidak

patut untuk mengungkapkan dan memaparkan secara terbuka di muka

umum, begitu juga dengan anak - anak melakukan kejahatan karena

kenakalan. Walaupun sidang dinyatakan tertutup untuk umum, namun

keputusan hakim dinyatakan dalam sidang yang terbuka untuk umum.

2.6 Semua Orang Diperlakukan Sama di Depan Hukum (Equality Before the

Law)

Asas ini merupakan konsekuensi logis dari sikap Negara Indonesia

sebagai negara yang berdasarkan hukum dan bukan atas kekuasaan

belaka. Di dalam pelaksanaan penegakan hukum semua orang harus

diperlakukan sama dan tidak boleh dibeda - bedakan, baik untuk

mendapatkan perlindungan hukum maupun bagi tersangka/terdakwa yang

sedang menjalani proses persidangan. Ketentuan-ketentuan di dalam

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

32

KUHAP mendasarkan pada asas ini, sehingga tidak ada satu pasal pun

yang mengarah pada pemberian hak - hak istimewa pada suatu kelompok

dan memberikan ketidakistimewaan pada kelompok lain.20

Pasal 4 ayat

(1) Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

merumuskan:

“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda -

bedakan orang”.

Penjelasan umum butir 3a KUHAP merumuskan:

“Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum

dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan”.

Perlakuan yang sama ini tidak bisa hanya ditafsirkan sebagai

diskriminasi tersangka dan terdakwa berdasarkan status sosial atau

kekayaan saja, tetapi juga berhubungan dengan diskriminasi berdasarkan

ras, warna kulit, seks, bahasa, agama, haluan politik, kebangsaan,

kelahiran, dan lain-lain sebagaimana dalam Pasal 6 dan 7 UDHR dan

serta Pasal 16 ICCPR 1996.21

2.7 Peradilan Dilakukan oleh Hakim Karena Jabatannya dan Tetap

Pengambilan keputusan salah tidaknya terdakwa dilakukan oleh

hakim karena jabatannya dan bersifat tetap.

20

Hibnu Nugroho, Op. Cit, hal. 36. 21

Agoes Dwi Listijono, 2005, Telaah Konsep Hak Asasi Manusia Dalam Kaitannya Dengan

Sistem Peradilan Pidana, Jurnal Hukum. Vol.1, No.1. hal.95.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

33

2.8 Tersangka/ Terdakwa Berhak Mendapat Bantuan Hukum

Dalam Pasal 69 sampai dengan Pasal 74 KUHAP mengatur

mengenai bantuan hukum dimana tersangka/terdakwa mendapat

kebebasan yang sangat luas antara lain sebagai berkut:

a) Bantuan hukum dapat diberikan sejak saat tersangka ditangkap atau

ditahan.

b) Bantuan hukum dapat diberikan pada semua tingkat pemeriksaan.

c) Penasihat hukum dapat menghubungi tersangka/terdakwa pada semua

tingkat pemeriksaan pada setiap waktu.

d) Pembicaraan antara penasihat hukum dan tersangka tidak didengar

oleh penyidik dan Penuntut Umum kecuali pada delik yang

menyangkut keamanan Negara.

e) Turunan berita acara diberikan kepada tersangka atau penasihat hukum

guna kepentingan pembelaan.

f) Penasihat hukum berhak mengirim dan menerima surat dari tersangka/

terdakwa.

2.9 Asas Akusator

KUHAP menganut asas akusator karena tersangka/terdakwa tidak

lagi dipandang sebagai objek pemeriksaan. Prinsip akusator

menempatkan kedudukan tersangka/terdakwa dalam setiap tingkat

pemeriksaan:

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

34

a. Adalah subjek, bukan sebagai objek pemeriksaan, karena itu tersangka

atau terdakwa harus didudukkan dan diperlakukan dalam kedudukan

manusia yang mempunyai harkat martabat harga diri.

b. Yang menjadi objek pemeriksaan dalam prinsip akusator adalah

“kesalahan” (tindakan pidana), yang dilakukan tersangka/terdakwa ke

arah itulah pemeriksaan ditujukan.22

Aparat penegak hukum menjauhkan diri dari cara-cara pemeriksaan

inkusitor yang menempatkan tersangka/terdakwa dalam pemeriksaan

sebagai objek yang dapat diperlakukan dengan sewenang - wenang yang

digunakan dalam HIR, sama sekali tidak memberi hak dan kesempatan

yang wajar bagi tersangka/terdakwa untuk membela diri dan

mempertahankan hak dan kebenarannya terkadang untuk mendapatkan

pengakuan dari tersangka, pada pemeriksaan sering melakukan tindakan

kekerasan dan penganiayaan.

Pada asas akusator, perlakuan yang manusiawi terhadap tersangka/

terdakwa dikedepankan pada proses penegakan hukum yang diimbangi

dengan menggunakan ilmu bantu hukum acara pidana seperti psikologi,

kriminalistik, psikiatri, kriminologi, kedokteran forensik, antropologi, dan

lain-lain.

2.10 Pemeriksaan Hakim yang Langsung dan Lisan

Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim secara

langsung, artinya langsung kepada terdakwa dan para saksi dan secara

22

M. Yahya Harahap, 2001, Op. Cit, hal. 40.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

35

lisan, artinya bukan tertulis antara hakim dengan terdakwa dan saksi.

KUHAP mengatur dalam Pasal 154, 155 KUHAP dan seterusnya yang

menyatakan pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim

secara langsung kepada terdakwa dan para saksi secara lisan bukan

tertulis.

2.11 Asas Pengawasan dan Pengamatan Pelaksanaan Putusan Pengadilan

Pada dasarnya, pelaksanaan disini adalah pelaksanaan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van

gewijsde).

2.12 Asas Hak Ingkar

Maknanya bahwa hak seorang yang diadili untuk mengajukan

keberatan yang disertai dengan alasan terhadap seorang hakim yang

mengadili perkaranya.

2.13 Asas Pengadilan Memeriksa Perkara Pidana dengan Adanya Kehadiran

Terdakwa

Dikaji dari perspektif praktik peradilan, apabila terdakwa pernah

hadir di sidang pengadilan kemudian berikutnya tidak pernah hadir lagi

sampai penjatuhan putusan, putusan terhadap terdakwa tetap dijatuhkan

(bukan putusan in absentia).

Asas-asas tersebut diatas dalam praktiknya tidak terlepas dari

desain prosedur (procedural design) sistem peradilan pidana yang

terdapat dalam KUHAP. Ditegaskan oleh Reksodiputro sebagaimana

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

36

dikutip oleh Lilik Mulyadi yang mengatakan bahwa sistem ini terbagi

dalam 3 (tiga) tahap yaitu:

1) Tahap pra-adjudikasi (pre-adjudication)

2) Tahap sidang pengadilan atau tahap adjudikasi (adjudication) dan

3) Tahap setelah sidang pengadilan atau tahap purna-adjudikasi

(postadjudication).23

Kepada seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut, ataupun diadili

tanpa alasan yang berdasarkan undang - undang dan atau karena

kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib diberi

ganti rugi dan rehabilitasi. Sejak tingkat penyidikan dan para pejabat

penegak hukum yang dengan sengaja atau karena kelalainnya

menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar dituntut, dipidana, dan atau

dikenakan hukuman administrasi.24

Dengan demikian penyidikan merupakan suatu proses atau langkah

awal yang merupakan suatu proses penyelesaian suatu tindak pidana yang

perlu diselidik dan diusut secara tuntas di dalam sistem peradilan pidana,

dari pengertian tersebut maka bagian-bagian dari hukum acara pidana

yang menyangkut tentang penyidikan adalah sebagai berikut: ketentuan -

ketentuan tentang alat-alat bukti, ketentuan tentang terjadinya delik,

pemeriksaan ditempat kejadian, pemanggilan tersangka atau terdakwa,

23

Lilik Mulyadi, 2010, Kompilasi Hukum Pidana Dalam Perspektif Teoritis dan Praktik

Peradilan, Bandung: CV. Mandar Maju, hal 85-86. 24

Agus Raharjo, Angkasa, dan Hibnu Nugroho. ―Rule Breaking dalam Penyidikan untuk

Menghindari Kekerasan yang dilakukan oleh Penyidik. Jurnal Dinamikan Hukum. Vol 1 No. 13

(Januari 2013) hal 65-66.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

37

penahanan sementara, penggeledahan, pemeriksaan dan introgasi, berita

acara, penyampingan perkara, pelimpahan perkara kepada Penuntut

Umum dan pengembalian kepada penyidik untuk disempurnakan.25

3. Tinjauan Umum Penyidikan

3.1 Pengertian Penyidikan

Hukum acara pidana sebagai hukum pelaksana dari hukum pidana

mempunyai kedudukan yang sangat penting di mana semua aturan yang

diatur dalam hukum acara pidana mempunyai peranan yang penting bagi

penegakan setiap norma - norma yang telah diatur dalam hukum pidana.

Pada hukum acara pidana sendiri berisi mengenai hal - hal yang

bersangkutan dengan proses bagaimana seseorang yang sudah memenuhi

rumusan tindak pidana dari undang-undang (KUHP) dapat dijatuhi hukuman

atau pidana. Dimana salah satu proses yang penting yang menjadi kajian

dalam hukum acara pidana adalah penyidikan sebagaimana yang diiyakan

oleh para ahli hukum yang menyatakan bahwa adanya proses penyidikan

dalam pengungkapan suatu tindakan pidana merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam mencari titik terang mengenai siapa yang menjadi

pelakunya.26

Adanya proses penyidikan tersebut merupakan konsekuensi karena

untuk menegakkan aturan hukum pidana maka terlebih dahulu harus ada

25

Andi Hamzah. 2006. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. hal 118. 26

Anonim. 2012. Hukum Acara Pidana di Indonesia. demokrasiindonesia.wordpress.com. diakses

pada tanggal 03 Maret 2018, jam 16.05 WIB.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

38

tindak pidana yang telah dilakukan oleh seseorang. Padahal Tindak Pidana

adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang di mana perbuatan

tersebut melanggar ketentuan perundang-undangan yang diancam dengan

sanksi terhadap pelanggaran tersebut, di mana perbuatan yang melanggar

ketentuan perundangan tersebut melahirkan sanksi yang bersifat pidana,

sanksi bersifat perdata, ataupun sanksi yang bersifat administrasi.27

Menurut Pasal 1 angka 2 KUHAP: “Penyidikan adalah serangkaian

tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang -

undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu

membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya”. Dalam hal penyidikan, maka yang berperan di sini adalah

penyidik.

3.2 Unsur-unsur Penyidikan

Berdasarkan pengertian penyidikan yang termuat dalam Pasal 1 angka

2 KUHAP tersebut, unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian

penyidikan adalah:

a) Penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang mengandung tindakan -

tindakan yang antara yang satu dengan yang lain saling berhubungan.

b) Penyidikan dilakukan oleh pejabat publik yang disebut penyidik.

c) Penyidikan dilakukan dengan berdasarkan peraturan perundang -

undangan.

27

Salim,H.S. 2002. Dasar - Dasar Hukum Kehutanan (Edisi Revisi). Jakarta: Sinar Grafika.

hal.147.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

39

d) Tujuan penyidikan ialah mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan

bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan menemukan

tersangkanya.

Berdasarkan keempat unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa

sebelum dilakukan penyidikan, telah diketahui adanya tindak pidana tetapi

tindak pidana itu belum terang dan belum diketahui siapa yang

melakukannya. Adanya tindak pidana yang belum terang itu diketahui dari

penyelidikannya.28

Oleh sebab itu penyidikan merupakan ujung tombak

pengungkapan suatu tindak pidana. Guna mencapai tujuan hukum acara

pidana yaitu mencari dan menemukan kebebaran materiil, maka beban

pencarian untuk menemukan alat - alat bukti yang akan digunakan oleh

penuntut umum dipersidangan ada dipundak penyidik.29

3.3 Pihak-pihak ditingkat Penyidikan

Dalam sistem KUHAP kewenangan penyelidikan ada pada pejabat

polisi Negara (Pasal 4 KUHAP), sedangkan kewenangan penyidikan ada

pada pejabat polisi Negara dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang syarat

kepangkatannya diatur dalam peraturan pemerintah (Pasal 6 ayat (1) dan

ayat (2) KUHAP).

Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) KUHAP: “Penyidik adalah

pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil

28 Adami Chazawi. 2005. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang:

Bayumedia Publishing. hal 380. 29

Hibnu Nugroho, Op.cit, hal 31.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

40

tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang - undang untuk

melakukan penyidikan”.

Menurut Pasal 6 ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa ada dua pejabat

yang berkedudukan sebagai Penyidik, yaitu Penyidik POLRI dan Penyidik

Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Bunyi Pasal 6 ayat (1) KUHAP, Penyidik

adalah:

a. Penyidik Polri

Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai pejabat penyidik penuh,

harus memenuhi syarat kepangkatan dan pengangkatan:

1) Sekurang - kurangnya berpangkat Inspektur Dua Polisi dan

berpendidikan paling rendah sarjana strata satu atau yang setara;

2) Bertugas dibidang fungsi penyidikan paling singkat 2 tahun;

3) Mengikuti dan lulus pendidikan pengembangan spesialisasi fungsi

reserse kriminal.

4) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan

dokter; dan

5) Memiliki kemampuan dan integritas moral yang tinggi.30

b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPNS menurut Peraturan

Pemerintah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Masa kerja sebagai pegawai negeri sipil paling singkat 2 tahun.

30 PP No. 58 Tahun 2010 tentang Perubahan PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana, hal 3.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

41

2) Berpangkat peling rendah penata muda/golongan IIIa.

3) Berpendidikan paling rendah sarjana hukum atau sarjana lain yang

setara.

4) Bertugas dibidang teknis operasional penegakan hukum.

5) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan

dokter pada rumah sakit pemerintah.

6) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan peagawai negeri sipil paling sedikit bernilai

baik dalam 2 tahun terakhir.

7) Mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan dibidang penyidikan.31

Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah

No. 27 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah No. 58 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kitab Undang -

undang Hukum Acara Pidana. Syarat kepangkatan penyidik ditentukan

bahwa untuk polisi serendah-rendahnya berpangkat Inspektur Dua Polisi,

sedangkan untuk PPNS serendah-rendahnya berpangkat Penata Muda

(gol III/a) atau yang disamakan. Syarat kepangkatan penyidik pembantu

ditentukan bahwa untuk polisi serandah - rendahnya berpangkat Brigadir

31

PP No. 58 Tahun 2010 tentang Perubahan PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana, hal 5-6.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

42

Dua Polisi, sedangkan untuk PPNS serendah - rendahnya berpangkat

Pengatur Muda (gol II/a) atau yang disamakan.32

3.4 Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Pasal 1 angka 5 PP No. 43 Tahun 2012 Tentang Tata

Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Teknis Terhadap

Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan Bentuk-bentuk

Pengamanan Swakarsa : “Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya di

singkat PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang berdasarkan

peraturan perundang - undangan ditunjuk selaku Penyidik dan mempunyai

wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup

undang - undang yang menjadi dasar hukumnya masing - masing”. Setelah

berlakunya undang-undang hukum acara pidana yang baru, maka terjadi

perubahan yang fundamental di dalam sistem peradilan pidana yang juga

mempengaruhi pula sistem penyidikan. Di dalam KUHAP Pasal 6 ayat (1)

huruf b telah ditentukan bahwa penyidik ada penyidik pegawai negeri sipil

tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang - undang.33

Dalam Pasal 7 ayat (2) KUHAP yang menyatakan Penyidik Pegawai

Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) huruf b

mempunyai wewenang sesuai dengan undang - undang yang menjadi

landasan hukumnya masing - masing dan dalam pelaksanaan tugasnya

32

Al. Wisnubroto, 2005, Pembaharuan Hukum Acara Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

hal 36. 33

L. Sumartini, 1996, Pembahasan Perkembangan Hukum Nasional tentang Hukum Acara Pidana,

Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, hal. 103.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

43

berada dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik POLRI. Oleh karena

itu timbul kajian yang lebih mendalam lagi mengani adanya persoalan

tentang apakah dalam melakukan proses penyidikan PPNS dalam prakteknya

menemukan kendala atau hambatan yang menghambat PPNS dalam

melaksanakan tugas tersebut. Padahal wewenang Penyidik Pegawai Negeri

Sipil tersebut adalah melakukan penyidikan yaitu tugas - tugas Kepolisian

yang bersifat represif justisial, sehingga setelah lahirnya Penyidik Pegawai

Negeri Sipil berdasarkan KUHAP, maka alat - alat kepolisian khusus tidak

lagi berwenang melakukan tugas - tugas kepolisian yang bersifat judicial

represif.

Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang sebagai berikut:

1) Kewenangan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah

sesuai dengan yang ditetapkan dalam undang - undang yang menjadi

dasar hukumnya masing - masing.

2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tidak berwenang melakukan

penangkapan dan atau penahanan.34

3) Apabila undang-undang yang menjadi dasar hukumnya tidak mengatur

secara tegas kewenangan yang diberikan maka Penyidik Pegawai

Negeri Sipil mempunyai wewenang penyidik dalam Pasal 7 ayat (1)

KUHAP.

34

Keputusan Menteri Kehakiman No. M.04-PW.07.03 Tahun 1984, hal. 3.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

44

Disamping itu Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang dapat menjadi

penyidik terdapat dalam undang-undang sebagai berikut35

:

Tabel 2.1 Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diatur dalam Undang -undang

No Nomor Undang –

Undang

Materi Pokok

Pidana

Pejabat Penyidik

1 9 Tahun 1992 Imigrasi PPNS Imigrasi

2 41 Tahun 1999 Kehutanan PPNS Kehutanan

3 19 Tahun 2002 Hak Cipta PPNS Ditjen HAKI

4 17 Tahun 2006 Kepabeanan PPNS Bea Cukai

Kedudukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas

penyidikan secara terperinci adalah sebagai berikut:

a) Penyidik Pegawai Negeri Sipil berkedudukan dibawah:

i. koordinasi penyidik Polri

ii. dibawah pengawasan penyidik Polri (Pasal 7 ayat (2))

b) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik Polri memberikan petunjuk

kepada penyidik pegawai negeri sipil tertentu dan memberikan bantuan

penyidikan yang diperlukan (Pasal 107 ayat (1)).

c) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu harus melaporkan kepada

penyidik Polri tentang adanya suatu tindak pidana yang sedang disidik,

jika dari penyidikan itu oleh penyidik pegawai negeri sipil di temukan

bukti yang kuat untuk diajukan kepada penuntut umum (Pasal 107 ayat

(2)).

35

Nikolas Simanjuntak, 2009, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, Jakarta: Ghalia

Indonesia, hal. 56.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

45

e) Apabila penyidik Pegawai Negeri Sipil telah selesai melakukan

penyidikan, hasil penyidikannya tersebut diserahkan kepada penuntut

umum, melalui penyidik Polri (Pasal 107 ayat (3)).

f) Apabila penyidik pegawai negeri sipil menghentikan penyidikan,

karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata

bukan tindak pidana atau penyidikannya dihentikan demi hukum,

maka penghentian penyidikan itu harus diberitahukan kepada penyidik

Polri dan penuntut umum (Pasal 109 ayat (3)).36

3.5 Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kehutanan

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

pada Bab XIII Pasal 77 ayat (1), (2) dan (3) merumuskan sebagai berikut:

1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan

tanggung-jawabnya meliputi pengurusan hutan, diberi wewenang

khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang -

undang Hukum Acara Pidana.

2) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berwenang untuk:

a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan

yang berkenan dengan tindak pidana yang menyangkut hutan,

kawasan hutan dan hasil hutan.

36

M. Yahya Harahap, Op. cit, hal 113-114.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

46

b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan

tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil

hutan.

c. Memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan

hutan atau wilayah hukumnya.

d. Melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak

pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang

berlaku.

e. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum

sehubungan dengan tindak pidana yang menyangkut hutan,

kawasan hutan dan hasil hutan.

f. Menangkap dan menahan dalam koordinasi dan pengawasan

penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana.

g. Membuat dan menanda - tangani berita acara.

h. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti

tentang adanya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan

hutan dan hasil hutan.

3) Pejabat penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyerahkan

hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai Kitab Undang -

undang Hukum Acara Pidana.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

47

3.6 Tahap - tahap Penyidikan

Menurut buku petunjuk pelaksanaan penyidikan tindak pidana di mana

disampaikan oleh Kapolri Jend. Polisi Drs. Rusdiharjo tahun 2000 di Jakarta

menyampaikan bahwa kegiatan pokok dalam rangka penyidikan tindak

pidana dalam buku petunjuk ini dapat di uraikan sebagai berikut:37

3.6.1 Penyelidikan

Menurut ketentuan Bab I Pasal 1 angka 5 KUHAP: “Penyelidikan

adalah rangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu

peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat

tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang -

undang”. Pada hakikatnya, terhadap terminologi penyelidikan itu dahulu di

kenal sejak eksisnya undang-undang tentang pemberantasan Tindak Pidana

Subversi (Pasal 2 huruf b, d, Pasal 5, Pasal 6 ayat (1) Undang - undang No.

11/Pnps/1963). Titik taut hubungan tersebut menurut Pedoman Pelaksanaan

KUHAP disebutkan bahwa penyelidikan bukanlah merupakan fungsi yang

berdiri sendiri, terpisah dari fungsi penyidikan, melainkan merupakan hanya

salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi

penyidikan, yang mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang

berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan

37

Luhut M.P. Pangaribuan, 2000, Hukum Acara Pidana, Satu Kompilasi Ketentuan-Ketentuan

KUHAP dan Hukum Internasional, Cet III, Jakarta: Djambatan, hal 135.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

48

surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, penyelesaian dan penyerahan

berkas perkara kepada Penuntut Umum.38

3.6.2 Penindakan

Penindakan adalah setiap tindakan hukum yang dilakukan oleh

penyidik atau penyidik pembantu terhadap setiap orang atau benda atau

barang yang ada hubungannya dengan tindak pidana yang terjadi.

Tindakan hukum tersebut yaitu:

a) Pemanggilan tersangka atau saksi.

b) Penangkapan.

c) Penahanan.

d) Penggeledahan.

e) Penyitaan.

3.6.3 Pemeriksaan

Penyidik atau penyidik pembantu segera menyampaikan kepada

penuntut umum dalam hal pemeriksaan tindak pidana telah dimulai. Yang

berwenang melakukan pemeriksaan adalah penyidik atau penyidik

pembantu.

3.6.4 Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara

Penyelesaian dan penyerahan berkas perkara merupakan kegiatan akhir

dari proses penyidikan perkara pidana. Kegiatan penyelesaian berkas perkara

terdiri dari:

a. Pembuatan resume

38

Lilik Mulyadi, Op. Cit, hal 55.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

49

b. Penyusunan berkas perkara

c. Penyerahan berkas perkara.

4. Tinjauan Umum Illegal Logging

4.1 Pengertian Illegal Loging

Tindak Pidana Kehutanan tergolong dalam salah satu Tindak Pidana

Khusus, dimana pengaturannya diatur secara terpisah dalam sebuah Undang

- undang umum. Ruang lingkup tindak pidana khusus ini tidaklah bersifat

tetap, akan tetapi dapat berubah tergantung dengan apakah ada

penyimpangan atau menetapkan sendiri ketentuan khusus dari Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur substansi tertentu.

Definisi lain dari illegal logging adalah operasi/kegiatan kehutanan

yang belum mendapat ijin dan yang merusak. Istilah lain dari pembalakan

illegal adalah istilah dari penebangan liar yang menggambarkan semua

praktek atau kegiatan kehutanan yang berkaitan dengan pemanenan,

pengelolaan dan perdagangan kayu yang tidak sesuai dengan hukum

Indonesia, penebangan liar dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Pertama, yang dilakukan oleh operator yang sah yang melanggar

ketentuan dalam perizinan yang dimiliknya;

2) Kedua, melibatkan pencurian kayu oleh orang yang sama sekali tidak

memiliki izin.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

penebangan liar (illegal logging) adalah kegiatan dibidang kehutanan atau

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

50

merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup penebangan, pengangkutan,

pengolahan hingga kegiatan jual beli (ekspor-impor) kayu yang tidak sah

atau bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku atau perbuatan yang

dapat menimbulkan kerusakan hutan.39

Di samping itu secara terminologi istilah Illegal Logging yang

merupakan bahasa Inggris terdiri dari 2 (dua) kata:

1) Illegal, yang artinya tidak sah, dilarang atau bertentangan dengan

hukum, haram.

2) Log, yang artinya batang kayu, kayu bundar dan gelondongan. Sehingga

kata logging berarti menebang kayu dan membawa ke tempat

penggergajian.40

4.2 Unsur-Unsur Illegal Loging

Setiap tindak pidana pasti di dalamnya termuat suatu rumusan unsur -

unsur yang menjadi dasar pembentuknya. Tidak terkecuali dengan adanya

tindak pidana Illegal Logging yang perkembangannya dari tahun ke tahun

mengalami persentase yang selalu meningkat. Seperti halnya pada tindak

pidana yang lain, tindak pidana Illegal Logging sebagai tindak pidana yang

bersifat khusus yang pengaturannya terpisah dari KUHP yakni dengan

adanya Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan di dalamnya

39

Ahmad Ubbe, 2013, Penelitian Hukum tentang Peran Masyarakat Hukum Adat Dalam

Penganggulangan Pembalakan Liar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum Nasional

BPHN Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, hal 35. 40

Jhon M Echols, 2006, An English-Indonesia dictionary (Cetakan XXIII), Jakarta: Gramedia. hal

363.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

51

terdapat beberapa unsur yang dapat mempengaruhi timbulnya tindak pidana

tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Setiap orang pribadi atau badan hukum dan atau badan usaha.

2) Melakukan perbuatan yang dilarang baik karena sengaja maupun

karena kealpaannya.

3) Menimbulkan kerusakan hutan, dengan cara - cara yakni:

i. Merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan.

ii. Kegiatan yang keluar dari ketentuan perizinan sehingga merusak

hutan.

iii. Melanggar batas - batas tepi sungai, jurang, dan pantai yang

ditentukan undang-undang.

iv. Menebang pohon tanpa izin.

v. Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima

titipan, menyimpan, atau memliki hasil hutan yang diketahui atau

patut diduga sebagai hasil hutan illegal.

vi. Mengangkiut, menguasai, atau memiliki hasil hutan tanpa Surat

Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH).

vii. Membawa alat-alat berat dan alat - alat lain pengelolaan hasil hutan

tanpa izin.

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULUrepository.ump.ac.id/8317/3/BAB II_RINALDI WAHYU... · Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Secara ringkas penelitian

52

C. KERANGKA PEMIKIRAN

PANCASILA

Peraturan Perundang-undangan:

- Instruksi Presiden No. 41 tahun 2005

tentang Pemberantasan Penebangan

Kayu secara Illegal

- UU No. 5 tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam

- UU No. 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan

- UU No. 45 tahun 2004 tentang

Perlindungan Hutan

- KUHP

- KUHAP

Latar Belakang Masalah:

Kabupaten Grobogan sebagian besar

wilayahnya terdiri dari hutan dengan hasil atau

produk utamanya berupa kayu jati, mahoni dan

sonokeling. Hutan Perhutani di samping

sebagai hutan produksi juga sebagai penyangga

lingkungan hidup dan ekosistem. Namun dari

tahun ke tahun mengalami kerusakan dan

kerugian karena banyaknya pencurian kayu.

Terhadap tindak pidana kehutanan khususnya

illegal logging maka yang melakukan

penyidikan adalah Penyidik Pegawai Negeri

Sipil Kementerian Kehutanan yang harus

berkoordinasi dengan penyidik POLRI.

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana peran penyidik Pegawai Negeri

Sipil Kementerian Kehutanan dalam

menangani kasus pencurian kayu (Illegal

Logging) di Purwodadi?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat bagi

penyidik Pegawai Negeri Sipil Kementerian

Kehutanan dalam menangani kasus

pencurian kayu (Illegal Loging) di

Purwodadi?

Landasan Teori:

- Tinjauan Umum Hukum Acara

Pidana

- Asas-asas Hukum Acara Pidana

- Tinjauan Umum Penyidikan

- Tinjauan Umum Illegal Logging

Peran Penyidik Pegawai…, Rinaldi Wahyu Bagus Prakoso, Fakultas Hukum UMP, 2018