bab ii tinjauan pustaka a. hasil penelitian terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/kharisma ayu bab...

15
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Putri, et al., (2017) dengan judul AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN IRITASI AKUT DERMAL SEDIAAN SABUN CAIR WAJAH ANTI JERAWAT EKSTRAK ETANOL BIJI PEPAYA (Carica papaya L.). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui formulasi yang paling efektif terhadap bakteri penyebab jerawat yaitu P.acnes dan S.epidermis dan untuk mengetahui keamanan produk sabun cair wajah ekstrak biji papaya pada efek iritasi kulit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar sumuran dan untuk uji keamanannya melalui uji iritasi akut dermal. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan data hasil diameter zona hambat P.acnes dan S.epidermis menggunakan One Way ANOVA menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji papaya memiliki aktivitas antibakteri dan untuk uji keamanan produk sabun cair wajah ekstrak etanol biji papaya dinyatakan aman tanpa menyebabkan efek iritasi pada kulit karna hasil dari pengamatan pada seluruh formula yaitu 0. Persamaan dalam penelitian ini yaitu untuk metode uji keamanannya mengacu pada prosedur baku yaitu peraturan KaBPOM RI nomor 7 tahun 2014. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu untuk penelitian terdahulu memformulasi ekstrak etanol biji papaya menjadi sabun cair wajah dan perbedaan lainnya untuk sediaan uji yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu dalam bentuk sediaan body lotion, sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Putri, et al., (2017) menggunakan sediaan sabun cair wajah. Penelitian lain dilakukan oleh Lilly, et al., (2018) yang berjudul FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK LOTION ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL KULIT BIJI PINANG (Areca catechu L.). Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuat sediaan lotion dari ekstrak kulit biji pinang, untuk mengetahui aktivitas sediaan lotion ekstrak kulit biji pinang terhadap penangkapan radikal bebas pada DPPH dan untuk mengetahui sifat Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Upload: others

Post on 19-Jul-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Putri, et al., (2017)

dengan judul AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN IRITASI AKUT

DERMAL SEDIAAN SABUN CAIR WAJAH ANTI JERAWAT

EKSTRAK ETANOL BIJI PEPAYA (Carica papaya L.). Tujuan penelitian

ini yaitu untuk mengetahui formulasi yang paling efektif terhadap bakteri

penyebab jerawat yaitu P.acnes dan S.epidermis dan untuk mengetahui

keamanan produk sabun cair wajah ekstrak biji papaya pada efek iritasi kulit.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk uji aktivitas antibakteri

menggunakan metode difusi agar sumuran dan untuk uji keamanannya

melalui uji iritasi akut dermal. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

berdasarkan data hasil diameter zona hambat P.acnes dan S.epidermis

menggunakan One Way ANOVA menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji

papaya memiliki aktivitas antibakteri dan untuk uji keamanan produk sabun

cair wajah ekstrak etanol biji papaya dinyatakan aman tanpa menyebabkan

efek iritasi pada kulit karna hasil dari pengamatan pada seluruh formula yaitu

0. Persamaan dalam penelitian ini yaitu untuk metode uji keamanannya

mengacu pada prosedur baku yaitu peraturan KaBPOM RI nomor 7 tahun

2014. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu untuk penelitian terdahulu

memformulasi ekstrak etanol biji papaya menjadi sabun cair wajah dan

perbedaan lainnya untuk sediaan uji yang akan digunakan pada penelitian ini

yaitu dalam bentuk sediaan body lotion, sedangkan pada penelitian yang telah

dilakukan oleh Putri, et al., (2017) menggunakan sediaan sabun cair wajah.

Penelitian lain dilakukan oleh Lilly, et al., (2018) yang berjudul

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK LOTION ANTIOKSIDAN

EKSTRAK METANOL KULIT BIJI PINANG (Areca catechu L.). Tujuan

penelitian ini yaitu untuk membuat sediaan lotion dari ekstrak kulit biji

pinang, untuk mengetahui aktivitas sediaan lotion ekstrak kulit biji pinang

terhadap penangkapan radikal bebas pada DPPH dan untuk mengetahui sifat

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

4

fisik sediaan lotion ekstrak kulit biji pinang. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini untuk membuktikan bahwa ekstrak metanol kulit biji pinang

memiliki aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Hasil yang

diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan penetapan nilai IC50 ekstrak

metanol kulit biji pinang memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas

sebesar 6, 11 ppm dan setelah diformulasi dalam bentuk sediaan lotion

dengan konsentrasi 1, 2 dan 3 gram aktivitasnya menjadi 17, 80 ppm; 7, 68

ppm dan 7, 13 ppm. Hasil sifat fisik sediaan lotion esktrak metanol kulit biji

pinang memiliki sifat fisik yang baik dari aspek organoleptis, pH, daya lekat,

daya sebar, viskositas, dan homogenitas. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu

untuk penelitian terdahulu membahas tentang uji aktivitas antioksidan dan uji

sifat fisik sediaan lotion ekstrak metanol kulit biji pinang, sedangkan

penelitian ini membahas tentang uji keamanan sediaan body lotion ekstrak

kulit biji pinang melalui uji iritasi akut dermal.

B. Landasan Teori

1. Tinjauan Umum Biji Pinang (Areca catechu L.)

a. Klasifikasi

Gambar 2.1Pinang (Areca catechu L.) Desa Petuguran,

Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara

Kedudukan tanaman pinang dan taksonomi tumbuhan adalah

sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

5

Sub divisi : Angiospermae (berbiji terbuka)

Kelas : Monocotyledoneae (berkeping satu)

Bangsa : Arecales

Suku : Arecaceae (palem-paleman)

Marga : Areca

Spesies : Areca catechu L.

Nama umum :Pinang/Jambe (Syamsuhidayat and Hutapea,

1991;Backer and Van Den Brink, 1965).

b. Deskripsi tumbuhan

Pinang (Areca catechu L.) merupakan tumbuhan famili

Arecaceae yang dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak

lurus bergaris tengah 15 cm. Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan

dan 4 bulan kemudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang

belum terbuka. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan

berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah. Tanaman

ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa

hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat

kemerahan, agak berlekuk-lekuk dengan warna yang lebih muda.

Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna coklat tua dengan

lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna agak

keputihan (Depkes RI, 1989).

c. Kandungan kimia dan manfaat

Menurut Wang et al., (1996) menyatakan bahwa biji buah

pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8H13NO2),

arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin

terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam

galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta

garam. Nonaka (1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang

mengandung proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang

termasuk dalam golongan flavonoid. Proantosianidin mempunyai

efek antioksidan, antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, anti-

inflamasi, anti-alergi, dan vasodilatasi (Fine, 2000).

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

6

2. Uraian Hewan Uji Kelinci Albino (Orytolagus cuniculus)

Gambar 2.2 Kelinci Albino (Oryctolagus cuniculus), Lembang,

Bandung, Jawa Barat

a. Klasifikasi

Menurut Festing (1979), uraian hewan uji mulai dari

klasifikasi hewan uji kelinci, karakteristik hewan uji kelinci dan

morfologi hewan uji kelinci dapat diuraikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Fillum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Lagorhapha

Familia : Leporidae

Genus : Oryctolagus

Spesies : Oryctolagus cuniculus

b. Karakteristik

Lama hidup : 8 tahun

Suhu tubuh normal : 39,5oC

Volume darah : 5-66%

Masa tumbuh : 38,5 hari

Masa pubertas : 4 bulan

Masa beranak : 5 kali dalam setahun

Masa hamil : 28-36 hari

Jumlah sekali lahir : 5-6 ekor

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

7

Frekuensi kelahiran : 3-4 kali/tahun

Bobot badan dewasa :

1) Jantan : 2-5 kg

2) Betina : 4-6,5 kg

3) Bobot lahir : 30-100 g

c. Morfologi

Kelinci albino (Orytolagus cuniculus) berpunggung

melengkung dan berekor pendek, kepalanya pendek dengan daun

telinga yang tegak keatas akan tetapi ada beberapa jenis kelinci yang

terkulai kebawah. Kelinci memiliki bibir yang bagian atasnya

terbelahan bergabung hingga hidung, beberapa misa atau kumis

panjang yang keras atau tepat dihidung. Disekitar mata terdapat

beberapa helai bulu mata yang panjang. Telinga kelinci yang besar

dan banyak terdapat saluran darah, kaki belakang kelinci lebih

panjang dan kuat dibanding dengan kaki depannya yang berjari dan

berkuku empat, kelinci merupakan hewan pelonoat.

Gigi kelinci tergolong unik, gigi akan terus tumbuh

sepanjang usianya. Apabila pertumbuhan gigi semakin panjang,

untuk membatasi pertumbuhan gigi, diusahakan makan yang keras

seperti jagung yang kering dan sepotong kayu sebagai saran untuk

mengasah gigi dan kukunya.

Sebagai hewan herbivora, kelinci menyukai makanan berupa

rumput-rumputan dan daun yang segar dengan gigi tergolong unik

yang akan terus tumbuh sepanjang usianya.

3. Kulit

Kulit merupakan lapisan yang menutupi dan melindungi seluruh

tubuh dari berbagai macam gangguan dari luar tubuh yang menyebabkan

hilangnya kelembaban sehingga kulit menjadi kering. Kulit kering

mempunyai karakter kasar dan keras, tidak fleksibel dan pecah-pecah

akibat kekurangan air distratum corneum dan kelembaban yang rendah,

sedangkan kulit normal memiliki tekstur kulit lembut, lembab berembun,

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

8

segar, halus, elastis, serta tidak terlihat minyak yang berlebihan (Mitsui,

1997).

Gambar 2.3 Struktur Kulit (Mescher AL, 2010)

Kulit manusia memiliki luas rata-rata lebih kurang 2 m2

dengan

berat sebesar 10 kg dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Luas

kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2

dengan berat kira-kira 15% berat badan

(Wasitaatmadja, 1997). Kulit terbagi atas 2 lapisan utama, yaitu

epidermis (kulit ari) sebagai lapisan paling luar dan dermis (korium, kutis

kulit jangat), dibawah dermis terdapat sub kutis atau jaringan lemak

bawah kulit.

a. Epidermis

Lapisan kulit yang paling luar disebut epidermis. Pada bagian

tubuh epidermis memiliki ketebalan yang berbeda, paling tebal

berukuran 1 mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan dan

paling tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi

dan perut. Sel epidermis juga disebut keratinosit. Epidermis dibagi

menjadi 5 lapisan, yaitu :

1) Stratum corneum (lapisan tanduk)

Lapisan ini merupakan lapisan yang paling atas dan

terdiri atas beberapa lapis sel pipih, mati, tidak memiliki inti,

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

9

tidak mengalami metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit

mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin

(protein yang tidak larut dalam air) dan sangat resisten terhadap

bahan kimia. Secara alami, sel-sel yang mati dipermukaan kulit

akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan lapisan ini

dilapisi oleh lapisan pelindung lembab tipis bersifat asam

disebut mantel asam kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2) Stratum lucidum (lapisan jernih)

Lapisan ini disebut juga lapisan barier yang letaknya

tepat di bawah stratum corneum. Lapisan ini merupakan lapisan

tipis, jernih, mengandung elaidin dan sangat tampak jelas pada

telapak tangan dan telapak kaki. Antara stratum lucidum dan

stratum corneum terdapat lapisan keratin tipis disebut rein’s

barrier yang tidak dapat ditembus (Tranggono dan Latifah,

2007).

3) Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Lapisan ini tersusun atas sel-sel keratinosit berbentuk

poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut. Dalam butir

keratohyalin tersebut terdapat bahan logam, khususnya tembaga,

sebagai katalisator proses pertandukan kulit. Stratum

granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan

sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti sel didalamnya.

Mukosa biasanya tidak memiliki lapisan ini. Stratum

granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki

(Wasitaatmadja, 1997).

4) Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Lapisan ini memiliki sel berbentuk kubus dan seperti

berduri, berinti besar dan berbentuk oval. Setiap sel berisi

filamen kecil terdiri atas serabut protein. Cairan limfa ditemukan

mengitari sel-sel dalam lapisan ini (Tranggono dan Latifah,

2007).

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

10

5) Stratum germinativum (lapisan basal atau membran basalis)

Lapisan ini merupakan lapisan terbawah epidermis,

didalamnya terdapat sel-sel melanisoit, yaitu sel yang tidak

mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk

pigmen melanin dan melalui dendrit-dendrit diberikan kepada

sel-sel keratinosit. Satu sel melanin untuk sekitar 36 sel

keratinosit dan disebut melanin epidermal (Tranggono dan

Latifah, 2007).

b. Dermis

Bagian ini terdiri dari serabut kolagen dan elastin yang

berada dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari

gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen mencapai 72% dari

keseluruhan berat kulit manusia tanpa lemak. Pada dermis terdapat

aneksa kulit, seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat,

saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung

pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang

terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis)

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Menurut Mitsui (1997), kulit mempunyai fungsi biologik sendiri

yaitu :

a. Proteksi

Serabut elastis pada dermis serta jaringan lemak subkutan

berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap tubuh

bagian dalam. Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar

air dengan mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah

penguapan air, serta sebagai barier terhadap racun dari luar. Mantel

asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit.

b. Termoregulasi

Temperatur tubuh diatur dengan mekanisme dilatasi dan

kontrisksi pembuluh kapiler dan melalui respirasi. Saat temperatur

badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan saat temperatur

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

11

meningkat terjadi vasodilatasi sehingga penguapan menjadi lebih

banyak dan mengakibatkan tubuh terasa dingin.

c. Persepsi sensoris

Kulit bertanggung jawab sebagai indera terhadap adanya

rangsangan dari luar. Rangsangan tersebut kemudian diterima oleh

reseptor-reseptor dan diteruskan ke sistem saraf pusat yang

selanjutnya diinterpretasikan oleh korteks serebri. Reseptor-reseptor

yang bertanggung jawab terhadap adanya rangsangan tersebut,

antara lain Meissner sebagai reseptor raba, Pacini sebagai reseptor

tekanan, Ruffini dan Krauss sebagai reseptor suhu dan Nervus dan

Plate sebagai reseptor nyeri.

d. Absorbsi

Absorbsi melalui kulit terdiri dari 2 jalur yaitu melalui kulit

epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Penetrasi yang mungkin ke

dalam kulit yaitu melalui antara sel-sel stratum corneum, dinding-

dinding saluran folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea

dan menembus sel-sel stratum corneum. Bahan-bahan yang mudah

larut dalam lemak akan lebih mudah diabsorbsi dibandingkan air

ataupun bahan yang dapat larut dalam air.

Secara alamiah kulit dapat melindungi diri dari berbagai

faktor yang menyebabkan kulit menjadi kering yaitu dengan adanya

Natural Moisturizing Factor (NMF) yang merupakan tabir lemak

pada lapisan stratum corneum atau disebut mantel asam. Pada

kondisi tertentu NMF tersebut tidak mencukupi, maka dibutuhkan

perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan memberikan

kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Kontak antara kosmetika dengan kulit menyebabkan

kosmetika terserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam

dari kulit. Jumlah kosmetika yang terserap kulit dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu lingkungan hidup pemakai kosmetika, keadaan

kosmetika yang dipakai dan kondisi kulit pemakai. Kekeringan dan

sifat kurang lentur pada lapisan stratum corneum dapat diperbaiki

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

12

jika kandungan air dinaikkan lebih dari kondisi normal (sekitar

10%).

Pemakaian lotion kosmetik dapat memperbaiki kulit kering

karena meninggalkan lapisan yang rapat pada kulit, permeabilitas

terhadap air rendah, mensuplaitas terhadap air rendah, mensuplai

komponen hidrofilik sehingga mampu menahan dehidrasi air dari

kulit dengan demikian kulit menjadi lembut. Emulsi losion

merupakan bentuk emulsi yang baik untuk menghasilkan lapisan

yang lembut pada kulit dan mampu mengurangi evaporasi (Sondari,

2007).

Absorpsi kosmetika melalui kulit terjadi karena kulit

mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat

yang melekat diatasnya. Celah tersebut adalah celah antar sel

epidermis, celah folikel rambut dan celah antar sel saluran kelenjar

keringat. Produk kosmetika yang memiliki pH sangat asam atau

sangat basa dapat menyebabkan kulit teriritasi (Wasitaatmadja,

1997).

Levin dan Maibach (2007) menyatakan bahwa mantel asam

merupakan lapisan yang halus pada permukaan kulit dengan pH

sedikit asam yang terdiri dari asam laktat dan asam amino yang

berasal dari keringat, asam lemak bebas yang berasal dari kelenjar

sebaseus dan sebum serta asam amino dan asam karbosiklik

pyrolidine yang berasal dari proses cornification pada kulit (Levin

dan Maibach, 2007).

Fungsi lapisan ini antara lain menyokong pembentukan

lemak epidermis yang menjaga pertahanan kulit dari gangguan luar,

memberikan perlindungan terhadap serangan mikroorganisme dan

memberikan perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat alkali

(alkali neutralizing capacity atau skin buffering capacity).

Gangguan atau kerusakan lapisan ini akan mengakibatkan kulit

kehilangan keasamannya, lebih mudah rusak dan teriritasi serta

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

13

terjadi penyakit-penyakit kulit. Kadar pH yang terlalu asam atau

basa dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan mengalami iritasi.

Bawab dan Friberg (2004) mengemukakan bahwa lapisan

mantel terdiri dari zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan dalam

melawan kuman dan bakteri, salah satunya garam yang berasal dari

kelenjar keringat. Garam yang terdapat pada mantel asam

menyebabkan kondisi yang hiperosmosis sehingga dapat

memusnahkan bakteri karena konsentrasi garam yang tinggi

menyebabkan air dari dalam bakteri tertarik dan bakteri mengalami

dehidrasi. Skin care cosmetics berperan dalam menjaga fungsi dan

mekanisme perlindungan kulit agar berjalan dengan baik. Pada

dasarnya skin care cosmetics dapat melindungi kulit dari efek

kekeringan, radiasi ultraviolet dan oksidasi sehingga kulit tetap indah

dan sehat (Mitsui, 1997).

4. Body Lotion

Body lotion merupakan sediaan kosmetik yang mengandung air

lebih banyak. Sediaan ini memiliki sifat sebagai sumber pelembab bagi

kulit, memberi lapisan minyak yang sama seperti sebum, menjadikan

tangan dan badan terasa lembut, tetapi tidak berminyak dan mudah

dioleskan. Hand and body lotion merupakan sebutan umum yang ada

dipasaran (Sularto, et al, 1995).

Body lotion termasuk dalam golongan pelembab kulit yang terdiri

dari minyak nabati, hewani, maupun sintesis. Body lotion berfungsi untuk

melembutkan dan melenturkan kulit yang kasar dan kering. Body lotion

didefinisikan sebagai campuran antara dua fase yang tidak saling campur

dan distabilkan oleh emulgator, berbentuk cairan yang dapat dituang bila

ditempatkan pada suhu ruang (Lachman, et al., 1994).

Body lotion dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit sebagai

pelindung untuk obat karena sifat dari bahan-bahannya. Kecairan dari

sediaan ini memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat menyerap

pada permukaan kulit yang luas. Sediaan ini segera kering pada kulit

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

14

setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat

pada permukaan kulit. Fase terdispersi pada body lotion cenderung

memisah dari pembawanya bila didiamkan. Pada saat body lotion akan

digunakan harus dikocok kuat-kuat terlebih dahulu supaya bahan-bahan

yang terpisah akan terdispersi kembali (Ansel, 1989).

Sediaan body lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat

pengemulsi dan humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak

maupun minyak dari tanaman, hewan maupun minyak mineral seperti

minyak zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin lebah dan

sebagainya. Zat pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik

maupun nonionik. Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain

gliserol, sorbitol, propilen glikol dan polialkohol (Jellineck, 1970).

Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab,

pengemulsi, bahan pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan

pengawet (Setyaningsih, et al., 2007).

Pada metode pembuatan body lotion, fase minyak dan fase air

yang terpisah disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase

minyak mengandung komponen bahan yang larut minyak. Fase air

mengandung komponen bahan yang larut air yang dipanaskan pada suhu

yang sama dengan fase minyak kemudian disatukan (Rieger, 2000).

Pencampuran antara fase minyak dan air dilakukan pada suhu 70-75oC.

Proses emulsifikasi pada pembuatan body lotion adalah pada suhu 70oC

(Mitsui, 1997).

Emulsi merupakan penyatuan dari zat-zat yang mempunyai sifat

bertolak belakang. Zat-zat tersebut mempunyai sifat kelarutan yang

berbeda, yaitu sebagian larut dalam air dan sebagian larut dalam minyak.

Penyatuaannya dimungkinkan dengan menambahkan suatu zat yang

memiliki gugus polar maupun non polar secara bersamaan dalam satu

molekulnya. Zat tersebut dinamakan emulsifier (Suryani et al., 2000).

Pada pembuatan emulsi akan terjadi kontak antara dua cairan

yang tidak bercampur karena berbeda kelarutannya dan pada saat tersebut

terdapat kekuatan yang menyebabkan masing-masing cairan menahan

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

15

pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Kekuatan ini disebut

tegangan antarmuka. Zat-zat yang dapat meningkatkan penurunan

tahanan tersebut akan merangsang suatu cairan untuk menjadi partikel-

partikel yang lebih kecil. Penggunaan zat-zat ini sebagai zat pengemulsi

dan zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan antarmuka dari

kedua cairan yang tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak antara

cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik menarik antarmolekul

dari masing-masing cairan (Ansel, 1989).

Evaluasi sediaan body lotion meliputi uji organoleptis, uji pH (pH

body lotion berdasarkan SNI 16-4399-1996 yaitu 4,5-8 dan pH skin body

lotion komersial yaitu berkisar 7,25-8,45), uji daya lekat, uji daya sebar

(daya sebar sediaan topikal yang berkisar 5-7 cm). Semakin luas daya

sebar suatu body lotion maka dengan cepat melepaskan efek terapi

dikulit), uji viskositas (viskositas body lotion berdasarkan SNI 16-4399-

1996 yaitu beradadalam kisaran nilai viskositas 2000-50000 cp dan

kisaran nilai viskositas skin body lotion komersial yaitu 1700-7200 cp),

dan uji homogenitas.

5. Antioksidan

Antioksidan alami merupakan senyawa fitokimia berupa zat alami

yang terdapat dalam tanaman yang dapat memberikan cita rasa, aroma

dan warna yang khas pada tanaman tersebut. Secara kimia, senyawa

antioksidan merupakan senyawa pendonor elektron. Secara biologis,

antioksidan merupakan senyawa yang dapat menangkal atau merendam

proses radikal bebas. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga senyawa

yang bersifat oksidan tersebut dapat dihambat (Yenrina dan Sayuti,

2015).

Senyawa fenolik mempunyai berbagai efek biologis seperti

aktivitas antioksidan melalui mekanisme sebagai pereduksi, penangkal

radikal bebas, pengkelat logam, perendam terbentuknya singlet oksigen

serta pendonor elektron. Flavonoid merupakan salah satu dari kelompok

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

16

senyawa fenolik yang biasanya ditemukan dalam buah-buahan maupun

sayur-sayuran. Menurut Suryanto (2012) menyatakan bahwa biji buah

pinang mengandung senyawa-senyawa fenolik dan mempunyai aktifitas

sebagai penangkal radikal bebas. Beberapa tahun belakangan ini, telah

dibuktikan bahwa flavonoid memiliki potensi yang besar dalam melawan

penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas (Yenrina dan Sayuti, 2015).

Manfaat antioksidan sangatlah penting yaitu untuk

mempertahankan mutu produk pangan, kesehatan serta kecantikan.

Dalam bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan berfungsi untuk

mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah,

penuaan dini, dan penyakit degeneratif lainnya. Dibidang industri

pangan, antioksidan dapat digunakan untuk mencegah proses terjadinya

oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan, seperti ketengikan,

perubahan warna dan aroma serta kekeruhan fisik pada produk pangan

lainnya (Tamat et al., 2007).

Resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskular,

kanker, aterosklerosis, osteoporosis dan lain-lain, bisa dicegah dengan

mengkonsumsi senyawa antioksidan secukup mungkin. Konsumsi

makanan yang mengandung antioksidan yang dapat meningkatkan status

imunologi dan mencegah timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan

dini (Yenrina dan Sayuti, 2015).

6. Uji Iritasi Akut Dermal

Uji iritasi akut dermal adalah suatu uji pada hewan berupa kelinci

albino untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemaparan

sediaan uji pada kulit selama 3 menit sampai 4 jam. Prinsip uji iritasi

akut dermal adalah pemaparan sediaan uji dalam dosis tunggal pada kulit

hewan uji dengan area kulit yang tidak diberi perlakuan berfungsi

sebagai kontrol. Derajat iritasi dinilai pada interval waktu tertentu yaitu

pada jam ke 1, 24, 48, dan 72 setelah pemaparan sediaan uji. Tujuan uji

iritasi akut dermal adalah untuk menentukan adanya efek iritasi pada

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/8506/3/KHARISMA AYU BAB II.pdf · 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian

17

kulit, serta untuk menilai dan mengevaluasi karakteristik suatu zat

apabila terpapar pada kulit (BPOM, 2014).

Uji ini dilakukan terhadap hewan uji untuk melihat adanya reaksi

biokimia, fisiologik dan patologik pada manusia terhadap sediaan uji.

Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai

derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi paparan terhadap manusia,

sehingga dapat ditentukan dosis penggunaanya demi keamanan manusia

(BPOM, 2014).

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.4Kerangka Konsep

D. Hipotesis

1. Ekstrak kulit biji pinang dan sediaan body lotion ekstrak kulit biji pinang

tidak menyebabkan iritasi akut dermal.

Body lotion kulit biji pinang (Areca catechu L.)

Memiliki aktivitas antioksidan karena mengandung

senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid dan triterpenoid.

Evaluasi efek iritasi akut dermal berdasarkan skor dan indeks iritasi akut dermal

Ekstrak kulit biji pinang dan body lotion ekstrak kulit biji pinang memiliki potensi dalam

memperbaiki sel tubuh yang rusak akibat radikal bebas dan aman tanpa menimbulkan efek

iritasi pada kulit.

Uji Iritasi Akut..., Kharisma Ayu Purbarini, Fak. Farmasi UMP 2018