bab ii tinjauan pustaka a. penelitian...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian terdahulu
Mansyah (2013) menguji dengan metode analisis univariat yang hasilnya
diuraikan secara deskriftif dan pengukuran jawaban responden disajikan dalam
bentuk tabel distributif frekuensi relatif dan persentase. Menunjukkan hasil bahwa
pertambangan memiliki dampak yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat seperti perekrutan tenaga kerja, memunculkan peluang usaha dan juga
negatifnya seperti sering terjadinya banjir lumpur dilingkungan warga dan limbah
pertambangan yang mengganggu masyarakat.
Aprianto (2012) menguji dengan metode survei dengan 55 responden
menggunakan teknik area sampling dan proporational random sampling. Teknik
analisis menggunakan korelas Kendall Tau-b (taraf signifikan 0,1) untuk melihat
hubungan faktor diri masyarakat dengan persepsi masyarakat. Hasil dari
penelitian menunjukkan dampak pada kondisi sosial ekonomi memicu timbulnya
migrasi, konflik, merenggangnya hubungan kekerabatan, timbulnya praktek
prostitusi dan menimbulkan peluang usaha. Hasil korelasi dari Kendall Tau-b
menunjukkan bahwa variabel pendapatan dan pendidikan terakhir memiliki
hubungan dalam pembentukan persepsi masyarakat terhadap dampak fisik.
Variabel pendapatan juga memiliki hubungan dalam pembentukan persepsi
terhadap dampak sosial-ekonomi.
Semuel (2013) menguji dengan metode model interaktif dan penekanan
pada analisis induktif yang menunjukkan hasil bahwa pertambangan batubara
7
berdampak positif terhadap perekonomian sebagian kecil masyarakat disekitar
perusahaan. tetapi disisi lain, pertambangan batubara juga membawa dampak
yang negatif seperti konflik masyarakat dan perusahaan yang dipicu oleh banjir
lumpur yang mengalir keareal permukiman warga.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah lokasi yang diambil dalam peneliti berada di Desa Bunati,
Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan menggunakan penelitian
deksriftif kualitatif serta kuantitatif. Kemudian untuk kuantitatif menggunakan
teknik analisis Uji korelasi Kendall Tau-b untuk menjelaskan hubungan persepsi
masyarakat terhadap pertambangan batubara. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian menggunakan Simple Random Sampling dengan Nomogram Harry
King.
B. Landasan Teori
1. Pertambangan Batu Bara
Batubara merupakan batuan sendimen berwarna hitam atau kecokelatan
yang mudah terbakar, terbentuk dari endapan batuan organik yang terdiri dari
karbon, hidrogen dan eksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah
terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh
tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara.
Secara ringkas ada 2 tahapan proses terbentuknya batubara, tahap pertama adalah
tahap biokimia dimulai pada saat material tanaman terdekomposisi hingga
terbentunya lignit. Unsur utama yang berperan dalam proses ini adalah kadar air,
tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan pembusukan dan
8
kompaksi material organik serta membentuk gambut. Tahap kedua adalah tahap
geokimia yang meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit (Kent, 1993).
Batubara dapat digolongkan menjadi 4 jenis tergantung dari umur dan lokasi
pengambilan batubara, yaitu: (1) Lignit: disebut juga brown-coal, merupakan
tingkatan batubara yang paling rendah dan umumnya digunakan sebagai bahan
bakar untuk pembangkit listrik. (2) Subbituminous: umumnya digunakan sebagai
pembangkit listrik tenaga uap. Subbituminous juga merupakan sumber bahan
baku yang penting dalam pembuatan hokarbon aromatis dalam industri kimia
sintesis. (3) Bituminous: mineral padat, berwarna hitam dan kadang cokelat tua,
sering digunakan dalam pembangkitan listrik tenaga uap. (4) Antrasit: merupakan
jenis batubara yang memiliki kandungan paling tinggi dengan struktur yang lebih
keras serta permukaan yang lebih kilau dan sering digunakan keperluan rumah
tangga dan industri. (5) Masing-masing jenis batubara tersebut secara berurutan
memiliki perbandingan C:O dan C:H yang lebih tinggi. Antrasit merupakan
batubara yang paling bernilai tinggi dan lignit yang paling bernilai rendah.
Tabel 2.1 Komposisi elemen dari 4 jenis batubara:
Persentase Massa
Jenis Batubara C% H% 2% H2O% Volatile Matter (%)
Lignit 60-75 5-6 20-30 50-70 45-55
Subbituminous 75-80 5-6 15-20 25-30 40-45
Bituminous 80-90 4-5 10-15 5-10 20-40
Antrasit 90-95 2-3 2-3 2-5 5-7
Sumber: Kent (1993)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009,
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
9
penelitia, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengelolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca
tambang. Proses penambangan merupakan salah satu mata rantai dari kegiatan
pertambangan yang berfungsi untuk menyediakan bahan baku. Agar penyediaan
bahan baku tersebut dapat terjamin maka kegiatan penambangan harus ditangani
secara baik dan sistematik.
Metode penambangan terdiri dari dua yaitu metode suface mining (tambang
terbuka) dan underground mining (tambang tertutup). Suface mining memiliki
kelemahan yaitu rentan dengan kerusakan lingkungan akibat pengerukan, namun
memiliki resiko yang rendah terhadap kecelakaan pekerja dan menguntungkan
secara ekonomi karena biaya yang dibutuhkan lebih rendah jika dibandingkan
dengan Underground mining. Underground mining memiliki resiko tinggi bagi
pekerja diakibatkan area terowongan tambang lebih mudah longsor namun lebih
ramah lingkungan dikarenakan pengerukan dilakukan di bawah permukaan
sehingga flora dan fauna yang berada diatas permukaan akan tetap terjaga.
(Ulrich, 1999)
Sistem penambangan batubara di Indonesia pada umumnya adalah sistem
tambang terbuka dengan metode konvensional yang merupakan kombinasii
penggunaan excavator/shovel dan truk.
Batubara digunakan sebagai sumber energi yang pada umumnya digunakan
untuk menghasilkan listrik. Pada pembakaran batubara terutama pada batubara
yang mengandung kadar sulfur tinggi dapat menghasilkan polutan udara seperti
10
sulfur dioksida yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Karbon diokasida
yang terbentuk pada saat pembakaran berdampak negatif pada lingkungan
(Ahcmad, 2004).
Pertambangan batubara menurut Salim (2012:15), “Pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum,
eksploitasi, studi kelayakan, kontruksi pertambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang”.
Batu bara mempunyai kegunaan yang sangat strategis, namun keberadaan
industri pertambangan batubara menimbulkan dampak yang positif maupun
negatif.
a. Dampak positif dari pertambangan batu bara ini adalah:
Membuka daerah yang terisolasi dengan dibangunnya jalan pertambangan
dan pelabuhan, sumber devisa Negara, sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD),
sumber energi alternatif untuk masyarakat lokal serta menampung tenaga kerja.
b. Sedangkan untuk dampak negatifnya dari pertambangan batu bara ini, yaitu:
Sebagai perusahaan yang di anggap tidak memperhatikan kelestarian
lingkungan, penebangan hutan untuk kegiatan pertambangan, limbah kegiatan
pertambangan yang mencemari lingkungan, area bekas penambangan yang
dibiarkan menganga tidak bisa diperbaharui. Membahayakan masyarakat sekitar
kemudian sengketa lahan pertambangan dengan masyarakat sekitar dan
11
Kontribusi bagi masyarakat sekitar yang dirasakan masih kurang serta hubungan
dan keterlibatan pemerintah daerah dalam kegiatan pertambangan masih kurang.
2. Dampak Sosial
Keberadaan perusahaan tambang ditengah-tengah masyarakat merupakan
wujud dan partisipasi dalam peningkatan dan pengembangan pembangunan
masyarakat. Perusahaan dan masyarakat yang bermukim disekitarnya merupakan
dua komponen yang saling mempengaruhi. Dimana perusahaan memerlukan
masyarakat sekitar dalam pengembangan perusahaan itu sendiri begitu pula
sebaliknya, masyarakat memerlukan perusahaan tersebut dalam peningkatakan
perekonomian masyarakat serta pengembangan daerah akibat keberadaan
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, aktivitas serta pengembangan daerah akibat
keberadaan perusahaan tersebut tidak dapat dipungkiri memiliki dampak sosial
terhadap masyarakat sekitarnya.
Menurut Irawan 2013, dampak pembangunan pertambangan secara sosial
juga berlangsung dalam jangka panjang. Dampak tersebut adalah beban yang akan
muncul pada saat yang akan datang seperti keadaan yang tidak terkendali (kabel
listrik, limbah dan perumahan) yang dikembangkan pada saat pembangunan
pertambangan dan mendukung aktifitas pertambangan. Selain itu juga berdampak
kepada peningkatan harga lahan dan sewa rumah yang disebabkan oleh
penambahan permintaan pada saat aktifitas tambang berlangsung untuk memenuhi
kebutuhan pekerja pertambangan akan tetapi mengalami penurunan disaat
perusahaan pertambangan tutup.
12
Adanya konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan karena
masalah pembebasan lahan, pencemaran air dan udara, adanya kecemburuan
sosial antara penduduk lokal dengan warga pendatang. Lebih lanjut, Purwanto
(2015) menyatakan konflik dimasyarakat muncul dalam bentuk unjuk rasa karena
terganggunya ruas jalan oleh truk pengangkut batubara, rusaknya jalan, terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Konflik di masyarakat sebagian besar juga dipicu oleh
masalah limbah yang keberadaannya mengganggu sumber air minum, rendahnya
jumlah tenaga kerja lokal yang diterima diperusahaan serta masalaha ganti rugi
lahan masyarakat (Raden dkk, 2010). Menurunnya kualitas kesehatan akibat debu,
penurunan tingkat kesehatan masyarakat bisa dilihat dengan semakin seringnya
masyarakat yang terkena batuk dan penyakit pernapasan lainnya.
Terjadinya perubahan pola pikir masyarakat, adanya kegiatan pertambangan
merubah pola pikir masyarakat didalam mencari uang memenuhi kebutuhan
hidup. Adanya kompensansi uang pergantian lahan, rusaknya lahan pertanian,
serta adanya kesempatan bekerja dipertambangan mendorong masyarakat untuk
beralih mata pencaharian dari profesi petani ke profesi lain. Hal ini tidak lepas
dari hubungan masyarakat dengan perusahaan tersebut, begitu juga sebaliknya.
Keberadaan perusahaan juga sangat berpengaruh besar terhadap kondisi
perubahan sosial yang dulunya masyarakat sangat tergantung dengan alam demi
pemenuhan kebutuhan hidup, sekarang masyarkat justru beralih ketergantungan
pada perusahaan yang berada ditengah-tengah masyarakat itu sendiri. Hal ini
disebabkan kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin menanjak dan
pemenuhan penghasilan hidup semakin bertambah. Kondisi masyarakat yang
13
dulunya swasembada pangan, kini pemenuhan kebutuhan ekonominya digantikan
dengan hasil-hasil dari produksi tambang yang lebih banyak menghasilkan uang.
Stuktur sosial dimasyakarat juga mengalami perubahan karena masyarakat
sekitar pertambangan termotivasi untuk mampu menyesuaikan perubahan struktur
sosial yang disebabkan banyaknya masyarakat pendatang yang menjadi karyawan
diperusahaan pertambangan batubara maupun masyarakat pendatang berusaha
disekitar disekitar perusahaan batubara. Pengaruh negatif struktur sosial
masyarakat disekitar perusahaan pertambangan yang mungkin bisa terjadi adalah
perilaku dan kebiasaan yang bersifat negatif seperti perjudian, kebiasaan minum-
minum keras dan pola hidup konsumtif para karyawan yang bisa mendorong
perubahan masyarakat lokal menjadi lebih konsumtif dan bila hal tersebut tidak
didukung oleh perusahaan kemampuan daya beli masyarakat lokal akan
menyebabkan kecemburuan sosial yang pada akhirnya bisa menyebabkan ketidak
harmonisan (Basuki, 2007).
Kehadiran perusahaan juga mempengaruhi perilaku rotong royong terutama
partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan kerja bakti dan kegiatan
keagamaan. Suprihatin (2014) menyatakan, sebelum hadirnya pertambangan
batubara, warga sangat antusias dalam mengikuti segala kegiatan gotong royong
lebih berorintasi pada materi atau sistem bayaran (upah). Serta lebih dominan
memberi bantuan dalam bentuk finansial ketimbang bantuan tenaga. Selain itu,
intensistas partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong pun mengalami
penururnan karena faktor kesibukan kerja masing-masing warga yang kian
bervariasi.
14
3. Dampak Ekonomi
Kesejahteraan masyarakat diwilayah pertambangan secara umum terlihat
meningkat karena efek domino dari keberadaan perusahaan telah mampu
mendorong dan menggerakan sendi-sendi ekonomi masyarakat. Berbagai dampak
positif diantaranya adalah tersedianya fasilitas sosial dan fasilitas umum,
kesempatan kerja karena adanya penerimaan tenaga kerja, meningkatnya tingkat
pendapatan masyarakat sekitar tambang dan adanya kesempatan berusaha. Raden
dkk (2010) menyatakan tiga peluang usaha dominan yang dilakukan masyarakat
disekitar pertambangan batubara adalah warung sembako, rumah sewaan dan
warung makan. Irawan (2015) menyatakan adanya pemanfaatan uang ganti rugi
alih fungsi lahan bagi para pemilik lahan memungkikan munculnya lapangan
pekerjaan baru disektor informal seperti investasi usaha warung sembako, warung
makan, usaha jasa dan lainnya.
Pengembangan ekonomi masyarakat juga dilakukan oleh perusahaan
melalui CSR yang dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup seperti penanggulangan kemiskinan, membantu
dalam menyediakan fasilitas kesehatan, pendidikan, beasiswa, peningkatan skill,
peningkatan daya beli masyarakat sekitar tambang, memberikan pelatihan agar
masyarakat sekitar tambang mempunyai daya saing dan membantu membangun
infrastruktur yang sangat diperlukan oleh masyarakat termasuk didalamnya
fasilitas air bersih.
15
4. Dampak Lingkungan
Dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu
perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu kegiatan.
Sementara itu, Soemarwoto (2005), mendefinisikan dampak adalah sebagai
suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas dimana aktivitas
tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik dan biologi. Lebih lanjut definisi
dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi
lingkungan sebelum ada pembangunan dan diperkirakan akan ada setelah ada
pembangunan. Pembangunan yang dimaksud termasuk kegiatan penambangan
batubara yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan secara umum.
Konsep dasar pengelolaan pertambangan bahan galian berharga dari lapisan
bumi sampai saat ini tidak banyak berubah, yang berubah hanyalah skala
kegiatannya. Kondisi sebenarnya dilapangan menunjukkan bahwa perkembangan
teknologi mekanisasi pengelolaan pertambangan menyebabkan semakin luas dan
semakin dalamnya pencapaian lapisan bumi jauh dibawah permukaan tanah
sehingga membawa dampak terhadap pencemaran air dan tanah. Kegiatan
pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit, sarat
risiko dan merupakan kegiatan usaha jangka panjang yang melibatkan teknologi
tinggi, padat modal serta membutuhkan aturan regulasi yang dikeluarkan oleh
beberapa sektor.
16
Sumber: Soemarwoto (2005)
Gambar 2.1 Diagram Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pertambangan
Batubara
Ekosistem yang rusak diartikan suatu ekosistem yang tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya secara optimal seperti perlindungan tanah, tata air,
pengaturan cuaca dan fungsi lainnya dalam mengatur perlindungan alam
lingkungan. Mekanissasi peralatan dan teknologi pertambangan telah
menyebabkan skala pertambangan semakin besar dan ekstraksi batubara kadar
rendah pun menjadi ekonomis sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi
yang harus digali. Ini menyebabkan kegiatan tambang batubara menimbulkan
dampak terhadap lingkungan seperti sebagai berikut (Raden dkk, 2010: Purwanto,
2015) perubahan bentang lahan, kegiatan pertambangan batubara dimulai dengan
pembukaan tanah pucuk dan tanah penutup serta pembongkaran batubara yang
berpotensi terhadap perubahan bentang alam. Lubang-lubang tambang yang
dihasilkan dari kegiatan pertambangan ini harus ditutup melalui kegiatan
Industri Pertambangan
Dampak Lingkungan Dampak Ekonomi
dan Sosial
Dampak Ekonomi
dan Sosial Dampak Lingkungan
Peningkatan
Kesejahteraan
17
reklamasi dan revegetasi lahan. Penutupan lubang tambang secara keseluruhan
sangat sulit untuk dipenuhi mengingat kekurangan tanah penutup akibat deposit
batubara yang terangkat keluar dari lubang tambang jauh lebih besar
dibandingkan tanah penutup yang ada. Walaupun di dalam dokumen AMDAL
yang dimiliki oleh setiap perusahaan pertambangan batubara, ditekankan bahwa
lubang tambang yang dihasilkan harus ditutup melalui kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan, namun pada kenyataannya perusahaan pertambangan batubara
sebagian meninggalkan lubang-lubang tambang yang besar (Hakim I, 2014).
Penurunan tingkat kesuburan tanah . Dampak penurunan kesuburan tanah
oleh aktivitas pertambangan batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah
pusuk dan tanah penutup sehingga akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat
fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan
yang tertata rapi dari atas sampai bawah akan terganggu dan terbongkar akibat
pengupasan tanah tersebut. Terjadinya ancaman terhadap keanekaragaman.
Pembukaan lahan untuk penambangan menyebabkan terjadinya degradasi
vegetasi akibat kegiatan pembukaan lahan, terganggunya keanekaragaman hayati
terutama flora dan fauna.
Penurunan kualitas peariran, kegiatan pertambangan ini memberikan
kontribusi tertinggi dalam menurunkan kualitas air yaitu air sungai menjadi keruh
dan menjadi penyebab banjir. Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan
tambang serta aktivitas lainnya mempercepat aliran permukaan yang membawa
bahan-bahan pencemar masuk ke badan air serta sumur-sumur penduduk pada
saat terjadi hujan lebat. Penurunan kualitas udara disebabkan oleh pembongkaran
18
batubara dan mobilitas pengangkutan batubara dan peralatan dari dalam dan
keluar lokasi penambangan. Pencemaran lingkungan akibat limbah-limbah yang
dihasilkan oleh aktivitas penambangan biasanya tercemar asam sulfat dan
senyawa besi yang dapat mengalir keluar daerah pertambangan.
Dampak pertambangan batubara tidak hanya muncul ketika kegiatan
penambangan tetapi juga pasca operasi tambang. Industri pertambangan pada
pasca operasi akan meninggalkan lubang tambang dan air asam tambang (acid in
drainage). Lubang-lubang bekas penambangan batubara berpotensi menimbulkan
dampak lingkunga berkaitan kualitas tanah dan kualitas air. Air lubang tambang
mengandung berbagai logam berat yang dapat merember kesistem air tanag dan
dapat mencemari air tanah. Lebih lanjut, Marganingrum dan Noviardi (2010)
menyatakan bahwa lahan bekas tambang batubara mampu mencemari air sungai.
5. Persepsi terhadap Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu
dimana suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui
alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami
dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses
menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan
proses belajar individu.
Persepsi menurut Atkinson dan Hilgard (1991) yaitu proses dimana
seseorang mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan.
Komunitas terdiri atas individu-individu dengan keragaman persepsi sebagai
pemaknaan dari hasil pengamatan terhadap keberdaan perusahaan. melalui
19
interaksi yang dinamis, persepsi individu tersebut pada suatu ketika secara
bersama-sama tercetus menjadi sikap tertentu terhadap perusahaan.
Wibowo (1988) juga mengatakan banyak sekali faktor-faktor pada diri
perseptor (individu yang memberikan persepsi) yang dapat mempengaruhi
bagaimana persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan-perbedaan antara
persepsinya dan persepsi orang lain. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi
pengalaman, intelegensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi
kepribadian, sikap terhadap stimulus, kecemasan, penghargaan. Selanjutnya
Wibowo mengungkapkan bahwa persepsi juga bergantung pada pendidikan
seseorang, kedudukan dalam starata sosial dan latar belakang sosial budaya.
Wagito (2002, dalam Mulyandari 2006) mengatakan bahwa pembentukan
dan perubahan persepsi ditentukan oleh faktor dari diri masyarakat yaitu
karakteristik yang melekat disetiap individu sendiri.
Keberadaan kegiatan pertambangan batubara ini tentu saja menimbulkan
persepsi masyarakat terhadap dampak kegiatan pertambangan tersebut pada
kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan, dimana pembentukan persepsi tersebut
dihubungkan dengan faktor dari diri masyarakat yang mempengaruhi persepsi
masyarakat, yaitu: pendidikan terakhir, umur dan tingkat pendapatan.
20
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
𝐻0 = Tidak ada hubungan antara persepsi masyarakat (tingkat pendapatan, umur,
pendidikan terakhir) dengan dampak dari pertambangan batubara pada kondisi
sosial-ekonomi dan lingkungan.
𝐻1= Ada hubungan antara antara persepsi masyarakat (tingkat pendapatan, umur,
pendidikan terakhir) dengan dampak dari pertambangan batubara pada kondisi
sosial-ekonomi dan lingkungan.
Pertambangan Batubara
Desa Bunati
Dampak Pertambangan
Batubara:
Dampak Sosial –
Ekonomi
Dampak Lingkungan
Persepsi Masyarakat:
(Variabel X)
Tingkat Pendapatan
Umur
Pendidkan Terakhir