bab ii tinjauan pustaka a. penelitian...

15
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian terdahulu Mansyah (2013) menguji dengan metode analisis univariat yang hasilnya diuraikan secara deskriftif dan pengukuran jawaban responden disajikan dalam bentuk tabel distributif frekuensi relatif dan persentase. Menunjukkan hasil bahwa pertambangan memiliki dampak yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat seperti perekrutan tenaga kerja, memunculkan peluang usaha dan juga negatifnya seperti sering terjadinya banjir lumpur dilingkungan warga dan limbah pertambangan yang mengganggu masyarakat. Aprianto (2012) menguji dengan metode survei dengan 55 responden menggunakan teknik area sampling dan proporational random sampling. Teknik analisis menggunakan korelas Kendall Tau-b (taraf signifikan 0,1) untuk melihat hubungan faktor diri masyarakat dengan persepsi masyarakat. Hasil dari penelitian menunjukkan dampak pada kondisi sosial ekonomi memicu timbulnya migrasi, konflik, merenggangnya hubungan kekerabatan, timbulnya praktek prostitusi dan menimbulkan peluang usaha. Hasil korelasi dari Kendall Tau-b menunjukkan bahwa variabel pendapatan dan pendidikan terakhir memiliki hubungan dalam pembentukan persepsi masyarakat terhadap dampak fisik. Variabel pendapatan juga memiliki hubungan dalam pembentukan persepsi terhadap dampak sosial-ekonomi. Semuel (2013) menguji dengan metode model interaktif dan penekanan pada analisis induktif yang menunjukkan hasil bahwa pertambangan batubara

Upload: dangtuyen

Post on 02-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian terdahulu

Mansyah (2013) menguji dengan metode analisis univariat yang hasilnya

diuraikan secara deskriftif dan pengukuran jawaban responden disajikan dalam

bentuk tabel distributif frekuensi relatif dan persentase. Menunjukkan hasil bahwa

pertambangan memiliki dampak yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi

masyarakat seperti perekrutan tenaga kerja, memunculkan peluang usaha dan juga

negatifnya seperti sering terjadinya banjir lumpur dilingkungan warga dan limbah

pertambangan yang mengganggu masyarakat.

Aprianto (2012) menguji dengan metode survei dengan 55 responden

menggunakan teknik area sampling dan proporational random sampling. Teknik

analisis menggunakan korelas Kendall Tau-b (taraf signifikan 0,1) untuk melihat

hubungan faktor diri masyarakat dengan persepsi masyarakat. Hasil dari

penelitian menunjukkan dampak pada kondisi sosial ekonomi memicu timbulnya

migrasi, konflik, merenggangnya hubungan kekerabatan, timbulnya praktek

prostitusi dan menimbulkan peluang usaha. Hasil korelasi dari Kendall Tau-b

menunjukkan bahwa variabel pendapatan dan pendidikan terakhir memiliki

hubungan dalam pembentukan persepsi masyarakat terhadap dampak fisik.

Variabel pendapatan juga memiliki hubungan dalam pembentukan persepsi

terhadap dampak sosial-ekonomi.

Semuel (2013) menguji dengan metode model interaktif dan penekanan

pada analisis induktif yang menunjukkan hasil bahwa pertambangan batubara

7

berdampak positif terhadap perekonomian sebagian kecil masyarakat disekitar

perusahaan. tetapi disisi lain, pertambangan batubara juga membawa dampak

yang negatif seperti konflik masyarakat dan perusahaan yang dipicu oleh banjir

lumpur yang mengalir keareal permukiman warga.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah lokasi yang diambil dalam peneliti berada di Desa Bunati,

Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan menggunakan penelitian

deksriftif kualitatif serta kuantitatif. Kemudian untuk kuantitatif menggunakan

teknik analisis Uji korelasi Kendall Tau-b untuk menjelaskan hubungan persepsi

masyarakat terhadap pertambangan batubara. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian menggunakan Simple Random Sampling dengan Nomogram Harry

King.

B. Landasan Teori

1. Pertambangan Batu Bara

Batubara merupakan batuan sendimen berwarna hitam atau kecokelatan

yang mudah terbakar, terbentuk dari endapan batuan organik yang terdiri dari

karbon, hidrogen dan eksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah

terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh

tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara.

Secara ringkas ada 2 tahapan proses terbentuknya batubara, tahap pertama adalah

tahap biokimia dimulai pada saat material tanaman terdekomposisi hingga

terbentunya lignit. Unsur utama yang berperan dalam proses ini adalah kadar air,

tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan pembusukan dan

8

kompaksi material organik serta membentuk gambut. Tahap kedua adalah tahap

geokimia yang meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan

akhirnya antrasit (Kent, 1993).

Batubara dapat digolongkan menjadi 4 jenis tergantung dari umur dan lokasi

pengambilan batubara, yaitu: (1) Lignit: disebut juga brown-coal, merupakan

tingkatan batubara yang paling rendah dan umumnya digunakan sebagai bahan

bakar untuk pembangkit listrik. (2) Subbituminous: umumnya digunakan sebagai

pembangkit listrik tenaga uap. Subbituminous juga merupakan sumber bahan

baku yang penting dalam pembuatan hokarbon aromatis dalam industri kimia

sintesis. (3) Bituminous: mineral padat, berwarna hitam dan kadang cokelat tua,

sering digunakan dalam pembangkitan listrik tenaga uap. (4) Antrasit: merupakan

jenis batubara yang memiliki kandungan paling tinggi dengan struktur yang lebih

keras serta permukaan yang lebih kilau dan sering digunakan keperluan rumah

tangga dan industri. (5) Masing-masing jenis batubara tersebut secara berurutan

memiliki perbandingan C:O dan C:H yang lebih tinggi. Antrasit merupakan

batubara yang paling bernilai tinggi dan lignit yang paling bernilai rendah.

Tabel 2.1 Komposisi elemen dari 4 jenis batubara:

Persentase Massa

Jenis Batubara C% H% 2% H2O% Volatile Matter (%)

Lignit 60-75 5-6 20-30 50-70 45-55

Subbituminous 75-80 5-6 15-20 25-30 40-45

Bituminous 80-90 4-5 10-15 5-10 20-40

Antrasit 90-95 2-3 2-3 2-5 5-7

Sumber: Kent (1993)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009,

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

9

penelitia, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,

pengelolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca

tambang. Proses penambangan merupakan salah satu mata rantai dari kegiatan

pertambangan yang berfungsi untuk menyediakan bahan baku. Agar penyediaan

bahan baku tersebut dapat terjamin maka kegiatan penambangan harus ditangani

secara baik dan sistematik.

Metode penambangan terdiri dari dua yaitu metode suface mining (tambang

terbuka) dan underground mining (tambang tertutup). Suface mining memiliki

kelemahan yaitu rentan dengan kerusakan lingkungan akibat pengerukan, namun

memiliki resiko yang rendah terhadap kecelakaan pekerja dan menguntungkan

secara ekonomi karena biaya yang dibutuhkan lebih rendah jika dibandingkan

dengan Underground mining. Underground mining memiliki resiko tinggi bagi

pekerja diakibatkan area terowongan tambang lebih mudah longsor namun lebih

ramah lingkungan dikarenakan pengerukan dilakukan di bawah permukaan

sehingga flora dan fauna yang berada diatas permukaan akan tetap terjaga.

(Ulrich, 1999)

Sistem penambangan batubara di Indonesia pada umumnya adalah sistem

tambang terbuka dengan metode konvensional yang merupakan kombinasii

penggunaan excavator/shovel dan truk.

Batubara digunakan sebagai sumber energi yang pada umumnya digunakan

untuk menghasilkan listrik. Pada pembakaran batubara terutama pada batubara

yang mengandung kadar sulfur tinggi dapat menghasilkan polutan udara seperti

10

sulfur dioksida yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Karbon diokasida

yang terbentuk pada saat pembakaran berdampak negatif pada lingkungan

(Ahcmad, 2004).

Pertambangan batubara menurut Salim (2012:15), “Pertambangan adalah

sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan

pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum,

eksploitasi, studi kelayakan, kontruksi pertambangan, pengolahan dan pemurnian,

pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang”.

Batu bara mempunyai kegunaan yang sangat strategis, namun keberadaan

industri pertambangan batubara menimbulkan dampak yang positif maupun

negatif.

a. Dampak positif dari pertambangan batu bara ini adalah:

Membuka daerah yang terisolasi dengan dibangunnya jalan pertambangan

dan pelabuhan, sumber devisa Negara, sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD),

sumber energi alternatif untuk masyarakat lokal serta menampung tenaga kerja.

b. Sedangkan untuk dampak negatifnya dari pertambangan batu bara ini, yaitu:

Sebagai perusahaan yang di anggap tidak memperhatikan kelestarian

lingkungan, penebangan hutan untuk kegiatan pertambangan, limbah kegiatan

pertambangan yang mencemari lingkungan, area bekas penambangan yang

dibiarkan menganga tidak bisa diperbaharui. Membahayakan masyarakat sekitar

kemudian sengketa lahan pertambangan dengan masyarakat sekitar dan

11

Kontribusi bagi masyarakat sekitar yang dirasakan masih kurang serta hubungan

dan keterlibatan pemerintah daerah dalam kegiatan pertambangan masih kurang.

2. Dampak Sosial

Keberadaan perusahaan tambang ditengah-tengah masyarakat merupakan

wujud dan partisipasi dalam peningkatan dan pengembangan pembangunan

masyarakat. Perusahaan dan masyarakat yang bermukim disekitarnya merupakan

dua komponen yang saling mempengaruhi. Dimana perusahaan memerlukan

masyarakat sekitar dalam pengembangan perusahaan itu sendiri begitu pula

sebaliknya, masyarakat memerlukan perusahaan tersebut dalam peningkatakan

perekonomian masyarakat serta pengembangan daerah akibat keberadaan

perusahaan tersebut. Oleh karena itu, aktivitas serta pengembangan daerah akibat

keberadaan perusahaan tersebut tidak dapat dipungkiri memiliki dampak sosial

terhadap masyarakat sekitarnya.

Menurut Irawan 2013, dampak pembangunan pertambangan secara sosial

juga berlangsung dalam jangka panjang. Dampak tersebut adalah beban yang akan

muncul pada saat yang akan datang seperti keadaan yang tidak terkendali (kabel

listrik, limbah dan perumahan) yang dikembangkan pada saat pembangunan

pertambangan dan mendukung aktifitas pertambangan. Selain itu juga berdampak

kepada peningkatan harga lahan dan sewa rumah yang disebabkan oleh

penambahan permintaan pada saat aktifitas tambang berlangsung untuk memenuhi

kebutuhan pekerja pertambangan akan tetapi mengalami penurunan disaat

perusahaan pertambangan tutup.

12

Adanya konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan karena

masalah pembebasan lahan, pencemaran air dan udara, adanya kecemburuan

sosial antara penduduk lokal dengan warga pendatang. Lebih lanjut, Purwanto

(2015) menyatakan konflik dimasyarakat muncul dalam bentuk unjuk rasa karena

terganggunya ruas jalan oleh truk pengangkut batubara, rusaknya jalan, terjadinya

kecelakaan lalu lintas. Konflik di masyarakat sebagian besar juga dipicu oleh

masalah limbah yang keberadaannya mengganggu sumber air minum, rendahnya

jumlah tenaga kerja lokal yang diterima diperusahaan serta masalaha ganti rugi

lahan masyarakat (Raden dkk, 2010). Menurunnya kualitas kesehatan akibat debu,

penurunan tingkat kesehatan masyarakat bisa dilihat dengan semakin seringnya

masyarakat yang terkena batuk dan penyakit pernapasan lainnya.

Terjadinya perubahan pola pikir masyarakat, adanya kegiatan pertambangan

merubah pola pikir masyarakat didalam mencari uang memenuhi kebutuhan

hidup. Adanya kompensansi uang pergantian lahan, rusaknya lahan pertanian,

serta adanya kesempatan bekerja dipertambangan mendorong masyarakat untuk

beralih mata pencaharian dari profesi petani ke profesi lain. Hal ini tidak lepas

dari hubungan masyarakat dengan perusahaan tersebut, begitu juga sebaliknya.

Keberadaan perusahaan juga sangat berpengaruh besar terhadap kondisi

perubahan sosial yang dulunya masyarakat sangat tergantung dengan alam demi

pemenuhan kebutuhan hidup, sekarang masyarkat justru beralih ketergantungan

pada perusahaan yang berada ditengah-tengah masyarakat itu sendiri. Hal ini

disebabkan kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin menanjak dan

pemenuhan penghasilan hidup semakin bertambah. Kondisi masyarakat yang

13

dulunya swasembada pangan, kini pemenuhan kebutuhan ekonominya digantikan

dengan hasil-hasil dari produksi tambang yang lebih banyak menghasilkan uang.

Stuktur sosial dimasyakarat juga mengalami perubahan karena masyarakat

sekitar pertambangan termotivasi untuk mampu menyesuaikan perubahan struktur

sosial yang disebabkan banyaknya masyarakat pendatang yang menjadi karyawan

diperusahaan pertambangan batubara maupun masyarakat pendatang berusaha

disekitar disekitar perusahaan batubara. Pengaruh negatif struktur sosial

masyarakat disekitar perusahaan pertambangan yang mungkin bisa terjadi adalah

perilaku dan kebiasaan yang bersifat negatif seperti perjudian, kebiasaan minum-

minum keras dan pola hidup konsumtif para karyawan yang bisa mendorong

perubahan masyarakat lokal menjadi lebih konsumtif dan bila hal tersebut tidak

didukung oleh perusahaan kemampuan daya beli masyarakat lokal akan

menyebabkan kecemburuan sosial yang pada akhirnya bisa menyebabkan ketidak

harmonisan (Basuki, 2007).

Kehadiran perusahaan juga mempengaruhi perilaku rotong royong terutama

partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan kerja bakti dan kegiatan

keagamaan. Suprihatin (2014) menyatakan, sebelum hadirnya pertambangan

batubara, warga sangat antusias dalam mengikuti segala kegiatan gotong royong

lebih berorintasi pada materi atau sistem bayaran (upah). Serta lebih dominan

memberi bantuan dalam bentuk finansial ketimbang bantuan tenaga. Selain itu,

intensistas partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong pun mengalami

penururnan karena faktor kesibukan kerja masing-masing warga yang kian

bervariasi.

14

3. Dampak Ekonomi

Kesejahteraan masyarakat diwilayah pertambangan secara umum terlihat

meningkat karena efek domino dari keberadaan perusahaan telah mampu

mendorong dan menggerakan sendi-sendi ekonomi masyarakat. Berbagai dampak

positif diantaranya adalah tersedianya fasilitas sosial dan fasilitas umum,

kesempatan kerja karena adanya penerimaan tenaga kerja, meningkatnya tingkat

pendapatan masyarakat sekitar tambang dan adanya kesempatan berusaha. Raden

dkk (2010) menyatakan tiga peluang usaha dominan yang dilakukan masyarakat

disekitar pertambangan batubara adalah warung sembako, rumah sewaan dan

warung makan. Irawan (2015) menyatakan adanya pemanfaatan uang ganti rugi

alih fungsi lahan bagi para pemilik lahan memungkikan munculnya lapangan

pekerjaan baru disektor informal seperti investasi usaha warung sembako, warung

makan, usaha jasa dan lainnya.

Pengembangan ekonomi masyarakat juga dilakukan oleh perusahaan

melalui CSR yang dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat untuk

meningkatkan kualitas hidup seperti penanggulangan kemiskinan, membantu

dalam menyediakan fasilitas kesehatan, pendidikan, beasiswa, peningkatan skill,

peningkatan daya beli masyarakat sekitar tambang, memberikan pelatihan agar

masyarakat sekitar tambang mempunyai daya saing dan membantu membangun

infrastruktur yang sangat diperlukan oleh masyarakat termasuk didalamnya

fasilitas air bersih.

15

4. Dampak Lingkungan

Dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu

perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu kegiatan.

Sementara itu, Soemarwoto (2005), mendefinisikan dampak adalah sebagai

suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas dimana aktivitas

tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik dan biologi. Lebih lanjut definisi

dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi

lingkungan sebelum ada pembangunan dan diperkirakan akan ada setelah ada

pembangunan. Pembangunan yang dimaksud termasuk kegiatan penambangan

batubara yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan secara umum.

Konsep dasar pengelolaan pertambangan bahan galian berharga dari lapisan

bumi sampai saat ini tidak banyak berubah, yang berubah hanyalah skala

kegiatannya. Kondisi sebenarnya dilapangan menunjukkan bahwa perkembangan

teknologi mekanisasi pengelolaan pertambangan menyebabkan semakin luas dan

semakin dalamnya pencapaian lapisan bumi jauh dibawah permukaan tanah

sehingga membawa dampak terhadap pencemaran air dan tanah. Kegiatan

pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit, sarat

risiko dan merupakan kegiatan usaha jangka panjang yang melibatkan teknologi

tinggi, padat modal serta membutuhkan aturan regulasi yang dikeluarkan oleh

beberapa sektor.

16

Sumber: Soemarwoto (2005)

Gambar 2.1 Diagram Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pertambangan

Batubara

Ekosistem yang rusak diartikan suatu ekosistem yang tidak dapat lagi

menjalankan fungsinya secara optimal seperti perlindungan tanah, tata air,

pengaturan cuaca dan fungsi lainnya dalam mengatur perlindungan alam

lingkungan. Mekanissasi peralatan dan teknologi pertambangan telah

menyebabkan skala pertambangan semakin besar dan ekstraksi batubara kadar

rendah pun menjadi ekonomis sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi

yang harus digali. Ini menyebabkan kegiatan tambang batubara menimbulkan

dampak terhadap lingkungan seperti sebagai berikut (Raden dkk, 2010: Purwanto,

2015) perubahan bentang lahan, kegiatan pertambangan batubara dimulai dengan

pembukaan tanah pucuk dan tanah penutup serta pembongkaran batubara yang

berpotensi terhadap perubahan bentang alam. Lubang-lubang tambang yang

dihasilkan dari kegiatan pertambangan ini harus ditutup melalui kegiatan

Industri Pertambangan

Dampak Lingkungan Dampak Ekonomi

dan Sosial

Dampak Ekonomi

dan Sosial Dampak Lingkungan

Peningkatan

Kesejahteraan

17

reklamasi dan revegetasi lahan. Penutupan lubang tambang secara keseluruhan

sangat sulit untuk dipenuhi mengingat kekurangan tanah penutup akibat deposit

batubara yang terangkat keluar dari lubang tambang jauh lebih besar

dibandingkan tanah penutup yang ada. Walaupun di dalam dokumen AMDAL

yang dimiliki oleh setiap perusahaan pertambangan batubara, ditekankan bahwa

lubang tambang yang dihasilkan harus ditutup melalui kegiatan reklamasi dan

revegetasi lahan, namun pada kenyataannya perusahaan pertambangan batubara

sebagian meninggalkan lubang-lubang tambang yang besar (Hakim I, 2014).

Penurunan tingkat kesuburan tanah . Dampak penurunan kesuburan tanah

oleh aktivitas pertambangan batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah

pusuk dan tanah penutup sehingga akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat

fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan

yang tertata rapi dari atas sampai bawah akan terganggu dan terbongkar akibat

pengupasan tanah tersebut. Terjadinya ancaman terhadap keanekaragaman.

Pembukaan lahan untuk penambangan menyebabkan terjadinya degradasi

vegetasi akibat kegiatan pembukaan lahan, terganggunya keanekaragaman hayati

terutama flora dan fauna.

Penurunan kualitas peariran, kegiatan pertambangan ini memberikan

kontribusi tertinggi dalam menurunkan kualitas air yaitu air sungai menjadi keruh

dan menjadi penyebab banjir. Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan

tambang serta aktivitas lainnya mempercepat aliran permukaan yang membawa

bahan-bahan pencemar masuk ke badan air serta sumur-sumur penduduk pada

saat terjadi hujan lebat. Penurunan kualitas udara disebabkan oleh pembongkaran

18

batubara dan mobilitas pengangkutan batubara dan peralatan dari dalam dan

keluar lokasi penambangan. Pencemaran lingkungan akibat limbah-limbah yang

dihasilkan oleh aktivitas penambangan biasanya tercemar asam sulfat dan

senyawa besi yang dapat mengalir keluar daerah pertambangan.

Dampak pertambangan batubara tidak hanya muncul ketika kegiatan

penambangan tetapi juga pasca operasi tambang. Industri pertambangan pada

pasca operasi akan meninggalkan lubang tambang dan air asam tambang (acid in

drainage). Lubang-lubang bekas penambangan batubara berpotensi menimbulkan

dampak lingkunga berkaitan kualitas tanah dan kualitas air. Air lubang tambang

mengandung berbagai logam berat yang dapat merember kesistem air tanag dan

dapat mencemari air tanah. Lebih lanjut, Marganingrum dan Noviardi (2010)

menyatakan bahwa lahan bekas tambang batubara mampu mencemari air sungai.

5. Persepsi terhadap Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu

dimana suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui

alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami

dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses

menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan

proses belajar individu.

Persepsi menurut Atkinson dan Hilgard (1991) yaitu proses dimana

seseorang mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan.

Komunitas terdiri atas individu-individu dengan keragaman persepsi sebagai

pemaknaan dari hasil pengamatan terhadap keberdaan perusahaan. melalui

19

interaksi yang dinamis, persepsi individu tersebut pada suatu ketika secara

bersama-sama tercetus menjadi sikap tertentu terhadap perusahaan.

Wibowo (1988) juga mengatakan banyak sekali faktor-faktor pada diri

perseptor (individu yang memberikan persepsi) yang dapat mempengaruhi

bagaimana persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan-perbedaan antara

persepsinya dan persepsi orang lain. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi

pengalaman, intelegensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi

kepribadian, sikap terhadap stimulus, kecemasan, penghargaan. Selanjutnya

Wibowo mengungkapkan bahwa persepsi juga bergantung pada pendidikan

seseorang, kedudukan dalam starata sosial dan latar belakang sosial budaya.

Wagito (2002, dalam Mulyandari 2006) mengatakan bahwa pembentukan

dan perubahan persepsi ditentukan oleh faktor dari diri masyarakat yaitu

karakteristik yang melekat disetiap individu sendiri.

Keberadaan kegiatan pertambangan batubara ini tentu saja menimbulkan

persepsi masyarakat terhadap dampak kegiatan pertambangan tersebut pada

kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan, dimana pembentukan persepsi tersebut

dihubungkan dengan faktor dari diri masyarakat yang mempengaruhi persepsi

masyarakat, yaitu: pendidikan terakhir, umur dan tingkat pendapatan.

20

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

𝐻0 = Tidak ada hubungan antara persepsi masyarakat (tingkat pendapatan, umur,

pendidikan terakhir) dengan dampak dari pertambangan batubara pada kondisi

sosial-ekonomi dan lingkungan.

𝐻1= Ada hubungan antara antara persepsi masyarakat (tingkat pendapatan, umur,

pendidikan terakhir) dengan dampak dari pertambangan batubara pada kondisi

sosial-ekonomi dan lingkungan.

Pertambangan Batubara

Desa Bunati

Dampak Pertambangan

Batubara:

Dampak Sosial –

Ekonomi

Dampak Lingkungan

Persepsi Masyarakat:

(Variabel X)

Tingkat Pendapatan

Umur

Pendidkan Terakhir