bab ii tinjauan pustaka a. pembelajaran bahasa indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/bab...
TRANSCRIPT
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dengan bahasa, kita
khususnya orang Indonesia akan menggunakan bahasa nasional yaitu
bahasa Indonesia. Bahasa adalah suatu alat untuk berkomunikasi atau
berinteraksi dalam menyampaikan suatu gagasan, pikiran, atau perasaan
yang digunakan oleh manusia.
Menurut Iskandarwassid ( 2009 ) Bahasa menjadikan kita
mempunyai peluang dalam berbagai keperluan. Bahasa membuat kita
dapat mengenal dunia. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi baik
terhadap sesama warga masyarakat. Dengan bahasa kita dapat
mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat lebih
tinggi dari apa yang dicapai oleh masyarakat umum.
Sedangkan menurut Novi Resmini ( 2010 ) Pembelajaran bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis serta
pembelajaran yang dimaksudkan yaitu untuk meningkatkan kemampuan
siswa mengapresiasi karya sastra.
Pembelajaran bahasa ini mencakup aspek menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan
7
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
23
keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir
dan bernalar dan dapat juga untuk memperluas wawasan.
Jadi dapat disimpulkan pada hakikatnya bahasa adalah salah satu
alat komunikasi manusia. Bahasa juga terdiri atas kumpulan kata atau
kalimat yang masing-masing mempunyai makna untuk mengungkapkan
pikiran atau perasaan seseorang. Oleh karena itu kita harus memilih kata
yang tepat dan menyusun kata tersebut sesuai dengan aturan tata bahasa
yang ada agar makna yang terkandung setiap kalimat dapat tersampaikan
dengan baik dan jelas. Dan melalui bahasa manusia dapat saling
berkomunikasi, berhubungan, bernalar, berbagi pengalaman, saling belajar
dam saling meningkatkan kemampuan intelektual.
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa adalah kegiatan yang dilakukan antara guru
dan siswa untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan dan fungsi pengajaran
bahasa Indonesia menurut Novi Resmini ( 2008 ) yaitu untuk sarana
pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, sarana peningkatan
pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia daam rangka
pelestarian dan pengembangan budaya, sarana peningkatan pengetahuan
dan pengembangan ilmu pengetahuan tekonologi dan seni, sarana
penyebarluasan pemakaian bahasa dan sarana pengembangan kemampuan
intelektual.
Adapun menurut Heru Kurniawan ( 2009 ) pembelajaran bahasa
Indonesia di bangku sekolah diharapkan bisa membantu para siswa
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
24
mengenal dirinya sendiri, budayanya, belajar untuk menyampaikan
gagasan, serta mampu menggunakan kemampuan imajinasi dan analitif
yang terdapat pada masing-masing siswa.
Dengan pemerolehan dan pembelajaran kita akan bisa mencapai
tujuan berbahasa dengan baik. Mewujudkan serta mengindonesiakan anak-
anak Indonesia melalui berbahasa Indonesia. Untuk para siswa ditujukan
agar para siswa mampu menghayati bahasa dan juga sastra Indonesia serta
mempunyai kemampuan yang baik dan benar dalam berbahasa. Adapula
untuk guru itu sendiri yaitu untuk mengembangkan potensi para siswa
dalam berbahasa Indonesia, serta agar lebih mandiri dalam menyiapkan
dan menentukan bahan ajar sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi
lingkungan.
B. Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar
1. Hakikat Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar
Di sekolah dasar, pembelajaran sastra bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasikan karya sastra.
Pembelajaran sastra mewujudkan dirinya dengan bahasa, dan bahasa
dalam perkembangannya juga ditentukan oleh sastra.
Heru Kurniawan ( 2009 ) berpendapat bahwa pembelajaran sastra
merupakan suatu cabang seni, adanya hasil cipta dan ekspresi manusia
yang indah serta mengartikan pembelajaran sastra sebagai karya
imajinatif yang bermediakan bahasa dan mempunyai nilai estetika
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
25
dominan dan bahasa menjadi ciri khas dari media penyampaiannya, yang
membuat karya sastra berbeda dengan karya-karya yang lainnya.
Menurut Depdiknas ( dalam Novi Resmini, 2008 ) Kegiatan
mengapresiasikan sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan,
penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya
lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar
dilakukan dengan berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran sastra di
sekolah dasar harus memberi pengalaman pada siswa yaitu, pencarian
kesenangan pada buku, menginterpretasi bacaan sastra, mengembangkan
kesadaran bersastra, dan mengembangkan apresiasi.
Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) Pembelajaran
sastra itu dapat memberikan kesenangan dan pemahaman tentang
kehidupan, apalagi adanya sastra anak. Sastra berbicara tentang hidup
dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang
kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang
semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Jadi
pengungkapan bahasa selain sastra,yaitu cara-cara pengungkapan yang
telah menjadi biasa, lazim, atau yang itu-itu aja karena bahasa sastra
lebih bernuansa keindahan daripada kepraktisan.
Dengan kesenangan dan pemahaman anak akan suka membaca
sastra. Menurut Lukens ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 ) sastra
menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
26
memanjakan fantasi, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang
penuh daya suspense, daya yang menarik hati pembaca untuk ingin tahu
dan merasa terikat karenanya.
Dengan demikian untuk mencapai hal tersebut di atas, siswa di
sekolah dasar harus dituntut untuk wajib membaca buku-buku sastra
seperti puisi anak, buku cerita anak, drama anak, dan cerita rakyat. Pada
saat pembelajaran siswa diberi kesempatan memahami, menikmati, dan
mengerti apa yang telah mereka baca.
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SD
Sastra diperlukan untuk menunjang terwujudnya apresiasi dan
pembelajaran bahasa secara umum.
Menurut Novi Resmini ( 2008:93 ) adapaun tujuan pembelajaran bahasa
dan sastra antara lain :
a. Menumbuhkan ketenangan terhadap buku
Tujuan utama pembelajaran sastra di SD adalah memberi
kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman dari
bacaan, serta masuk dan terlibat di dalam suatu buku. Pembelajaran
sastra ini harus dapat membuat anak merasa senang membaca, gemar
mencari bacaan dan membolak-balik buku.
Untuk membuat siswa senang atau tertarik kepada buku
menurut Huck ( dalam Novi Resmini, 2008 ) ialah memberi siswa
lingkungan yang kaya dengan buku-buku yang baik. Memberikan
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
27
waktu untuk membaca secara teratur, membicarakan buku-buku,
menceritakan buku dan berbagai macam kegiatan lainnya.
Jadi langkah awal membuat anak senang terhadap buku yang
pertama adalah menemukan kesenangan pada buku. Kita harus suka
terlebih dahulu agar nantinya kita nyaman dan merasa butuh kepada
buku tersebut.
b. Menginterpretasikan Literatur
Untuk menciptakan ketertarikan kepada buku, siswa perlu
membaca banyak buku. Siswa pun perlu memiliki kesempatan
untuk mendapatkan pengalaman yang mendalam dengan buku-buku.
Menurut Novi Resmini ( 2008 ) membantu siswa dalam
menginterpretasikan bacaan itu dengan cara mengidentifikasi pelaku
yang ada pada cerita. Hal ini dilakukan dengan mendramatisasikan
adegan pelaku yang ada apada cerita.
Jadi selain siswa membaca, siswa dalam hal ini juga perlu
menghayati sepenuhnya agar apa yang mereka baca dapat dimengerti
tidak hanya sekedar membaca-baca saja.
c. Mengembangkan kesadaran bersastra
Di Sekolah dasar anak-anak harus diajak mulai
mengembangkan kesadaran pada sastra. Menurut Novi Resmini
( 2008 ) selama siswa berada di sekolah dasar mereka
mngembangkan pemahaman mengenal bentuk sastra yang bersala
dari berbagai aliran sedikit demi sedikit. Mereka sudah banyak tahu
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
28
tentang buku-buku, puisi, atau dongeng-dongeng yang sering mereka
baca. Hal ini menjadi langkah yang baik dalam mengembangkan
pemahaman tentang bentuk-bentuk sastra. Demikian juga
pengetahuan siswa mengenai runtutnya cerita seperi alur, karakter,
tema, dan sudut pandang.
Jadi yang terpenting dalam hal ini yaitu bagaimana siswa
mampu memberikan tanggapan atau mencerna isi yang terkandung
dalam sebuah cerita.
d. Mengembangkan apresiasi
Mengembangkan kesukaan membaca menjadi sasaran
pengajaran sastra di sekolah dasar. James Britton ( dalam Novi
Resmini, 2008 ) menyatakan bahwa dalam pengajaran bahasa dan
sastra, “ siswa hendaknya membaca lebih banyak buku dengan rasa
puas dan dia hendaknya membaca buku-buku dengan kepuasan yang
samakin tinggi”. Diawali dari menyenangi karya sastra yang
dibacanya itu, siswa akan meningkat ke tahap berikutnya. Setelah
merasa senang dengan bacaan baru kemudian siswa didorong untuk
menginterpretasikan makna cerita atau puisi.
Jadi dalam hal ini siswa perlu untuk banyak membaca buku,
mungkin awalnya dari buku yang mereka sukai terlebih dahulu
kemudian membaca buku-buku yang lain dengan rasa puas yang
mereka dapat, mereka akan merasa senang, apabila mereka senang
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
29
membaca , mereka akan lebih menghayati cerita yang mereka baca
sehingga memudahkan mereka menginterpretasikan makna cerita.
C. Sastra Anak
1. Hakikat sastra anak
Sastra anak kini semakin menarik perhatian orang dan telah masuk
ke dalam kehidupan anak-anak. Sastra anak menjadi hal yang memang
diketahui oleh anak-anak dan memang pada hakikatnya semua orang
senang dan butuh cerita.
Lewat cerita anak, bahkan kita yang dewasa, dapat memperoleh,
mempelajari, dan menyikapi berbagai persoalan hidup dan kehidupan,
manusia dan kemanusiaan ( Burhan Nurgiyantoro:2005 ).
Stewig ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 ) menyatakan salah
satu alasan mengapa anak diberi buku bacaan sastra adalah agar mereka
memperoleh kesenangan. Sastra mampu memberikan kesenangan dan
kenikmatan. Selain itu bacaan sastra juga mampu menstimulasi imajinasi
anak, mampu membawa pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain.
Jadi sastra anak itu perlu dan memang menjadi suatu hal yang
dapatmemotivasi anak untuk mengenal kehidupan, mereka dapat
menikmati dan menggambarkan suatu dunia dengan daya imajinasinya
yang tinggi.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
30
2. Pengertian Sastra Anak
Sastra anak menjadi suatu hal yang penting terhadap perkembangan
anak.
Menurut Heru Kurniawan ( 2009 ) Sastra anak mencakup beberapa
aspek yaitu bahasa yang digunakan itu adalah bahasa yang mudah
dipahami oleh anak, bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan
pemahaman anak, kemudian adanya pesan yang disampaikan berupa nilai-
nilai, moral dan pendidikan yang disesuaikan pada tingkat perkembangan
dan pemahaman anak. jadi sastra anak merupakan sastra yang dari segi isi
dan bahasanya sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan
emosional anak.
Heru Kurniawan ( 2009 ) menyatakan sastra anak bukan berarti satra
yang harus ditulis oleh anak dan untuk anak saja karena anak masih
mempunyai tingkat keterbatasan kreativitas sehingga sastra anak terbuka
untuk ditulis orang dewasa , tetapi karya yang dihasilkan, untuk bisa
disebut sastra anak, secara bahasa dan isi harus sesuai dengan tingkat
pemahaman anak terhadap kehidupan. Selanjutnya dalam aspek membaca
, sastra anak boleh, bahkan mengharuskan untuk dibaca orang dewasa,
karena hal ini dapat membuat mereka orang dewasa lebih memahami
dunia anak dan bisa menyampaikan isi karya itu sbagai bahan dongeng
dan pengajaran. Artinya siapa saja boleh menulis dan membaca karya
sastra anak, sehingga semakin banyak masyarakat berpartisipasi dalam
mencipta dan membaca karya sastra anak, maka pemahaman masyarakat
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
31
terhadap anak semakin baik. Jadi sastra dapat dijadikan sebagai salah satu
media untuk mendidik dan mencerdaskan anak karena anak dan cerita
seperti menjadi dunia yang tidak terpisahkan dan sastra juga selalu
menyampaikan nilai atau makna kepada pembaca.
Dalam perkembangannya anak selalu menyukai cerita ( karya
sastra )karena dengan cerita anak bisa mengembangkan kemampuan
imajinasi, intelektual, emosional, dan belajar mengidentifikasi dirinya.
Menurut Sugihastuti ( 2002 ) Cerita anak atau sastra anak, dalam hal
ini wujud sastra pertamanya dilihat dari bahannya, yaitu bahasa. Adanya
pemakaian bahasa pada kegiatan bersastra memperlihatkan sifat yang
spesial. Adanya karya seni yaitu karya dalam proses produksi dan
konsumsinya menuntut adanya keindahan.
Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) Sastra anak
adalah buku yang disediakan untuk dibaca anak dan dapat berkisah apa
saja, tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran orang dewasa tidak
masuk akal. Misalnya tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah
laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Isi sastra anak juga tidak
harus yang baik-baik saja.
Jadi menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan sastra
anak yaitu sebuah cerita anak yang tidak hanya dibuat oleh anak-anak saja
melainkan juga orang dewasa, siapa saja boleh menulis dan membaca
karya sastra anak, bahkan cerita yang diangkat pun tidak selalu berkisah
tentang cerita yang baik-baik saja tetapi juga cerita yang jelek seperti
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
32
misalnya saja kucing pemalas, suka mencontek. Cerita anak dalam hal ini
dapat berkisah tentang apa saja yang menyangkut masalah kehidupan ini
sehingga mampu memberikan informasi dan pemahaman yang menarik
dan lebih baik tentang kehidupan itu sendiri. Bahkan ceita anak tidak
selalu berakhir menyenangkan, tetapi dapat juga berakhir dengan
menyedihkan atau pun yang lain.
3. Manfaat Sastra Anak
Sastra anak diyakini mempunyai manfaat atau kontribusi yang
besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju ke
kedewasaan. Menurut Sugihastuti ( 2002 ) sastra anak bermanfaat sebagai
alat komunikasi dalam ranah komunitasnya. Adanya pertalian antara dua
individu yaitu pengarangnya, penerima dan pembacanya.
Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) menyatakan
bahwa sastra diyakini mampu dipergunakan sebagai salah satu sarana
untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan
nilai-nilai yang diyakini baik dan berharga oleh keluarga, masyarakat, dan
bangsa.
Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) juga mengemukakan sejumlah
manfaat sastra anak bagi anak yang sedang dalam taraf pertumbuhan dan
perkembangan yang dikelompokkan ke dalam niai personal dan nilai
pendidikan.
1. Nilai Personal
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
33
a. Perkembangan Emosional
Ketika anak diberi bacaan atau karya sastra lainnya anak tampak
menikmati dan larut dalam kegembiraan. Hal ini dapat dipahami
dapat merangsang kegembiraan anak, merangsang emosi anak
untuk bergembira, bahkan ketika anak masih berstatus bayi.
Setelah anak dapat memahami cerita, baik lewat pendengaran,
misalnya doceritai atau dibacakan, maupun lewat kegiatan
membaca sendiri, anak akn memperoleh demonstrasi kehidupan
sebagaimana diperagakan oleh para tokoh cerita ( Burhan
Nurgiyantoro, 2005:37 ).
Dengan demikian, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan membaca buku-buku cerita itu anak akan belajar bersikap
dan bertingkah laku secara benar. Lewat bacaan cerita itu anak
akan belajar bagaimana mengelola emosinya agar tidak merugikan
diri sendiri dan orang lain.
b. Perkembangan Intelektual
Burhan Nurgiyantoro ( 2005 : 38 ) menyatakan lewat cerita anak
tidak hanya memperoleh “kehebatan” kisah yang menyenangkan
dan memuaskan hatinya. Cerita menampilkan urutan kejadian
yang mengandung logika pengurutan dan logika pengaluran.
Untuk daat memahami cerita itu, anak harus mengikuti hubungan
tersebut. Lewat bacaan yang dihadapinya itu aspek intelektual
anak ikut aktif, ikut berperan, dalam rangka pemahaman dan
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
34
pengkritisan cerita yang bersangkutan. Dengan kata lain, dalam
kegiatan membaca cerita itu, aspek intelektual anak juga ikut
terkembangkan.
Jadi dalam membaca cerita, baik itu secara langsung maupun tidak
langsung anak akan mempelajari setiap apa yang ada dalam cerita
baik itu tindakan tokoh, alur cerita dan lainnya.
c. Perkembangan Imajinasi
Sastra lebih berurusan dengan imajinasi, sesuatu yang abstrak
yang berada dalam jiwa. Menurut Burhan Nurgiyantoro
( 2005:39 ) dengan membaca bacaan cerita sastra imajinasi anak
dibawa berpetualang ke berbagai penjuru dunia melewati batas
waktu dan tempat, tetapi tetap berada di tempat, dibawa untuk
mengikuti kisah cerita yang dapat menarik seluruh kedirian anak.
Lewat cerita anak itu anak akan memperoleh pengalaman yang
luar biasa yang setengahnya mustahil diperoleh dengan cara-cara
selain membaca sastra.
Dengan demikian, Imajinasi anak akan ikut berkembang sejalan
dengan cerita yang sedang dinikmatinya, mereka akan larut
dengan cerita dan dengan kemampuan imajinasinya nantinya dapat
mengembangkan dan memancing kreativitas, tapi bukan berarti
hanya mengkhayal saja tapi lebih pada bagaimana anak diasah
pemikiran yang kreatif. Jadi menanamkan anak untuk membaca
sastra sejak dini amat penting.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
35
d. Pertumbuhan rasa sosial
Bacaan pasti menghadirkan suatu cerita atau alur dalam cerita
tersebut, bagaimana tokoh-tokoh itu saling berinteraksi dengan
tokoh yang lain untuk saling bekerja sama, saling membantu,
bermain bersama, dan lain-lain yang berkisah dalam kehidupan
individu maupun masyarakat.
Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005) dalam kehidupan, anak
akan menyadari bahwa ada orang lain di luar dirinya, dan bahwa
orang akan saling membutuhkan. Kesadaran bahwa orang hidup
mesti dalam kebersamaan, rasa tertarik masuk dalam kelompok
sudah mulai terbentuk. Kesadaran inilah yang kemudian dapat
ditumbuhkembangkan dalam diri anak lewat bacaan sastra lewat
perilaku tokoh yang ada dalam cerita.
Jadi dengan anak memahami perilaku tokoh dalam cerita yang
mereka baca akan menumbuhkan sikap sosial pada mereka,
dengan begitu mereka akan meniru sikap dari tokoh yang telah
mereka baca.
e. Pertumbuhan rasa etis dan religius
Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) berpendapat bahwa dalam suatu
cerita adanya maksud untuk menunjang perkembangan perasaan
dan sikap etis serta reigius. Bahkan dalam cerita anak, mengingat
masih terbatasnya jangkauan berpikir dan bernalar, penyampaian
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
36
nilai-nilai pembentukan kepribadian tersebut terlihat langsung
dalam tingkah laku tokoh.
Jadi penanaman nilai sosial, moral, etika dan religius dapat
diperoleh lewat sikap dan perilaku hidup keseharian anak, serta
lewat bacaan cerita sastra yang juga menampilkan sikap dan
perilaku tokoh. Dengan demikian anak akan mengidentifikasi diri
dengan tokoh-tokoh yang baik agar nantinya tumbuh sikap dan
tokoh dari perilaku yang baik itu.
2. Nilai Pendidikan
a. Eksplorasi dan penemuan
Lewat kekuata imajinatif anak dibawa masuk ke sebuah
pengalaman yang jug imajinatif, pengalaman batin yang tidak
harus dialami secara faktual, yang sekaligus juga berfungsi
meningkatkan daya imajinatif. Dalam hal ini anak akan dibawa
untuk mampu melakukan penemuan-penemuan yang ada dalam
cerita atau membuat anak seperti detektif menebak-nebak,
menemukan jalan keluar dari suatu cerita. Berpikir secara logis dan
kritis yang demikian dapat dibiasakan lewat eksplorasi dan
penemuan-penemuan dalam bacaan cerita sastra ( Burhan
Nurgiyantoro : 2005 ).
Jadi pada hakikatnya ketika membaca cerita anak dituntut harus
melakukan sebuah ekplorasi dengan imajinasi agar memperoleh
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
37
penemuan baru, dengan pengalaman yang menyenangkan,
menegangkan, memuaskan lewat berbagai kisah dalam cerita dan
peristiwa.
b. Perkembangan bahasa
Sastra merupakan suatu karya seni yang menggunakan bahasa,
karena itu bahasa mempunyai peran penting di dalamnya.
Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) berhadapan dengan sastra
hampir selalu dapat diartikan sebagai berhadapan dengan kata-kata,
dengan bahasa. Lewat cerita yang diperolehnya kemudian ketika
kosakata anak sudah banyak, anak tidak saja belajar memahami
dunia melainkan juga kata-katanya itu sendiri. Anak akan belajar
cepat karena bahasa yang diperolehnya langsung berada dalam
konteks pemakaian yang sesungguhnya.
Jadi dalam bacaan sastra khususnya buat anak yang baik itu yang
tingkat bahasanya tidak sulit dijangkau anak, tetapi menggunakan
bahasa yang sederhana agar anak mudah dalam belajar bahasa.
c. Pengembangan nilai keindahan
Ketika anak diberikan suatu karya sastra, berupa nyanyian, puisi
ataupun cerita, mungkin belum sepenuhnya anak itu dapat
memahami makna di balik kata dan kalimat yang ada, tetapi
mereka sudah dapat merasakan keindahannya. Hal-hal seperti ini
dapat terlihat dari reaksi anak misalnya saja ketika anak membaca
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
38
sebuah cerita, terlihat wajah yang ceria dan bahkan mereka dapat
tertawa-tawa.
Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) sebagai salah satu bentuk
karya seni, sastra memiliki aspek keindahan. Keindahan dalam
genre fiksi seperti cerita pendek antara lain dapat dicapai lewat
penyajian cerita yang menarik, berbahasa yang tepat, artinya aspek
bahasa itu mampu mendukung hidupnya cerita, mendukung
ekspresi sikap dan perilaku tokoh, mendukung gagasan tentang
dunia yang disampaikan. Cerita menjadi indah karena isi kisahnya
mengharukan dan dikemas dalam bahasa yang menyenangkan.
Jadi dengan membaca sastra akan mendapat suatu rasa puas karena
terpenuhinya keindahan, adanya rasa puas ini menjadi nilai positif
sendiri bagi penikmat sastra itu yang nantinya dapat diperoleh,
diajarkan, dan dibiasakan lewat bacaan sastra. Dengan demikian
apabila anak merasa puas mereka akan senang membaca sastra
karena dengan sastra hidup semakin indah.
Selain itu menurut Heru Kurniawan ( 2009 : 21 ) konsep keindahan
yang ada pada sastra ini mengacu pada keindahan kehidupan yang
dilukiskan dan digambarkan dalam karya sastra, dan keindahan
bahasa yang digunakan untuk menyampaikan kehidupan tersebut,
dengan adanya estetika ( keindahan ) maka sastra diterima oleh
segenap masyarakat. Kenyataan ini bisa dilihat, misalnya pada
zaman dulu sampai sekarang, anak masih suka mendengarkan
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
39
cerita, baik sebagai pengantar tidur, atau pengantar pelajaran di
sekolah.
d. Penanaman wawasan multikultural
Adanya bacaan sastra, anak dapat bertemu dengan berbagai
pengalaman, wawasan yang mendunia yang terbagi menjadi
bermacam-macam kelompok sosial maupun budayanya.
Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) berpendapat bahwa lewat sastra
dapat dijumpai berbagai sikap dan perilaku hidup yang
mencerminkan budaya suatu masyarakat yang berbeda dengan
masyarakat lain. Adanya cerita tradisional, modern, dan lain-lain
itu masing-masing mempunyai wawasan tersendiri. Dengan
membaca dari berbagai kelompok tidak hanya akan diperoleh
kenikmatan membaca cerita,tetapi juga pengetahuan dan
pemahaman. Adanya bacaan yang tertanam akan menimbulkan
suatu kesadaran dalam diri anak bahwa ada budaya lain selain
budaya sendiri dan menjadikan munculnya kesadaran untuk
menghargainya.
Norton dan Norton ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 )
menyatakan bahwa dengan pembacaan buku sastra merupakan
salah satu cara dan sumber penting pembelajaran wawasan
multikultural karena akan memberanikan anak untuk
mengidentifikasi dan mengapresiasikan kemiripan dan perbedaan
lintas budaya.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
40
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam hidup bermasyarakat harus
sadar ada budaya lain selain budaya sendiri, ada orang lain selain
diri sendiri. Hal ini harus ditanamkan sejak dini pada anak-anak.
Selain itu kita juga harus pintar dalam memilih buku bacaan cerita
yang di dalam cerita tersebut mengajarkan adanya perbedaan
budaya yang terlihat melalui sikap dan perilaku tokoh.
e. Penanaman kebiasaan membaca
Kemajuan iptek dan ekonomi harus diusahakan dengan penuh
kesadaran. Untuk itu haruslah ditanamkan kepada anak bangsa
adalah kemauan membaca. Budaya membaca ini harus
ditumbuhkan sejak dini dan sangat efektif dimulai dengan bacaan
sastra. Peran bacaan sastra selain ikut membentuk kepribadian
anak, juga menumbuhkan dan mengembangkan rasa ingin dan mau
membaca, yang akhirnya membaca tidak terbatas hanya pada
bacaan sastra. Sastra dapat memotiasi anak untuk mau membaca
( Burhan Nurgiyantoro, 2005 ).
Pentingnya budaya membaca juga telah ditegaskan oleh Taufik
Ismail ( dalam Burhan Nurgiyantoro 2005 ) dalam tulisannya yang
berjudul “Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang
Mengarang” bahwa sastra diyakini mampu memotivasi anak untuk
suka membaca, mampu mengembalikan anak kepada buku. Tentu
saja hal itu harus diusahakan dan difasilitasi dengan baik.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
41
Misalnya, dengan penyediaan buku bacaan yang baik dan menarik
di sekolah.
Jadi dapat disimpulkan untuk mampu membuat anak senang
membaca harus adanya usaha serta fasilitas agar anak tertarik pada
buku-buku bacaan sastra. Mengusahakan untuk membuang rasa
malas membaca sedikit demi sedikit.
D. Pembelajaran Berbicara
1. Hakikat Berbicara
Bahasa merupakan alat komunikasi yang umum dalam masyarakat.
Bahasa diucapkan dan didengar, bukan ditulis, dan dibaca. Menurut
Slamet ( 2007 ) seseorang yang memiliki kemampuan berbicara akan
lebih mudah dalam menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain,
keberhasilan menggunakan ide itu sehingga dapat diterima oleh orang
yang mendengarkan atau yang diajak bicara. Berbicara adalah tingkah
laku yang harus dipelajari dulu kemudian bisa dikuasai. Keterampilan
berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak
berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara.
Dalam belajar dan berlatih, seseorang perlu dilatih pelafalan,
pengucapan, pengontrolan suara, pengendalian diri, pengontrolan gerak-
gerik tubuh, pemilihan kata, kalimat dan intonasinya, penggunaan bahasa
yang baik dan benar dan pengorganisasian ide. Berbicara paling sedikit
dapat dimanfaatkan untuk dua hal. Pertama, untuk mengkomunikasikan
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
42
ide, perasaan, dan kemauan. Kedua, berbicara dapat juga dimanfaatkan
untuk lebih menambah pengetahuan dan cakrawala pengalaman. Bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut
aturan tertentu agar bermakna. Berbicara pada hakikatnya merupakan
suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan
dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam proses komunikasi terjadi
pemindahan dari komunikator ( pembicara ) kepada komunikan
( pendengar ).
2. Pengertian Berbicara
Berbicara sebagai suatu keterampilan dan suatu kebutuhan yang
diperlukan untuk berbaga keperluan. Menurut Iskandarwassid ( 2009 )
Keterampilan Bahasa ini sebagai alat komunikasi verbal. Keterampilan
berbahasa berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari
pembicara dalam membentuk sebuah kalimat sehingga mampu
menyajikan sebuah makna. Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro (
2010 ) Keterampilan berbahasa atau kemampuan berbahasa merupakan
kemampuannya untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain,
adanya pemahaman terhadap bahasa yang dituturkan oleh pihak lain
tersebut dapat melalui sarana bunyi atau sarana tulisan .
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berbahasa itu adalah sarana komunikasi yang dilakukan seseorang untuk
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
43
menyampaikan informasi kepada orang lain dengan tutur kata baik itu
lisan atau tertulis.
Keterampilan berbahasa itu sendiri meliputi menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Setiap ketrampilan itu erat sekali berhubungan
dengan tiga ketrampilan lainnya.
3. Kemampuan Berbicara
Kegiatan berbicara pada umumnya merupakan aktivitas memberi
dan menerima bahasa, menyampaikan gagasan dan pesan kepada lawan
bicara dan pada waktu yang bersamaan menerima gagasan kepada awan
pembicara tersebut dan untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara
baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang
bersangkutan. Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2010 ) Berbicara adalah
aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan
bahasa setelah mendengarkan. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa
secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata
yang bersangkutan. Di samping itu diperlukan juga penguasaan masalah
dan atau gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami
bahasa lawan bicara. Kemampuan berbicara seharusnya mendapat
perhatian yang cukup dalam pembelajaran bahasa dan tes kemampuan
berbahasa.
Berbicara lebih daripada sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau
kata-kata. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
44
ggasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
pendengar atau penyimak ( Slamet : 2007 ). Sedangkan menurut
Iskandarwassid ( 2009:241 ) Keterampilan berbicara merupakan
keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikuasi untuk
menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada
oranglain.
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi arti untuk mengungkapkan, menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan, sedangkan tujuan dari berbicara adalah untuk berkomunikasi .
Siswa dikatakan sudah mampu bercerita dalam menceritakan kembali isi
bacaan atau dongeng apabila pendengar paham dan mengerti apa yang
telah disampaikan dan pendengar pun dapat menangkap isi pembicaraan
yang disampaikan dengan bahasa sendiri tidak harus sama persis dengan
isi bacaan atau dongeng. Pembicara selain harus memberikan kesan
bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, juga harus
memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu juga harus jelas
dan tepat. ( Maidar, 1987:17 ).
Dari beberapa pendapat diatas bahwa kemampuan berbicara adalah
suatu kegiatan mengucapkan bunyi secara lisan yang disampaikan
dengan baik kepada pendengar, dimana pendengar itu mengerti dan
paham apa yang telah disampaikan pembicara.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
45
4. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, dan kemauan secara efektif,
seyogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan ( Slamet : 2007 ).
Tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan
bahwa peserta didik dapat :
a. Melafalkan bunyi-bunyi bahasa
Mampu untuk melafalkan secara baik, tepat dan benar.
b. Menyampaikan informasi
Seorang pembicara harus bisa menyampaikan informasi yang telah
dibaca atau didengar kepada pendengar .
c. Menyatakan setuju atau tidak setuju
Pembicara harus bisa bersikap atas dasar apa yang dibicarakan.
d. Menjelaskan identitas diri
Dengan mampu berbicara kita sebagai pembicara dapat
memperkenalkan siapa diri kita, mengungkapkan identitas diri kita
dengan baik.
e. Menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan
Berbicara tidak lepas dari suatu bacaan, dengan kita membaca dari hal
itu kita menemukan suatu bacaan yang bisa kita ceritakan kembali
dengan bahasanya sendiri.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
46
f. Menyatakan ungkapan rasa hormat
Berbicara menjadikan sarana berekspresi diri dan mengungkapkan
atau menyampaikan perasaan atau ungkapan kepada orang lain.
g. Bermain peran
Dengan berbicara kita dapat menggunakan bahasa dalam konteks
komunikasi maupun dalam pembelajaran, misanya saja dalam
pelajaran Bahasa Indonesia. Kita dapat menggunakannya dengan cara
bermain peran bersama teman sehingga kemampuan berbicara kita
semakin terlatih ( Iskandarwassid, 2009:286 ).
Adapun tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian
pada siswa yaitu :
b. Kemudahan berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk
berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan
keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan dan
peserta didik mengembangkan kepercayaan yang tumbuh
melalui latihan.
c. Kejelasan
Peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi
maupun diksi kalimat-kalimatnya.
d. Bertanggung Jawab
Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk
bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
47
dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik
pembicaraan, tujuan pemicaraan, siapa yang diajak berbicara,
dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya.
Latihan demikian akan menghindarkan peserta didik dari
berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah
yang mengelabui kebenaran
e. Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan
keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi
tujuan. Peserta didik perlu belajar untuk dapat mengevaluasi
kata-kata, niat, dan tujuan pembicara.
f. Membentuk kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan
berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam
bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk
kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang.
5. Jenis-jenis Berbicara
Berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu. Berbicara
sebagai seni menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam
masyarakat, yang menjadi perhatiannya antara lain :
a) Berbicara di muka umum
b) Diskusi kelompok
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
48
c) Debat
Berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal antara lain :
a) Mekanisme berbicara dan mendengar
b) Latihan dasar tentang ujaran dan suara
c) Bunyi-bunyi bahasa
d) Patologi ujaran.
Berbicara dapat berlangsung dalam situasi, suasana, dan
lingkungan tertentu, dan lingkungan formal, pembicara dituntut
secara formal pula. Misalnya, berpidato, berdiskusi, ceramah,
wawancara, dan bercerita. Sebaliknya, dalam suasana atau situasi
informal pembicara santai atau tidak formal ( Slamet, 2007:37 ).
6. Faktor Penunjang Berbicara
a. Ketepatan Ucapan ( Lafal )
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi yang kurang
tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar ( Maidar Arsjad,
1987).
Memahami lafal merupakan sesuatu hal yang penting
mengingat bahasa Indonesia terdiri dari berbagai daerah dan suku
yang mempunyai lafal masing-masing dalam pengucapan bunyi
bahasanya ( Erien Komaruddin, 2007 ).
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
49
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengucapan
bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau kurang lengkap akan
menimbulkan hal yang rancu, kebosanan, kurang menyenangkan dan
kurang menarik dan dapat juga membuat pendengar mengalihkan
perhatiannya serta mengganggu komunikasi.
b. Penempatan tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang sesuai (
Intonasi )
Intonasi akan mempunyai daya tarik tersendiri dalam
berbicara, bahkan menjadi faktor penentu.
Menurut Erien Komaruddin ( 2007:5 ) Intonasi adalah lagu
kalimat atau ucapan yang ditekankan pada suku kata atau kata
sehingga bagian itu lebih keras ( tinggi ) ucapannya dari bagian yang
lain, karena tidak semua kata mendapat tekanan yang sama, biasaya
hanya ata yang penting saja yang diberi tekanan.
Menurut Maidar Arsjad ( 1987 ) apabila penempatan tekanan,
nada, sendi dan durasi yang sesuai akan menarik perhatian dari
pendengar tapi jika kurang sesuai maka pokok pembicaraan atau
pesan yang disampaikan kurang diperhatikan.
Jadi perhatian pendengar dapat beralih kepada cara berbicara
pembicara, apabila intonasi kurang jelas dapat mengakibatkan
komunikasi terganggu.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
50
c. Pilihan Kata ( Diksi )
Dalam melakukan menulis maupun berbicara diperlukan
kosakata yang cukup banyak. Penguasaan sejumlah besar kata
memungkinkan seseorang mampu menguasai beberapa keterampilan
berbahasa.
Menurut Gorys Keraf dalam Slamet ( 2007 ) bahwa
kemampuan memilih kata adalah kemampuan membedakan secara
tepat nuansa-nuansa kata sesuai dengan gagasan yang ingin
disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh beberapa kelompok.
Pilihan kata ini ada dua hal yaitu ketepatan dan kesesuaian
menggunakan kata-kata. Selanjutnya menurt Slamet ( 2007:118 )
dalam ketepatan pilihan kata mempersoalkan tepat tidaknya kata
yang dipakai sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang
berlainan. Kemudian tentang kesesuaian pilihan kata mempersoalkan
sesuai tidaknya kata yang digunakan sehingga tidak merusak suasana
atau menyinggung perasaan pembaca atau pendengar.
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi agar dapat
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan
lebih terangsang dan akan lebih paham apabila kata-kata yang
digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Pendengar
akan lebih suka atau lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
51
pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya
( Maidar Arsjad, 1987 ).
Jadi dapat disimpulkan dalam melakukan komunikasi
dengan bahasa penguasaan kosakata yang lebih banyak lebih
memungkinkan pembicara untuk menyampaikan pikiran atau
perasaan yang lebih luas.
d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Pembicara yang menggunakan kaimat efektif akan
memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Seorang
pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang
mengena pada sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh,
menginggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.Apa yang
diampaikan dan apa yang diterima itu mungkin berupa ide, gagasan,
pesan, pengertian, dan informasi ( Maidar Arsjad, 1987 ).
Jadi dalam komunikasi kalimat yang efektif mampu membuat
isi atau maksud yang disampaikan dapat tergambar lengkap oleh
pendengar seperti apa yang dimaksud pembicara.
Adapun faktor-faktor nonkebahasaan sebagai penunjang keefektifan
berbicara menurur Maidar Arsjad ( 1987 ) antara lain :
a. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak baku
Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku akan
memberikan kesa pertama yang kurang menarik. Dari sikap
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
52
yang wajar saja sebenarnya pembicara sudah dapat
menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Sikap ini sangat
banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi.
Penguasaan materi yang baik, setidaknya akan menghilangkan
kegugupan. Sikap ini memerlukan latihan agar rasa gugup akan
hilang dan akan timbul sikap tenang dan wajar ( Maidar Arsjad,
1987 ).
Jadi dalam berbicara, agar dapat berbicara secara tenang,
harus perlu latihan, karena ini merupakan modal untuk
kesuksesan berbicara.
b. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
Agar terlibat dalam kegiatan berbicara, pandangan
pembicara sangat membantu . Maidar Arsjad ( 1987 )
menyatakan pandangan yang hanya tertuju pada satu arah, akan
menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Banyak
pembicara kita saksikan berbicara tidak memperhatikan
pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping, atau menunduk.
Akibatnya perhatian pendengar berkurang ( Maidar Arsjad,
1987 ).
Jadi Pembicara yang baik, haruslah dapat membuat
pendengar merasa terlibat dan diperhatikan dengan
memperhatikan pendengar.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
53
c. Kesediaan menghargai pendapat orang lain
Ketika menyampaikan isi pembicaraan, seseorang
pembicara hendaknya memilih sikap terbuka dalam arti dapat
menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik,
bersedia mengubah pendapatnya kalau memang keliru ( Maidar
Arsjad, 1987 ). Jadi ketika pembicara menyampaikan isi
pembicaraan, tidak berarti si pembicara begitu saja mengikuti
pendapat orang lain dan mengubah pendapatnya, tetapi
pembicar juga peru mempertahankan pendapatnya dan dapat
meyakinkan orang lain dengan dikuatkan dengan berbagai
argumen yang kuat.
d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Berbicara selain mengeluarkan bunyi-bunyi melalui mulut,
juga harus dilihat bagaimana gerak-gerik mimik saat berbicara.
Apabila gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang
keefektifan berbicara. Menurut Maidar Arsjad ( 1987 ) ada hal-
hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu
dengan gerak tangan atau mimik. Hal seperti ini menjadikan
suasana atau komunikasi menjadi hidup, artinya tidak kaku.
Selain itu adanya gerakan yang berlebihan juga dapat
mengganggu keefektifan berbicara.
Jadi dalam berbicara penggunaan gerak-gerik dan mimik
yang tepat dapat menunjang berbicara, namun penggunaan
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
54
gerak-gerik serta mimik saat berbicara tidak boleh terlalu
berlebihan agar tidak mengganggu, karena dapat menjadikan
pesan yang disampaikan pembicara kurang dipahami.
e. Kenyaringan suara juga sangat menentukan
Suara yang nyaring mempengaruhi keefektifan pula saat
berbicara namun dalam berbicara harus melihat kondisi sekitar
dan perlu diperhatikan jangan berteriak. Menurut Maidar Arsjad
( 1987 ) tingkat kenyaringan ditetukan dan disesuaikan dengan
situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik.
Jadi saat berbicara kita perlu mengatur kenyaringan suara
kita supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas,
karena biasanya ada gangguan dari luar yang dapat mengganggu
pendengar untuk mendengarkan pembicara.
f. Kelancaran
Dalam berbicara diperlukan kelancaran, agar pendengar
dapat mendengar jelas apa yang dimaksud oleh pembicara. Menurut
Maidar Arsjad ( 1987 : 21 ) Seorang pembicara yang lancar
berbicara memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya
dan pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan
pendengar menangkap pokok pembicaraannya.
Jadi kelancaran dalam berbicara sangat penting dan
berpengaruh terhadap proses berbicara yang dilakukan seseorang,
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
55
agar berbicara itu sesuai dengan apa yang kita inginkan, kata demi
kata, kalimat demi kalimat kita ucapkan secara jelas dan lancar, serta
mengurangi kecepatan dalam berbicara, karena apabila terlalu cepat
menyulitkan pendengar menangkap pembicaraannya.
g. Relevansi/Penalaran
Suatu bacaan terdapat pokok pembicaraan atau inti yang
biasa disebut gagasan. Setiap gagasan yang terdapat dalam bacaan
haruslah logis. Menurut Maidar Arsjad ( 1987 ) setiap kata atau
kalimat yang disampaikan oleh pembicara harus saling berhubungan,
hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan memang
berhubungan dengan pokok pembicaraan.
Jadi apabila dalam suatu bacaan ketika pembicara itu
berbicara tetapi dalam setiap kalimat atau satu kalimat dengan
kalimat lain itu tidak saling berhubungan atau bermakna rancu dapat
menjadikannya tidak logis, sehingga apa yang dibicarakan itu tidak
sesuai dengan apa yang ada dalam pokok pembicaraan.
h. Penguasaan Topik
Diperlukan persiapan saat akan berbicara, karena berbicara tidak
hanya asal berbicara tapi juga harus mengetahui apa yang akan
dibicarakan, selain itu harus mengetahui topik yang perlu dikuasai.
Menurut Maidar Arsjad ( 1987 ) Tujuan berbicara yang memerlukan
persiapan tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai.
Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
56
kelancaran. Penguasaan topik menjadi suatu hal yang penting dan
bahkan menjadi faktor utama dalam berbicara.
E. Pembelajaran Membaca
1. Hakikat Membaca
Membaca pada hakikatnya perlu dimiliki oleh setiap orang.
Tarigan ( dalam Slamet, 2007 ) menyatakan bahwa membaca merupakan
suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis.
Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2010 ) kegiatan membaca
merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain
melalui sarana tulisan. Pada hakikatnya huruf atau tulisan hanyalah
lambang bunyi bahasa tertentu. Oleh karena itu, dalam kegiatan
membaca kita harus mengenali bahwa lambang tulis tertentu itu mewakili
bunyi tertentu yang mengandung makna tertentu pula.
Sedangkan menurut Slamet ( 2007 ) membaca merupakan
penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiring
curahan jiwa dalam mengahayati naskah.
Dari pendapat diatas, membaca merupakan suatu proses
pengahayatan atau menmbunyikan dari lambang tulisan yang telah kita
baca yang nantinya kita dapat memahami dan mengerti apa makna yang
ada dalam cerita yang telah kita baca.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
57
2. Pengertian Membaca
Membaca merupakan suatu proses membunyikan huruf yang telah
dibaca. Menurut Novi Resimini ( 2008:233 ) Membaca merupakan salah
satu keterampilan berbahasa , selain menyimak, berbicara, dan menulis,
dalam membaca seseorang harus berinteraksi melalui teks ( tulisan ) .
Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2010 ) membaca merupakan
aktivitas berbahasa yang bersifat reseptif kedua setelah menyimak,
adanya hubungan yang tidak langsung antara penutur dan penerima tetapi
menggunakan lambang tulisan.
Jadi membaca dapat diartikan sebagai pengucapan lambang-
lambang yang tertulis yang mendapatkan sebuah makna yang dapat
dimengerti oleh pembaca.
3. Kemampuan membaca
Berlatih membaca dapat dilakukan secara bebas, dan bersifat
individu. Membaca suatu kegiatan yang penting dan perlu dimiliki oleh
setiap orang karena itu kita perlu mengetahui apa pengertian dai
membaca. Menurut Slamet ( 2007 ) kemampuan membaca adalah
pengungkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiring
curahan jiwa dalam menghayati naskah. Membaca bukan hanya sekedar
menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah
rangkaian kata/kalimat yang dilafalkan tersebut dipahami atau tidak,
melainkan lebih daripada itu.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
58
Kemampuan membaca mempunyai banyak tujuan, menurut
Burhan Nurgiyantoro( 2010 ) dengan kita mampu membaca kita dapat
memperoleh dan menanggapi informasi, memerluas pengetahuan,
memeroleh hiburan dan menyenangkan hati, dan lain-lain.
Dari pendapat diatas bahwa membaca merupakan suatu aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan individu memahami tulisan dengan
seksama sehingga menghasilkan bunyi-bunyi dari huruf tersebut dengan
bahasa yang baik dan benar serta diperlukan pemahaman dalam kegiatan
membaca tersebut. Untuk memperoleh pemahaman bacaan, seorang
pembaca memerlukan pengetahuan kebahasaan dan nonkebahasaan.
Bahkan adanya keluasan latar belakang pengetahuan dan pengalaman
pembaca yang menjadikan bekal untuk mencapai keberhasilan membaca.
Keterampilan membaca itu penting. Membaca memiliki dua
aktivitas yang dilakukan oleh pembaca yakni, membaca sebagai proses
dan membaca sebagai produk. Membaca adalah berinteraksi dengan teks.
Teks merupakan area pembelajaran menulis. Artinya, peningkatan
kemampuan siswa untuk terampil membaca hanya bisa dilaksanakan
apabila siswa belajar berinteraksi melalui teks ( Novi Resmini,
2008:235 ).
Untuk mampu membaca dengan sepenuh hati atau membaca
dengan baik, adanya kemauan untuk membaca itu juga sangat penting.
Apabila kita mampu tapi tidak ada kemauan membaca tidak akan
berjalan dengan baik.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
59
4. Keterampilan Membaca Dengan Maksud Menceritakan Kembali Isi
Cerita Pendek
Menurut Slamet ( 2009:66 ) Membaca bukanlah sekedar
menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah
rangkaian kata/kalimat yang dilafalkan tersebut dipahami atau tidak,
melainkan lebih daripada itu.
Menceritakan kembali suatu cerita merupakan salah satu membaca
pemahaman yang dilakukan oleh siswa, dilakukan untuk mengungkap,
bercerita kembali tentang isi dari apa yang telah dibaca.
Mengungkapkan kembali merupakan suatu tes untuk mengetahui
apakah pembaca atau siswa itu telah menemukan suatu yang telah dicari
dalam cerita tersebut. Pembaca atau siswa tidak dapat menceritakan
kembali isi cerita tanpa mencerna cerita dengan baik.
Kegiatan membaca merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat
reseptif kedua setelah menyimak. Penyampaian informasi melalui sarana
tulis untuk berbagai keperluan. Aktivitas membaca tentang berbagai
sumber informasi tersebut akan membuka dan memperluas dunia
seseorang.
F. Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita Pendek
1. Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata mampu yatu sanggup. Menurut
Poerwadarminta ( 2007:742 ) kemampuan berarti mampu atau sanggup
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
60
melakukan sesuatu dengan demikian kemampuan berarti kesanggupan
melakukan sesuatu.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (
2007:707 ) kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (
bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta
berlebihan).
Dengan demikian, kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam
melakukan sesuatu dan kesangguan melakukan sesuatu berdasarkan
potensi yang dimiliki. Jadi seseorang dikatakan mampu apabila seseorang
itu bisa melakukan sesuatu yang harus dia lakukan.
2. Pembelajaran Menceritakan Kembali Isi Cerita Pendek
Pemberian tugas kepada siswa untuk menceritakan kembali
bacaan ata cerita merupakan kegiatan yang harus diakrabi oleh guru.
Menceritakan kembali isi bacaan atau cerita merupakan pembelajaran
berbicara sastra. Pembelajaran tersebut sesuai dengan kompetensi
dasarnya siswa diarahkan untuk terampil berbicara sekaligus melakukan
apresiasi sastra. Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dalam
pembacaan bacaan, yaitu pengenalan terhadap karateristik cerita dan
pengenalan terhadap pendengar atau komunikan dalam berbicara.
Pembelajaran berbicara agar siswa memiliki kemampuan untuk
menceritakan kembali suatu cerita yang dibacanya dengan bahasanya
sendiri. Hal ini akan menjadikan siswa terampil berbicara dengan nalar
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
61
yang baik, mampu menyusun kata menjadi kalimat runut dan
mengkomunikasikan menjadi sebuah cerita.
Menceritakan kembali suatu cerita merupakan aspek membaca
nyaring yang melibatkan berbagai aspek, seperti pelafalan, intonasi, jeda,
sesuai dengan isi dan situasi, kelancaran. Itu semua ditetapkan dalam
kegiatan membaca bersuara dalam hal bercerita. Dengan demikian
nantinya akan diperoleh hasil membaca secara utuh. Bercerita ini
dilakukan secara lugas, datar, wajar, realistik, dan eskak ( Slamet,
2009:80 ).
Menceritakan suatu cerita pendek ada dua hal yang dituntut untuk
dikuasai siswa, yaitu unsur linguistik ( bagaimana cara bercerita ) dan
unsur “apa” yang diceritakan yaitu ketepatan, kelancaran, dan kejelasan
cerita. ( Burhan Nurgiyantoro, 2010 ).
Tugas ini terutama dimaksudkan untuk mengukur kompetensi
pemahaman isi dan informasi yang terkandung dalam wacana yang
disampaikan. Penilaian terhadap kinerja siswa selain memperhitungkan
ketepatan unsur kebahasaan, juga harus melibatkan ketepatan dan
keakuratan isi atau infomasi yang didengar atau dibaca harus
konstekstual, relevan, dan sesuai dengan perkembangan pengalaman
siswa ( Burhan Nurgiyantoro : 2010 ).
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
62
Menceritakan kembali isi cerpen
Kompetensi DasarMenceritakan kembali isi cerpen
secara lisan
Indikator
1. menentukan bagian bagian cerita
dengan tahap dalam alur cerita
2. menceritakan kembali secara
lisan isi cerpen sesuai dengan isi
dan alur
Kisi kisi dalam unjuk kerja kemampuan menceritakan kembali isi
cerpen
No
Aspek kemampuan
menceritakan kembali
isi cerpen
kegiatan
a. Kata/kalimatnya dilafalkn
secara tepat dan jelas
b. Bercerita secara lancar,
tidak tersendat-sendat
a. Isi cerita sesuai dengn isi
cerpenb. Cerita dikisahkan secara
runtut
a. Intonasi bervariasi sesuai
dengan suasana yang
diceritakan
b. Intonasi diucapkan secara
jelas
a. Menggunakan pilihan kata
yang tepat
b. Menggunakan kalimat yang
sederhana dan komunikatif
4. Diksi atau pilihan kata
Lafal1.
2. Keruntutan cerita
3. Intonasi
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
63
G. Cerita Pendek
1. Pengertian Cerita Pendek
Pada pelajaran Bahasa Indonesia pasti berkaitan dengan
pembelajaran kesastraan, adapun pelajaran sastra dalam hal ini mengenai
cerita pendek atau cerpen. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (
2007 ) Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen menurut
kamus adalah suatu bentuk prosanaratiffiktif. Cerita pendek cenderung
padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang
lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel.
Sedangkan menurut Allan Poe dalam Nurgiyantoro. Cerita pendek
diartikan sebagai bacaan singkat, yang dapat dibaca sekali duduk, dalam
waktu setengah sampai dua jam, genrenya mempunyai efek tunggal,
karakter, plot dan setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak
kompleks (Pengarang) cerpen tidak melukiskan seluk beluk kehidupan
tokohnya secara menyeluruh, melainkan hanya menampilkan bagian –
bagian penting kehidupan tokoh yang berfungsi untuk mendukung cerita
tersebut yang juga bertujuan untuk menghemat penulisan cerita karena
terbatasnya ruang yang ada.
Sedangkan menurut Erien Komaruddin ( 2008 ) Cerita pendek atau
cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra yang diakui
keberadaannya di samping novel, puisi, dan drama. Cerita pendek
memang relatif tidak terlalu panjang dan dapat dibaca dalam waktu
singkat. Meskipun wujudnya relatif pendek, cerita pendek menceritakan
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
64
pesoalan manusia dengan lika liku kehidupannya. Oleh sebab itu, dengan
mengakrabi cerita pendek, kita dapat memetik manfaat dari pesan-pesan
yang dikandungnya.
Jadi cerita pendek merupakan suatu bacaan yang dibaca sekali
duduk yang langsung bisa dicerna isi yang ada didalam cerita dan
didalamnya terdapat pesan yang dapat diambil.
2. Cerita Pendek Anak
Menurut Nurgiyantoro ( 2005:218 ) Sastra adalah cerita
kehidupan, gambaran kehidupan. Cerita pendek anak adalah cerita yang
menceritakan tentang gambar-gambar dan binatang-binatang maupun
manusia dengan lingkungan.
Cerita anak tergambar adanya peristiwa kehidupan karakter tokoh
dalam menjalani kehidupan yang terdapat pada alur cerita. Menurut
Burhan Nurgiyantoro ( 2005:35 ) Cerita anak adalah cerita yang di mana
anak merupakan subjek yang menjadi fokos perhatian. Tokoh cerita anak
boleh siapa saja, namun mesti ada anak-anaknya, dan tokoh anak itu
tidak hanya menjadi pusat perhatian, tetapi juga pusat pengisahan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerita anak adalah
cerita yang berisikan tentang kehidupan anak yang diangkat dari anak-
anak itu sendiri.
3. Kemampuan Membaca Kembali Cerpen Anak
Kemampuan membaca merupakan suatu kegiatan dalam bentuk
berkomunikasi dengan diri sendiri melalui lambang tertulis. Kemampuan
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
65
membaca kembali cerpen anak berarti pembaca itu melakukan kegiatan
yaitu membaca cerpen dimana cerpen yang telah dibaca itu dipahami dan
dimengerti dengan baik. Kemampuan membaca dalam hal ini berarti
kesanggupannya dalam menceritakan kembali atau membaca kembali
cerita yang telah dibaca. Makna yang diambil dalam cerita tidak hanya
terdapat pada yang tertulis saja tapi terletak juga pada pikiran pembaca
itu sendiri. Ketepatan makna yang terdapat dalam cerita hanya pembaca
itu sendiri yang dapat mengartikan tergantung dari cara pembaca itu
memahami dan mengerti, apabila pembaca itu dapat atau mampu
membaca sekaligus mengerti apa yang telah dibacanya pasti makna atau
isi cerita dapat disampaikan dengan baik.
H. Penelitian Yang Relevan
Penelitian oleh Hermawan Adi Nugroho jurusan Pendidikan Bahasa
Indonesia dan Sastra IKIP PGRI Semarang yang berjudul Hubungan
kemampuan menganalisis kasual dengan kemampuan menceritakan kembali
isi cerpen pada siswa kelas V MI Manbaul Ulum Bermi Kecamatan Gombong
Kabupaten Pati tahun 2008/2009. Dalam penelitian Hermawan
mengidentifikasi apakah ada hubungan dalam kemampuan kasual dengan
kemampuan menceritakan kembali isi cerpen. Penelitian yang dilakukan
Hermawan telah berhasil membuktiktan bahwa ada hubungan kausal dengan
menceritakan kembali isi cerpen, karena apabila siswa mampu
berkemampuan kasual maka siswa mempunyai kemampuan menceritakan
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
66
kembali isi cerpen dengan baik. Untuk selanjutnya, penelitian tentang
hubungan kemampuan kasual dengan kemampuan menceritakan kembali isi
cerpen tersebut menjadi relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
karena penelitian yang akan dilakukan, peneliti membahas analisis
kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerpen.
Dari penelitian tersebut terlihat bahwa suatu pembelajaran harus
diperhatikan, baik itu proses pembelajarannya, maupun tingkat
kemampuan siswa terhadap suatu aspek pembelajaran khususnya Bahasa
Indonesia karena peneliti melihat ada kekurangan siswa dalam
kemampuan berbicara maka dari itu peneliti lebih menggali bagaimana
kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerpen yang nantinya
dapat memberikan motivasi bagi guru agar dapat memaksimalkan
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada pengajaran berbicara.
I. Kerangka Pikir
Kondisi saat ini guru dalam melakukan pembelajaran masih belum
dapat memaksimalkan siswa untuk lebih aktif dan terjun ke pengalaman
langsung, mereka hanya dituntut untuk mengikuti pembelajaran yang
sudah berjalan. Khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
terdapat banyak aspek yang harus dikuasai siswa dalam kemampuan
berbahasa, yaitu ada kemampuan membaca, menyimak, menulis dan
berbicara. Semua keterampilan itu harus bisa dikuasai siswa. Khususnya
dalam aspek berbicara yaitu komunikasi lisan, kebanyakan guru belum
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
67
dapat memaksimalkan keterampilan berbicaranya, guru masih
mengedepankan aspek menulis, evaluasi pun menggunakan tes tertulis,
siswa belum dilihat kemampuannya dalam berbicara, sehingga kita tidak
tahu apakah siswa sudah mampu melakukan keterampilan berbicara secara
baik atau belum, dan apakah siswa mengalami kesulitan atau tidak dalam
melakukan keterampilan berbicara khususnya dalam menceritakan kembali
isi bacaan atau cerita pendek.
Peneliti tertarik untuk melihat seberapa jauh kemampuan siswa
dalam menceritakan kembali isi bacaan atau cerita, apakah siswa
mengalami kesulitan atau tidak. Peneliti berharap dengan adanya
penelitian ini bisa bermanfaat untuk ke depannya dan membuka jendela
kita sebagai calon guru dan bagi para guru untuk lebih menggali potensi
siswa, kemampuan siswa agar tidak jalan di tempat saja tapi terus berjalan
agar nantinya pun siswa lebih pandai dalam menguasai keterampilan
berbahasa secara keseluruhan.
Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014