bab ii tinjauan pustaka a. pelayanan gizi rumah...
TRANSCRIPT
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Pelayanan gizi merupakan suatu pelayanan yang bertujuan membantu
masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit untuk
memperoleh makanan yang sesuai guna mencapai status gizi yang sebaik –
baiknya (DepKes, 1991).
1. Pengadaan Makanan
Proses kegiatan pengadaan makanan meliputi perencanaan anggaran
belanja, perencanaan menu, perhitungan kebutuhan bahan makanan,
pembelian bahan makanan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
bahan makanan persiapan (Depkes RI, 1991).
2. Pelayanan Gizi di Ruang Rawat
Serangkaian proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan hingga
evaluasi diit pasien di ruang rawat. Pelaksanaan kegiatan Pelayanan Gizi
di ruang rawat meliputi; membaca catatan medik pasien dan
menganamnase makanan, merancang diit, penyuluhan konsultasi gizi,
pemesanan makanan ke dapur utama, monitoring dan evaluasi diit,
pengiriman daftar permintaan makanan dari ruangan, melakukan
pengawasan, pencatatan dan pelaporan ke unit terkait.
3. Penyuluhan Konsultasi dan Rujukan Gizi
Serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian
sikap serta perilaku positif pasien dan lingkungannya terhadap upaya
peningkatan gizi dan kesehatan.
4. Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan
Kegiatan penelitian dan pengembangan adalah serangkaian kegiatan
instalasi gizi dalam upaya mendapatkan cara yang berdaya guna dan
berhasil guna dalam meningkatkan kualitas pelayanan gizi, dengan
melibatkan dan menggunakan dana dan sarana yang tersedia.
2
B. Variasi Menu
Variasi menu adalah susunan golongan bahan makanan yang terdapat
dalam satu hidangan berbeda pada tiap kali penyajian. Variasi menu
makanan Indonesia umumnya tidak serumit variasi menu makanan Eropa.
Menu yang dianggap lazim di semua daerah di Indonesia umumnya terdiri
dari susunan variasi hidangan sebagai berikut (Moehyi, 1992):
1. Hidangan makanan pokok, hidangan ini umumnya terdiri dari nasi.
Berbagai variasi makanan nasi sering digunakan dalam berbagai
hidangan, seperti nasi uduk, nasi kuning, nasi tim. Disebut makanan
pokok karena dari makanan ini tubuh memperoleh sebagian besar zat
tenaga yang diperlukan tubuh.
2. Hidangan lauk pauk. Hidangan ini berupa masakan yang bervariasi yang
terbuat dari bahan makanan hewani atau nabati, atau gabungan keduanya,
bahan makanan hewani yang digunakan dapat berupa daging sapi, ayam,
ikan, telur, udang, atau berbagai jenis hasil laut. Lauk pauk nabati
biasanya berbahan dasar kacang-kacangan atau hasil olahan seperti tahu
dan tempe.
3. Hidangan sayur mayur. Biasanya hidangan ini berupa masakan yang
berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi agar mudah ditelan.
Hidangan makanan ini bisa terdiri dari gabungan jenis makanan sayur
berkuah dan tidak berkuah.
4. Hidangan buah-buahan. Buah biasanya disajikan dalam bentuk segar
maupun sudah diolah seperti setup dan sari buah. Hidangan ini berfungsi
seperti penghilang rasa kurang sedap sehabis makan, sehingga biasa
disebut hidangan pencuci mulut.
5. Hidangan snack, biasanya disajikan berbagai variasi bentuk dan rasa, ada
yang manis, asin dan gurih. Hidangan snack ini sebagai makanan
selingan antara makan pagi dan makan siang atau makan siang dan
makan malam.
Masakan harus bervariasi, suatu jenis masakan yang dihidangkan
berkali-kali dalam jangka waktu yang singkat akan membosankan konsumen.
3
C. Rasa Makanan
Cita rasa makanan terdiri dari dua aspek yaitu rasa makanan pada
waktu dimakan dan penampilan makanan pada waktu disajikan. Rasa
makanan meliputi; aroma, suhu, tingkat kematangan dan bumbu. Penampilan
makanan meliputi besar porsi, bentuk potongan, warna, tekstur, konsistensi
dan penyajian. Rasa dan penampilan makanan harus baik sehingga dapat
menimbulkan kesan yang menarik dan rasa senamg pasien untuk
menghabiskan makanan yang disajikan (Moechji, 1992).
Kebiasaan makan dirumah dengan dirumah sakit akan berbeda karena
makanan yang disajikan dirumah sakit baik makanan biasa maupun makanan
diit, tidak menggunakan bumbu yang merangsang, begitu pula dengan besar
porsinya tidak sama. Sebagai contoh bila pasien punya nafsu makan yang
tidak baik, maka akan diberikan porsi makan yang tidak besar tetapi sering,
berarti frekuensi makanannya lebih sering dari biasannya (Moechji, 1988).
D. Sisa Makanan
Sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah
makanan disajikan (Hirch, 1979).
Keberhasilan suatu pelayanan gizi di ruang rawat inap dievaluasi dengan
pengamatan sisa makanan yang tidak dikonsumsi setelah makanan disajikan
(Sutardjo, 1989). Sisa makanan dipengaruhi faktor internal dan eksternal
antara lain faktor psikologis yang disebabkan karena menurunnya aktivitas
fisik selama dirawat, rasa tidak senang, rasa takut karena sakit,
ketidakbebasan bergerak karena adanya penyakit menimbulkan rasa putus
asa. Menifestasi rasa putus asa itu sering berupa hilangnya nafsu makan dan
rasa mual, faktor ini membuat pasien terkadang tidak menghabiskan porsi
makanan yang telah disajikan (Moehyi, 1992).
1. Makanan dari luar rumah sakit
Selain makanan dari rumah sakit yang dimakan, pasien juga makan
makanan dari luar rumah sakit, ini sangat berpengaruh terhadap
terjadinya sisa makanan. Dan apabila hal ini terjadi artinya pasien selalu
4
makan makanan dari luar, maka makanan yang disajikan oleh rumah
sakit tidak termakan dan banyak terjadi sisa makanan (Moechji, 1988).
2. Budaya
Pasien yang dirwat di rumah sakit berasal dari kelompok masyarakat
yang berbeda-beda, baik adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, nilai-nilai
yang dianut dan pandangan hidup yang kesemuanya secara bersama-
sama membentuk budaya manusia dalam hal makanan dan makan.
Budaya yang diwarisi dari orang tua bukan saja menentukan macam
makanan dan cara mengolah makanan sehari-hari tetapi juga sikap dan
kesukaan terhadap makanan. Budaya beraneka ragam inilah yang
dihadapi oleh petugas rumah sakit dalam memberikan makanan. Oleh
karena itu pemilihan jenis makanan, macam hidangan yang disajikan
pada pasien harus dipilih sedemikian rupa sehingga tidak mengarah pada
pilihan atau kesukaan suatu kelompok masyarakat.
3. Pola/kebiasaan Makan
Bagi pasien yang mempunyai kebiasaan makan bersama dengan anggota
keluarganya, harus makan sendiri sambil berbaring atau duduk di tempat
tidur membuat pasien merasa tambah sakit sehingga perlu diperhatikan
dan diatasi dengan jalan membolehkan anggota keluarganya hadir pada
waktu makan
4. Penyakit
Keadaan jasmaniah orang sakit merupakan faktor yang perlu diperhatikan
karena akan menentukan bentuk atau konsistensi diit biasa dengan porsi
tidak selalu sama sesuai dengan kebutuhan pasien.
E. Sisa Makanan dan Keadaan Gizi Pasien
Sisa makanan merupakan suatu dampak dari sistem pelayanan gizi
dirumah sakit. Hal ini merupakan suatu implementasi dari pelayanan gizi dan
aspek perilaku pasien. Banyaknya sisa makanan dalam piring pasien
mengakibatkan masukan gizi kurang selama pasien dirawat. Kebutuhan gizi
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan atau dipertimbangkan
5
dalam menyusun menu pasien karena untuk orang sakit kebutuhan gizinya
akan meningkat. Pemberian makanan sehat yang terdiri dari makanan pokok,
lauk, sayur – sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup, dan dapat
dihabiskan oleh pasien dapat memenuhi kebutuhan akan zat – zat gizi
(Moechji, 1992).
Pasien yang menjalani rawat inap dalam waktu yang cukup lama,
makanan yang disajikan dari rumah sakit seringkali tidak habis. Hal ini
dimungkinkan akan berakibat terjadinya kekurangan zat gizi pada pasien.
Kekurangan zat gizi tersebut sangat memudahkan terjadinya infeksi dan
mendorong terjadinya malnutrisi.
F. Kerangka Teori
G. Kerangka Konsep
Makanan dari luar RS
Pola/ Kebiasaan Makan
Budaya
Lama Perawatan
Penyakit Variasi Menu
Rasa
Daya terima Sisa Makan
Daya Terima Sisa Makanan
Rasa Makanan
Variasi Menu