bab ii tinjauan pustaka a. preeklamsiarepository.ump.ac.id/9609/3/puji wijayanti bab ii.pdf · 6)...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Preeklamsia
1. Pengertian preeklamsia
Preeklamsia adalah kondisi khusus masa kehamilan di mana terjadi
hipertensi dan proteinuria setelah usia kehamilan 20 minggu pada ibu yang
tadinya mempunyai TD normal. Preeklamsia merupakan penyebab morbiditas
serta mortalitas ibu dan perinatal yang signifikan. Preeklamsia terjadi pada 3-
7% dari semua kehamilan (American Academy of Pediatrics [AAP] & ACOG,
2007). Preeklamsia merupakan penyakit vasospastik sistemik dan biasanya
dikategorikan sebagai ringan dan berat untuk penatalaksanaannya (ACOG,
2002; Working Group, 2002 dalam Lowdermilk, 2013) .
Preeklamsia didefinisikan sebagai timbulnya hipertensi disertai dengan
proteinuria pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Preeklamsia merupakan gangguan multisistem pada kehamilan
yang dikarakteristikkan disfungsi endothelial, peningkatan tekanan darah
karena vasokontriksi, proteinuria akibat kegagalan glomerolus, dan udema
akibat peningkatan permeabilitas vascular. (Fauziyah, 2012).
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2002: 282). Preeklamsia adalah keadaan
dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang
terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul
lebih awal bila terdapat perubahan hidatidifornis yang luas pada vili dan
korialis (Mitayani, 2011).
2. Etiologi
Preeklamsia adalah kondisi yang terjadi hanya pada kehamilan manusia;
tanda dan gejala akan terjadi hanya selama kehamilan dan akan menghilang
dengan cepat setelah melahirkan plasenta dan janin. Penyebab preeklamsia
tidak diketahui. Meskipun preeklamsia secara umum adalah penyakit
primigravida, penyebabnya mungkin tidak sama pada semua wanita.
Contohnya patogenesis pada ibu nulipara yang sehat dan mengalami PER
menjelang cukup bulan atau persalinan dapat berbeda dengan ibu dengan
penyakit diabetes atau hipertensi, kehamilan multipel , atau mereka yang
mengalami preeklamsia pada awal kehamilan (Sibai, 2007 dalam Lowdermilk,
2013).
Banyak teori yang menjelaskan penyebab preeklamsia. Teori yang masih
berkembang saat ini meliputi invasi tropoblas, kelainan congenital, kerusakan
endotel vascular, maladaptasi kardiovaskular, serta defisiensi atau kelebihan
gizi. Faktor imunologi dan predisposisi genetik juga dapat memainkan peran
penting (Sibai, 2007 dalam Lowdermilk, 2013).
Faktor-faktor etiologi yang berperan dalam perkembangan preeklamsia
masih belum diketahui dengan pasti. Sindrom preeklamsia ditandai dengan
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
adanya vasokontriksi, hemokonsentrasi, serta kemungkinan perubahan
iskemik dalam plasenta, ginjal, hati, dan otak. Kondisi-kondisi ini biasanya
tampak pada wanita yang menderita preeklamsia berat (Sabarudin, 2015).
3. Klasifikasi
Preeklamsia dibagi dalam dua golongan, yaitu ringan dan berat
(Mitayani, 2011). Preeklamsia dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-
tanda di bawah ini.
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih, dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
b. Edema umum, kaki, jari, tangan, dan wajah atau kenaikan BB 1 kg atau
lebih pr minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+
pada urine keteter/mid stream.
Sedangkan preeklamsia dikatakan berat apabila ditemukan satu atau
lebih tanda-tanda di bawah ini.
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gram atau lebih per liter.
c. Oliguria jumlah urine kurang dari 500cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
e. Ada edema paru dan sianosis.
4. Patofisiologi
Preeklamsia dapat memberat dari ringan menjadi berat, sampai eklamsia.
Pemikiraan saat ini adalah perubahan patologi yang terjadi pada ibu dengan
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
preeklamsia disebabkan oleh gangguan perfusi plasenta dan disfungsi sel
endotel (Gilbert, 2007; Peters, 2008). Perubahan patologi terjadi jauh sebelum
diagnosis klinis preeklamsia dibuat (Robert & Fumai, 2009). Normalnya
dalam kehamilan arteri spiralis dalam rahim akan melebar dari pembuluh
darah muscular berdinding tebal, menjadi pembuluh darah yang tipis dengan
diameter yang jauh lebih besar. Perubahan ini meningkatkan kapasitas
pembuluh darah, sehingga mereka bisa menerima peningkatan volume darah
pada kehamilan. Oleh karena perubahan pembuluh darah ini tidak terjadi atau
tidak sepenuhnya terjadi pada ibu dengan preeklamsia, terjadi penurunan
perfusi plasenta dan hipoksia (Peters). Iskemia plasenta diperkirakan
menyebabkan disfungsi sel endotel dengan merangsang pelepasan substansi
yang toksik terhadap sel endotel. Kelainan ini menyebabkan vasopasme
menyeluruh yang menyebabkan perfusi jaringan yang buruk pada semua
organ, meningkatkan resistansi perifer dan TD, serta meningkatkan
permeabilitas sel endotel, menyebabkan kebocoran cairan dan protein
intravascular serta akhirnya menyebabkan volume plasma berkurang. Faktor
patogenik utama bukan kenaikan TD, melainkan perfusi yang buruk karena
vasopasme dan berkurangnya volume plasma (Gilbert, Peters; Robert & Funai
dalam Lowdermilk, 2013).
Vasospasme arteriolar dan menurunnya aliran darah ke retina akan
menyebabkan gangguan penglihatan seperti skotomata (titik buta) dan
pandangan kabur, komplikasi neurologi dihubungkan dengan preeklamsia
adalah edema otak dan perdarahan dan peningkatan iritabilitas SSP, yang
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
mana akan menyebabkan sakit kepala, hiperrefleks, klonus pergelangan kaki
positif, dan kejang (Gilbert, 2007; Longo dll., 2004; Roberts & Funai, 2009).
Preeklamsia akan berkontribusi secara signifikan terhadap hambatan
janin dan insiden abrupsio plasenta (Hull & Resnik, 2009; Peter, 2008).
Gangguan perfusi plasenta akan menyebabkan degenerasi dini pada plasenta.
Tingkat komplikasi janin berhubungan secara langsung dengan keparahan
penyakit (Longo dkk., 2003 dalam Lowdermilk, 2013).
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah merah. Jadi, jika semua arteriola
dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah dengan sendirinya akan
naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat tercukupi (Mitayani, 2011).
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan
penimbunan air yag berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui
sebabnya, ada yang mengatakan disebabkan oleh retensi air dan garam.
Proteinuria mungkin disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Mochtar, 1993: 220; Mitayani, 2011).
5. Manifestasi klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeklamsia yaitu hipertensi dan
proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari
kedua masalah di atas adalah sebagai berikut.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
a. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal
yang penting pada preeklamsia. Tekanan diastolic merupakan tanda
prognosis yang lebih handal dibandingkan dengan tekanan sistolik.
Tekanan diastolic sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus
menunjukkan keadaan abnormal.
b. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan
preeklamsia dan bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan
merupakan tanda pertama preeklamsia pada sebagian wanita. Peningkatan
BB normal adalah 0,5 kg per minggu. Bila 1 kg dalam seminggu, maka
kemungkinan terjadinya preeklamsia harus dicurigai. Peningkatan berat
badan terutama disebabkan karena retensi cairan dan selalu dapat
ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti kelopak
mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
c. Proteinuria
Pada preeklamsia ringan, proteinuria hanya minimal positif 1,
positif dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat
ditemukan dan dapat mencapai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul
kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
6. Komplikasi
Bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Namun, yang
termasuk komplikasi antara lain sebagai berikut (Mitayani, 2011).
a. Pada ibu
1) Eklamsia.
2) Solusio plasenta.
3) Perdarahan subkapsula hepar.
4) Kelainan pembekuan darah (DIC).
5) Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet
count).
6) Ablasio retina.
7) Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada janin
1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
2) Premature.
3) Asfiksia neonatorum.
4) Kematian dalam uterus.
5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil
Beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil adalah :
a. Umur
Umur adalah hal yang sangat diperhatikan dalam penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur dan juga biasanya
semakin bertambah umur seseorang maka pengetahuan akan status
kesehatan ibu hamil akan luas (Notoatmodjo, 2003).
b. Pendidikan
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak karena pendidikan yang baik, maka orang
tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara
pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,
pendidikan dan sebagainya. Seseorang yang berpendidikan akan berbeda
tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar.
Rendahnya tingkat pendidikan seseorang atau masyarakat sangat
berpengaruh juga terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh karena
sikap masyarakat terbuka dengan hal-hal atau motivasi baru (Notoatmodjo,
2003).
c. Psikologis
Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana
tidak hanya terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan
psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola berpfikir dan
berperilaku yang berlanjut hingga lahir bayi. Untuk alasan ini sehingga
kehamilan harus dipandang sebagai proses panjang yang mempunyai efek
tidak hanya pada ibu tetapi juga keluarganya. Pada asuhan kehamilan tidak
hanya aspek fisik saja tetapi juga aspek psikologis atau jiwa (Kusmiyati,
2008).
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
d. Pengetahuan
pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya sikap seseorang (Notoatmodjo, 2003).
e. Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa
kehamilan, karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status
kesehatan ibu hamil selama hamil serta guna pertumbuhan dan
perkembangan janin. Hubungan antara gizi ibu hamil dengan faktor
ekonomi, sosial, atau keadaan lain yang meningkatkan kebutuhan gizi ibu
hamil dengan penyakit infeksi tertentu termasuk juga persiapan fisik untuk
masa persalinan. Kebutuhan ibu hamil secara garis besar adalah asam
folat, energi, protein, zat besi (Fe), kalsium, pemberian supleman vitamin
D terutam pada kelompok beresiko penyakit seksual (IMS) dan dinegara
dengan musim dingin yang panjang dan pemberian yodium pada daerah
yang endemik kretinisme (Kusmiyati, 2008).
f. Aktivitas
Seorang wanita hamil boleh mengerjakan aktivitas sehari-hari asal
hal tersebut tidak memberikan gangguan rasa tidak enak.bagi wanita
pekerja ia boleh tetap masuk kantor sampai menjelang partus. Menurut
analisa profesional bahwa maksud pekerjaan atau aktivitas bagi ibu hamil
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
bukan hanya pekerjaan keluar rumah atau institusi tertentu, tetapi juga
pekerjaan atau aktivitas sebagai ibu rumah tangga didalam rumah,
termasuk pekerjaan sehari-hari didalam rumah dan juga mengasuh anak.
Sering ada rekomendasi untuk mengurangi aktivitas pada ibu hamil
dengan riwayat melahirkan BBLR, namun hal itu tidak terbukti efektif.
B. Aktivitas Fisik
1. Pengertian
Aktivitas fisik atau disebut aktivitas eksternal ialah suatu rangkaian gerak
tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik yang sehari-
hari dilakukan antara lain berjalan, berlari, olahraga, mengangkat dan
memindahkan benda, mengayuh sepeda, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik
menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja
otot (Almatsier, 2010).
Aktivitas fisik menentukan kondisi kesehatan seseorang. Kelebihan energi
karena rendahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko kegemukan atau
obesitas. Oleh karena itu, angka kebutuhan energi individu disesuaikan dengan
aktivitas fisik. Aktivitas fisik dan metabolisme basal (AMB) atau Basal
Metabolic Rate (BMR) merupakan komponen utama yang menentukan
kebutuhan energi. AMB dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, BB dan TB
(Almatsier, 2010).
Menurut Kemenkes 2016 dalam Rachma (2017), Ibu hamil yang sehat
dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan memperhatikan kondisi ibu
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dan keamanan janin yang dikandungnya. Suami membantu istrinya yang
sedang hamil untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Ikuti senam ibu hamil
sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.
2. Manfaat aktivitas fisik dan latihan fisik ringan
Adapun manfaat aktivitas fisik dan latihan fisik ringan menurut Kemenkes
“panduan teknik latihan fisik selama kehamilan dan nifas” 2010 dalam
Rachma (2017) adalah sebagai berikut:
a. Bagi ibu
1) Mempertahankan kemampuan fisik yang menurun selama kehamilan.
2) Memperkuat otot untuk menyangga tubuh dan memperbaiki postur
tubuh.
3) Mengurangi risiko terjadinya tekanan darah tinggi pada kehamilan.
4) Mengurangi risiko terjadinya kencing manis pada kehamilan.
5) Mengurangi keluhan nyeri pinggang.
6) Membantu melancarkan pencernaan.
7) Membantu mengurangi sembelit.
8) Membuat lebih rileks.
9) Mencegah timbulnya stress, depresi, dan kecemasan.
10) Meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot-otot panggul untuk proses
kelahiran.
11) Mengurangi gelambir di perut setelah melahirkan.
12) Mempercepat proses pemulihan setelah persalinan.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Bagi janin
Latihan fisik sejak awal kehamilan akan meningkatkan pertumbuhan ari-
ari dan bayi dilahirkan dengan berat badan normal.
3. Prinsip-prinsip aktivitas fisik
Menurut kemenkes RI “panduan teknik latihan fisik selama kehamilan dan
nifas” 2010, bahwa prinsip-prinsip aktivitas fisik selama kehamilan adalah :
a. Ibu hamil yang sehat diharapkan tetap melakukan aktifitas fisik sehari-hari
dengan memperhatikan keamamnan.
b. Ibu rumah tangga yang sehat dianjurkan tetap melakukan aktivitas fisik
sehari-hari seperti pekerjaan rumah (menyapu, mencuci, menyiram
tanaman, membersihkan perabot rumah tangga, dan lain-lain), sebaliknya
tetap dilakukan setiap hari secara teratur sesuai dengan kemampuan dan
kondisi kehamilam.
c. Ibu yang bekerja sehat dianjurkan tetap aktif bekerja selama masa
kehamilan dengan memperhatikan keamanan agar tidak mengganggu
kesehatan ibu maupun janinnya.
4. Faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik selama kehamilan
Selama kehamilan tidak diharapkan menghentikan aktifitas fisik seperti
mengurus hal-hal rumah tangga, berjalan pagi-sore hari dan lain sebagainya.
Selama kehamilan dibutuhkan untuk membuat rencana program latihan dan
aktivitas fisik lebih terencana dan terprogram. Beberapa penelitian dua hal
yang dibutuhkan oleh wanita selama proses kehamilan yang bertujuan untuk
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
mengurangi dan mengatasi gangguan selama proses kehamilan baik secara
fisik dan psikologis yaitu latihan dan relaksasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas fisik selama kehamilan
menurut Monika Guzskowska 2014, adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya edukasi
Kurangnya edukasi mengenai kehamilan merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan tingginya resiko gangguan selama kehamilan seperti yang
telah dibahas sebelumnya dengan resiko paling berbahaya adalah kematian
bagi ibu dan janin dan terganggunya kesehatan janin untuk masa yang
akan datang seperti mewariskan diabetes tipe II pada keturunan.
b. Mitos
Mitos yang beredar di masyarakat mengenai larangan-larangan selama
kehamilan untuk membatasi gerak dan aktivitas semakin mempertinggi
resiko dan gangguan selama kehamilam.
c. Obesitas
Yang paling menghawatirkan ialah gangguan-gangguan selama kehamilan
dianggap hal yang biasa terjadi pada semua ibu hamil sehingga saat ini
tidak jarang ditemukan bayi lahir dalam kondisi obesitas dikarenakan
obesitas selama kehamilan menjadi trend gaya hidup sebagai indikasi
kecukupan nutrisi bagi ibu dan janin,
5. Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh ibu hamil
Dr. Artal, seorang dokter ginekologi mengatakan bahwa latihan aerobik
terdiri dari gerakan ritmis yang berkesinambungan yang dapat menggerakkan
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
otot-otot besar sangat direkomendasikan sebagai latihan atau olahraga pilihan
untuk ibu hamil. Latihan angkat beban ringan dengan repetisi sedang juga
aman dilakukan oleh wanita hamil. Latihan angkat beban ringan ini dapat
membantu mempertahankan fleksibilitas, dan meminimalkan risiko cedera
(Artal R, 2010) dalam Rachma 2017.
Wanita hamil yang berolahraga secara teratur mengalami kenaikan berat
dan lemak tubuh yang lebih sedikit dibandingkan wanita yang kurang aktif.
Berat badan tetap naik dengan normal dan bayi tetap dalam kondisi kesehatan
yang prima. Selain itu, kehamilan dan proses persalinan wanita aktif
cenderung tidak bermasalah. Apabila kehamilam mempengaruhi
keseimbangan tubuh, maka jalan kaki adalah olahraga yang paling tepat bagi
seorang wanita hamil. Pada waktu hamil olahraga dapat menguatkan otot dan
melindungi persendian serta tulang belakang. Dengan berolahraga, tuntutan
masa kehamilan pada tubuh dapat terpenuhi dengan baik (Kusmiati, 2009).
a. Latihan fisik selama masa kehamilan
1) Berjalan, setengah jam per hari untuk merangsang sirkulasi darah dan
meningkatkan kapasitas pernapasan dada.
2) Berenang, khususnya gaya punggung, untuk mengatasi nyeri pinggang
dan ketegangan.
3) Yoga, untuk relaksasi dan meningkatkan kapasitas pernapasan. Namun,
perlu diketahui bahwa posisi dan jenis yoga tertentu tidak dianjurkan
selama kehamilan. Berlatihlah dengan seorang professional yang
berpengalaman dalam melatih ibu hamil.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4) Fitness ringan, lakukan dibawah pengawasan seorang professional yang
direkomendasikan untuk ibu hamil.
5) Bersepeda dengan kecepatan sedang dan di medan yang datar, sampai
sekitar bulan kelima kehamilan.
Sport A 2010 dalam Rachma (2017), merekomendasikan bahwa
setiap orang harus berolahraga setidaknya 30 menit, dalam beberapa
hari (tidak harus setip hari). Hal ini juga berlaku untuk ibu hamil.
Prinsipnya, setiap aktivitas bisa dilakukan selama kehamilan asal
tidak membahayakan janin, anda sebaiknya menghindari aktivitas yang
beresiko meningkatkan kemungkinan trauma pada perut.
b. Durasi dan intensitas sesi latihan
Bagi wanita yang kurang terbiasa dengan olahraga, 20 sampai 30
menit merupakan waktu yang aman untuk melakukan latihan. Dan untuk
wanita yang terbiasa berolahraga, dan tidak ada komplikasi medis dapat
melakukan olahraga atau latihan seperti biasanya (dengan repetisi yang
sedang). Masa kehamilan bukanlah waktu yang tepat untuk
memaksimalkan latihan .
Menurut Artal, 2010 dalam Rachma (2017), Meskipun beberapa
latihan menunjukkan bahwa 80% orang-orang yang berolahraga tidak
memiliki efek samping yang buruk pada detak jantung mereka, tetapi
berlatih dengan repetisi sedang akan jauh lebih aman bagi wanita hamil.
Mulailah dengan pemanasan dan akhiri dengan pendinginan pada setiap
sesi latihan.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
C. Stress
1. Pengertian
Stress menurut Hans Selye tahun 1950 merupakan suatu respons tubuh
yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban. Berdasarkan
pengertian tersebut di atas, maka seseorang dikatakan stress apabila ia
mengalami beban atau tugas yang berat tetapi tidak dapat mengatasi tugas
yang dibebankan (Uliyah et al, 2016).
2. Pandangan para ahli tentang stress
a. Stress sebagai stimulus, pandangan ini berdasarkan pada hukum Elastisitas
Hooke yang menjelaskan semakin berat beban suatu logam maka
dianalogikan pada mausia apabila semakin besar tekanan yang dialami
maka semakin besar pula stress yang dihadapinya.
b. Stress sebagai respons, terjadinya stress sebagai akibat respons spesifik
berupa fisiologis dan emosional maupun nonspesifik dari lingkungan yang
ada.
c. Stress sebagai transaksional, stress dapat terjadi akibat suatu interaksi
antara orang dengan lingkungan ditinjau dari kemampuan individu dalam
mengatasi masalah. Terbentuknya sebuah koping, dapat terjadi akibat
interaksi dengan lingkungan, yang dapat diukur dari persepsi individu
terhadap masalah, dan kemampuan seseorang atau sumber-sumber yang
tersedia.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3. Sumber stressor
Sumber stressor yang dapat mempengaruhi sifat stresor, di antaranya
lingkungan, baik secara fisik, psikososial, maupun spiritual. Lingkungan fisik
dapat berupa fasilitas-fasilitas seperti air minum, makan, atau tempat-tempat
umum sedangkan lingkungan psikososial dapat berupa suara atau sikap
kesehatan atau orang yang ada di sekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual
dapat berupa tempat pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah atau
lainnya.
Sumber stressor yang lain adalah diri sendiri yang dapat berupa perubahan
fisiologis dalam tubuh, seperti karena adanya operasi, obat-obatan, atau
lainnya.
Selain sumber stressor tersebut di atas stress yang dialami manusia dapat
berasal dari berbagai sumber lain seperti dari diri sendiri, keluarga /
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya
a. Sumber stress di dalam diri sendiri, pada umumnya karena konflik yang
terjadi karena adanya perbedaan antara keinginan dan kenyataan, seperti
adanya berbagai permasalahan yang terjadi, tidak sesuai dengan dirinya,
dan tidak mampu mengatasinya.
b. Sumber stress di dalam keluarga, ditandai dengan adanya perselisihan
masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda di
antara keluarga, permasalahan ini akan selalu menimbulkan stress.
c. Sumber stress di dalam masyarakat dan lingkungan, sumber stress ini
dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
lingkungan pekerjaan, hubungan sosial, atau lingkungan fisik karena
masyarakat yang ada di dalamnya kurang mampu berhubungan secara
interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak
dapat berkembang.
4. Jenis-jenis stress
Stress ditinjau dari penyebabnya dibagi menjadi enam jenis yaitu sebagai
berikut.
a. Stress fisik
Stress yang disebabkan karena keadaan fisik, seperti karena temperatur
yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau
karena tegangan arus listrik.
b. Stress kimiawi
Stress ini disebabkan karena zat kimia, seperti adanya obat-obatan, zat
beracun asam, basa, faktor hormon, atau gas dan prinsipnya karena
pengaruh senyawa kimia.
c. Stress mikrobiologik
Stress ini disebabkan karena kuman, karena adanya virus, bakteri, atau
parasit.
d. Stress fisiologis
Stress yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh di antaranya
gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dan lain-lain.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan
Stress yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan,
seperti pada masa pubertas, perkawinan, dan proses lanjut usia.
f. Stress psikis atau emosional
Stress yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, seperti
hubungan interpersonal, sosial budaya, atau faktor keagamaan.
5. Model stress kesehatan
Model stress kesehatan merupakan suatu model stress yang menjelaskan
terjadinya stress yang dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang. Model
ini dapat terdiri atas beberapa unsur di antaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, unsur langsung yaitu stress dapat menghasilkan atau
mempengaruhi secara langsung dari perubahan fisiologis dan psikologis,
seperti adanya ketegangan (stress) akan terjadi proses pelepasan hormon
secara langsung yaitu hormon katekolamin dan kortikosteroid yang
menyebabkan kondisi berdebar-debar, denyut nadi cepat, dan lain-lain.
Kedua, unsur kepribadian, bahwa stress dapat dipengaruhi oleh tipe
kepribadian yang memudahkan timbulnya perubahan mekanisme koping.
Ketiga, unsur interaktif, stress dapat menyababkan menurunnya kekebalan
tubuh sehingga tubuh akan menjadi mudah terganggu, baik biologis maupun
psikologis. Proses ini karena adanya interaksi antara faktor dari luar dan faktor
dari dalam untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Keempat, unsur perilaku sehat, stress dapat secara tidak langsung
mempengaruhi kesakitan. Akan tetapi dapat mengubah perilaku terlebih
dahulu seperti adanya peningkatan konsumsi alkohol, rokok, dan lan-lain.
Kelima, unsur perilaku sakit, sress dapat mempengaruhi secara langsung
terhadap kesakitan tanpa menyebabkan penyakit yang ditujukan adanya
perilaku sakit seperti mencari bantuan pengobatan.
6. Faktor pengaruh respons terhadap stressor
Respons terhadap stressor yang diberikan pada individu akan berbeda, hal
tersebut bergantung pada faktor stressor tersebut, dan koping yang dimiliki
individu. Beberapa ciri stressor yang dapat mempengaruhi respons tubuh
antara lain adalah sebagai berikut.
a. Sifat stressor
Sifat stressor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur, sifat ini
pada setiap individu dapat berbeda bergantung pada pemahaman tentang
arti stressor.
b. Durasi stressor
Lamanya stressor yang dialami klien dapat mempengaruhi respons tubuh.
Apabila stressor yang dialami lebih lama maka respons yang dialaminya
juga akan lebih lama. Keadaan ini dapat mempengaruhi fungsi tubuh.
c. Jumlah stressor
Semakin banyak stressor yang dialami seseorang maka akan semakin
menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
d. Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu seseorang dalam menghadapi stress dapat menjadi
bekal dalam menghadapi stress berikutnya karena individu memiliki
kemampuan adaptasi/koping yang lebih baik.
e. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian seseorang dapat mempengaruhi respons terhadap
stressor. Hal ini dapat dlihat pada seseorang yang memiliki tipe
kepribadian A yang lebih rentan terkena stress apabila dibandingkan
dengan orang yang bertipe kepribadian B. Tipe kepribadian A memiliki
ciri ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah
tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, bicara
cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai berorganisasi dan memimpin atau
memerintah, lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, ketat
terhadap pengaturan waktu, ramah, tidak mudah dipengaruhi, bila berlibur
maka pikirannya akan tertuju pada pekerjaan, dan lain-lain.
f. Tingkat perkembangan
Tingkat perkembangan individu dapat membentuk perkembangan adaptasi
semakin baik terhadap stressor. Stressor yang dialami individu berbeda
pada setiap usia perkembangan.
7. Tahapan stress
Van Amberg (1979) membagi tahapan stress menjadi enam tahap di
antaranya adalah sebagai berikut.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
a. Tahap pertama
Tahap pertama merupakan tahap ringan dari stress yang dengan ditandai
adanya semangat yang besar dalam bekerja, penglihatannya tajam tidak
seperti pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan tidak
seperti biasanya, kemudian merasa senang terhadap pekerjaan tetapi
kemampuan yang dimilikinya semakin berkurang.
b. Tahap kedua
Tahap kedua ini memiliki ciri di antaranya adanya perasaan letih sewaktu
bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang,
cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak
nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot
punggung dan tengkuk semakin tegang, serta tidak bisa santai.
c. Tahap ketiga
Tahap ketiga ini memiliki ciri sebagai adanya keluhan gastritis, buang air
besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang,
gangguan pola tidur seperti sukar untuk memulai tidur, terbangun tengah
malam, dan sukar kembali tidur, lemah, serta terasa seperti tidak memiliki
tenaga.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan
yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap
situasi namun akhirnya menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons
secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari,
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
daya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah,
adanya penurunan konsentrasi dan kemampuan mengingat, adanya
perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya.
e. Tahap kelima
Tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, terhadap
gangguan pada sistem pencernaan yang semakin berat, dan adanya
peningkatan perasaan ketakutan dan kecemasan.
f. Tahap keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak seseorang mengalami panik sampai
muncul perasaan takut mati dengan gejala seperti detakan jantung semakin
keras, susah bernapas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, serta
kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
8. Reaksi tubuh terhadap stress
Stress yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi pada tubuh, baik
secara fisiologis maupun psikologi. Reaksi-reaksi tersebut di antaranya seperti
berikut.
a. Perubahan warna rambut yang semula hitam lalu lambat laun mengalami
perubahan menjadi kecokelatan dan kusam.
b. Perubahan ketajaman mata yang sering kali menurun karena kekenduran
otot-otot mata sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c. Gangguan telinga seperti adanya suara berdenging.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
d. Gangguan daya pikir yang sering kali ditemukan adanya penurunan
konsentrasi serta keluhan sakit kepala dan pusing.
e. Gangguan pada ekspresi wajah yang menjadi tampak tegang, kemudian
pada mulut dan bibir terasa kering.
f. Gangguan pada kulit, reaksi yang dapat dijumpai di antaranya sering
berkeringat dan kadang-kadang panas, dingin, kering, atau gatal
(urtikaria).
g. Gangguan pada sistem pernafasan dapat dijumpai gangguan, seperti terjadi
sesak oleh karena penyempitan pada saluran pernapasan.
h. Gangguan pada sistem kardiovaskular seperti berdebar-debar, pembuluh
darah melebar atau menyempit, terkadang terlihat pucat atau kemerahan
pada muka dan merasa kedinginan atau kesemutan pada daerah pembuluh
darah perifer, seperti pada jari tangan atau kaki.
i. Gangguan pada sistem pencernaan juga dapat mrngalami gangguan seperti
lambung terasa kembung, mula, pedih oleh karena peningkatan asam
lambung.
j. Gagguan pada sistem perkemihan terjadi gangguan seperti adanya
frekuensi buang air kecil yang sering.
k. Gangguan pada sistem musculoskeletal, seperti ketegangan pada otot dan
tulang atau terasa seperti ditusuk-tusuk, khususnya pada persendian dan
terasa kaku.
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
l. Gangguan pada sistem endokrin atau hormonal sering kali dijumpai
adanya peningkatan kadar gula dan terjadi penurunan libido serta
penurunan kegairahan pada seksual.
9. Stress pada siklus kehidupan perempuan
Siklus kehidupan perempuan yang dibahas di sini dapat ditinjau dari segi usia
dan secara fisiologi dimulai dari masa remaja (13-18 tahun), masa reproduksi
(19-45 tahun), serta masa pra-menoupause dan menopause.
a. Masa remaja, masalah stress pada remaja ini terjadi karena peralihan dari
masa anak-anak menuju dewasa, hal ini dikenal sebagai masa pubertas.
Masalah stress yang dialami pada masa pubertas di antaranya adalah
masalah menstruasi, perubahan tanda-tanda seks primer dan sekunder yang
sudah mulai ada, perubahan fisik perempuan, tumbuhnya payudara,
bertambahnya berat dan tinggi badan, serta perubahan emosional.
b. Masa reproduksi, masa ini terjadi pada usia 19-45 tahunan, masalah stress
pada masa reproduksi berkaitan dengan masalah kehamilan, melahirkan
bayi, serta menyusui. Masalah kehamilan dapat menyebabkan stress
karena terjadinya pembesaran rahim, perkembangan payudara, serta
pertumbuhan janin, yang apabila tidak disiapkan secara mental maka akan
menimbulkan stress. Selain itu stress juga dapat terjadi pada masa
melahirkan bayi dan menyusui.
c. Masa klimakterium, merupakan masa peralihan normal yang berlangsung
beberapa tahun sebelum dan sesudah menopause. Fase ini terjadi beberapa
tahap, seperti sebelum menopause. Masalah ini sering berkaitan dengan
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
fungsi reproduksi yang mulai menurun, kadar estrogennya yang juga mulai
menurun, sedangkan kadar hormon gonadotropin mulai meningkat.
Keadaan ini kemudian dilanjutkan dengan masalah menopause, yakni
periode berhentinya menstruasi secara alamiah. Pada masa menopause
sering terjadi perubahan psikologis seperti khawatir, perasaan tertekan
karena takut menjadi tua, takut bila tidak menarik lagi, takut bila tidak bisa
memenuhi kebutuhan seksual suami. Pada masa ini perempuan menjadi
lebih sensitive dam emosi. Selain itu juga mengalami masalah fisik seperti,
kulit menjadi kemdur, kering dan keriput, mudah terbakar sinar matahari,
timbul pigmentasi, payudara mulai lembek, vagina menjadi kering, epitel
vagina menipis, dispareunia, dan lain sebagainya. Pada masa
pascamenopause kadar estrogen sudah pada titik rendah, dan juga terjadi
kemunduran alat tubuh seperti tulang akan cenderung terjadi osteoporosis
yang disebabkan oleh pengaruh hormone steroid dan sel trofoblas yang
berkurang.
10. Manajemen stress
Manajemen stress merupakan upaya mengelola stress dengan baik untuk
mencegah dan mengatasi stress agar tidak sampai ketahap yang paling berat.
Beberapa manajemen stress yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut.
a. Pengaturan diet dan nutrisi. Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara
yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stress, melalui makan dan
minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
secara teratur, menu bervariasi, seimbang dan hangat, hindari makanan
dingin dan monoton.
b. Istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam
mengatasi stress karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan
memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh, tidur
yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki
sel-sel yang rusak.
c. Olahraga atau latihan teratur. Olahraga dan latihan teratur adalah salah
satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun
mental. Olahraga dapat dilakukan dengan cara jalan kaki, lari pagi paling
tidak dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting sudah
berkeringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan
kebugaran.
d. Berhenti merokok. Berhenti merokok adalah bagian dari cara
menanggulangi stress karena dapat meningkatkan status kesehatan dan
mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
e. Tidak meminum minuman keras. Minuman keras merupakan faktor
pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stress yang tidak meminum
minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala
penyakit dapat dihindari karena pengaruh minuman keras banyak
mengandung alkohol.
f. Pengaturan berat badan. Peningkatan berat badan merupakan faktor yang
dapat menyebabkan timbulnya stress karena mudah menurunkan daya
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
tahan tubuh terhadap stress. Keadaan tubuh yang seimbang akan
meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stress.
g. Pengaturan waktu. Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam
mengurangi dan menanggulangi stress. Dengan pengaturan waktu yang
baik segala pekerjaan yang dapat menimulkan kelelahan fisik dapat
dihindari, pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan
waktu seefektif dan seefisien mungkin serta melihat aspek produktivitas
waktu seperti gunakan waktu pada yang menghasilkan sesuatu dan jangan
biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
h. Terapi psikofarmaka. Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam
mengatasi stress yang dialami dengan jalan memutuskan jaringan antara
psiko, neuro, dan imunologi sehingga stressor psikososial yang dialaminya
tidak mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, atau psikomotor yang dapat
mengganggu organ tubuh yang lain. obat-obatan yang biasanya digunakan
adalah anticemas dan antidepresi.
i. Terapi somatik. Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan
akibat stress sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh
yang lain.
j. Psikoterapi. Terapi ini dengan menggunakan teknik psiko yang
disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi
psikoterapi suportif dan reedukatif. Terapi psikoterapi suportif ini
memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami percaya diri
sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
pendidikan secara berulang, selain itu ada psikoterapi rekonstraktif,
psikoterapi kognitif, dan lain-lain.
k. Terapi psikoreligius. Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama
dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi
atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat, fisik, psikis,
social, dan spiritual, dan spiritual sehinga stress yang dialami dapat diatasi.
Manajemen stress yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi
koping yaitu koping yang berfokus pada emosi dan koping yang berfokus
pada masalah. Penggunaan koping yang berfokus pada emosi dengan cara
pengaturan respons emosional dari stress melalui perilaku individu seperti
cara meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, control diri,
membuat jarak, penilaian secara positif, menerima tanggung jawab, lari
dari kenyataan (menghindar).
Sementara itu, strategi koping berfokus pada masalah dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan
masalah seperti merencanakan problem solving dan meningkatkan
dukungan sosial, teknik lain dalam mengatasi stress adalah relaksasi,
restrukturisasi kognitif, meditasi, terapi multimodel, dan lain-lain (Hawari,
2002).
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Mitayani (2011), Kusmiati (2009), Almatsier (2010), Guszkowska (2013),
uliyah (2016)
Faktor pengaruh respons
terhadap stressor :
1. Sifat stressor
2. Durasi stressor
3. Jumlah stressor
4. Pengalaman masa lalu
5. Tipe kepribadian
6. Tingkat perkembangan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi status
kesehatan ibu hamil : 1. Umur
2. Pendidikan
3. Gizi
4. Pengetahuan
5. Aktivitas
6. Psikologis
Ibu Hamil
Aktivitas
fisik
selama
kehamilan Tingkat Stress
selama
kehamilan
Kejadian Preeklamsi pada
ibu hamil
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
E. Kerangka Konsep
Gambar : 2.2 Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Hipotesis yaitu pernyataan yang masih lemah yang membutuhkan pembuktian
untuk menegaskan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak, berdasarkan fakta
dan data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian (Hidayat, 2017).
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu :
Ho : Tidak terdapat hubungan aktivitas fisik dan tingkat stress dengan kejadian
preeklamsi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskermas Purwokerto Selatan.
Ha : Terdapat hubungan aktivitas fisik dan tingkat stress dengan kejadian
preeklamsi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskermas Purwokerto Selatan.
Aktivitas Fisik
Kejadian preeklamsia pada ibu hamil
Tingkat Stress
Hubungan Antara Aktivitas..., PUJI WIJAYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019