bab ii tinjauan pustaka a. nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/bab ii.pdf8 bab ii tinjauan...

25
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Sehingga puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali yang dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terselanggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Dewi, 2011). 2. Tujuan Asuhan Nifas Menurut Anggraini (2010) masa nifas bertujuan untuk : a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi b. Melaksanankan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya

Upload: others

Post on 11-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

(puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah

melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan

parous melahirkan. Sehingga puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.

Puerperium adalah masa pulih kembali yang dimulai dari persalinan selesai

sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu

terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca persalinan

yang berkualitas harus terselanggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan

ibu dan bayi (Dewi, 2011).

2. Tujuan Asuhan Nifas

Menurut Anggraini (2010) masa nifas bertujuan untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi

b. Melaksanankan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

9

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian nutrisi pada bayi, dan perawatan

bayi sehat

d. Memberikan pelayanan KB

e. Mendapatkan kesehatan emosi

3. Tahapan dalam Nifas

a. Puerperium Dini (immediate puerperium) merupakan tahapan dimana

ibu berada pada waktu 0-24 jam post partum. Ibu telah diperbolehkan

bergerak ringan seperti berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium Intermedial (early puerperium) merupakan tahapan

dimana ibu berada pada waktu 1-7 hari post partum. Alat genital

mengalami kepulihan lamanya 6-8 minggu.

c. Remote Puerperium (later puerperium) merupakan tahapan dimana ibu

berada pada waktu 1-6 minggu post partum. Waktu yang diperlukan

untuk pulih secara sempurna trutama pada ibu yang selama

kehamilannya mengalami komplikasi waktu untuk sehat bisa

berminggu-minggu, bulan, atau bahkan tahun (Anggraini, 2010).

B. Luka Perineum

1. Pengertian Luka Perineum

Suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang dapat

menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktifitas sehari-

hari karna trauma dapat menyebabkan luka pada kulit. Luka dibagi menjadi dua

jenis yaitu, luka yang disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

10

merupakan luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak disengaja dibagi

menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Luka tertutup yaitu luka yang tidak terjadi

robekan, sedangkan luka terbuka yaitu jika luka terjadi robekan seperti luka abrasi

(luka akibat gesekan), luka puncture (luka akibat tusukan), dan luka hautration

(luka akibat alat-alat yang digunakan dalam perawatan luka). Dibidang kebidanan,

luka yang sering terjadi adalah luka episiotomi, luka bedah akibat seksio caesarea

ataupun luka saat proses persalian (Damayanti, dkk, 2015).

2. Jenis Luka Perineum

a. Episiotomi

Episiotomi (perineotomi) adalah insisi perineum untuk memperlebar ruang

pada lubang keluar jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran anak. Episiotomi

yang dilakukan pada saat yang tepat tidak hanya memudahkan kelahiran tetapi

juga mengurangi penekanan kepala pada perineum sehingga membantu mencegah

kerusakan otak. Ini berlaku untuk setiap bayi terutama penting untuk bayi dengan

daya tahan yang rendah terhadal trauma, seperti bayi prematur, bayi yang lahir

dari ibu yang menderita diabetes dan bayi dengan erlythroblastosis (Oxorn; Forte,

2010)

Dimasa lalu, dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang

tujuannya adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat

tepi luka rata sehingga mudah dilakulam penjahitan (reparasi), mencegah penyulit

atau tahanan pada kepalan dan infeksi tetapi hal tersebut ternyata tidak didukung

oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup. Tetapi sebaliknya, hal iji tidak boleh

doartikan bahwa episiotomi tidak doperbolehkan karena ada indikasi tertentu

untuk malakukan episiotomi (misalnya, persalinan dengan ekstrasi cunam,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

11

distosia bahu, regiditas perineum). Para penolong persalinan harus cermat

membaca kata rutin pada episiotomi karna hal itulah yang tidak dianjurkan, bukan

episiotominya. Episiotomi rutin tidak diperbolehkan karena menyebabkan:

1) Meningkatkan jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma.

2) Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin

dibandingkan dengan tanpa episiotomi.

3) Meningkatnya nyeri pasca persalinan di daerah perineum.

4) Meningkatkan resiko infeksi (terutama jika prosedur PI diabaikan).

(Wiknjosastro; dkk, 2010)

b. Laserasi Spontan

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan

bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu

cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat

manual yang cepat dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah

terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada

diameter5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian

kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum

dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Bimbing ibu untuk meneran

dan beristirahat atau bernafas dengan cepat pada waktunya.

Trauma perineum posterior robekan spontan di klasifikasi dengan derajat

trauma yang berhubungan dengan struktur anatomis yang terlibat.

1) Robekan derajat satu : robekan ini hanya mengenai kulit forchette. Robekan

ini dapat dibiarkan untuk pulih secara spontan atau dieratkan dengan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

12

malakukan satu jahitan, mendiskusikan dengan wanita tentang pilihannya

dapat menentukan penatalaksanaan.

2) Robekan derajat dua dan episiotomi : robekan ini mengenai kulit forchette,

perineum dan badan perineum. Otot superfisial yang terobek adalah

belbokavernosa dan otot perineum tranversial. Trauma pada lapisan otot yang

lebih dalam dapat mengenai purbokoksigeus.

3) Robekan derajat tiga : selain trauma derajat dua, terdapat kerusakan ke

sfingter anal.

4) Robekan derajat empat : robekan ini mendeskripsikan t rauma yang mengenai

semua struktur dia atas yang meluas ke mukosa rektum (Oxford, 2015).

3. Etiologi

Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun

pihak janin.

a. Indikasi janin

Sewaktu melahirkan janin prematur, tujuannya untuk mencegah terjadinya

trauma yang berlebihan pada kepala janin. Sewaktu melahirkan janin letak

sungsang, melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi vakum, dan janin besar.

b. Indikasi ibu

Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti

akan terjadi robekan perineum, umpama pada primipara, persalinan sungsang,

persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum, dan anak besar (Wiknjosastro, 2010)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

13

Penyebab maternal mencakup:

1) Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong

2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan

3) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang

berlebihan

4) Edema dan kerapuhan pada perineum

5) Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum

6) Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga

menekan kepala bayi ke arah posterior

7) Perluasan episiotomi

Faktor-faktor janin adalah:

1) Bayi yang besar

2) Posisi kepala yang abnormal

3) Kelahiran bokong

4) Ekstraksi forseps yang sukar

5) Dystocia bahu

6) Anomali kongenital, seperti hidrocephalus (Oxorn & Forte, 2010).

4. Tindakan Pada Luka Perineum

a. Derajat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi

luka baik

b. Derajat II : jahit dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum

ditutup dengan mengikut sertakan jaringan-jaringan dibawahnya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

14

c. Derajat III/IV : penolong persalinan tidak dibekali keterampilan untuk

reparasi perineum. Maka hendaknyasegera merujuk ke fasilitas rujukan

(Walyani, 2015)

5. Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian atau perbaikan

fungsi jaringan yang rusak (Boyle, 2008). Fisiologis prosespenyembuhan luka

menurut Smeltzer, Suzanne C (2002), beragam proses selular yang saling

tumpang tindih dan terus-menerus memberikan kontribusi terhadap pemulihan

luka yaitu regenerasi sel, poliferasi sel dan pembentukan kolagen. Respon

jaringan terhadap cedera melewati beberapa fase, yaitu :

a. Fase Inflamasi

Respon vaskular dan selular terjadi ketika jaringan terpotong atau

mengalami cedera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplatetet

terbentuk dalam upaya mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5

menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi

kehilangan kemampuan vasokonstriksinya karna norepinefrin dirusak oleh enzim

intraselular. Juga, histamin dilepaskan yang meningkatkan permeabilitas kapiler.

Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti

antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium

vaskular selama 2 sampai 3 hari yang menyebabkan edema, teraba hangat,

kemerahan, dan nyeri. Netrofil adalah leukosit pertama yang bergerak kedalam

jaringan yang rusak. Monosit yang berubah menjadi makrofag menelan debris dan

memindahkannya dari area tersebut. Antigen- antibodi juga timbul. Sel- sel basal

pada pinggir luka mengalami mitosis dan menghasilkan sel- sel anak yang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

15

bermigrasi. Dengan aktifitas ini, enzim proteolitik disekresikan dan

menghancurkan bagian dasar bekuan darah. Celah antara kedua sisi luka secara

progresif terisi, dan sisanya pada akhirnya saling bertemu dalam 2 sampai 48 jam.

Pada saat ini, migrasi sel ditingkatkan oleh aktifitas sumsum tulang hiperplastik.

b. Fase Proliferasi

Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaringan- jaringan untuk

sel- sel yang bermigrasi. Sel- sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka.

Kuncup ini berkembang menjadi kapiler yang merupakan sumber nutrisi bagi

jaringan granulasi yang baru.

Kolagen adalah komponen utama dari jaringan ikat yang digantikan.

Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida. Dalam periode 2

sampai 4 minggu, rantai asam amino membentuk serat- serat dengan panjang dan

diameter yang meningkat. Serat- serat ini menjadi kumpulan bundel dengan pola

yang tersusun baik. Sintesis kolagen menyebabkan kapiler untuk menurun

jumlahnya. Setelah itu, sintesis kolagen menurun dalam upaya untuk

menyeimbangkan jumlah kolagen yang rusak. Sintesis dan lisis seperti ini

mengakibatkan peningkatan kekuatan.

Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan kulit

aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka tercapai.

Tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali. Banyak

vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses metabolisme yang terlibat

dalam penyembuhan luka.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

16

c. Fase Maturasi

Sekitar 3 minggu setelah cedera, gibroblas mulai meninggalkan luka.

Jaringan perut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun kedalam posisi yang

lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan perut tetapi

meninggalkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan

mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu tetapi tidak pernah

mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka.

6. Pencegahan Infeksi Pada Ibu Post Partum

Pencegahan infeksi selama post partum, yaitu (Nurjannah; dkk, 2013) :

a. Luka dirawat dengan baik jangan sampai terkena infeksi

b. Penderita dengan infeksi post partum sebaiknya dievaluasi, tidak

bercampur dengan ibu yang sehat.

c. Pengunjung- pengunjung dari luar hendaknya pada hari hari pertama

dibatasi sepadat mungkin.

7. Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka

Faktor- faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum, yaitu:

a. Usia

Umumnya ibu yang usianya lebih muda akan lebih cepat sembuh daripada

ibu yang usianya lebih tua. Hal ini terjadi karena pada ibu yang usianya lebih

muda, mobilisasi dan vaskularisasinya berjalan lebih baik dari pada ibu yang

usianya lebih tua (Solehati; Kosasih, 2015).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

17

b. Perawatan luka perineum

Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi organ-organ

reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui

vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan

penamp ung lochea (pembalut). Perawatan perineum dapat dilakukan dengan

pengobatan farmakologis dan non farmakologis. Penggunaan terapi non

farmakologis dapat dilakukan dengan banyak hal contohnya daun sirih dan madu.

Daun sirih banyak mengandung minyak atsiri berfungsi mematikan kuman,

menghilangkan bau badan, menyembuhkan gangguan saluran pencernaan, juga

menyembuhkan luka pada kulit (Handayani, 2013). Madu memiliki kandungan

Vitamin C juga sangat berguna bagi penyembuhan luka, antioksidan, serta

kekebalan (Ihsan, 2003).

c. Mobilisasi dini

Mobilisasi setelah melahirkan sangatlah penting dilakukan. Oleh karena

itu, ibu harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi

persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Mobilisasi sebaiknya diklakukan secara

bertahap. Diawali dengan gerakan miring kekanan dan kekiri diatas tempat tidur,

duduk kemudian berjalan setelah 2-8 jam pertama setelah melahirkan. Mobilisasi

dini adalah mobilisasi segera setelah melahirkan dengan membimbing ibu untuk

bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum diperbolehkan bangun dari tempat

tidurnya dan berjalan (Sulistiyawati, 2009).

d. Nutrisi

Nutrisi merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel, karena

kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya. Sebagai contoh vitamin A

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

18

diperlukan untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis

kolagen, vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem enzim yang mengatur

metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Vitamin C dapat berfungsi sebagai

fibroblas, dan mencegah adanya infeksi, serta membentuk kapiler-kapiler darah,

dan vitamin K yang membantu sintesis protombin, dan berfungsi sebagai zat

pembekuan darah (Uliyah; Hidayat, 2009).

e. Obat-obatan

Terutama sekali pada pasien tang menggunakan terapi steroid, kemoterapi,

imunosupresi. Steroid dapat menyamarkan adanya infeksi dengan mengganggu

respon inflamasi normal. Antikoagulan dapat menyebabkan hemoragi. Antibiotik

spektrum luas/spesifik efektif bila diberikan sebelum pembedahan untuk patologi

spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka tertutup, tidak efektif

karena koagulasi intravaskular (Rukiyah; Yulianti, 2010).

f. Budaya dan keyakinan

Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan luka perineum,

misalnya kebiasaan pantangan mengkonsumsi telur, ikan, dan daging ayam, akan

mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan

luka (Rukiyah dan Yulianti, 2010)

8. Kriteria Penilaian Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum

dengan terbentuknya jaringan-jaringan baru menutupi luka perineum dalam

jangka waktu 6-7 hari. Kriteria penilaian penyembuhan luka adalah:

a. Baik, jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi (merah,

bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

19

b. Sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi

(merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa

c. Buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuka, dan ada tanda-tanda

infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa) (Mas'adah, 2010).

Penilaian penyembuhan luka pada daerah luka episiotomi dilihat dari

tanda REEDA (redness, edema, echymosis, discharge, and approximate) pada 24

jam pertama postpartum. REEDA adalah untuk mengkaji redness, edema,

echymosis (purplish patch of blood flow), discharge, dan approximation

(closeness of skin edge) yang berhubungan dengan trauma perineum setelah

persalinan. REEDA menilai lima komponen proses penyembuhan dan trauma

perineum setiap individu (Bick, 2010). Penilaian sistem REEDA meliputi: redness

tampak kemerahan pada daerah penjahitan, edema adalah adanya cairan dalam

jumlah besar yang abnormal di ruang jaringan intraselular tubuh, menunjukkan

jumlah yang nyata dalam jaringan subkutis, edema dalat terbatas yang disebabkan

oleh obstruksi vena atau saluran limfatik atau oleh peningkatan permeabilitas

vaskular. Ecchymosis adalah bercak perdarahan yang kecil, lebih lebar dari

petekie (bintik merah keunguan kecil dan bulat sempurna tidak menonjol), pada

kilit perineum membentuk bercak biru atau ungu yang rata, bulat atau tidak

beraturan. Discharge adalah adanya ereksi atau pengeluaran dari daerah yang luka

perineum. Approximation adalah kedekatan jaringan yang dijahit (Bick, 2010).

Sistem skoring Davidson dijelaskan pada tabel berikut

Tabel I

Skala REEDA

Penilaian Penyembuhan Luka Perineum

Nilai Redness

(Kemerahan)

Edema

(Pembengkakan)

Echymosis

(Bercak

Perdarahan)

Discharge

(Pengeluaran)

Aproximate

(Penyatuan

Luka)

0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tertutup

1 Kurang dari Pada perineum, Kurang dari Serum Jarak kulit

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

20

0,25 cm pada

kedua sisi

laserasi

<1cm dari

laserasi

0,25cm pada

kedua sisi

atau 0,5cm

pada satu sisi

3mm atau

kurang

2 Kurang dari

0,5cm pada

kedua sisi

laserasi

Pada perineum

dan atau vulva,

antara 1-2cm dari

laserasi

0,25-1 cm

pada kedua

sisi atau 0,5-

2cm pada satu

sisi

Serosanguinus Terdapat jarak

antara kulit

dan lemak

subkutan

3 Lebih dari

0,5cm pada

kedua sisi

laserasi

Pada perineum

dan atau vulva,

>2cm dari

laserasi

>1cm pada

kedua sisi

atau 2cm pada

satu sisi

Berdarah,

purullent

Terdapat jarak

antara kulit,

lemak

subkutan dan

fasia

C. Daun Sirih

1. Deskripsi Tanaman

Sirih adalah tanaman yang sangat familiar di Indonesia. Tidak sulit untuk

menemukan tanaman ini. Sirih tergolong tanaman rambat dan bisa mencapai

puluhan meter panjangnya. Tanaman ini memiliki nama latin Piper Betle

(Handayani, 2013).

Nama : Sirih

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub-kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle L. (Murtie, 2013)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

21

Gambar 1.

Daun Sirih

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

22

Tanaman ini tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain bisa

mencapai tinggi 15 m. Batang sirih bewarna coklat kehijauan, berbentuk bulat,

beruas, dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya tunggal berbentuk

jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan

mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Daun sirih memiliki warna hijau, dan

memiliki daun yang tebal. Pada permukaannya terdapat bulu halus, dengan daun

yang agak kasar. (Murtie, 2013)

Daun sirih banyak mengandung minyak atsiri yang dikenal juga dengan

istilah minyak terbang. Minyak ini mudah menguap di suhu kamar yang berfungsi

mematikan kuman, menghilangkan bau badan, menyembuhkan gangguan saluran

pencernaan, juga menyembuhkan luka pada kulit. Selain itu terdapat flavonoida

yang berkhasiat sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan juga antibakteri. Tanin di

dalam daun sirih juga berfungsi sebagai antidiare, antiseptik, dan antifungi. Masih

ada senyawa lain seperti alkaloida, steroida, glikosida, pati, seskuitepren, diatase,

dan kavikol (Handayani, 2013).

2. Kandungan Daun Sirih

Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri

1 - 4,2%, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C,

yodium, gula dan pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri

terdapat fenol alam yang mempunyai daya antiseptik 5 kali lebih kuat

dibandingkan dengan fenol biasa (bakterisid dan fungisid) tetapi tidak sporasid.

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung aroma

atau wangi yang khas. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol dan

beberapa derivatnya. Minyak atsiri terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

23

estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan

tannin, Kavikol merupakan komponen paling banyak dalam minyak atsiri yang

memberi bau khas pada sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat

menyebabkan perubahan warna (Moeljanto dan Mulyono, 2003).

Nutrisi yang terdapat di dalam sirih antara lain: Flavonoid, polifenol,

alkoloid, tanin, minyak atsiri, saponin, hidroksikaficol, kavicol, allyprokatenol,

karvokrol, eugenol, p-cymene, cyneole, coryofelen, cadinene, eksragol, terpepana,

fenil propoda (Murtie, 2013). Daun sirih juga memiliki manfaat lain bagi

kesehatan yaitu mengatasi diabetes melitus, menghilangkan batu ginjal, mencegah

dan mengatasi hepatitis, mencegah stroke, mengatasi asam urat, mencegah kanker,

mengatasi hipertensi, mengatasi keputihan, mengatasi maag, mengatasi nyeri

sendi, dan merawat kulit.

Kandungan sirih seperti Flavonoid berfungsi sebagai anti-inflamasi,

analgesi, anti-oksidan Mekanisme anti inflamasi terjadi melalui efek

penghambatan pada jalur metabolisme asam arakhidona, pembentukan

progtaglandin, pelepasan histamin pada radang. Flavonoid adalah senyawa fenol

yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya btersebar di dunia tumbuhan.

Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat

bewarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Perkembangan

pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid termasuk salah satu kelompok

senyawa aromatik yang termasuk polipenol dan mengandung antioksidan.

Antioksidan merupakan kemampuan suatu zat agar mudah teroksidasi, sehingga

udara/oksigen akan mengoksidasi senyawa antioksidan tersebut terlebih dahulu

sebelum mengoksidasi senyawa lain. Kebanyakan orang menyangka bahwa zat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

24

antioksidan merupakan senyawa untuk mencegah proses oksidasi namun

sebenarnya zat antioksidan adalah zat yang sangat mudah teroksidasi oleh udara

(oksigen).

Dalam sirih juga terdapat kandungan Saponin, saponin merupakan

senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun. Penyairan senyawa saponin

akan memberikan hasil yang lebih baik sebagai antibakteri jika menggunakan

pelarut polar seperti etanol 70%. Pada hidrolisis, saponin menghasilkan aglikon

yang disebut sapogenin (sebagai kortison). Pada strukturnya, saponin ada dua

yaitu steroid dan triterpenoid. Saponin steroid terdapat dalam tumbuhan

monokotil, dan saponin triterpenoid terdapat dalam tumbuhan dikotil. Saponin

memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses

penyembuhan luka (Andarsen dan Markham, 2006).

Kandungan sirih lainnya seperti tanin juga berfungsi sebagai antidiare,

antiseptik, dan juga antifungi (Handayani, 2013).

3. Pengaruh Daun Sirih Dalam Penyembuhan Luka Perineum

Daun sirih mengandung minyak atsiri. Dalam minyak atsiri di daun sirih

mengandung minyak terbang (Batlepenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula, zat

samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan

fungisida, anti jamur.

Berdasarkan penelitian tentang daun sirih yang dilakukan Kurniarum dan

Kurniawati tahun 2015, hasil penelitiannya menunjukkan kelompok perlakuan

yang menggunakan daun sirih untuk membasuh luka perineum ialah sebanyak 22

(77,3%) luka perineum kering dalam 7 hari, sedangkan 8 (26,7%) luka perineum

masih basah. Kelompok control yang menggunakan betadine 12 (40%) luka

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

25

perineum kering dalam 7 hari, sedangkan 18 (60%) luka perineum basah. Uji chi-

square p 0,009 dan OR 4,12. Kesimpulan ada pengaruh penggunaan daun sirih

dalam penyembuhan luka perineum dan 4,12 kali lebih efektif dibandingkan

penggunaan betadine

D. Madu

1. Pengertian Madu

Madu adalah cairan kental alami yang secara umum berasa manis. Madu

dihasilkab oleh lebah madu dari sari bunga tanaman atau bagian lain dari

tanaman. Bangsa Mesir membuat salep dari madu untuk menyembuhkan luka

bakar ataupun luka akibat tusukan benda tajam. Madu juga merangsang

tumbuhnya jaringan baru dan mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada

kulit (Ihsan, 2013).

2. Kandungan Madu

Kandungan yang terdapat dalam madu antara lain karbohidrat dengan tipe

sederhana. Madu mengandung air, fruktosa, sukrosa, asam amoniak, dan asam

lemak. Madu juga mengandung mineral-mineral penting seeprti kalsium, besi,

tembaga, kalsium, potassium, sodium, fosfor, magnesium, dan tembaga

(Hammad; 2004). Glukosa juga terkandung dalam madu berguna untuk

memperlancar kerja jantung dan meringankan gangguan penyakit hati.

Kandungan mineral yang ada dalam madu alam tergantung dari sari bunga

yang diisapnya. Bunga yang ditanam di tanah yang mengandung zat besi,

tembaga, dan mangan akan menjadikan madu bewarna gelap. Madu mengandung

banyak vitamin diantaranya vitamin B2 (Riboflavin), B5 (asam pentotenat), B6

(Piridoksin), vitamin A, vitamin C, dan Betakaroten. Vitamin A memegang peran

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

26

penting bagi pertumbuhan dan perkembangan, serta mempertahankan kesehatan

tubuh. Juga berkaitan dengan hormon adrenalin dan hormon teroid serta mengatur

bekerjanya sel- sel saraf. Kandungan Vitamin C juga sangat berguna bagi

penyembuhan luka, antioksidan, serta kekebalan (Ihsan, 2003).

3. Manfaat Madu

a. Antimikroba

Madu memiliki aktivitas antimikroba, melawan peradangan dan infeksi.

Didalam kandungan fisik dan kimiawi seperti kadar keasaman dan pengaruh

osmotik berperan untuk membunuh mikroba.

b. Kemampuan penyembuhan luka

Madu memiliki kemampuan untuk membersihkan luka , mengabsorpsi

cairan edema di sekitar luka dan menambah nutrisi.

c. Luka bakar

Membangkitkan reaksi pencegahan untuk penyembuhan luka bakar

d. Antioksidan

Kandungan plasma darah semakin bertambah untuk melawan oksidasi

dengan kadar yang lebih tinggi setelah minum madu. Dan terdapat juga

fenolik didalam madu yang sangat efektif untuk ketahanan tubuh melawan

stres.

4. Madu dalam Al-Qur’an

Allah swt sangat memuliakan lebah dalam Kitab-Nya. Kemuliaan yang

Allah berikan ini mencapai puncaknya kala secara khusus Allah SWT menyebut

satu surah dalam Al-Qur’an yang dikenal dengan surah An-Nahl yang berarti

lebah.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

27

Allah SWT berfirman dalam surah An-Nahl Ayat 68-69, yang artinya :

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-

bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”.

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlan jalan

Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu) dari perut lebah itu keluar minuman

(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang

menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkannya.” (Q.S.

An-Nahl: 68-69)

Ayat-ayat surat An-Nahl sarat akan tanda kebesaran berbagai nikmat dan

karunia Allah untuk umat manusia. Juga sebagai petunjuk dan bukti bahwa

manusia diberi kemudahan untuk memanfaatkan yang Allah ciptakan di muka

bumi, apa yang Allah simpan didalam lautan dan sungai, juga yang ada didalam

tanah dan pegunungan. Mengingat madu megandung obat dari segala macam

penyakit, Rasulullah SAW meresepkan madu untuk orang sakit perut. Andai

madu hanya obat untuk sejumlah penyakit saja, tentu Rasulullah SAW

memastikan terlebih dahulu apa saja jenis penyakitnya sebelum meresepkan madu

sebagai obat. Madu kadang memerlukan waktu untuk memperlihatkan pengaruh

kesembuhan.

5. Pengaruh Madu terhadap Percepatan Penyembuhan Luka

Masalah ibu dengan luka jahitan perineum sampai saat ini perlu

diperhatikan karena dapat menyebabkan disfungsi organ reproduksi wanita,

sebagai sumber perdarahan dan jalan keluar masuknya infeksi yang kemudian

menyebabkan kematian karena perdarahan atau sepsis.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

28

Penelitian tentang mobilisasi yang dilakukan oleh Sundari dan Djoko

dalam hasilnya menyebutkan bahwa dari 4 responden yang melakukan diberikan

madu setelah dilakukan uji statistik dengan Wilcoxon di dapatkan hasip p=0,023

yang berarti p < 0,05 dan demikian diartikan bahwa HO ditolak karna

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh madu terhadap penyembuhan luka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nabhani dan Widiyastuti (2017),

berdasarkan analisis bivariat diperoleh hasil t hitung 5.000 dan p value 0.015

karna hasil t hitung 5.000 diatas harga atau > table t: 2.35 dan p < dari 0.05 maka

disimpulan ada manfaat madu untuk mempercepat proses penyembuhan luka. .

E. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah hubungan antara konsep yang ingin diamati atau

diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2018).

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber : (Solehati dan Kosasih, 2015; Sulistiyawati, 2009; Uliyah dan

Hidayat, 2009; Handayani, 2013; Ihsan 2013; Rukiyah dan

Yulianti, 2010;)

Gambar 2.

Kerangka Teori

Ibu post partum

dengan luka

perineum

Faktor yang mempengaruhi

proses penyembuhan luka :

1. Usia

2. Perawatan luka perineum

Daun sirih

Madu

3. Nutrisi

4. Obat-obatan

5. Budaya dan keyakinan

Lama

penyembuhan luka

perineum

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

29

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada merupakan suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antar

variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoadmodjo, 2018). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut

Gambar 3

Kerangka Konsep

G. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya.

(Notoadmodjo, 2018). Berikut adalah pengelompokan variabel dalam penelitian

ini :

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen, variabel dependen penelitian ini adalah penyembuhan luka perineum.

Daun Sirih

Madu

Lama penyembuhan luka

perineum

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

30

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang memberi pengaruh pada

variabel dependen. Penelitian ini menggunakan dua variabel independen adalah

daun sirih dan madu

H. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2018). Hipotesis penelitian ini adalah “Ada perbedaan antara daun

sirih dan madu terhadap lamanya penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di

BPM Eka Santi Prabekti dan Sulistiyo Rahayu, Lampung Tengah”.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

31

I. Definisi Operasional

Definisi operasional berguna untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti. Definisi operasional juga

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur

(Notoatmodjo, 2012).

Tabel 2

Definisi Operasional

Variabel Definisi Opersaional Alat

Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

Efektifitas

penyembu

han luka

perineum

Penyembuhan luka

jalan lahir dilihat

dari lama

penyembuhan luka,

dengan kriteria luka.

kering, menutup dan

tidak ada tanda-tanda

infeksi seperti nyeri,

edema, kemerahan,

terdapat Pus dan

demam

Lembar

observasi

Wawancar

a dan

observasi

Waktu yang

diperoleh dalam

penyembuhan

luka perineum

Ratio

Perawatan

luka

perineum

Pemenuhan

kebutuhan ibu nifas

dengan luka

perineum untuk

mempercepat

penyembuhan luka

dengan menggunakan

terapi non

farmakologis (daun

sirih dan madu)

sampai luka sembuh

Checklist

dan lebar

observasi

Observasi 1. Perawatan

Dengan

Daun Sirih

2. Perawatan

Dengan

Madu

Nominal

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/471/4/Bab II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

8