bab ii tinjauan pustaka a. lembaga negara permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary
Organs)
1. Lembaga Negara Permanen
Sri Soemantri menyatakan bahwa, lembaga-lembaga negara merupakan
merupakan lemabag-lembaga yang ditentukan dalam konstitusi. Hal ini mengacu pada
pendapat K.C.Wheare, bahwa konstitusi digunakan untuk menggambarkan
keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, Lord James Bryce menegaskan bahwa
konsttusi merupakan suatu kerangka masyarakat politik yang diautr melalui dan atau
dengan hukum. Hukum telah menetapkan secara permanen lembaga-lembaga yang
mempunyai fungsi-fungsi dan hak-hak tertentu yang diakui, sedangkan menurut
C.F.Strong konstitusi adalah kumpulan yang mengatur dan menetapkan kekuasaan
pemerintah, hak-hak yang diperintah dan hubungan diantara keuanya atau antara
pemerintah dan yang diperintah. Hal ini berarti konstitusi sebagai kerangka negara
berisi lembaga-lembaga negara.12
Kemudian lembaga-lembaga tersebut menjalankan fungsi yang terpisah dan
memiliki sistem chekcd and balences, antara lain fungsi eksekutif, legislatif, dan
peradilan. Sri Soemantri mengatakan bahwa diluar konstitusi juga terdapat lembaga-
12 Teuku Saiful Bahri Johan, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara, Deep Publish,
Sleman, 2018. Hal 60
18
lembaga negara. Terkait hal tersebut beliau membagi dalam dua sistem ketatanegraan
Indonesia: yaitu, dalam arti sempit, yakni hanya berkenaan dengan lembaga-lembaga
yang terdapat dalam Undang Undang Dasar; dan dalam arti luas, yakni meliputi
lembaga-lembaga negara yang terdapat di dalam dan di luar Undang Undang Dasar.13
Pada dasarnya pembentukan lembaga-lembaga negara tersebut adalah dalam
rangka upaya pencapaian tujuan negara yang juga tujuan nasional semakin bertambah
kompleks, hal itu tidak dapat dicapai hanya dengan lembaga utama saja (main state’s
organ). Oleh sebab itu, dibentuklan lembaga-lembaga negara pembantu (auxiliary
state’s organ) yang mempunyai fungsi melayani. Perbedaannya adalah lembaga negara
utama permanent institution, sedangkan lembaga negara pembantu dapat tumbuh,
berkembang dan mungkin dihapuskan tergantung pada situasi dan konsidi. Menurut
Jimlu Asshidiqie, dalam Negara Republik Indonesia terdapat lebih dari 34 (tga puluh
empat) organ, jabatan, atau lembaga-lembaga yang secara eksplisit diatur
keberadaannya dalam UUD 1945. Organ tersebut dapat dibedakan dari dua kriteria,
yaitu kriteria hierarki bentuk sumber normatif yang menentukan kewenangannya, dan
kualitas fungsinya yang bersifat utama atau penunjang dalam sistem kekuasaan negara.
Dari segi hirarkinya lembaga atau organs negara dapat dibedakan dalam tiga lapis.
a. Organ hierarki pertama dapat disebut sebagai lembaga tinggi negara, yakni
presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, MPR, MK, MA, dan BPK seluruh
lembaga mendapat kewenangan dari UUD 1945.
13 ibid
19
b. Organ hierarki kedua disebut sebagai lembaga negara saja, yakni: mentri
negara, TNI, Polri, KY, KPU, dan BI ada pula yang mendapatkan
kewenangannya dari UUD, dan ada pula yang mendapatkannya dari Undang
Undang.
c. Organ hierarki ketiga adalah lembaga negara yang sumber kewenangannya
berasal dari regulator atau pembentuk peraturan dibawah undang-undang.14
Dari segi fungsinya, lembaga atau organs negara dapat dibagi menjadi dua,
yaitu ada yang bersifat utama atau primer, dan ada pula yang bersifat sekunder atau
penunjang (auxiliary). Bagir Manan menjelaskan bahwa lembaga negara dapat
dibedakan menjadi tiga jenis fungsinya, yakni 1) Lembaga Negara yang menjalankan
fungsi negara secara langsung atau betindak untuk dan atas nama negara, seperti
lembaga Kepresidenan, DPR, dan Lembaga Kekuasaan Kehakiman. Lembaga yang
menjalankan fungsi ini disebut alat kelengkpan negara. 2) Lembaga Negara yang
menjalankan fungsi administratif negara dan tidak bertindak untuk dan atas nama
negara. Artinya, lembaga ini hanya menjalankan fungsi administratif yang tidak
bersifat ketatanegaraan. Lembaga yang menjalankan fungsi ini disebut sebagai
lembaga administratif. 3) Lembaga Negara penunjang atau badan penunjang yang
berfungsi untuk menunjang fungsi alat kelengkapan negara. Lembaga ini disebut state
auxiliary organ/agency.15
14 ibid 15 ibid
20
2. Lembaga Negara Pembantu
Limitasi kekuasaan sangat erat kaitannya dengan teori pemisahan kekuasaan
(separation of powers) dan pembagian kekuasaan (division of powers). Meskipun
banyak istilah, semisal division of powers, separation of powers, distribution of
powers, dan allocation of powers, namun Jimly Asshidique (2009) dengan melihat
pada penggunaan istilah oleh M.C.J Vile, Colin Munro, Artur Mass, maupun O. Hood
Philips menyatakan bahwa pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki arti yang
sama saja, dan dangat bergantung pada konteks pengrtian yang dianut. Jimly
memisalkan dalam konstitusi Amerika Serikat, yang menggunakan kedua istilah yang
jika di kaitkan dengan pengertian oleh Arthur Mass perihal territorial division of
powers yang bersifat pemerintah pusat ke negara bagian (vertical), dan capital divison
of powers yang bersifat pemisahan kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif
di tingkat pemerintah federal (horizontal).16
Dalam teorinya, Montesquieu menganut paradigma pemisahan kekasaan secara
absolut. Bahwa pemisahan yang mutlak antara cabang kekuasaan yang satu dengan
yang lain. Masing-masing cabang kekuasaan tidak dapat saling mencampuri, ataupun
mengawasi satu sama lain. Dijelaskan, bilamana terdapat dua atau tiga kekuasaan
dipegang oleh satu tangan yang sama, maka akan lahir tirani. Oleh sebab itu, tidak ada
satupun dari masing-masing cabang kekuasaan diperbolehkan melanggar teritorial
16 Zainal Arifin Mochtar, Opcit, hal. 18
21
cabang kekuasaan lainnya. Masing-masing harus menjaga independensinya atau dalam
istilahnya kekuasaan harus berjalan secara otonom dan independent.17
Dari segi Hukum Konstitusi Sri Soemantri, mencermati lembaga state auxialiry
agencies menurut fungsi dan dasar hukum pembentukannya. Ia menyebutkan lembaga
itu dalam Bahasa inggris dengan sebutan state auxialiry bodues dengan terjemahan
lembaga negara yang melayani. Penamaan itu jelas dilihat dari fungsi state auxialiry
agencies yang umumnya melayani masyarakat. berdasarkan fungsi itu lembaga negara
dibedakan menjadi dua kelompok lembaga negara, yaitu (1) lembaga negara yang
menjalankan wewenang utama (2) lembaga negara yang memberikan pelayanan (state
auxialiry body).18
Jimly Asshiddiqie melakukan penjelajahan lebih mendalam dengan melahirkan
pemikiran dan gagasan mengenai hakikat kukuasaan yang dilembagakan dan
diorganisasikan ke dalam bangunan kenegaraan. Pemikiran Jimly ini berangkat dari
lima ajaran teori kedaulatan. Oleh karenanya Indonesia memilih kedaulatan rakyat
dalam penyelenggaraan kekuasaan negaranya, maka selain diwujudkan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan yang dihasilkan, juga mewujudkan dalam struktur
mekanisme kelembagaan negara dan pemerintah yang menjamin tegaknya sistem
hukum dan berfungsinya sistem demokrasi.selanjutnya, dikatakan ada dua jenis pilihan
17 Zainal Arifin Mochtar, Opcit, hal 21. 18 I Dewa Gede Atmadja, Opcit, hal 174.
22
pengorganisasian, yakni pemisahan kekuasaan (separation of powers) dan pembagian
kekuasaan (distribution/division of powers).19
Kebutuhan Praktik bernegara yang terus bergerak mengikuti dinamika
kompleksitas persoalan menghendaki hadirnya institusi baru. Karenanya pembagian
kekuasaan negara secara konvensional yang mengasumsikan hanya ada tiga cabang
kekuasaan di suatu negara tidak mampu lagi menjawab kompleksitas yang muncul
dalam perkembangan negara modern. Salah satu bentuk berkembanganya teori dan
praktik hukum tata negara modern yang banyak di perdebatkan hadirnya organ negara
yang dikenal dengan komisi negara atau lembaga negara independen atau state
auxialiry bodies atau state auxialiry agencies. Muara perdebatan ini hadinya komisi
negara menjadi semacam keniscayaan dalam menjawab kebutuhan praktik
ketatanegaraan. Selain itu, kehadiran komisi negara juga didorong oleh bentangan faka
munculnya krisis kepercayaan terhadap lembaga-lembaga negara konvensional.20
Salah satu metode paling menarik untuk melihat penggolongan lembaga negara
independen adalah apabila dinyatakan di dalam peraturan perungdang-undangan yang
menjadi dasar pembentukannya. Meskipun dalam pendekatan ini artinya ada lembaga
negara independen yang pembentukannya hanya menggunakan beleid pemerintah,
yakni peraturan pemerintah atau bahkan peraturan presiden.21
19 Zainal arifin Mochtar, Opcit, hal 29 20Saldi Isra, Menata Komisi Negara dalam kata pengantar buku Lembaga Negara Independen
Zainal Arifin Mochtar, Rajawali Press, 2016. 21 Zainal Arifin Mochtar, Opcit, hal. 62
23
Ada pembagian lain yakni adalah pembagian lembaga negara independen yang
benar-benar independen karena dasar hukumnya bebas dari penguasaan salah satu
cabang. Artinya, lembaga negara independent itu adalah lembaga yang dibuat dengan
dasar hukum undang-undang. Sedangkan lembaga negara yang di golongkan ke dalam
lembaga negara eksekutif (executive branch agencies). Sedangkan kemungkinan ketiga
dalam melihat lembaga negara independen adalah melihat secara komprehensif.
Melihat dari bentuk peraturan perundang-undangan yang menyebutkannya, sekaligus
aturan yang menyatakan dan pada saat yang sama melihat pada ciri ke indepenanya.22
Selain itu, ada juga cara pandang yang melihat lembaga negara independen
berdasarkan pembagian lembaga negara utama atau penunjang. Lembaga negara utama
adalah lembaga negara yang ada di konstitus dan bersifat utama atau tanpanya negara
tidak bisa berjalan. Sedangkan lembaga negara independen adalah lembaga negara
lainnya yang bisa bersifat menunjang (state auxialiry bodies), yang melayani atau
menunjang lembaga yang utama.23
B. Ombudsman Republik Indonesia
Ombudsman Republik Indonesia pada Pasal 2 Undang Undang Nomor 37
Tahun 2008 mendefinisikan ke independenan Ombudsman dengan mengatur bahwa
Ombudsman merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak memiliki
22 Ibid. 23 Ibid.
24
hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya, serta
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan
lainnya.24
Pasca reformasi, salah satu agenda pembaruan yang penting ialah memperbaiki
kondisi briokrasi yang penuh dengan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Oleh karena itu dari korupsi itulah ada ketiksetaraan perlakuan terhadap warga
masyarakat yang ingin mengakases pelayanan umum, sehingga seringkali mereka
malah terkena praktik mal administrasi, hal inilah yang menjadi tugas dari Ombudsman
untuk mengawasi pelayanan umum.25
Setiap orang mempunyai hak untuk meminta kepada ombudsman secara tertulis
untuk memeriksa cara suatu organ administrasi telah bertindak dalam suatu keadaan
tertentu terhadap seseorng atau badan hukum. Ombudsman juga berwenang untuk atau
atas prakarsa sendiri mengadakan suatu pemeriksaan. Dalam rangka pemeriksaan
ombudsman memiliki kewenangan tertentu. Misalnya dia dapat memanggil badan
administrasi itu, saksi dan pemohon. Yang dipanggil itu berkewajiban untuk memberi
informasi (keterangan) kepada ombudsman yang membutuhkannya untuk kegunaan
suatu pemeriksaan. Sesudah penutupan pemeriksaan, ombudsman menyusun suatu
laporan, yang didalamnya mengutarakan pengalaman-pengalamannya dan
pendapatnya.26
24 Pasal 2 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia. 25 Zainal Arifin Mochtar, Opcit, hal 92. 26 Philipus M. Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2015, hal. 194
25
Pendapat dari ombudsman tidak mengikat. Akan tergantung dari daya
meyakinkannya yang dia harus berusaha memperolehnya, sejauh mana laporan laporan
akan tetap efektif.27
Ombudsman dalam menjalankan tugasnya kewenangannya diberikan langsung
oleh undang-undang atau melekat pada suatu jabatan tertentu berdasarkan sumber
kewenangannya yaitu atribusi, atrubsi ialah pemberian kewenangan oleh pembuat
undang-undang sendiri kepada suatu organ pemerintah baik yang sudah adda maupun
yang baru sama sekali. Suatu atribusi menunjukan kewenangan yang asli atas dasar
ketentuan hukum tata negara. Suatu atribusi merupakan wewenang membuat
keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti
materil. Rumusan lain mengatakan bahwa atribusi merupakan pembentukan wewenang
tertentu dan pemberiannya kepada organ tertentu. Organ yang berwenang berdasarkan
peraturan perundang-undangan.28
Tugas, fungsi dan kewenangan Ombudsman sendiri sudah dijelaskan dalam
Bab IV Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 pada Pasal 6 menjelaskan
“Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan baik di pusat maupun
di daerah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.” 29
Tugas dari Ombudsman diatur dalam Pasal 7 Undang Undang Nomor 37 Tahun
2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia menjelaskan Ombudsman bertugas:
a. menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik;
27 ibid 28 ibid 29 Pasal 6 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia
26
b. melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;
c. menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan
Ombudsman;
d. melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan Maladministrasi
dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
e. melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;
f. membangun jaringan kerja;
g. melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik; dan
h. melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.30
Kewenangan Ombudsman diatur dalam Pasal 8 Undang Undang Nomor 37
Tahun 2008 tentang Ombudsman Repiblik Indonesia :
“(1) Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan
Pasal 7, Ombudsman berwenang:
a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau
pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada
Ombudsman;
b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada
Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;
c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan
dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;
d. melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang
terkait dengan Laporan;
e. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para
pihak;
f. membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk
Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak
yang dirugikan;
30 Pasal 7 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia
27
g. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan
Rekomendasi.31
“(2) Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ombudsman berwenang:
a. menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan
Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan
organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;
b. menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap
undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya diadakan
perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi.”32
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia “Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan
mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh
penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara
serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan
pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah.”33
Pengawasan atau controlling berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk untuk
menjamin agar penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan rencana. Jika dikaitkan
dengan hukum pemerintahan, pengawasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin sikap tindak pemerintah /aparat administrasi berjalan sesuai
dengan hukum yang berlaku. Jika dikaitkan dengan dengan Hukum Tata Negara,
pengawasan berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk menjamin terlaksananya
31 Pasal 8 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia 32 Pasal 8 ayat (2) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia 33 Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia
28
penyelenggaraan negara oleh lembaga-lembaga kenegaraan sesuai dengan hukum yang
berlaku.34
Pengawasan yang dilakukan oleh ombudsman lebih terpusat pada adanya
pelanggaran maladministrasi, pada Pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 37 Tahun
2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia menjelaskan apa yang dimaksud dengan
maladministrasi, “Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum,
melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi
tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum
dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara
dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil bagi
masyarakat dan orang perseorangan.”35
Dari hasil pemeriksaan Ombudsman apabla ditemukannya pelanggaran
maladministrasi, Pasal 35 Undang Undang Nomro 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman
“hasil pemeriksaan ombudsman dapat berupa menolak laporan atau menerima
laporan dan memberikan rekomendasi”36 dalam hal Ombudsman menerima laporan
dan memberikan rekomendasi ditemukannya Maladministrasi. Rekomendasi yang
dimaksudkan dijelaskan pada Pasal 37 ayat (2) “Rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya: a. uraian tentang Laporan yang
disampaikan kepada Ombudsman; b. uraian tentang hasil pemeriksaan; c. bentuk
Maladministrasi yang telah terjadi; dan d. kesimpulan dan pendapat Ombudsman
mengenai hal-hal yang perlu dilaksanakan Terlapor dan atasan Terlapor.”37
Rekomendasi wajib dijalankan oleh terlapor dan atasan terlapor hal tersebut
disebutkan dalam Pasal 38 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 Terlapor
dan atasan Terlapor wajib melaksanakan Rekomendasi Ombudsman.“38
34 Galang Asmara, Ombudsman Nasional dalam Sistem Pemerintahan Negara Republik
Indonesia, Laksbang, Yogyakarta, 2005, hal.125 35 Pasal 1 angka 3 Ketentuan Umum Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia 36 Pasal 35 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia 37 Pasal 37 ayat (2) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia 38 Pasal 38 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia
29
C. Penyeleasian Sengketa Pelayanan Publik di berbagai Negara
1. Afrika Selatan
Public protector Afrika Selatan dibentuk sebagai mekanisme penyelesaian
sengketa tahap kedua. Artinya, masyarakat yang ingin mengadukan sebuah institusi
pelayanan publik harus sudah melalui mekanisme internal. Keluhan dengan
mekanisme internal dapat dilakukan dengan memberikan keluhan lengsung kepada
petugas yang bersangkutan. Cara kedua dilakukan dengan mengirimkan surat kepada
atasan petugas ataupun kepala kantor yang bersangkutan.39
Jika mekanisme ditempuh tersebut tidak mendapatkan hasil yang memuaskan
barulah masyarakat diperbolehkan mengajukan keluhan kepada ombudsman.
Mekanisme tersebut dipilih agar masalah-masalah yang sifatnya sederhan dapat
ditangani dengan cepat. Penyelesaian permasalahan pelayanan publik memerlukan
proses yang cepat dan mudah. Publik protector memiliki kewenangan untuk menerima
keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan publik dengan prekondisi seperti yang
sudah dijelaska sebelumnya. Masyarakat harus mengajukan surat keluhan kepada
publik protector yang berisi: isi keluhan, latar belakang keluhan, alasan mengapa harus
mengajukan complaint kepada public protector, kronologis upaya keluhan yang sudah
dilakukan dan bagaimana tanggapan mereka (mekanisme internal), nomor kontak
pengaju aduan, beberapa hal yang dianggap sangat penting maka diperlukan sumpah.40
39 Lutfi J. Kurniawan dkk, Filosofi Pelayanan Publik, Setara Press, Malang, 2012. hal. 150 40 Ibid. hal 151
30
Berdasarkan surat keluahan tersebut barulah Public Protector (PP) dapat
melakukan penyelidikan terhasap institusi yang berbersangkutan. Dalam melakukan
penyelidikan public protector dapat meminta berbagai data penghubung dengan kasus
yang bersangkutan. Public protector dapat menyelidiki semua lembaga yang meberikan
pelayanan publik sebagai berikut: semua badan pemerintahan disemua tingkatan,
perseorangan yang melakukan fungsi pelayanan publik termasuk polisi dan petugas
penyelenggara pemilihan umum, perusahaan yang melibatkan negara, lembaga
bentukan negara. Lembaga- lembaga tersebut bisa diadukan oleh orang perseorangan
ataupun badan publik kaeran melakukan tindakan sebagai berikut:
1. kerugian yang disebabkan oleh penyalah gunaan kekuasaan, ketidakadilan,
penundaan, pelanggaran HAM, dan kebijakan lain yang dilakukan oleh
kebijakan yang berwenang
2. Maladministrasi
3. Indikasi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme41
Terhadap berbagai permasalahan yang diadukan Public Protector akan memberikan
solusi bagi perseorangan yang menajukan keluhan terhadap:
1. Keputusan Hakim
2. Tindakan/kehiatan individual
3. Perusahaan swasta
41 ibid
31
4. Dokter dan pengacara yang tidak bekerja untuk pemerintah tidak dapat
diadukan kepada public protector42
2. Hungaria
Istilah Ombudsman di Hungaria berbeda dengan di beberapa negara lainnya.
Disini diberinama Parlementary Commision (PC). Walaupun demikian PC memiliki
peranan yang serupa dengan Ombudsman di beberapa negara lainnya. Hanya saja
Parlementary Commision dibentuk berdasarkan 3 undang-undang yang berbeda.
Bentuknya serupa dengan komisi-komisi yang berkembang di Indonesia. Hanya saja
memiliki tarik yang lebih kuat.43
Segala tindakan yang dianggap melanggar hak sipil seperti prosedur yang
sengaja diperanjang, diskriminasi ketidak akuratan atau penyedia informasi yang
keliru, pelayanan yang tidak sesuai, penolakan tanpa alasan yang jelas, keputusan yang
tidak berdasarkan hukum dan bentuk kelalaiannya.44
Sedangkan Parlementary Commision untuk hak-hak etnik minoritas memiliki
kewenangan dalam penyelidikan. Masifnya wewenang penyelidikan yang dimiliki oleh
parlementary commission disebabkan oleh kemungkinan pelanggaran hak minoritas
oleh kelompok-kelompok tersebut. sehingga Parlementary Commision tidak
menggunakan batasan lembaga pemerintah saja tetapi menggunakan hak. Pendekatan
42Opcit. Lutfi J. Kurniawan dkk. hal 153. 43 Ibid 44 Ibid
32
ini menarik untuk direduplikasi sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah yang
menyeluruh terhadap hak-hak minoritas yang dimiliki masyarakat.45
Sedangkan komisi perlindungan data memiliki otoritas data memiliki otoritas
yang hampir serupa dengan parlementari commission untuk hak sipil. Hanya saja
parlementary commission data protec memiliki tugas untuk memberikan jaminan
perlindungan data-data personal yang dimiliki masyarakat.46
3. Kanada
Kanada membentuk Ombudsmannya berdasarkan Ombudsman Act.
Ombudsman di kanada berada di ibu kota provinsi. Ombudsman memiliki kewenangan
untuk melakukan investigasi terhadap kasus-kasus yang diadukan oleh penerima
pelayanan publik. Walau demikian, Ombudsman tetap memiliki kewenangan untuk
melakukan penyelidikan tanpa investigasi tanpa adanya laporan dari masyarakat.47
Keluhan-keluhan dari publik akan diterima oleh oleh Ombudsman apabila
mereka telah melakukan keluhan internal kepada lembaga-lembaga yang bersangkutan.
Sehingga ombudsman hanya menjadi lembaga penyelesaian sengketa tahap kedua
setelah mekanisme internal tidak dapat memuaskan publik. Investigasi akan dilakukan
ombudsman terhadap kasus yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan.
Masyarakat menyampaikan keluhan kepada Ombudsman dengan menyampaikan
45 Ibid. hal 155. 46 Ibid. 47 Ibid.
33
kronologis mekanisme internal yang telah ditempuh serta bukti-bukti yang menguatkan
tindakan tersebut.48
4. Inggris
Keberadaan Ombudsman di Inggris bisa dirunut pada Local Government Act.
Sebagaimana undang-undang yang menciptakannya, Ombudsman akan berada ditingkat
pemerintahan local. Tujuan utama kehadiran ombudsman adalah menjamin
terpenuhinya nilai-nilai publik seperti tersedianya pelayanan publik yang mudah
diakses. Menyediakan keputusan publik yang berkualitas dan memberikan kontribusi
pada pengembangan pelayanan administratif pemerintahan local. Implementasi ketiga
tujuan tersebut ombudsman menerima pengaduan dari masyarakat terhadap kinerja
pemerintah lokal.49
Lokal Government Act memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan
pada semua lembaga pemerintahan lokal. Namun ada berberapa yang tidak bisa
diselidiki oleh ombudsman seperti permasalahan pribadi, manajemen internal sekolah
atau universitas, serta permasalahan yang berdampak pada hampir semua orang yang
berada dalam data area council.50
Seperti halnya Ombudsman lainnya, LGO hanya akan menanggani sengketa
yang telah mendapatkan respon dari lembaga penyelenggara pelayanan publik yang
bersangkutan. Apabila permasalahan yang dilaporkan belum mendapatkan penaganan
48 Opcit. Lutfi J. Kurniawan dkk. hal 156. 49 Ibid. hal. 157. 50 Ibid.
34
dari lembaga yang dikeluhkan. Maka pelapor diminta untuk melapor dan menunggu
respon dari lembaga tersebut. Apabila dalam proses selanjutnya, pelapor tidak
mendapatkan respon makan bisa kembali melaporkan kasus tersebut kepada LGO.51
Setelah pelapor melaporkan kasusnya kepada LGO barulah LGO akan
melakukan penyelidikan dalam kasus tersebut. Selama penyelesaian kasus tersebut
masih ada kemungkinan terjadinya proses lokal. Artinya, lembaga tersebut mengakui
maladministrasi yang dia buat dan bersedia melakukan perbaikan. Jika proses yang
terjadi maka proses penyelidikan diberhentikan dan terjadi proses yang disebut sebagai
local settlement.52
Jika proses local settlement tidak terjadi, maka proses penyelesaian sengketa
akan terus berlangsung dan ombudsman akan membuat serangkaian rekomendasi.
Rekomendasi kepada lembaga yang dilaporkan terjadi apabila muncul kasus yang
mengakibatkan ketidakadilan bagi pelapor. Rekomendasi tersebut bisa berupa
perubanhan sistem ataupun sejumlah denda yang harus dibayarkan kepada pelapor
sebagai ganti rugi.53
Pada tahap pertama, laporan ombudsman yang pertama (first report). Dalam
laporan tersebut Ombudsman memberikan rekomendasi kepada lembaga yang
dilaporkan untuk mengambil beberapa tindakan tertentu. Apabila laporan yang pertama
tersebut tidak diindahkan, maka ombudsman mengirimkan laporan kedua. Apabila
51 Ibid. hal. 158 52 Opcit. Lutfi J. Kurniawan dkk. hal 159 53 Ibid
35
laporan kedua tersebut, lembaga yang dilaporakan tidak memberikan tanggapan. Maka
akan diberikan laporan yang ketiga. Dalam menjawab laporan yang ketiga tersebut,
lembaga yang dilaporkan harus membuat peryataan di media massa mengapa laporan
yang pertama dan laporan kedua tidak ditanggapi.54
D. Pelayanan Publik
Secara filosofis, fungsi negara mengemban tugas penting yaitu melindungi dan
mensejahterakan rakyat. Dalam rangka menyejahterakan rakyat itulah, maka negara
mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi seluruh pemenuhan hak setiap warga
negara. Oleh karena itulah maka lahirlah peran negara yang dilaksanakan oleh sebuah
pemerintah dengan tugas pokok yaitu mempertemukan dan mengatur berbagai
kebutuhan dan kepentingan warga negara baik hanya individu dan kelompok secara
adil dan non diskriminasi. Fasilitas seperti ini penting agar publik (warga
negara/masyarakat) dan negara/pemerintah secara bersama-sama dapat merumuskan
masalah/kebutuhan bersama. Dan dalam melakukan upaya-upaya pencapaian dan
pemenuhan tersebut juga diperlukan untuk dilakukan secara bersama-sama.55
Selanjutnya untuk memenuhi hal tersebut, maka perlu diupayakan terciptanya
ruang-ruang publik yang demokratis. Karena dengan suasana dan kultur yang
demokratis akan dapat dilakukan menumbuh kembangkan diskursus publik tentang
adanya penghormatan terhadap kesamaan kedudukan sebagai warga negara. Dalam
ruang-ruang publik tersebut, maka berbagai keragaman nilai dapat di pertemukan untuk
54 Ibid 55 Opcit. Lutfi J. Kurniawan dkk. hal. 9
36
mencapai kesepemahaman tentang suatu masalah. Dalam ruang publik itulah individu
maupun kelompok masyarakat berkolaborasi untuk mencapai kesepemahaman yang
saling menguntungkan tentang apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan
bersama.56
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik pengertian dari pelayanan publik, ”Pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.”57
Negara adalah rakyat, dan kuasa adalah milik rakyat, oleh karena itu tujuan
mendirikan negara adalah ntuk menyejahterakan rakyat secara adil, tanpa adanya
diskriminasi. Pendirian negara sebagai bentuk dari kesepakatan politik antara rakyat,
yang didalamnya mengatur tentang hak dan kewajiban. Dalam konteks inilah, maka
negara mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan yang baik terhadap
kepentingan rakyat. Bukan sebaliknya, rakyat menjadi pengabdi kepada kepentingan
penguasa negara.58
Dalam menjalankan kewajiban-kewajibannya, negara membutuhkan
seperangkat pemerintah dan birokrasi. Hal ini dibutuhkan sebagai konsekuensi logis
dari pertanggung jawaban negara. Dengan kata lain adanya birokrasi mempermudah
mencapai tujuan negara. Sayangnya saat ini posisi birokrasi seringkali banyak
dipahami oleh sebagian masnyarakat malah sebagai penghambat untuk mencapai
56 Ibid. hal. 10 57 Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 58 Opcit. Lutfi J. Kurniawan dkk, hal. 85
37
tujuan negara. Padahal jelas pemerintah yang didalamnya berjalan melalui birokrasi
adalah untuk mencapai tujuan mendirikan negara. Munculnya pemahaman negaatif
dikalangan masyarakat atas peran pemerintah dan birokrasi ini, disebabkan oleh tidak
adanya pemahaman konsetual yang sama antara rakyat sebagai penerima layanan
birokrasi dengan pelaku birokrasi sebagai orang yang mempunyai ototritas penyedia
dan pelaksana birokrasi.59
Pada dasarnya pelayanan publik variable pentingnya ada pemberi dan ada
penerima layanan, namun kemuadian menjadi rumit tatkala menyangkut pada aspek
penilaian tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan. Karena
pemberi layanan dilakukan oleh negara (pemerintah-birokrasi) maka dibutuhkan
beberapa prasyarat penting yang harus dilalui oleh pemberi layanan, sebelum produk
layanan diberikan kepada masyarakat. Prasyarat pertama, adanya proses politik yang
harus dilakukan oleh pemberi layanan agar benar-benar mampu menjawab kebutuhan
masyarakat. Kedua adanya regulasi yang berbentuk produk hukum untuk menjamin
adanya kepastian dalam pola relasi antara pemberi dan penerima pelayanan.60
59 Ibid. hal. 86 60 Opcit. Luthfi J. Kurniawan hal. 27