bab ii tinjauan pustaka a. lembaga negara permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/bab ii.pdf ·...

21
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu ( State Auxiliary Organs) 1. Lembaga Negara Permanen Sri Soemantri menyatakan bahwa, lembaga-lembaga negara merupakan merupakan lemabag-lembaga yang ditentukan dalam konstitusi. Hal ini mengacu pada pendapat K.C.Wheare, bahwa konstitusi digunakan untuk menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, Lord James Bryce menegaskan bahwa konsttusi merupakan suatu kerangka masyarakat politik yang diautr melalui dan atau dengan hukum. Hukum telah menetapkan secara permanen lembaga-lembaga yang mempunyai fungsi-fungsi dan hak-hak tertentu yang diakui, sedangkan menurut C.F.Strong konstitusi adalah kumpulan yang mengatur dan menetapkan kekuasaan pemerintah, hak-hak yang diperintah dan hubungan diantara keuanya atau antara pemerintah dan yang diperintah. Hal ini berarti konstitusi sebagai kerangka negara berisi lembaga-lembaga negara. 12 Kemudian lembaga-lembaga tersebut menjalankan fungsi yang terpisah dan memiliki sistem chekcd and balences, antara lain fungsi eksekutif, legislatif, dan peradilan. Sri Soemantri mengatakan bahwa diluar konstitusi juga terdapat lembaga- 12 Teuku Saiful Bahri Johan, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara, Deep Publish, Sleman, 2018. Hal 60

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary

Organs)

1. Lembaga Negara Permanen

Sri Soemantri menyatakan bahwa, lembaga-lembaga negara merupakan

merupakan lemabag-lembaga yang ditentukan dalam konstitusi. Hal ini mengacu pada

pendapat K.C.Wheare, bahwa konstitusi digunakan untuk menggambarkan

keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, Lord James Bryce menegaskan bahwa

konsttusi merupakan suatu kerangka masyarakat politik yang diautr melalui dan atau

dengan hukum. Hukum telah menetapkan secara permanen lembaga-lembaga yang

mempunyai fungsi-fungsi dan hak-hak tertentu yang diakui, sedangkan menurut

C.F.Strong konstitusi adalah kumpulan yang mengatur dan menetapkan kekuasaan

pemerintah, hak-hak yang diperintah dan hubungan diantara keuanya atau antara

pemerintah dan yang diperintah. Hal ini berarti konstitusi sebagai kerangka negara

berisi lembaga-lembaga negara.12

Kemudian lembaga-lembaga tersebut menjalankan fungsi yang terpisah dan

memiliki sistem chekcd and balences, antara lain fungsi eksekutif, legislatif, dan

peradilan. Sri Soemantri mengatakan bahwa diluar konstitusi juga terdapat lembaga-

12 Teuku Saiful Bahri Johan, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara, Deep Publish,

Sleman, 2018. Hal 60

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

18

lembaga negara. Terkait hal tersebut beliau membagi dalam dua sistem ketatanegraan

Indonesia: yaitu, dalam arti sempit, yakni hanya berkenaan dengan lembaga-lembaga

yang terdapat dalam Undang Undang Dasar; dan dalam arti luas, yakni meliputi

lembaga-lembaga negara yang terdapat di dalam dan di luar Undang Undang Dasar.13

Pada dasarnya pembentukan lembaga-lembaga negara tersebut adalah dalam

rangka upaya pencapaian tujuan negara yang juga tujuan nasional semakin bertambah

kompleks, hal itu tidak dapat dicapai hanya dengan lembaga utama saja (main state’s

organ). Oleh sebab itu, dibentuklan lembaga-lembaga negara pembantu (auxiliary

state’s organ) yang mempunyai fungsi melayani. Perbedaannya adalah lembaga negara

utama permanent institution, sedangkan lembaga negara pembantu dapat tumbuh,

berkembang dan mungkin dihapuskan tergantung pada situasi dan konsidi. Menurut

Jimlu Asshidiqie, dalam Negara Republik Indonesia terdapat lebih dari 34 (tga puluh

empat) organ, jabatan, atau lembaga-lembaga yang secara eksplisit diatur

keberadaannya dalam UUD 1945. Organ tersebut dapat dibedakan dari dua kriteria,

yaitu kriteria hierarki bentuk sumber normatif yang menentukan kewenangannya, dan

kualitas fungsinya yang bersifat utama atau penunjang dalam sistem kekuasaan negara.

Dari segi hirarkinya lembaga atau organs negara dapat dibedakan dalam tiga lapis.

a. Organ hierarki pertama dapat disebut sebagai lembaga tinggi negara, yakni

presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, MPR, MK, MA, dan BPK seluruh

lembaga mendapat kewenangan dari UUD 1945.

13 ibid

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

19

b. Organ hierarki kedua disebut sebagai lembaga negara saja, yakni: mentri

negara, TNI, Polri, KY, KPU, dan BI ada pula yang mendapatkan

kewenangannya dari UUD, dan ada pula yang mendapatkannya dari Undang

Undang.

c. Organ hierarki ketiga adalah lembaga negara yang sumber kewenangannya

berasal dari regulator atau pembentuk peraturan dibawah undang-undang.14

Dari segi fungsinya, lembaga atau organs negara dapat dibagi menjadi dua,

yaitu ada yang bersifat utama atau primer, dan ada pula yang bersifat sekunder atau

penunjang (auxiliary). Bagir Manan menjelaskan bahwa lembaga negara dapat

dibedakan menjadi tiga jenis fungsinya, yakni 1) Lembaga Negara yang menjalankan

fungsi negara secara langsung atau betindak untuk dan atas nama negara, seperti

lembaga Kepresidenan, DPR, dan Lembaga Kekuasaan Kehakiman. Lembaga yang

menjalankan fungsi ini disebut alat kelengkpan negara. 2) Lembaga Negara yang

menjalankan fungsi administratif negara dan tidak bertindak untuk dan atas nama

negara. Artinya, lembaga ini hanya menjalankan fungsi administratif yang tidak

bersifat ketatanegaraan. Lembaga yang menjalankan fungsi ini disebut sebagai

lembaga administratif. 3) Lembaga Negara penunjang atau badan penunjang yang

berfungsi untuk menunjang fungsi alat kelengkapan negara. Lembaga ini disebut state

auxiliary organ/agency.15

14 ibid 15 ibid

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

20

2. Lembaga Negara Pembantu

Limitasi kekuasaan sangat erat kaitannya dengan teori pemisahan kekuasaan

(separation of powers) dan pembagian kekuasaan (division of powers). Meskipun

banyak istilah, semisal division of powers, separation of powers, distribution of

powers, dan allocation of powers, namun Jimly Asshidique (2009) dengan melihat

pada penggunaan istilah oleh M.C.J Vile, Colin Munro, Artur Mass, maupun O. Hood

Philips menyatakan bahwa pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki arti yang

sama saja, dan dangat bergantung pada konteks pengrtian yang dianut. Jimly

memisalkan dalam konstitusi Amerika Serikat, yang menggunakan kedua istilah yang

jika di kaitkan dengan pengertian oleh Arthur Mass perihal territorial division of

powers yang bersifat pemerintah pusat ke negara bagian (vertical), dan capital divison

of powers yang bersifat pemisahan kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif

di tingkat pemerintah federal (horizontal).16

Dalam teorinya, Montesquieu menganut paradigma pemisahan kekasaan secara

absolut. Bahwa pemisahan yang mutlak antara cabang kekuasaan yang satu dengan

yang lain. Masing-masing cabang kekuasaan tidak dapat saling mencampuri, ataupun

mengawasi satu sama lain. Dijelaskan, bilamana terdapat dua atau tiga kekuasaan

dipegang oleh satu tangan yang sama, maka akan lahir tirani. Oleh sebab itu, tidak ada

satupun dari masing-masing cabang kekuasaan diperbolehkan melanggar teritorial

16 Zainal Arifin Mochtar, Opcit, hal. 18

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

21

cabang kekuasaan lainnya. Masing-masing harus menjaga independensinya atau dalam

istilahnya kekuasaan harus berjalan secara otonom dan independent.17

Dari segi Hukum Konstitusi Sri Soemantri, mencermati lembaga state auxialiry

agencies menurut fungsi dan dasar hukum pembentukannya. Ia menyebutkan lembaga

itu dalam Bahasa inggris dengan sebutan state auxialiry bodues dengan terjemahan

lembaga negara yang melayani. Penamaan itu jelas dilihat dari fungsi state auxialiry

agencies yang umumnya melayani masyarakat. berdasarkan fungsi itu lembaga negara

dibedakan menjadi dua kelompok lembaga negara, yaitu (1) lembaga negara yang

menjalankan wewenang utama (2) lembaga negara yang memberikan pelayanan (state

auxialiry body).18

Jimly Asshiddiqie melakukan penjelajahan lebih mendalam dengan melahirkan

pemikiran dan gagasan mengenai hakikat kukuasaan yang dilembagakan dan

diorganisasikan ke dalam bangunan kenegaraan. Pemikiran Jimly ini berangkat dari

lima ajaran teori kedaulatan. Oleh karenanya Indonesia memilih kedaulatan rakyat

dalam penyelenggaraan kekuasaan negaranya, maka selain diwujudkan dalam bentuk

peraturan perundang-undangan yang dihasilkan, juga mewujudkan dalam struktur

mekanisme kelembagaan negara dan pemerintah yang menjamin tegaknya sistem

hukum dan berfungsinya sistem demokrasi.selanjutnya, dikatakan ada dua jenis pilihan

17 Zainal Arifin Mochtar, Opcit, hal 21. 18 I Dewa Gede Atmadja, Opcit, hal 174.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

22

pengorganisasian, yakni pemisahan kekuasaan (separation of powers) dan pembagian

kekuasaan (distribution/division of powers).19

Kebutuhan Praktik bernegara yang terus bergerak mengikuti dinamika

kompleksitas persoalan menghendaki hadirnya institusi baru. Karenanya pembagian

kekuasaan negara secara konvensional yang mengasumsikan hanya ada tiga cabang

kekuasaan di suatu negara tidak mampu lagi menjawab kompleksitas yang muncul

dalam perkembangan negara modern. Salah satu bentuk berkembanganya teori dan

praktik hukum tata negara modern yang banyak di perdebatkan hadirnya organ negara

yang dikenal dengan komisi negara atau lembaga negara independen atau state

auxialiry bodies atau state auxialiry agencies. Muara perdebatan ini hadinya komisi

negara menjadi semacam keniscayaan dalam menjawab kebutuhan praktik

ketatanegaraan. Selain itu, kehadiran komisi negara juga didorong oleh bentangan faka

munculnya krisis kepercayaan terhadap lembaga-lembaga negara konvensional.20

Salah satu metode paling menarik untuk melihat penggolongan lembaga negara

independen adalah apabila dinyatakan di dalam peraturan perungdang-undangan yang

menjadi dasar pembentukannya. Meskipun dalam pendekatan ini artinya ada lembaga

negara independen yang pembentukannya hanya menggunakan beleid pemerintah,

yakni peraturan pemerintah atau bahkan peraturan presiden.21

19 Zainal arifin Mochtar, Opcit, hal 29 20Saldi Isra, Menata Komisi Negara dalam kata pengantar buku Lembaga Negara Independen

Zainal Arifin Mochtar, Rajawali Press, 2016. 21 Zainal Arifin Mochtar, Opcit, hal. 62

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

23

Ada pembagian lain yakni adalah pembagian lembaga negara independen yang

benar-benar independen karena dasar hukumnya bebas dari penguasaan salah satu

cabang. Artinya, lembaga negara independent itu adalah lembaga yang dibuat dengan

dasar hukum undang-undang. Sedangkan lembaga negara yang di golongkan ke dalam

lembaga negara eksekutif (executive branch agencies). Sedangkan kemungkinan ketiga

dalam melihat lembaga negara independen adalah melihat secara komprehensif.

Melihat dari bentuk peraturan perundang-undangan yang menyebutkannya, sekaligus

aturan yang menyatakan dan pada saat yang sama melihat pada ciri ke indepenanya.22

Selain itu, ada juga cara pandang yang melihat lembaga negara independen

berdasarkan pembagian lembaga negara utama atau penunjang. Lembaga negara utama

adalah lembaga negara yang ada di konstitus dan bersifat utama atau tanpanya negara

tidak bisa berjalan. Sedangkan lembaga negara independen adalah lembaga negara

lainnya yang bisa bersifat menunjang (state auxialiry bodies), yang melayani atau

menunjang lembaga yang utama.23

B. Ombudsman Republik Indonesia

Ombudsman Republik Indonesia pada Pasal 2 Undang Undang Nomor 37

Tahun 2008 mendefinisikan ke independenan Ombudsman dengan mengatur bahwa

Ombudsman merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak memiliki

22 Ibid. 23 Ibid.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

24

hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya, serta

dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan

lainnya.24

Pasca reformasi, salah satu agenda pembaruan yang penting ialah memperbaiki

kondisi briokrasi yang penuh dengan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Oleh karena itu dari korupsi itulah ada ketiksetaraan perlakuan terhadap warga

masyarakat yang ingin mengakases pelayanan umum, sehingga seringkali mereka

malah terkena praktik mal administrasi, hal inilah yang menjadi tugas dari Ombudsman

untuk mengawasi pelayanan umum.25

Setiap orang mempunyai hak untuk meminta kepada ombudsman secara tertulis

untuk memeriksa cara suatu organ administrasi telah bertindak dalam suatu keadaan

tertentu terhadap seseorng atau badan hukum. Ombudsman juga berwenang untuk atau

atas prakarsa sendiri mengadakan suatu pemeriksaan. Dalam rangka pemeriksaan

ombudsman memiliki kewenangan tertentu. Misalnya dia dapat memanggil badan

administrasi itu, saksi dan pemohon. Yang dipanggil itu berkewajiban untuk memberi

informasi (keterangan) kepada ombudsman yang membutuhkannya untuk kegunaan

suatu pemeriksaan. Sesudah penutupan pemeriksaan, ombudsman menyusun suatu

laporan, yang didalamnya mengutarakan pengalaman-pengalamannya dan

pendapatnya.26

24 Pasal 2 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia. 25 Zainal Arifin Mochtar, Opcit, hal 92. 26 Philipus M. Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta, 2015, hal. 194

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

25

Pendapat dari ombudsman tidak mengikat. Akan tergantung dari daya

meyakinkannya yang dia harus berusaha memperolehnya, sejauh mana laporan laporan

akan tetap efektif.27

Ombudsman dalam menjalankan tugasnya kewenangannya diberikan langsung

oleh undang-undang atau melekat pada suatu jabatan tertentu berdasarkan sumber

kewenangannya yaitu atribusi, atrubsi ialah pemberian kewenangan oleh pembuat

undang-undang sendiri kepada suatu organ pemerintah baik yang sudah adda maupun

yang baru sama sekali. Suatu atribusi menunjukan kewenangan yang asli atas dasar

ketentuan hukum tata negara. Suatu atribusi merupakan wewenang membuat

keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti

materil. Rumusan lain mengatakan bahwa atribusi merupakan pembentukan wewenang

tertentu dan pemberiannya kepada organ tertentu. Organ yang berwenang berdasarkan

peraturan perundang-undangan.28

Tugas, fungsi dan kewenangan Ombudsman sendiri sudah dijelaskan dalam

Bab IV Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 pada Pasal 6 menjelaskan

“Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang

diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan baik di pusat maupun

di daerah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan

Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau

perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.” 29

Tugas dari Ombudsman diatur dalam Pasal 7 Undang Undang Nomor 37 Tahun

2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia menjelaskan Ombudsman bertugas:

a. menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik;

27 ibid 28 ibid 29 Pasal 6 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

26

b. melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;

c. menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan

Ombudsman;

d. melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan Maladministrasi

dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

e. melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga

pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;

f. membangun jaringan kerja;

g. melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan

publik; dan

h. melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.30

Kewenangan Ombudsman diatur dalam Pasal 8 Undang Undang Nomor 37

Tahun 2008 tentang Ombudsman Repiblik Indonesia :

“(1) Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan

Pasal 7, Ombudsman berwenang:

a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau

pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada

Ombudsman;

b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada

Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;

c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan

dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;

d. melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang

terkait dengan Laporan;

e. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para

pihak;

f. membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk

Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak

yang dirugikan;

30 Pasal 7 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

27

g. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan

Rekomendasi.31

“(2) Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ombudsman berwenang:

a. menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan

Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan

organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;

b. menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap

undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya diadakan

perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi.”32

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia “Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya

disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan

mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh

penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan

Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara

serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan

pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja

daerah.”33

Pengawasan atau controlling berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk untuk

menjamin agar penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan rencana. Jika dikaitkan

dengan hukum pemerintahan, pengawasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

ditujukan untuk menjamin sikap tindak pemerintah /aparat administrasi berjalan sesuai

dengan hukum yang berlaku. Jika dikaitkan dengan dengan Hukum Tata Negara,

pengawasan berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk menjamin terlaksananya

31 Pasal 8 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik

Indonesia 32 Pasal 8 ayat (2) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik

Indonesia 33 Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik

Indonesia

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

28

penyelenggaraan negara oleh lembaga-lembaga kenegaraan sesuai dengan hukum yang

berlaku.34

Pengawasan yang dilakukan oleh ombudsman lebih terpusat pada adanya

pelanggaran maladministrasi, pada Pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 37 Tahun

2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia menjelaskan apa yang dimaksud dengan

maladministrasi, “Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum,

melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi

tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum

dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara

dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil bagi

masyarakat dan orang perseorangan.”35

Dari hasil pemeriksaan Ombudsman apabla ditemukannya pelanggaran

maladministrasi, Pasal 35 Undang Undang Nomro 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman

“hasil pemeriksaan ombudsman dapat berupa menolak laporan atau menerima

laporan dan memberikan rekomendasi”36 dalam hal Ombudsman menerima laporan

dan memberikan rekomendasi ditemukannya Maladministrasi. Rekomendasi yang

dimaksudkan dijelaskan pada Pasal 37 ayat (2) “Rekomendasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya: a. uraian tentang Laporan yang

disampaikan kepada Ombudsman; b. uraian tentang hasil pemeriksaan; c. bentuk

Maladministrasi yang telah terjadi; dan d. kesimpulan dan pendapat Ombudsman

mengenai hal-hal yang perlu dilaksanakan Terlapor dan atasan Terlapor.”37

Rekomendasi wajib dijalankan oleh terlapor dan atasan terlapor hal tersebut

disebutkan dalam Pasal 38 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 Terlapor

dan atasan Terlapor wajib melaksanakan Rekomendasi Ombudsman.“38

34 Galang Asmara, Ombudsman Nasional dalam Sistem Pemerintahan Negara Republik

Indonesia, Laksbang, Yogyakarta, 2005, hal.125 35 Pasal 1 angka 3 Ketentuan Umum Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia 36 Pasal 35 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia 37 Pasal 37 ayat (2) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik

Indonesia 38 Pasal 38 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik

Indonesia

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

29

C. Penyeleasian Sengketa Pelayanan Publik di berbagai Negara

1. Afrika Selatan

Public protector Afrika Selatan dibentuk sebagai mekanisme penyelesaian

sengketa tahap kedua. Artinya, masyarakat yang ingin mengadukan sebuah institusi

pelayanan publik harus sudah melalui mekanisme internal. Keluhan dengan

mekanisme internal dapat dilakukan dengan memberikan keluhan lengsung kepada

petugas yang bersangkutan. Cara kedua dilakukan dengan mengirimkan surat kepada

atasan petugas ataupun kepala kantor yang bersangkutan.39

Jika mekanisme ditempuh tersebut tidak mendapatkan hasil yang memuaskan

barulah masyarakat diperbolehkan mengajukan keluhan kepada ombudsman.

Mekanisme tersebut dipilih agar masalah-masalah yang sifatnya sederhan dapat

ditangani dengan cepat. Penyelesaian permasalahan pelayanan publik memerlukan

proses yang cepat dan mudah. Publik protector memiliki kewenangan untuk menerima

keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan publik dengan prekondisi seperti yang

sudah dijelaska sebelumnya. Masyarakat harus mengajukan surat keluhan kepada

publik protector yang berisi: isi keluhan, latar belakang keluhan, alasan mengapa harus

mengajukan complaint kepada public protector, kronologis upaya keluhan yang sudah

dilakukan dan bagaimana tanggapan mereka (mekanisme internal), nomor kontak

pengaju aduan, beberapa hal yang dianggap sangat penting maka diperlukan sumpah.40

39 Lutfi J. Kurniawan dkk, Filosofi Pelayanan Publik, Setara Press, Malang, 2012. hal. 150 40 Ibid. hal 151

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

30

Berdasarkan surat keluahan tersebut barulah Public Protector (PP) dapat

melakukan penyelidikan terhasap institusi yang berbersangkutan. Dalam melakukan

penyelidikan public protector dapat meminta berbagai data penghubung dengan kasus

yang bersangkutan. Public protector dapat menyelidiki semua lembaga yang meberikan

pelayanan publik sebagai berikut: semua badan pemerintahan disemua tingkatan,

perseorangan yang melakukan fungsi pelayanan publik termasuk polisi dan petugas

penyelenggara pemilihan umum, perusahaan yang melibatkan negara, lembaga

bentukan negara. Lembaga- lembaga tersebut bisa diadukan oleh orang perseorangan

ataupun badan publik kaeran melakukan tindakan sebagai berikut:

1. kerugian yang disebabkan oleh penyalah gunaan kekuasaan, ketidakadilan,

penundaan, pelanggaran HAM, dan kebijakan lain yang dilakukan oleh

kebijakan yang berwenang

2. Maladministrasi

3. Indikasi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme41

Terhadap berbagai permasalahan yang diadukan Public Protector akan memberikan

solusi bagi perseorangan yang menajukan keluhan terhadap:

1. Keputusan Hakim

2. Tindakan/kehiatan individual

3. Perusahaan swasta

41 ibid

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

31

4. Dokter dan pengacara yang tidak bekerja untuk pemerintah tidak dapat

diadukan kepada public protector42

2. Hungaria

Istilah Ombudsman di Hungaria berbeda dengan di beberapa negara lainnya.

Disini diberinama Parlementary Commision (PC). Walaupun demikian PC memiliki

peranan yang serupa dengan Ombudsman di beberapa negara lainnya. Hanya saja

Parlementary Commision dibentuk berdasarkan 3 undang-undang yang berbeda.

Bentuknya serupa dengan komisi-komisi yang berkembang di Indonesia. Hanya saja

memiliki tarik yang lebih kuat.43

Segala tindakan yang dianggap melanggar hak sipil seperti prosedur yang

sengaja diperanjang, diskriminasi ketidak akuratan atau penyedia informasi yang

keliru, pelayanan yang tidak sesuai, penolakan tanpa alasan yang jelas, keputusan yang

tidak berdasarkan hukum dan bentuk kelalaiannya.44

Sedangkan Parlementary Commision untuk hak-hak etnik minoritas memiliki

kewenangan dalam penyelidikan. Masifnya wewenang penyelidikan yang dimiliki oleh

parlementary commission disebabkan oleh kemungkinan pelanggaran hak minoritas

oleh kelompok-kelompok tersebut. sehingga Parlementary Commision tidak

menggunakan batasan lembaga pemerintah saja tetapi menggunakan hak. Pendekatan

42Opcit. Lutfi J. Kurniawan dkk. hal 153. 43 Ibid 44 Ibid

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

32

ini menarik untuk direduplikasi sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah yang

menyeluruh terhadap hak-hak minoritas yang dimiliki masyarakat.45

Sedangkan komisi perlindungan data memiliki otoritas data memiliki otoritas

yang hampir serupa dengan parlementari commission untuk hak sipil. Hanya saja

parlementary commission data protec memiliki tugas untuk memberikan jaminan

perlindungan data-data personal yang dimiliki masyarakat.46

3. Kanada

Kanada membentuk Ombudsmannya berdasarkan Ombudsman Act.

Ombudsman di kanada berada di ibu kota provinsi. Ombudsman memiliki kewenangan

untuk melakukan investigasi terhadap kasus-kasus yang diadukan oleh penerima

pelayanan publik. Walau demikian, Ombudsman tetap memiliki kewenangan untuk

melakukan penyelidikan tanpa investigasi tanpa adanya laporan dari masyarakat.47

Keluhan-keluhan dari publik akan diterima oleh oleh Ombudsman apabila

mereka telah melakukan keluhan internal kepada lembaga-lembaga yang bersangkutan.

Sehingga ombudsman hanya menjadi lembaga penyelesaian sengketa tahap kedua

setelah mekanisme internal tidak dapat memuaskan publik. Investigasi akan dilakukan

ombudsman terhadap kasus yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan.

Masyarakat menyampaikan keluhan kepada Ombudsman dengan menyampaikan

45 Ibid. hal 155. 46 Ibid. 47 Ibid.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

33

kronologis mekanisme internal yang telah ditempuh serta bukti-bukti yang menguatkan

tindakan tersebut.48

4. Inggris

Keberadaan Ombudsman di Inggris bisa dirunut pada Local Government Act.

Sebagaimana undang-undang yang menciptakannya, Ombudsman akan berada ditingkat

pemerintahan local. Tujuan utama kehadiran ombudsman adalah menjamin

terpenuhinya nilai-nilai publik seperti tersedianya pelayanan publik yang mudah

diakses. Menyediakan keputusan publik yang berkualitas dan memberikan kontribusi

pada pengembangan pelayanan administratif pemerintahan local. Implementasi ketiga

tujuan tersebut ombudsman menerima pengaduan dari masyarakat terhadap kinerja

pemerintah lokal.49

Lokal Government Act memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan

pada semua lembaga pemerintahan lokal. Namun ada berberapa yang tidak bisa

diselidiki oleh ombudsman seperti permasalahan pribadi, manajemen internal sekolah

atau universitas, serta permasalahan yang berdampak pada hampir semua orang yang

berada dalam data area council.50

Seperti halnya Ombudsman lainnya, LGO hanya akan menanggani sengketa

yang telah mendapatkan respon dari lembaga penyelenggara pelayanan publik yang

bersangkutan. Apabila permasalahan yang dilaporkan belum mendapatkan penaganan

48 Opcit. Lutfi J. Kurniawan dkk. hal 156. 49 Ibid. hal. 157. 50 Ibid.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

34

dari lembaga yang dikeluhkan. Maka pelapor diminta untuk melapor dan menunggu

respon dari lembaga tersebut. Apabila dalam proses selanjutnya, pelapor tidak

mendapatkan respon makan bisa kembali melaporkan kasus tersebut kepada LGO.51

Setelah pelapor melaporkan kasusnya kepada LGO barulah LGO akan

melakukan penyelidikan dalam kasus tersebut. Selama penyelesaian kasus tersebut

masih ada kemungkinan terjadinya proses lokal. Artinya, lembaga tersebut mengakui

maladministrasi yang dia buat dan bersedia melakukan perbaikan. Jika proses yang

terjadi maka proses penyelidikan diberhentikan dan terjadi proses yang disebut sebagai

local settlement.52

Jika proses local settlement tidak terjadi, maka proses penyelesaian sengketa

akan terus berlangsung dan ombudsman akan membuat serangkaian rekomendasi.

Rekomendasi kepada lembaga yang dilaporkan terjadi apabila muncul kasus yang

mengakibatkan ketidakadilan bagi pelapor. Rekomendasi tersebut bisa berupa

perubanhan sistem ataupun sejumlah denda yang harus dibayarkan kepada pelapor

sebagai ganti rugi.53

Pada tahap pertama, laporan ombudsman yang pertama (first report). Dalam

laporan tersebut Ombudsman memberikan rekomendasi kepada lembaga yang

dilaporkan untuk mengambil beberapa tindakan tertentu. Apabila laporan yang pertama

tersebut tidak diindahkan, maka ombudsman mengirimkan laporan kedua. Apabila

51 Ibid. hal. 158 52 Opcit. Lutfi J. Kurniawan dkk. hal 159 53 Ibid

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

35

laporan kedua tersebut, lembaga yang dilaporakan tidak memberikan tanggapan. Maka

akan diberikan laporan yang ketiga. Dalam menjawab laporan yang ketiga tersebut,

lembaga yang dilaporkan harus membuat peryataan di media massa mengapa laporan

yang pertama dan laporan kedua tidak ditanggapi.54

D. Pelayanan Publik

Secara filosofis, fungsi negara mengemban tugas penting yaitu melindungi dan

mensejahterakan rakyat. Dalam rangka menyejahterakan rakyat itulah, maka negara

mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi seluruh pemenuhan hak setiap warga

negara. Oleh karena itulah maka lahirlah peran negara yang dilaksanakan oleh sebuah

pemerintah dengan tugas pokok yaitu mempertemukan dan mengatur berbagai

kebutuhan dan kepentingan warga negara baik hanya individu dan kelompok secara

adil dan non diskriminasi. Fasilitas seperti ini penting agar publik (warga

negara/masyarakat) dan negara/pemerintah secara bersama-sama dapat merumuskan

masalah/kebutuhan bersama. Dan dalam melakukan upaya-upaya pencapaian dan

pemenuhan tersebut juga diperlukan untuk dilakukan secara bersama-sama.55

Selanjutnya untuk memenuhi hal tersebut, maka perlu diupayakan terciptanya

ruang-ruang publik yang demokratis. Karena dengan suasana dan kultur yang

demokratis akan dapat dilakukan menumbuh kembangkan diskursus publik tentang

adanya penghormatan terhadap kesamaan kedudukan sebagai warga negara. Dalam

ruang-ruang publik tersebut, maka berbagai keragaman nilai dapat di pertemukan untuk

54 Ibid 55 Opcit. Lutfi J. Kurniawan dkk. hal. 9

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

36

mencapai kesepemahaman tentang suatu masalah. Dalam ruang publik itulah individu

maupun kelompok masyarakat berkolaborasi untuk mencapai kesepemahaman yang

saling menguntungkan tentang apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan

bersama.56

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik pengertian dari pelayanan publik, ”Pelayanan publik adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk

atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.”57

Negara adalah rakyat, dan kuasa adalah milik rakyat, oleh karena itu tujuan

mendirikan negara adalah ntuk menyejahterakan rakyat secara adil, tanpa adanya

diskriminasi. Pendirian negara sebagai bentuk dari kesepakatan politik antara rakyat,

yang didalamnya mengatur tentang hak dan kewajiban. Dalam konteks inilah, maka

negara mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan yang baik terhadap

kepentingan rakyat. Bukan sebaliknya, rakyat menjadi pengabdi kepada kepentingan

penguasa negara.58

Dalam menjalankan kewajiban-kewajibannya, negara membutuhkan

seperangkat pemerintah dan birokrasi. Hal ini dibutuhkan sebagai konsekuensi logis

dari pertanggung jawaban negara. Dengan kata lain adanya birokrasi mempermudah

mencapai tujuan negara. Sayangnya saat ini posisi birokrasi seringkali banyak

dipahami oleh sebagian masnyarakat malah sebagai penghambat untuk mencapai

56 Ibid. hal. 10 57 Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 58 Opcit. Lutfi J. Kurniawan dkk, hal. 85

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Negara Permanen dan ...eprints.umm.ac.id/50725/3/BAB II.pdf · A. Lembaga Negara Permanen dan Lembaga Negara Pembantu (State Auxiliary Organs) 1

37

tujuan negara. Padahal jelas pemerintah yang didalamnya berjalan melalui birokrasi

adalah untuk mencapai tujuan mendirikan negara. Munculnya pemahaman negaatif

dikalangan masyarakat atas peran pemerintah dan birokrasi ini, disebabkan oleh tidak

adanya pemahaman konsetual yang sama antara rakyat sebagai penerima layanan

birokrasi dengan pelaku birokrasi sebagai orang yang mempunyai ototritas penyedia

dan pelaksana birokrasi.59

Pada dasarnya pelayanan publik variable pentingnya ada pemberi dan ada

penerima layanan, namun kemuadian menjadi rumit tatkala menyangkut pada aspek

penilaian tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan. Karena

pemberi layanan dilakukan oleh negara (pemerintah-birokrasi) maka dibutuhkan

beberapa prasyarat penting yang harus dilalui oleh pemberi layanan, sebelum produk

layanan diberikan kepada masyarakat. Prasyarat pertama, adanya proses politik yang

harus dilakukan oleh pemberi layanan agar benar-benar mampu menjawab kebutuhan

masyarakat. Kedua adanya regulasi yang berbentuk produk hukum untuk menjamin

adanya kepastian dalam pola relasi antara pemberi dan penerima pelayanan.60

59 Ibid. hal. 86 60 Opcit. Luthfi J. Kurniawan hal. 27