bab ii tinjauan pustaka a. lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/prima nurdiana putra bab ii.pdf ·...

29
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Pengertian Lanjut usia adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat terlihat berbeda denan kelompok umur lainnya (Depkes RI, 2005; dalam Puspitasari, 2014). 2. Klasifikasi Lansia Menurut WHO dalam Maryam (2008) klasisifikasi lansia digolongkan menjadi 4 yaitu: a. Usia pertengahan atau middle age yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun. b. Lanjut usia atau elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun. c. Lanjut usia tua atau old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun. d. Lanjut usia sangat tua atau very old yaitu seseorang yang berusia diatas 90 tahun. 3. Perubahan Fungsional pada Lanjut Usia Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif maupun kuantitatif. Tubuh manusia akan mengalami proses degeneratif. Menurut Nugroho (2008) perubahan yang terjadi pada lansia meliputi: Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Upload: truonganh

Post on 24-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian

Lanjut usia adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang

secara fisik terlihat terlihat berbeda denan kelompok umur lainnya

(Depkes RI, 2005; dalam Puspitasari, 2014).

2. Klasifikasi Lansia

Menurut WHO dalam Maryam (2008) klasisifikasi lansia

digolongkan menjadi 4 yaitu:

a. Usia pertengahan atau middle age yaitu seseorang yang berusia 45-59

tahun.

b. Lanjut usia atau elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua atau old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun.

d. Lanjut usia sangat tua atau very old yaitu seseorang yang berusia diatas

90 tahun.

3. Perubahan Fungsional pada Lanjut Usia

Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara

kualitatif maupun kuantitatif. Tubuh manusia akan mengalami proses

degeneratif. Menurut Nugroho (2008) perubahan yang terjadi pada lansia

meliputi:

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

11

1) Perubahan Fisik

a) Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar dan cairan tubuh

menurun.

b) Sistem persarafan: saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya

menurun serta lambat dalam merespon. Respon motorik dan

refleks juga berkurang.

c) Sistem pendengaran: membran timpani atrofi sehingga terjadi

gangguan pendengaran.

d) Sistem penglihatan: respon terhadap sinar, adaptasi terhadap gelap,

akomodasi,dan lapang pandang menurun.

e) Sistem kardiovaskuler katup jantung menebal dan kaku,

kemampuan memompa darah menurun, serta meningkatnya

resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah

meningkat.

f) Sistem pernafan: terjadi penurunan kekuatan otot-otot pernapasan

dan menjadi kaku, menarik napas lebih berat, kemampuan batuk

menurun, serta terjadi penyempitan bronkus.

g) Sistem gastrointestinal: asam lambung, rasa lapar dan indra

pengecapan menurun.

h) Sistem genitourinaria: terjadi penurunan kemampuan ginjal untuk

mengonsentrasi urin. Otot kandung kemih melemah sehingga

frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit

dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urin.

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

12

i) Sistem endokrin: produksi hormon menurun.

j) Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit kasar bersisik, proteksi kulit menurun,

berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan.

k) Sistem musculokeletal: tulang kehilangan kepadatanya, bungkuk,

persendian membesar dan menjadi kaku, kram tremor dan tendon

mengerut.

2) Perubahan Mental

Perubahan mental yang biasanya terjadi pada lansia meliputi

depresi, frustasi, kesepian, takut menghadapi kematian dan kecemasan.

3) Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial didasari nilai yang diukur melalui

produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan peranan dalam pekerjaan,

biasanya terjadi saat seseorang mengalami pensiun.

B. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi (“silent killer“) dan

perannya terhadap gangguan jantung dan otak tidak diragukan lagi

(Budisetio, 2011). Sesorang dikatakan mengalami hipertensi apabila

tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik 90 mmHg (Rachman,

2011). Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu

keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

13

suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti

stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi),

penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung)

serta penyempitan ventrikel kiri/ bilik kiri (terjadi pada otot jantung)

(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012).

Sedangkan Menurut (Wahdah, 2011) hipertensi pada lansia yaitu

tekanan darah sistolenya diatas 140 mmHg dan diastolnya diatas 90

mmHg. Hipertensi pada lansia disebabkan karena gangguan psikologi,

diantaranya kecemasan, depesi stres, dan marah yang tidak tersalurkan,

sehingga tekanan darah pada lansia terus meningkat (Nugroho, 2008).

Pada lansia hipertensi lebih menonjol dibandingkan dengan hipotensi

karena hipertensi merupakan faktor resiko utama dari perkembangan

penyakit jantung dan stroke (Noviani, et al 2011). Lansia yang mengalami

hipertensi dibiarkan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan

kerusakan serius pada pembuluh darah, jantung dan gagal ginjal (Wahdah,

2011).

2. Klasifikasi Hipertensi

a. Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Hipertensi esensial (primer)

Hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena

tidak diketahui penyebabnya. Tipe ini terjadi pada sebagian besar

kasus tekanan darah tinggi yaitu sekitar 95%. Faktor yang

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

14

mempengaruhi yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf

simpatis sistem renin. Angiostensin dan peningkatan Na + Ca

intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas,

merokok, alkohol, dan polisitema (Nurarif & Kusuma, 2013). Pada

hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler,

aldosteronism, pheochromocytoma, gagal ginjal, dan penyakit

lainya genetika dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab

timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain diantaranya

faktor stres, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan,

demografi, dan gaya hidup (Lewis, et al 2000).

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi yang penyebab spesifiknya sudah diketahui,

seperti gangguan pada ginjal, terganggunya keseimbangan hormon,

yang merupakan faktor pengatur tekanan darah, pengaruh obat

obatan seperti KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropeitin, kokain,

penyalahgunaan alkohol, kayu manis (dalam jumlah yang sangat

besar) (Martuti, A. 2009).

b. Berdasarkan Bentuk Hipertensi (Gunawan, 2001):

1.) Hipertensi Sistolik

Hipertensi sistolik (Isolated systolic hypertension) yaitu

hipertensi yang biasanaya ditemukan pada usia lanjut, yang

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

15

ditandai dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti

peningkatan tekanan diastolic.

2.) Hipertensi Diastolic

Hipertensi diastolic (diastolic hypertension) yaitu

peningkatan tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan

sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

3.) Hipertensi campuran

Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan sistolik dan

diikuti peningkatan tekanan diastolic.

Table 2.1 klasifikasi derajat hipertensi menurut WHO.

No Kategori

Sistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120 -129 80 -84

3. High normal 130 -139 85 -89

4. Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Grade 2 (sedang) 160 -179 100 – 109

Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. Faktor Risiko

Faktor risiko yang relevan terhadap mekanisme terjadinya

hipertensi adalah:

1) Genetik

Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu

dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

16

besar untuk menderita hipertensi primer daripada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

2) Jenis Kelamin

Menurut Sutomo (2009), Hipertensi banyak ditemukan pada

laki-laki dewasa muda dan paruh baya. Sebaliknya, hipertensi sering

terjadi pada sebagian besar wanita setelah berusia 55 tahun atau yang

mengalami menopouse. Hipertensi primer lebih jarang ditemukan

pada perempuan pra menopouse dibanding pria karena pengaruh

hormon. Wanita yang belum mengalami menopouse dilindungi oleh

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High

Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis.

3) Usia

Insidensi hipertensi primer meningkat seiring dengan

pertambahan usia. 50-60% pasien dengan umur lebih dari 60 tahun

memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

4) Obesitas

Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini

disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah

sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Anggraini, et al, 2009).

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

17

5) Asupan Garam

Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan sekresi hormon

natriuretik. Hormon tersebut menghambat aktivitas sel pompa natrium

dan mempunyai efek penekanan pada sistem pengeluaran natrium

sehingga terjadi peningkatan volume plasma yang mengakibatkan

kenaikan tekanan darah.

6) Hiperaktivitas Simpatis

Pada hipertensi primer, sekresi katekolamin yang meningkat

akan memacu produksi renin menyebabkan kontriksi arteriol dan vena

serta meningkatkan curah jantung. (Gray, et al 2002).

7) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran tenaga/ energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik

dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau

olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam

seminggu (Mukti, 2012).

4. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di

toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

18

bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah.

Dimana dengan dilepaskanya noreepineprin mengakibatkan kontriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin.

Meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Disaat yang bersamaan sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang dapat memperkuat

respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriktor yang

menyebabkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah

menjadi angiostensin II, suatu vasokontriksi kuat, yang pada giliranya

merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan darah tinggi.

Untuk pertimbangan gerontology, perubahan struktural dan

fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

19

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada giliranya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuanya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan

tahanan perifer (Brunner &Suddart, 2002).

5. Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Sutarni (2004), gejala-gejala hipertensi antara lain sakit

kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau

mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah,

hidung berdarah, sering buang air kecil terutama malam hari, telinga

berdering (tinnitus) dan duinia terasa berputar. Crowin (2000:359)

menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami

hipertensi bertahun-tahun berupa: nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang

disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intra kranial,

penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan

langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia

karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema

dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

20

6. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi akibat hipertensi menurut Palmer & Wiliams (2007)

antara lain:

a. Gagal jantung

Gagal jantung adalah istilah untuk suatau keadaan dimana

secara progresif jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh

secara efisien.

b. Angina

Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri dada.

c. Serangan jantung

Serangan jantung atau disebut dengan infark miokard karena

terjadi saat sebagian otot jantung mengalami infark atau mati.

d. Stroke

Tekanan darah tinggi akan menyebabkan dua jenis stroke, yaitu

stroke iskemik dan stroke hemorargik.

e. Gagal ginjal

Gagal ginjal kronik biasanya berakhir pada gagal ginjal

terminal. Keadaan ini bersifat fatal kecuali jika pendritanya menjalani

dialysys atau transplatasi ginjal.

f. Gangguan sirkulasi

Gangguan sirkulasi akan merusak atau menyerang bagaian

tungkai dan mata. Pada tungkai akan menyebabkan nyeri tungkai dan

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

21

kaki sehingga akan menjadikan sulit untuk berjalan. Sedangkan pada

mata dapat menyebabkan kebutaan atau retinopati.

7. Pengendalian hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko timbulnya penyakit

kardiovaskuler atau komplikasi organ lainya, untuk itu diperlukan upaya

pengendalian yang bertujuan mencegah terjadinya komplikasi dan

meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang lama hidup penderita

hipertensi. Dengan mengendalikan tekanan darah, angka mortalitas dan

morbiditas dapat diturunkan. Pengendalian hipertensi dibedakan dalam

dua jenis penatalaksanaan, diantaranya:

a. Farmakologis

Menurut Divine (2012) beberapa obat farmakologi yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi yaitu:

1) Diuretik

Jenis obat ini adalah obat yang mempengaruhi ginjal. Kadar

garam di dalam tubuh dikeluarkan bersamaan dengan zat cair yang

ditahan oleh garam. Biasanya tidak ada efek samping yang

mengganggu, tetapi efek tambahan dari diuretik adalah tidak saja

garam yang dikeluarkan dari tubuh, tetapi zat penting seperti kalium

juga ikut keluar.

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

22

2) Alpha, beta, dan alpha-beta adrenergic blocker

Obat-obatan ini bekerja menghalangi pengaruh bahan-bahan

kimia tertentu dalam tubuh, juga dapat membuat jantung berdetak

lebih lambat dan tidak begitu keras dalam memompa.

3) Inhibitor ACE (Angiostensin Corverting Enzym)

Inhibitor ACE membantu mengendurkan pembuluh darah

dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alamiah dalam

tubuh yang disebut angiostensin II.

4) Calcium Chanel Blocker

Obat ini membantu mengendurkan pembuluh darah dan

mengurangi aliran darah. Pengaruh penurunan tekanan darah dari

obat ini bisa singkat, bisa juga lama. Penurunan singkat tidak

direkomendasikan pada tekanan darah tinggi, sebab kontrolnya

tidak menentu, dan beberapa laporan mengaitkan dengan pengaruh

terhadap jantung yang merugikan.

Pengobatan modern untuk hipertensi banyak

menyembuhkan hipertensi namun pengobatan ini juga memiliki

efek samping. Efek samping yang sering timbul adalah sakit kepala,

pusing, lemas, dan mual (Susilo & Wulandari, 2011).

b. Non Farmakologis

Perubahan pola hidup sehat merupakan pengobatan non

farmakologis yang bertujuan menghilangkan faktor resiko yang dapat

memperberat penyakit (Marliani, 2007). Penatalaksanaan non

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

23

farmakologi misalnya dengan menjalankan pola hidup sehat,

menurunkan berat badan sampai batas ideal dengan cara membatasi

makan dan mengurangi penggunaan garam, menghentikan pemakaian

alkohol dan narkoba, hidup dengan pola yang sehat istirahat yang

cukup, berhenti merokok, mengelola stres, melakukan olahraga yang

tidak terlalu berat secara teratu ( Susilo & Wulandari, 2011). Disamping

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, modifikasi gaya

hidup juga dapat mengurangi terjadinya kenaikan tekanan darah.

Modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan diantaranya:

1) Mengatur Pola Makan

Hipertensi merupakan salah satu penyakit akibat gaya hidup

yang buruk, oleh karena itu memerlukan pengaturan komposisi

makan. Pengaturan pola makan yang diimbangi dengan olahraga

dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Bagi penderita

hipertensi selain mengatur asupan kalori yang seimbang dan

membatasi asupan garam (natrium klorida), misalnya pada mie

instan. Selain itu, makanan yang diawetkan (ikan asin) juga

hendaknya dikurangi. Untuk mengurangi tekanan darah dapat

dilakukan dengan meningkatkan asupan kalium dalam bentuk

suplemen atau sayuran yang mengandung banyak mineral (seledri,

kol, jamur, dan kacang-kacangan) (Pattisina, 2006).

Dengan menurunkan asupan garam diperkirakan akan

menurunkan tekanan darah sampai dengan tingkatan yang lebih

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

24

optimal, sehingga mencegah ribuan kematian akibat CVD

(Cardiovascular Disease) dan stroke. Di Inggris diperkirakan

pengurangan asupan natrium sebesar 100 mol/ hari akan

menyebabkan tekanan darah turun dari 5,0-2,8 mmHg dan

mencegah kematian akibat PJK serta 15.000 kmmatian akibat

stroke (Brown et al 2009).

2) Meningkatkan aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai pergerakan otot

yang menggunakan energi. Olahraga adalah salah satu jenis

aktivitas fisik yang didefinisikan sebagai aktivitas yang

direncanakan dan diberi struktur dimana gerakan bagian tubuh

diulang untuk memperoleh kebugaran, misalnya jalan kaki,

jogging, berenang, dan aerobik. Secara substansial kegiatan

olahraga dengan intensitas sedang lebih baik daripada olahraga

dengan intensitas berat, hal tersebut dikarenakan dapat

meningkatkan kardiak output dengan sedikit kenaikan tekanan

darah. Selain olahraga, kegiatan rumah tangga sehari-hari misalnya

menyapu halaman dan lainya juga dapat diklasifikasikan sebagai

aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan merupakan

akumulalsi atau total jumlah dari beberapa aktivitas fisik sepanjang

hari. Pada dasarnya setiap orang dewasa harus melakukan paling

sedikit 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang setiap hari

(Soeharto, 2004).

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

25

Irmawati (2013), senam lansia terbukti bermanfaat dalam

menurunkan tekanan darah bagi lansia penderita hipertensi.

C. Senam Lansia

1. Pengertian

Olahraga senam sekarang ini banyak sekali macam dan ragamnya

yang ada dipergaulan masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan dan

Kesehatan. Kelenturan, koordinasi, dan sesuai dengan prinsip latihan.

Prinsip latihan yang meliputi : kualitas latihan, frekuensi latihan, interval

latihan, lama latihan, kualitas latihan dan variasi latihan (Suroto, 2004).

Lansia adalah seorang individu laki-laki maupun perempuan yang

berumur 60-69 tahun (Nugroho 1999:20; dalam Agustina, 2010).

Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan

terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia dalam bentuk

latihan fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan fisik lansia. Aktifitas

olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena

melatih tulang tetap kuat, dan membantu menghilangkan radikal bebas

yang berkeliaran di dalam tubuh (Widianti & Atikah, 2010).

Melakukan olahraga seperti senam lansia mampu mendorong

jantung bekerja secara optimal, olahraga untuk jantung mampu

meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh akibat

peningkatan tersebut akan meningkatkan aktivitas pernafasan dan otot

rangka, dari peningkatan aktivitas pernafasan akan meningkatkan aliran

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

26

balik vena sehingga menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang

akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan

tekanan darah arteri meningkat sedang, setelah tekanan darah arteri

meningkat akan terjadi fase istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini

mampu menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka dan

menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan epinefrin menurun, namun

aktivitas saraf simpatis meningkat, setelah itu akan menyebabkan

kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup menurun,

vasodilatasi arteriol vena, karena penurunan ini mengakibatkan penurunan

curah jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadinya

penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005).

2. Manfaat Senam Lansia

Menurut Suparto (2000) Senam lansia bermanfaat dalam

memperlambat proses penuaan, mengurangi kejadian kegemukan, DM,

hipertensi, kelainan otot-otot sendi dan tulang, serta memperbaiki keadaan

mental lansia. Sedangkan menurut Darmojo (1999), senam lansia

mempunyai manfaat melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan

dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya dalam kondisi

sakit, dapat digunakan sebagai fungsi rehabilitasi. Pada usia lanjut terjadi

penurunan masa otot serta kekuatanya, laju denyut jantung maksimal,

toleransi latihan, kapasitas aerobik, dan terjadinya peningkatan lemak

tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

27

atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai

penelitian menunjukan bahwa latihan atau olahraga seperti senam lansia

dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes

melitus, penyakit arteri koroner dan terjatuh. Senam lansia membantu

tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong

jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang

berkeliaran di dalam tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan kata lain

mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah

baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu

yang cukup lama (Sumosardjuno, 1998; dalam Agustina, E. 2010).

3. Lamanya senam

Senam akan bermanfaat untuk kesehatan jasmani jika dilaksanakan

dalam zona latihan 15 menit (Maryam, 2008). Sedangkan menurut Murray

(1993); dalam Agustina (2010) latihan fisik (senam) lansia sebaiknya

dilakukan dalam periode waktu 20-30 menit.

4. Aspek Fisiologi Senam Lansia

Respon kimiawi menghasilkan penurunan pH dan kadar ,

terakumulasinya asam laktat, adenosin dan oleh metabolisme selama

otot aktif berkontraksi. Akumulasi zat metabolik ini menyebabkan

pembuluh darah mengalami dilatasi yang akan menurunkan tekanan

arteri, namun berlangsung sementara karena adanya respon arterial

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

28

baroreseptor dengan meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup

sehingga tekanan darah meningkat (Roni, 2009).

Tekanan darah yang meningkat akan meningkakan stimulus impuls

pada pusat baroreseptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju

pusat pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron

sensorik yang akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan

NE (noreprinephrin dan epinephrin), dan saraf parasimpatis yang akan

melepaskan lebih banyak ACH yang mempengaruhi SA node yang akan

menurunkan tekanan darah (Guyton, 2001).

5. Teknik dan Cara Senam

a. Pemanasan (warming up)

Gerakan umum (yang dilibatkan sebanyak-banyaknya otot dan

sendi) dilakukan secara lambat dan hati-hati. Dilakukan bersama

dengan peregangan (stretching). Lamanya kira-kira 8-10 menit. Pada 5

menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. Pemanasan dimaksud

untuk mengurangi cedera dan mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat

turut serta dalam proses metabolisme yang meningkat (Menpora,

2008).

b. Latihan Inti

Tergantung pada komponen/ faktor yang dilatih maka bentuk

latihan tergantung pada faktor fisik yang paling buruk. Gerakan senam

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

29

dilakukan berurutan dan dapat diiringi dengan musik yang disesuaikan

dengan gerakan.

c. Pendinginan (cooling down)

Dilakukan secara aktif artinya sehabis latihan inti perlu

dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali

normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya

keringat. Pendinginan dilakukan seperti pemanasan yaitu selama 8-10

menit.

6. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah

Prinsip yang penting dalam olahraga untuk mereka yang menderita

tekanan darah tinggi ialah melalui dengan olahraga ringan lebih dulu

seperti jalan kaki atau senam. Berjalan kaki secara teratur sekitar 30-45

menit setiap hari dan makin lama jalan dapat dipercepat akan menurunkan

tekanan darah. Dengan olahraga seperti senam maka sel, jaringan yang

membutuhkan peningkatan oksigen dan glukosa untuk membentuk ATP.

Terkait dengan pembuluh darah maka dapat digambarkan bahwa

pembuluh darah mengalami pelebaran (vasodilatasi), serta pembuluh darah

yang belum terbuka akan terbuka sehingga aliran darah ke sel, jaringan

meningkat (Darmojo, 2006).

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

30

D. Senam Aerobik

1. Pengertian Senam Aerobik

Jika dinyatakan secara sederhana, aerobik berarti “dengan

oksigen”. Segala sesuatu yang kita lakukan, setiap gerakan, setiap

pemikiran, setiap detak jantung, dan setiap milimeter gerakan saluran

pencernaan memerlukan kiriman oksigen ke sel-sel yang sedang bekerja.

Kita begitu tergantung pada oksigen hingga tanpa oksigen selama lebih

dari beberapa menit sel-sel kita akan mati. Banyak sel mempunyai

kemampuan menjadi lebih efisien dengan oksigen terkirim dengan cara

menyesuaikan dengan beban kerja yang lebih berat (Divine, 2012).

Menurut Sharkey (2002), aerobik merupakan kapasitas maksimal

untuk menghirup, mengeluarkan, dan menggunakan oksigen.

2. Klasifikasi Aerobik

Menurut Brick (2001); dalam Sumarwan (2013), gerak aerobik

dikategorikan menjadi beberapa bagian, diantaranya:

1) Aerobik kursi: aerobik yang dilakukan sambil duduk disebuah kursi.

Aerobik ini baik digunakan bagi orang yang mempunyai masalah

keseimbangan.

2) Aerobik low impact: gerakan yang membutuhkan sebuah kaki selalu

berada di lantai setiap waktu.

3) Aerobik moderate impact: gerakanya mengangkat tumit tetapi jari kaki

tetap dilantai.

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

31

4) Aerobik high impact: gerakanya mengarah pada kaki yang

meninggalkan lantai, seperti melompat.

5) Aerobik dengan dingklik: gerakanya sama dengan low impact, hanya

saja menggunakan sebuah dingklik, bangkua tau kursi atau sandaran

untuk digunakan gerakan naik turun.

6) Latihan meluncur: latihan gerak menyamping dengan intensitas tinggi

yang menyerupai gerakan meluncur.

Sedangkan menurut Susanto (2008); dalam Rokhmah (2014),

Senam aerobik dibagi menjadi dua yaitu : high impact dan low impact.

Pertama yaitu high impact, untuk orang yang terlatih karena gerakan

ini cenderung keras pada waktu melakukan senam, ada saat kedua kaki

melayang, sehingga gerakanya berupa gerakan lari, melompat, dan

melemparkan kaki, sehingga senam ini tidak cocok untuk penderit

hipertensi, karena olahraga yang keras dapat membahayakan penderita

hipertensi itu sendiri. Senam aerobik low impact sendiri merupakan

senam yang gerakannya ringan, bisa dilakukan siapa saja mulai dari

usia anak-anak, dewasa bahkan lansia. Gerakannya ini berupa gerakan-

gerakan kaki, seperti jalan di tempat, jalan maju mundur tepuk tangan,

serta dikombinasikan dengan gerakan-gerakan tangan dan bahu,

sehingga olahraga jenis ini cocok digunakan untuk orang yang

menderita penyakit jantung maupun hipertensi.

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

32

3. Tujuan dari Senam Aerobik

Menurut Dinata (2007), tujuan dari senam aerobik adalah :

a. Meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru. Gerakan yang

dipilih harus mampu menyebabkan denyut nadi meningkat sedemikian

rupa ke target atau disebut juga zona latihan.

b. Pembentukan tubuh. Gerakan yang dipilih harus mengandung

kalestenik yang memenuhi tuntutan teknik dan ketentuan anatomis

tertentu.

4. Manfaat Fisiologi dari Senam Aerobik

Kata lain dari aerobik ialah “oksigen”. Dimana selama kita

bergerak akan membutuhkan oksigen untuk bekerja secara optimal.

Semakin berat aktifitas maka kebutuhan oksigen yang diperlukan akan

meningkat juga, sehingga oksigen diperlukan lebih banyak untuk dikirim

ke otot-otot seluruh tubuh dan jantung, oksigen yang masuk akan diubah

menjadi karbondioksida, kemudian dihembuskan. Saat tubuh berkeringat

disitulah terjadi proses pembakaran lemak dan kalori. Latihan aerobik

dalam beberapa minggu dapat menurunkan tekanan darah, jantung akan

memompa darah lebih banyak untuk mentransfer oksigen pada otot-otot

yang sedang bekerja.

Gerakan aerobik juga dapat menghindari kegemukan pada seluruh

tubuh, gerakan aerobik dapat dilakukan dengan intensitas rendah sampai

sedang selama 20 menit atau lebih akan membakar lemak, sedangkan pada

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

33

intensitas tinggi dalam waktu singkat (<20 menit) akan membakar gula

dalam tubuh (Brick, 2001; dalam Sumarwan, 2012).

5. Senam Aerobik Low Impact

Sebenarnya low impact hampir sama dengan aerobik dalam variasi

gerakanya. Hanya saja dilakukan dengan irama low atau rendah yaitu lebih

lambat. Dengan gerakan-gerakan dasar jalan tidak ada loncatan sama

sekali. Manfaat senam ini sama dengan aerobik, untuk menjaga kesehatan

jantung dan stamina tubuh, karena sifatnya low, maka senam ini boleh

dilakukan siapa saja yang masih mampu melakukanya karena variasi-

variasi gerakanya sederhana dan mudah diikuti (Dolmage & Goldstein,

2006).

Pengertian senam aerobik low impact menurut (Nelly, 2008; dalam

Indrawan, 2009) adalah senam aerobik aliran gerakan ringan dengan salah

satu kaki tetap menapak pada lantai setiap waktu. Dalam penelitian ini

terapi senam aerobik low impact memberikan gerakan senam yang

terstruktur, ritmik dengan diiringi musik yang semangat untuk mencapai

perbedaan jumlah score pre-test dan post-test pada sampel.

Sistematik latihan senam aerobik low impact tidak terlepas dari

sistematika umum berolahraga yang terdiri dari tiga fase yang terdiri dari (

Anonim, 2012) :

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

34

a. Pemanasan (warming up)

Dalam fase ini dapat menggunakan pola warming up yang

didahului dulu kegiatan stretching atau penguluran otot-otot tubuh

dengan dilanjutkann dengan gerakan dinamis pemanasan. Pola yang

kedua yaitu kebalikan dari pola yang pertama dimana seseorang

melakukan pemanasan dinamis dulu kemudian dilanjutkan dengan

melakukan kegiatan penguluran otot-otot tubuh atau stretching.

Kegiatan pemanasan atau warming up ini memiliki tujuan

untuk meningkatkan elastisitas otot dan ligament disekitar persendian

untuk mengurangi resiko cidera, meningkatkan suhu tubuh dan denyut

nadi sehingga mempersiapkan diri agar siap menuju keaktivitas utama

yaitu aktivitas latihan.

Dalam fase ini, pemilihan gerakan harus dilakukan dan

dilaksanakan secara sistematis, runtut dan konsisten. Misalnya, apabila

gerakan tersebut dimulai dari kepala maka urutannya adalah kepala,

lengan, dada, pinggang dan kaki. Begitu pula sebaliknya.

b. Kegiatan Inti

Fase latihan adalah fase utama dari sistematika latihan senam

aerobik. Dalam fase ini target latihan haruslah tercapai. Salah satu

indikator latihan telah memenuhi target adalah dengan memprediksi

bahwa latihan tersebut telah mencapai training zone. Training zone

daerah ideal denyut nadi dalam fase latihan. Rentang training zone

adalah 60%-90% dari denyut nadi maksimal seseorang (DNM).

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

35

Denyut nadi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda tergantung dari

tingkat usia seseorang. Berikut ini rumus untuk mencari denyut nadi

maksimal seseorang (DNM) : DNM = 220 – usia (tahun). Umumnya

rumus ini digunakan untuk atlit. Sedangkan rumus menghitung deyut

nadi maksimal bagi orang awam atau bukan atlit adalah : SDNM = 200

– usia (tahun). Dalam senam aerobik, fase ini dapat dilakuakan dengan

aktivitas senam aerobik low impact, moderate impact, hight impact

maupun mix impact selama 25-55 menit.

c. Pendinginan (Cooling down)

Pada fase ini hendaknya melakukan dan memilih gerakan-

gerakan yang mampu menurunkan frekwensi denyut nadi untuk

mendekati denyut nadi yang normal, setidaknya mendekati awal dari

latihan. Pemililhan gerakan pendinginan ini harus merupakan gerakan

penurunan dari intensitas tinggi ke gerakan intensitas rendah.

Ditinjau dari segi faal, perubahan dan penurunan intensitas

secara bertahap tersebut berguna untuk mengindari penumpukan asam

laktat yang akan menyebabkan kelelahan dan bagian tubuh atau otot

tertentu.

Pada gerakan senam aerobik low impact maka salah satu kaki

selalu berada dan menapak setiap waktu. Berikut ini adalah gerakan

kaki senam aerobik low impact :

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

36

a. Single step (langkah tunggal)

Langkahkan kaki kenan kearah kanan lanjutkan dengan

membawa kaki kiri kearah kaki kanan dan menutup langkah

(hitungan 1 pake angka).

b. Doble step (Langkah ganda)

Langkahkan kaki ke kanan kearah kanan, lanjutkan dengan

membawa kaki kiri ke arah kanan dan menutup langkah (hitungan

1). Lakukan hitungan 1 sekali lagi atau kearah kanan (hitungan 2).

c. V step (Langkah segitiga)

Langkahkan kaki kanan kearah diagonal kanan depan (1),

langkahkan kaki kiri kearah diagonal kiri depan (2), bawa kembali

kaki kanan ke posisi awal (3) dan bawa kaki kiri kembali ke posisi

awal (4).

d. Berjalan

Melangkah maju mundur. Hamper sama dengan doble step,

hanya dalam penggunaan langkah kaki kiri tidak menutup langkah

ke kaki kanan (pada hitungan 1) melainkan bahwa kaki kiri disisi

belakang kaki kanan. Salah satu kaki menapak dilantai, kaki

lainnya digunakan untuk mengangkat lutut.

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

37

E. Kerangka Teori

Keterangan:

= tidak diteliti

= diteliti

Gambar 2.1 kerangka teori menurut Divine (2012), Sherwood (2005), Brick

(2001).

Hipertensi Primer

Penatalaksanaan Non Farmakologis:

Mengatur Pola Makan

Meningkatkan aktivitas fisik

Hipertensi Sekunder

Hipertensi

Faktor Resiko:

Genetik

Jenis Kelamin

Usia

Obesitas

Asupan Garam

Hiperaktivitas

Simpatis

Aktivitas Fisik

Penatalaksanaan Farmakologis:

Diuretik

Alpha, beta, dan alpha-beta

adrenergic blocker

Inhibitor ACE (Angiostensin

Corverting Enzym)

Calcium Chanel Blocker

Tekanan darah

turun

Tekanan darah

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1.repository.ump.ac.id/3050/3/Prima Nurdiana Putra BAB II.pdf · akomodasi,dan lapang pandang menurun. e) ... terjadi penurunan kekuatan otot-otot

38

F. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 kerangka konsep

G. Hipotesis

Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai terjemahan

dari tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Berdasarkan uraian

teorisasi diatas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu “terdapat perbedaan

efektifitas senam lansia dan senam aerobik low impact terhadap perubahan

tekanan darah pada penderita hipertensi di Baturaden”.

Senam lansia

Senam aerobik low impact

Perubahan tekanan darah

Variabel independen Variabel dependen

Efektivitas Senam Lansia..., Prima Nurdiana Putra, S1 Keperawatan UMP, 2015