bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. investasieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4337/3/bab...
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Investasi
Pada dasarnya investasi memiliki hubungan dengan aktivitas
konsumsi. Dimana penundaan aktivitas konsumsi pada saat ini dapat
diartikan sebagai investasi untuk aktivitas konsumsi di masa mendatang.
Pengertian investasi menurut Iwan P. Pontjowinoto (2003:45) adalah
menempatkan atau menanamkan asset, baik berupa harta maupun dana, pada
sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan
meningkatkan nilai di masa mendatang. Investasi keuangan adalah
menanamkan dana pada suatu surat berharga yang diharapkan dapat
meningkatkan nilainya di masa mendatang.
Jogiyanto (2010:7-11) mengklasifikasikan aktivitas investasi
keuangan menjadi dua tipe:
a. Investasi Langsung
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktivitas
keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang, pasar modal,
atau pasar turunan. Aktiva yang dapat diperjual-belikan di pasar
uangberupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya
pendek dengan tingkat cair yang tinggi.
14
Contoh aktiva ini dapat berupa Treasurebill (T-bill) dan sertifikat
deposito yang dapat dinegosiasi. Aktiva keuangan yang dapat
diperjual-belikan di pasar modal memiliki sifat investasi jangka
panjang berupa surat-surat berharga pendapatan tetap dan saham-
saham. Opsi dan futures contract merupakan surat berharga yang
diperdagangkan di pasar turunan. Investasi langsung tidak hanya
dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-
belikan, namun dapat juga dilakukan dengan membeli aktiva keuangan
yang tidak dapat diperjual-belikan berupa tabungan, giro dan sertifikat
deposito.
b. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung dapat dilakukan dengan membeli
surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi
menyediakan jasa keuangan dengan menjual sahamnya ke publik dan
menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam
portofolionya. Investasi melalui perusahaan investasi menawarkan
keuntungan tersendiri bagi investor. Hanya dengan modal yang relatif
kecil, investor dapat menikmati keuntungan karena pembentukan
portofolio investasinya. Selain itu, dengan membeli saham perusahaan
investasi, seorang investor tidak membutuhkan pengetahuan dan
pengalaman investasi yang tinggi. Dengan pembelian tersebut investor
dapat membentuk portofolio investasi yang optimal.
15
Tujuan dari aktivitas investasi adalah untuk memperoleh
penghasilan dalam jangka waktu tertentu, menambah modal yang
digunakan dalam aktivitas investasi. Namun semua itu dilakukan
dengan tingkat risiko yang dapat ditolerir. Jika semakin besar manfaat
dari investasi itu, maka semakin besar pula tingkat risiko yang
menyertainya dan sebaliknya.
Dari dua kemungkinan di atas terdapat pilihan bagi investor
individu maupun investor institusional. Secara sederhana dapat
diartikan investasi merupakan aktivitas menempatkan dana pada satu
atau lebih dari satu asset selama periode tertentu dengan harapan
mendapatkan penghasilan atau peningkatan nilai dari dana yang
diinvestasikan. Pembelian saham juga dapat diartikan sebagai
investasi, karena saham dapat memberikan penghasilan atau tingkat
pengembalian (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend
yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga
beli saham (capital gain).
2. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan. Laporan keuangan adalah bagian
dari proses pelaporan keuangan. Kondisi keuangan suatu perusahaan
16
akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan, yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi serta laporan
keuangan lainnya.
Menurut Weygandt, et al. (2008:58), FASB menyimpulkan
bahwa tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi yang:
1. Berguna bagi mereka yang membuat keputusan investasi dan
kredit.
2. Membantu dalam memperkirakan arus kas di masa depan.
3. Mengidentifikasi sumber daya ekonomi (asset), klaim atas
sumber daya tersebut (kewajiban) serta perubahan pada sumber
daya lain tersebut.
Para pemakai laporan akan menggunakan informasi tersebut
untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan
yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambil. Seandainya nilai
uang tidak stabil, maka hal ini akan dijelaskan dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila dilaporkan
tidak saja aspek-aspek kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan lainnya
yang dirasakan perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur
secara objektif.
17
b. Komponen Laporan Keuangan
Menganalisis suatu laporan keuangan, penganalisa harus
mempunyai pengertian yang mendalam tentang laporan keuangan itu
sendiri dan bentuk-bentuk maupun prinsip-prinsip yang terkandung
dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Neraca
Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut
juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini
menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada saat
tertentu. Neraca adalah laporan yang menyajikan sumber-sumber
ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-kewajiban
atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam
perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca
harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan
gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan.
Menurut Riyanto (2010:19), aset dapat dibagi atas dua
kelompok besar, yaitu aset lancar adalah aset yang habis dalam
satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses berputarnya
adalah dalam waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu
tahun). Dan aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak atau
secara berangsurangsur habis turut serta dalam proses produksi.
Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap selain
aset itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi
18
yang bersifat permanen (aset tersebut mempunyai umum kegunaan
jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode
kegiatan perusahaan).
Menurut Munawir (2010:18), hutang adalah semua kewajiban-
kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi,
dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan
yang berasal dari kreditur. Hutang atau kewajiban-kewajiban
perusahaan dapat dibebankan ke dalam kewajiban lancar
(kewajiban jangka pendek) dan kewajiban jangka panjang.
Menurut Riyanto (2010:240), modal sendiri merupakan ekuitas
yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di dalam
perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Ekuitas dari
sumber ini merupakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan
atau dapat pula bersumber dari pendapatan atau laba yang ditahan.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan prestasi perusahaan
selama jangka waktu tertentu. Tujuan utama dari laporan laba rugi
adalah melaporkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya untuk
memperoleh laba.
Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan
suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi
yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu.
19
Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-
rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang
umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:
a. Bagian yang pertama menunjukan penghasilan yang
diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang
dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga
pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba
kotor.
b. Bagian kedua menunjukan beban-beban operasional yang
terdiri dari beban penjualan dan beban umum/administrasi.
c. Bagian ketiga menunjukan hasil-hasil yang diperoleh di
luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan beban-
beban yang terjadi di luar usaha pokok.
d. Bagian keempat menunjukan laba atau rugi yang insidentil
sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak
pendapatan.
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas atau laporan perubahan posisi keuangan
menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar bersih pada
suatu periode, hasil dari tiga kegiatan pokok perusahaan adalah
operasi, investasi, dan pendanaan. Aliran kas diperlukan terutama
20
untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam
mengetahui kewajiban-kewajibannya.
3. Analisis Laporan Keuangan
a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari
data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk
mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu
perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta
kecenderungan terdapat dalam suatu laporan keuuangan, sehingga
analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan
juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-
rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-
rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan
diambil.
b. Keunggulan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
1. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan.
Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan,
analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat
membantu dalam menilai prestasi manajemen dimasa lalu dan
prospeknya dimasa mendatang. Dengan analisis keuangan ini dapat
21
diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh seorang
businness enterprise. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi
apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi
kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional,
efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi
yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat tercapai.
Dengan menganalisis prestasi keuangan, seorang analis
keuangan akan dapat menilai apakah manajer keuangan dapat
merencanakan dan mengimplementasikan kedalam setiap tindakan
secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Disamping itu analisis semacam ini juga dapat
dipergunakan oleh pihak lain seperti bank, untuk menilai apakah
cukup layak untuk memberikan tambahan dana atau kredit baru,
calon investor untuk memproyeksikan prospek perusahaan dimasa
yang akan datang.
2. Kelemahan Analisis Rasio Keuangan.
Menurut Teuku Mirza dan Imbuh S (1999), ada beberapa
kelemahan dari rasio keuangan :
a. Adanya distorsi karena laba yang dimasukkan tidak
memasukkan unsur biaya modal ekuitas.
22
b. Laporan keuangan dari suatu perusahaan yang memiliki
sejumlah divisi dari industri yang berlainan akan sulit
dibandingkan dengan perusahaan lain atau dengan data
suatu industri.
c. Terjadinya distorsi karena pengaruh inflasi dan penggunaan
data historis dalam akuntansi.
d. Laporan keuangan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus
didukung oleh catatan atas laporan keuangan. Informasi ini
harus dicermati karena mungkin memuat potensi masalah
yang dapat sangat mempengaruhi kondisi keuangan suatu
perusahaan.
e. Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil analisa.
Misalkan, quick ratio yang tinggi apakah bagus karena
kuatnya likuiditas perusahaan. Atau, justru jelek karena
perusahaan memegang kas yang berlebih yang justru tidak
produktif.
f. Perbedaan dalam perlakuan akuntansi dapat menimbulkan
distorsi dalam membandingkan rasio.
g. Adanya praktek window dressing tentunya membuat
laporan keuangan terlihat bagus.
23
4. Rasio Keuangan
Menganalisis laporan keuangan berarti mengevaluasi tiga
karakteristik dari perusahaan, yaitu likuiditas, aktivitas, solvabilitas,
profitabilitas yang menjadi faktor penting yang harus diperhatikan oleh
penganalisa.
a. Likuiditas menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat
ditagih. Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga:
1) Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan
hutang lancar.
2) Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar
dikurangi persediaan terhadap hutang lancar.
3) Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan
antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah
aktiva.
b. Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio profitabilitas dapat
diproksikan dengan:
1) Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih
setelah pajak (NIAT) terhadap total penjualannya.
24
2) Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor
terhadap penjualan bersih.
3) Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah
pajak dengan jumlah aktiva.
4) Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah
pajak terhadap modal sendiri.
c. Solvabilitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan baik
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio
solvabilitas ini dapat diproksikan dengan:
1) Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan
total asset.
2) Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah
hutang lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.
3) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan
antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
4) Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara
pendapatan sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya
disebut EBIT) terhadap bunga hutang jangka panjang.
5) Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara
hutang lancar terhadap persediaan.
25
6) Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan
antara laba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan
dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya
operasi) terhadap total hutang.
d. Aktivitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk mengukur
seberapa efektif hasil guna perusahaan menggunakan sumber
dayanya. Rasio aktivitas dapat diproksikan dengan:
1) Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan
bersih dengan jumlah aktiva.
2) Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok
penjualan dengan persediaan rata-rata.
3) Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara
piutang rata-rata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan
kredit.
4) Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara
penjualan bersih terhadap modal kerja.
5. Saham
a. Pengertian Saham
Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya
disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder).
Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai
26
pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai
pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham
(DPS) (Samsul 2006:45).
Husnan (2005: 303) menyatakan bahwa saham merupakan secarik
kertas yang menujukkan hak pemodal, yaitu hak yang memiliki kertas
tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
organisasi yang menerbitkan saham tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Jadi, saham
merupakan tanda bukti kepemilikan perusahaan dan hak pemodal atas
perusahaan yang menerbitkan saham tersebut.
b. Jenis Saham
Ada beberapa sudut pandang yang membedakan jenis-jenis saham.
Nor Hadi (2013: 68-70) membagi jenis saham sebagai berikut:
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim
a. Saham biasa (common stock)
Saham biasa adalah saham yang menempatkan
pemiliknya paling akhir terhadap klaim. Pemegang saham
biasa akan mendapatkan keuntungan apabila perusahaan
memperoleh laba. Pemegang saham biasa mendapatkan
prioritas paling akhir dalam pembagian keuantungan
(dividen) dan penjualan aset perusahaan apabila terjadi
likuidasi.
27
b. Saham preferen (preferred stock)
Saham preferen merupakan gabungan (hybrid)
antara obligasi dan saham biasa. Artinya disamping
memiliki karakteristik seperti obligasi, juga memiliki
karakteristik seperti saham biasa. Karakteristik obligasi
misalnya, saham preferen memberikan hasil yang tetap
seperti bunga obligasi. Saham preferen biasanya
memberikan pilihan tertentu atas pembagian dividen. Ada
pembeli saham preferen yang menghendaki penerimaan
dividen yang besarnya tetap setiap tahun, adapula yang
menghendaki untuk didahulukan dalam pembagian dividen
dan lain sebagainya. Memiliki karakteristik seperti saham
biasa, sebab tidak selamanya saham preferen bias
memberikan penghasilan seperti yang dikehendaki
pemegangnya.
2. Ditinjau dari cara peralihan
a. Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham
tersebut tidak tertulis nama pemilik. Saham ini sangat
mudah dipindahtangankan (dialihkan) kepemilikan (seperti
uang) sehingga memiliki likuiditas yang lebih tinggi.
28
b. Saham atas nama (registered stock) merupakan saham
yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dan
peralihannya melalui prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan
a. Saham unggulan atau biasa disebut blue chip stock,
merupakan saham biasa dari perusahaan yang memiliki
reputasi yang tinggi, sebagai leader dari industri sejenis,
memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam
pembayaran dividen.
b. Saham pendapatan (income stock), saham dari emiten yang
memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari
rata-rata dividen yang dibayar tahun sebelumnya. Emiten
ini biasanya mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi
dan dengan teratur memberikan dividen tunai.
c. Saham pertumbuhan (growth stock) merupakan saham dari
emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang
tinggi dan menjadi leader di industri sejenis. Saham jenis
ini biasanya memiliki price earning (PER) yang tinggi.
Selain itu, terdapat juga growth stock (lesser known) yaitu
saham dari emiten yang tidak berperan sebagai leader di
industri namun memiliki ciri growth stock. Umumnya
29
saham ini berasal dari daerah dan kurang terkenal
dikalangan emiten.
d. Saham spekulatif (speculative stock) saham dari emiten
yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan
dari tahun ke tahun. Namun emiten saham ini memiliki
potensi penghasilan pendapatan di masa datang, meskipun
penghasilan tersebut belum dapat dipastikan.
e. Saham siklikal (counter cyclical stock) saham yang tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi
bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi harga saham
ini tetap tinggi.
f. Saham bertahan (devensive / counter cyclical stock) saham
yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro
maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi
ekonomi harga saham ini bertahan tinggi dan mampu
memberikan dividen tinggi, sebagai akibat kemampuan
emitennya mendapatkan penghasilan yang tinggi pada
kondisi resesi sekalipun.
c. Keuntungan dan Risiko Kepemilikan Saham
Pada dasarnya semua bentuk investasi mengandung peluang
keuntungan dan potensi kerugian atau risiko disisi lain. Seperti
tabungan dan deposito di bank memiliki risiko yang kecil karena
30
tersimpan aman di bank, tetapi kelemahannya adalah mempunyai
peluang keuntungan yang kecil dibanding dengan investasi saham.
Investasi di property misalkan rumah atau tanah, semakin lama
harganya akan semakin tinggi, namun memiliki likuiditas yang kecil.
Sedangkan jika berinvestasi emas, kita akan bergantung pada
fluktuaktif harga emas. Begitu juga dengan investasi saham,
mempunyai potensi keuntungan dan risiko sesuai dengan prinsip
investasi yaitu high risk high return, low risk low return. Semakin
tinggi potensi keuntungan yang akan terjadi, maka semakin tinggi pula
risiko kerugian yang mungkin terjadi, demikian pula sebaliknya.
Khusus untuk investasi saham, peluang keuntungan yang mungkin
akan terjadi antara lain:
1. Dividen
Menurut Nor Hadi (2013:76) dividen merupakan
keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham yang
bersumber dari kemampuan emiten untuk mencetak laba bersih
dari operasinya. Laba bersih yang dimaksud adalah pendapatan
bersih setelah pajak (income after tax). Pembagian dividen
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen
yang dibagikan emiten kepada pemegang saham dapat berupa
dividen tunai (cash dividend) yang berarti setiap pemegang
saham diberikan dividen berupa uang tunai. Dividen juga dapat
dibagikan dalam bentuk dividen saham (stock dividend) yang
31
berarti setiap pemegang saham diberikan saham baru dengan
proporsi tertentu.
2. Keuntungan Modal (capital gain)
Menurut Nor Hadi (2013:72) capital gain merupakan
keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga jual
dengan harga beli (harga jual lebih tinggi daripada harga beli).
Kerugian investasi dalam bentuk saham yaitu apabila investor
menjual saham pada harga yang lebih rendah dari pada harga saat
membeli saham yang dinamakan capital loss. Menurut Nor Hadi
(2013:72), capital loss merupakan kerugian yang dialami oleh
para investor dari selisih harga beli dengan harga jual (harga beli
lebih tinggi dari pada harga jual). Dan apabila emiten mengalami
kerugian, maka para pemegang saham tidak akan menerima
dividen di akhir periode tersebut. Selain itu, terdapat risiko
terbesar dalam investasi saham yaitu risiko likuidasi, dimana
emiten dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau dibubarkan.
Dalam hal ini para pemegang saham mendapat prioritas
pengembalian paling akhir setelah semua kewajiban emiten
terpenuhi. Jika terdapat sisa setelah memenuhi kewajiban, maka
sisa tersebut akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham
secara proporsional.
32
6. Harga Saham
a. Pengertian Harga Saham
Setiap investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan
yang sama, yaitu mencari keuntungan atas investasi tersebut. Salah satu
keuntungan investasi saham yaitu mendapatkan capital gain yang
berasal dari selisih harga saat membeli saham dengan harga saat
menjual saham, dimana harga saham saat dijual lebih tinggi dibanding
harga saham saat dibeli. Harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran terhadap saham itu sendiri di pasar, sehingga harga saham
memiliki keterkaitan dengan pasar suatu saham. Semakin banyak
investor yang yang ingin membeli saham suatu perusahaan
(permintaan), sedangkan sedikit investor yang ingin menjual saham
tersebut (penawaran) maka harga saham tersebut akan semakin tinggi.
Sebaliknya juga, jika semakin tinggi investor ingin menjual saham
tersebut (penawaran), sedangkan semakin sedikit investor yang ingin
membeli saham (permintaan) maka akan berdampak pada turunnya
harga saham.
Pada umumnya kinerja sebuah perusahaan akan berpengaruh pada
harga saham perusahaan tersebut. Semakin baik kinerja suatu
perusahaan maka semakin tinggi laba usaha yang akan diperoleh dan
pemegang saham turut menikmati keuntungan dari penghasilan
perusahaan, sehingga banyak investor yang ingin memiliki saham
perusahaan tersebut dan harga saham akan naik.
33
Menurut Tandelilin (2007:19), harga saham merupakan harga yang
terjadi di pasar saham, yang akan sangat berarti bagi perusahaan karena
harga tersebut menentukan besarnya nilai perusahaan. Harga saham
merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pengelolaan
perusahaan. Sehingga semakin tinggi harga saham yang ada di pasar
atas suatu perusahaan tertentu, maka dapat diartikan perusahaan
tersebut dapat mengelola aktiva dengan baik.
b. Macam-macam Harga Saham
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (2001:117)
mengelompokan harga saham di pasar modal menjadi 7 (tujuh) macam
yaitu:
1. Previous price adalah harga suatu saham pada penutupan hari
sebelumnya di pasar saham.
2. Opening price adalah harga saham pertama kali di saat
pembukaan sesi I perdagangan.
3. Highest price adalah harga tertinggi suatu saham yang pernah
terjadi dalam periode perdagangan hari tersebut.
4. Lowest price adalah harga terendah suatu saham yang pernah
terjadi sepanjang periode perdagangan hari tersebut.
5. Last price adalah harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.
Change price adalah harga yang menunjukan selisih antara
opening price dan last price.
34
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham selalu mengalami fluktuaktif, pergerakan baik kenaikan
maupun penurunan harga saham. Harga saham di pasar modal dipengaruhi
oleh permintaan dan penawaran terhadap saham tersebut. Semakin banyak
orang membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung
mengalami kenaikan. Demikian sebaliknya, apabila semakin banyak orang
yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham perusahaan
tersebut akan cenderung mengalami penurunan.
Menurut Arifin (2007:15), faktor-faktor yang menjadi pemicu
fluktuasinya harga saham adalah:
1. Kondisi fundamental emiten
Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan
kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten maka
semakin baik pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Untuk
mengetahui kondisi emiten dalam posisi baik atau buruk, kita bisa
melakukan pendekatan analisis rasio keuangan.
2. Hukum permintaan dan penawaran
Faktor hukum permintaan dan penawaran berada pada urutan
kedua setelah faktor fundamental, karena begitu investor tahu kondisi
fundamental perusahaan, tentunya mereka akan melakukan transaksi
baik menjual atau membeli saham perusahaan tersebut. Transaksi
inilah yang akan mempengaruhi fluktuaktif harga saham.
35
3. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI)
Suku bunga ini penting untuk diperhitungkan, karena pada
umumnya investor saham selalu mengharapkan hasil investasi yang
lebih besar. Perubahan suku bungaakan mempengaruhi kondisi
fundamental perusahaan, karena hampir semua perusahaan yang
terdaftar di bursa mempunyai pinjaman bank.
4. Valuta asing
Dalam perekonomian global dewasa ini, hampir tidak ada satu pun
negara yang dapat menghindari perekonomian negaranya dari
pengaruh pergerakan valuta asing, khususnya terhadap US dollar.
Ketika dolar naik para investor akan berbondong-bondong menjual
sahamnya untuk ditempatkan di bank dalam bentuk dolar, otomatis
harga saham akan menurun.
5. Dana asing di bursa
Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing maka ada
kecenderungan transaksi sahamsedikit banyak bergantung pada
investor asing tersebut.
6. Indeks harga saham gabungan (IHSG)
Sebenarnya indeks harga saham gabungan lebih mencerminkan
kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi, dan menjadi
ukuran kenaikan atau penurunan harga saham.
36
Menurut Fahmi (2012:87) menyebutkan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham yaitu sebagai
berikut:
1. Kondisi mikro dan makro ekonomi.
2. Keputusan perusahaan untuk memperluas usaha seperti membuka
kantor cabang, kantor cabang pembantu baik yang di buka di dalam
negeri maupun yang di luar negeri.
3. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
4. Adanya pihak komisaris atau direksi yang terlibat dalam tindak
pidana dan kasusnya sudah masuk pengadilan.
5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya.
6. Risiko sistematis, yaitu risiko yang terjadi secara menyeluruh dan
telah ikut menyebabkan perusahaan terlibat.
7. Efek psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham.
Menurut Brigham dan Houston (2010:33) menyebutkan bahwa
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham
di pasar modal, hal ini terjadi karena harga saham dapat mempengaruhi
oleh faktor eksternal dari perusahaan maupun faktor internal perusahaan
yaitu:
37
a. Faktor internal
1. Pengumuman tentang pemasaran produksi penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk
baru, laporan produksi, laporan keamanan, dan laporan penjualan.
2. Pengumuman pendanaan, seperti pengumuman yang berhubungan
dengan ekuitas dan hutang.
3. Pengumuman badan direksi manajemen seperti perubahan dan
pergantian direktur, manajemen dan struktur organisasi.
4. Pengumuman pengambilalihan diverifikasi seperti laporan merger
investasi, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian
dan diakuisisi, laporan investasi dan lainnya.
5. Pengumuman investasi seperti melakukan ekspansi pabrik
pengembangan riset dan penutupan usah lainnya.
6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti
negosiasi baru, kotrak baru, pemogokan dan lainnya.
7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalaba
sebelum akhir tahun viscal dan setelah akhir tahun vicscal earning
per share (EPS), dividen per shere (DPS), Price Earning Ratio, Net
profit margin, return on assets (ROA) dan lain-lain.
38
b. Faktor eksternal
1. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga
tabungan dan deposito kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai
regulasi dan regulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
2. Penguman hukum seperti tuntutan terhadap perusahaan atau
terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
3. Pengumuman industri sekuritas, seperti laporan pertemuan tahunan
insider trading, volume atau harga saham perdagangan pembatasan
atau penundaan trading.
4. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya
pergerakan harga saham di Bursa Efek suatu negara.
5. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
7. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan
Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan
membandingan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara
individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan di antara pos
tetentu (Lako, 2006:242). Dalam penelitian ini menggunakan 3 rasio
keuangan yang diharapkan dapat mewakili kategori yang telah di
kelompokan pada pembahasan sebelumnya. Ketiga rasio keuangan
tersebut adalah:
39
a. Current Ratio (CR)
Menurut Sutrisno (2009:216), Current Ratio adalah rasio
keuangan yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar disini
meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar
lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meliputi hutang dagang,
hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang
segera harus dibayar.
Rasio lancar menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka
pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi aktiva
lancar dalam periode yang sama dengan jatuh temponya utang.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi
masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang memiliki
rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan
banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampulabaan perusahaan (Mamduh dan Abdul Halim, 2014:202).
Rasio Lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan
kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat
pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan
(margin of safety) suatu perusahaan. Penghitungan rasio lancar
40
dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar
dengan total utang lancar (Kasmir, 2014:132).
Pengukuran rasio likuiditas pada penelitian ini dapat dilakukan
dengan menilai rasio lancar (Current Ratio).
Current Ratio : Aktiva Lancar
Hutang Lancar
b. Return On Assets (ROA)
Return On Asset merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang
berasal dari aktivitas investasi. Atau dengan kata lain, ROA adalah
indikator suatu unit usaha untuk memperoleh laba atas sejumlah asset
yang dimiliki oleh unit usaha tersebut. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan
secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik
pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan
praktik akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi
penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal
yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat
diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah
satu langkah dalam perencanaan strategi. Laba merupakan tujuan
utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha, termasuk juga bagi
41
usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan tersebut
dapat berupa kecukupan dalam memenuhi kewajiban terhadap
pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan dan meningkatkan
daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Laba yang tinggi
membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang
memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak
sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih
luas.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset
dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan
meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan
daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin
diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan
semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari
perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat
sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.
Pengukuran rasio profitabilitas pada penelitian ini dapat
dilakukan dengan menilai pengembalian aktiva (Return On Assets).
Return On Assets: Laba Setelah Pajak
Total Asset
42
c. Debt to Equity Ratio
Menurut Kasmir (2010:157), Debt to Equity Ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam
dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan
utang.
Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung
perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan yang tetap mengambil hutang
sangat tergantung pada biaya relatif. Biaya hutang lebih kecil daripada
dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya,
perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitasnya, yang
kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan
kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi
pertumbuhan yang lebih besar. Sebaliknya Biaya hutang lebih besar
daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam
neracanya, justru akan menurunkan profitabilitas perusahaan.
Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik
saham yang ditawarkan di Pasar Modal. Semakin baik kinerja
perusahaan, maka daya tarik saham perusahaan tersebut semakin
tinggi, karena saham tersebut memberikan prospek yang menjanjikan
keuntungan. Jika permintaan investor terhadap saham perusahaan
43
cukup besar, maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan harga
saham.
Pengukuran rasio solvabilitas pada penelitian ini dapat dilakukan
dengan menilai rasio total hutang dengan total modal sendiri (Debt to
Equity Ratio).
Debt to Equity Ratio: Total Hutang
Total Modal Sendiri
44
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO Nama Peneliti
dan Tahun
Sampel dan
Tahun Penelitian
Variabel dan Metode
Analisa
Hasil penelitian
1 Adika Rusli dan
Tarsan Dasar
(2014)
Perusahaan
BUMN
Perbankan yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
tahun 2009-2013
Variabel independen:
ROA dan ROE
Variabel dependen:
Harga Saham
Alat Analisis :
Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukan
bahwa ROA berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap harga saham dan
ROE tidak berpengaruh
positif terhadap harga
saham.
2 Hilmi
Abdullah,
Soedjatmiko
dan Antung
Hartati (2016)
Perusahaan
Tambang yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
tahun 2011-2013
Variabel independen:
EPS, DER, PER,
ROA dan ROE
Variabel dependen:
Harga Saham
Alat Analisis:
Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukan
bahwa secara parsial DER
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga
saham sedangkan EPS,
PER, ROA, dan ROE tidak
berpengaruh terhadap harga
saham.
Secara simultan EPS, DER,
PER, ROA dan ROE
memiliki pengaruh terhadap
45
harga saham
3 Rido Raiza
Fahlevi, Set
Asmapane dan
Bramantika
Oktavianti
(2018)
Perusahaan
perbankan yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
pada tahun 2012-
2016
Variabel independen:
CAR, LDR dan
ROA
Variabel dependen:
Harga Saham
Alat Analisis:
Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukan
bahwa Secara parsial CAR
dan ROA berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap harga saham
sedangkan LDR memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga
saham.
4 Robert Lambey
(2013)
Perusahaan
perbankan yang
terdaftar di BEI
periode 2008-
2011
Variabel independen:
CR, ROA, TATO
dan DER
Variabel dependen:
Harga Saham
Alat Analisis :
Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel ROA
berpengaruh positif dan
signifikan sedangkan TATO
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga
saham.
CR dan DER tidak memiliki
pengaruh secara signifikan
terhadap harga saham.
46
5 Yuniep Mujati
dan Meida
Dzulqodah
(2016)
Perusahaan sektor
makanan dan
minuman yang
terdaftar di BEI
tahun 2010-2014
Variabel independen:
EPS, PER dan DER
Variabel dependen:
Harga Saham
Alat Analisis :
Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat pengaruh
negatif dan signifikan EPS
terhadap harga saham.
Sedangkan PER dan DER
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga
saham.
6 Nurlela (2017) Perusahaan
Subsektor
Farmasi Di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2011 –
2015
Variabel independen:
CR, DAR dan ROA
Variabel dependen:
Harga Saham
Alat Analisis :
Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukan
bahwa secara simultan
variabel CR, DAR dan
ROA berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham.
Secara parsial bahwa
variabel CR tidak
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. .
Sedangkan variabel DAR
dan ROA berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham.
47
7 Hartanto dan
Diansyah
(2018)
Bank Umum
Swasta Nasional
Yang Terdaftar
Di Bursa Efek
Indonesia Periode
Tahun 2013 –
2016.
Variabel independen:
CAR, ROA, LDR,
BOPO dan NPL
Variabel dependen:
Harga Saham
Alat Analisis :
Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukan
bahwa CAR dan LDR
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga
saham.
ROA berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
harga saham.
BOPO berpengaruh negatif
dan tidak signifikan
terhadap harga saham.
Dan NPL berpengaruh
positif dan tidak signifikan
terhadap harga saham.
8 Khairudin dan
Wandita (2017)
Perusahaan
pertambangan
yang terdaftar di
BEI
periode 2011-
2015
Variabel independen:
ROE, EPS, DER
dan PBV
Variabel dependen:
Harga Saham
Alat Analisis:
Analisis regresi
berganda
Hasil penelitian menunjukan
bahwa ROE, EPS dan PBV
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga
saham. Sedangkan DER
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga
saham.
48
9 Puspita (2016) Perusahaan Sub-
Sektor Lembaga
Pembiayaan yang
terdaftar di BEI
Variabel independen:
PER, ROE dan DER
Variabel dependen:
Harga Saham
Alat Analisis :
Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukan
bahwa ketiga rasio yaitu
PER, ROE dan DER
berpengaruh terhadap harga
saham pada perusahaan sub-
sektor lembaga pembiayaan
di Bursa Efek Indonesia
(BEI) baik secara parsial
maupun simultan.
10 Yunita Istianti
(2017)
Perusahaan
Makanan dan
Minuman Yang
Terdaftar Pada
BEI Periode
Tahun 2012 -
2016.
Variabel independen:
CR, ROA dan DER
Variabel dependen:
Harga Saham
Alat Analisis :
Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukan
bahwa secara parsial CR
dan DER tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
Sedangkan ROA
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga
saham.
Secara simultan CR, ROA
dan DER berpengaruh
terhadap harga saham.
49
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Harga Saham
Menurut Sawir (2005) current ratio yang rendah biasanya
menunjukkan adanya masalah dalam likuiditas perusahaan. Current ratio
yang rendah akan menurunkan harga saham perusahaan yang
bersangkutan, karena investor akan memilih saham perusahaan yang
memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Dengan likuiditas yang tinggi
tentunya akan menggambarkan bahwa perusahaan mampu dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, dengan banyaknya investor yang
tertarik dan berinvestasi tentunya akan meningkatkan demand atau
penawaran saham, dengan begitu maka akan berpengaruh pada harga
saham yang akan meningkat. Maka dengan meningkatnya nilai current
ratio tentunya hal tersebut akan berpengaruh positif terhadap harga saham.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Nurlela (2017) yang meneliti tentang pengaruh Current
Ratio terhadap Harga Saham dan hasil penelitiannya membuktikan bahwa
secara parsial variabel Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Harga Saham.
H1 : Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Harga Saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2017.
50
2. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham
ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dari sudut
pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek
perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana
pertumbuhan profitabilitas perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2006), semakin tinggi rasio ini
maka semakin baik keadaan suatu perusahaan dan menunjukkan bahwa
perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk
menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi
ROA kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan
meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya
tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor,
karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan
berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal
juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, ROA akan berpengaruh
positif terhadap harga saham.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Adika Rusli dan Tarsan Dasar (2014) yang meneliti tentang
pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham dan hasil
penelitiannya membuktikan bahwa secara parsial variabel Return on Asset
(ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham.
51
H2 : Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Harga Saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2017.
3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham
Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur kemampuan modal
sendiri perusahaan untuk dijadikan jaminan semua hutang dengan
membandingkan total hutang perusahaan dengan modal sendiri. Debt to
equity ratio yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja
perusahaan karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga
akan semakin besar. Maka apabila debt to equity ratio (DER) perusahaan
tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena jika
perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan
laba tersebut untuk membayar utangnya dibandingkan dengan membagi
dividend (Fara Dharmastuti, 2004). Oleh karena itu, DER berpengaruh
negatif terhadap perubahan harga saham.
Menurut Walsh (2004:123), bahwa keputusan untuk menambah
hutang untuk modal tidak hanya berpengaruh negatif, tetapi juga dapat
berpengaruh positif karena perusahaan harus berupaya menyeimbangkan
manfaat dengan biaya yang ditimbulkan akibat hutang. Dengan
menambahkan hutang ke dalam perusahaan secara umum dapat
meningkatkan profitabilitas, yang kemudian menaikkan harga sahamnya,
52
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan
membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Puspita (2016), Khairudin dan Wandita (2017) yang meneliti
tentang pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham dan hasil
penelitiannya membuktikan bahwa secara parsial variabel Debt to Equity Ratio
(DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham.
H3 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Harga Saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017.
4. Pengaruh Current Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Yunita Istianti (2017) yang meneliti tentang pengaruh
Current Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga
Saham dan hasil penelitiannya membuktikan bahwa secara simultan
variabel Current Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio
berpengaruh terhadap Harga Saham.
H4 : Secara simultan Current Ratio (CR), Return on Asset (ROA) dan
Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Harga Saham
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2017.
53
D. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Current Ratio (CR)
Return On Asset (ROA)
Debt to Equity Ratio (DER)
Harga Saham
Keterangan :
: Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
---------------- : Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara bersama-sama