bab ii tinjauan pustaka a. kualitas hidup pada pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/bab...

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas Hidup World Health Organization (WHO) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi kehidupan individu dalam konteks sistem budaya dan nilai-nilai di mana individu hidup serta dalam hubungannya dengan tujuan, harapan, standar dan kekhawatiran (WHO, 1997). Definisi tersebut termasuk di dalamnya empat domain dari kualitas hidup yaitu kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan (WHO, 1998). WHO (dalam Rapley, 2003) juga mengungkapkan bahwa kualitas hidup dapat dikatakan sebagai kebahagiaan, kepuasan hidup, kesejahteraan, aktualisasi diri, fungsi objektif, keadaan fisik, serta kesejahteraan mental dan sosial. Ferrans dan Powers (dalam King & Hinds, 1998) mendefinisikan kualitas hidup sebagai perasaan seseorang terhadap kesejahteraan hidupnya yang berasal dari kepuasan atau ketidakpuasan yang berkaitan dengan bidang kehidupannya yang penting. Definisi ini membahas fakta bahwa nilai-nilai masyarakat menyebabkan berbagai aspek kehidupan memiliki dampak yang berbeda terhadap kualitas hidup individu. Selain itu, kepuasan digunakan untuk mendefinisikan konstruk karena menunjukkan evaluasi berdasarkan perbandingan kondisi kehidupan yang diinginkan dan kondisi kehidupan yang aktual.

Upload: phamtu

Post on 13-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

1. Definisi Kualitas Hidup

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kualitas hidup sebagai

persepsi individu dari posisi kehidupan individu dalam konteks sistem budaya dan

nilai-nilai di mana individu hidup serta dalam hubungannya dengan tujuan,

harapan, standar dan kekhawatiran (WHO, 1997). Definisi tersebut termasuk di

dalamnya empat domain dari kualitas hidup yaitu kesehatan fisik, psikologis,

hubungan sosial, dan lingkungan (WHO, 1998). WHO (dalam Rapley, 2003) juga

mengungkapkan bahwa kualitas hidup dapat dikatakan sebagai kebahagiaan,

kepuasan hidup, kesejahteraan, aktualisasi diri, fungsi objektif, keadaan fisik, serta

kesejahteraan mental dan sosial.

Ferrans dan Powers (dalam King & Hinds, 1998) mendefinisikan kualitas

hidup sebagai perasaan seseorang terhadap kesejahteraan hidupnya yang berasal

dari kepuasan atau ketidakpuasan yang berkaitan dengan bidang kehidupannya

yang penting. Definisi ini membahas fakta bahwa nilai-nilai masyarakat

menyebabkan berbagai aspek kehidupan memiliki dampak yang berbeda terhadap

kualitas hidup individu. Selain itu, kepuasan digunakan untuk mendefinisikan

konstruk karena menunjukkan evaluasi berdasarkan perbandingan kondisi

kehidupan yang diinginkan dan kondisi kehidupan yang aktual.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

King & Hinds (1998) mengungkapkan kualitas hidup secara konseptual

didefinisikan sebagai pengalaman kognitif, yang diwujudkan dengan kepuasan

dengan domain-domain dari kehidupan, yang penting bagi individu, dan

pengalaman yang efektif, diwujudkan dengan kebahagiaan. Rubin dan Peyrot

(1999) mengatakan bahwa kualitas hidup dapat dianggap sebagai multidimensi

yang menggabungkan antara persepsi subjektif individu mengenai fisik,

emosional, dan kesejahteraan sosial, termasuk kedua komponen kognitif

(kepuasan) dan komponen emosional (kebahagiaan).

Kualitas hidup didefinisikan sangat beragam pada literatur-literatur ilmiah

sosial. Kualitas hidup sering digunakan sebagai sinonim untuk tidak adanya

komplikasi pasca operasi dan/atau ketahanan fisik dalam pengaturan medis

(Rapley, 2003). Walker dan Rosser (dalam Snoek, 2000) mendefinisikan kualitas

hidup dalam lingkup medis sebagai sebuah konsep yang mencakup berbagai

karakteristik fisik; psikologis dan keterbatasan, yang menggambarkan kemampuan

individu untuk berfungsi serta memperoleh kepuasan dari apa yang dilakukannya.

Kualitas hidup adalah sebuah konsep yang mencakup berbagai pengalaman

manusia, dalam domain medis terdapat aspek kesehatan dari sudut pandang pasien

atau subjek, dan dapat dikatakan sebagai ''kesehatan subjektif '' atau ''status

fungsional dan kesejahteraan'' (Wändell, 2005).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas

hidup merupakan persepsi individu terhadap kesejahteraan hidupnya yang berasal

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

dari kepuasan atau ketidakpuasan yang berkaitan dengan bidang kehidupannya

yang penting.

2. Domain-domain Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap kesejahteraan

hidupnya yang berasal dari kepuasan atau ketidakpuasan yang berkaitan dengan

domain-domain kehidupannya yang penting. Menurut World Health

Organizations (WHO), 1998 terdapat 4 domain penting dalam kehidupan yang

diukur pada kualitas hidup, yaitu:

a. Kesehatan fisik yang meliputi aktivitas sehari-hari, ketergantungan terhadap

substansi atau perawatan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, nyeri dan

rasa tidak nyaman, tidur dan beristirahat, serta kapasitas bekerja

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan individu merasa terganggu

aktivitasnya, terganggunya kemampuan dalam bekerja oleh rasa sakit pada

fisik dan membutuhkan terapi medis dalam frekuensi sering, sehingga

individu tidak dapat menikmati kehidupannya, dan waktu istirahatnya

terganggu karena kesehatan fisik yang buruk. Sedangkan kualitas hidup yang

baik terlihat dari gambaran subjek yang selalu menjaga kesehatannya dan

membutuhkan terapi medis dalam frekuensi jarang atau tidak sama sekali,

memiliki cukup energi untuk berkegiatan sehari-hari dan bekerja, memiliki

cukup waktu untuk beristirahat dan tidur pulas.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

b. Psikologi yang meliputi pandangan terhadap keadaan tubuh dan penampilan

diri, perasaan positif dan negatif, kepuasan diri, berpikir, belajar, ingatan, dan

konsentrasi, menikmati hidup, serta keberartian hidup

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan tidak menerima keadaan tubuh

dan penampilan dirinya, sering dilingkupi perasaan-perasaan yang negatif

(seperti kesepian, putus asa, cemas, dan depresi), terganggu konsentrasinya

dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan sehari-hari, serta tidak dapat

menikmati kehidupannya. Sedangkan kualitas hidup yang baik terlihat dari

individu dapat menerima keadaan tubuh dan penampilan dirinya, berusaha

meredam emosi agar tidak mudah marah, dapat berkonsentrasi dengan

pekerjaan dan kegiatan sehari-hari, serta menikmati kehidupannya.

c. Hubungan sosial yang meliputi hubungan personal, dukungan sosial, dan

hubungan seksual

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan ketidakpuasan dalam bergaul dan

bersosialisasi dengan teman-teman atau tetangga sehingga tercipta perasaan-

perasaan negatif seperti sering kesepian, tidak diperolehnya dukungan sosial,

Sedangkan kualitas hidup yang baik terlihat dari subjek dapat mengenali diri

sendiri, subjek mampu beradaptasi dengan kondisi yang dialaminya saat ini,

subjek mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu

mengembangkan sikap empati dan merasakan penderitaan orang lain.

d. Lingkungan yang meliputi dukungan finansial yang akan memenuhi

kebutuhan sehari-hari, kebebasan dan keamanan, akses menuju dan kualitas

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

perawatan kesehatan dan sosial, lingkungan rumah, akses menuju informasi,

kesempatan rekreasi/bersantai, lingkungan fisik (polusi, bising, lalu lintas, dan

cuaca), serta transportasi

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan memiliki lingkungan dan tempat

tinggal yang tidak sehat juga dapat menjadi penghambat dalam kesehatan

maupun beraktivitas. Individu dengan kualitas hidup rendah juga dapat

diperoleh dari kurangnya dana untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari hingga

tidak adanya waktu untuk rekreasi. Sedangkan kualitas hidup yang baik

terlihat dari lingkungan mendukung dan memberi rasa aman kepada subjek,

mudahnya akses menuju perawatan kesehatan dan sosial, serta memiliki

kesempatan untuk bersantai/berekreasi.

Sedangkan Ferrans dan Powers (dalam King & Hinds, 1998) menyebutkan bahwa

kualitas hidup memiliki empat dimensi, yaitu:

a. Kesehatan dan fungsinya, yaitu individu dapat bermanfaat bagi orang lain,

fisik yang bebas dari penyakit, dapat bertanggung jawab dengan apa yang

dilakukannya, kesehatan yang dimilikinya, stres, memiliki waktu luang,

pensiun, kesempatan berjalan-jalan, panjangnya waktu hidup, kehidupan seks,

pelayanan kesehatan, dan ketidaknyamanan atau sakit yang dirasakan

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan individu merasa terganggu

fisiknya akibat penyakit dan kesehatannya, tidak adanya kesempatan berjalan-

jalan sehingga individu tidak dapat menikmati kehidupannya, sering merasa

stress, tidak dapat bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya, dan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

memiliki pelayanan kesehatan yang kurang. Sedangkan kualitas hidup yang

baik terlihat dari gambaran subjek yang selalu menjaga kesehatannya,

memiliki cukup waktu untuk berjalan-jalan sehingga dapat menikmati

kehidupannya, frekuensi stres yang jarang, dan mendapatkan pelayaan

kesehatan secara baik.

b. Psikologis dan spiritual, kepuasan dalam hidup yang dijalani, kebahagiaan,

tujuan dari kehidupan, pikiran yang damai, penampilan pribadi, percaya

kepada Tuhan memiliki kontrol atas kehidupan

Kualitas hidup rendah dapat ditandai tidak merasa puas dan bahagia akan

kehidupannya, tujuan dari kehidupan sulit tercapai, memiliki pikiran yang

kacau, tidak dapat menerima keadaan tubuh dan penampilan dirinya, dan

kurang memiliki rasa percaya pada Tuhan. Sedangkan kualitas hidup yang

baik terlihat dari merasa puas dan bahagia akan kehidupannya, tujuan dari

kehidupan tercapai, memiliki pikiran yang damai, dapat menerima keadaan

tubuh dan penampilan dirinya, dan memiliki rasa percaya pada Tuhan.

c. Keluarga, kebahagiaan keluarga yang diperoleh, anak dan pasangan yang

dimiliki, kesehatan anggota keluarga

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan ketidakpuasan dan

ketidakbahagiaan atas keluarga yang dimiliki (dapat mencakup anak atau

pasangan), kesehatan keluarga yang terganggu. Sedangkan kualitas hidup

yang baik terlihat dari individu merasa bahagia dan puas atas keluarga yang

dimilikinya serta kesehatan keluarga yang baik.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

d. Sosial dan ekonomi, standar dari kehidupan yang dijalani, pendapatan pribadi

yang diperoleh, rumah sebagai tempat berlindung, bekerja atau tidak bekerja,

kondisi di Indonesia, tetangga yang dimiliki, teman yang dimiliki, dukungan

emosi yang didapat, pendidikan, dan pengaruhnya di pemerintahan.

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan ketidakpuasan akan standar

kehidupan yang dijalani, kurangnya pendapatan yang diperoleh,

ketidakpuasan hingga tidak memiliki rumah, ketidakpuasan dan tidak memiiki

pekerjaan, ketidakpuasan dalam bergaul dan bersosialisasi dengan teman-

teman atau tetangga sehingga tercipta perasaan-perasaan negatif seperti sering

kesepian, tidak diperolehnya dukungan sosial, Sedangkan kualitas hidup yang

baik terlihat dari kepuasan akan standar kehidupannya, pendapatan yang

diperoleh cukup atau lebih, kepuasan akan rumah yang dimiliki, puas akan

pekerjaan yang dimiliki, mampu beradaptasi dengan kondisi yang dialaminya

saat ini, subjek mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu

mengembangkan sikap empati dan merasakan penderitaan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup dapat

dipengaruhi oleh domain-domain yaitu kesehatan fisik, psikologis, hubungan

sosial, dan lingkungan. Domain-domain yang dikemukakan oleh WHO akan

dijadikan indikator dalam pembuatan skala karena memiliki penjelasan yang rinci

mengenai domain-domain yang mempengaruhi kualitas hidup.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup menurut Anderson (2008),

yaitu:

1. Faktor biologi

Faktor biologi berkaitan dengan usia, jenis kelamin, body mass index,

komorbiditas, dan disabilitas. Pertambahan usia mempengaruhi kemampuan

fisik dan mental yang selanjutnya berkaitan dengan derajat kesehatan dan

kualitas hidupnya. Jenis kelamin antara pria dan wanita juga mempengaruhi

kualitas hidup yang dikaitkan dengan kemampuan fisik dan mental dalam

merespon terhadap stressor yang mempengaruhi kesehatannya. Selanjutnya,

faktor komorbiditas seperti penyakit degeneratif, riwayat penyakit

sebelumnya, serta gaya hidup juga berpengaruh terhadap kualitas hidup.

2. Sosiokultural

Faktor sosiokultural yang mempengaruhi kualitas hidup antara lain status

perkawinan, tingkat pendidikan, ras/etnik, pekerjaan, dan pendapatan. Status

perkawinan berkaitan dengan pencapaian nilai kualitas hidup masing-masing

individu. Selain itu, pendidikan yang lebih tinggi mengindikasikan kualitas

hidup yang lebih tinggi. Selanjutnya, pekerjaan dan pendapatan berkaitan

dengan usaha dalam memperoleh pelayanan dan fasilitas kesehatan yang

memadai untuk mendapatkan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

3. Psikologis

Faktor psikologis yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah dukungan

emosional dan kepuasan hidup. Melalui dukungan emosional yang kuat,

menjadi sumber adekuat dalam menghadapi stressor. Hal ini akan

mempengaruhi pencapaian kualitas hidup seseorang. Sementara kepuasan

hidup merupakan kondisi psikis yang umumnya dipengaruhi oleh status

kesehatan fisik maupun mental. Adanya indikasi medis seperti penyakit

jantung, diabetes melitus, atau asma akan mempengaruhi tingkat kepuasan

hidup. Selain itu gangguan mental seperti psikiatri dan gejala depresi akan

menurunkan tingkat kepuasan hidup.

Sedangkan, berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2, yaitu:

1. Usia

Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang paling

banyak jumlahnya yaitu sekitar 90-95% dari seluruh penyandang diabetes

melitus dan banyak dialami oleh dewasa di atas 30 tahun (Williams &

Wilkins, 2008). Hal ini disebabkan resistensi insulin cenderung meningkat

pada usia-usia tersebut (Smesltzer & Bare dalam Yusra, 2010). Williams &

Wilkins (2008) menambahkan bahwa riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan juga menjadi alasan usia dewasa di atas 30 tahun rentan terkena

diabetes melitus tipe 2.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

Pada pasien diabetes melitus yang memiliki usia lebih muda dari 65

tahun, kualitas hidup lebih baik tercapai, terlepas dari nilai-nilai yang tinggi

dari glukosa puasa dan HbA1c (Hemoglobin A1c) yang bermanfaat untuk

diagnosis atau skrining diabetes melitus tipe 2. Durasi diabetes melitus yang

pendek dan kecenderungan lebih rendah untuk memiliki komplikasi dalam

kelompok usia tersebut bisa menjadi alasan. Kelompok usia ini lebih

cenderung menggunakan fasilitas medis dengan baik dan mendapatkan

dukungan keluarga. Para pasien diabetes melitus yang berusia di bawah 65

tahun lebih riang, optimis dan memiliki pandangan positif tentang kehidupan

(Spasić et al, 2014).

2. Jenis Kelamin

Laki-laki memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan

wanita, dengan perbedaan statistik dalam domain vitalitas dan rasa sakit.

Kehidupan sosial yang lebih baik dan aktivitas fisik berkontribusi terhadap

tingkat kepuasan lebih tinggi pada pria (Spasić et al, 2014). Penelitian

Varghese et al juga telah menunjukkan bahwa pria lebih percaya diri terkait

kemampuannya untuk mengontrol diabetes dan memiliki kualitas hidup lebih

tinggi serta tidak rentan terhadap depresi atau mengalami kecemasan,

dibandingkan dengan wanita (Spasić et al, 2014).

3. Tingkat pendidikan

Pada pasien dengan diabetes melitus terdapat korelasi antara tingkat

pendidikan dan domain kualitas hidup yaitu psikologis kesehatan, skor rata-

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

rata domain psikologis yang terendah diperoleh pada pasien dengan

pendidikan akhir maupun putus sekolah di sekolah dasar, dan ada peningkatan

dalam skor domain kesehatan psikologis pada pasien dengan latar belakang

pendidikan tinggi (Gavrić & Vujmilović, 2014).

4. Status sosial ekonomi

Menurut Isa & Baiyewu (2006), pendapatan yang rendah, tingkat

pendidikan yang kurang berhubungan secara bermakna dengan kualitas hidup

penderita diabetes melitus.

5. Lama menderita diabetes mellitus

Pada penelitian Fisher (dalam Yusra, 2010), responden yang baru

menderita diabetes melitus selama 4 bulan sudah menunjukkan efikasi diri

yang baik. Adanya efikasi yang baik tentunya perawatan diri pasien juga akan

baik sehingga mampu mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik juga.

Namun dari penelitian Bernal, Woolley, Schenzul dan Dickinson (dalam

Yusra, 2010) menemukan bahwa pasien yang telah lama menderita diabetes

melitus dengan disertai komplikasi memiliki efikasi diri yang rendah. Jadi,

lamanya menderita dan disertai dengan komplikasi akan mempengaruhi

kualitas hidup pasien.

6. Komplikasi diabetes mellitus

Komplikasi berhubungan dengan kualitas hidup yang rendah, pasien

tanpa komplikasi melaporkan kualitas hidup tinggi, sedangkan pasien dengan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

dua atau lebih komplikasi melaporkan kualitas hidup rendah (Andayani,

Ibrahim, & Asdie, 2010).

7. Strategi Coping

Penelitian menunjukkan penderita diabetes melitus tipe 2 yang mampu

menggunakan strategi coping dengan baik memiliki kualitas hidup yang lebih

tinggi, kontrol glikemik yang lebih baik, dan pemanfaatan layanan darurat

medis yang berkurang (Macrodimitris & Endler; Sanden-Eriksson; Walsh et

al, dalam Lager, 2006). Pasien yang lebih optimis, dengan keyakinan kuat

dalam self-efficacy, dan pasien yang memiliki hubungan baik dengan dokter

dilaporkan memiliki coping lebih aktif yang akan meningkatkan kualitas

hidup (Rose et al. 2002).

8. Stres

Pengalaman stres mempengaruhi kontrol diabetes, tidak hanya berefek

terhadap kontrol glukosa darah yang buruk dan dapat mempengaruhi

kehidupan sehari-hari, tetapi juga karena asosiasi antara kadar glukosa darah

tinggi yang kronis dan pengembangan komplikasi diabetes sehingga hal

tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup (Lloyd et al. 2005).

Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, peneliti memilih

strategi coping untuk menjadi variabel bebas didukung oleh ungkapan Danheur et al.,

(dalam Khotijah, 2015) yang menyatakan bahwa strategi coping memainkan peran

yang penting dalam menentukan kualitas hidup. Rubin (2000) juga menambahkan

bahwa beberapa faktor psikososial, termasuk keyakinan yang berhubungan dengan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

kesehatan, dukungan sosial, strategi coping, dan tipe kepribadian memiliki efek kuat

terhadap kualitas hidup.

4. Diabetes Melitus Tipe 2

Menurut Jr, Sherwin, & Baron (2003) diabetes melitus adalah penyakit

metabolik yang umum ditandai dengan peningkatan konsentrasi sirkulasi glukosa

(gula darah) terkait dengan kelainan pada karbohidrat, lemak, protein,

mikrovaskular, makrovaskular, neurologis, dan komplikasi infeksi. Diabetes

merupakan gangguan medis yang mempengaruhi cara tubuh menggunakan

makanan untuk pertumbuhan dan energi. Ketika proses makan, karbohidrat dipecah

menjadi glukosa, gula sederhana itulah yang menjadi salah satu sumber bahan bakar

utama bagi tubuh. Karena makanan dicerna, glukosa terserap ke dalam aliran darah,

yang akan mengangkutnya ke seluruh tubuh. Sel otot dan lemak merespon sinyal

dari hormon sirkulasi dalam darah yang disebut insulin, insulin menjadi “kunci”

yang akan membuka “pintu” sel untuk memungkinkan glukosa masuk dan

melakukan pekerjaannya. Individu yang menderita diabetes tidak memiliki cukup

insulin atau selnya menjadi tidak sensitif, atau resisten terhadap efek insulin.

Hasilnya, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan mulai terbentuk di dalam

darah. Hal tersebut akan membangun glukosa dalam darah yang menjadi ciri khas

dari diabetes (Metzger, 2006). Ketika tubuh tak mampu mengatasi gula yang

berlebihan di dalam darah, terjadilah apa yang disebut hiperglikemia atau kadar gula

darah yang tinggi. Sebaliknya, tanpa insulin kadar gula darah akan rendah dan lebih

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

rendah karena tubuh memakai glukosa untuk energy (tenaga), terjadilah apa yang

disebut hipoglikemia atau kadar gula darah rendah (Johnson, 1998).

Diabetes melitus terdiri dari diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus

tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 yaitu diabetes yang ditandai dengan kekurangan

insulin yang berat akibat kerusakan sel β, individu-individu dengan diabetes melitus

tipe 1 bergantung pada insulin untuk bertahan hidup (Jr, Sherwin, & Baron, 2003).

Diabetes melitus tipe 1 terdiri dari sekitar 5 persen sampai 10 persen dari kasus pada

sindrom diabetes (LeRoith, Taylor & Olefsky, 2004).

Sedangkan diabetes melitus tipe 2 yaitu diabetes yang disebabkan oleh

kombinasi faktor genetik dan nongenetik yang mengakibatkan resistensi insulin dan

defisiensi insulin. Gen spesifik tidak diketahui tetapi berada di bawah penyelidikan

intensif, sedangkan faktor nongenetik termasuk bertambahnya usia, asupan kalori

tinggi, berat badan berlebih, adipositas sentral (penggemukan di area tengah tubuh),

gaya hidup, dan berat lahir yang rendah. Diabetes melitus tipe 2 terdiri dari sekitar

90 persen sampai 95 persen dari kasus pada sindrom diabetes (LeRoith, Taylor &

Olefsky, 2004). American Diabetes Association (ADA) menyebutkan diabetes

melitus tipe 2 sebagai permasalahan pada tubuh yang disebabkan oleh

meningkatnya glukosa darah, hal ini disebut juga dengan hyperglycemia. Diabetes

melitus tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling umum dan banyak diderita oleh

masyarakat. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 tubuh tidak menggunakan insulin

dengan benar, hal ini disebut resistensi insulin. Pada awalnya, pankreas membuat

insulin ekstra untuk menggantikan insulin yang tidak digunakan oleh pankreas,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

tetapi, seiring berjalannya waktu hal tersebut tidak mampu mengimbangi dan tidak

dapat membuat insulin cukup untuk menjaga gula darah pada tingkat normal

(American Diabetes Association, 2013).

Gejala-gejala dari diabetes melitus tipe 1 biasanya terjadi secara tiba-tiba,

antara lain: sangat sering merasa haus, sering buang air kecil, sangat sering merasa

lapar, berat badan yang berkurang, mudah jengkel, tenaga berkurang, lemah dan

lesu, serta banyaknya semut yang mengerubungi air seni dikarenakan air seni

penderita diabetes manis. Sedangkan untuk gejala-gejala diabetes melitus tipe 2

biasanya terjadi secara diam-diam dan pelan-pelan, antara lain: sebagian atau

seluruhnya gejala-gejala seperti diabetes melitus tipe 1, gatal-gatal (terutama pada

daerah kemaluan), luka atau goresan yang lama sembuh, sering mengalami infeksi

tak jelas penyebabnya pada kulit; gusi; dan kandung kemih yang juga lama sembuh,

rasa nyeri; pegal; dan rasa ditusuk-tusuk pada tungkai dan kaki, penglihatan kabur,

serta mual dan muntah (Johnson, 1998).

Bagaimanakan mengetahui seseorang menderita diabetes? Dokter atau

perawat biasanya menggunakan glukosa meter atau biasa disebut reflectance meter.

Setelah melihat hasil pemeriksaan gula darah, akan ditentukan apakah memerlukan

pemeriksaan lebih lanjut atau tidak. Kadar gula darah yang normal berkisar pada

60-120 mg/dl atau 3,1-6,6 mmol/liter (Johnson, 1998). Terapi diabetes melitus dapat

dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: diet diabetes, latihan fisik, penyuluhan

kesehatan masyarakat, dan obat hipoglikemi (Oral Antidiabetes dan insulin)

(Tjokroprawiro, 1996).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

Diabetes melitus tipe 2 dapat menimbulkan beberapa komplikasi pada

tubuh, seperti komplikasi pada kulit (infeksi bakterial, infeksi jamur, gatal-gatal,

reaksi alergi, diabetic dermopathy, necrobiosis lipoidica diabeticorum, diabetic

blisters, dan eruptive xanthomatosis), komplikasi pada mata (glaukoma, katarak,

dan retinopati), komplikasi pada saraf (saraf periferal dan saraf autonom), stroke,

penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, gastroparesis, Hyperosmolar

Hyperglycemic Nonketotic Syndrome (HHNS), koma diabetes, berpengaruh

terhadap kehamilan, dan kesehatan jiwa (American Diabetes Association, 2017).

B. Strategi Coping

1. Definisi Strategi Coping

Menurut Folkman & Lazarus (1986) strategi coping mengacu pada upaya

kognitif dan perilaku untuk mengelola (mengurangi atau mentolerir) hubungan

antara orang dengan lingkungan yang bermasalah. Breakwell (dalam Folkman

dkk, 1986) menyatakan bahwa strategi coping merupakan segala pikiran dan

perilaku yang berhasil mengurangi atau menghilangkan ancaman, baik secara

sadar dikenali oleh individu maupun tidak dikenali individu. Jadi individu dapat

disebut melakukan strategi coping meskipun individu tersebut tidak menyadari

atau tidak mau mengakuinya.

Pearlin dan Schooler (dalam Grey, 2000) mendefinisikan strategi coping

sebagai perilaku individu untuk melindungi dirinya secara psikologis dari

pengalaman sosial bermasalah. Sedangkan strategi coping didefinisikan oleh Mac

Arthur (1998) sebagai upaya khusus, baik dari sisi perilaku maupun psikologis,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

yang digunakan untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan

peristiwa stres.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi coping ialah

usaha dalam bentuk upaya kognitif, emosi, dan perilaku untuk mengurangi atau

menghilangkan ancaman dan tekanan yang ditimbulkan oleh masalah dalam

kehidupannya.

2. Bentuk-bentuk Strategi Coping

Lazarus dan Folkman (dalam Carver, 1989) membagi strategi coping secara

umum menjadi dua, yaitu:

a. Problem Focused Coping

Problem Focused Coping bertujuan untuk mengubah kondisi yang penuh

tekanan dengan menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stres

secara langsung. Coping ini mengarahkan individu untuk dapat langsung

mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif, mengukur alternatif

pemecahan masalah dari keuntungan dan kerugian yang didapat, memilih

diantara alternatif tersebut, dan dapat langsung melaksanakan tindakan (Lazarus

& Folkman, 1984). Individu cenderung untuk menggunakan coping ini ketika

percaya bahwa sumber dari kondisi stres masih dapat diubah (Lazarus &

Folkman dalam Sarafino, 1990).

b. Emotion Focused Coping

Emotion Focused Coping merupakan usaha yang dilakukan individu untuk

mengatur respon emosional dari kondisi yang penuh dengan tekanan. Individu

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

dapat mengatur respon emosional melalui pendekatan behavioral dan kognitif.

Individu cederung menggunakan coping ini ketika mengetahui bahwa hanya

sedikit atau tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah kondisi yang penuh

tekanan (Lazarus & Folkman dalam Sarafino, 1990).

Sementara itu menurut Carver et al, (1989) problem focused coping dan

emotion focused coping melibatkan beberapa dimensi antara lain:

a. Problem Focused Coping

1) Coping aktif (Active coping), proses pengambilan langkah-langkah aktif

untuk mencoba menghilangkan atau menghindari stressor atau untuk

memperbaiki dampaknya. Strategi Coping aktif juga termasuk di

dalamnya proses memulai aksi langsung, meningkatkan upaya

seseorang, dan coping dalam mode bertahap.

2) Perencanaan (Planning), memikirkan tentang bagaimana mengatasi

stresor dengan melibatkan strategi untuk bertindak, memikirkan tentang

langkah apa yang perlu diambil dan cara terbaik untuk menangani suatu

masalah tersebut.

3) Penekanan kegiatan yang bersaing (Suppression of competing activities),

mengesampingkan rencana yang lain, mencoba menghindari

terpengaruh dengan peristiwa lain, bahkan membiarkan hal-hal lain

tergeser, jika diperlukan, untuk menangani stressor.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

4) Pelepasan perilaku (Behavioural disengagement), upaya seseorang

untuk mengurangi terlibat dengan stressor, bahkan menyerah untuk

mencoba mendapatkan apa yang diinginkan

5) Pembatasan coping (Restraint coping), individu membatasi

keterlibatannya dalam aktifitas kompetisi atau persaingan dan tidak

bertindak terburu-buru.

6) Menggunakan dukungan instrumental (Use instrumental support), yaitu

melalui nasihat, bantuan atau informasi.

b. Emotion Focused Coping

1) Menggunakan dukungan emosional (Use emostional support), yaitu

melalui dukungan moral, simpati atau pengertian.

2) Memfokuskan pada peluapan atau pelepasan emosi (Focusing on and

venting of emotions), kecenderungan untuk fokus pada tekanan atau saat

marah, membiarkan emosi untuk kelua

3) Pelepasan mental (Mental disengagement), mengalihkan pikiran dari

permasalahan ke pekerjaan atau kegiatan pengganti lain

4) Reinterpretasi dan pertumbuhan yang positif (Positive reinterpretation

and growth), mencari sesuatu yang baik dari apa yang terjadi

5) Menyalahkan diri sendiri (Self blame), mengkritisi diri sendiri atas

tanggung jawab individu dalam situasi stres tersebut

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

6) Penerimaan (Acceptance), sesuatu yang penuh dengan kondisi stres dan

keadaan yang memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut, belajar

untuk hidup dan menerima terhadap keadaan yang terjadi.

7) Penolakan (Denial), menolak untuk percaya bahwa permasalahan itu

telah terjadi

8) Humor, membuat lelucon mengenai permasalahannya, dapat dilakukan

dengan menertawakan kondisinya sendiri atau memunculkan lelucon

mengenai permasalahannya dalam pembicaraam sehari-hari

9) Penggunaan zat (Substance use), menggunakan zat (alkohol, rokok dan

obat-obatan lain) untuk melewati masalah yang terjadi

10) Beralih ke agama (Turning to religion), sikap individu yang

menenangkan dan menyelesaikan masalah secara keagamaan. Individu

mungkin beralih ke agama saat sedang stres karena alasan yang

bermacam-macam: agama bisa berfungsi sebagai sumber dukungan

emosional, sebagai sarana untuk reinterpretasi positif, atau sebagai salah

satu cara untuk mengatasi stressor.

Menurut Aldwin & Revenson (1987) terdapat tiga macam problem focused

coping dan empat macam emotion focused coping yaitu:

a. Problem Focused Coping

1) Kehati-hatian (Cautioness) yaitu cara individu memikirkan dan

mempertimbangkan secara tidak terburu-buru dalam memecahkan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

masalah dengan meminta solusi kepada orang lain tentang masalah yang

sedang dihadapi, bersikap tidak terburu-buru dalam memutuskan

sesuatu dan mencoba mengevaluasi strategi yang pernah digunakan

2) Tindakan instrumental (instrumental action) meliputi tindakan individu

yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta

menyusun langkah-langkah yang diperlukan

3) Negosiasi (negotiation) meliputi cara individu dengan melibatkan orang

lain atau menjadi penyebab masalah yang sedang dihadapinya untuk

ikut memikirkannya atau menyelesaikan masalah tersebut

b. Emotion Focused Coping

1) Pelarian dari masalah (escapism) yaitu individu berkhayal seandainya ia

berada dalam situasi dan saat yang menyenangkan untuk menghindari

masalah yang ada, menghindarkan untuk memikirkan masalah dengan

cara makan atau tidur lebih banyak dan menghindari bertemu orang lain

dan merokok lebih banyak

2) Pengurangan beban masalah (minimization) yaitu usaha untuk menolak

masalah yang ada dengan cara menganggap seolah-olah masalah

tersebut tidak ada

3) Menyalahkan diri sendiri (self blame) yaitu seseorang cenderung

menyalahkan dan menghukum diri sendiri serta menyesali apa yang

sudah terjadi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

4) Pencarian arti (seeking meaning) yaitu seseorang berusaha mencari arti

kegagalan yang dialaminya bagi dirinya serta melihat pada segi-segi

yang lebih penting dalam hidupnya

Peneliti mengacu pada pembagian strategi coping secara umum yang

dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman (dalam Carver, 1989) yaitu problem

focused coping dan emotion focused coping, selanjutnya untuk lebih detail lagi

peneliti mengacu pada Carver et al (1989) dalam menjelaskan dimensi-dimensi

dari problem focused coping dan emotion focused coping. Berdasarkan kedua

pendapat ahli di atas diperoleh strategi coping sebagai berikut:

a. Problem focused coping meliputi dimensi coping aktif (active coping),

perencanaan (planning), penekanan kegiatan yang bersaing (suppression of

competing activities), pembatasan coping (restraint coping), pelepasan

perilaku (behavioural disengagement),

b. Emotion focused coping meliputi dimensi menggunakan dukungan

instrumental (use instrumental support), sebagai aspek, serta menggunakan

dukungan emosional (use emotional support), memfokuskan pada peluapan

atau pelepasan emosi (focusing on and venting of emotions), pelepasan

mental (mental disengagement), reinterpretasi dan pertumbuhan yang positif

(positive reinterpretation and growth), menyalahkan diri sendiri (self blame),

penerimaan (acceptance), penolakan (denial), humor, penggunaan zat

(substance use), dan beralih ke agama (turning to religion).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

Dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Carver akan dijadikan indikator

dalam pembuatan skala karena memiliki penjelasan yang rinci mengenai

dimensi-dimensi strategi coping, baik dari problem focused coping maupun

emotion focused coping.

C. Hubungan Antara Strategi Coping dengan Kualitas Hidup pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2

Penelitian menunjukkan bahwa pada penyakit kronis seperti diabetes melitus tipe

2, kesehatan yang buruk dapat menjadi sumber stres yang berkelanjutan, selain dari

stres sehari-hari. Oleh karena itu pasien diabetes melitus tipe 2 harus memiliki

manajemen stres yang tepat. Dalam hal ini, pasien diabetes melitus tipe 2 akan

terpengaruh oleh stres dari penyakit diabetes terkait dengan pengobatan harian yang

dijalani dan komplikasi dari diabetes itu sendiri, hal-hal tersebut memiliki dampak

negatif pada kontrol glikemik dan kualitas hidup pasien (Parildar, Cigerli & Demirag

2015).

Menurut Fisher dkk (1982) diabetes dan stres merupakan dua hal yang saling

berkaitan satu sama lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena kontrol

yang kurang baik pada kondisi diabetesnya terutama glukosa darah akan menimbulkan

perasaan stres dan begitu pula sebaliknya. Surwit (2003) mengemukakan bahwa stres

sangat berpengaruh terhadap penyakit diabetes karena hal itu akan berpengaruh

terhadap pengendalian dan tingkat kadar glukosa darah. Ketika individu tertekan pada

penyakit diabetes, individu mengalami perubahan dalam hidupnya terutama dari segi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

psikologisnya, sehingga agar dapat menyesuaikan diri secara baik meski dalam kondisi

stres diperlukan strategi pemecahan masalah (coping) yang baik.

Strategi coping yang efektif dapat membantu menurunkan stres, rasa tidak

nyaman, melindungi kemampuan untuk berfungsi secara efektif dalam berhubungan

dengan orang lain, dan mempertahankan konsep diri yang positif yang dapat

meningkatkan kualitas hidup yang baik (Raju dan Latha, 2012). Parildar, Cigerli &

Demirag (2015) juga menambahkan bahwa kemampuan individu untuk terus

mengubah kognitif dan perilaku dalam mengelola situasi stres (coping) yang

ditimbulkan oleh diabetes melitus tipe 2 sangat diperlukan. Individu dengan diabetes

melitus tipe 2 mengandalkan berbagai strategi coping dan sumber daya (misalnya,

penolakan, pemecahan masalah, dan pencarian informasi) dalam mengatasi

penyakitnya yang dapat menentukan apakah individu secara efektif dapat

mengintegrasikan penyakit ke dalam kehidupannya atau tidak (Lundman & Norberg;

Smari & Valtysdottir dalam Lager, 2006). Cohen dan Lazarus (dalam Taylor, 1991)

mengemukakan, agar coping dilakukan dengan efektif, maka strategi coping perlu

mengacu pada lima fungsi tugas coping (coping task), yaitu; mengurangi kondisi

lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek untuk memperbaikinya,

mentoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif, mempertahankan

gambaran diri yang positif, mempertahankan keseimbangan emosional, serta

melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain.

Strategi coping pada pasien diabetes melitus tipe 2 juga dapat dilakukan dengan

beberapa cara yaitu misalnya dengan membuat rincian (planning) pengelolaan diri

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

untuk jangka panjang seperti diet, aktivitas fisik, dan penurunan berat badan (Chew et

al., 2104). Ketika pengelolaan diri pasien diabetes melitus tipe 2 terencana dengan baik,

akan mendatangkan efek positif pada aspek klinis, psikososial, dan perilaku diabetes

lainnya seperti mengurangi terjadinya komplikasi diabetes, perilaku gaya hidup seperti

memiliki pola makan yang lebih sehat, meningkatkan penanganan yang sehat, dan

mengurangi adanya gangguan terkait diabetes melitus tipe 2, sehingga kualitas hidup

yang baik dapat dicapai (Powers, Bardsley, Cypress, Duker, Funnell, Fischi, Maryniuk,

Siminerio, dan Vivian, 2015).

Selain itu dapat pula dengan mencari sesuatu yang baik dari apa yang terjadi

(positive reinterpretation) dapat menghasilkan dampak dengan mengubah makna yang

melekat pada masalah atau situasi. Ketika positive reinterpretation digunakan secara

efektif pada pasien diabetes melitus tipe 2, individu memiliki cara pandang baru yang

lebih positif sehingga sering kali dapat menemukan solusi untuk permasalahan yang

dapat membuat kualitas hidup pasien menjadi lebih baik (Powers, 1996). Pikiran positif

dan penerimaan terhadap diagnosis dapat membantu menangkal depresi dan potensi

komplikasi fisik maupun emosional yang umum terjadi pada pasien dengan penyakit

kronis seperti diabetes melitus tipe 2 sehingga kualitas hidup yang lebih baik dapat

diperoleh (Drummond, 2007).

Taylor (1995) juga mengungkapkan jika pasien diabetes melitus tipe 2 dapat

menyesuaikan diri terhadap penyakitnya dengan memuaskan, akan mengintegrasikan

penyakit ke dalam kehidupannya (acceptance). Pengintegrasian penyakit diabetes

melitus tipe 2 ke dalam kehidupan pasien akan meningkatkan pemahaman pasien

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

mengenai penyakit diabetes melitus tipe 2, sehingga kepatuhan pasien dan manajemen

diri pada penyakit diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dan berefek baik terhadap

kualitas hidup pasien (Chew, Shariff-Ghazali, dan Fernandez, 2014). Taylor (1995)

juga menambahkan hampir semua penyakit kronis memerlukan beberapa perubahan

dalam aktivitas dan beberapa tingkat manajemen, seperti pasien diabetes harus

mengendalikan diet dan menyuntikkan insulin setiap hari. Kualitas hidup lebih baik

dapat diperoleh dari salah satu proses coping di atas yaitu pengembangan rasa realistis

tentang penyakit diabetes dan langkah pengobatan yang diperlukan.

Selain itu, individu yang sangat mementingkan Tuhan dan melibatkan Tuhan

lebih (turning to religion) dalam proses pemecahan akan menganggap diabetes

“sebagai kehendak Tuhan” atau “sebagai kesempatan untuk memperbaiki pribadi dan

spiritual menjadi lebih baik” (Lager, 2006). Sejumlah besar penelitian dengan berbagai

kelompok pasien menunjukkan bahwa peningkatan fungsi penanganan spiritual atau

religius pada pasien diabetes mengurangi kecemasan, depresi, dan keputusasaan, serta

merangsang fungsi psikologis, adaptasi terhadap proses penyakit, kepuasan hidup, dan

kualitas hidup yang lebih baik (Tuncay et al., 2008).

Rubin (2000) mengemukakan bahwa strategi coping menjadi salah satu hal yang

penting bagi pasien diabetes melitus tipe 2. Aktif dan efektifnya penyakit tertentu,

strategi coping dapat memicu aliran positif dari peningkatan kesejahteraan,

pengelolaan diri menjadi lebih aktif, kontrol glikemik yang lebih baik, dan menurunnya

tingkat komplikasi sehingga kualitas hidup yang maksimal dapat dicapai.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

Ketika kualitas hidup baik dapat dicapai pada pasien diabetes melitus tipe 2,

individu akan memiliki gambaran diri yang selalu menjaga kesehatannya, dalam aspek

psikologis individu berusaha meredam emosi agar tidak mudah marah, hubungan sosial

individu baik dengan banyaknya teman yang dimilikinya, lingkungan mendukung dan

memberi rasa aman kepada individu. Individu dapat mengenali diri sendiri, mampu

beradaptasi dengan kondisi yang dialaminya saat ini, individu mempunyai perasaan

kasih kepada orang lain dan mampu mengembangkan sikap empati dan merasakan

penderitaan orang lain (Larasti dalam Kusuma, 2015).

Johnson (1998) menambahkan ketika pasien diabetes melitus tipe 2 dapat

menyesuaikan, belajar menerima kehidupannya, dan menjadi bahagia walaupun harus

seumur hidup dengan penyakit diabetes melitus tipe 2, individu akan menjadi lebih

tertata pola hidupnya, dan dapat memberikan disiplin untuk berhasil pada pencapaian

baru yang lebih besar, sehingga kualitas hidupnya tidak menurun walaupun dengan

penyakit diabetes melitus tipe 2, tetap menjadi puas dan bahagia selama menjalani

kehidupannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan dapat diambil kesimpulan bahwa

pasien diabetes melitus tipe 2 dengan strategi coping yang tinggi memiliki kualitas

hidup yang tinggi, sedangkan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan strategi coping

yang rendah memiliki kualitas hidup yang rendah pula.

D. Hipotesis

Ada hubungan positif antara strategi coping dengan kualitas hidup pada pasien

diabetes melitus tipe 2, semakin tinggi tingkat strategi coping maka cenderung tinggi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup pada Pasien …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB II.pdf · A. Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Definisi Kualitas

pula kualitas hidup pada pasien diabetes melitus tipe 2, demikian juga sebaliknya,

semakin rendah tingkat strategi coping maka cenderung rendah pula kualitas hidup

pada pasien diabetes melitus tipe 2.