bab ii tinjauan pustaka a. kesiapan kerja 1. pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1226/2/bab...

22
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesiapan Kerja 1. Pengertian Kesiapan Kerja Kesiapan (readiness) menurut Kamus Psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan Daliguno (2000) kesiapan adalah suatu titik kematangan untuk menerima dan mempraktekkan tingkah laku tertentu. Hal ini berarti kesiapan dapat dipandang sebagai suatu karakteristik tertentu yang diperlukan seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu. Kesiapan menunjukkan perilaku yang sudah dimiliki seseorang sebelum mencapai perilaku yang diinginkan. Sehubungan dengan kesiapan kerja, Sofyan (1988) mengatakan kesiapan kerja adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu tanpa mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil baik. Sugihartono (1991) berpendapat bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya keserasian antara kematangan fisik, kematangan mental serta pengalaman belajar sehingga individu mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau tingkah laku tertentu dalam hubungan dengan pekerjaan. Menurut Suharsimi (dalam Sumiharyanti, 1998), mengatakan bahwa kesiapan adalah sama dengan kemampuan atau kompetensi. Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2000) kesiapan kerja mengandung dua pengertian yaitu: (a) keadaan siap siaga untuk

Upload: phamtruc

Post on 13-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesiapan Kerja

1. Pengertian Kesiapan Kerja

Kesiapan (readiness) menurut Kamus Psikologi adalah tingkat

perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk

mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan

Daliguno (2000) kesiapan adalah suatu titik kematangan untuk menerima dan

mempraktekkan tingkah laku tertentu. Hal ini berarti kesiapan dapat dipandang

sebagai suatu karakteristik tertentu yang diperlukan seseorang untuk melakukan

kegiatan tertentu. Kesiapan menunjukkan perilaku yang sudah dimiliki seseorang

sebelum mencapai perilaku yang diinginkan.

Sehubungan dengan kesiapan kerja, Sofyan (1988) mengatakan kesiapan

kerja adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

tertentu tanpa mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil baik. Sugihartono

(1991) berpendapat bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan

adanya keserasian antara kematangan fisik, kematangan mental serta pengalaman

belajar sehingga individu mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu

kegiatan atau tingkah laku tertentu dalam hubungan dengan pekerjaan. Menurut

Suharsimi (dalam Sumiharyanti, 1998), mengatakan bahwa kesiapan adalah sama

dengan kemampuan atau kompetensi. Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2000)

kesiapan kerja mengandung dua pengertian yaitu: (a) keadaan siap siaga untuk

11

mereaksi atau menanggapi, (b) tingkat perkembangan dari kematangan atau

kedewasaan yang menguntungkan untuk mepraktekkan sesuatu. Kesiapan kerja

sebagaimana didefinisikan oleh Hersey dan Blanchard merujuk pada tingkat

sampai mana orang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan

tugas tertentu (Robbins, 2007). Kesiapan kerja dibutuhkan pada setiap individu

yang diharapkan individu tersebut nantinya dapat menyelesaikan tugasnya dengan

baik berdasar bekal yang telah dimiliki.

Menurut Harjono (1990) kesiapan peserta didik untuk memasuki dunia

kerja adalah segala sesuatu yang harus disiapkan dalam melaksanakan sesuatu

untuk mencapai suatu tujuan. Kesiapan peserta didik sebagai calon tenaga kerja

merupakan suatu kondisi individu dari hasil pendidikan dan latihan atau

keterampilan yang mampu memberikan jawaban terhadap situasi dalam suatu

pelaksanaan pekerjaan. Kesiapan kerja bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) sangatlah penting. Hal ini dikarenakan setelah lulus sekolah, sebagian atau

semua siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan menghadapi satu jenjang

hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

yang akan menjadi calon pekerja akan merasakan bahwa bekerja itu tidaklah

mudah. Semua jenis pekerjaan perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Pekerjaan

serendah apapun perlu ada persiapan untuk dapat melakukannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan

kerja dalam penelitian ini adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi

kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan

12

untuk melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan atau kegiatan sehingga

siap untuk mencapai suatu tujuan jenjang hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja.

2. Aspek-aspek Kesiapan Kerja

Hersey dan Blanchard (dalam Robbins, 2007) menyebutkan bahwa ada

dua aspek dari kesiapan kerja, yaitu:

a. Kemampuan

Kemampuan adalah kadar sejauhmana seseorang memiliki keterampilan, mampu,

bisa, serta dapat menyelesaikan suatu tugas pekerjaan yang menjadi wewenang

dan tanggungjawabnya sehingga memberikan hasil dan mencapai tujuan kerjanya.

b. Kemauan

Kemauan adalah kematangan psikologis atau kematangan soft skill, yang

dikaitkan dengan tanggung jawab, komitmen, integritas, dan motivasi, untuk

melakukan suatu tugas pekerjaan (Hersey & Blanchard, 1982). Artinya, seseorang

yang sangat matang secara psikologis di suatu bidang tugas pekerjannya, adalah

seseorang yang bertanggung jawab, memiliki komitmen, integritas, motivasi, dan

memiliki keyakinan terhadap diri sendiri bahwa seseorang tersebut merasa mampu

melakukan suatu pekerjaan tertentu, dan tidak membutuhkan dorongan untuk

melakukan pekerjaan tersebut.

Sedangkan menurut Anoraga (2009) ciri-ciri kesiapan kerja adalah:

a. Memiliki motivasi

Dalam pengertian umum, motivasi dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong

perbuatan ke arah suatu tujuan tertentu. Jadi motivasi kerja adalah suatu yang

13

menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat lemahnya motivasi kerja

seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya.

b. Memiliki kesungguhan atau keseriusan

Kesungguhan atau keseriusan dalam bekerja turut menentukan keberhasilan kerja.

Sebab tanpa adanya itu semua suatu pekerjaan tidak akan dapat berjalan sesuai

dengan yang diinginkan. Jadi untuk memasuki suatu pekerjaan dibutuhkan adanya

kesungguhan, supaya pekerjaannya berjalan dan selesai sesuai dengan target yang

diinginkan.

c. Memiliki keterampilan yang cukup

Keterampilan diartikan cakap atau cekatan dalam mengerjakan sesuatu atau

penguasaan individu terhadap suatu perbuatan. Jadi untuk memasuki pekerjaan

sangat dibutuhkan suatu keterampilan sesuai dengan pekerjaan yang dipilihnya,

yaitu keterampilan dalam mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh dari orang

lain dengan alternatif-alternatif yang akan dipilih.

d. Memiliki kedisiplinan

Disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu tertib terhadap suatu tata tertib.

Jadi untuk memasuki suatu pekerjaan sikap disiplin sangat diperlukan demi

peningkatan prestasi keja. Seorang pekerja yang disiplin tinggi, masuk kerja tepat

pada waktunya, demikian juga pulang pada waktunya dan selalu taat pada tata

tertib.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan aspek-aspek kesiapan

kerja antara lain adalah kemauan, kemampuan, memiliki motivasi, memiliki

kesungguhan atau keseriusan, memiliki keterampilan yang cukup, dan memiliki

14

kedisiplinan. Berdasarkan aspek-aspek kesiapan kerja yang sudah dipaparkan

beberapa tokoh, maka aspek kesiapan kerja yang digunakan dalam penelitian ini

adalah aspek kesiapan kerja menurut Haersey dan Blanchard (dalam Robbins,

2007) yang meliputi kemampuan dan kemauan. Peneliti memilih aspek kesiapan

kerja dari Haersey dan Blanchard (dalam Robbins, 2007) karena aspek tersebut

mudah dipahami dan akan digunakan peneliti sebagai indikator dalam penyusunan

Skala Kesiapan Kerja.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja

Menurut Ketut (1993) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan

kerja, di antaranya:

1. Faktor-faktor yang bersumber pada diri individu (internal), yang meliputi;

a. Inteligensi

Setiap orang memiliki intelegensi berbeda-beda, dimana orang yang memiliki

taraf intelejensi yang lebih tinggi akan lebih cepat memecahkan permasalahan

yang sama bila dibandingkan dengan orang yang memiliki taraf intelejensi yang

lebih rendah. Kemampuan intelejensi yang dimiliki oleh individu memegang

peranan penting sebagai pertimbangan apakah individu tersebut memiliki

kesiapan dalam memasuki suatu pekerjaan.

b. Bakat

Bakat adalah suatu kondisi, suatu kualitas yang dimiliki individu yang

memungkinkan individu tersebut untuk berkembang pada masa mendatang,

sehingga perlu diketahui sedini mungkin bakat-bakat peserta didik Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) untuk mempersiapkan peserta didik sesuai dengan

15

bidang kerja dan jabatan atau karir setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK).

c. Minat

Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan

campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut, dan kecenderungan-

kecenderungan lain untuk bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan

tertentu. Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai kesiapan dan prestasi

dalam suatu pekerjaan serta pemilihan jabatan atau karir.

d. Motivasi

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi sangat

besar pengaruhnya untuk mendorong peserta didik dalam memasuki dunia kerja

sehingga menciptakan kesiapan dari dalam dirinya untuk bekerja.

e. Sikap

Sikap adalah suatu kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu

terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif dari dalam diri individu tentang suatu

pekerjaan atau karir akan berpengaruh terhadap kesiapan individu tersebut untuk

melakukan suatu pekerjaan.

f. Kepribadian

Kepribadian seseorang memiliki peranan penting yang berpengaruh terhadap

penentuan arah pilih jabatan dan kesiapan seseorang untuk melakukan suatu

pekerjaan.

g. Nilai

16

Nilai-nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang

dipilihnya dan prestasi dalam pekerjaan sehingga menimbulkan kesiapan dalam

dirinya untuk bekerja.

h. Hobi atau kegemaran

Hobi adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan individu karena kegiatan

tersebut merupakan kegemaranya atau kesenangannya. Hobi yang dimiliki

seseorang akan menentukan pemilihan pekerjaan sehingga menimbulkan kesiapan

dalam dirinya untuk bekerja.

i. Prestasi

Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuninya

oleh individu berpengaruh terhadap kesiapan kerja individu tersebut.

j. Keterampilan

Keterampilan adalah kecakapan dalam melakukan sesuatu. Keterampilan

seseorang akan mempengaruhi kesiapan untuk melakukan suatu pekerjaan.

k. Penggunaan waktu senggang

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam pelajaran di

sekolah digunakan untuk menujang hobinya atau untuk rekreasi.

l. Aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan

Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang berkaitan dengan

perwujudan dari cita-citanya.

m. Pengetahuan tentang dunia kerja

17

Pengetahuan yang sementara ini dimiliki anak, termasuk dunia kerja, persyaratan,

kualifikasi, jabatan struktural, promosi jabatan, gaji yang diterima, hak dan

kewajiban, tempat pekerjaan itu berada, dan lain-lain.

n. Pengalaman kerja

Pengalaman kerja yang pernah dialami siswa pada waktu duduk di sekolah atau di

luas sekolah yang dapat diperoleh dari Praktik Kerja Industri (prakerin).

o. Kemampuan, keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah

Kemampuan fisik misalnya badan kekar, tinggi dan tampan, badan yang kurus dan

pendek, penampilan yang tidak sesuai etika dan kasar.

p. Masalah dan keterbatasan pribadi

Masalah adalah problema yang timbul dan bertentangan dalam diri individu,

sedangkan keterbatasan pribadi misalnya mau menang sendiri, tidak dapat

mengendalikan diri, dan lain-lain.

2) Faktor Sosial (eksternal), yang meliputi;

a. Bimbingan dari orang tua

Bimbingan dari orang tua dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang yang

sedang bekerja. Bimbingan orang tua dapat mendukung pekerjaan seorang

individu.

b. Keadaan teman sebaya

Setiap kali seseorang berada di antara teman sebaya, maka keadaan teman sebaya

tersebut akan dapat memperngaruhi seseorang mengekspresikan segala potensi

yang dimilikinya.

c. Keadaan masyarakat sekitar

18

Masyarakat sekitar berpengaruh dalam seseorang menentukan kesiapan kerjanya.

Seseorang yang berada di keadaan masyarakat pekerja cenderung produktif.

Sedangkan menurut Kartono (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi

kesiapan kerja yaitu:

a. Kecerdasan

Kecerdasan memegang peran penting dalam berhasil atau tidaknya seseorang

melaksanakan tugas-tugasnya. Ketika seseorang dapat memegang peran penting

dalam berhasil atau tidaknya dalam melaksanakan tugas, seseorang tersebut

dinilai siap untuk bekerja.

b. Ketrampilan dan Kecakapan

Untuk berhasil dalam usaha, kerja, atau kehidupan seseorang tidak perlu meniru-

niru, dari melihat banyak orang berhasil dalam hidupnya di berbagai macam

bidang. Sebab keterampilan dan kecakapan berbeda-beda. Keterampilan dan

kecakapan seseorang menentukan keberhasilan seseorang dalam kesiapan

kerjanya.

c. Bakat

Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum seseorang mempunyai pekerjaan

atau meneruskan belajar ialah menemukan bakat yang ada dalam diri sendiri dan

mempraktekkannya. Ketika seseorang berbakat dalam suatu pekerjaan, cenderung

akan siap dalam bekerja sesuai bidang pekerjaan tersebut.

d. Kemampuan dan minat

Seseorang harus mengetahui apakah kemampuan dan minatnya cocok dengan

pekerjaan yang dimasuki. Jika kemampuan dan minatnya cocok dengan jenis

19

pekerjaan yang akan dimasuki, orang tersebut cenderung siap dalam bekerja

sesuai pekerjaan tersebut.

e. Motivasi

Dalam mencapai keberhasilan kerja, perlu adanya motif-motif yaitu motif untuk

kreatif, motif mencari efisiensi, motif mencapai sesuatu dan motif bekerja. Jika

seseorang memiliki motif dalam bekerja, maka cenderung akan siap bekerja.

f. Kepribadian

Pribadi yang berhasil yaitu bila seseorang sanggup berhubungan baik serta dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta kenyataan hidup secara wajar dan

efektif, juga dapat memeperoleh rasa puas atas hasil yang telah dicapainya. Salah

satu unsur kepribadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia adalah

kemandirian. Kemandirian merupakan salah satu faktor kepribadian yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor kodrati yang berupa umur dan jenis kelamin. Selain

itu, dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti pola asuh dan pendidikan

ibu.

g. Cita-cita dan tujuan dalam bekerja

Jika pekerjaan seseorang sudah merupakan cita-cita dan tujuan sesuai dengan

sistem lainnya, maka seseorang tersebut akan bekerja dengan sungguh-sungguh,

rajin, tanpa disertai dengan suatu perasaan yang tertekan, yang sangat berguna

bagi kesuksesan kerjanya.

h. Lingkungan keluarga

20

Keadaan rumah dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang yang sedang

bekerja. Anggota keluarga yang mendukung kerja seseorang turut membantu

secara mental dan spiritual untuk berhasilnya seseorang dalam karirnya.

i. Lingkungan dunia kerja

Situasi kerja sangat mempengaruhi keadaan diri pekerja, karena setiap kali

seseorang bekerja maka harus memasuki situasi kerja tersebut. Macam-macam

lingkungan tempat kerja atau situasi kerja yaitu, rasa aman dalam pekerjaannya,

kesempatan mendapatkan kemajuan, rekan sekerja, hubungan dengan pimpinan,

dan gaji.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja pada penelitian ini adalah faktor dari

Ketut (1993) yaitu faktor internal dan eksternal. Berdasarkan penelitian

sebelumnya, peneliti ingin menggunakan faktor internal yang meliputi minat kerja

sebagai variabel bebas, karena minat kerja mempunyai kontribusi untuk

mempengaruhi tingkat kesiapan kerja.

B. Minat Kerja

1. Pengertian Minat Kerja

Winkell (1984), membatasi minat sebagai kecendrungan yang menetap

dalam subjek untuk merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Walgito

(1995) mendefinisikan bahwa minat adalah keadaan dimana seseorang

mempunyai perhatian terhadap sesuatu obyek disertai dengan keinginan untuk

mengetahui dan mempelajari lebih lanjut tentang obyek tersebut dengan

21

pengertian adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif terhadap obyek

itu. Hal ini berarti bahwa seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu

obyek maka orang tersebut mau berusaha atau mau melakukan langkah-langkah

kongkrit untuk mengetahui segala sesuatu mengenai obyek yang diamati tersebut.

Sedangkan menurut Faisal (2000) minat (interest) adalah sebuah perasaan yang

menilai suatu aktivitas, pekerjaan atau objek berharga atau berarti bagi dirinya.

Menurut Chaplin (dalam Djuwita, 2003) minat adalah sebuah perasaan yang

menilai suatu aktifitas, pekerjaan atau objek berharga atau yang berarti bagi

dirinya. Menurut Greenleaf (dalam Djuwita, 2003), minat merupakan motivasi

yang kuat dalam bekerja. Untuk memilih pekerjan seseorang harus

memperhatikan faktor minatnya agar merasa tahan banting dalam menghadapi

pekerjaan.

Menurut Maryani (2011) siswa yang memiliki minat terhadap suatu objek

tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek

tersebut. Jadi minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu objek atau

situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya, minat harus dipandang

sebagai suatu sambutan yang sadar. Untuk menimbulkan minat dibutuhkan

kesadaran yang diawali dengan adanya pengetahuan atau informasi mengenai

suatu objek tertentu. Minat siswa tidak dibawa sejak lahir, minat dapat

ditimbulkan dari apa yang dipelajari dan mempengaruhi proses selanjutnya. Minat

juga mengandung unsur keinginan, baik keinginan untuk memiliki objek yang

diingini maupun keinginan untuk mengetahui dan mempelajari objek tersebut.

Seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu jenis pekerjaan maka orang

22

tersebut akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui segala

sesuatunya tentang pekerjaan yang diinginkannya ini dan berusaha mendapatkan

pekerjaan tersebut.

Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas, kaitannya dengan

pekerjaan, minat bekerja dalam konteks ini adalah kesadaran seseorang terhadap

suatu objek atau situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya, perhatian,

keinginan, rasa senang untuk berhubungan lebih aktif terhadap pekerjaan yang

relevan atau sesuai dengan keahliannya dimana pekerjaan itu memang

bersangkutan dengan kepentingan dirinya. Siswa yang menaruh perhatian,

keinginan, rasa senang dan terikat akan adanya harapan-harapan dimasa depan

yang lebih baik, ini berarti berminat terhadap pekerjaan tersebut.

2. Indikator-indikator Minat Kerja

Safari (dalam Wartini, 2012) mengatakan beberapa indikator minat bekerja

pada peserta didik ada empat sebagai berikut:

1) Perasaan senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata

pelajaran atau pekerjaan, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang

disenanginya yang berkaitan dengan pelajaran dan pekerjaan tersebut. Tidak ada

perasaan terpaksa siswa untuk mempelajari bidang tersebut.

2) Ketertarikan

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa

tertarik pada orang, benda, atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang

oleh kegiatan atau pekerjaan itu sendiri.

23

3) Perhatian

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan

pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang

memiliki minat pada objek pada pekerjaan tertentu, dengan sendirinya akan

memperhatikan objek tersebut.

4) Keterlibatan

Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut

senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek

tersebut.

Sedangkan Djaali (2013) membagi minat menjadi enam kelompok

berdasarkan orang dan pilihan kerjanya, yaitu sebagai berikut:

a. Realistik

Orang realistik umumnya praktis, berfisik kuat, dan sering sangat atletis, memiliki

koordinasi otot yang baik dan terampil. Akan tetapi, kurang mampu menggunakan

medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi

dengan orang lain. Oleh karena itu, pada umumnya mereka kurang menyenangi

hubungan sosial, cenderung mengatakan bahwa mereka senang pekerjaan tukang,

memiliki sifat langsung, stabil, normal, dan kukuh, menyukai masalah konkret

dibanding abstrak, menduga diri sendiri sebagai agresif, jarang melakukan

kegiatan kreatif dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, tetapi suka membuat

sesuatu dengan bantuan alat.

b. Investigatif

24

Orang investigatif termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka umumnya

berorientasi pada tugas, introspektif, dan asosial, lebih menyukai memikirkan

sesuatu daripada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami

alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja sendirian,

kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan intelektualnya,

menyatakan diri sendiri sebagai analis, selalu ingin tahu, bebas dan bersyarat, dan

kurang menyukai pekerjaan yang berulang.

c. Artistik

Orang artistik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur, bebas, memiliki

kesempatan beraksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekspresikan

sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik.

d. Sosial

Tipe ini dapat bergaul, bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering alim, suka

bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, memiliki

kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan masalah secara

intelektual, suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan perasaan,

menyukai kegiatan menginformasikan, melatih, dan mengajar.

e. Enterprising

Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan

verbal untuk berdagang, memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi,

agresif, percaya diri, dan umumnya sangat aktif.

f. Konvensional

25

Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib, menyenangi

komunikasi verbal, senang kegiatan yang berhubungan dengan angka, sangat

efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tetapi menghindari situasi yang tidak

menentu, menyatakan diri orang yang setia, patuh, praktis, tenang, tertib, efesien,

mereka mengidentfikasi diri dengan kekuasaan dan materi.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan indikator-indikator minat

kerja antara lain; perasaan senang, ketertarikan, perhatian, keterlibatan, realistik,

investigatif, intelektual, artistik, sosial, enterprising dan konvensional. Peneliti

mengambil indikator minat kerja yang di paparkan oleh Safari (dalam Wartini,

2012) untuk mengukur minat kerja siswa karena indikator-indikator yang

dijelaskan mudah dipahami dan indikator-indikator tersebut akan digunakan oleh

peneliti dalam penyusunan Skala Minat Kerja.

C. Hubungan antara Minat Kerja dengan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK)

Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi

kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan

untuk melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan atau kegiatan sehingga

siap untuk mencapai suatu tujuan jenjang hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja.

Menurut Harjono (1990) kesiapan siswa untuk memasuki dunia kerja adalah

segala sesuatu yang harus disiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai

suatu tujuan. Siswa yang mempunyai kesiapan kerja tercermin siswa tersebut

memiliki motivasi, memiliki kesungguhan atau keseriusan, memiliki keterampilan

26

yang cukup, serta memiliki kedisiplinan (Anoraga, 2009). Sedangkan siswa yang

belum mempunyai kesiapan kerja nantinya cenderung belum mampu dan belum

bisa menyelesaikan tugas tertentu (Hersey dan Blanchard dalam Robbins, 2007).

Kesiapan kerja siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) dipengaruhi oleh

minat kerja. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Minat merupakan kekuatan yang dapat menyebabkan seseorang memusatkan

pikiran pada obyek atau aktivitas tertentu. Minat mempunyai pengaruh yang

sangat kuat terhadap perilaku seseorang. Minat kerja adalah suatu perasaan atau

daya tarik, gairah, keinginan, kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk

melakukan suatu aktivitas dilandasi dengan perasaan senang, tanpa adanya

keterpaksaan. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.

Menurut Ketut (dalam Zakaria, 2015) salah satu faktor yang mempengaruhi

individu siap memasuki dunia kerja ialah minat kerja. Seorang siswa yang

memiliki minat kerja tinggi dilihat dari perhatian terhadap pekerjaan tertentu,

senang terhadap suatu pekerjaan, keterlibatan langsung untuk melakukan hal yang

berhubungan dengan pekerjaan, dan ketertarikan dalam melakukan pekerjaan

tersebut (Safari dalam Wartini, 2012). Sedangkan seseorang yang memiliki minat

kerja rendah cenderung tidak menyukai pekrjaannya, tidak mau terlibat dan tidak

memperhatikan hal yang berhubungan dengan pekerjaannya serta tidak tertarik

dengan pekerjaan tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi seseorang dalam kesiapan

kerjanya menjadi rendah.

Karakteristik individu yang memiliki minat kerja yang tinggi adalah ketika

individu tersebut memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu pekerjaan,

27

mempelajari ilmu yang disenanginya yang berkaitan dengan pekerjaan, tidak ada

perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang pekerjaan tersebut, merasa terdorong

oleh kegiatan yang terkait dengan suatu pekerjaan tersebut, akan memperhatikan

dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut (Safari dalam

Wartini, 2012). Sedangkan siswa yang mempunyai minat kerja rendah, memiliki

cirri-ciri kurang mempersiapkan diri untuk dapat bekerja berdasarkan kemampuan

yang dimiliki dan tidak ingin melakukan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain,

seseorang yang memiliki minat kerja rendah tidak menginginkan pekerjaan

sebagai faktor kebutuhan, sehingga terlihat dari tingkah lakunya yang

menunjukkan kurang menyukai terhadap pekerjaan tersebut (Maryani, 2011).

Aspek pertama dari minat kerja adalah perasaan senang, yaitu

seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata

pelajaran atau pekerjaan, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang

disenanginya yang berkaitan dengan pelajaran dan pekerjaan tersebut. Tidak ada

perasaan terpaksa siswa untuk mempelajari bidang tersebut (Safari dalam Wartini,

2012). Seseorang yang memiliki minat untuk bekerja maka akan berusaha untuk

mempersiapkan dirinya untuk dapat bekerja berdasarkan kemampuan yang

dimilikinya dan diiringi rasa senang untuk mencapainya (Maryani, 2011).

Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki minat kerja cenderung tidak menyukai

pekerjaan tersebut. Bila seorang individu menyukai pekerjaan, maka individu

tersebut mempunyai kemauan bekerja dalam jangka panjang pada pekerjaan

tersebut (Goodrich, 2015). Seseorang yang menyukai suatu bidang pekerjaan,

maka akan berusaha mempelajari hal yang berhubungan dengan kesukaannya

28

sehingga individu mau melakukan pekerjaan tersebut tanpa terpaksa dan ketika di

tempatkan dalam pekerjaan tersebut individu akan siap.

Selanjutnya pada aspek ketertarikan, berhubungan dengan daya gerak yang

mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, atau bisa berupa

pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan atau pekerjaan itu sendiri

(Safari dalam Wartini, 2012). Bila minat kerja tinggi, siswa akan terdorong untuk

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya, sebaliknya jika seorang siswa

tidak berminat pada suatu pekerjaan, maka cenderung tidak mau melakukan hal

yang berhubungan dengan pekerjaan yang tidak diminatinya. Adanya dorongan

untuk memperoleh pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikannya akan

mendidik para siswa untuk lebih mempersiapkan dirinya yang dalam hal ini

kesiapan kerja agar kelak dapat bekerja sesuai dengan ketrampilannya (Maryani,

2011).

Aspek ketiga adalah perhatian, yaitu konsentrasi atau aktivitas jiwa

terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari

pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek pada pekerjaan tertentu, dengan

sendirinya akan memperhatikan objek tersebut. Siswa yang menaruh perhatian

terhadap suatu objek yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, cenderung akan

berminat pada pekerjaan tersebut, sebaliknya siswa yang tidak memfokuskan

perhatiannya terhadap suatu hal yang berkaitan dengan suatu pekerjaan,

cenderung tidak berminat terhadap pekerjaan tersebut (Safari dalam Wartini,

2012). Seseorang yang mempunyai perhatian terhadap suatu jenis pekerjaan, maka

individu tersebut akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui segala

29

sesuatu tentang pekerjaan tersebut dan berusaha siap bekerja dipekerjaan tersebut

(Maryani, 2011).

Kemudian aspek yang keempat adalah keterlibatan dimana ketertarikan

seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan

tertarik untuk melakukan, terlibat atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut

(Safari dalam Wartini, 2012). Siswa akan berminat memasuki dunia kerja karena

adanya keinginan yang menariknya untuk bekerja sesuai dengan kemauan dan

kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, seorang siswa yang tidak ingin terlibat

dalam suatu pekerjaan, cenderung tidak mau bekerja pada bidang pekerjaan

tersebut (Sulistyarini, 2012).

Siswa yang memiliki minat kerja, maka siswa tersebut akan berusaha

untuk mempersiapkan diri bekerja sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang

dimiliki (Nuri, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nando pada tahun

2017 pada siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara Kota

Jambi menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara minat kerja dengan

kesiapan kerja. Hal senada dipaparkan oleh Harjanto dan Said dalam

penelitiannya pada tahun 2013 dengan hasil minat kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri (SMKN) 1 Seyegan, Sleman, Yogyakarta.

Menurut Fallevi (2010) kesiapan kerja siswa yang tinggi dikarenakan

adanya dorongan/minat dalam diri siswa untuk bekerja, memiliki harapan yang

kuat agar kelak memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang yang diminati dan

sebagai realisasinya. Minat kerja memberikan andil yang besar terhadap kesiapan

30

kerja. Ketika siswa merasa memiliki minat kerja yang besar, maka dia akan

merasa siap dan mampu untuk bekerja.

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai calon tenaga kerja

tingkat menengah diharapkan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik sesuai

dengan jurusannya. Siswa tersebut harus benar-benar memfokuskan perhatiannya

terhadap bidang pekerjaannya agar dalam melakukan pekerjaan tersebut siswa

akan mendapatkan hasil yang maksimal. Minat kerja merupakan salah satu faktor

yang turut menentukan kesiapan kerja. Maksudnya adalah apabila minat kerja

tinggi, kesiapan kerja yang diharapkan akan meningkat. Sebaliknya jika minat

kerja seseorang rendah dapat mengakibatkan kesiapan kerjanya rendah (Cahyono,

2014).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat kerja yang

tinggi mempunyai pengaruh yang penting bagi terciptanya kesiapan kerja siswa

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Siswa yang memiliki minat kerja yang

tinggi memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu pekerjaan, mempelajari

ilmu yang disenanginya yang berkaitan dengan pekerjaan, tidak ada perasaan

terpaksa untuk mempelajari bidang pekerjaan tersebut, merasa terdorong oleh

kegiatan yang terkait dengan suatu pekerjaan tersebut, akan memperhatikan dan

melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut sehingga akan siap

bekerja setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) nantinya. Semakin

tinggi minat kerja maka kesiapan kerja pada siswa akan semakin tinggi,

sebaliknya semakin rendah minat kerja maka semakin rendah pula kesiapan kerja.

31

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang

diturunkan dari kerangka teori. Berdasarkan kerangka teori yang telah disusun di

atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini yaitu, terdapat

hubungan positif antara minat kerja dengan kesiapan kerja siswa Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK). Semakin tinggi minat kerja maka semakin tinggi

kesiapan kerja siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebaliknya, semakin

rendah minat kerja maka semakin rendah kesiapan kerja siswa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK).