bab ii tinjauan pustaka a. keselamatan kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/bab ii.pdf ·...

24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerja Menurut Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan merujuk pada perlindungan terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan. Keselamatan kerja adalah suatu keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Salah satu factor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang di dunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangar bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan (Buntarto, 2014 : 1). Semua kegiatan kerja, baik yang didarat, dilaut, diudara ataupun disemua tempat kerja itu dilakukan sangat memerlukan dukungan keselamatan, hal tersebut seperti telah diatur oleh Pemerintah dalam Undang-Undang nomor 1 tahun1970. Menurut Pemerintah dalam Undang-Undang nomor 1 tahun1970 pasal 1 menyebutkan tempat kerja yang memerlukan keselamatan kerja adalah ditiap ruangan atau lapangan baik yang terbuka maupun yang tertutup, dimana tenaga kerja bekerja atau yang serin dimasuki oleh tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber bahaya. Termaksud didalamnya semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya memerlukan bagian-bagian yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan Kerja

Menurut Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan merujuk pada

perlindungan terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan. Keselamatan kerja

adalah suatu keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Salah

satu factor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang di dunia ini

yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangar bergantung

pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat

kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan

serta cara-cara melakukan pekerjaan (Buntarto, 2014 : 1).

Semua kegiatan kerja, baik yang didarat, dilaut, diudara ataupun disemua

tempat kerja itu dilakukan sangat memerlukan dukungan keselamatan, hal tersebut

seperti telah diatur oleh Pemerintah dalam Undang-Undang nomor 1 tahun1970.

Menurut Pemerintah dalam Undang-Undang nomor 1 tahun1970 pasal 1

menyebutkan tempat kerja yang memerlukan keselamatan kerja adalah ditiap

ruangan atau lapangan baik yang terbuka maupun yang tertutup, dimana tenaga

kerja bekerja atau yang serin dimasuki oleh tenaga kerja untuk keperluan suatu

usaha dimana terdapat sumber bahaya. Termaksud didalamnya semua ruangan,

lapangan, halaman dan sekelilingnya memerlukan bagian-bagian yang

berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

9

1. Fungsi dari keselamatan kerja yaitu

a. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek berbahaya.

b. Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program.

c. Terapkan, dokumentasikan dan informasikan rekan lainnya dalam hal

pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.

d. Ukur, periksa kembali keefektifitasan pengendalian bahaya dan program

bahaya.

2. Ruang lingkup keselamatan kerja

Ruang lingkup keselamatan kerja sangat luas. Keselamatan kerja termasuk

dalam perlindungan teknis yaitu perlindungan terhadap pekerja/buruh agar

selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja dan bahan yang

dikerjakan. Keselamatan kerja tidak hanya memberikan perlindungan tetapi juga

jaminan pekerjaan.

3. Faktor peralatan

Penggunaan mesin dan alat mekanik meluas pada setiap sector kegiatan

ekonomi seperti industry, pekerjaan umum, pertanian, pertambangan,

perhubungan, dan lain-lain. peralatan di pengolahan udang yaitu Threser,

Digester, Alat Pengepresan (Screw Press), Cake Break Conveyor, Vibrator

Screen, Crude Oil Tank, Oil Purifier, Vacuum Drier Tangki Timbun (Oil Storage

Tank) dan CST (continue settling tank).

Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat mempengaruhi

terjadinya kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua kemungkinan rusak itu ada.

Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat mengakibatkan kecelakaan.

Contohnya :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

10

a. Perpipaan yang sudah tua.

b. Alat-alatyang sudah rusak.

Setelah kita mengetahui factor-faktor yang menyebabkan suatu kecelakaan

kerja, kita dapat encegahnya yaitu dengan cara

1) Melakukan peremejaan pada alat-alat yang sudah tua.

2) Kualitas control pada alat-alat yang ada di tempat kerja.

(http://agusliadi.wordpress.artikel_k3/2010/05/kecelakaankerja.html)

4. Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja

Standart Operasional Prosedur adalah pendoman kerja yang harus dipatuhi

dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai instruksi yang tercantum dalam

SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan kegagalan proses produksi,

kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89).

SOP adalah langkah-langkah kerja tertulis yang terfikus kepada pelakanaan

pekerja untuk mengurangu resiko kerugian dan mempertahankan kehandalan.

Dalam standart operasional prosedur biasaya terdapat batasan operasi

peralatan dan keselamatan, prosedur menghidupkan, mengoperasikan dan

mematikan peralatan (Anonim, 2007).

Dalam Anonim (2007), secara garis besar ketentuan-ketentuan yang ada

dalam standart operasional prosedur terdiri atas :

a. SOP harus speksifik untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.

b. SOP dapat menggambarkan semua resiko pekerjaan yang akan

dilaksanakan.

c. Identifikasi semua resiko keselamatan, bahaya linngkungan, dan

ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

11

d. Menenukan alat perlindungan diri yang sesuai untuk menghindari

terkena resiko keselamatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang

akan dilaksanakan.

e. Izin kerja yang digunakan untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.

f. Menggambarkan aturan, tanggung jawab mauoun kewenangan untuk

semua karyawan.

g. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua karyawan.

h. Dapat digunakan sebagau pendoman dalam pembuatan job safety

analysis.

i. Menjelaskan pengoperasian normal dan tindakan yang akan dilakukan

jika terjadi perubahan.

j. Menjelaskan tanggapan keadaan darurat dan prosedur pelaksanaan

shutdown.

5. Alat pelindung diri

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat,

peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Pihak perusahaan

mengambil kebijakan untuk melindungi pekerja itu dengan berbagai cara yaitu

mengurangi sumber bahaya ataupun menggunakan alat pelindung diri (Anizar,

2009 : 86).

Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat

bekerja sesuai bahaya dan resiko untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri

dan orang di sekelilingnya. Ada ketentuan-ketentuan pemilihan APD menurut

(Buntarto, 2015:47) meliputi :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

12

a. Dapat memberikan pelindungan yang cukup terhadap bahaya-bahaya

yang dihadapi oleh pekerja.

b. Harus ringan dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang

berlebihan.

c. Tidak mudah rusak.

d. Suku cadangannya mudah diperoleh.

e. Harus memenuhi ketentuan standar yang telah ada.

f. Dapat dipakai secara fleksibel.

g. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan lagi pemakainya.

Selain itu, agar pemakaian APD dilakukan secara tepat, maka perlu

memperhatikan kondisi dan resiko bahaya yang dihadapi di tempat kerja,

keperluan pekerjaan, seperti waktu yang dibutuhkan, kejelasan pandangan,

kemudahan berkomunikasi dan sebagainya. Dalam memilih tipe APD yang tepat

guna meminimalisasi resiko bahaya dan membantu menyelesaikan pekerjaan.

Berdasarkan fungsinya, ada beberapa tipe APD yang digunakan oleh tenaga kerja

menurut (Anizar, 2009:90-98) antara lain :

1) Masker

Pada tempat-tempat kerja tertentu seringkali udaranya kotor yang

diakibatkan oleh macam-macam sebab yaitu debu-debu kasar operasi-operasi

sejenis, racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecetan atau asap, uap

beracun atau gas beracun dari pabrik kimia dan bukan gas beracun tetapi seperti

CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen di udara.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

13

2) Kacamata

Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah

pencegahan kecelakan yang menimpa mata di mana jumlah kecelakaan demikian

besar. Kecelakaan mata berbeda-beda dan aneka jenis kacamata pelindung di

perlakukan.

3) Sepatu pengaman

Sepatu pengaman harus dapat dapat melindung tenaga kerja terhadap

kecelakan-kecelakan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa kaki, paku-

paku atau benda tajam lai yang mungkin terinjak.

4) Sarung tangan

Sarung tangan harus diberikan kepada tenaga kerja dengan

pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan. Antara lain

syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Sarung tangan juga sangat

membantu pada pengerjaan yang berkaitan dengan kerja yang panas, tajam

ataupun benda kerja yang licin.

5) Topi pengaman

Topi pengaman harus dipakai oleh tenaga kerja yang mungkin tertimpa

pada kepala oleh benda jatuh atau melayang. Topi harus keras dan kokoh tetapi

ringan.

6) Perlindungan telinga

Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau tutup telinga.

7) Pakaian pelindung

Pakaian pelindung sebagai alat pelindung diri dapat melindungi tubuh

tenaga kerja dari pengaruh panas, radiasi ion dan cairan bahan kimia. Pakaian

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

14

pelindung dapat membentuk apron yang menutupi sebagian dari tubuh yaitu dari

dada sampai lutut dan overall yang menutupi seluru tubuh. Pakaian kerja harus

dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan.

6. Faktor Lingkungan

Lingkungan kerja yang melebihi toleransi manusia tidak saja merugikan

produktivitas kerjanya, tetapi juga menjadi sebab terjadinya penyakit atau

kecelakaan kerja. Hanya lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman

merupakan persyaratan penting untuk terciptanya kondisi kesehatan prima bagi

karyawan yang bekerja didalamnya. Untuk menjamin kearah itu diperlukan

pemantauan lingkungan kerja terhadap semua unit dalam suatu perusahaan yang

bertujuan :

a. Memastikan apakah lingkungan kerja (tempat kerja) tersebut telah

memenuhi syarat K3.

b. Sebagai pendoman untuk bahan perencanaan dan pengendalian terhadap

bahaya yang ditimbulkan oleh factor-faktor yang ada di setiap tempat

kerja.

c. Sebagi data pembantu untuk mengkolerasikan hubungan sebab akibat

terjadinya suatu penyakit akibat kerja maupun kecelakaan.

Bahan dokumen untuk mengembangkan program-program K3 selanjutnya.

B. Kesehatan Kerja

Kesehatan merupakan unsur penting agar kita dapat menikmati hidup yang

berkualitas, baik di rumah maupun dalam pekerjaan. Kesehatan juga menjadi

factor penting dalam menjaga kelangsungan hidup sebuah organisasi. Fakta ini

dinyatakan oleh Health And Safety Executive (HSE) atau pelaksanaan kesehatan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

15

dan keselamatan kerja sebagai “Good Health is Good Business” yang artinya

kesehatan baik menunjang bisnis yang baik (John, 2008).

Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan beserta praktiknya dalam

pemeliharaan kesehatan secara kuratif, preventif, promosional dan rehabilitative

agar masyarakat tenaga kerja dan masyarakat umum terhindar dari bahaya akibat

kerja, serta dapat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya untuk dapat

bekerja produktif (Soedirman dan Suma’mur, 2014:4).

1. Fungsi Kesehatan Kerja

a. Identifikasi dan melakukan penelitian terhadap resiko dari bahaya

kesehatan di tempat kerja.

b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan

praktek kerja termasud desain kerja.

c. Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan

kerja dan APD.

d. Melaksanaan survey terhadap kesehatan kerja.

e. Terlibat dalam proses rehabilitasi.

f. Mengelolah P3K dan tindakan darurat.

Ketidaknyamanan dalam bekerja dapat mempengaruhi kondisi psikologis

pekerja. Oleh karena itu kenyamanan dalam bekerja sangat diperlukan, supaya

efektifitas dan produktivitas terus meningkat dan psikologis pekerja pun sehat.

2. Upaya pelaksanaan kesehatan kerja dalam mencegah gangguan

kesehatan terhadap para pekerja.

Perusahaan harus menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja

dalam perusahaan sebagai usaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

16

nyaman, sehat dan sejahtera. Dalam usaha untuk melaksanakan program K3, serta

usaha-usaha yang dapat mengendalikan resiko bahaya, yaitu dengan program

yang dikenal dengan hirarki pengendalian resiko, upaya kesehatan kerja menurut

(P.K Suma’mur, 1996:52) meliputi :

a. Subsitusi

Subsitusi merupakan menggantu bahan yang lebih bahaya dengan

bahan yang kurang bahaya atau tidak sama sekali. Metode pengendalian ini

bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang

berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan

bahaya dan resiko minimal melalui desain ataupun desain ulang. Beberapa contoh

aplikasi subsitusi misalnya : system otomatis pada mesin untuk mengurangi

interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih

kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik,

mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair

atau basah. Contoh substitusi dalam industry untuk pengendalian bahaya untuk

resiko yang disebabkan oleh kebisingan.

1) Mengganti mesin-mesin lama dengan mesin baru dengan tingkat

kebisingan yang lebih rendah.

2) Mengganti jenis proses mesin (dengan tingkat kebisingan yang

lebih rendah) dengan fungsi proses sama, contohnya pengelasan

digunakan sebagai penggantian proses reveting.

b. Isolasi

Isolasi adalah mengisolasi operasi atau proses produksi yang dapat

membahayakan karyawan, misalnya mengisolasi mesin yang sangat beringsik

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

17

agar tidak mengganggu kinerja kerja lain. Proses isolasi dalam industri adalah

sebagai berikut :

1) Pemisahan fisik adalah memindahkan mesin atau sumber

kebisingan ke tempat yang lebih jauh dari pekerja.

2) Pemisahan waktu adalah mengurangi lamanya waktu yang harus

dialami oleh pekerja-pekerja untuk berhadapan dengan

kebisingan. Rotasi pekerjaan dan peraturan jam kerja termasuk

dua cara yang biasa digunakan.

c. Ventilasi Industri

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan

pengeluaran udara dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis.

Ventilasi industri merupakan satu terapan teknologi hygiene perusahaan yang

bertuuan menciptakan lingkungan kerja yang memenuhi pesyaratan K3. Semakin

tinggi teknologi yang digunakan, akan berdampak, kemungkinan terjadi ancaman

lingkungan kerja (resiko bahaya: uap, logam, debu, gas-gas kimia berbahaya,

partikel logam berat,dan lain-lain). Ada empat sistem ventilasi, untuk setiap

sistem yang di desain khusus untuk sesuaikan dengan jenis pekerjaan dan tingkat

pemaparan kontaminan menurut (Sucipto,2017:26 ) meliputi :

1) Dilusin ( general) ventilasi

Sama dengan ventilasi pengenceran udara terhadap udara yang

terkontaminasi di dalam bangunan/ruangan dengan meniupkan

udara bersih (tidak tercemar). Tujuanya untuk kendalikan bahaya

ditempat kerja.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

18

2). Lokal exhaust (ventilasi pengeluaran setempat)

Adalah proses pengisapan dan pengeluaran udara terkontaminasi

secara serentak dari sumber pencemaran sebelum udara

terkontaminasi berada pada ketinggian zona pernafasan dan

menyebar keseluruhan ruang kerja. Umumnya ventilasi jenis ini

ditempatkan sangat dekat dengan sumber emisi.

3). Exhausted Enclosure ( ventilasi sistem tertutup)

Dimana kontaminan yang beracun yang di pancarkan dari sumber

dengan kecepatan tinggi harus dikendalikan dengan isolasi

sempurna atau menutup proses (khususnya pekerjaan blasting)

pekerjaan blasting adalah proses tertutup, misalnya emisi debu

silica yang sangat besar.

4). Comfort Ventilation ( Ventilasi kenyamanan)

Pertukaran udara didalam industri merupakan bagian dari

AC,sering digunakan bersama-sama dengan alat pemanas atau

alat pendingin dan alat pengukur kelembapan. Untuk peroleh

ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara :

a. Ventilasi alamiah : dimana udara masuk ke dalam ruangan

melalui jendela, pintu atau lubang angin.

b. Ventilasi mekanik ( ventilasi buatan).

c. AC : menyedot udara dalam ruangan kemudian disaring dan

dialirkan kembali dalam ruangan.

d. Fan : hasilkan udara yang dialirkan kedepan.

e. Exhausher

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

19

d. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja

Pemeriksaan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan oleh dokter sebelum seseorang diterima untuk melakukan pekerjaan. Tujuan

pemeriksaan kesehatan sebelum kerja adalah agar tenaga kerja yang diterima berada

dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, cocok untuk jenis pekerjaan yang

akan dilakukan ehingga keselamatan dan kesehatan kerja yang bersangkutan dan

tenaga lainya dapat dijamin ( Soedirman dan Suma’mur, 2014:21)

e. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala/Ulangan

Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi

No.Per.02/MEN/1980 pasal 3 pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara

berkala dengan jarak waktu yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang

dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan

berkala.

Pemeriksaan berkala mempunyai maksut untuk mempertahankan derajat

kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai

kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu

dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. Pemeriksaan kesehatan berkala

dilakukan sekurang0-kurangnya 1 tahun sekali, meliputi : fisik lengkap,kesegaran

jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin ) dan labolatorium rutin serta

pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Keselamatan kerja sesuai dengan kebutuhan

menurut jenis-jenis pekerjaan yang ada. Dalam hal ditemukan gangguan kesehatan

pada tenaga kerja, pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki

kelainan-kelainan dan sebab-sebabnya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

20

f. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Keselamatan dan Kesehatan

Kepada Pekerja Secara Kontinyu

Tujuan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja adalah

mencegah terjadinya kecelakaan. Cara efektif untuk mencegah terjadinya

kecelakaan, harus diambil tindakan yang tepat terhadap tenaga kerja dan

perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan kesehatan kerja

demi mencegah terjadinya kecelakaan. Sedangkan tujuan peltihan keselamatan

dan kesehatan pada pekerja agar tenaga kerja memiliki pengetahuan dan

kemampuan mencegah kecelakaan kerja, mengembangkan konsep dan kebiasaan

pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, memahami ancaman bahaya yang

ada ditempt kerja dan menggunakan langkah pencegahan kecelakaan kerja.

g. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K)

Dalam peraturan Undang-undang pasal 3 dan 9 No.1 tahun 1970, syarat-

syarat k3 untuk memerikan P3K dan kewajiban membina tenaga kerja dalam

pemberian P3K.

P3K ( Firsh Aid) adalah upaya petolongan dan perawatan sementara

terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari

dokter atau paramedik. P3K dimaksudkan memberikan perawatan sementara yang

dilakukan oleh P3K (petugas medik atau orang awam) yang pertama melihat korban

(Sucipto, 2014:149).

C. Kecelakaan Akibat Kerja

Kecelakaam akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan

hubungan kerja pada perusahaan atau perkantoran. Hubungan kerja disini dapat

berarti, bahwa kecelakaan dapat terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

21

waktu melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan ada penyebabnya dan dapat dicegah

dengan mengurangi factor bahaya yang bisa mengakibatkan terjadinya

kecelakaan, dengan demikian akar penyebabnya ada diisolasi dan dapat

menentukan langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kembali. Akar

penyebab kecelakaan dapat ibagi menjadi 2 kelompok :

1. Immediate cause (penyebab langsung)

Kelompok ini terdiri dari 2 faktor yaitu :

a. Unsafe Acts (pekerjaan yang tidak aman) misalnya penggunaan alat

pengaman yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara kerja

yang kurang baik, penggunaan peralatan yang tidak aman, melakukan

gerakan berbahaya.

b. Unsafe condition (lingkungan yang tidak aman) misalnya tidak

tersedianya perlengkapan safety atau perlengkapan safety yang tidak

efektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan berantakan, pakaian yang

tidaj sesuai untuk kerja, factor fisik dan kimia di lingkungan kerja

tidak memenuhi syarat.

2. Contributing Causes (penyebab tidak langsung), yaitu :

a. Safety manajemen system, misalnya insruksi yang kurang jelas, tidak

taat pada peraturan, tidak ada perencanaa keselamatan, tidak ada

sosialisasi tentang keselamatan kerja, factor bahaya tida terpantau,

tidak tersedianya alat pengaman dan lain-lain.

b. Kondisi mental pekerja, misalnya kesadaran tentang keselamatan kerja

kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja lamban,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

22

perhatian terhadap keselamatan kurang, emosi tidak stabil, pemarah

dan lain-lain.

c. Kondisi fisik pekerja, misalnya sering kejang, kesehatan tidak

memenuhi syarat, tuli, mata rabun dan lain-lain (Sucipto, 2014 :76-78).

D. Faktor- faktor kecelakaan kerja dalam K3

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja yaitu :

1. Faktor manusia

a. Umut pekerja

Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian

kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang

lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan

golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang

lebih tinggi. Namun umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan

akibat kerja. Hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap tergesa-gesa. Dari

hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda usia lebih

banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua.

Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaannya (ILO,

1989). Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai

kecendrungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi dibandingkan

dengan golongan umur yang lebih tua.

(Rickyandika, 2011 htpps://rickyandhika.wordpress.com/2011/02/18/46/)

b. Pengalaman bekerja

Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang.

Semakin lama dia bekerja semakin banyak pengalaman dalam bekerja.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

23

Pengalaman kerja juga memperngaruhi terjadinya kecelakaan kerja terutama bagi

pekerja yang berpengalaman kerja yang sedikit (Sucipto, 2014:83).

c. Tingkat pendidikan

Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan seseorang

dalam bekerja. Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung

berfikir lebih panjang atau dalam memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari

berbagai segi. Demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun

teori termaksud diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya

kecelakaan kerja (Sucipto, 2014:83).

d. Kelelahan

Factor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunya

produktivitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun

psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan

fisiologis dalam tubuh. Kelelahan akan berakibat menurunya kemampuan kerja

dan kemampuan tubuh para pekerja (Sucipto, 2014:83).

e. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau rang lain. seorang

memperoleh pengalam, tangan atau kakinya terkena api. Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010:27-28). Ada

tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif enam tingkatan yaitu

:

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

24

1) Tahu, artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termaksud diantaranya mengingat kembali

terhadap sesuatu yang speksifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat meniterorestasikan materi

secara benar.

3) Aplikasi, artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasu nyata yaitu menggunakan hukum-hukum,

rumus-rumus, prinsip dan sebaginya dalam konteks dan situasi lain.

4) Analisis, artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek dalam komponen-komponen, tetapi amsih dalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.

5) Sintesis, artinya kemampuan untuk menghubungjan bagian-bagian

dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis

adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang sudah ada.

6) Evaluasi, artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatau materi atau objek. Penilaian-penilaian

tersebut berdasarkan suatu criteria yang sudah ada.

E. Penyakit akibat kerja

Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan

atau lingkungan kerja (Permenaker No. 01/MEN/1981).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

25

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang

speksifik atau asosiasi yang uat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu

agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan

hazarddi tempat kerja. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan alat kerja, bahan, proses maupun lingkunga kerja, dengan demikian

penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man mde disease.

Penyebab penyakit akibat kerja yang umum terjadi di tempat kerja, berikut

beberapa jenisnya yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang

ada di tempat kerja.

1. Golongan fisik

a. Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ktulian.

b. Suhu tinggi dapat menyebabkan Heat Stroke, Heat Cramp dan Heat

Exhaustion.

c. Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat menyebabkan karatak

Ultraviolet.

d. Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan terhadap

sel tubuh manusia.

e. Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease.

f. Getaran menyebabkan Reynaud’s Desease, gangguan metabolisme

Polineurutis.

2. Golongan kimiawi

a. Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil sampingan

(produk), sisa produksi atau bahan buangan.

b. Bentuk: zat padat, cair, gas, uap, maupun partikel.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

26

c. Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernapasan, saluran

pencernaan, kulit dan mukosa.

d. Masuknya dapat secara akut dan secara kronis.

e. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, keracuran sistematik, kanker,

kerusakan kelainan janin.

3. Golongan biotik

a. Viral Desiase: rabies, hepatitis.

b. Fungal Desiase: Anthrax, Leptospirosis, TBC, Tetanus.

c. Parasitic Desiase: Ancylostomiasis.

4. Golongan fisiologik

a. Akibat cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah,

dan kontruksi yang salah.

b. Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang,

perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan.

5. Golongan psikososial

a. Akibat organisasi kerja (tipe kepemimpinan, hibungan kerja

komunikasi, keamanan), tipe kerja (monoton, berulang-ulang, kerja

berlebihan, kerja kurang, kerja shif, dan terpencil).

b. Manifestasinya berupa stres

(Sucipto, 2014 :161-164).

F. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3)

Peraturan Menteri manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

adalah sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

27

yang meliputi struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,

prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,

penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan

kesehatan keselamatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman efesien dan

produktif.

G. Pengawasan

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 bahwa mengatur dan mengawasi

pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam segala tempat kerja bai

didarat, di dalam tanah, di ermukaan air, di dalam air maupun diudara, yang

berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Agar didapatkan tingkat kepercayaan yang tinggi dalam melakukam

pengawasan lingkungan kerja harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Dilakukan oleh personel yang memiliki pengetahuan dan keterampilan

dibidang K3, maupun melakukan pengumpulan dara dan menganalisisnya.

b. Menggunakan peralatan yang akurat dan terkalibrasi. Menggunakan

metode yang telah disepakati baik secara nasional maupun internasional.

c. Dilakukan dengan langkah membandingkan hasil memantauan terhadap

standar (nilai) dan ketentuan yang ada, sekaligus menemukan awal

penyebabnya.

H. Undang-undang yang mengatur K3

1. Undang-undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang-undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan

tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

28

2. Undang-undag RI No. 36 Tahun 2009 Tentan Kesehatan.

Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan

berkewajiban memeriksa kesehatan badan kondisi mental dan kemampuan

fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja,

serta pemeriksaan kesehatan secara berkala.

3. Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Undang-undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan

dengan ketenagakerjaan mulai daro upah kerja, jam kerja, hak maternal,

cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Peraturan Kesehatan Lingkuhan Kerja Perkantoran dan Industri.

Persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

29

I. Kerangka Teori

( Divisualisai dari buku karangan Sucipto,2017,Suma’mur,1995 dan Soedirman

dan Suma’mur,2017).

Gambar 2.1

Kerangka Teori

Pelaksanaan Keselamatan Kerja

1. Faktor Manusia

2. Faktor Peralatan Mesin

3. Faktor Penggunaan APD

4. Faktor Lingkungan Kerja

Pelaksanaan Kesehatan Kerja

1. Subsitusi

2. Isolasi

3. Pemeriksaan

sebelum kerja

4. Pemeriksaan secara

berkala

5. Pendidikan dan

pelatihan kesehatan

6. Ventilasi alamiah

7. Ventilasi mekanik

PELAKSANAAN

KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

30

J. Kerangka Konsep

Gambar 2.2

Kerangka konsep

Pelaksanaan Keselamatan Kerja

1. Faktor Manusia

2. Faktor Peralatan

Mesin

3. Faktor Penggunaan

APD

4. Faktor Lingkungan

Kerja

Pelaksanaan Kesehatan Kerja

1. Subsitusi

2. Isolasi

3. Pemeriksaan

sebelum kerja

4. Pemeriksaan secara

berkala

5. Pendidikan dan

pelatihan kesehatan

PELAKSANAAN

KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Kerjarepository.poltekkes-tjk.ac.id/588/4/Bab II.pdf · kerusakan peralatan dan kecelakaan (Sucipto, 2014 : 89). SOP adalah langkah-langkah

31