bab ii tinjauan pustaka a. keaktifan...

40
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kader Keaktifan berasal dari kata aktif yang memiliki arti giat, gigih, dinamis dan bertenaga atau sebagai lawan statis atau lamban dan mempunyai kecenderungan menyebar atau berkembang (Suharso dan Retnoningsih, 2005). Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bisa dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang untuk aktif dalam kegiatan. Keaktifan kader posyandu merupakan suatu perilaku atau tindakan nyata yang bisa dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang kader dalam berbagai kegiatan posyandu baik kegiatan dalam posyandu maupun kegiatan diluar posyandu. Menurut Suryani (2003) Perilaku merupakan aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan lingkungannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalannya ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Machfoedz, Suryani dkk (2003) ada beberapa cara untuk membentuk perilaku seseorang diantaranya meliputi: 1. Cara pembentukan perilaku dengan condisioning atau kebiasaan. Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuk perilaku. Misalnya dibiasaan bangun pagi, atau menggosok gigi

Upload: lenhan

Post on 20-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keaktifan Kader

Keaktifan berasal dari kata aktif yang memiliki arti giat, gigih, dinamis

dan bertenaga atau sebagai lawan statis atau lamban dan mempunyai

kecenderungan menyebar atau berkembang (Suharso dan Retnoningsih, 2005).

Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bisa dilihat dari keteraturan dan

keterlibatan seorang untuk aktif dalam kegiatan. Keaktifan kader posyandu

merupakan suatu perilaku atau tindakan nyata yang bisa dilihat dari keteraturan

dan keterlibatan seorang kader dalam berbagai kegiatan posyandu baik kegiatan

dalam posyandu maupun kegiatan diluar posyandu. Menurut Suryani (2003)

Perilaku merupakan aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan

lingkungannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalannya ialah

bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Machfoedz, Suryani dkk (2003) ada beberapa cara untuk

membentuk perilaku seseorang diantaranya meliputi:

1. Cara pembentukan perilaku dengan condisioning atau kebiasaan.

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan cara

membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan

terbentuk perilaku. Misalnya dibiasaan bangun pagi, atau menggosok gigi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

8

sebelum tidur, membiasakan diri untuk datang tidak terlambat ke tempat

kerja, dan sebagainya.

2. Pembentukan perilaku dengan pengertian

Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight.

Misalnya kehadiran kader ke posyandu tidak terlambat, karena hal tersebut

akan menggangu kelancaran kegiatan posyandu.

3. Membentuk perilaku dengan menggunakan model.

Pembentukan perilaku masih dapat ditempuh dengan menggunakan model

atau contoh. Misalnya perilaku pemimpin atau tokoh masyarakat dijadikan

sebagai panutan bagi yang dipimpinnya.

Proses pembentukan perilaku menurut Kusmiati dan Desmaniarti (1990),

perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan setiap individu memiliki

kebutuhan dasar, dorongan, motivasi, kebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang

merupakan sumber kekuatan untuk menuju kearah tujuan tertentu secara didasari

maupun tidak didasari. Menurut Machfoedz, Suryani dkk (2003), Promosi

kesehatan adalah suatu proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat

untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui

peningkatan kesadaran, kemauan, kemampuan serta pemgembangan lingkungan

sehat. Promosi kesehatan mancakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk

memotivasi, mendorong, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Disamping itu promosi kesehatan juga mencakup berbagai aspek

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

9

khususnya yang berkaitan dengan aspek lingkungan, atau suasana yang

mempengaruhi perkembangan perilaku.yang berkaitan dengan aspek sosial

budaya, pendidikan, ekonomi, polotik, dan pertahanan keamanan.

Berdasarkan konsep promosi kesehatan, individu dan masyarakat

bukanlah objek yang pasif (sasaran), tetapi juga sebagai subjek (pelaku). Dalam

konsep tersebut masalah kesehatan bukan hanya menjadi urusan sektor kesehatan

akan tetapi juga termasuk urusan swasta dan dunia usaha yang dilakukan dengan

pendekatan kemitraan. Dengan demikian kesehatan adalah upaya dari, oleh dan

untuk masyarakat yang diwujudkan sebagai gerakan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) (Depkes, 2000).

Menurut Machfoedz, Suryani dkk (2003), visi dari promosi kesehatan

yaitu masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya sehingga

mereka dapat hidup sehat, produktif, bahagia, sejahtera. Sedangkan misi dari

promosi kesehatan adalah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dibidang

kesehatan, melalui:

a. Advokasi kesehatan kepada para penentu kebijaksanaan, untuk membuat

kebijaksanaan yang berwawasan kesehatan.

b. Menjembatani, menggalang kemitraan dan membina suasana yang kondusif

demi terwujudnya PHBS di masyarakat.

c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan melakukan penyuluhan,

pendidikan, pelatihan dan memperkuat sumber daya manusia untuk

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

10

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup

bersih dan sehat.

Adapun tujuan dari promosi kesehatan tersebut adalah tersosialisasinya

program-program kesehatan dan terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang

berbudaya hidup bersih dan sehat. Sedangkan sasaran promosi kesehatan adalah

perorangan atau keluarga, masyarakat, lembaga pemerintahan/lintas sektor/

politisi/ swasta dan petugas atau pelaksana program.

1. Perorangan atau keluarga, diharapkan:

a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik langsung

maupun melalui media masa).

b. Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara, meningkatkan

dan melindungi kesehatanya.

c. Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat.

d. Berperan serta dalam kegiatan sosial khususnya yang berkaitan dengan

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kesehatan.

2. Masyarakat/LSM, diharapkan:

a. Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan /upaya kesehatan.

b. Bergotong- royong untuk mewujudkan lingkungan sehat.

3. Lembaga Pemerintahan/Lintas Sektor/Politisi/Swasta, diharapkan:

a. Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan

perilaku dan lingkungan yang sehat.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

11

b. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak dibidang

kesehatan.

4. Petugas program/Institusi, diharapkan:

a. Memasukan komponen promosi kesehatan dalam setiap program

kesehatan.

b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan memberi kepuasan pada

masyarakat.

Ruang lingkup promosi kesehatan melingkupi 5 area yaitu:

1. Mengembangkan kebijaksanaan pembangunan wawasan kesehatan, yaitu

mengupayakan agar kebijaksanaan pembangunan dari setiap sektor

mempertimbangkan kemungkinan dampak negatifnya terhadap kesehatan

masyarakat.

2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung, yaitu

mengembangkan jaringan kemitraan dan membina iklim suasana yang

memungkinkan masyarakat termotivasi melakukan pembangunan kesehatan.

3. Memperkuat kegiatan masyarakat, yaitu memberikan bantuan terhadap

kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat, sehingga lebih dapat berkembang

serta memberikan peluang agar masyarakat dapat berimprovisasi, yakni

melakukan kegiatan dan berperan serta aktif dalam pembangunan kesehatan.

4. Meningkatkan keterampilan perorangan, antara lain melalui kegiatan

pelatihan, penyuluhan dan lain-lain dalam rangka meningkatkan kesadaran,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

12

kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk dapat memelihara dan

meningkatkan kualitas kesehatanya.

5. Mengarahkan pelayanan kesehatan yang lebih memberdayakan masyarakat,

yaitu mengarahkan pelayanan kesehatan yang menempatkan dan mendorong

masyarakat sebagai subjek yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas

kesehatannya.

Adapun strategi promosi kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan

kelima area ruang lingkup promosi kesehatan yang dilakukan melalui :

a. Advokasi Kesehatan

Advokasi yaitu pendekatan kepada para pemimpin atau pengambil

keputusan agar dapat memberikan dukungan, kemudahan, dan

semacamnya pada upaya pembangunan kesehatan.

b. Bina Suasana (Social Support)

Bina suasana yaitu upaya untuk membuat suasana atau iklim yang

kondusif atau menunjang pembangunan kesehatan sehingga masyarakat

terdorong untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Gerakan Masyarakat (empowerment)

Gerakan masyarakat dalam hal ini adalah upaya memandirikan individu,

kelompok, dan masyarakat agar berkembangan kesadaran, kemauan, dan

kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

proaktif masyarakat mempraktikan hibup bersih dan sehat secara mandiri.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

13

Menurut penelitian Rogers (1974) dikutip Notoatmodjo (2003),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri

orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek).

2. Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru sesuai apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

5. Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2000) menganalisis perilaku

seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pokok yaitu

faktor perilaku dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku seseorang

dipengaruhi oleh :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

14

a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposising factos)

Faktor predisposisi ini meliputi:

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu melakukan

pengindraan terjadi melalui indra manusia, sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata (pengelihatan) dan telinga (pendengaran)

(Notoadmojo, 2003). Pengetahuan didefinisikan sebagai segala sesuatu

yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu yang

diketahui orang dari pengalaman yang didapat (Padmonodewo, 2000).

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang

lain, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang, pada umunnya seorang kader yang

memiliki pengetahuan yang baik tentang posyandu maka dapat

menimbulkan kesadaran para kader dan akan berdampak serta

berpengaruh pada aktifnya kader dalam mengikuti kegiatan posyandu

(Zein, 2005)

2) Sikap

Sikap adalah reaksi tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau

objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi

stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial Sikap menggambarkan suka

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

15

atau tidak sukanya seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari

pengalaman sendiri ataupun dari orang lain. Sikap membuat seseorang

mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap terhadap nilai-

nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Sikap

masyarakat terhadap posyandu juga dipengaruhi oleh tradisi dan

kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi (Azwar, 2002).

3) Nilai Budaya

Individu lahir diantara kelompok, yaitu keluarga dan masyarakat.

Hal ini akan membuat kemungkinan adanya suatu norma atau aturan yang

diharapkan mampu memunculkan perilaku yang normatif atau sesuai

dengan ketentuan yang telah dibuat (Zein, 2005). Nilai ini diperoleh

melalui sosialisasi dan emosi dikenakan kepercayaan mereka atas apa

yang membuat orang berfikir apakah sesuatu itu penting sehingga dari

nilai akan mempengaruhi keseluruhan berbagai perasaan tentang keluarga

(Naidoo dan Wills, 2000).

4) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan keyakinan tentang kebenaran terhadap

sesuatu yang dirasakan pada budaya yang ada pada masyarakat tersebut.

Sehingga bila dalam masyarakat mempunyai kepercayaan yang salah

tentang sesuatu maka dapat menghambat perubahan perilaku. Masyarakat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

16

yang mempercayai suatu keyakinan tertentu terhadap posyandu, maka

dapat mempengaruhi suatu perilaku yang akan berpengaruh terhadap

kektifan kader dalam kegiatan posyandu (Zein, 2005). Semakin baik

kepercayaan seseorang maka akan semakin baik pula sikap yang

terbentuk, sehingga pada akhirnya membuat semakin baik pula perilaku

yang dimunculkan oleh orang tersebut (Notoatmodjo, 1993). Kepercayaan

didasarkan pada orang yang memiliki informasi tentang obyek atau

tindakan. Teori kesehatan terkait perubahan perilaku didasarkan pada

gagasan bahwa setiap aktivitas seseorang akan berdasarkan pada

kepercayan mereka, sehingga dalam menghadapi suatu perilaku kesehatan

akan berpengaruh terhadap status kesehatan individu tersebut (Naidoo dan

Wills, 2000).

5) Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami suatu pengetahuan tentang posyandu dengan

baik sesuai dengan yang mereka peroleh dari kepentingan pendidikan itu

sendiri. Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat

rendahnya pengetahuan tentang posyandu, rendahnya tingkat pemanfaatan

posyandu, serta rendahnya kesadaran terhadap pemanfaatan program

posyandu (Suharjo, 2005).

Pendidikan yang rendah, tingkat penghasilan yang masih rendah

merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan. Pendidikan yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

17

masih rendah, khususnya dikalangan kader posyandu merupakan salah

satu masalah yang berpengaruh terhadap kegiatan pemanfaatan posyandu.

Semakin tinggi tingkat pendidikan kader maka semakin tinggi kesadaran

kader untuk aktif dalam kegiatan posyandu (Rawadi dan Suharjo, 2005).

6) Motivasi

Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan,

ataupun pembangkit tenaga pada seseorang ataupun pada kelompok

masyarakat tesebut mau berbuat dan bekerjasama secara optimal

melaksanakan sesuatau yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Untuk terlaksananya program harus ada motivasi

dari petugas, meskipun motivasi harus ada dari individu atau masyarakat

itu sendiri dan pihak luar hanya merangsangnya saja. (Azrul, 1996).

7) Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi seseorang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan

keluarga. Pendapatan adalah sejumlah penghasilan dari seluruh anggota

keluarga. Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga kader maka kader

akan semakin aktif dalam kegiatan posyandu. Pendidikan seseorang

merupakan faktor yang penting dalam usaha memperoleh kesempatan

kerja. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan mendapatkan

kesempatan memperoleh kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan

seseorang yang berpenghasilan rendah. Pekerjaan yang layak tersebut

akan mendapatkan upah yang lebih tinggi bila dibandingkan yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

18

berpendidikan rendah. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi keaktifan

kader dalam memanfaatkan kegiatan posyandu. Semakin tinggi tingkat

sosial ekonomi seorang kader maka akan semakin aktif kader tersebut

dalam kegiatan posyandu (Berg, 1986).

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup:

1) Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (fisik dan umum) yang

mendukung kelancaran kegiatan posyandu. Fasilitas fisik yaitu fasilitas-

fasilitas atau sarana kesehatan yang meliputi puskesmas, obat-obatan,

alat kontrasepsi, vaksin untuk imunisasi dan sebagainya. Sedangkan

Fasilitas umum yaitu fasilitas atau sarana kesehatan meliputi media

informasi misalnya TV, koran ataupun majalah, sehingga dapat diketahui

bahwa untuk menunjang terlaksananya program posyandu supaya berjalan

dengan baik maka tidak hanya tahu dan sadar manfaat posyandu

melainkan fasilitas yang lengkap juga dapat menjadi faktor pemicu

keaktifan kader (Zein, 2005)

2) Jarak dan keterjangkauan tempat pelayanan (posyandu). Jarak tempat

pelayanan kesehatan yang jauh akan membuat kader enggan untuk datang

ketempat pelayanan kesehatan. Selain memerlukan waktu juga menambah

biaya akomodasi. Seorang kader yang tidak aktif dalam kegiatan posyandu

disebabkan karena rumahnya jauh dari posyandu (Notoatmodjo, 1994).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

19

b. Faktor-faktor penguat atau pendorong (Reinforcing Factors)

1) Faktor sikap dan perilaku para petugas kesehatan.

Sikap dan perilaku disini adalah bagaimana para petugas kesehatan

(perawat, bidan, dokter dan tenaga kesehatan lainnya) berlaku tidak ramah

atau tidak simpatik kepada kader ataupun pada pasien bahkan tidak

responsif saat menerima pasien serta dalam memberikan tindakan medis.

Karena inilah kader enggan untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dalam

hal ini motivasi dan dukungan baik dukungan dari tenaga kesehatan

sangat diperlukan untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan

posyandu. Dukungan sosial sebagai informasi verbal maupun nonverbal,

saran, bantuan yang nyata dan tingkah laku yang diberikan masyarakat

dengan subyek didalam lingkungan sosialnya. Dukungan sosial sangat

berperan penting dalam memotivasi kader untuk aktif dalam Posyandu

(Mantra, 1999).

2) Faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat.

a) Dukungan kepala desa

Desa yang memiliki kepala desa yang selalu memberikan

motivasi setiap pelaksanaan kegiatan posyandu akan labih baik kinerja

dan kelestarian posyandunya dibandingkan dengan desa yang kepala

desanya tidak memberikan motivasi sama sekali. Dorongan motivasi

tersebut dapat berupa pemberian pemberian tugas yang selalu

dimonitor dan disupervisi, selalu memberitahukan mana yang benar

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

20

dan mana yang salah dalam supervisi, selalu mempertimbangkan

kemampuan kader sebelum memberi tugas, dalam memberi tugas pada

kader selalu ada imbalan apapun bentuknya baik itu imbalan material

ataupun hanya ucapan terima kasih, bila kader mendapat tugas

ketempat lain akan mendapatkan uang transport, kesejahteraan kader

selalu menjadi perhatian kepala desa, kebiasaan kepala desa untuk

melakukan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu

(Sarwono, 1986).

b) Dukungan tokoh agama

Dukungan tokoh agama mempunyai pengaruh di masyarakat.

Selanjutnya tokoh agama ini dapat menjembatani antara pengelola

program kesehatan dengan masyarakat. Pada masyarakat yang masih

paternalistik seperti di Indonesia ini tokoh masyarakat dan tokoh

agama merupakan panutan perilaku masyarakat yang sangat

signifikan. Oleh sebab itu apabila toma dan toga sudah mempunyai

perilaku sehat, maka akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat yang

lain. Bentuk kegiatan mencari dukungan sosial ini antara lain:

pelatihan-pelatihan para toga dan toma, seminar, loka karya,

penyuluhan dan sebagainya. Dukungan dari tokoh agama sangat

berperan penting dalam memotivasi perilaku seorang kader untuk aktif

dalam kegiatan posyandu (Notoatmodjo, 2003).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

21

c) Undang-undang ataupun peraturan-peraturan baik dari pusat maupun

dari daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003)

Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi

manusia dengan lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya

perilaku terbagi menjadi 2 faktor yaitu :

a. Faktor intern

Faktor intern berfungsi untuk mengelola rangsangan dari luar, faktor ini

meliputi: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasi.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern ini meliputi lingkungan fisik maupun non fisik seperti: iklim,

manusia, sosial ekonomi, dan budaya.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari

adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor diluar tersebut

(lingkungan) baik fisik maupun nonfisik, kemudian pengalaman dan lingkungan

dipersepsikan dan diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak

yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku.

B. Posyandu

1. Pengertian Posyandu

Posyandu adalah pusat pelayanan kesehatan yang dikelola dan

diselenggarakan oleh, dan untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari

petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera (Depkes RI, 2002).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

22

2. Tujuan Posyandu

a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

b. Mempercepat penerimaan (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(NKKBS)

c. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak

d. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan keluarga berencana serta keinginan lainnya yang

menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera serta berfungsi

sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan

keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera (Depkes RI, 2002).

3. Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu adalah bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita

usia 1-5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, Wanita Usia Subur (WUS).

Sedangkan untuk kegiatan posyandu dalam pelaksanaan kegiatan posyandu

berupa kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan

gizi, penanggulangan diare, sanitasi dasar, dan penyediaan obat essensial

(Depkes RI, 2000).

4. Peran Posyandu

Peran Posyandu saat ini lebih pada prioritas masalah kesehatan

teruama pada masyarakat yang mengidentifikasi perubahan kebijakan

penanganan tersebut. Peran Posyandu di desa sangat signifikan dalam

memantau masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Kinerja sebuah

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

23

Posyandu lebih relevan untuk mengatasi masalah kesehatan pada balita misal

kurang energi protein (KEP) ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) yang

dapat dengan mudah ditemukan di Posyandu. Pemanfaatan meja penyuluhan

tidak dimanfaatkan oleh ibu balita misalnya pada saat balita sakit biasanya

langsung diperiksa ke bidan setempat. Pada ibu hamil lebih sering kontrol

keadaan kehamilannya pada bidan dengan alasan jika ke Posyandu terlalu

lama menunggu (Depkes, 1998).

5. Jenis kesehatan Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari lama kegiatan Posyandu (panca krida

Posyandu) yaitu untuk kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana

(KB), imunisasi, peningkatan kesehatan, penanggulangan diare. Untuk tujuh

kegiatan Posyandu (sapta krida Posyandu) yaitu kesehatan ibu dan anak,

Keluarga Berencana (KB). imunisasi, peningkatan kesehatan, penanggulangan

diare, sanitasi dasar serta penyediaan obat essensial. Pembentukan kegiatan

Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada yang diselenggarakan oleh

pelaksanaan kegiatan yaitu anggota masyarkat yang telah dilatih menjadi

kader kesehatan setempat dibawah bimbingan puskesmas dan pengelola

Posyandu yaitu pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari

kader PKK, tokoh masyarakat, formal dan informal serta kader kesehatan

yang ada di wilayah tersebut.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

24

6. Penyelenggaraan Posyandu

Penyelenggaraan posyandu dilakukan secara langsung dari ketua tim

PKK dan seksi kesehatan di desa wilayah kerjanya (Budiono, 1997).

Penyelenggaraan posyandu dilakukan dengan pola meja yang meliputi:

a. Meja 1: Pendaftaran

b. Meja 2: Penimbangan bayi dan balita

c. Meja 3: Pengisian KMS.

d. Meja 4: Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS

e. Meja 5: Pelayanan oleh tenaga peserta profesional meliputi: KIA, KB,

gizi, imunisasi, dan pengobatan , serta pelayanan kesehatan lain sesuai

kebutuhan setempat.

Petugas pada meja 1-4 dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja 5

merupakan meja pelayanan paramedis (Depkes RI, 2000).

C. Kader Kesehatan

1. Pengertian Kader Kesehatan

Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih

dalam bidang tertentu yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat dan merasa

berkewajiban untuk melaksanakan meningkatkan dan membina kesejahteraan

masyarakat dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan didasarkan pangggilan jiwa

untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan (Depkes RI, 2000).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

25

Menurut Kramastuti (2004), kader dipilih secara teori oleh, untuk dan

dari masyarakat. Tetapi kadang-kadang kenyataanya dipilih oleh pamong atau

aparat desa. Adapun kriteria untuk dipilih menjadi kader yaitu;

a. Bisa membaca, menulis

b. Wanita atau pria

c. Berdomisili tetap dikelurahan setempat

d. Mau dan mampu bekerja secara sukarela, sukarela untuk kepentingan

masyarakat.

e. Mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat disamping

usahanya mencari nafkah.

2. Tugas Kader Kesehatan

Menurut Depkes RI (2000) tugas kader kesehatan meliputi:

a. Tugas kader dalam kegiatan posyandu

Kegiatan yang dapat dilakukan kader dalam pelayanan posyandu meliputi

5 meja diantaranya

1) Meja 1 mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan nama balita

pada KMS dalam secarik kertas yang diselipkan pada KMS,

mendaftarkan ibu hamil yaitu menuliskan nama ibu hamil pada

formulir atau lembar registrasi ibu hamil dan Wanita Usia Subur

(WUS)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

26

2) Meja 2 penimbangan bayi atau balita, mencatat hasil penimbangan

pada secarik kertas yang akan dipindahkan di KMS, penimbangan ibu

hamil

3) Meja 3 pengisian KMS dan memindahkan catatan hasil penambingan

balita dari secarik kertas kedalam KMS anak tersebut.

4) Meja 4 terdiri dari beberapa kegiatan yaitu

a) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data

kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS

kepada ibu dari anak yang bersangkutan.

b) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada

data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah

yang dialami sasaran.

c) Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan untuk

balita, ibu hamil dan ibu menyusui dengan langkah yaitu dimana

balita yang apabila berat badan dibawah garis merah (BGM) pada

KMS 2 kali berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan

sakit atau lesu, kurus, busung lapar, ibu hamil dan ibu menyusui

apabila keadaanya kurus, pucat, adanya bengkak pada kaki ,

pusing, perdarahan, sesak nafas, gondokan dan orang sakit.

d) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader

posyandu misalnya dalam pemberian pil tambah darah (pil bezi),

vitamin A, oralit

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

27

e) Meja 5 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya

dilakukan oleh petugas kesehatan, Pusat Layanan Keluarga

Berencana (PLKB), Pusat Program Layanan (PPL) pelayanan yang

diberikan yaitu pelayanan imuniasi, pemeriksaan kehamilan,

pelayanan KB berupa IUD dan suntikan, pemeriksaan kesehatan

dan pengobatan, pemberian tablet zat besi (fe), serta vitamin A.

b. Tugas kader diluar kegiatan posyandu

Kegiatan yang dilakukan kader diluar jadwal kegiatan pelayanan posyandu

meliputi:

1) Kegiatan yang menunjang pelayanan KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan

penanggulangan diare.

2) Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya sesuai dengan

permasalahan yang ada seperti:

a) Pemberantasan penyakit menular.

b) Penyehatan rumah.

c) Pembersihan sarang nyamuk.

d) Pembuangan sampah.

e) Penyediaan sarana air bersih.

f) Penyediaan sarana jamban keluarga.

g) Pembuatan sarana pembuangan air limbah.

i) Pemberian pertolongan pada penyakit.

j) Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

28

k) Dana sehat

l) Kegiatan pembangunan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.

3. Peran Kader Kesehatan

Menurut Depkes RI (1998), Peranaan kader diluar jadwal kegiatan pelayanan

posyandu:

a. Merencanakan kegiatan.

Dalam merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan kader adalah:

1) Menyiapkan dan melaksanakan survey mawas diri bersama petugas

kesehatan. Misalnya merencanakan berapa balita yang harus didatangi

dirumahnya.

2) Membahas hasil survey mawas diri bersama petugas Puskesmas.

3) Menyajikan hasil survey mawas diri dalam musyawarah masyarakat

desa (MMD).

4) Menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat pada

musyawarah masyarakat desa (MMD).

5) Menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama

masyarakat.

6) Bersama masyarakat membahas pembagian tugas (pengorganisasian)

dan membuat jadwal kerja dan sumber dananya.

b. Melakukan komunikasi, informasi, dan motivasi (KIM)

KIM adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari 3 fase dimana fase

pertama adalah memperkenalkan diri, membuat hubungan, dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

29

memperkenalkan masalah, lalu disusul dengan penjelasan dan fase akhir

mendorong, membina masyarakat sehingga masyarakat mau

melaksanakan cara hidup sehat.

Cara melaksanakan KIM adalah melalui:

1) Tatap muka

a) Perorangan pada kunjungan ke rumah warga.

b) Pada kelompok arisan, pengajian, atau pada pertemuan lainnya.

c) Cara yang dapat digunakan dalam tatap muka adalah tanya

jawab, ceramah, diskusi atau demonstrasi.

d) Persiapan yang diperlukan kader sebelum melaksanakan KIM

adalah: menguasai materi yang akan disampaikan kepada sasaran,

memilih bahan dan alat peraga yang diperlukan dan tersedia,

memilih pesan-pesan sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan

sasaran, membuat jadwal penyuluhan.

2) Alat (media)

Alat yang bisa digunakan dalam KIM adalah pengeras suara,

selebaran, poster dengan memasang poster pada tempat yang mudah

dan banyak dikinjungi warga masyarakat, berarti isi pesan telah

meluas.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

30

c. Menggerakan Masyarakat

Menggerakan masyarakat adalah usaha yang dilakukan agar masyarakat

mau berperan serta nyata dengan memberikan tenaga, dana dan sarana

yang ada untuk keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan.

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh kader dalam penggerakan

masyarakat adalah:

1) Membicarakan bersama masyarakat mengenai masalah yang ada.

2) Memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan mengenai

kegiatan apa yang akan dilakukan untuk menanggulangi masalah.

3) Mendorong masyarakat untuk mengumpulkan dana secara gotong-

royong.

4) Membagi tugas kegiatan diantara masyarakat.

5) Menentukan jadwal kerja.

6) Menjelang kegiatan akan dilaksanakan, mengingatkan masyarakat

kembali tentang kegiatan-kegiatan yang harus mereka lakukan sesuai

kesepakatan bersama.

d. Memberikan pelayanan

Pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan oleh kader di luar hari

pelaksanaan kegiatan posyandu antara lain adalah sebagai berikut:

1) Membagi obat (obat malaria, obat TBC dan lain-lain).

2) Mengumpulkan bahan pemeriksaan (dahak untuk BTA dan lain-lain).

3) Mengawasi pendatang didaerahnya dan melaporkan bila sakit.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

31

4) Memberikan pertolongan pertama pada penyakit seperti pada panas

atau demam: berikan minum banyak, kompres dengan air hangat,

memberikan obat penurun panas dan merujuk ke petugas kesehatan

bila perlu.

5) Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan seperti membalut

luka, pertolongan pertama pada luka bakar dan lain-lain.

e. Melakukan pencatatan

Kegiatan yang perlu dicatat secara berkala oleh kader adalah

1) Kegiatan di posyandu KB-kesehatan meliputi:

a) KB antara lain mencatat jumlah Pasangan Usia Subur (PUS),

jumlah peserta KB dan alat yang digunakan, jumlah pil KB dan

kondom yang dibagikan.

b) KIA antara lain mencatat jumlah ibu hamil, jumlah tablet vitaminA

yang dibagikan, jumlah tablet tambah darah yang dibagikan.

c) Imunisasi antara lain mencatat jumlah ibu hamil yang diimuisasi

TT, jumlah balita yang diimunisasi dan jenis imunisasi yang

diperoleh.

d) Gizi antara lain mencatat jumlah balita yang ada, jumlah balita

yang mempunyai KMS, jumlah balita yang ditimbang, jumlah

balita yang naik timbangannya.

e) Diare antara lain mencatat jumlah oralit yang dibagikan, jumlah

penderita yang ditemukan dan di rujuk.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

32

2) Kegiatan diluar jadwal posyandu KB-kesehatan meliputi:

penanggulangan penyakit menular antara lain mencatat jumlah

penderita yang ditemukan, jumlah obat yang dibagikan, jumlah

jamban yang dibuat, jumlah penyediaan air bersih.

Kader dapat melakukan pencatatan pada buku harian kader atau

formulir misalnya formulir untuk gizi, diare, rujukan dan lain-lain.

Adapun hal-hal yang perlu dicatat antara lain adalah catatan terutama

tentang keluarga binaan, jadwal kegiatan yang ditentukan sendiri dan hasil

kegiatan yang telah dilakukan, hasil pertemuan dengan keluarga binaan,

hasil pertemuan dengan kepala desa, hasil pertemuan dengan

pimpinan/staf puskesmas dan pembinaan teknis lainnya.

Adapun tujuan dari kader melakukan pencatatan antara lain supaya

kader dapat memberikan informasi terutama kepada masyarakat tentang

hasil kegiatan dan perkembangan dananya, serta dapat melihat kemajuan

yang terjadi pada keluarga binaannya (jumlah balita yang sakit berkurang,

jumlah ibu yang meninggal berkurang).

f. Melakukan pembinaan mengenai 5 program terpadu KB-Kesehatan dan

upaya kesehatan lainnya.

Kader perlu melakukan pembinaan untuk meningkatkan,

memantapkan, dan melestarikan upaya-upaya kesehatan yang telah

dilaksanakan oleh masyarakat. Adapun sasaran pembinaan kader adalah

keluarga binaan yang masing-masing kader berjumlah antara 10-20

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

33

keluarga atau disesuaikan dengan keadaan setempat, serta sasaran masing-

masing kegiatan. Cara yang dilakukan kader dalam membina antara lain

dengan memberikan informasi atau pengenalan tentang upaya kesehatan

yang dilaksanakan didaerahnya, melakukan kunjungan kepada masyarakat

terutama pada keluarga binaan, melakukan pertemuan kelompok.

D. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003), Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan

ini terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu

melakukan pengindraan terjadi melalui indra manusia, sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (pengelihatan) dan telinga

(pendengaran).

2. Aspek dalam Pengetahuan

Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya suatu tindakan seseorang. Adapun tingkatan pengetahuan

domain kognitif ada 6 tingkatan menurut Notoadmojo (2003) yang meliputi;

a. Tahu (Know)

Tahu yaitu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya

termasuk kedalam kedalam pengetahuan yang paling rendah dengan cara

menyebutkan, mendefinisikan dan menyatukan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

34

b. Memahami (Comprehention)

Memahami yaitu suatu yang menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek untuk materi harus dapat

menjelaskan dan menyebutkan serta mampu mengaplikasikannya.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan meteri yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sangat

dalam kondisi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik

dalam perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip

siklus pemecahan masalah.

d. Analisis (Analysis)

Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen, tetap didalam struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitannya dengan yang lain. Kemampuan analisa itu dapat

dilihat dari gangguan dari kata-kata kerja, dapat menggambarkan,

mengelompokan dan sebagainya.

e. Sintetis (Syntesis)

Sintesis yaitu kemampuan untuk membentuk bagian-bagian dalam suatu

keseluruhan yang dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

35

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya

dapat menyusun, merencanakan, meringkas menyesuikan dan sebagainya.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek penelitian ini berdasarkan suatu kriteria-

kriteria yang telah ada.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), ada berbagai macam cara untuk

mencari atau memperoleh kebenaran pengetahuan yaitu:

a. Cara Tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan cara kuno atau tradisional dipakai orang

memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode

ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik atau logis.

b. Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila

menghadapi suatu persoalan atau masalah, upaya pemecahannya

dilakukan dengan cara coba salah. Dimana metode ini telah digunakan

orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai

masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering

dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui

cara memecahkan masalah.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

36

c. Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan tradisi

yang dilaksanakan oleh orang tanpa melakukan penalaran, apakah yang

dilaksanakan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan

turun temurun dari generasi berikutnya. Dimana pengetahuan diperoleh

berdasarkan otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah,

otoritas pemimpin agama.

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan

maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau

pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

untuk memperoleh pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak

semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik

kesimpulan dengan benar maka diperlukan berfikir kritis dan logis.

e. Melalui Jalan Pikir

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan

kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirnya baik melalui induksi dan deduksi.

f. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

37

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara

ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala

alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut

dikumpulkan dan klasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

4. Pengaruh Pengetahuan

Pengaruh pengetahuan terhadap keaktifan kader sangat penting oleh sebab itu

kader yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi maka akan semakin

aktif dalam kegiatan Posyandu. (Notoadmojo, 2003).

5. Faktor yang Berpengaruh terhadap Pengetahuan

Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan menurut Nasution, 1993 yaitu

a. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan mudah

menerima dan menyesuaikan terhadap hal-hal yang baru.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan

pengetahuan yang lebih jelas. Baik itu melalui media cetak maupun media

elektronik.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang

karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan

agama yang dianut.

d. Pengalaman

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

38

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengalaman yang didiperoleh

juga semakin banyak seiring dengan bertambahnya usia seseorang.

6. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan lembar

kuesioner untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek

penelitian (responden). Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui oleh

peneliti dapat disesuaikan dengan tingkat responden yang ada (Arikunto,

2002)

D. Motivasi

1. Definisi Motivasi

Motivasi adalah tenaga penggerak dan kadang-kadang dilakukan

dengan menyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat dalam

mencapai tujuan. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul didasari

akan pentingnya suatu perlaku dan didasarkan sebagai suatu kebutuhan

(Irwanto, 2002).

Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan,

ataupun pembangkit tenaga pada seseorang ataupun pada kelompok

masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerjasama secara optimal

melaksanakan sesuatau yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Untuk terlaksananya program harus ada motivasi dari

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

39

petugas, meskipun motivasi harus ada dari individu atau masyarakat itu

sendiri dan pihak luar hanya merangsangnya saja. (Azrul, 1996).

2. Unsur-Unsur Motivasi.

Menurut Purwanto (1998), unsur-unsur motivasi terdiri dari:

a. Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya

memerlukan rangsangan dari dalam maupun dari luar.

b. Motivasi seringkali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi.

c. Motivasi merupakan reaksi pilihan dari bebeapa alternatif pencapaian

tujuan.

d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia.

3. Jenis Motivasi

Menurut Purwanto (1998) dan Notoatmojo (2003), berdasarkan

sumber dorongan terhadap perilaku, motivasi dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri manusia,

biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga

manusia menjadi puas.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar yang

merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Perilaku yang

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

40

dilakukan dengan motivasi eksrinsik penuh dengan kekhawatiran,

kesangsian apalagi tidak mencapai kebutuhan

3. Ciri-Ciri Motivasi dalam Perilaku

Menurut Irwanto (2002) ada lima ciri-ciri motivasi dalam perilaku.

a. Penggerak perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan yang

bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku tertentu saja,

tetapi merangsang berbagai kecenderungan berperilaku yang

memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda.

b. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi

dengan kekuatan determinan. Rangsangan yang lemah mungkin

menimbulkan reaksi hebat atau sebaliknya.

c. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.

d. Penguatan positif (positive reinforcement) menyebabkan suatu perilaku

tertentu cenderung untuk diulangi kembali.

e. Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat

tidak enak.

5. Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Handoko (1998) dan Widyatun (1999) ada dua faktor yang

berpengaruh terhadap motivasi yaitu:

a. Faktor internal

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

41

Motivasi yang berasal dari dalam diri manusia, biasanya timbul dari

perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi

puas. Faktor internal meliputi:

1) Faktor fisik

Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

kondisi fisik misalnya status kesehatan kader. Kader yang sedang

terganggu kesehatan fisiknya akan mempengaruhi tingkat keaktifan

kader dalam kegiatan Posyandu.

2) Faktor proses mental

Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu

saja, tetapi ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi

tersebut. Kader dengan fungsi mental yang normal akan memandang

dirinya secara positif, seperti halnya ada kemampuan untuk

mengontrol kejadian-kejadian dalam hidup yang harus dihadapi.

Keadaan dan pemikiran dan pandangan hidup yang positif dari diri

kader dalam bereaksi terhadap keaktifan kader dalam kegiatan

Posyandu.

3) Faktor hareditas

Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe

kepribadian yang secara herediter dibawa sejak lahir. Ada tipe

kepribadian tertentu yang mudah termotivasi atau sebaliknya. Orang

yang mudah sekali tergerak perasaanya, setiap kejadian menimbulkan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

42

reaksi perasaan padanya. Sebaliknya ada yang hanya bereaksi apabila

menghadapi kejadian yang memang sungguh penting.

4) Faktor kematangan usia

Kematangan usia seseorang akan mempengaruhi proses pengambilan

keputusan dan proses berfikir dalam melakukan sesuatu.

b. Faktor eksternal

Motivasi yang berasal dari luar diri individu yang merupakan pengaruh

dari orang lain atau lingkungan. Faktor eksternal meliputi:

1). Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar individu baik

secara fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan sangat berpengaruh

terhadap motivasi kader untuk aktif dalam kegiatan Posyandu.

Lingkungan yang tidak mendukung dan kurang kondusif akan

membuat kader semakin tidak aktif dalam kegiatan.

2). Dukungan sosial

Dukungan sosial sebagai informasi verbal maupun nonverbal, saran,

bantuan yang nyata dan tingkah laku yang diberikan masyarakat

dengan subyek didalam lingkungan sosialnya. Dukungan sosial sangat

berperan penting dalam memotivasi kader untuk aktif dalam

Posyandu, meliputi; dukungan dari keluarga khususnya dukungan

sosial suami, dukungan kepala Desa, dukungan tokoh agama,

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

43

dukungan tokoh masyarakat, dukungan finansial, serta dukungan

informasi,

3) Fasilitas (sarana dan prasarana)

Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang seperti

Puskesmas, Posyandu, klinik, bidan desa yang mudah terjangkau oleh

masyarakat, serta tersedianya alat-alat yang menunjang kelancaran

kegiatan Posyandu.

4) Media

Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan atau info

kesehatan (Sugiono, 1994). Adanya media ini memudahkan kader

menjadi lebih tahu tentang informasi-informasi kesehatan yang pada

akhirnya dapat menjadi motivasi untuk kader lebih aktif dalam

kegiatan posyandu.

Sedangkan menurut Purwanto (2002) faktor yang mempengaruhi motivasi

adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan

Proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan atau rasa kekurangan

sesuatu seseorang yang memiliki kebutuhan akan mempertahankan

tingkah lakunya untuk pemuas kebutuhan.

b. Sikap

Sikap seseorang terhadap suatu obyek melibatkan emosi, perasaan senang

atau tidak senang, pengarahan atau penghindaran terhadap terhadap obyek

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

44

suatu sasaran serta elemen kognitif yaitu bagaimana individu

membayangkan atau mempersepsikan sesuatu.

c. Minat

Dengan adanya minat maka akan ada perhatian terhadap obyek. Suatu

minat yang besar akan mempengaruhi dan menimbulkan motivasi.

d. Nilai

Nilai adalah suatu pandangan individu akan sesuatu hal atau suatu tujuan

yang diinginkan dan dianggap penting dalam hidup individu tersebut.

e. Aspirasi

Aspirasi adalah harapan individu akan sesuatu. Aspirasi tertentu akan

mencoba dan berusaha untuk mencapai hal yang diharapkan. Dengan

adanya aspirasi individu akan termotivasi menuju sesuatu yang

diharapkannya.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

45

E Kerangka Teori

Gambar 1 Kerangka Teori

Sumber: Green (1988) dalam Notoatmojo (2003)

F. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Gambar 2 Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Motivasi 3. Sikap 4. Nilai 5. Kepercayaan 6. Pendidikan 7. Sosial ekonomi

Faktor Pemungkin 1. Sarana dan

prasarana kesehatan

2. Fasilitas kesehatan

Faktor Penguat 1. Sikap dan

perilaku tokoh masyarakat

2. Sikap dan perilaku petugas kesehatan

Pengetahuan kader posyandu

Motivasi kader posyandu

Keaktifan kader posyandu

Perilaku Kader

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Kaderdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-dewinurdia... · kemampuannya di bidang kesehatan dengan perkataan lain agar secara

46

G. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang

pengertian, tujuan, manfaat, serta sasaran posyandu dan motivasi kader

posyandu (motivasi yang berasal dari dalam diri kader sendiri ataupun

motivasi yang berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau

lingkungan kader posyandu.

2. Variabel terikat (Dependent Variabel)

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah keaktifan kader Posyandu

H. Hipotesa Penelitian

Sesuai dengan tujuan kerangka teori yang dikemukakan, maka hipotesa dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara pengetahuan kader posyandu dengan keaktifan kader

posyandu di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten

Brebes.

2. Ada hubungan antara motivasi kader posyandu dengan keaktifan kader

posyandu di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten

Brebes.